Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN PENINGKATAN KUALITAS UDARA PADA

TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH, PT ALLIED INDO


COAL, SAWAHLUNTO, SUMATERA BARAT

Hisyam Dwi Putranto


Teknik Pertambangan, Universitas Trisakti, Jakarta

Abstrak
Evaluasi pada sistem jaringan ventilasi dilakukan untuk mengetahui kondisi kuantitas dan kualitas udara pada front
penambangan, serta membandingkan dengan peraturan yang berlaku. Standar yang ditetapkan kepdirjen MINERBA No.
185.K./37.04/DJB/2019 yaitu 0,03 m^3/s untuk setiap pekerja, selama pekerjaan berlangsung. Menurut
PERMENAKERTRANS Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja, Nilai Ambang Batas (NAB)
untuk suhu yang diperbolehkan 27,5℃ sampai dengan 30,5℃ untuk pekerjaan berat. Hasil dari evaluasi yang didapat
menunjukan kuantitas udara telah memenuhi kebutuhan udara bagi pekerja dan alat sebesar 0,559 m3/s - 0,601 m3/s,
kualitas yang didapat tidak memenuhi standar yang berlaku yaitu 31,29 ℃ - 31,85℃ untuk temperatur cembung kering dan
31,09℃ - 31,71℃ untuk temperatur cembung basah. Dari hasil tersebut direkomendasikan pemasangan alat cooling and
dehumidification untuk menurunkan suhu yang terlampau tinggi.
Kata kunci: penambangan batubara bawah tanah, ventilasi, kuantitas, kualitas.

Abstract
Evaluation of the ventilation system is needed by knowing the quantity and quality conditions of air on the mining front, and
comparing it with applicable regulations. Standard set kepdirjen MINERBA No. 185.K./37.04/DJB/2019 that is 0,03 m^3/s
for each worker, throughout the work. According to PERMENAKERTRANS Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan
Kerja dan Kesehatan Kerja, Nilai Ambang Batas (NAB) for an allowable temperature of 27,5 ℃ to 30,5℃ for heavy work.
The results of the evaluation obtained show that the quantity of air has met the air needs for workers and tools of 0,559 m3/s
- 0,601 m3/s, but the quality obtained does not meet the applicable standards, namely 31,29 ℃ - 31,85℃ for dry bulb
temperatures and 31,09℃ - 31,71℃ for the wet bulb temperature. From these results, it is recommended that a cooling and
dehumidification device be installed to reduce too high a temperature.
.
Keyword: underground coal mine, mine ventilation, quantity, quality.

