Anda di halaman 1dari 14

KOESIONER DAN CHECKLIST BAHAYA

FAKTOR KIMIA DI INDUSTRI


PRAKTEK KERJA INDUSTRI

Dosen Pembimbing :

Bapak Agus Joko Susanto, SKM., M.KKK.

Disusun oleh:

KELOMPOK 10

1. Ajeng Diah Astari


2. Irsyad Prasetyo
3. Kamaliyah Nurul Habibah

TINGKAT 3 D3A KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III/F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Jakarta 2020
KATA PENGANTAR
Pertama - tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
mencurahkan segala nikmat dan karunianya, karena berkat karunianya saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sampaikan kepada junjungan kita Rasulullah
Muhammad SAW.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah ini khususnya rekan-rekan yang senantiasa mendukung dan
memotivasi serta memberi masukan positif sehingga makalah ini dapat disusun.

Makalah ini berjudul KUESIONER DAN CHECKLIST BAHAYA FAKTOR KIMIA DI


INDUSTRI, dimana makalah ini membahas untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Praktek
Kerja Industri.

Dalam Hal ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
memohon maaf bila di dalam tulisan kami ini ada kekurangan dalam penulisan atau sebagainya.
Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan kedepannya.

Jakarta, September 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam kegiatan sehari-hari dalam melakukan aktivitas, kita sering tidak menduga akan
mendapatkan resiko kecelakaan pada diri kita sendiri. Banyaksekali masyarakat yang belum
menyadari akan hal ini, termasuk di Indonesia.Baik di lingkungan kerja (perusahaan, pabrik,
atau kantor), di jalan raya, tempatumum maupun di lingkungan rumah.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yangwajib dipenuhi oleh perusahaan juga instansi
pemerintahan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan menciptakan
sistemkeselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja sertaterciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif (Azmi, 2008).

Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yangmengakibatkan


cidera atau kerugian materi. Karena itu, para ahli K3berupaya mempelajari fenomena
kecelakaan, faktor penyebab, serta cara efektif untuk mencegahnya. Upaya pencegahan
kecelakaan kerja di Indonesiamasih menghadapi berbagai kendala, salah satu diantaranya
adalah pola pikir yang masih tradisional yang menganggap kecelakaan adalah sebagai
musibah, sehingga masyarakat bersifat pasrah terhadap kecelakaan kerja yang
menimpamereka (Ramli, 2010).

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui faktor bahaya fisik di
industri dengan melihat kuesioner dan checklist.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) umumnya terbagi menjadi 3 (tiga)


versi di antaranya ialah pengertian K3 menurut Filosofi, Keilmuan serta menurut standar
OHSAS 18001:2007.

Pengertian K3 Menurut Filosofi (Mangkunegara), Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya
dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.

Pengertian K3 Menurut Keilmuan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua
Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
(PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.

Pengertian K3 Menurut OHSAS 18001:2007, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan
kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat
kerja.

2.2 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada
suatu perusahaan, hubungan kerja disini berarti bahwa kecelakaan dapat dikarenakan oleh
pekerjaan atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga
karena kejadian tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan apalagi perencanaan, tidak
diharapkan karena kejadian tersebut disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang
teringan sampai yang terberat.

Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat


mendatangkan kecelakaan kerja. Bahaya tersebut disebut bahaya potensial jika bahaya
tersebut belum mendatangkan kecelakaan, jika kecelakaan telah terjadi maka bahaya tersebut
adalah bahaya nyata.

2.3 Bahaya (Hazard)

Pengertian Bahaya (hazard) adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu (bisa pada
barang ataupun suatu kegiatan maupun kondisi), misalnya pestisida yang ada pada sayuran
ataupun panas yang keluar dari mesin pesawat. Bahaya ini akan tetap menjadi bahaya tanpa
menimbulkan dampak/ konsekuensi ataupun berkembang menjadi accident bila tidak ada
kontak (exposure) dengan manusia. Sebagai contoh, panas yang keluar dari mesin pesawat
tidak akan menimbulkan kecelakaan jika kita tidak menyentuhnya. Proses kontak antara
bahaya dengan manusia ini dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu:

1. Manusia yang menghampiri bahaya.


2. Bahaya yang menghampiri manusia melalui proses alamiah.
3. Manusia dan bahaya saling menghampiri.

Berdasarkan jenisnya Primary Hazards, bahaya dapat diklasifikasikan atas:

1. Bahaya fisik, misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya listrik.
2. Bahaya kimia, misalnya yang berkaitan dengan material/ bahan seperti antiseptik,
aerosol, insektisida, dan lain-lain.
3. Bahaya biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang berada di
lingkungan kerja seperti virus dan bakteri.
4. Bahaya psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis maupun
organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi dampak pada
aspek fisik dan mental pekrja. Seperti misalnya pola kerja yang tak beraturan, waktu
kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang melebihi kapasitas mental, tugas
yang tidak berfariasi, suasana lingkungan kerja yang terpisah atau terlalu ramai dll
sebagainya

2.4 Bahaya Faktor Kimia

Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan,


penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas,
serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan
dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang
berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-
barang.

Bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja yang dapat dibagi dalam tiga
kelompok besar yaitu :

1. Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia,
diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat , deterjen,
dan lain-lain. Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang ditandai
dengan penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau
fisik dalam sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan
komposisi suatu zat.
2. Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia
sebagai bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan
listrik, pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.
3. Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembangan
serta pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh industri, lembaga
penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.

Dalam lingkungan kerja tersebut, banyak bahan kimia yang terpakai tiap harinya
sehingga para pekerja terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Bahaya itu terkadang
meningkat dalam kondisi tertentu mengingat sifat bahan-bahan kimia itu, seperti mudah
terbakar, beracun, dan sebagainya. Dengan demikian, jelas bahwa bekerja dengan bahan-
bahan kimia mengandung risiko bahaya, baik dalam proses, penyimpanan, transportasi,
distribusi, dan penggunaannya. Akan tetapi, betapapun besarnya bahaya bahan-bahan kimia
tersebut, penanganan yang benar akan dapat mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya
yang diakibatkannya.

Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan


pengenalan serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum bahan kimia berbahaya
diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya sebagai berikut:
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic), adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam
tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Pada umumnya zat
toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau
menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu
organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga
zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan
menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang[5]. Pengeluaran zat-zat beracun
dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive), adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat
mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain. Zat
korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan.
Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan
menjadi amat peka terhadap bahan kimia).
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable), adalah bahan kimia yang mudah
bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang
amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive), adalah suatu zat padat atau cair atau campuran
keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan
tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan
disekelilingnya. Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis
(gesekan atau tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan
peledak seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3).
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation), adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak
mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan
kebakaran bahan-bahan lainnya.
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances), adalah bahan kimia
yang amat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas yang
mudah terbakar.
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances), adalah bahan
kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang
mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases), adalah gas yang disimpan dibawah tekanan,
baik gas yang ditekan maupun gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut
dibawah tekanan.
9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances), adalah bahan kimia yang
mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis lebih
besar dari 0,002 microcurie/gram.

2.5 Kebijakan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi Bahan Kimia

Kebijakan pemerintah indonesia di bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3)


merupakan salah satu bagian dari kebijakan pemerintah di bidang perlindungan tenaga kerja
yang telah digariskan oleh Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), yang antara lain
berbunyi sebagai berikut:

” Upaya perlindungan tenaga kerja perlu terus ditingkatkan melalui perbaikan syarat
kerja termasuk upah, gaji dan jaminan sosial, kondisi kerja termasuk kesehatan, keselamatan
dan lingkungan kerja, serta hubungan kerja dalam rangka peningkatan kesejahteraan para
pekerja secara menyeluruh.”

Berdasarkan GBHN tersebut oleh pimpinan Departemen Tenaga Kerja digariskan sebagai
kebijakan Derparteman Tenaga Kerja yang antara lain menyangkut keselamatan dan
kesehatan kerja sebagai salah satu prioritas.

Penanganan bahan kimia khususnya bahan kimia berbahaya merupakan sasaran utama
dalam rangka penanganan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini disebabkan karena
bahan kimia merupakan sumber dari malapetaka yang berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja, seperti kebakaran, peledakan, gangguan kesehatan yang merupakan penyakit
akibat kerja.

Kebijakan penanganan bahan kimia khususnya dalam penggunaan dibidang


industri/perusahaan pada dasarnya meliputi kebijakan:
1. Pembuatan peraturan/perundang-undangan
2. Pengawasan
3. Pendidikan/penyuluhan/training
4. Survei/penelitian
5. Informasi
6. Standarisasi
7. Kampanye

Ada beberapa peraturan perundangan ketenagakerjaan khususnya yang menyangkut


perlindungan tenaga kerja di bidang keselamatan dan kesehatan kerja serta penanganan
bahan berbahaya. Peraturan perundangan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. UU No. 14/1969 tentang Pokok-pokok Ketenagakerjaan, khususnya pasal 9 dan 10


2. UU No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja
3. UU dan Peraturan Uap tahun 1930
4. UU Petasan tahun 1932
5. UU tentang Timah Putih tahun 1931
6. Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran dan
Penggunaan Pestisida
7. Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja terhadap Radiasi
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/198 tentang
Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.03/Men/1985 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Pemakaian Asbes
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.03/Men/1986 tentang Keselamatan dan
Kesehatan di tempat kerja yang mengelola pestisida
11. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE. 02/Men/1978 tentang
Nilai Ambang Batas Bahan Kimia

