Anda di halaman 1dari 24

MATA KULIAH

PRAKTIK KERJA INDUSTRI

MAKALAH

FAKTOR BAHAYA FAKTOR FISIK DI INDUSTRI

DISUSUN OLEH:

Kelompok 11

1. Liyana P231345119042
2. Muhammad Sidiq Aribowo P231345119052
3. Revalina Norviantinissa P231345119068

3 D-III B Kesehatan Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,

Daerah KhususIbukota Jakarta 12120

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Dosen kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan penulisan 1

BAB II LANDASAN TEORI 2

2.1 Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2

2.2 Bahaya Kerja ( Hazard ) 2

2.3 Pengertian Lingkungan Fisik

2.4 Pencahayaan

2.5 Kebisingan

2.6 Suhu

2.7 Kuesioner dan Checklist bahaya faktor fisik di industri 4

BAB IIIPENUTUP 11

3.1 Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah hak dasar bagi
pekerja dan merupakan komponen dari Hak Azazi Manusia (HAM).
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja pada hakikatnya merupakan
alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal
mungkin di semua sektor kegiatan formal dan informal, sehingga
tercapai kesejahteraan tenaga kerja; dan yang kedua sebagai alat
untuk meningkatkan produktivitas yang berlandaskan kepada
perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor manusia dalam
produksi.
Apabila setiap industri dapat menerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja sesuai dengan konsep manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja, secara teoritis, dapat menurunkan angka
kecelakaan kerja bahkan meniadakan atau zero accident dari
kecelakaan kerja. Menurut Frank E. Bird, kecelakaan kerja adalah
suatu kejadian yang tidak diinginkan, yang dapat mengakibatkan
cidera pada manusia atau kerusakan pada harta. Kecelakaan kerja
adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada perusahaan.
Hubungan kerja berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh
pekerjaan pada waktu melaksanakan pekerjaan.
Dalam setiap bidang kegiatan manusia selalu terdapat
kemungkinan terjadinya kecelakaan, tidak ada satu bidang kerja pun
yang dapat memperoleh pengecualian. Setiap pekerja selalu memiliki
potensi risiko mengalami kecelakaan kerja tergantung dari jenis
produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan, tata ruang
dan lingkungan bangunan serta kualitas manajemen tenaga-tenaga
pelaksana.Kecelakaan kerja sesungguhnya merupakan hasil akhir
dari suatu aturan dan kondisi kerja yang tidak aman.
1.2. Tujuan Penulisan

1
Untuk mengetahui faktor bahaya fisik di industri dengan melihat kuesioner
dan checklist.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan Kerja adalah suatu keadaan terhindar dari bahaya selama


melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus
dilakukan selama bekerja. Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah
sebagai berikut (darmawi H.2013) :

a. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja.


b. Adanya kesadaran dalpam menjaga keamanan dan kesehatan kerja
c. Teliti dalam bekerja
d. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.

Defenisi Kesehatan kerja menurut Komisi Gabungan ILO/WHO dalam


Kesehatan Kerja pada tahun 1950 yang disempurnakan pada sesi ke 12 tahun 1995
adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental
dan kesejahteraan sosial semua pekerjaan yang setinggi-tingginya. Mencegah
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi
pekerjaan dari factor risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja disesuaikan dengan
kapabilitas fisiologi dan psikologinya, dan disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan
kepada manusia dan setiap manusia dan setiap manusia kepada pekerjaannya.

2.2. Bahaya Kerja ( Hazard )

2
Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cedera pada manusia, kerusakan atau
gangguan lainnya. Bahaya merupakan sifat yang melekat (inherent) dan menjadi
bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan. Misalnya api, secara alamiah
mengandung sifat panas yang bila mengenai benda atau tubuh manusia dapat
menimbulkan kerusakan cedera. Bahaya dalam 212 Sanitasi Industri dan K3
kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Tanpa disadari di sekitar kita
terdapat berbagai jenis bahaya. Berikut jenis bahaya yang ada (Ramli S., 2099)
dan Suma’mur, 1996):