*Hisyam Dwi Putranto


E-mail: hisyamdwi.putranto@gmail.com
Tel: +62-821-1181-1707

I. PENDAHULUAN Udara segar normal yang dialirkan pada


Pada kondisi penambangan bawah tanah yang ventilasi tambang terdiri dari ; Nitrogen, Oksigen,
semakin dalam membuat hambatan udara semakin Karbondioksida, Argon dan Gas-gas lain seperti
besar, sehingga aliran udara yang masuk cukup terlihat pada tabel 2.1
rendah. Oleh sebab itu, ventilasi pada penambangan
bawah tanah perlu diperhatikan karena akan Tabel 2.1 Komposisi Udara Segar
berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas udara di Unsur
front penambangan. Berdasarkan penelitian yang Karbondiok
dilakukan di lubang Mainshaft terdapat banyaknya % Nitrogen Oksigen Argon
sida
(N₂) (O₂) (Ar)
keluhan yang dialami oleh pekerja pada saat berada (CO₂)
di front kerja seperti lingkungan kerja yang panas, Persen
78,09 20,95 0.03 0,93
sehingga mengakibatkan kurang efisien dalam Volume
melakukan pekerjaan. Hal ini ditunjukan dari hasil Persen
Berat 75,53 23,14 0,046 1,284
pengukuran dimana temperatur cembung kering
sebesar 31,58 ℃ dan kelembaban relatif sebesar
99,8% sehingga mengakibatkan efisiensi kerja Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu
sebesar 76%. dianggap bahwa udara normal terdiri dari :
Oleh sebab itu, untuk mewujudkan lingkungan Nitrogen = 79% dan
kerja yang nyaman untuk pekerja dan alat, maka Oksigen = 21%
diperlukan evaluasi dari sistem jaringan ventilasi
pada setiap front kerja di lubang Main Shaft PT.AIC.
Demikian pula perlu diingat bahwa udara dalam
II. TINJAUAN UMUM ventilasi udara dalam ventilasi tambang selalu
2.1 Pengendalian Kualitas Udara mengandung uap air dan tidak pernah ada udara
yang benar-benar kering. Oleh karena itu akan selalu 50% -
ada istilah kelembaban udara. 4–6 31,0 29,0 27,5 -
75%
25% -
2–4 32,0 30,0 29,0 28,0
2.2 Gas 50%
Dalam tambang batubara bawah tanah, gas 0% -
0–2 32,5 31,5 30,5 30,0
metana (CH₄) merupakan gas pengotor yang selalu 25%
ada dalam lapisan batubara. Maka dari itu dalam
penelitian di tambang batubara bawah tanah harus III. DATA DAN PEMBAHASAN
memperhatikan pengenceran gas metana tersebut Penelitian ini dilakukan dengan metode analisa
untuk mengurangi resiko terjadinya ledakan yang kualitatif dan kuantitatif. Data yang diambil pada
diakibatkan dari adanya gas metana dan pemicunya penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data
Gas metana ini dapat dikendalikan dengan cara primer adalah data yang diambil secara langsung
pengenceran menggunakan suplai udara yang oleh penulis pada saat penelitan, sedangkan data
dihasilkan dari fan. Dengan adanya hal tersebut, sekunder adalah data yang berasal dari arsip PT
