FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ASPEK K3 PADA PEKERJA BENGKEL LAS
Disusun Oleh:
Hestina Lambona
110207011
Febriani Intang
110207108
Reski Purwasari
110207127
Hardianty Hamzah
110208083
Pembimbing:
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN
ILMU KEDOTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari
hari sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi
keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.1
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang
tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya
manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting
dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya
akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak
positif atas keberlanjutan produktivitas kerjanya.1
Perkembangan pembangunan yang semakin maju dewasa ini
berdampak pada majunya industri las. Namun, beberapa industri las yang
berkembang di Indonesia masih berupa industri sektor informal yaitu
sektor kegiatan ekonomi marginal atau kecil-kecilan. Peranan sektor
informal di Negara Indonesia cukup besar, karena mampu menyerap
tenaga kerja yang tidak tertampung pada sektor formal. Akan tetapi,
kelompok masyarakat pekerja sektor informal ini masih belum
memperoleh perhatian dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja.
Selama ini mereka hanya memperoleh pelayanan kesehatan secara umum,
namun belum dikaitkan dengan pekerjaannya. Pada umumnya fasilitas
pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja lebih banyak dinikmati oleh
tenaga kerja yang bekerja pada industri yang berskala besar. Pada industri
1.2.
TUJUAN PENELITIAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang aspek keselamatan dan kesehatan
kerja pada pekerja di bengkel las.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor hazard yang dialami pekerja di
b.
bengkel las
Untuk mengetahui tentang alat kerja dan cara kerja/proses
yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja di
c.
bengkel las
Untuk mengetahui APD yang digunakan pekerja di bengkel
d.
e.
las
Untuk mengetahui ketersediaan obat P3K di bengkel las
Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah
dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala
f.
khusus)
Untuk mengetahui resiko penyakit yang dapat muncul
g.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
kata
ini
sering
digunakan
secara
bersama-sama
untuk
karyawan
dan
keluarganya
yang
mengalami
3.
penyakit fatal.
Ekonomi. Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul
perusahaan dapat jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan
penyakit yang terjadi kecil saja. Asuransi kompensasi karyawan
ditujukan untuk member ganti rugi kepada pegawai yang
mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2.2
1.
2.
3.
4.
yang hilang.
Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih
5.
6.
citra perusahaan.
7.
Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.
DESKRIPSI UMUM LAS
Menurut Deutsce Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksankan dalam
keadaan, dijelaskan lebih lanjut bahwa las adalah sesuatu proses dimana
bahan dan jenis yang sama digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk
suatu sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian
Agar pengelasan
dapat
dilakukan
dengan
aman,
alat-alat
pengamanan harus lengkap dan juru las harus mengerti dan dapat serta
mau menggunakan alat pengaman tersebut, dalam hal ini yang penting
adalah :
a. Pemakaian baju kerja yang sesuai dan aman.
b. Pemakaian pelindung dengan baik.
c. Pada pengelasan di tempat yang tinggi harus menggunakan alat
pengaman agar tidak terjatuh.
d. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dan ledakan.
2. Pengawasan umum
Untuk mendapatkan mutu pengelasan yang baik perlu adanya
pengawasan pada peralatan yang digunakan, bahan las yang dipilih,
pelaksanaan dan keterampilan. Pengawasan yang dimaksud diatas
diterangkan sebagai berikut
a. Pengawasan peralatan
Dengan menggunakan peralatan yang sempurna, akan diperoleh
mutu hasil lasan yang baik dan efisiensi kerja yang tinggi, karena itu
diperlukan sistem manajemen yang dapat menentukan cara-cara
pemilihan alat, pembelian alat, peminjaman alat kepada pekerja dan
cara memperbaiki alat yang rusak.
b. Pengawasan bahan las
Pengaturan pembelian bahan las baik dalam jenis maupun dalam
jumlah harus menjamin agar selalu terdapat jumlah persediaan seperti
yang telah ditentukan dan yang sesuai dengan jadwal pelaksanaan.
c. Pengawasan pelaksanaan
Apabila proses pengelasan telah ditentukan, maka perlu untuk
mengadakan
pengawasan
agar
prosedur
pengelasan
diikuti
tentang pengelasan.
Pengawasan proses
terhadap proses ditujukan untuk mempertinggi produktivitas, yang
berarti hasil yang baik dengan cepat dan murah. Pengawasan proses
meliputi pengawasan dan pengaturan tempat, pengaturan pekerja,
pengaturan bahan, alat dan lain sebagainya.
terjadinya kerabunan.
