Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

REKAYASA LINGKUNGAN PERTANIAN


ACARA V
PENGUKURAN EFEKTIVITAS SISTEM VENTILASI MEKANIS DALAM
RUANG BANGUNAN PERTANIAN

DISUSUN OLEH :
NAMA : MUHAMMAD ALIM
NIM : 21/477500/TP/13152
GOL. : B1
PJ ACARA : PANJI KUNCORO ALAM

LABORATORIUM TEKNIK LINGKUNGAN BANGUNAN PERTANIAN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangunan pertanian mempunyai peran penting terutama terhadap industri
pertanian yang memerlukan ruangan penyimpanan maupun kendang bagi hewan
ternak. Hewan ternak dan tanaman yang disimpan pada pada bangunan pertanian
akan mengalami proses metabolisme terus-menerus sehingga akan menaikkan suhu
ruangan. Ruangan yang panas ini nantinya lama-kelamaan akan menjadi tidak
cocok bagi manusia, hewan, dan tanaman yang ada di dalamnya. Selain itu, panas
yang ada dalam ruangan bisa berasal dari tata letak ruangan, mesin dan alat yang
ada di dalam ruangan entah listrik maupun minyak. Panas yang akhirnya
terakumulasi akan menimbulkan masalah kesetahan seperti heat rash, heat cramps,
dan heat stroke. Oleh karena itu, setiap bangunan pertanian biasanya dilengkapi
ventilasi udara untuk mengatur sirkulasi udara dalam mengatur panas dan pasokan
gas sehat dari lingkungan luar.
Ventilasi merupakan upaya sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga
kondisi di dalam ruangan agar tetap bisa dihuni. Oleh karena itu, mahasiswa Teknik
Pertanian dan Biosistem harus mampu menganalisa dan membuat lingkungan
bangunan pertanian yang dilengkapi dengan ventilasi. Selain itu, tentunya dalam
membuat ventilasi tidak bisa asal-asalan sehingga mahasiswa, teknisi, dan orang
yang bertanggungjawab langsung dengan bangunan harus mampu merekayasa
ventilasi sesuai dengan kebutuhan mahluk hidup di dalam ruangan tanpa
menganggu fungsi bangunan tersebut.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum acara V ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mekanisme kerja suatu sistem ventilasi pada bangunan
pertanian
2. Untuk mengoperasikan dan menganalisis kinerja suatu sistem ventilasi pada
bangunan pertanian
1.3 Manfaat
Dari pelaksanaan praktikum ini diperoleh beberapa manfaat yaitu praktikan
dapat mengetahui mekanisme kerja sistem ventilasi, dapat mengoperasikan, serta
dapat menganalisis kinerja sistem ventilasi bangunan pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ventilasi pada bangunan pertanian digunakan untuk mengendalikan suhu,
kelembaban udara, kotoran ternak dan pergerakan udara sehingga kondisi
lingkungan mikro yang dibutuhkan ternak dapat terpenuhi. Sistem ventilasi terjadi
jika terdapat perbedaan tekanan udara dan pergerakan udara. Ventilasi dengan
tekanan udara tertentu dapat mempengaruhi kecepatan pergerakan udara, arah
pergerakan, intensitas dan pola aliran serta rintangan setempat. Laju ventilasi diukur
dengan satuan massa udara per unit waktu (Rahayu dkk., 2019). Laju ventilasi
minimum pada kandang biasanya didasarkan pada kebutuhan pergerakan udara
untuk kontrol kelembaban.
Di daerah tropis seperti Indonesia, ventilasi bangunan kandang yang
biasanya digunakan adalah ventilasi alami karena dapat menekan biaya dan tenaga
kerja dibandingkan dengan ventilasi lainnya (Santoso, 2012). Ventilasi alami terjadi
karena adanya perbedaan tekanan udara akibat faktor angin dan faktor termal.
Faktor angin dan termal ini dimanfaatkan untuk menggerakkan udara dan