kapasitas fan pada tambang batubara bawah tanah Allied Indo Coal.
sangat perlu diperhatikan karena fan harus mampu
menyediakan udara yang cukup untuk pengenceran 3.1 Dimensi Terowongan
gas metana, kebutuhan udara pekerja, dan kebutuhan Dimensi terowongan pada lubang main shaft
udara untuk alat. terbagi menjadi 2 bentuk yaitu setengah elips dan
trapesium. Pada penampang terowongan kanopi
2.3 Pengendalian Kuantitas Udara berbentuk setengah elips. Gambar 3.1 menunjukan
Pengendalian kuantitas udara dilakukan untuk bentuk kanopi di lubang main shaft.
mengetahui jumlah udara yang masuk kedalam
tambang dengan luas dan kecepatan tertentu yang
diukur setiap satuan waktu. Kuantitas udara yang
diukur adalah kuantitas udara yang masukke dalam
tambang bawah tanah, dimana udara tersebut
dioperasikan dengan mesin angin hembus maupun
hisap, yang mempunyai arah aliran dan kecepatan.
Dengan demikian kuantitas udara ini dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan : Gambar 3.1 Bentuk Kanopi
Q=VxA (II.1)
Keterangan : Berikut adalah cara mencari luasan dan keliling
Q = kuantitas aliran udara kanopi yang berbentuk elips.
(m³/s) v = kecepatan aliran
udara (m/s) Luas ½ elips =
A = luas penampang jalan udara (m²)
=
2.4 Ketentuan Regulasi = 1,76 m2
Regulasi yang dikeluarkan KEPDIRJEN a = Jari-jari mayor elips
MINERBA No. 185.K./37.04/DBJ/2019 menyatakan b = Jari-jari minor elips
bahwa kuantitas udara bersih yang dialirkan sistem π = Bilangan konstanta
ventilasi tambang bawah tanah harus berdasarkan
jumlah pekerja yaitu tidak kurang dari 2 m 3/menit
atau sebanyak 0,03 m3/detik untuk setiap orangnya Keliling ½ elips =
selama pekerjaan berlangsung.
Nilai ambang batas ISBB merupakan =
parameter yang dipakai untuk menentukan batas = 3,53 m2
waktu pekerja. Tabel 2.2 digunakan sebagai
parameter untuk menentukan batas waktu bekerja Hasil perhitungan luas penampang kanopi di 2
yang di perbolehkan pada tabel 2.2. titik penelitian pada lubang main shaft dianggap
sama. Kanopi yang berbentuk elips hanya sepanjang
Tabel 2.2 Ketetapan Nilai Ambang Batas Iklim 6,9 meter dan keseluruhan terowongan berbentuk
Kerja Suhu Basah dan Bola (ISBB)
Pengatu ISBB trapesium. Untuk bentuk terowongan keseluruhan
ran Beban Kerja ditunjukan pada gambar 3.2
waktu
Jam Sanga
kerja
setiap Ringan Sedang Berat t
jam Berat
75% - 6–8 31,0 28,0 - -
100%
Cabang
3 1,49 7,83 11,66
exhaust
Cabang
4 FK-J5 0,64 7,83 5,01
Cabang
5 FK-J6 0,81 7,83 6,34
Cabang
6 0,66 7,83 5,16
Gambar 3.2 Bentuk Terowongan Keseluruhan FK-J7
7 FK - J5 1,33 7,83 10,41
8 FK - J6 1,23 7,83 9,63
Berikut adalah cara mencari luasan terowongan
9 FK - J7 1,29 7,83 10,10
keseluruhan yang berbentuk trapesium.