Arus listrik yang berbahaya
Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada
besarnya arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan
hubungannya dengan besar arus adalah sebagai berikut:
a. Arus 1 mA hanya akan menimbulkan kejutan yang kecil saja dan tidak
membahayakan.
b. Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan
menimbulkan rasa sakit.
c. Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
d. Arus20 mA akan menyebabkan terjadi pengerutan pada otot sehingga
orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang
lain.
e. Arus 50 mA sangat berbahaya bagi tubuh.
f. Arus 100 mA dapat mengakibatkan kematian.
3. Debu dan gas dalam asap las
Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 m sampai dengan 3
m. Komposisi kimia dari debu asap las tergantung dari jenis pengelasan
dan elektroda yang digunakan. Bila elektroda jenis hydrogen rendah, di
dalam debu asap akan terdapat fluor (F) dan oksida kalium (K2O). Dalam
pengelasan busur listrik tanpa gas, asapnya akan banyak mengandung
oksida magnesium (MgO). Gas-gas yang terjadi pada waktu pengelasan
adalah gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), ozon (CO3)
4.
kabel yang tidak sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang
rusak.
5. Bahaya Jatuh.
Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang tinggi akan
selalu ada bahaya terjatuh dan kejatuhan benda-benda keras. Bahaya ini
dapat menimbulkan luka ringan ataupun berat bahkan kematian karena itu
usaha pencegahannya harus diperhatikan.
6. Kebisingan Mesin Las
Gangguan pendengaran akibat bising ( noice induced hearing
loss/NHL) adalah gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpajan
bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan
biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Bising ini memiliki
intensitas 85 desibel (dB) atau lebih sehingga dapat menyebabkan
kerusakan reseptor Corti di telinga dalam sifat ketuliannya yaitu tuli saraf
cochlea dan biasanya terjadi pada kedua telinga. Banyak hal yang
mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain
intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekuensi tinggi, lebih lama terpapar
bising, kepekaan individu, dan faktor lain yang dapat menimbulkan
ketulian. Kebisingan dari peralatan kerja maupun lingkungan tempat kerja
merupakan salah satu faktor fisik yang berpengaruh terhadap keselamatan
kerja. Gangguan yang ditimbulkan oleh kebisingan pada mesin las antara
lain gangguan saat mendengar, gangguan dalam berkomunikasi dan
gangguan pada saat berkonsentrasi.
BAB III
METODOLOGI
3.1.
jalan sepintas.
Kamera
Berfungsi sebagai alat untuk memotret keadaan-keadaan
c.
list.
LOKASI
Lokasi survey kesehatan dan kedokteran kerja yang dijalankan adalah
pada bengkel las Karya Teknik jalan Perintis Kemerdekaan Km.11, kota
3.3.
3.4.
Tanggal
2 Juni 2014
2.
4.
5.
6.
3 Juni 2014
4 Juni 2014
5- 6 Juni 2014
7 Juni 2014
Kegiatan
Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina
Pengarahan kegiatan
Pembuatan proposal
Walk Through Survey
Pembuatan laporan Walk Through Survey
Presentasi laporan Walk Through Survey
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Sejarah dan kegiatan Bengkel Las Karya Tehnik
Bengkel las Karya Tekhnik didirikan pada bulan Maret 1991 di Kelurahan
Tamalanrea, Kota Makassar oleh H. Aso T, yang merupakan pemilik bengkel
sampai sekarang. Bengkel ini mengerjakan penegelasan material-material besi
untuk dijadikan barang siap pakai seperti pagar rumah, peralatan permainan anak
(ayunan, kursi taman, dll), kerangka atap rumah, dan lainnya. Pada awal
berdirinya, bengkel las Karya Tekhnik mempekerjakan 5 orang karyawan yang
masing-masing memilki tugas dan tanggung jawab. Dua orang memilki tugas
sebagai juru las, 3 orang sebagai juru pemotong material besi dan merangkap
sebagai juru cat. Tiga orang yang bekerja sebagai juru las telah bekerja di bengkel
tersebut sejak berdirinya bengkel, yakni sejak tahun 1991. Para pekerja bekerja
tiap hari dari hari Senin sampai hari Sabtu, mulai pukul 08.00 WITA sampai pukul
16.00 WITA. Terkadang pekerja juga bekerja di tempat yang diminta oleh
pelanggan. Semua pekerja masuk setiap hari kerja dan bekerja sesuai dengan
pesanan yang ada.
4. 2. Hasil Pengamatan
Dari hasil walk trough survey yang dilakukan di bengkel las Karya Teknik
pada tanggal 4 Juni 2014 dengan menggunakan check list faktor hazard
pemantauan kesehatan dan keselamatan kerja, maka didapatkan beberapa hal
menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja di bengkel tersebut:
Terdapat hazard fisik pada bengkel las Karya Teknik, yaitu berupa faktor
kebisingan, faktor cahaya dan sinar-sinar berbahaya, dan faktor temperatur
tinggi ( suhu panas ).
