Oleh :
TOMU AUGUSTINUS
PASARIBU NIM : 1902190075
PROGRAM STUDI
MAGISTER ILMU
HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS KRISTEN
INDONESIA JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................9
C. Tujuan Penelitian...................................................................................9
D. Manfaat Penelitian.................................................................................9
BAB II PEMBAHASAN................................................................................5
A. Teori Negara Hukum..........................................................................5
1. Pengertian Negara Hukum.............................................................5
2. Negara Hukum Indonesia.............................................................12
B. Teori Demokrasi.................................................................................13
1. Pengertian Demokrasi..................................................................13
C. Implikasi Perppu No 4 tahun 2008....................................................18
1. Hakikat dan Materi Muatan Perppu..............................................18
2. Dasar Pertimbangan Pengujian Perppu oleh MK........................22
3. Keabsahan Perppu No 4 tahun 2008...........................................24
4. Kasus pada Bank Century...........................................................27
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................42
A. Kesimpulan......................................................................................42
B. Saran...............................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................44
1
BAB I PENDAHULUAN
Undang- Undang Dasar Pasal 33 ayat (4), yang pada intinya mengatur
1
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 Ayat (4)
2
Indonesia Tahun 1945 pasal 22 ayat (1) yang pada pokoknya mengatur
tentang Bank Indonesia pada pasal 11 ayat (5) junctis Perpu Nomor 2
2
Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Jaring Pengaman Sistem Keuangan, diakses dari
http://lps.go.id/documents/10157/182852/PERPPU+No+4+Th+2008+ttg+JPSK.pdf tanggal
akses 22 Oktober 2015
4
Nomor 4 Tahun 2008 dapat tercapai 3 dan untuk mencapai tujuan dari
Sistem Keuangan.
yang berbunyi:
3
Kusumaningtuti SS, 2010, Peranan Hukum Dalam Penyelesaian Krisis Perbankan Di Indonesia,
cetakan ke-2, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 80.
4
Pasal 5 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Negara Hukum
pada umumnya dianggap dari tersjemahan yang tepat dari dua istilah
yaitu; rechtstaat dan the role of law. Tetapi rechtstaat dan the role of
bertumpu pada sistem civil law. Sedangkan the role of law banyak
dianut oleh eropa Anglo saxon yang bertumpu pada sistem common
law.
dasar hukum yang adil dan baik. Esensi pada suatu Negara
hukum.
5
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan
Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru, 1994), hlm. 11.
6
Muin Fahmal, Peran Asas-Asas Umum pemerintahan yang Layak Dalam
7
7
Budiono Kusumahamidjojo, Filsafat Hukum; Problematika Ketertiban Yang Adil,
(Jakarta: Grasindo, 2004), hlm.36-37.
8
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta, Rajawali Press, 2010), hlm 2.
9
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
PSHTN FH UI (Jakarta, Sinar Bakti, 1988), hlm 153.
8
warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilan itu perlu
negara yang baik. Dan bagi Aristoteles68 yang memerintah dalam negara
juga berbagai masalah aktual, yaitu konstitusi terbaik yang mana yang
rata-rata yang terbaik untuk mayoritas kota: apa perbedaan varietas tipe-
tipe kosntitusi yang utama, dan khususnya demokrasi dan oligarki. Politik
lainnya dan tidak boleh ada norma yang melebihinya demikian pada
bahwa semua norma mesti dapat diuji dengan norma yang lebih tinggi.
A.V. Decey (dari inggris) dengan prinsip rule of law. Konsep negara
10
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara
11
asasi manusia.
dilihat diantaranya:
rechtstaats mulai populer pada abad ke XVII sebagai akibat dari situasi
paham the rule of law mulai dikenal setelah Albert Venn Dicey pada
The Constitution. Paham the rule of law bertumpu pada sistem hukum
B. Teori Demokrasi
1. Pengertian demokrasi
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Jika dikaitkan dengan
12
O. Notohamidjojo, Makna Negara Hukum Bagi Pembaharuan Negara dan
Wibawa Hukum Bagi Pembaharuan Masyarakat di Indonesia, (Jakarta, Badan Penerbit
Kristen, 1970), hlm. 24.
13
O. Notohamidjojo ... op. cit., hlm. 25.
14
Nomensen Sinamo, Hukum Tata Negara Indonesia, Cetakan Ketiga (Jakarta ; Permata
Aksara, 2014), hlm 181.
berasal dari bahasa latin yaitu “demos” yang berarti rakyat dan
karena itu praktek setiap negara negara tidak selalu sama, namun
15
Sidney Hook, Democrasy dalam the Enclopedia Americanan edisi
International, (New York; Coorporation, 1975), VIII, hlm 684
16
William Ebestein, democrasy, dalam william D. Hasley and Bernard Johnston (eds)
17
Collier’s encyclopedia, (New York: Macmillan Educational company, 1988), VIII, hlm 75.