menentukan laju ventilasi alami yang terjadi. Laju ventilasi alami dan mekanis
memiliki hubungan yang linier dengan kecepatan udara dan tergantung pada
perbedaan tekanan udara yang ditimbulkan oleh perbedaan temperatur lingkungan.
Ventilasi mekanis adalah sistem ventilasi yang menggunakan peralatan mekanik
untuk mengalirkan sirkulasi udara masuk dan keluar ruangan (Fauzi dan
Baheramsyah, 2016). Hal ini ditujukan agar gas-gas yang tidak bagus untuk mahluk
hidup yang ada didalamnya tidak mengalami keracunan dan kekurangan pasokan
oksigen. Ventilasi mekanis prinsipnya hampir sama dengan ditambah pengatur
perbedaan tekanan antara inlet dan outlet (Hasfani dkk., 2015). Sayangnya,
dibanding dari ventilasi ilmiah, energi listrik yang dipakai sangat besar (Alloi dkk.,
2013).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Fan
2. Ruang kaca dengan bukaan inlet dan outlet yang bervariasi
3. Heater dan humidifier
4. Thermohygrometer
5. Anemometer
6. Timbangan digital
7. Termokopel
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah model sapi.
3.2 Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan dalam eksperimen acara V terdiri dari beberapa
langkah. Pertama, semua peralatan yang diperlukan dipersiapkan dan diperiksa
untuk memastikan kondisinya baik dan siap digunakan dalam proses pengukuran.
Ruang kaca diatur sedemikian rupa agar berada dalam aliran udara dari kipas
ventilasi. Suhu dan kelembaban di dalam ruang kaca diatur lebih tinggi daripada
kondisi udara luar (yang akan masuk melalui kipas) melalui proses pemanasan dan
penyemprotan air. Selanjutnya, bobot model produk pertanian diukur dan model
tersebut ditempatkan di dalam ruang kaca. Parameter seperti suhu udara, suhu
model produk pertanian, kelembaban udara, dan kecepatan angin diukur di dalam
ruang kaca untuk pengamatan lebih lanjut.
Kemudian, bukaan inlet dan outlet diatur pada ruang kaca tersebut dalam
tiga tahap yang dimulai dari yang terkecil, dan dimensi bukaan diukur dengan
mesin. Ukuran inlet dan outlet yang digunakan sama. Selanjutnya, kipas diaktifkan
untuk mengarahkan aliran udara ventilasi ke dalam ruang kaca. Posisi dan jarak
ruang dari kipas diatur agar aliran udara ventilasinya tidak terlalu kuat, dengan
menggunakan kecepatan terendah pada kipas. Suhu dan kelembaban udara yang
keluar dari kipas dan yang masuk ke dalam ruang kaca diukur. Pengukuran suhu
dan kelembaban udara di dalam ruang kaca serta suhu permukaan model dimulai
ketika aliran udara ventilasi masuk, dan pengukuran dilakukan secara periodik
setiap menit sampai kondisinya stabil. Waktu total proses ventilasi, mulai dari
aktifnya kipas hingga dimatikannya, juga dicatat. Demikian pula, kecepatan angin
diukur pada inlet dan outlet ruang kaca. Setelah kondisi udara di dalam ruang kaca
stabil, kipas dimatikan, dan bobot model produk ditimbang.
3.3 Cara Analisis Data
3.3.1 Laju Aliran Udara Ventilasi Masuk dan Keluar
Qin = vin x Ain ………………………………(3.1)
A=pxt
Qout = vout x Aout …………………………..…(3.2)
Keterangan:
Qin = debit aliran udara ventilasi saat masuk (m3/s)
Qout= debit aliran udara ventilasi saat keluar (m3/s)
Ain = luas bukaan ventilasi masuk (m2)
Aout= luas bukaan ventilasi keluar (m2)
p = panjang ventilasi (m)
t = tinggi ventilasi (m)
Vin = kecepatan udara masuk (m/s)
Vout= kecepatan udara keluar (m/s)
3.3.2 Laju Aliran Udara Ventilasi untuk Membuang Panas Sensibel
𝑄𝑣
Vsensibel = (𝑞𝑣2−𝑞𝑣1) x Vs …………………………………………(3.3)

