Anda di halaman 1dari 19

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Bahaya Fisik Lingkungan Kerja

Disusun oleh Kelompok 1:


Akmal Muhammad (P21335120002)
Annisa Wulandari (P21335120006)
Cindy Shafira Az Zahra (P21335120008)
Ibnu Akil (P23133217018)
Muhammad Ardaffa (P21335120023)
Shifa Ajahra (P21335120037)
Yunda Nurmala Septianti (P21335120040)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jakarta, 2021
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

dengan judul “Bahaya Fisik Lingkungan Kerja”. Makalah ini disusun untuk

memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) semester tiga program studi Sarjana Terapan jurusan Kesehatan

Lingkungan yang diberikan oleh dosen mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) Bapak Agus Joko Susanto, SKM.M.KKK, Bapak Kuat Prabowo,

SKM., M.Kes, dan Ibu Indah Restiaty, SKM, MKes.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai

pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis

sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga

segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Jakarta, 2021

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1

1.3 Tujuan.................................................................................................... 2

1.4 Manfaat.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3

2.1 Pengertian...............................................................................................3

2.2 Standar K3..............................................................................................4

2.3 Potensi Bahaya di Tempat Kerja............................................................6

2.4 Macam-Macam Bahaya Fisik................................................................ 7

2.5 Penanggulangan................................................................................... 12

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 15

3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 15

3.2 Saran.................................................................................................... 15

Daftar Pustaka......................................................................................................16

ii
BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi,

penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Penerapan

teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan yang beranekaragam dan

kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan SDM. Keterbatasan manusia

sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti kecelakaan, kebakaran,

peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Pada

tempat kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja

seperti kebisingan, temperatur, pencahayaan, getaran, bau-bauan, radiasi, bahan

berbahaya beracun, dan ventilasi. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan

gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap kesehatan dan

keselamatan kerja.

Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat

bekerja secara optimal dan produktif. Dengan mempelajari bab ini, para

mahasiswa diharapkan mengetahui faktor-faktor lingkungan kerja yang bisa

mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan tempat kerja, bahaya, dan bahaya fisik?

2. Apa saja standar K3?

1
2

3. Bagaimana potensi bahaya di tempat kerja?

4. Apa saja macam-macam bahaya fisik?

5. Bagaimana pengendalian dari bahaya fisik di tempat kerja?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui maksud dari tempat kerja, bahaya, dan bahaya fisik.

2. Untuk mengetahui standar K3.

3. Untuk mengetahui potensi bahaya di tempat kerja.

4. Untuk mengetahui macam-macam bahaya fisik.

5. Untuk mengetahui pengendalian dari bahaya fisik di tempat kerja.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat, yaitu:

1. Dapat mengetahui maksud dari tempat kerja, bahaya, dan bahaya fisik.

2. Dapat mengetahui standar K3.

3. Dapat mengetahui potensi bahaya di tempat kerja.

4. Dapat mengetahui macam-macam bahaya fisik.

5. Dapat mengetahui pengendalian dari bahaya fisik di tempat kerja.


BAB II PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan menjelaskan pembahasan berdasarkan latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat di bab satu.

2.1 Pengertian

2.1.1 Pengertian Tempat Kerja

Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada

Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup

atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki

tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber

bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan

sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan

tempat kerja tersebut.

2.1.2 Pengertian Bahaya

Bahaya merupakan semua sumber situasi maupun aktivitas yang

berpotensi menimbulkan cedera atau kecelakaan kerja dan atau penyakit akibat

kerja (PAK). Bahaya dapat diartikan sebagai suatu kegiatan, situasi maupun zat

yang dapat menyebabkan kerugian, baik fisik maupun mental terhadap seseorang.

Selain adanya bahaya, semestinya memahami istilah lain yaitu risiko yang

merupakan kombinasi dari kemungkinan bahwa peristiwa berbahaya tersebut akan

terjadi dan tingkat keparahan bahaya yang dapat terjadi, termasuk konsekuensi

jangka panjang jika kita mengalami bahaya tersebut.

3
4

Berikut adalah bagian dari bahaya yang terbagi menjadi dua yaitu

bahaya keselamatan dan bahaya kesehatan.

1. Bahaya keselamatan ialah suatu potensi bahaya yang dapat menimbulkan

risiko langsung yang dapat mengakibatkan keselamatan dan menyebabkan

kecelakaan langsung sehingga menimbulkan cedera seperti luka bakar, luka

sayat, patah tulang, cedera punggung atau bahkan kematian.

2. Bahaya kesehatan merupakan potensi bahaya yang menimbulkan dampak

jangka panjang pada kesehatan atau bahkan menyebabkan sakit akibat kerja

misalnya saja kehilangan pendengaran karena suara yang berisik, terjadinya

masalah pernapasan yang disebabkan oleh paparan zat kimia atau bahkan

cedera sendi.

