PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju,
kebutuhan energi pun semakin meningkat, sedangkan sumber energi primer semakin
menipis. Dewasa ini penghematan energi gencar digalangkan, salah satunya dengan
audit energi dan konservasi energi. Audit energi merupakan langkah langkah yang
dilakukan untuk menemukan letak potensi pemborosan energi sehingga dapat
dilakukan konservasi energi guna penghematan energi. Konservasi energi adalah
langkah yang dilakukan untuk mendapatkan penghematan dengan meningkatkan
performance alat sehingga lebih efisien dan hemat energi, cara yang dilakukan dalam
konservasi energi yakni dapat dilakukan dengan mengganti teknologi yang dipakai
dengan teknologi yang lebih baik dan lebih hemat ataupun dengan mengganti sumber
energi dengan yang lebih efisien.
Sistem pengkondisian udara (HVAC) atau yang biasa digunakan dipasaran
yakni sebagai Air Conditioning (AC). Sistem HVAC itu sendiri khususnya AC
mengkonsumsi energi yang cukup besar. Apalagi jika AC disetting dengan temperatur
yang semakin rendah membuat energi yang dikonsumsi semakin besar. Untuk itulah
perlu dilakukan konservasi energi pada sistem HVAC guna melakukan penghematan
energi.
1.2
Tujuan
a. Mengetahui kinerja (performance) pada sistem HVAC.
b. Menemukan langkah konservasi yang tepat pada sistem HVAC.
c. Menemukan peluang penghematan energi pada sistem HVAC.
1.3
Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah kinerja (performance) pada sistem HVAC.
b. Bagaimanakah langkah konservasi yang tepat pada sistem HVAC.
c. Bagaimanakah peluang penghematan energi pada sistem HVAC.
1.4
Batasan Masalah
a. Konservasi energi dilakukan pada sistem HVAC di Lab. Teknik Energi Atas.
b. Kinerja (performance) sistem HVAC hanya dilihat pada bagian kondensor yakni
efiktivitas kondensor.
c. Konservasi energi yang dilakukan fokus pada bagian kondensor.
BAB II
TEORI DASAR
2.1
P
p
Proses kompresi uap yang terjadi seperti gambar diatas meliput tahapan berikut:
a.
b.
c.
d.
2.2.1
Kompresor
Pemampat atau kompresor adalah alat mekanik yang berfungsi untuk
meningkatkan tekanan fluida mampu mampat, yaitu gas atau udara. Tujuan
meningkatkan tekanan dapat untuk mengalirkan atau kebutuhan proses dalam suatu
sistem proses yang lebih besar (dapat sistem fisika maupun kimia contohnya pada
pabrik-pabrik kimia untuk kebutuhan reaksi).
2.2.2
Kondensor
Kondensor di dalam sistem air conditioner merupakan alat yang digunakan
untuk merubah gas refrigrant bertekanan tinggi menjadi cairan. Alat tersebut
melakukan cara ini dengan menghilangkan panas dari refrigerant ke temperatur
atmosfir. Kondensor terdiri dari coil dan fin yang berfungsi mendinginkan
refrigerant ketika udara tertiup diantaranya. Kondensor ditempatkan didepan
radiator yang pendinginanya dijamin oleh kipas. Untuk refrigrant jenis R-134a
menggunakan kondensor jenis parallel flow untuk memperbaiki efek pendinginan
udara. Dengan cara itu maka efek pendinginan udara dapat diperbaiki sekitar 15%
sampai 20%.
2.2.3
Katup Ekspansi
Tekanan zat pendingin yang berbentuk cair dari kondensor, saringan harus
diturunkan supaya zat pendingin menguap, dengan demikian penyerapan panas dan
perubahan bentuk zat pendingin dari cair menjadi gas akan berlangsung dengan
sempurna sebelum keluar evaporator. Untuk itulah pada saluran masuk evaporator
dipasang katub ekspansi. Bekerjanya katup ekspansi diatur sedemikian rupa agar
membuka dan menutupnya katup sesuai dengan temperatur evaporator atau tekanan
di dalam sistem.