Keterangan:
Vsensibel = kecepatan aliran udara ventilasi untuk membuang panas
sensibel (m3/s)
Qv = kalor yang harus dibuang (watt)
Vs = volume spesifik udara keluar (m3/kg Dry Air)
qv1 = entalpi udara masuk, ha (kJ/kg Dry Air)
qv2 = entalpi udara keluar atau masuk, hb (kJ/kg Dry Air)
- Mencari Qv
𝑇𝑚𝑜−𝑇𝑚𝑡
Qv = mmo x Cp x ( )………………………………………(3.4)
𝑡

Keterangan:
mmo = massa model awal (kg)
Cp = panas jenis model (0,83 kJ/kg oC) – panas jenis air
Tmo = suhu model awal (oC)
Tmt = suhu model akhir model (oC)
t = waktu proses ventilasi (sekon)
- Mencari Vs
Vs dicari dengan menggunakan psychrometric chart. Sebelum dapat
memperoleh Vs maka ha, hb, dan hc harus dicari terlebih dahulu. Cara
mencarinya juga menggunakan psychrometric chart seperti berikut :
a. Dicari Tdbin (berdasarkan nilai dari Tkonstan saat udara masuk
ventilasi) dan ditandai nilainya
b. Lalu ditarik garis lurus ke atas dari titik Tdbin menuju RHin
(berdasarkan RH konstan saat udara masuk ventilasi)
c. Dari titik RHin ditarik garis yang sejajar dengan garis entalpi,
sehingga ditemukan ha
d. Diulangi langkah a-c pada T dan RH luar saat udara keluar ventilasi
untuk mencari hc
e. hb dicari dengan melihat titik temu ketika garis panas sensibel dan
panas laten tegak lurus.
Vs merupakan volume spesifik dari hc, dicari dengan melihat
perpotongan antara garis entalpi dengan garis volume spesifik.
3.3.3 Laju Aliran Udara Ventilasi untuk Membuang Panas Laten
Asumsi : suhu dalam ruang diabaikan (hanya menijau suhu model)
𝑄𝑙
Vlaten = (𝑞𝑣3−𝑞𝑣2) x Vs …………………………………………(3.5)

Keterangan:
Vsensibel = kecepatan aliran udara ventilasi untuk membuang panas
sensibel (m3/s)
Ql = kalor yang harus dibuang (watt)
Vs = volume spesifik udara keluar (m3/kg Dry Air)
qv3 = entalpi udara keluar, hc (kJ/kg Dry Air)
qv2 = entalpi udara keluar atau masuk, hb (kJ/kg Dry Air)
- Mencari Ql
(𝑚𝑚𝑜−𝑚𝑚𝑡)𝑥 ℎ𝑤
Ql = ………………………………………(3.6)
𝑡

Keterangan:
mmo = massa model awal (kg)
mmt = massa model akhir (kg)
hw = panas latent air (2,256 kJ/kg)
t = waktu terjadinya ventilasi (sekon)
- Mencari Vs
Nilai Vs sama dengan Vs awal yang dicari pada poin 3.
3.3.4 Laju Aliran Udara Ventilasi Total
Vtotal = Vsensibel + Vlaten ……………………………………(3.7)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1. Pengukuran laju aliran udara ventilasi
Bukaan
Besaran
1 2 3
Ainlet (m2) 0.136 0.272 0.408
Aoutlet (m2) 0.136 0.272 0.408
Qin (m3/s) 0.136 0.2992 0.5304
Qout (m3/s) 0.0272 0.0544 0.204