2.1.3 Pengertian Bahaya Fisik

Bahaya fisik merupakan potensi bahaya yang dapat menyebabkan

gangguan – gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar secara terus

menerus oleh faktor fisik.

Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika

antara lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan

sinar ultra ungu. Faktor – faktor ini mungkin berasal dari bagian tertentu yang

dihasilkan dari proses produksi atau produk samping yang tidak diinginkan.

2.2 Standar K3

Permenaker No 5/2018 mengenai K3 memberikan pedoman terbaru tentang

nilai ambang batas atau NAB dalam faktor fisik, kimia, dan biologi. NAB tersebut

juga mengatur standar faktor psikologi, ergonomi, biologi, hygiene serta sanitasi.
5

Dalam pedoman tersebut perusahaan juga harus mampu menjaga kualitas udara di

lingkup lingkungan kerja. Hal ini mencakupi kontrol pada kualitas udara indoor

agar tempat kerja memiliki lingkungan yang aman, nyaman, dan tidak

memberikan penyakit kepada pekerja yang sedang bertugas.

Dalam pedoman baru, pengukuran dan pengendalian faktor fisika meliputi:

Faktor fisika adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas pekerja yang

bersifat fisika, diakibatkan oleh penggunaan mesin, peralatan, bahan, dan kondisi

lingkungan di sekitar tempat kerja yang dapat mengakibatkan gangguan dan PAK.

Pengukuran dan pengendalian faktor fisika meliputi iklim kerja, kebisingan,

getaran, gelombang radio atau gelombang mikro, sinar Ultra Ungu (Ultra Violet),

radiasi Medan Magnet Statis, tekanan udara, dan pencahayaan.

Dalam Permenaker No.5 Tahun 2018 Pasal 9 diatur mengenai standar iklim

kerja dingin, tekanan dingin adalah pengeluaran panas akibat pajanan terus-

menerus terhadap dingin yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk

menghasilkan panas sehingga mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh di bawah

36°C).

Standar iklim kerja dingin ini tidak diatur dalam Permenaker No. 13 Tahun

2011. Standar iklim kerja dingin meliputi tabel standar di mana terdapat suhu

dingin, kecepatan angin, suhu aktual yang dirasakan dan tingkat bahaya. Standar

iklim kerja dingin juga menjelaskan tentang istirahat yang harus diambil untuk

shift kerja 4 jam.


6

2.3 Potensi Bahaya di Tempat Kerja

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya

penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi

menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau

bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan

sistem kerja.

Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan

kerugian kepada:

1. Manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan

2. Properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin

3. Lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar

perusahaan,

4. Kualitas produk barang dan jasa

5. Nama baik perusahaan.

Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk

mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk

mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat

kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat

berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain :

1. Faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan

kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.


7

2. Faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di

dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan

baku, baik produk antara maupun hasil akhir.

3. Faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama

apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam

kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.

2.4 Macam-Macam Bahaya Fisik

Lingkungan kerja yang tidak sehat sering kali mengganggu para pekerja dan

dapat mengurangi keefektifitasan dari pekerja itu sendiri. Dibawah ini akan

diuraikan beberapa lingkungan kerja yang tidak sehat dan juga mengganggu

kinerja dari pekerja itu sendiri.

Bahaya ini seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin bising kurang

penerangan getaran yang berlebihan radiasi dan sebagainya, Keadaan tempat kerja

yang terlalu panas mengakibatkan karyawan cepat lelah karena kehilangan cairan.

Bila panas di lingkungan ini berlebihan suhu tubuh akan meningkat yang

menimbulkan gangguan kesehatan, pada keadaan berat suhu tubuh sangat tinggi

yang mengakibatkan pingsan sampai kematian, keadaan yang terlalu dingin juga

akan menyebabkan karyawan sering sakit sehingga akan menurunkan daya tahan

tubuhnya.

Berikut macam-macam bahaya fisik di lingkungan kerja:

2.4.1 Kebisingan

Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak

dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan


8

kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi. Aspek yang berkaitan dengan

kebisingan antara lain: jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan.

Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya

konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja.

Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu

dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli permanen

adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim . Contoh : Pengolahan

kayu, tekstil, metal, dll.

2.4.2 Getaran

Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising

seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus

atau intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam

memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered

tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal

sebagai ”Raynaud’s phenomenon” atau ”vibration-induced white fingers” (VWF).

Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem

saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan

sakit tulang belakang. Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain

saws.