Luas Penampang Trapesium 3.4 Uji Pengukuran Kandungan Gas


Pengukuran kandungan gas dilakukan pada siang
=
hari sebelum pekerja memasuki area atau lokasi
= m penambangan pada tambang bawah tanah dengan
= 7,83 m2 menggunakan alat gas detector. Hal tersebut dilakukan
sebagai salah satu upaya dalam mencegah terjadinya
Hasil perhitungan luas penampang terowongan bahaya gas pengotor bagi pekerja. Tabel
di seluruh titik penelitian pada lubang main shaft 3.3 menunjukkan hasil pengukuran kandungan gas
dianggap sama. pada tiap lokasi di lubang mainshaft

3.2 Kecepatan Aliran Udara Tabel 3.3 Pengukuran Kandungan Gas


Kecepatan udara pada terowongan di dapat dari Siang
hasil pengukuran anemometer, dimana dengan Lokasi O2 H2S CO CH4
meletakkan anemometer di titik-titik pengukuran. (%) (ppm) (ppm) (LEL)
Tabel 3.1 menunjukan besarnya nilai kecepatan Kanopi 20,9 0 0 0
udara pada terowongan. Kanopi
20,9 0 0 0
(Exhaust)
Tabel 3.1 Kecepatan Udara pada Terowongan
FK - J5 20,9 0 0 0
Titik Kecepatan FK - J6 20,9 0 0 0
Lokasi
Pengukuran Udara (m/s) FK - J7 20,9 0 0 0
1 Portal 1,18
2 100m from portal 1,12
3 Cabang exhaust 1,49 Dari hasil pengukuran kandungan gas yang
4 Cabang FK-J5 0,64 didapat selama 30 hari, seluruh area aman untuk
5 Cabang FK-J6 0,81 dilakukannya penambangan.
6 Cabang FK-J7 0,66
7 FK-J5 1,33 3.5 Temperatur dan Kelembaban
8 FK-J6 1,23 Pengukuran data temperatur dan kelembaban
9 FK-J7 1,29 udara meliputi temperatur cembung kering,
temperatur cembung basah dan kelembaban relatif.
3.3 Perhitungan Kuantitas Udara Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat
Dari hasil pengukuran kondisi udara pada sling psychrometer. Dengan adanya penelitian
tambang bawah tanah PT.AIC yang sudah dilakukan terhadap temperatur dan kelembaban pada lubang
dan dimensi pada setiap lokasi, maka didapat main shaft maka akan dapat diketahui permasalahan
kuantitas udara pada lokasi tambang seperti pada yang ada pada temperatur dan kelembaban yang
tabel 3.2 mempengaruhi kinerja para pekerja disetiap front
aktif di main shaft. Hasil pengukuran atau data
Tabel 3.2 Kuantitas Udara di Tambang Bawah pengukuran temperatur udara dan kelembaban relatif
Tanah dapat dilihat pada tabel 3.4
Luas
Kecepat Area Tabel 3.4 Data Temperatur dan Kelembaban
Titik an Kuantita Relatif di Main Shaft
Aliran
Penguk Lokasi Udara s
Udara
uran (V) (A) ( )
(m/s)
(
1 Portal 1,18 1,76 2,07
100m dari
2 portal 1,12 7,83 8,76
Rata-rata
Titik Kelemba
Kecep
Pengu Lokasi Td Tw ban
atan
kuran (°C) (°C) Relatif
(m/s)
(%)
Portal 1,18 30,56 30,39 96,1
100m 1,12 31,55 31,44 99,9
3.7 Efisiensidari
Kerja
portal kerja digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perusahaan agar lebih memperhatikan
Nilai efisiensi
kinerja3paraCabang
pekerjanya1,49pada setiap
30,39 front kerja yang
30,27 99,9dilakukan penelitian, dengan adanya pertimbangan nantinya
exhaust
akan membuat pekerja merasa nyaman dan membuat kinerja yang maksimal. Apabila semakin tinggi temperatur
Cabang
efektif,4 maka efisiensi0,64
FK-J5
kerja yang
31,37 dihasilkan
31,13 menurun.
99,9 Gambar 3.4 menunjukkan efisiensi kerja pada FK-J5
menggunakan grafik
Cabang
Work Effiency Chart dengan nilai temperatur efektif 29,9 .
5 0,81 31,25 31,11 99,9
FK-J6
3.6 Temperatur
Cabang Efektif
6
Temperatur 0,66 31,77 31,67 99,9
FK-J7 untuk tambang bawah tanah menurut
Keputusan
7 Menteri
FK-J5 1,33 Pertambangan
31,29 31,09dan Energi
99,7
8 FK-J6 1,23
No.1827K/30/MEM/2018 31,60 kedelapan
bagian 31,42 99,8
pasal
9 FK-J7 1,29 31,85 31,71 99,8
370 ayat ke-14 yang menyatakan temperatur efektif
pada setiap front kerja tidak boleh melebihi dari
24°C. Grafik temperatur efektif dapat menentukan
nilai temperatur efektif, adapun data yang dapat
mendukung yaitu temperatur cembung kering (Td),
temperatur cembung basah (Tw) dan kecepatan
aliran udara (V). Gambar 4.8 menunjukkan
perhitungan menentukan nilai temperatur efektif
pada FK-J5 main shaft, dengan Td = 31,29 , Td = Gambar 3.4 Hasil Grafik Efisiensi Kerja
31,09 , dan kecepatan aliran udara (V) = 1,33 m/s.
Dari hasil perhitungan pada grafik Work Effiency
Chart (Gambar 3.4) dapat ditentukan nilai efisiensi
kerja pada lokasi FK-J5 sebesar 76%. Nilai efisiensi
kerja pada lokasi lainnya di tunjukkan pada tabel
3.6.
Tabel 3.6 Efisiensi Kerja
Lokasi Temperatur Efektif Efisiensi Kerja
( ) (%)
FK - J5 29,9 76
FK - J6 30 75
FK - J7 29,9 76

