Anda di halaman 1dari 15

Nama : Andi Suparman Nainggolan

Nim : 212867057

Jurusan : Teknik Pertambangan

M. K : Ventilasi Tambang

ANALISIS KUANTITAS DAN KUALITAS SUHU UDARA DI AREA PRODUKSI TAMBANG


BATUBARA BAWAH TANAH

Abstract

Sistem ventilasi pada tambang bawah tanah memiliki peran penting untuk memenuhi kebutuhan udara
pernafasan pekerja, menetralkan gas-gas beracun, mengurangi konsentrasi debu yang berada di dalam
udara tambang dan mengatur temperatur udara tambang. Sistem ventilasi yang digunakan pada CV. Tahiti
Coal yaitu sistem hembus (forcing). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kuantitas dan kualitas
udara yang diperlukan untuk kelangsungan operasional di lokasi tunnel THC-03. Pada tambang bawah
tanah di CV. Tahiti Coal, temperatur udara di area kerja/produksi berada di atas ambang rata-rata yang
diperbolehkan KEPMEN555.K/26/M.PE/1995 yaitu berkisar antara 30°C-33°C. Kuantitas udara yang
dibutuhkan satu front kerja adalah 0,2 m3/detik/orang atau 12 m3/menit, dan kuantitas udara di lorong
utama adalah 50,304 m3/s atau 3018 m3/menit. Sedangkan untuk kualitas pada lubang THC-03 masih
terpenuhi untuk front kerja, dilihat dari hasil pengukuran menggunakan alat gas detector O2 20,9 %, H2S
0 ppm, CO 0 ppm, CH4 0 Lel.

# Pendahuluan

Ventilasi Tambang adalah pengendalian pergerakan udara, arah dan jumlahnya untuk pengoprassian
tambang bawah tanah. Meskipun tidak memberikan kontribusi langsung ke tahap operasi produksi,
ventilasi yang kurang tepat seringkali akan menyebabkan efisiensi yang lebih rendah dan produktivitas
pekerja menurun, tingkat kecelakaan meningkat, dan tingginya tingkat ketidakhadiran.

Pada kegiatan tambang bawah tanah dibutuhkan ventilasi tambang, gunanya untuk memasukkan
udara segar yang dibutuhkan oleh pekerja tambang. Berdasarkan pemeriksaan awal saat peneliti
melakukan penelitian di CV. Bara Mitra Kencana, tepatnya pada lubang BMK-34 sistem ventilasi yang
digunakannya adalah sistem ventilasi hisap, selain itu peneliti juga menemukan robeknya duct di front
kerja yang mengakibatkan kehilangan sirkulasi udara. Sehingga menyebabkan kualitas dan kuantitas
udara berkurang, serta temperatur efektif dan kelembaban relatif meningkat melebihi ambang batas yang
ditetapkan yaitu 18-24 ° C untuk temperatur efektif dan 85% untuk kelembaban relatif.Dari beberapa
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya bahwa untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas
udara di dalam lubang tambang dibutuhkan evaluasi dan analisis ventilasi yang ada di lubang tambang
bawah tanah agar sesuai dengan kebutuhan operasional penambangan. Adapun data-data yang akan
didapat dari kegiatan pengamatan nanti yaitu seperti seperti pengukuran kandungan gas, pengukuran
temperatur dan kelembaban udara, pengukuran kecepatan udara, pengukuran penampang terowongan dan
penampang saluran duct. Selain itu juga diperlukan pengendalian kuantitas dan kualitas udara tambang
untuk kebutuhan operasional penambangan guna terciptanya keselamatan dan kesehatan kerja dan
perlunya dilakukan analisis ventilasi tambang untuk kebutuhan operasional penambangan pada lubang
tambang bawah tanah agar terhindar dari ledakan gas batubara.

1. Fungsi Ventilasi Tambang

Ventilasi tambang berfungsi untuk :

~ Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang untuk keperluan menyediakan udara segar
(oksigen) bagi pernapasan para pekerja dalam tambang dan juga bagi segala proses yang terjadi dalam
tambang yang memerlukan oksigen.

~ Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran dari gas-gas yang ada di dalam
tambang hingga tercapai keadaan kandungan gas dalam udara tambang yang memenuhi syarat bagi
pernapasan.

~ Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran ventilasi tambang bawah tanah hingga ambang batas
yang diperkenankan.

~ Mengatur panas dan kelembaban udara ventilasi tambang bawah tanah sehingga dapat diperoleh
suasana / lingkungan kerja yang nyaman.

# Metodologi

Prinsip Ventilasi Tambang

Pada pengaturan aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah,berlaku hukum alam bahwa;a.Udara
akan mengalir dari kondisi bertemperatur rendah ke temperatur panas.b.Udara akan lebih banyak
mengalir melalui jalur-jalur ventilasi yangmemberikan tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan
jalur bertahananyang lebih besar.c.Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan
dalamventilasi tambang

1. .Lingkup Bahasan Ventilasi Tambang

Dalam membahas ventilasi tambang akan tercakup tiga hal yang salingberhubungan,
yaitu;a.Pengaturan./Pengendalian kualitas udara tambang. Dalam hal ini akandibahas permasalahan
persyaratan udara segar yang diperlukan oleh parapekerja bagi pernafasan yang sehat dilihat dari segi
kualitas udara (Qualitycontrol).b.Pengaturan/pengendalian kuantitas udara tambang segar yang
diperlukanoleh pekerja tambang bawah tanah. Dalam hal ini akan dibahas perhitunganuntuk jumlah aliran
udara yang diperlukan dalam ventilasi dan pengaturan jaringan ventilasi tambang sampai perhitungan
kapasitas dari kipas anginc.Pengaturan suhu dan kelembaban udara tambang agar dapat
diperolehlingkungan kerja yang nyaman. Dalam hal ini akan dibahas mengenaipenggunaan ilmu yang
mempelajari sifat-sifat udara atau psikrometri(psychrometry).Dalam membahas pengaturan ventilasi
tambang yang bersifat mekanisperlu juga dipahami masalah yang berhubungan dengan kemungkinan
adanyaaliran udara akibat ventilasi alami, yaitu antara aliran udara sebagai akibatperbedaan temperatur
yang timbul secara alami.

2. Pengertian mengenai Udara Tambang

Udara segar normal yang dialirkan pada ventilasi tambang terdiri dari ;Nitrogen, Oksigen,Pada
pengaturan aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah,berlaku hukum alam bahwa;a.Udara akan
mengalir dari kondisi bertemperatur rendah ke temperatur panas.b.Udara akan lebih banyak mengalir
melalui jalur-jalur ventilasi yangmemberikan tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur
bertahananyang lebih besar.c.Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan
dalamventilasi tambang.

Jenis Penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian yang bersifat terapan (applied research).
Menurut Sugiyono (2009:9-11), penelitian terapan adalah menerapkan, menguji, mengevaluasi
kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.Penelitian di
lakukan di CV. Bara Mitra kencana, Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat.Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu:
~ Studi Lapangan
Yaitu cara mendapatkan data yangdibutuhkan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan
atau tempat penelitian.. Melakukan pengukuran kandungan gas dengan menggunakan alat multigas
detector. Dimana alat ini akan menangkap empat jenis gas yaitu: CH4, CO, O2 dan H2S yang
pengukurannya dilakukan pada 3 titik yaitu pada: lubang bukaan (main entry), dipercabangan lubang, dan
pada front kerja. Dan pengukuran dilakukan pada waktu pagi dan sore sebelum pekerja masuk kedalam
lubang tambang dan sesudah pekerja melakukan penambangan
~ Pengukuran Kecepatan UdaraPengukuran kecepatan udara pada terowongan dan pada pipa udara
digunakan dengan menggunakan alat anemometer. Pengukuran ini dilakukan pada penampang jalan
masuk udara dengan waktu pengukurannya 60 detik.
~ Pengukuran Temperatur dan Kelembaban UdaraUntuk mengukur temperatur dan kelembapan udara
pada terowongan atau lubang tambang maka digunakan alat digital sling psychrometer, di mana alat ini
diarahkan ke sekeliling penampang sepanjang lubang tambang dengan cara konstan untuk mengukur
temperatur kering dan temperatur basah. Kemudian untuk menentukan kelembaban udara juga langsung
ditangkap oleh alat digital sling psychrometer dan secara manual dapat dicari menggunakan tabel relative
humidity.

