DISUSUN OLEH :
NAMA : MUHAMMAD ALIM
NIM : 21/477500/TP/13152
GOL. : B1
PJ ACARA : PANJI KUNCORO ALAM
Keterangan:
Vsensibel = kecepatan aliran udara ventilasi untuk membuang panas
sensibel (m3/s)
Qv = kalor yang harus dibuang (watt)
Vs = volume spesifik udara keluar (m3/kg Dry Air)
qv1 = entalpi udara masuk, ha (kJ/kg Dry Air)
qv2 = entalpi udara keluar atau masuk, hb (kJ/kg Dry Air)
- Mencari Qv
𝑇𝑚𝑜−𝑇𝑚𝑡
Qv = mmo x Cp x ( )………………………………………(3.4)
𝑡
Keterangan:
mmo = massa model awal (kg)
Cp = panas jenis model (0,83 kJ/kg oC) – panas jenis air
Tmo = suhu model awal (oC)
Tmt = suhu model akhir model (oC)
t = waktu proses ventilasi (sekon)
- Mencari Vs
Vs dicari dengan menggunakan psychrometric chart. Sebelum dapat
memperoleh Vs maka ha, hb, dan hc harus dicari terlebih dahulu. Cara
mencarinya juga menggunakan psychrometric chart seperti berikut :
a. Dicari Tdbin (berdasarkan nilai dari Tkonstan saat udara masuk
ventilasi) dan ditandai nilainya
b. Lalu ditarik garis lurus ke atas dari titik Tdbin menuju RHin
(berdasarkan RH konstan saat udara masuk ventilasi)
c. Dari titik RHin ditarik garis yang sejajar dengan garis entalpi,
sehingga ditemukan ha
d. Diulangi langkah a-c pada T dan RH luar saat udara keluar ventilasi
untuk mencari hc
e. hb dicari dengan melihat titik temu ketika garis panas sensibel dan
panas laten tegak lurus.
Vs merupakan volume spesifik dari hc, dicari dengan melihat
perpotongan antara garis entalpi dengan garis volume spesifik.
3.3.3 Laju Aliran Udara Ventilasi untuk Membuang Panas Laten
Asumsi : suhu dalam ruang diabaikan (hanya menijau suhu model)
𝑄𝑙
Vlaten = (𝑞𝑣3−𝑞𝑣2) x Vs …………………………………………(3.5)
Keterangan:
Vsensibel = kecepatan aliran udara ventilasi untuk membuang panas
sensibel (m3/s)
Ql = kalor yang harus dibuang (watt)
Vs = volume spesifik udara keluar (m3/kg Dry Air)
qv3 = entalpi udara keluar, hc (kJ/kg Dry Air)
qv2 = entalpi udara keluar atau masuk, hb (kJ/kg Dry Air)
- Mencari Ql
(𝑚𝑚𝑜−𝑚𝑚𝑡)𝑥 ℎ𝑤
Ql = ………………………………………(3.6)
𝑡
Keterangan:
mmo = massa model awal (kg)
mmt = massa model akhir (kg)
hw = panas latent air (2,256 kJ/kg)
t = waktu terjadinya ventilasi (sekon)
- Mencari Vs
Nilai Vs sama dengan Vs awal yang dicari pada poin 3.