2.2.4
Evaporator
Zat pendingin cair dari receiver drier dan kondensor harus dirubah kembali
menjadi gas dalam evaporator, dengan demikian evaporator harus menyerap panas,
agar penyerapan panas ini dapat berlangsung dengan sempurna, pipapipa evaporator
juga diperluas permukaannya dengan memberi kisikisi (elemen) dan kipas listrik
(blower), supaya udara dingin juga dapat dihembus ke dalam ruangan. Rumah
evaporator bagian bawah dibuat saluran/pipa untuk keluarnya air yang mengumpul
disekitar evaporator akibat udara yang lembab. Air ini juga akan membersihkan
kotorankotoran yang menempel pada kisikisi evaporator, karena kotoran itu akan
turun bersama air.
BAB III
METODOLOGI DAN DATA PENGUKURAN
3.1
Metodologi Pengukuran
3.1.1
Penjelasan :
1. Bahan pendingin (Refrigerant) yang digunakan adalah R-12.
2. Kompressor berupa kompressor torak, semi hermetic dengan pendinginan udara.
Kapasitas 9.46 [m3/jam] pada putaran 1450 [rpm].
3. Motor listrik tiga fasa 415 Volt 50 Hz dengan daya maksimum 2.5 [kW].
4. AHU (Air Handling Unit)
Kipas udara terpasang pada AHU derngan 3 kecepatan yang berbeda.
Maksimum laju udara yang dihasilkan adalah 0.37 [m 3/detik]. Termometer
berfungsi mengukur temperatur bola kering dan basah yang terpasang pada
saluran masukan dan keluaran AHU. Meter orifice yang dapat di pindah-pindah
terpasang pada masukan saluran AHU.
5. Kondensor, type shell and tube.
3.1.2
Parameter Pengukuran
a. Ada 14 titik temperatur pada saluran yang di amati yang ditunjukkan dengan
digital yaitu :
TA1 = temperature bola kering udara masuk.
TA2 = temperatur bola basah udara masuk.
TA4 = temperatur bola kering udara keluar.
TA5 = temperatur bola basah udara keluar.
Tw7 = temperatur air masuk kondensor.
Tw8 = temperatur keluar kondensor.
Tf1 = temperatur fluida refrigerant masuk kompressor.
Tf2 = temperatur fluida refrigerant keluar kompressor.
Tf3 = temperatur fluida refrigerant keluar dari pendingin.
Tf4 = temperatur fluida refrigerant keluar dari HE.
Tf5 = temperatur fluida refrigerant masuk ke katup expansi.
Tf6 = temperatur fluida refrigerant masuk ke evaporator.
Tf7 = temperatur fluida refrigerant keluar evaporator
Tf8 =temperatur fluida refrigerant masuk setelah melakukan penukaran panas
kembali.
b. Empat meter tekanan yang bekerja secara analog untuk mengetahui tekanan fluida
kerja.
c. Laju aliran air di ukur menggunakan flowmeter.
d. Laju aliran udara di ukur dengan meter orifice yang di lengkapi dengan
manometer.
e. Meter daya digunakan untuk mengukur daya kompressor.
f. Dilengkapi juga 9 katup kendali,
V101 = katup kendali aliran air.
V102 = katup untuk menghentikan keluaran fluida kerja dari kondensor.
V103 = katup untuk menghentikan keluaran fluida kerja dari kompressor.
V104 = katup untuk menghentikan masukkan fluida kerja dari kompressor.
V105 = katup untuk menghentikan keluaran fluida kerja dari kompressor.
V106 = katup expansi.
V107 = katup untuk mengisi kembali fluida kerja.
V108 = katup expansi otomatis.
3.1.3
Langkah Percobaan
a. Persiapan Percobaan
1. Perikasa level minyak pelumas kompresor atau pompa di dalam kaca penduga
pada sisi kompresor.
2. Periksa fluida manometer, kalibrasi bila perlu.
3. Katup katup pemipaan dari pemipaan untuk sirkulasi fluida dalam posisi
terbuka.
4. Periksa air untuk mengukur temperatur bola basah masukan dan keluaran dari
udara yang mengalir di dalam saluran evaporator tambah air bila tak
mencukupi.
5. Siapkan tabel pengujian sesuai tujuan percobaan.
b. Prosedur Pengujian
1. Hidupkan pompa pemasok air laboratorium. Atur tekanan hingga 2 bar.
2. Atur laju aliran dengan mengatur katup V101. Besarnya laju aliran diatur
sebanyak variasi 3 data.