17
David jary and Julia, collin’s Dictionary of Sociology, (Glasgow Haper Collin
Publisher; 1991), hlm 152.
18
Moh. Mahfud MD. Demokrasi Konstitusi di Indonesia, (Yogyakarta: liberti, 1993),
hlm19.
19
19
Ni’matul Huda, Politik Ketatanegaraan Indonesia, Cetakan Pertama, FH UII Press,
Yogyakarta, 2003, Hlm. 140.
Ni’matul Huda, Negara Hukum, Demokrasi dan Judicial Review, UII Press,
Yogyakarta, 2005, Hlm. 60.
20
Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, Pusat studi Hukum FH UII kerjasama
dengan Gama Media, Yogyakarta, 1999, Hlm. 158-159.
20
21
Ibid.
22
Ibid., hlm. 12-13.
23
Ibid., Hlm. 13.
24
Ibid., Hlm. 309.
22
25
Ni’matul Huda, Politik…, Op.Cit., Hlm. 211-212.
26
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Diterbitkan atas
kerjasama Mahkamah Konstitusi dengan Pusat studi HTN Fakultas Hukum UI,
Jakarta, 2004, Hlm.273-274.
27
Bagir Manan, Lembaga…, op.Cit., Hlm. 162-163.
23
Kriteria atau tolak ukur yang menjadi landasan untuk menentukan “hal
ikhwal kegentingan yang memaksa” sebagaimana yang dikemukakan
oleh Pandangan Ahli dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
138/PUU-VII/2009.28 Adapun maksud melakukan pembidangan materi
Perpu adalah dalam rangka mengidentifikasi perlunya pembatasan
terhadap materi yang diatur oleh sebuah Perpu. Di bawah ini
ditampilkan Tabel yang menunjukkan alasan kegentingan yang
memaksa dalam Konsiderans Perpu dan pembidangan materi muatan
Perpu.
28
Lihat kembali dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 138/PUU-VII/2009.
26
Kriteria atau tolak ukur yang menjadi landasan untuk menentukan “hal
ikhwal kegentingan yang memaksa” sebagaimana yang dikemukakan
oleh Pandangan Ahli dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
138/PUU-VII/2009. Adapun maksud melakukan pembidangan materi
Perpu adalah dalam rangka mengidentifikasi perlunya pembatasan
terhadap materi yang diatur oleh sebuah Perpu. Di bawah ini
ditampilkan Tabel yang menunjukkan alasan kegentingan yang
memaksa dalam Konsiderans Perpu dan pembidangan materi muatan
Perpu.
Penanganan Krisis pada dasarnya dilakukan dengan cara yang sama seperti
pencegahan Krisis, namun penanganan Krisis dilakukan pada saat kondisi
sistem keuangan dalam keadaan Krisis yang membahayakan stabilitas sistem
keuangan dan perekonomian nasional.
Dalam rangka pelaksanaan Jaring Pengaman Sistem Keuangan, berdasarkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini dibentuk Komite Stabilitas
Sistem Keuangan (KSSK) yang beranggotakan Menteri Keuangan dan Gubernur
Bank Indonesia. KSSK berfungsi menetapkan kebijakan dalam rangka
pencegahan dan penanganan Krisis di sistem keuangan.
Sumber pendanaan untuk pencegahan dan penanganan krisis berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diberikan Pemerintah
melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) atau secara tunai. Untuk
memberikan fleksibilitas agar Krisis dapat dicegah atau ditangani segera,
penerbitan SBN dikecualikan dari ketentuan tujuan penerbitan SBN
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Surat Utang Negara dan
Undang-Undang tentang Surat Berharga Syariah Negara. Bertindak sebagai
pembeli SBN di pasar primer adalah Bank Indonesia. Dalam rangka
akuntabilitas, Menteri Keuangan melaporkan penerbitan SBN tersebut kepada
Dewan Perwakilan Rakyat. Penggunaan dana APBN untuk pencegahan dan
penanganan krisis harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan
Rakyat.29
29. https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2008/4TAHUN2008PERPUPenj.htm
Maka itu, KPK tidak usah lagi banyak alasan untuk lamban menetapkan
Boediono, Gubernur Bank Indonesia saat kebijakan dana talangan Rp 6,7
triliun itu digulirkan, sebagai tersangka.
"Jadi, KPK tidak usah banyak alasan lagi. Gara-gara Century ini rusak semua
tatanan hukum kita. Padahal, sudah jelas audit investigatif BPK dan bukti-bukti
yang dimiliki KPK untuk menetapkan Boediono tersangka," terang Tom
Pasaribu, pegiat anti korupsi yang sejak 2009 mengawal perjalanan kasus
Century, saat dihubungi Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Kamis, 28/2).