1. Bahaya Mekanis
2. Bahaya Listrik
3. Bahaya kimiawi
4. Bahaya Fisik
5. Bahaya Biologis
6. Bahaya Ergonomis
7. Bahaya Psikologi

Pada kali ini kelompok kami akan membahas faktor bahaya fisik di indsutri,
Bahaya yang berasal dari faktor fisik antara lain :

a. Bising, adalah suara yang tidak diingini yang menganggu

pendengaran dan mengurangi ketajaman pendengan. Berdasarkan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor

Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pasal 5 ayat 1 bahwa Nilai

Ambang Batas kebisingan ditetapkan sebesar 85 dB(A) untuk 8 jam

kerja per hari dan 40 jam per minggu. Gangguan pendengaran mulai

dari yang ringan sampai yang berat, yang meliputi;

3
1) stadium adaptasi yaitu pendengaran tenaga kerja terganggu pada saat
bekerja atau di ruang kerja, setelah keluar dari ruang kerja pendengaran
normal kembali.
2) stadium temporary threshold shif, artinya pendengaran terganggu
sampai waktu 48 jam.
3) stadium persisten threshold shif, yaitu pendengaran tenaga kerja
terganggu dalam waktu 16 jam.
4) stadium permanen, artinya terjadi tuli permanen.

b. Getaran, bersumber dari mesin-mesin yang digunakan di industri. Getaran


dibagi 2 yaitu getaran sebagian dan seluruh tubuh. Dampak dari getaran
adalah dapat memngganggu sistem pencernaan dan system syaraf

c. Suhu panas atau dingin, suhu di tempat kerja sesuai dengan Permenaker
Trans. No. 13 tahun 2011 tentang Faktor Fisik dan Kimia di Tempat
Kerja, suhu yang diperbolehkan adalah 180C – 300C. Suhu udara tempat
kerja lebih dari 300C dapat mengganggu kesehatan seperti heat rash, heat
cramp, heat exhaustion, heat stroke atau sun stroke.

Agar tenaga kerja tidak cepat mengalami kelelahan diperlukan


langkah- langkah perbaikan sebagai berikut :
1) Penyediaan air minum

2) pemberian jendela (ventilasi di tempat kerja)

3) Pengadaan local exhauster

4) Penggunaan pakaian kerja dengan bahan yang menyerap


keringat Dengan penerapan beberapa langkah
pengendalian tersebut
diharapkan tenaga kerja tidak cepat mengalami kelelahan kerja.

4
d. Cahaya atau penerangan, pengaturan cahaya di tempat kerja disesuaikan
dengan jenis pekerjaannya. Cahaya yang terlalu terang dapat
menimbulkan kesilauan dan juga dapat menaikan suhu di ruangan kerja,
sedangkan apabila cahaya terlalu rendah dapat menyebabkan otot mata
bekerja lebih maksimal sehingga dapat menyebabkan kelelahan mata.
e. Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultraviolet atau infra merah.

5
2.3. Pengertian Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja
yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan,
kebersihan, musik dan lain-lain (Nawawi, 2001)
Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, salah
satunya adalah lingkungan kerja. Ravianto, (1986) mengemukakan lingkungan
kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan dan dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.
Lingkungan fisik adalah sesuatu yang berada disekitar para pekerja yang
meliputi cahaya, warna, udara, suara serta musik yang mempengaruhi dirinya
dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Moekijat, 1995). Sedangkan
menurut Gie (2000) lingkungan fisik merupakan segenap faktor fisik yang
bersama-sama merupakan suatu suasana fisik yang meliputi suatu tempat kerja.
Suasana lingkungan kerja yang menyenangkan akan dapat mempengaruhi
karyawan dalam pekerjaannya. Bekerja dalam lingkungan kerja yang
menyenangkan merupakan harapan sekaligus impian dari setiap pekerja. Menurut
Nitisemito (2000) lingkungan kerja dapat berpengaruh terhadap pekerjaan yang
dilakukan oleh para pegawai, sehingga setiap organisasi atau perusahaan harus
mengusahakan agar lingkungan kerja dimana pegawai berada selalu dalam kondisi
yang baik.
Seperti dijelaskan di atas bahwa lingkungan kerja juga berpengaruh
terhadap produktivitas kerja karyawan. Ditambahkan oleh Gibson (1996) bahwa
lingkungan kerja merupakan serangkaian hal dari lingkungan yang dipersepsikan
oleh orang- orang yang bekerja dalam suatu lingkungan organisasi dan
mempunyai peran yang besar dalam mengarahkan tingkah laku karyawan. Artinya
bagaimana karyawan merasakan bahwa lingkungan kerjanya baik atau buruk,
menyenangkan atau tidak menyenangkan, mendukung atau justru menjadi
tekanan, tergantung dari bagaimana karyawan akan memandang, menafsirkan dan
memberi arti terhadap sesuatu yang terjadi didalam lingkungan kerjanya baik