3.8 Kebutuhan Udara di Front Kerja


Regulasi yang dikeluarkan KEPDIRJEN
MINERBA No. 185.K./37.04/DBJ/2019 menyatakan
bahwa kuantitas udara bersih yang dialirkan sistem
ventilasi tambang bawah tanah harus berdasarkan
jumlah pekerja yaitu tidak kurang dari 2 m3/menit
Gambar 3.3 Hasil Grafik Temperatur Efektif atau sebanyak 0,03 m3/detik untuk setiap orangnya
selama pekerjaan berlangsung dan karena alat yang
Dari perhitungan pada Gambar 3. didapat digunakan hanya jack hammer saja yang
hasil nilai temperatur efektif FK-J5 sebesar 29,9 . menggunakan tenaga angin, maka kebutuhan udara
Nilai temperatur efektif pada tiap front ditunjukkan untuk alat tidak diperlukan atau 0 m3/detik.
pada tabel 3.5
Tabel 3.7 Kebutuhan Udara Segar Bagi Para Pekerja
Deskripsi
Tabel 3.5 Temperatur Efektif di Front Kerja Titik
Temperatur Temperatur Lokasi Jumlah Q Total
Temperatur Pengukuran
Kecep Cembung Cembung Pekerja (m3/s) (m3/s)
Lokasi atan Efektif
(m/s)
Kering Basah 7 FK-J5 6 0,03 0,18
( )
( ) ( ) 8 FK-J6 6 0,03 0,18
FK-J5 1,33 31,29 31,09 29,9 9 FK-J7 8 0,03 0,24
FK-J6 1,23 31,60 31,42 30
FK-J7 1,29 31,85 31,71 29,9
3.9 Analisis Kebutuhan Udara Secara Kuantitas Kesehatan Kerja yaitu 27,5℃ agar pekerjaan pada
Aliran udara segar yang cukup di tempat kerja front penambangan dapat dilakukan sesuai
tambang bawah tanah akan menciptakan kondisi peraturan.
kerja yang nyaman dan aman, sehingga dapat
meningkatkan produktivitas kerja dan menurunkan 4.1 Simulasi Sistem Jaringan Ventilasi
tingkat terjadinya kecelakaan pada lubang tambang. Dikarenakan temperatur dan kelembaban relatif
Udara di dalam tambang harus memenuhi udara pada lokasi penambangan terlampau tinggi, maka
disetiap jalur tempat kerja dan dipengaruhi oleh pendinginan temperatur dilakukan dengan
beberapa faktor diantaranya peralatan yang mensimulasikan pemindahan booster fan,
digunakan dan jumlah tenaga kerja yang bekerja pemindahan exhaust fan, dan meletakkan alat
didalam tambang. Kuantitas udara yang tersedia di cooling and dehumidification. Dari simulasi tersebut
setiap front penambangan dapat dilihat pada tabel dapat menjadi rekomendasi apabila suhu yang
3.8. dihasilkan telah mencapai suhu yang diperbolehkan
dalam PERMENAKER Nomor 5 Tahun 2018 yaitu
Tabel 3.8 Udara Yang Dibutuhkan Pada Front Kerja
27,5℃.
J5, J6, J7 Lubang Main Shaft
Deskripsi 4.1.1 Pemindahan Booster Fan
Sisa Upaya penurunan suhu pada tiap-tiap front
Titik Kuantitas Kebutuhan
Lokasi kerja disimulasikan dengan pemindahan booster fan
Pengukuran
(m3/s) pada cabang FK-J6. Gambar 3.5 menunjukkan hasil
(m3/s) (m3/s)
7 FK-J5 10,41 0,18 10,23 penurunan suhu yang didapat dari simulasi
8 FK-J6 9,63 0,18 9,45 pemindahan booster fan tersebut, namun dari hasil
9 FK-J7 10,10 0,24 9,86 tersebut belum sesuai dengan peraturan.

Berdasarkan tabel 3.8 menjelaskan bahwa udara


yang terkandung didalam front kerja J5 yaitu 10,41
m3/s terpenuhi dengan jumlah pekerja dan masih
terdapat sisa 10,23 m3/s.

4.0 Analisis Kualitas Udara dengan Nilai Ambang


Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan
Bola Gambar 3.5 Suhu Pada Simulasi Pemindahan
Nilai ambang batas ISBB merupakan parameter Booster Fan
yang dipakai untuk menentukan batas waktu pekerja.
Tabel 2.2 digunakan sebagai parameter untuk
menentukan batas waktu bekerja yang di
perbolehkan pada tabel 3.9