~ Pengukuran luas penampang terowonganPengukuran penampang terowongan akan berguna untuk


perhitungan luas jalur udara. Adapun untuk pengukuran terowongan data yang akan diambil yaitu
engukuran nilai lebar terowongan dan tinggi terowongan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
meteran.Pengukuran luas penampang ductPengukuran luas duct akan berguna untuk mencari perhitungan
debit aliran udara. Untuk pengukuran duct data yang akan di ambil yaitu diameter duct dengan
menggunakan meteran.
~ Studi Pustaka
Yaitu mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca buku-buku literatur yang berkaitan
dengan masalah yang akan dibahas dan data-data serta arsip perusahaan sehingga dapat digunakan
sebagai landasan dalam pemecahan masalah yang akan dibahas nantinya. Teknik pengolahan data
Menganalisis kualitas udara Berdasarkan pengukuran kandungan gas dengan menggunakan alat Multi
Gas detector, selanjutnya menganalisis temperatur efektif dan kelembaban retif dengan alat digital sling
psychrometer.
# Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil yang sudah dilakukan disetiap front penambangan bahwa banyak terjadi
pengurangan udara di setiap front penambangan dimana pada C1 FK kekurangan udara sebanyak -1,1, C2
FK sebanyak -1,3, C3 FK sebanyak -1,2, C5 FK sebanyak -1,2, C7 FK sebanyak -0,8, C9 FK sebanyak -
1,2, C13 FK sebanyak -0,8 dan C17 FK sebanyak -0,6 akibat dari kebocoran duct yang mengakibatkan
berkurangnya kualitas dan kuantitas udara pada loksi penambangan lubang BMK-34.
2. Temperatur efektif dan kelembaban relatif pada lubang tambang BMK-34 melebihi nilai ambang batas
yang telah ditetapkan menurut Howard L. Hartman yaitu 18-24°C untuk temperatur efektif dan 85%
untuk kelembaban relatif.

#Referensi

Tambang bawah tanah memiliki karakteristik dan perlakuan yang khusus, karena Lokasi kerja yang
tidak terpapar langsung dengan atmosfer menjadikan tambang bawah tanah memerlukan suatu sistem
yang dapat memenuhi keselamat dan kesehatan para pekerja. Salah satu faktor penting dalam pemenuhan
keselamatan dan kesehatan pekerja adalah kebutahan udara di dalam tambang. Oleh karena itu, sistem
ventilasi menjadi hal yang sangat penting pada petambangan bawah tanah. Fungsi ventilasi sendiri yaitu
menyediakan udara segar kedalam tambang (Quantity Control), mengalirkan gas-gas beracun dan partikel
debu yang muncul di dalam tambang (Quality Control), serta mengatur suhu dan tingkat kelembaban
udara di dalam tambang (Temperature-Humidity Control). Udara yang diperlukan tidak hanya untuk
bernafas, tetapi juga untuk menghilangkan kontaminasi kimia dan fisika (gas, debu, panas, dan
kelembaban). Di dunia, praktek ventilasi tambang sangat diatur, terutama pada tambang yang
mengandung gas di tambang batubara dan ketetapan lainnya terkait jumlah udara minimal yang
dibutuhkan untuk menghilangkan emisi diesel, asap peledakan, radiasi, debu dan kontaminasi lainnya.
Untuk menjaga kondisi tambang yang sesuai sepanjang berlangsungnya tambang, perencanaaan
ventilasi yang baik harus diperhitungkan dari awal agar dapat terencana untuk kedepannya. Untuk
dapat mengetahui ketersedian fungsi–fungsi tersebut diperlukanlah suatu analisis model jaringan
ventilasi. Salah satu metode yang digunakan dalam permodelan jaringan ventilasi adalah dengan
menggunakan software Visual VentSim 3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari
sistem ventilasi yang ada di tambang batubara bawah tanah. Peraturan yang mengatur mengenai sistem
ventilasi tambang bawah tanah terdapat dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan Kesehatan Kerja
No555.K/26/M.PE/1995. Peraturan tersebut mengatur jumlah udara yang harus dipenuhi dan kualitas
udara yang harus dicapai agar memenuhi prinsip kesehatan dan keselamatan kerja. Peraturan tersebut
menjadi parameter kelayakan dari sebuah sistem ventilasi tambang bawah tanah di Indonesia. Penelitian
ini bertujuan untuk memahami dan mempelajari sistem ventilasi yang ada di tambang batubara bawah
tanah PT. XYZ dan memodelkan jaringan ventilasi yang ada sesuai dengan Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995 dengan menggunakan perangkat lunak Ventsim
Visual 3 Dalam melakukan perencanaan ventilasi tambang bawah tanah dapat dilakukan secara manual
yang memerlukan ketelitian, waktu dan tenaga yang cukup besar atau dapat dilakukan dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak. Penggunaan perangkat lunak mempermudah pemodelan dalam
merencanakan sistem ventilasi tambang bawah tanah. Perangkat lunak yang digunakan dapat berupa
perangkat lunak dua dimensi atau dengan menggunakan perangkat lunak tiga dimensi. Pada penilitian
ini akan digunakan perangkat lunak Visual VentSim 3 dalam melakukan perencanaan sistem ventilasi
tambang batubara bawah tanah. Perangkat lunak ini memiliki keunggulan dapat memodelkan aliran
udara secara tiga dimensi dan dapat mengakomodasi kondisi lapangan berupa dimensi bukaan, kondisi
bukaan, kandungan gas di udara, simulasi panas, spesifikasi kipas, spesifikasi duct dan lain-lain.