Tabel 4.2. Perhitungan laju aliran udara ventilasi total


Bukaan
Besaran
1 2 3
v sensibel (m3/s) 0.311878969 0.065 0.005
v laten (m3/s) -36.783 1.538 1.492
v total (m3/s ) -36.471 1.603 1.497
v total
(liter/detik) -36470.793 1603.061 1497.059

60

50

40
T model (OC)

30

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
t (menit)

T model v1 T model v2 T model v3

Gambar 4.1 Hubungan T model 3 variasi terhadap waktu


60

50

40
Suhu (OC)

30

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
t (Menit)

Ventilasi 1 Ventilasi 2 Ventilasi 3

Gambar 4.2 Hubungan suhu dengan 3 variasi bukaan ventilasi terhadap waktu
100
90
80
70
60
RH (%)

50
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
t (menit)

ventilasi 1 ventilasi 2 ventilasi 3

Gambar 4.3 Hubungan RH dengan 3 variasi bukaan ventilasi terhadap waktu


Ventilasi 1
100
90
80
Suhu (oC) RH (%)

70
60
50
Suhu
40
30 RH
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
t (menit)

Gambar 4.4 Hubungan suhu dan RH pada variasi bukaan 1 ventilasi terhadap waktu

Ventilasi 2
90
80
70
Suhu (oC) RH (%)

60
50
40 Suhu
30 RH
20
10
0
0 5 10 15
t (menit)

Gambar 4.5 Hubungan suhu dan RH pada variasi bukaan 2 ventilasi terhadap waktu
Ventilasi 3
90
80
70
Suhu (oC) RH (%)

60
50
40 Suhu
30 RH
20
10
0
0 2 4 6 8 10
t (menit)