Tabel 3.9 Nilai Ambang Batas di Lubang Main Shaft


Diperbolehkan Bekerja
Tw Beban Kerja
Lokasi
Sangat
Ringan Sedang Berat
Berat
FK-J5 31,09 Ya Ya Tidak Tidak Gambar 3.6 Kelembaban Relatif Pada
FK-J6 31,42 Ya Ya Tidak Tidak Simulasi Pemindahan Booster Fan
FK-J7 31,71 Ya Tidak Tidak Tidak
4.1.2 Pemindahan Exhaust Fan
Dari hasil pengukuran yang didapat pada setiap Selain mensimulasikan pemindahan booster fan,
front kerja dan ketetapan nilai ambang batas iklim upaya penurunan suhu lainnya adalah dengan
kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) sebagai simulasi pemindahan exhaust fan dan membuka jalur
acuan untuk menentukan batas waktu bekerja, dapat baru untuk udara keluar. Pada gambar 3.7
ditentukan bahwa suhu yang didapat disetiap front menunjukkan suhu hasil simulasi dengan
hanya diperbolehkan 0-2 jam dengan beban kerja pemindahan exhaust fan, namun dari hasil tersebut
ringan. Dikarenakan penambangan pada front kerja suhu yang di dapat belum optimal dan belum sesuai
yang menggunakan alat mekanis termasuk dalam dengan peraturan.
kategori pekerjaan sangat berat dan hasil dari
pengukuran suhu yang terlampau tinggi, maka
diperlukan pendinginan temperatur untuk
menurunkan suhu hingga mencapai ketetapan yang
diperbolehkan dalam PERMENAKER Nomor 5
Tahun 2018 Tentang Keselamatan Kerja dan
tentu bobot isi udara juga selalu berubah. Jadi aliran
udara harus dinyatakan dalam bentuk laju aliran
berat udara atau dalam satuan berat/jam (G). Berikut
perhitungan kebutuhan kalor.
G = 3600 x
= 3600 x
= 7092 kg/jam
Gambar 3.7 Suhu Pada Simulasi Pemindahan Keterangan :
Exhaust Fan G = kg/jam
Q = Debit ( )
v = Volume spesifik

Setelah itu panas total yang perlu di ambil untuk


proses pendinginan dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut.
q =G( - )
= 7092 kg/jam x (87,5 kj/kg – 107 kj/kg)
= -13829 kj/jam ~ -38,415 kW
Gambar 3.8 Kelembaban Relatif Pada Simulasi Keterangan :
Exhaust Fan q = Panas total yang harus dipindahkan
(kj/jam) h = Entalpi (kj/kg)
4.1.3 Meletakkan Alat Cooling and
Dehumidification Dari hasil perhitungan panas total yang harus
Upaya penurunan suhu lainnya adalah dengan dipindahkan, maka dibutuhkan 38,415 kW untuk
meletakkan alat cooling and dehumidification yang pendinginan temperatur yang terlampau tinggi.
umumnya diletakkan dekat dengan fan atau dekat Berikut ini menunjukan perbedaan suhu dan
dengan portal masuk. Dibutuhkan perhitungan kelembaban relatif hasil simulasi pada software
dengan grafik psikometri untuk mengetahui daya ventsim.
yang dibutuhkan pada alat tersebut. Setelah
perhitungan pada grafik psikometri didapat, langkah
selanjutnya adalah menghitung kebutuhan kalor
untuk mendapatkan kapasitas alat yang optimal
untuk pendinginan temperatur. Gambar 3.9
menunjukan grafik psikometri proses cooling dan
dehumidification.

Gambar 4.0 Suhu Pada Simulasi Sebelum


Diletakkan Alat Cooling and Dehumidification

Gambar 3.9 Grafik Psikrometri Proses Cooling and


Dehumidification
Gambar 4.1 Kelembaban Relatif Pada Simulasi
Dari grafik tersebut didapat entalpi pada kondisi Sebelum Diletakkan Alat Cooling and
awal (h1) sebesar 107 kj/kg dan entalpi udara pada Dehumidification
kondisi yang diinginkan (h2) sebesar 87,5 kj/kg.
Proses psikrometri untuk pengontrolan kelembaban
selalu dipengaruhi oleh besarnya aliran udara.
Karena masalah pengontrolan kelembaban
menyangkut perubahan temperatur, maka sudah
Gambar 4.2 Suhu Pada Simulasi Setelah Diletakkan
Alat Cooling and Dehumidification

Gambar 4.4 Analisa Temperatur Efektif Setelah


Dilakukan Proses Coolind and Dehumidification

Setelah dilakukannya analisa temperatur efektif,


Gambar 4.3 Kelembaban Relatif Pada Simulasi maka nilai efisiensi kerja dapat ditentukan dengan
Setelah Diletakkan Alat Cooling and menggunakan grafik Work Effiency Chart dengan
Dehumidification nilai temperatur efektif 26,5 . Untuk perhitungan
grafik Work Effiency Chart.
Dari simulasi pendinginan temperatur dengan
proses cooling dan dehumidification didapat
perubahan suhu cembung basah dan kelembaban
relatif pada setiap front kerja yang ditunjukan pada
tabel 4.0.