Dalam membuat pemodelan jaringan ventilasi tambang bawah tanah dibutukan pengukuran ventilasi
sebagai pendukung keakuratan model ventilasi pada perangkat lunak. Pengukuran ventilasi udara dalam
tambang merupakan suatu pekerjaan yang harus dilakukan secara teratur untuk mendapatkan data
kualitas, kuantitas, dan temperature serta kelembaban pada jalur intake, sepanjang jalur utama, dan jalur
exhaust. Pada saat pengukuran diperlukannya ketepatan dan ketelitian serta kemampuan untuk
menganalisis data karena kondisi lapangan yang dapat berubah – ubah. Pengukuran aliran udara yang
dilakukan harus merepresentatifkan keadaan di setiap jalur tambang yang telah ditentukan dalam tambang
bawah tanah. Tujuan dari pengukuran ventilasi secara teratur dan berkala adalah untuk:

1. Memastikan semua tempat area kerja menerima aliran udara yang efisien dan efektif.  Mengontrol
adanya kerusakan ataupun kebocoran pada system ventilasi.

2. Memberikan informasi pada saat situasi darurat atau terjadinya bencana di dalam tambang seperti
kebakaran, tanah longsor, gempa bumi, dan lain-lain.

3. Merencanakan sistem ventilasi yang efisien.

4. Membuat perencanaan ventilasi tambang jangka panjang baik perubahan aliran maupun penambahan
kipas dan sebagainya.

VENTILASI TAMBANG PADA AREA PENAMBANGAN

Deskripsi

Ventilasi tambang merupakan suatu usaha pengendalian terhadap pergerakan uadara atau aliran
udara tambang termasuk. Adapun tujuan dari ventilasi tambang adalah menyediakan udara segar dengan
kuantitas dan kualitas yang cukup baik, kemudian mengalirkan serta membagi udara segar tersebut
kedalam tambang sehingga tercipta kondisi kerja yang aman dan nyaman bagi para pekerja tambang
maupun proses penambangan. Training ini akan membahas mengenai sistem ventilasi pada area
penambangan bawah tanah. Karena dengan penggunaan ventilasi yang baik akan mampu memberikan
supply udara bersih, serta dapat mengeluarkan udara kotor dengan baik yang berada di dalam tambang
sehingga akan memberikan area ruang kerja yang nyaman bagi para pekerja tambang.