3.3.4 Laju Aliran Udara Ventilasi Total
Vtotal = Vsensibel + Vlaten ……………………………………(3.7)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1. Pengukuran laju aliran udara ventilasi
Bukaan
Besaran
1 2 3
Ainlet (m2) 0.136 0.272 0.408
Aoutlet (m2) 0.136 0.272 0.408
Qin (m3/s) 0.136 0.2992 0.5304
Qout (m3/s) 0.0272 0.0544 0.204
60
50
40
T model (OC)
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
t (menit)
50
40
Suhu (OC)
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
t (Menit)
Gambar 4.2 Hubungan suhu dengan 3 variasi bukaan ventilasi terhadap waktu
100
90
80
70
60
RH (%)
50
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
t (menit)
70
60
50
Suhu
40
30 RH
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
t (menit)
Gambar 4.4 Hubungan suhu dan RH pada variasi bukaan 1 ventilasi terhadap waktu
Ventilasi 2
90
80
70
Suhu (oC) RH (%)
60
50
40 Suhu
30 RH
20
10
0
0 5 10 15
t (menit)
Gambar 4.5 Hubungan suhu dan RH pada variasi bukaan 2 ventilasi terhadap waktu
Ventilasi 3
90
80
70
Suhu (oC) RH (%)
60
50
40 Suhu
30 RH
20
10
0
0 2 4 6 8 10
t (menit)
Gambar 4.6 Hubungan suhu dan RH pada variasi bukaan 3 ventilasi terhadap waktu
4.2 Pembahasan
Ventilasi mekanis adalah proses pertukaran udara dengan cara mengatur
agar terjadi pemasukan udara segar ke dalam ruangan dan pembuangan udara yang
pengap menggunakan bantuan alat/teknologi nnekanis. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kualitas udara di ruang tersebut. Prinsip kerja ventilasi adalah
menggerakan udara dalam ruangan kemudian akan diganti dengan volume udara
dari luar sehingga udara akan lebih bersih dan membuat nyaman mahluk hidup yang
ada di dalamnya. Sirkulasi atau pergerakan udara ini dipicu akibat udara bergerak
akibat dorongan dari kipas yang kemudian masuk ke dalam ruang kaca melalui
ventilasi. Sirkulasi udara yang buruk dapat menimbulkan masalah Kesehatan,
misalnya sapi bisa stress sehingga daging sapi rasanya asam; manusia yang masuk
ke dalam ruangan bisa mengalami sesak nafas, dan tumbuhan di dalam ruangan bisa
saja mati akibat pasokan gas untuk tumbuh kembang tidak mewadai (Gustira dkk.,
2015). Oleh karena itu, penggunaan sistem ventilasi mekanis pada bidang pertanian
sangat penting karena perannya yang sangat erat terhadap rekayasa lingkungan
bangunan pertanian dari segi produksi, penyimpanan, dan perawatan hasil produk
pertanian tersebut.
Berdasarkan gambar 4.1, dapat diketahui bahwa variasi bukaan ventilasi
mempengaruhi T model sapi seiring bertambahnya waktu. Bukaan ventilasi juga
berpengaruh pada kenaikan maupun penurunan suhu model seiring waktu hingga
mencapai suhu konstan. Pengukuran suhu model yang paling mendekati nilai
konstan yaitu pada bukaan 3 ventilasi, sedangkan bukaan 2 dan bukaan 1 ventilasi
masih terukur nilai tidak konstan dimana rentang yang diperoleh masih cukup jauh.
Berdasarkan perbandingan hasil yang diperoleh dari setiap variasi bukaan
ventilasi, diketahui bahwa semakin besar bukaan ventilasi maka akan semakin cepat
waktu yang diperlukan untuk suhu dapat konstan. Pada bukaan 1 ventilasi,
diperlukan waktu yang lebih lama sekitar 15 menit untuk mencapai suhu konstan
pada model sapi dalam kendang. Pada bukaan 2 ventilasi, suhu konstan terukur
pada menit ke-14. Waktu yang diperlukan lebih cepat dibandingkan dengan bukaan
1 ventilasi. Pada bukaan 3 ventilasi, suhu dapat konstan pada waktu 9 menit. Hal
ini disebabkan oleh besarnya bukaan ventilasi sehingga aliran udara lebih banyak
yang masuk ke dalam kandang.
Diperoleh pengukuran nilai suhu dan RH pada tiap variasi bukaan ventilasi.
Pada bukaan 1 ventilasi diperoleh suhu konstan sebesar 47.6oC dan nilai RH
konstan sebesar 68.2%. Pada bukaan 1 ventilasi diperoleh nilai suhu konstan
sebesar 44.6oC dan nilai RH konstan sebesar 66.9% pada menit ke-14. Pada bukaan
3 ventilasi diperoleh suhu konstan sebesar 48.6oC dan nilai RH konstan sebesar
67.7% pada menit ke-9. Dalam pengukuran ini lebih membuktikan bahwa semakin
besar bukaan ventilasi, maka semakin cepat pula suhu konstan dan penurunan RH
dalam ruangan.
Ventilasi mekanis memiliki peran penting dalam teknik pertanian karena
memberikan pengendalian lingkungan yang optimal bagi tanaman dan hewan
ternak. Dengan menggunakan sistem ventilasi mekanis, pertanian dapat mengatur
suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara di dalam struktur pertanian seperti rumah
kaca atau bangunan peternakan. Hal ini memberikan kondisi yang stabil dan
nyaman bagi pertumbuhan tanaman dan kesejahteraan hewan, yang pada gilirannya
meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Selain itu, ventilasi
mekanis juga membantu mengurangi risiko penyakit dan gangguan lingkungan
lainnya yang dapat merugikan pertanian. Dengan memberikan kontrol yang lebih
baik terhadap parameter lingkungan, ventilasi mekanis menjadi aspek integral
dalam mencapai keberhasilan dan keberlanjutan dalam kegiatan pertanian modern.