6
kondisi fisik maupun kondisi perusahaan dan hubungan interpersonal didalamnya.
Selanjutnya persepsi tersebut akan berpengaruh terhadap semangat kerja
karyawan.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan lingkungan fisik adalah keadaan di sekitar seperti suhu udara,
pencahayaan, suara, penghawaan ruangan, kebersihan dan sikap kerja yang
mempengaruhi perawat dalam menjalankan pekerjaannya. Yang dibahas dalam
penelitian ini adalah segala sesuatu yang berada disekitar para pekerja yang
meliputi suhu udara, pencahayaan, suara, penghawaan, kebersihan serta sikap
kerja yang dapat memengaruhi pekerja dalam menjalankan tugas-tugas yang
dibebankan.
2.4.Pencahayaan

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas fisik kerja seorang pekerja
yaitu pencahayaan. Pencahayaan merupakan sejumlah penyinaran pada suatu
bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Fungsi
dari pencahayaan di area keja antara lain memberikan pencahayaan di areakerja
antara lain memberikan pencahayaan kepada benda-benda yang menjadi objek
kerja operator tersebut, seperti: mesin atau peralatan, proses produksi, dan
lingkungan kerja.
Intensitas pencahayaan (illumination level) merupakan jumlah atau
kuantitatif cahaya yang jatuh ke suatu permukaan. Untuk satuan illumination level
adalah lux pada area dengan satuan square meter. Tingkat atau intensitas
pencahayaan tergantung pada sumber pencahayaan tersebut.
 Sumber Pencahayaan
Terdapat beberapa macam sumber pencahayaan, antara lain :
1. Pencahayaan alami
2. Pencahayaan buatan
Contoh dari pencahayaan buatan adalah:
a. Lampu pijar
b. Lampu tungsten-halogen

7
c. Lampu sodium
d. Lampu uap merkuri
e. Lampu kombinasi
f. Lampu metal halide
g. Lampu LED
h. Lampu fluorescent tabung
i. Lampu fluorescent berbentuk pendek
j. Lampu induksi.
 Alat Pengukur Pencahayaan
Dalam melakukan pengukuran terhadap intensitas pencahayaan
adalah lux meter. Alat ini mengubah energy cahaya menjadi energy listrik,
kemudian energy listrik dalam bentuk arus listrik diubah menjadi angka
yang dapat dibaca pada layar monitor.
2.5. Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai


dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap
kenyamanan dan kesehatan manusia(Dwi P. Sasongko, 2000). Defenisi lain adalah
bunyi yang didengar sebagai rangsangan–rangsangan pada telinga oleh getaran–
getaran melalui media elastis manakala bunyi–bunyi tersebut tidak
diinginkan(Suma`mur P. K, 2009).
Selain itu kebisingan atau noise pollution sering disebut sebagai suara atau
bunyi yang tidak dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai suara yang salah
pada tempat atau waktu yang salah(Budiman Chandra, 2007). Sedangkan definisi
kebisingan menurut Kepmanker(1999) adalah suara yang tidak dikendaki yang
bersumber dari alat–alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran. WHO juga mengutarakan bahwa kebisingan adalah segala
bunyi yang tidak diinginkan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan,
kenyamanan dan ketentraman.
 Jenis-jenis kebisingan
1. Bising yang kontiniu

8
Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6Db dan
tidak putus-putus. Bising kontiniu dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Wide spectrum adalah bising dengan spectrum frekuensi yang luas.