Terdapat hazard ergonomi berupa posisi tubuh, cara bekerja, ruangan kerja
para pekerja yang tidak ergonomis.
Alat-alat yang digunakan pada bengkel las ini belum cukup lengkap untuk
pekerjaan di bidang pengelasan, seperti belum tersedianya meja khusus
untuk tempat pengelasan yang dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan
posisi pekerja, dan meja kursi yang tersedia juga jumlahnya belum
memadai.
Alat Pelindung Diri ( APD ) yang tersedia belum lengkap, hanya berupa
pelindung muka, kacamata bening, sarung tangan, dan belum memenuhi
standar alat pelindung diri. Selain itu Alat pelindung diri yang tersedia
tidak terawatt dan tidak memiliki tempat penyimpanan khusus.
Keluhan kesehatan atau sakit yang sering dialami oleh pekerja antara lain
pegal-pegal, demam, keluhan sakit pada mata, batuk-batuk, luka bakar
pada kulit
4. 3. Pembahasan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada bengkel las Karya Teknik,
terdapat hazard fisik yaitu berupa faktor kebisingan, faktor cahaya dan sinar-sinar
berbahaya, dan faktor temperatur tinggi ( suhu panas ). Faktor kebisingan ini
timbul pada saat pekerja melakukan pengelasan, menggurinda, dan memotong
material-material besi. Kebisingan yang terjadi dialami oleh kelima pekerja yang
bekerja di bengkel las
Terdapat hazard ergonomi berupa posisi tubuh, cara bekerja, ruangan kerja
para pekerja yang tidak ergonomis.
Alat-alat yang digunakan pada bengkel las ini belum cukup lengkap untuk
pekerjaan di bidang pengelasan, seperti belum tersedianya meja khusus
untuk tempat pengelasan yang dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan
posisi pekerja, dan meja kursi yang tersedia juga jumlahnya belum
memadai.
Alat Pelindung Diri ( APD ) yang tersedia belum lengkap, hanya berupa
pelindung muka, kacamata bening, sarung tangan, dan belum memenuhi
standar alat pelindung diri. Selain itu Alat pelindung diri yang tersedia
tidak terawatt dan tidak memiliki tempat penyimpanan khusus.
Keluhan kesehatan atau sakit yang sering dialami oleh pekerja antara lain
pegal-pegal, demam, keluhan sakit pada mata, batuk-batuk, luka bakar
pada kulit di bengkel las Karya Tekhnik setelah mereka melakukan proses
pengelasan.
Radiasi dari sinar las juga dapat berupa sinar tak tampak, meliputi sinar
inframerah dan sinar ultraviolet. Sinar infra merah akan memerikan dampak
khususnya pada meta pekerja las, berupa gangguan pada kornea mata (misalnya
katarak) dan kerabunan. Sinar ultraviolet akan memerikan efek pada mata berupa
rasa nyeri pada mata, mata seperti berpasir, memicu keratitis dan konjungtivitis.
Pekerja bengkel las mengeluhkan cepat lelah, mata terasa berpasir, mata terasa
perih dan susah memejamkan mata pada malam hari saat hendak tidur. Pekerja
juga memiliki riwayat sering menderita mata merah setelah bekerja, utamaya pada
awal-awal masa mereka bekerja di bengkel las tersebut menunjukkan adanya
kejadian konjungtivitis akut akibat radiasi sinar las. Konjungtivitis merupakan
akibat dai sinar ultraviolet dari radiasi sinar las. . Efek-efek tersebut menunjukkan
terjadinya paparan dari radisi sinar tak tampak pada pekerja bengkel las Karya
Teknik
Untuk melindungi pekerja dari efek radiasi, pekerja menggunakan beberapa alat
pelindung diri seperti pelindung wajah, kacamata las hitam dan bening, serta
sarung tangan. Namun alat pelindung diri yang tersedia tidak lengkap untuk
memproteksi diri para pekerja. Alat pelindung diri yang disiapkan oleh pemilik
bengkel tidak lengkap bahkan pekerja harus mempersiapkan beberapa alat
pelindung diri dengan biaya sendiri. Penggunaan alat pelindung diri yang tidak
memadahi, tidak dipergunakan secara terus menerus dan tidak lengkapnya alat
pelindung diri yang digunakan
merupakan faktor pendukung terpaparnya pekerja dengan radiasi selama proses
pengelasan. Pekerja juga beranggapan bahwa penggunaan beberapa alat pelindung
diri, misalnya pelindung wajah, terkadang menggangu kesempurnaan kerja karena
alat tersebut cukup berat. Pekerja kemudian menggunakan alat yang lebih
sederhana berupa kacamata hitam biasa yang justru akan memberikan pengaruh
yang buruk akibat paparan radiasi pada pekerja akibat proteksi yang tidak
adekuat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Terdapat faktor hazard yang dialami pekerja di bengkel las antara lain faktor
kebisingan, faktor cahaya dan sinar-sinar berbahaya, faktor temperatur tinggi
( suhu panas ), faktor kimia, faktor biologi, dan faktor ergonomi di bengkel
las Karya Teknik Makassar.