Tujuan

Setelah mengikuti training ini peserta diharapkan mampu merenapkan sistem ventilasi tambang yang baik
dalam kegiatan penambangan bawah tanah.Pada tambang bawah tanah sistem ventilasi sangat berperan
penting guna memenuhi kebutuhan pernapasan manusia (pekerja) dan juga untuk menetralkan gas-gas
beracun, mengurangi konsentrasi debu yang berada di dalam udara tambang dan untuk mengatur
temperatur udara tambang sehingga akan tercipta kondisi kerja yang aman dan nyaman.
Pada prinsipnya dalam sistem ventilasi tambang, jumlah udara masuk sama dengan jumlah udara
keluar. Jika tidak, maka bisa jadi terjadi kebocoran udara terutama pada pintu angin. Pada tambang bawah
tanah Sawahluwung PT. Bukit Asam-UPO, dari segi ventilasi masih ada ditemui kebocoran udara pada
pintu angin sehingga terjadi pengurangan kuantitas udara. Dari data situasi udara tambang bawah tanah
Sawahluwung bulan Januari 2013 diketahui adanya kebocoran udara pada lokasi J4-J3 sebesar 0,1
m3/detik, lokasi J2 sebesar 0,85 m3/detik, lokasi J6 sebesar 2 m3/detik, lokasi J51 sebesar 1,65 m3/detik.
Untuk itu diperlukan analisis terhadap kebocoran udara ini yang meliputi lokasi kebocoran, besar
kebocoran serta arah kebocoran. Untuk memenuhi kebutuhan udara pada tambang bawah tanahperlu
dilakukan pengkajian terhadap beberapa parameter yang meliputi jumlah pekerja, jumlah emisi gas
methan, jumlah peralatan mesin yang beroperasi serta kondisi suhu dan kelembaban udara sehingga
dengan dilakukan pengkajian terhadap parameter ini dapat ditentukan berapa kuantitas udara yang
diperlukan untuk kelangsungan operasional.
b. Pengendalian Kuantitas Udara Tambang
Kuantitas dihitung berdasarkan hasil kali antara kecepatan aliran udara dengan luas penampang yang
dilawatinya.
Q = V x A
Keterangan :
Q = Kuantitas udara, m2/detik

V = Kecepatan aliran udara tambang, m/detik


A = Luas penampang jalan udara tambang, m2Pada penelitian ini perhitungan kuantitas udara di permuka
kerja dilakukan berdasarkan kepada :
1) Berdasarkan kebutuhan udara minimal untuk pernafasan pekerja di front kerja.kebutuhan minimum
untuk pernafasan sebesar
0,01 m3/detik/orang.
2) Berdasarkan kebutuhan minimum untuk mengencer gas.Perhitungan pancaran gas methan
menggunakan persamaan berikut (Materi Ventilasi Tambang, Balai Diklat TBT, 2002, halaman 35) :
Y = 4,1 + 0,023X
Dimana, Y = Jumlah pancaran methan (m3/t)

X = Kedalaman penambangan rata rata (m)

3). Berdasarkan jumlah tenaga kuda (Horse Power) peralatan yang beroperasi.Berdasarkan peraturan K3
Pertambangan, untuk setiap tenaga kuda apabila mesin dihidupkan, kuantitas udara yang diperlukan yaitu
sebesar 3 m3/menit.
B. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif,
adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan
(Sugiono, 2012:8) Selain metode penelitian kuantitaif penulis juga menggunakan metode penelitian
deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk
memecahkan masalah secara aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau
mengklasifikasikannya, menganalisis, dan menginterpretasikannya (Surakhmad, 1982 :147).

2. Populasi dan Sampel Penelitian


a. PopulasiYang menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh udara dan semua lokasi yang pada
tambang bawah tanah Sawahluwung.

b. Sampel
Adapun yang menjadi sampel pada penelitian adalah kondisi udara pada beberapa lokasi pengamatan saja
yang meliputi Adit, jalur J2, jalur J3, jalur J6, jalur J8, jalur J52, jalur J53, jalur J2C, jalur J4C, jalur J6C,
front J9C, jalur J10C, front J11C, front Dosco, jalur J8C, jalur J5C, jalur J3C, jalur J1C, jalur J46, jalur
J7, jalur J46, Lurah Sapan 2 dan Lurah Sapan 1.

Anda mungkin juga menyukai