Bising ini relative tetap dalam batas kurang dari 5Db untuk periode
0,5 detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara mesin
tenun.

b. Norrow spectrum adalah bising yang relative tetap, akan tetapi


mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000).
Misalnya gergaji sirkuler, katup gas.

2. Bising terputus-putus
Bising jenis ini sering di sebut juga intermittet noise, yaitu bising
yang berlangsung secara tidak terus menerus, melaikan pada periode
relative tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api.

3. Bising implusif
Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40dB
dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengaran seperti
suara tembakan, suara ledakan mercon.

4. Bising implusif berulang


Sama dengan bising implusif, hanya bising ini terjadi berulang-
ulang misalnya mesin tempah.

 Alat Pengukur Kebisingan


Alat ukur kebisingan suara sound level meter AMF-007 adalah alat
pengukur tingkat kebisingan atau biasa disebut decible meter portabel yang
berfungsi untuk mengukur atau menguji tingkat kebisingan suara dalam
suatu area atau lingkungan tempat kita bekerja.

9
2.6.Suhu

Suhu merupakan faktor iklim yang mempengaruhi kenyaman manusia.


Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menggangu kegiatan manusia.
Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala
tertentu dengan menggunakan thermometer dan merupakan unsur iklim yang
sangat penting. Variasi harian dari suhu atau temperature umumnya serupa.
Suhu di permukaan bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Jumlah radiasi yang diterima per tahun, perhari, permusim
2. Pengaruh daratan atau lautan
3. Pengaruh ketinggian tempat
4. Pengaruh angin secara tidak langsung
5. Pengaruh panas laten
6. Penutup tanah
7. Tipe tanah
8. Pengaruh sudut dating matahari
(Tjasyono 1996)
Pada setiap hari temperature atau suhu udara maksimum terjadi sesudah
tengah hari, biasanya sekitar jam 14.00 dan akan mencapai minimum sekitar jam
06.00 atau sekitar matahari terbit. Temperature atau suhu udara yang bertambah
secara continue ini, dari matahari terbit sampai kira-kira jam 15.00 ditahan oleh
angin laut (Tjasyono 1991).
 Alat Pengukur Suhu Ruangan
Thermohygrometer adalah satu alat dengan dua indikator
pengukuran, yaitu thermometer dan hygrometer. Thermometer berfungsi
sebagai pengukur suhu dalam satu area/ruangan. Sedangkan hygrometer
berfungsi untuk mengukur kelembaban Relative Humidity (RH) dalam
satu area/ruangan.
2.7.Kuesioner dan Checklist bahaya faktor fisik di industri

KUESIONER PENELITIAN
KELUHAN SUBJEKTIF PEKERJA DI
INDUSTRI

10
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Usia: : tahun
Jenis Kelamin : Pria Wanita
Pendidikan Terakhir : SD SMP
SMA Perguruan
Tinggi Status Kerja : Tetap Tidak
Tetap Masa Kerja : tahun
II. Keluhan Subjektif Pekerja
Berilah penilaian terhadap aspek yang dievaluasi sesuai dengan anda
rasakan
kemudian berikan tanda “√” pada salah satu kolom yang tersedia.
1. Bila ingin menganti jawaban yang telah diisi, menggantinya
adalah dengan member tanda “X” pada jawaban yang awal,
kemudian berikan tanda “√” pada kolom yang tersedia sesuai
alternatif jawaban yang anda kehendaki
2. Pilihan yang tersedia adalah Ya dan Tidak
dengan uraian
a. Mengalami
b. Tidak Mengalami
NO PERNYATAAN YA TIDAK

A. SUHU
1. Anda merasakan suhu di dalam ruangan kerja
sudah membuat anda nyaman
2. Anda mengeluarkan keringat secara berlebihan
3. Merasa stress
4. Merasa cepat lelah
5. Merasa cepat haus/dehidrasi