2. Alat-alat yang digunakan belum cukup lengkap untuk pekerjaan di bidang
pengelasan, seperti belum tersedianya meja khusus untuk tempat pengelasan
yang dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan posisi pekerja, dan meja
kursi yang tersedia juga jumlahnya belum memadai di bengkel las Karya
Teknik Makassar.
3. Terdapat APD di bengkel las Karya Teknik namun yang tersedia belum
lengkap, selain itu Alat pelindung diri yang tersedia tidak terawat dan tidak
memiliki tempat penyimpanan khusus di bengkel las Karya Teknik Makassar.
4. Terdapat satu buah kotak P3K yang isinya kurang lengkap di bengkel las
Karya Teknik Makassar.
5. Tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan baik itu berupa pemeriksaan awal
maupun pemeriksaan kesehatan berkala bagi para pekerja di bengkel las
Karya Teknik Makassar.
6. Keluhan kesehatan atau sakit yang sering dialami oleh pekerja antara lain
pegal-pegal, demam, keluhan sakit pa di bengkel las Karya Teknik da mata,
batuk-batuk, luka bakar pada kulit setelah mereka melakukan proses
pengelasan di bengkel las Karya Teknik Makassar.
7. Tidak terdapat kontrol benda hazard yang memadai di bengkel las Karya
Teknik, terlihat dari ketidakpatuhan para pekerja dalam menggunakan Alat
Pelindung Diri secara rutin dan kurang ergonomisnya tempat kerja.
5.2. Saran
Masih banyak yang perlu diperbaiki pada aspek K3 pada pekerja las di
bengkel Karya Teknik Makassar. Masih perlunya melakukan penyuluhan
kesehatan dan keselamatan kerja serta peningkatan pengetahuan pada pekerja
bengkel las tentang pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri serta gangguan
kesehatan yang sering terjadi pada pekerja las untuk meminimalisir terjadinya
keluhan-keluhan dan penyakit akibat kerja. Jika ada keluhan pada pekerja las,
sebaiknya memeriksakan diri ke dokter kedokteran kerja atau dokter umum untuk
mendapatkan penanganan secara tepat. Pencegahan kecelakaan kerja di bengkel
las secara umum yang harus diperhatikan pihak atasan dan pekerja las merupakan
tindakan preventif seperti kata pepatah Lebih baik mencegah daripada
mengobati. Tindakan yang umum dilakukan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja di bengkel las adalah penggunanaan alat pelindung diri.
Selain memastikan semua alat pelindung diri tersedia, memperhatikan dan
menghindari faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik faktor
lingkungan maupun faktor manusia atau pekerja itu sendiri. Manajer atau
supervisor hendaknya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pekerja
di bengkel las mengenai semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan. Dalam
hal ini, dibutuhkan pelatihan atau training dan pengawasan yang intensif. Manajer
atau supervisor hendaknya memasang gambar atau poster keselamatan kerja yang
berhubungan dengan bengkel las yang akan mengingatkan karyawan akan
pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja.
Selain itu, perlunya memperbaiki manajemen tentang kesehatan dan
keselamatan kerja karena terjadinya kecelakaan kerja bisa merupakan akibat
kesalahan manajemen.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hughes, Phill, Ed Ferret. Introduction to Health and Safety at Work, 5th
edition. Oxford and Massachusets: Elsevier, 2011.
2. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat. Upaya Kesehatan Kerja Sektor
Informal di Indonesia. www.itjen.depkes.go.id.htm , diakses pada 2 Juni
2014 pukul 22.14.
3. Verry, Eko. Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pengelasan.
http://ekoverryng.blogspot.com/ , diakses pada 2 Juni 2014 pukul 22.34.
4. Musoffan, Wildan. Analisa Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dalam
Upaya
Identifikasi
Potensi
Bahaya.
Jakarta:
Universitas
Gunadarma, 2007.
5. Sirait, GB. Bahaya dalam Pengelasan. http://repository.usu.ac.id/ . diakses
pada 2 Juni 2014 pukul 22.49.
6. Angelia, Ivana. Pengaruh Kebisingan Mesin Las Disel Listrik terhadap
Fungsi Pendengaran pada Pekerja Bengkel Las di Kecamatan Mapanget
Kota Manado.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/3679/3205 .
diakses pada 3 Juni 2014 pukul 00.40.