Gambar 4.6 Hubungan suhu dan RH pada variasi bukaan 3 ventilasi terhadap waktu
4.2 Pembahasan
Ventilasi mekanis adalah proses pertukaran udara dengan cara mengatur
agar terjadi pemasukan udara segar ke dalam ruangan dan pembuangan udara yang
pengap menggunakan bantuan alat/teknologi nnekanis. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kualitas udara di ruang tersebut. Prinsip kerja ventilasi adalah
menggerakan udara dalam ruangan kemudian akan diganti dengan volume udara
dari luar sehingga udara akan lebih bersih dan membuat nyaman mahluk hidup yang
ada di dalamnya. Sirkulasi atau pergerakan udara ini dipicu akibat udara bergerak
akibat dorongan dari kipas yang kemudian masuk ke dalam ruang kaca melalui
ventilasi. Sirkulasi udara yang buruk dapat menimbulkan masalah Kesehatan,
misalnya sapi bisa stress sehingga daging sapi rasanya asam; manusia yang masuk
ke dalam ruangan bisa mengalami sesak nafas, dan tumbuhan di dalam ruangan bisa
saja mati akibat pasokan gas untuk tumbuh kembang tidak mewadai (Gustira dkk.,
2015). Oleh karena itu, penggunaan sistem ventilasi mekanis pada bidang pertanian
sangat penting karena perannya yang sangat erat terhadap rekayasa lingkungan
bangunan pertanian dari segi produksi, penyimpanan, dan perawatan hasil produk
pertanian tersebut.
Berdasarkan gambar 4.1, dapat diketahui bahwa variasi bukaan ventilasi
mempengaruhi T model sapi seiring bertambahnya waktu. Bukaan ventilasi juga
berpengaruh pada kenaikan maupun penurunan suhu model seiring waktu hingga
mencapai suhu konstan. Pengukuran suhu model yang paling mendekati nilai
konstan yaitu pada bukaan 3 ventilasi, sedangkan bukaan 2 dan bukaan 1 ventilasi
masih terukur nilai tidak konstan dimana rentang yang diperoleh masih cukup jauh.
Berdasarkan perbandingan hasil yang diperoleh dari setiap variasi bukaan
ventilasi, diketahui bahwa semakin besar bukaan ventilasi maka akan semakin cepat
waktu yang diperlukan untuk suhu dapat konstan. Pada bukaan 1 ventilasi,
diperlukan waktu yang lebih lama sekitar 15 menit untuk mencapai suhu konstan
pada model sapi dalam kendang. Pada bukaan 2 ventilasi, suhu konstan terukur
pada menit ke-14. Waktu yang diperlukan lebih cepat dibandingkan dengan bukaan
1 ventilasi. Pada bukaan 3 ventilasi, suhu dapat konstan pada waktu 9 menit. Hal
ini disebabkan oleh besarnya bukaan ventilasi sehingga aliran udara lebih banyak
yang masuk ke dalam kandang.
Diperoleh pengukuran nilai suhu dan RH pada tiap variasi bukaan ventilasi.
Pada bukaan 1 ventilasi diperoleh suhu konstan sebesar 47.6oC dan nilai RH
konstan sebesar 68.2%. Pada bukaan 1 ventilasi diperoleh nilai suhu konstan
sebesar 44.6oC dan nilai RH konstan sebesar 66.9% pada menit ke-14. Pada bukaan
3 ventilasi diperoleh suhu konstan sebesar 48.6oC dan nilai RH konstan sebesar
67.7% pada menit ke-9. Dalam pengukuran ini lebih membuktikan bahwa semakin
besar bukaan ventilasi, maka semakin cepat pula suhu konstan dan penurunan RH
dalam ruangan.
Ventilasi mekanis memiliki peran penting dalam teknik pertanian karena
memberikan pengendalian lingkungan yang optimal bagi tanaman dan hewan
ternak. Dengan menggunakan sistem ventilasi mekanis, pertanian dapat mengatur
suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara di dalam struktur pertanian seperti rumah
kaca atau bangunan peternakan. Hal ini memberikan kondisi yang stabil dan
nyaman bagi pertumbuhan tanaman dan kesejahteraan hewan, yang pada gilirannya
meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Selain itu, ventilasi
mekanis juga membantu mengurangi risiko penyakit dan gangguan lingkungan
lainnya yang dapat merugikan pertanian. Dengan memberikan kontrol yang lebih
baik terhadap parameter lingkungan, ventilasi mekanis menjadi aspek integral
dalam mencapai keberhasilan dan keberlanjutan dalam kegiatan pertanian modern.
4.3 Contoh Perhitungan
• Laju Aliran Udara Ventilasi Masuk dan Keluar Pada Bukaan 1
𝑚
𝑄𝑖𝑛 = 𝑣𝑖𝑛 × 𝐴𝑖𝑛 = 1 × (0.68𝑚 × 0,2𝑚) = 0,136 𝑚3 /𝑠
𝑠

𝑄𝑜𝑢𝑡 = 𝑣𝑜𝑢𝑡 × 𝐴𝑜𝑢𝑡 = 0,2 𝑚/𝑠 × (0.68𝑚 × 0,2𝑚) = 0, 0272 𝑚3 /𝑠


• Laju Aliran Udara Ventilasi untuk Membuang Panas Sensibel Pada
Bukaan 1
𝑇𝑚𝑜−𝑇𝑚𝑡
𝑄𝑣 = 𝑚𝑚𝑜 × 𝐶𝑝 × ( )
𝑡
41,5℃−47,6℃
= 0,32203 𝑘𝑔 × 0,83 𝑘𝐽/𝑘𝑔℃ × ( )
900 𝑠

= −1,812 𝑤𝑎𝑡𝑡
𝑄𝑣
𝑉𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖𝑏𝑒𝑙 = (𝑞𝑣2−𝑞𝑣1) × 𝑉𝑠
−1,812 𝑤𝑎𝑡𝑡
= (71 𝑘𝑗/𝑘𝑔.𝑑.𝑎−76,1 𝑘𝑗/𝑘𝑔.𝑑.𝑎) × 0,878 𝑚3 /𝑘𝑔