Tabel 4.0 Hasil Perbandingan Sebelum dan Setelah


Simulasi
Sebelum Setelah
Lokasi Tw ( ) Rh (%) Tw Rh
( ) (%) Gambar 4.5 Analisa Nilai Efisiensi Kerja Setelah
FK-J5 31,09 99,7 27,5 85 Proses Cooling and Dehumidification
FK-J6 31,42 99,8 27,5 85
FK-J7 31,71 99,8 27,5 85 Pada tabel 4.1 menunjukkan nilai efisiensi kerja
meningkat setelah dilakukan pendinginan temperatur
4.2 Temperatur Efektif dan Efisiensi Kerja di lokasi front kerja lainnya.
Setelah Cooling and Dehumidification
Tabel 4.8 menunjukkan nilai efisiensi kerja di Tabel 4.1 Hasil Efisiensi Kerja Setelah Pendinginan
tiap front penambangan kurang baik, maka perlu Temperatur
Lokasi Temperatur Efektif Efisiensi Kerja
dilakukan pendinginan temperatur agar efisiensi
( ) (%)
pekerja meningkat. Pada tabel 4.0 ditunjukan hasil
FK-J5 26,5 89
penurunan suhu cembung basah setelah FK-J6 26,5 89
dilakukannya pendinginan temperatur. Gambar 4.4 FK-J7 26,5 89
menunjukan analisa temperatur efektif pada FK-J5
main shaft, dengan Tw = 27,5 , Td = 29,5 , dan Dari hasil perhitungan nilai efisiensi kerja
kecepatan aliran udara (V) = 1,33 m/s. setelah dilakukannya simulasi dengan meletakan alat
cooling and dehumidification didapatkan
peningkatan dari sebelumnya, dengan demikian
pemasangan alat cooling and dehumidification
menjadi solusi pada kondisi front penambangan saat
ini untuk mewujudkan lingkuan kerja yang nyaman
dan meningkatkan efisiensi kerja.
IV. KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan didapt kesimpulan
yaitu:
1. Kondisi kuantitas udara yang dialirkan oleh fan
telah mencukupi kebutuhan udara bagi pekerja
dan sesuai dengan nilai ambang batas yang
ditetapkan kepdirjen MINERBA No.
185.K./37.04/DJB/2019, namun untuk kualitas
yang dihasilkan masih kurang.
2. Dari perhitungan kualitas di tiap front
penambangan, efisiensi kerja yang di hasilkan
sebesar 76% maka dari itu perlu
memaksimalkan nilai efisiensi kerja tersebut
dengan membuat lingkungan kerja yang
nyaman.
3. Dalam simulasi yang dihasilkan oleh software
ventsim, perlu dipasangnya alat cooling dan
dehumidification dengan 38,415 kW untuk
menurunkan suhu yang terlampau tinggi dan
meningkatkan efisiensi kerja.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ardila, S. (2018): Analisis Ventilasi Tambang
Untuk Kebutuhan Operasional Penambangan pada
Lubang BMK 34 CV. Bara Mitra Kencana,
Sawahlunto.
2. Asmunandar, A. (2018): Evaluasi dan Rancangan
Sistem Ventilasi Pada Lubang Tambang BMK-35
CV. Bara Mitra Kencana, Tanah Kuning, Desa
Batu Tanjung, Kota Sawahlunto.
3. ESDM (2018): Keputusan Menteri Pertambangan
dan Energi nomor 1827 K/30/MEM/2018
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan
Umum.
4. Hartman, H.L., Mutmansky, J., Ramani, R., Wang,
Y. J. (1997): Mine Ventilation and Air
Conditioning.
5. Mc Pherson, M. . (1993): Subsurface Ventilation
and Environmental Engineering.
6. Permenaker RI No. 5/2017 (2018): Peraturan
Menteri Ketenaga Kerjaan Republik Indonesia No.
5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja, Jurnal Pendidikan,
Teknologi Dan Kejuruan, 4(2), 200–207.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.fuel.201
3.09.033
7. Nikola, Lilic. Vojin, Cokorilo, dkk. Ventilation
Planning and design of the omerler B mine. 2010.
Underground mining engireering, faculty of
mining and geology, Belgrade University.

Anda mungkin juga menyukai