2.4.3 Pencahayaan

Tujuan pencahayaan yaitu untuk memberi kenyamanan dan efisiensi

dalam melaksanakan pekerjaan dan memberi lingkungan kerja yang aman. Efek

pencahayaan yang buruk membuat mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala,
9

berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan

pencahayaan yang baik agar bisa meningkatkan semangat kerja, produktivitas,

mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan

kerja, mengurangi kecelakaan kerja.

2.4.4 Temperatur

Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar adalah

jika perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi

panas dan 35% untuk kondisi dingin. Semua ini dari keadaan normal tubuh.

Dalam keadaan normal anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda-

beda, seperti bagian mulut sekitar 37ºC, dada sekitar 35ºC, dan kaki sekitar 28ºC.

Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena memiliki

kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi, dan penguapan jika

terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya. Menurut

penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang

berbeda-beda seperti berikut

1. ± 49ºC : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas

tingkat kemampuan fisik dan mental.

2. ± 30ºC : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung

untuk dalam pekerjaan, serta menimbulkan kelelahan fisik.

3. ± 24ºC : Kondisi optimum.

4. ± 10ºC : Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.


10

Dari suatu penelitian diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja

manusia akan mencapai tingkat paling tinggi pada temperatur sekitar 24ºC

sampai 27ºC.

2.4.5 Kelembaban (Humidity)

Yang dimaksud kelembaban di sini adalah banyaknya air yang

terkandung dalam udara (dinyatakan dalam %). Kelembaban ini dipengaruhi oleh

temperatur udara. Suatu keadaan dimana temperatur udara sangat panas dan

kelembabannya tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara

besar-besaran, karena sistim penguapan, dan pengaruh lain ialah makin cepatnya

denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi

kebutuhan oksigen. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai

keseimbangan antara panas tubuhnya dengan suhu disekitarnya.

2.4.6 Sirkulasi Udara (Ventilation)

Seperti kita ketahui udara di sekitar kita mengandung sekitar 21%

Oksigen, 0,03% Karbondioksida dan 0,9% gas lainnya (campuran). Oksigen

terutama merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama untuk

menjaga kelangsungan hidupnya (proses metabolisme). Udara di sekitar kita

dikatakan kotor bila kadar oksigen di udara telah berkurang dan bercampur

dengan gas-gas lain yang berbahaya bagi kesehatan. Jika kita menghirup udara

kotor kita akan marasa sesak dan akan lebih cepat merasa lelah. Sirkulasi udara

dengan memberikan ventilasi yang cukup akan menggantikan udara yang kotor

dengan udara yang bersih. Demikian juga dengan menaruh tanaman akan mampu

membantu memberi kebutuhan akan oksigen yang cukup.


11

2.4.7 Bau Bauan

Adanya bau-bauan yang dalam hal ini juga dipertimbangkan sebagai

polusi akan dapat mengganggu konsentrasi orang bekerja. Temperatur dan

kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi

kepekaan penciuman. Oleh karena itu pemakaian Air Conditioning yang tepat

merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan

yang mengganggu sekitar tempat kerja.

2.4.8 Warna

Yang dimaksud disini adalah warna tembok ruangan dan interior yang

ada disekitar tempat kerja. Warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan

mata untuk melihat objek, juga memberikan pengaruh yang lain seperti :

a. Warna merah bersifat merangsang.

b. Warna kuning memberikan kesan luas, terang dan leluasa.

c. Warna hijau atau biru memberikan sejuk, aman dan menyegarkan.

d. Warna gelap memberikan kesan sempit.

e. Warna terang memberikan kesan leluasa.

Dengan adanya sifat-sifat itu maka pengaturan warna ruangan tempat

kerja perlu diperhatikan dalam arti harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya.

Dalam keadaan dimana ruangan terasa sempit maka pemilihan warna yang

sesuai dapat menghilangkan kesan tersebut. Hal ini secara psikologis

akan menguntungkan karena kesan sempit cenderung menimbulkan stres.


12

2.5 Penanggulangan

Penanggulangan atau pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerjaa

dalah suatu upaya pengendalian potensi bahaya yang ditemukan di tempat kerja.

Pengendalian risiko perlu dilakukan sesudah menentukan prioritas risiko. Metode

pengendalian dapat diterapkan berdasarkan hierarki dan lokasi pengendalian.

Hierarki pengendalian merupakan upaya pengendalian mulai dari efektivitas yang

paling tinggi hingga rendah, sebagai berikut:

2.5.1 Eliminasi

Eliminasi merupakan langkah pengendalian yang menjadi pilihan

pertama untuk mengendalikan pajanan karena menghilangkan bahaya dari tempat

kerja. Namun, beberapa bahaya sulit untuk benar-benar dihilangkan dari tempat

kerja.