Selain peraturan perundangan di atas masih ada beberapa peraturan yang dikeluarkan
oleh instansi di luar Departemen Tenaga Kerja yang masih menyangkut keselamatan dan
kesehatan kerja serta penanganan bahan berbahaya.
2.6 Checklist dan Kuesioner Faktor Bahaya Kimia di Industri

CHECKLIST TERKAIT
FAKTOR BAHAYA KIMIA DI INDUSTRI

Nama Industri : ……………………………

Alamat Industri : ……………………………

No. Telp Industri : ……………………………

Pemeriksa : ……………………………

NO PERNYATAAN YA TIDAK KETERANGAN


Adanya Alat Pelindung Diri (APD) bagi
1
pekerja di Industri
Adanya tanda bahaya kimia seperti, Bahan/
2
Material/ Cairan/ Gas/ Debu/ Uap berbahaya
Adanya klasifikasi atau penggolongan pada
3
bahan kimia beracun (Toxic)
Adanya klasifikasi atau penggolongan pada
4
bahan kimia Korosif (Corrosive)
Adanya klasifikasi atau penggolongan pada
5
bahan kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Adanya klasifikasi atau penggolongan pada
6
bahan kimia Peledak (Explosive)
Adanya klasifikasi atau penggolongan pada
7
bahan kimia Oksidator (Oxidation)
Adanya klasifikasi atau penggolongan pada
8 bahan kimia Reaktif Terhadap Air (Water
Sensitive Substances)
Adanya klasifikasi atau penggolongan pada
9 bahan kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid
Sensitive Substances)
10 Adanya klasifikasi atau penggolongan pada
Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Adanya klasifikasi atau penggolongan pada
11 bahan kimia Radioaktif (Radioactive
Substances)
Adanya penangan pertama pada faktor
12
bahaya kimia di Industri
Adanya penerapan kebijakan Pemerintah
13
Indonesia dalam menghadapi bahan kimia
KUESIONER TERKAIT
FAKTOR BAHAYA KIMIA DI INDUSTRI
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Usia : ……. tahun
3. Jenis Kelamin : Pria/Wanita(*)
4. Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/PERGURUAN TINGGI(*)
5. Status Kerja : Tetap/Tidak Tetap(*)
6. Masa Kerja : ……. Tahun
( * ) Coret Pilihan

II. PENGETAHUAN
1. Apakah anda mengetahui definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja?
a. Sangat Tahu
b. Tahu
c. Cukup Tahu
d. Tidak Tahu
e. Sangat Tidak Tahu
2. Apakah anda mengetahui definisi Kecelakaan Kerja?
a. Sangat Tahu
b. Tahu
c. Cukup Tahu
d. Tidak Tahu
e. Sangat Tidak Tahu
3. Apakah anda mengetahui definisi Bahaya Pekerjaan?
a. Sangat Tahu
b. Tahu
c. Cukup Tahu
d. Tidak Tahu
e. Sangat Tidak Tahu
4. Apakah anda mengetahui Faktor-faktor Bahaya Kimia di Industri?
a. Sangat Tahu
b. Tahu
c. Cukup Tahu
d. Tidak Tahu
e. Sangat Tidak Tahu
5. Apakah anda mengetahui Kebijakan Pemerintah dalam menghadapi Bahan Kimia
Berbahaya?
a. Sangat Tahu
b. Tahu
c. Cukup Tahu
d. Tidak Tahu
e. Sangat Tidak Tahu

Keterangan:

a.= Sangat Tahu, diberi skor 5


b.= Tahu, diberi skor 4
c.= Cukup Tahu, diberi skor 3
d.= Tidak Tahu, diberi skor 2
e.= Sangat Tidak Tahu, diberi skor 1

III. SIKAP DAN TINDAKAN

1. Apakah anda mengikuti peraturan di Industri dengan baik dan benar?


a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
2. Apakah anda mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) yang difasilitasi Industri saat
bekerja agar tidak mudah terpapar bahaya kimia?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
3. Apakah anda mengikuti protokol kesehatan dari kebijakan pemerintah agar tidak
mudah terpapar bahaya kimia?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
4. Apakah anda melaporkan jika ada ketidaksesuaian pengaplikasian kegiatan dengan
kebijakan yang sudah ada?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
5. Apakah anda melaporkan jika ada munculnya kerusakan yang dapat menimbulkan
faktor bahaya kimia di industry?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju

Keterangan:

a.= Sangat Setuju, diberi skor 5


b.= Setuju, diberi skor 4
c.= Tidak Setuju, diberi skor 3

Anda mungkin juga menyukai