"Targetnya adalah mengetahui ke mana saja aliran dana dan siapa saja yang
menikmati dana triliunan itu. Mudah saja, PPATK pasti punya datanya dan
ditambah lagi keterangan Boediono. Saya yakin ada kepentingan politik di balik
pengucuran itu," ujarnya.
Dari tiga tahun lalu, Tom yakin Boediono-lah "pemain" utama dalam kasus
perampokan uang negara ini.
"Saya melihat Boediono bermain, kesimpulan itu dari data yang ada. Dia
mengubah persyaratan untuk FPJP sesukanya. Sekarang, para pakar ekonomi
sudah membantah bahwa Bank Century yang kecil dan gagal itu, berdampak
sistemik dan wajib diselamatkan," urainya.
Perppu JPSK yang diajukan tanggal 15 Agustus 2008 ditolak DPR. Tetapi
entah mengapa, KSSK yang merupakan produk Perppu itu tetap bekerja. Itu
artinya, Presiden sebagai pembuat Perppu dapat dianggap telah melanggar
konstitusi.
kegentingan memaksa. Tapi dimana sifat kegentingan saat itu (ketika Perppu
diterbitkan)? Dalam satu hari Presiden membuat dua Perppu, lalu di luar negeri
dia bikin satu Perppu lain," katanya lagi.
Sejak awal, sudut pandang Tom Pasaribu dengan DPR RI yang membentuk
Panitia Khusus untuk menyelidiki megaskandal itu jelas berbeda. Itu sebabnya,
Tom sempat meragukan itikad Pansus Centurygate yang dipimpin Sekjen
Partai Golkar, Idrus Marham.
Kini, setelah penanganan skandal itu semakin mendekati Boediono, Tom justru
kehilangan harapan untuk membongkar aliran dana dan para penikmatnya.
"Ini sudah kurang dari satu tahun mendekati Pemilu 2014. Saya yakin ada
kepentingan politik untuk melepas Boediono. KPK terlibat politik praktis? Saya
yakin dari awal begitu terlihat dari penanganan kasus Century ini," tandasnya.
(PMS) sebesar Rp. 6,7 triliun kepada Bank Century ini telah
melalui teleconference.
Desember.
ditutup.
ada
32
ini.1
modal.
1
http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/11/14/brk,20091114-208353,id.htmlcentury/,
diakses pada tanggal 01 Februari 2010 pukul 17.32 WIB
34
sebagian dana dari Rp. 6,7 T yang mengalir kepada partai dan
bersalah.
penyimpangan-penyimpangan yang
37
yakni fraksi Partai Golkar, fraksi PDIP, fraksi PKS, fraksi Partai
fraksi PAN, dan fraksi PKB memilih opsi A. Satu hal menarik
anggota fraksi PKB, Lily Wahid yang berbeda pilihan dari apa
fraksinya. Lily, seorang diri dari fraksi PKB yang memilih opsi C.
konsekuensi tertentu.
publik.
40
acap kali merilis berita yang mengarah pada dugaan bahwa di balik
BAB III
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat di
simpulkan sebagai berikut :
1. Mekanisme Penetapan dan Pencabutan Perpu diatur dalam Pasal 52
Undang-Undang No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang sebelumnya diatur dalam Undang-Undang
No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,
yaitu :
1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus diajukan ke
DPR dalam persidangan yang berikut (Persidangan pertama DPR
setelah Perpu ditetapkan Presiden).
2. Pengajuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk
pengajuan RUU tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang menjadi Undang-Undang.
3. DPR hanya memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujan
terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
4. Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang mendapat
persetujan DPR dalam rapat paripurna, Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang tersebut ditetapkan menjadi Undang-
Undang.
5. Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tidak
mendapat persetujuan DPR dalam rapat paripurna, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut harus dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
6. Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus
dicabut dan harus dinyatakan tidak berlaku sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), DPR atau Presiden mengajukan RUU tentang
Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
7. RUU tentang pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (6) mangatur segala akibat
hukum dari Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang.
8. RUU tentang pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditetapkan menjadi
Undang-Undang tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang dalam rapat paripurna yang sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (5). Terhadap Perpu No.4 Tahun 2008 tentang
JPSK, mekanisme Pencabutan Perpu tersebut belum sesuai dengan
apa yang telah diatur oleh Undang-Undang yang berlaku. DPR tidak
melakukan penegasan atas penolak Perpu No.4 Tahun 2008 tentang
43
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan
Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru, 1994).
Dokumen Hukum
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 Ayat (4)
Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan
Website
https://politik.rmol.id/read/2013/02/28/100303/Tom-Ingatkan,-Menjebloskan-
Boediono-ke-Penjara-Bukan-Tujuan-Utama%3Ci%3E!%3C/i%3E-