2.5.2 Substitusi

Subtitusi merupakan upaya penggantian bahan, alat atau cara kerja

dengan alternatif lain dengan tingkat bahaya yang lebih rendah sehingga dapat

menekan kemungkinan terjadinya dampak yang serius. Contohnya:

1. Mengganti tensi air raksa dengan tensi digital


13

2. Mengganti kompresor tingkat kebisingan tinggi dengan tipe yang kebisingan

rendah (tipe silent kompresor)

2.5.3 Pengendalian Teknik

Pengendalian teknik merupakan pengendalian rekayasa desain alat

dan/atau tempat kerja. Pengendalian risiko ini memberikan perlindungan terhadap

pekerja termasuk tempat kerjanya. Untuk mengurangi risiko penularan penyakit

infeksi harus dilakukan penyekatan menggunakan kaca antara petugas loket

dengan pengunjung/pasien. Contoh pengendalian teknik yaitu: untuk meredam

suara pada ruang dengan tingkat bising yang tinggi seperti:

1. Pada poli gigi khususnya menggunakan unit dental dan kompresor

2. Pada ruang genset

2.5.4 Pengendalian Administrasi

Pengendalian administrasi berfungsi untuk membatasi pajanan pada

pekerja. Pengendalian administrasi diimplementasikan bersamaan dengan

pengendalian yang lain sebagai pendukung. Contoh pengendalian administrasi

diantaranya:

1. Pelatihan/sosialisasi/penyuluhan pada SDM Fasyankes

2. Penyusunan prosedur kerja bagi SDM Fasyankes

3. Pengaturan terkait pemeliharaan alat

4. Pengaturan shift kerja

2.5.5 Alat Pelindung Diri

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam mengendalikan risiko

keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang sangat penting, khususnya
14

terkait bahaya biologi dengan risiko yang paling tinggi terjadi, sehingga

penggunaan APD menjadi satu prosedur utama di dalam proses asuhan pelayanan

kesehatan.

APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk

melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh

sumber daya manusia dari potensi bahaya di Fasyankes. Alat pelindung diri tidak

mengurangi pajanan dari sumbernya, hanya saja mengurangi jumlah pajanan yang

masuk ke tubuh. APD bersifat eksklusif (hanya melindungi individu) dan spesifik

(setiap alat memiliki spesifikasi bahaya yang dapat dikendalikan). Implementasi

APD seharusnya menjadi komplementer dari upaya pengendalian di atasnya

dan/atau apabila pengendalian di atasnya belum cukup efektif.

Jenis-jenis APD yang dapat tersedia di Fasyankes sesuai dengan

kebutuhan sebagai berikut:

1. Penutup kepala (shower cap)

2. Kacamata Khusus (safety goggle)

3. Pelindung wajah (face shield)

4. Masker

5. Sarung Tangan (hand schoon/sarung tangan karet)

6. Jas Lab dan Apron (apron/jas lab)

7. Pelindung kaki (safety shoes dan sepatu boots)

8. Coverall
15

BAB III PENUTUP

Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap

pembahasan di atas.

3.1 Kesimpulan

Dari makalah di atas, dapat diambil kesimpulan, yaitu:

Bahaya fisik merupakan potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan

kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar secara terus menerus oleh faktor

fisik. Potensi bahaya bersumber dari faktor teknis, lingkungan, dan manusia yang

dapat mengakibatkan kerugian pada manusia, properti, lingkungan, kualitas, dan

nama baik perusahaan. Macam-macam bahaya fisik, yaitu; kebisingan, getaran,

pencahayaan, temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, bau-bauan, dan warna.

Beberapa pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara eliminasi,

substitusi, pengendalian teknik, pengendalian administrasi, dan menggunakan alat

pelindung diri.

3.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat diambil saran, yaitu;

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan

dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki

makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan

nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang

pembahasan makalah di atas.


Daftar Pustaka

http://sdm.mercubuana.ac.id/?wpfb_dl=2

https://galihendradita.wordpress.com/2019/12/05/pengendalian-risiko-kesehatan-

dan-keselamatan-kerja-dalam-faskes-dan-fktp-lain/

https://safetyfirstindonesia.co.id/baca-informasi/perbedaan-bahaya-dan-

resiko.html

https://upp.ac.id/blog/pengertian-bahaya-dan-faktor-faktor

https://osf.io/mejza/download/?format=pdf#:~:text=Bahaya%20fisik%20merupak

an%20bahaya%20seperti,berasal%20dari%20faktor%2Dfaktor%20fisik.

https://upp.ac.id/blog/pengertian-bahaya-dan-faktor-faktor

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-

jakarta/documents/publication/wcms_237650.pdf

https://mia.staff.uns.ac.id/2011/07/11/tempat-kerja-potensi-bahaya/

https://spn.or.id/standar-kesehatan-dan-keselamatan-kerja/

16

Anda mungkin juga menyukai