11
6. Sering mengalami sakit perut
7. Sering merasa mual
8. Mengalami perasaan tidak enak saat bekerja
9. Mengalami gangguan pencernaan
10. Mengalami penurunan berat badan/ Anorexia
B. KEBISINGAN
1. Sering mengalami kaget/terkejut
2. Sering merasa terganggu saat bekerja
3. Konsentrasi bekerja bekurang
4. Sulit dalam berkomunikasi antar sesama pekerja
5. Mengalami rasa sakit pada telinga
6. Anda merasa kebisingan di dalam ruang
7. bekerjadapat menganggu
Mengalami gangguan jamhasil
tidurpekerjaan
8. Mengalami telinga berdengung
9. Mengalami stress dalam bekerja
10. Sering mengalami emosi yang berlebih
C. PENCAHAYAAN
1. Anda merasa pencahayaan di dalam ruang
bekerja kurang
2. Anda mengalami kesulitan melihat benda
dengan jelas
3. Merasa silau dalam bekerja
4. Memerlukan konsentrasi yang berlebih
5. Mengalami kelelahan pada mata
6. Mengalami sakit kepala
7. Mengalami kerusakan indra penglihatan
8. Mengalami perih pada mata
9. Mengalami kedutan pada mata
10. Mata sering berair
D. RADIASI

12
1. Apakah anda berada dibagian kerja yg mempunyai
2. radiasi tingg2
Apakah anda berada dibagian kerja yg mempunyai
radiasi tingg
E. TEKANAN
1. tekanan yg dihasilkan mengganggu pekerjaan anda
2. Berada dibagian kerja yg menghasilkan tekanan yg
tinggi
3. Apakah anda sering mengalami sesak nafas
F. GETARAN
1. Getaran dari mesing mengganggu perkejaan anda
2. Getaran yang ditimbulkan setiap saat
3. Sering merasa thremor ( bergetar )
G. IKLIM KERJA
1. Merasa panas saat bekerja
2. Perkejaan terganggu bila udara panas
3. Merasa bersemangat berkerja bila udara diruang
sejuk

13
KUESINOER
PENELITIAN
PENGUKURAN LINGKUNGAN FISIK DI INDUSTRI

I. Pengukuran Kualitas Lingkungan Fisik


1. Pencahayaan (Lux Meter)
Titik 1 :
Titik 2 :
Titik 3 :
Titik 4 :
Titik 5 :
2. Kebisningan ( Sound Level
Meter)
Titik 1 :
Titik 2 :
Titik 3 :
Titik 4 :
Titik 5 :
3. Suhu (Thermometer)
Titik 1 :
Titik 2 :
Titik 3 :
Titik 4 :
Titik 5 :

14
CHECKLIST LINGKUNGAN FISIK DI INDUSTRI

Komponen yang dinilai Bob Nilai Nilai Sko KETERANGAN


NO
ot Max Hasil r
1. Suhu & Kelembaban ( Total Skor Maks = 140 )
a) Suhu : 18 –30 ºC 4
b) Apabila suhu < 18 ºC
3
perlu dipasang alat
pemanas ruangan
(heater) 7
c) Apabila suhu > 30 º C
3
perlu dipasang ventilasi
buatan (AC, Fan,
xhauster)
a) Kelembaban : 65 % - 4
95 %
b) Apabila kelembaban 3
<65% perlu dipasang
alat humidifier (seperti
7
alat pembentuk
aerosol)
c) Apabila kelembaban >
3
95% perlu dipasang
alat dehumidifier
a) Kualitas air minum 3
memenuhi syarat
kesehatan secara
fisik ( tidak
bewarna, tidak
berbau, dan jernih ),
segar, sehat dan
aman
b) Konstruksi dan tipe 3
yang disediakan
perusahaan min. 1

15
tempat 50 karyawan
c) Tersedia gelas
2
untuk minum
dengan frekuensi
sekali penggunaan
yang dilengkapi
10
dengan tempat
sampah
2
d) Tempat untuk air
minum terjamin
hygienitasnya
( tidak
memumadahkan
untuk terjadinya
kontaminasi di
dalamnya )
a) Pada sumber 3
kegiatan yang
menghasilkan gas
pencemar yang
mengandung
mikroba, maka
perlu dilengkapi
8
dengan ventilasi /
AC dengan sistim
saringan udara
bertingkat untuk
menangkap
mikroba 3
b) Melakukan upaya
desinfeksi dengan
menggunakan sinar
UV atau bahan
kimia