= 0,312 𝑚3 /𝑠
• Laju Aliran Udara Ventilasi untuk Membuang Panas Laten Pada
Bukaan 1
(𝑚𝑚𝑜 −𝑚𝑚𝑡 )×ℎ𝑤 (322,03−312,02)𝑘𝑔×2260 𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝑄𝑙 = = = 25,1362 𝑤𝑎𝑡𝑡
𝑡 900 𝑠
𝑄𝑙
𝑉𝑙𝑎𝑡𝑒𝑛 = (𝑞𝑣3−𝑞𝑣2) × 𝑉𝑠

25,1362 𝑤𝑎𝑡𝑡
=( 𝑘𝑗 ) × 0,878 𝑚3 /𝑘𝑔
70,4 .𝑑.𝑎−71𝑘𝑗/𝑘𝑔.𝑑.𝑎
𝑘𝑔

= −36,783 𝑚3 /𝑠
• Laju Aliran Udara Ventilasi Total
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖𝑏𝑒𝑙 + 𝑉𝑙𝑎𝑡𝑒𝑛
= (0,321 + ((−36,783)) 𝑚3 /𝑠
36,471𝑚3
=− = −36470,793 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑠
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
sebagai berikut:
1. Prinsip kerja ventilasi adalah menggerakan udara dalam ruangan kemudian
akan diganti dengan volume udara dari luar sehingga udara akan lebih bersih
dan membuat nyaman mahluk hidup yang ada di dalamnya. Sirkulasi atau
pergerakan udara ini dipicu akibat udara bergerak akibat dorongan dari kipas
yang kemudian masuk ke dalam ruang kaca melalui ventilasi.
2. Kinerja sistem ventilasi mekanis dipengaruhi oleh besaran bukaan. Semakin
besar bukaan, maka semakin cepat suhu konstan dan aliran udara semakin
besar.
5.2 Saran
Praktikum berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alloui, N., Alloui, M.N., Bennoune, O. and Bouhentala, S., 2011. Effect of
ventilation and atmospheric ammonia on the health and performance of
broiler chickens in summer. Mortality, 1(10), p.000.
Fauzi, H.S. and Baheramsyah, A., 2017. Desain Alternatif Sistem Ventilasi Udara
pada Ruang Muat Kapal Pengangkut Ternak dengan Menggunakan Two-
wheel Desiccant. Jurnal Teknik ITS (SINTA: 4, IF: 1.1815), 5(2).
Gustira, D.E. and Kurtini, T., 2015. Pengaruh kepadatan kandang terhadap
performa produksi ayam petelur fase awal grower. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu, 3(1).
Hasfani, H., Triyanto, D. and Setyaningsih, F.A., 2015. Sistem Sirkulasi Udara dan
Pencahayaan Otomatis di Dalam Rumah. Coding Jurnal Komputer dan
Aplikasi, 3(2).
Rahayu, E.P., Saam, Z., Sukendi, S. and Afandi, D., 2019. Kualitas Udara Dalam
Ruang Rawat Inap Di Rumah Sakit Swasta Tipe C Kota Pekanbaru Ditinjau
Dari Kualitas Fisik. Dinamika Lingkungan Indonesia, 6(1), pp.55-59.
Razak, H., 2015. Pengaruh Karakteristik Ventilasi dan Lingkungan Terhadap
Tingkat Kenyamanan Termal Ruang Kelas SMPN di Jakarta
Selatan. AGORA: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur
Usakti, 15(2).
Santoso, E.I., 2012. Kenyamanan termal indoor pada bangunan di daerah beriklim
tropis lembab. The Indonesian Green Technology Journal, 1(1), pp.13-19.
Ventilasi 1

Ventilasi 2

Ventilasi 3

Anda mungkin juga menyukai