4.3 Contoh Perhitungan
• Laju Aliran Udara Ventilasi Masuk dan Keluar Pada Bukaan 1
𝑚
𝑄𝑖𝑛 = 𝑣𝑖𝑛 × 𝐴𝑖𝑛 = 1 × (0.68𝑚 × 0,2𝑚) = 0,136 𝑚3 /𝑠
𝑠
= −1,812 𝑤𝑎𝑡𝑡
𝑄𝑣
𝑉𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖𝑏𝑒𝑙 = (𝑞𝑣2−𝑞𝑣1) × 𝑉𝑠
−1,812 𝑤𝑎𝑡𝑡
= (71 𝑘𝑗/𝑘𝑔.𝑑.𝑎−76,1 𝑘𝑗/𝑘𝑔.𝑑.𝑎) × 0,878 𝑚3 /𝑘𝑔
= 0,312 𝑚3 /𝑠
• Laju Aliran Udara Ventilasi untuk Membuang Panas Laten Pada
Bukaan 1
(𝑚𝑚𝑜 −𝑚𝑚𝑡 )×ℎ𝑤 (322,03−312,02)𝑘𝑔×2260 𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝑄𝑙 = = = 25,1362 𝑤𝑎𝑡𝑡
𝑡 900 𝑠
𝑄𝑙
𝑉𝑙𝑎𝑡𝑒𝑛 = (𝑞𝑣3−𝑞𝑣2) × 𝑉𝑠
25,1362 𝑤𝑎𝑡𝑡
=( 𝑘𝑗 ) × 0,878 𝑚3 /𝑘𝑔
70,4 .𝑑.𝑎−71𝑘𝑗/𝑘𝑔.𝑑.𝑎
𝑘𝑔
= −36,783 𝑚3 /𝑠
• Laju Aliran Udara Ventilasi Total
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖𝑏𝑒𝑙 + 𝑉𝑙𝑎𝑡𝑒𝑛
= (0,321 + ((−36,783)) 𝑚3 /𝑠
36,471𝑚3
=− = −36470,793 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑠
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
sebagai berikut:
1. Prinsip kerja ventilasi adalah menggerakan udara dalam ruangan kemudian
akan diganti dengan volume udara dari luar sehingga udara akan lebih bersih
dan membuat nyaman mahluk hidup yang ada di dalamnya. Sirkulasi atau
pergerakan udara ini dipicu akibat udara bergerak akibat dorongan dari kipas
yang kemudian masuk ke dalam ruang kaca melalui ventilasi.
2. Kinerja sistem ventilasi mekanis dipengaruhi oleh besaran bukaan. Semakin
besar bukaan, maka semakin cepat suhu konstan dan aliran udara semakin
besar.
5.2 Saran
Praktikum berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alloui, N., Alloui, M.N., Bennoune, O. and Bouhentala, S., 2011. Effect of
ventilation and atmospheric ammonia on the health and performance of
broiler chickens in summer. Mortality, 1(10), p.000.
Fauzi, H.S. and Baheramsyah, A., 2017. Desain Alternatif Sistem Ventilasi Udara
pada Ruang Muat Kapal Pengangkut Ternak dengan Menggunakan Two-
wheel Desiccant. Jurnal Teknik ITS (SINTA: 4, IF: 1.1815), 5(2).
Gustira, D.E. and Kurtini, T., 2015. Pengaruh kepadatan kandang terhadap
performa produksi ayam petelur fase awal grower. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu, 3(1).
Hasfani, H., Triyanto, D. and Setyaningsih, F.A., 2015. Sistem Sirkulasi Udara dan
Pencahayaan Otomatis di Dalam Rumah. Coding Jurnal Komputer dan
Aplikasi, 3(2).
Rahayu, E.P., Saam, Z., Sukendi, S. and Afandi, D., 2019. Kualitas Udara Dalam
Ruang Rawat Inap Di Rumah Sakit Swasta Tipe C Kota Pekanbaru Ditinjau
Dari Kualitas Fisik. Dinamika Lingkungan Indonesia, 6(1), pp.55-59.
Razak, H., 2015. Pengaruh Karakteristik Ventilasi dan Lingkungan Terhadap
Tingkat Kenyamanan Termal Ruang Kelas SMPN di Jakarta
Selatan. AGORA: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur
Usakti, 15(2).
Santoso, E.I., 2012. Kenyamanan termal indoor pada bangunan di daerah beriklim
tropis lembab. The Indonesian Green Technology Journal, 1(1), pp.13-19.
Ventilasi 1
Ventilasi 2
Ventilasi 3