16
a) Pada sumber
kegiatan yang
menghasilkan gas 5
pencemar, maka
perlu dipasang
8
hood yang
dihubungkan
dengan local
exhauster dan
dilengkapi dengan
filter penangkap gas 5
b) Dilakukan upaya
penerapan sistim
ventilasi dilusi
untuk menjamin
suplai udara segar
dalam ruang kerja
a) Membersihkan 5
saringan / filter AC
secara periodic
sesuai dengan
ketentuan pabrik 8
b) Dilakukan upaya
5
penerapan sistim
ventilasi dilusi
untuk menjamin
suplai udara segar
dalam ruang kerja
a) Pada sumber
5
kegiatan yang
menghasilkan debu,
perlu dipasang
sistim ventilasi
local (local

17
ventilation ) yang
dilengkapi dengan
10
penyaring debu
( filter debu)
b) Dilakukan upay
5
penerapan sistim
ventilasi dilusi
untuk menjami
suplai udara segar
dalam ruang kerja
2 Pencahayaan
a) Jenis 10 4
kegiatan/pekerjaan
yang dilakukan
sesuai dengan
intensitas cahaya
yang telah
Ditentukan
3
b) Baik pencahayaan
alami maupun
buatan tidak
menimbulkan
bayangan dan
kesilauan dan
berfungsi dengan
baik
c) Sesuai dengan 3

warna cat dinding


yang digunakan
ehingga kontras
dengan cahaya yang
dipantulkan
3 Kebisingan
a) Jenis 10 4
kegiatan/pekerjaan

18
yang dilakukan
sesuai dengan
intensitas kebisingan
yang telah
ditentukan
b) Dilakukan 3
pengaturan pada tata
ruang kerja sehingga
meminimnalisir
tingkat kebisingan
3
c) Pada sumber bising
dilengkapi dengan
peredam kebisingan
(seperti bahan yang
a)
kedap suara,
menanam pohon,
peninggian tembok,
dll)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Untuk melihat kesehatan dan keselamatan kerja dapat dilakukan
dengan mempelajari manajemen risiko di tempat kerja/industri, dengan
melakukan evaluasi bahaya dan risiko di tempat kerja untuk menilai seberapa
besar peluang kejadian risiko yang ditimbulkan oleh pajanan hazard. Bila
risikonya terlalu besar maka dilakukan intervensi atau pengendalian untuk

19
perbaikan, sampai ke tingkat risiko yang dapat diterima (aacceptable risk) atau
dihilangkan kalau memungkinkan. Sebaliknya, bila risikonya kecil maka dapat
diabaikan namun tetap dilakukan pemantauan yang berkesinambungan untuk
selalu waspada kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dari tingkat risiko
rendah menjadi tinggi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Jamaludin Ramlan, dan Tim. 2018. Serial Buku Ajar Kesehatan Lingkungan Sanitasi
Industri. Jakarta: Politeknik Kesehatan kementerian kesahatan Jakarta ll.

https://idoc.pub/documents/check-list-pemantauan-faktor-fisik-lingkungan-kerja-
jlk92vy7o045

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/12017/07.1 lampiran 1.pdf?


sequence=11&isAllowed=y

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126220-S-5747-Faktor-faktor%20yang-Lampiran.pdf

Lingkungan fisik adalah http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33796/Chapter


%20II.Pdf;sequence=4

Mike Wardhani, Suci Mahanani, Widhi Eviyanti.2004. Editor Wahyu Purwanto. Evaluasi Kebisingan,
Temperatur dan Pencahayaan. Proceding Seminar Nasional Ergonomi2. Yogyakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1405/Menkes/SK/XI/2002 Tentang Nilai


Ambang Batas (NAB) Pencahayaan, Kebisingan dan Suhu

21

Anda mungkin juga menyukai