3. Hidupkan saklar pada MCB.
4. Set selector kipas angin (fan) pada posisi 1 dan 2.
5. Jalankan motor penggerak pemampat (kompresor).
6. Pengambilan data dilakukan dengan 3 variasi data laju aliran untuk tiap posisi
fan dimana fan diposisikan pada posisi 1 dan posisi 2. Setiap variasi data,
pengambilan data dilakukan 5 menit setelahnya.
3.2
Keterangan:
F1
F2
Wk
Ta1
Ta2
Ta3
Ta4
Tw7
Tw8
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1
Perhitungan
4.1.1
P = 8.1 [mmWg]
Tf3 = 30 [C]
P2 = 7.1 [bar]
Tf4 = 30 [C]
Tw7 = 25 [C]
Tw8 = 28 [C]
Penyelesaian:
Dari Tabel termodinamika pada Tf4 diperoleh volume spesifik refrigerant, vL =
0.0007716 [m3/kg]
Dari Tabel termodinamika pada Tf2 diperoleh entalpi refrigerant, h2v = 256.6 [kJ/kg]
Dari Tabel termodinamika pada Tf3 diperoleh entalpi refrigerant, h3L = 64.59 [kJ/kg]
ma=Qa x a
10
[ ]
L
min
1000 [ m
0.166
ref =
[ ]
1[min]
kg
x 998 3
60 [ s ]
m
[ ]
kg
s
1
vv
1
m3
0.0007716 [ ]
kg
1296.01[
kg
]
m3
[ ]
L
min
1000 [ m
0.043
[ ]
1[min]
kg
x 1296.01 3
60 [ s ]
m
[ ]
kg
s
ma x Cp a x T
m ref x ( h 2h3 )
x 100
[ ] [
[ ](
kg
kJ
x 4.186
x3[]
s
kg
x 100
kg
kJ
0.043
x 256.664.59 )
s
kg
0.166
[ ]
25.182
4.1.2
No
.
1
2
3
4
5
6
4.2
Fa
n
1
ma
kg/s
0.166
0.216
0.250
0.166
0.216
0.250
h2v
kJ/kg
256.6
255.9
255.1
256.6
257.4
257.4
h3 L
kJ/kg
64.59
63.61
63.61
64.59
63.61
63.61
Vv
m3/kg
0.0007716
0.0007739
0.0007739
0.0007716
0.0007739
0.0007739
ref
kg/m3
1296.01
1292.16
1292.16
1296.01
1292.16
1292.16
m cp T
kJ/s = kW
2.089
1.810
2.089
2.089
0.905
2.089
mf
kg/s
0.043
0.043
0.043
0.043
0.043
0.043
mf h
kJ/s = kW
8.295
8.282
8.248
8.295
8.347
8.347
Pembahasan
Pada praktikum HVAC ini dilakukan dengan pengaturan variasi fan dan debit air
melalui pembukaan katup pompa. Salah satu komponen utama sistem HVAC adalah
kondensor. Kinerja kondensor dilihat berdasarkan efikivitas kondensor. Pada kondensor,
refrigerant masuk dengan fasa uap dikondensasikan menjadi fasa cair. Di kondensor
terjadi penurunan temperatur masuk terhadap temperatur keluar dimana temperatur
masuk mencapai 109 [oC] sedangkan temperatur keluar mencapai 30 [oC].
Dari hasil perhitungan efiktivitas kondensor diperoleh hasil terendah yakni
10.844 % dan nilai tertinggi 25.326 %. Hasil ini masih dibawah 90 % sehingga harus
kond
%
25.182
21.858
25.326
25.182
10.844
25.025
dilakukan konservasi energi untuk menaikkan kinerja kondensor. Salah satu cara dalam
konservasi di sisi kondensor yakni dengan maintenance kondensor.
Kondensor berfungsi merubah fasa refrigerant uap dari kompresor dengan
tekanan dan temperatur tinggi menjadi refrigerant fasa cair dengan temperatur rendah.
Dengan begitu tugas besar kondensor yakni melepaskan kalor dari refrigerant yang
berasal dari kompresor. Agar kondensor dapat bekerja dengan efektif untuk melepaskan
kalor maka harus diperhatikan dari sisi permukaan perpindahan panas kondensor.
Permukaan perpindahan panas kondensor tersebut harus dalam kondisi bersih, bebas
kotoran dan debu. Pembersihan permukaan kondensor harus dilakukan secara berkala.
Jika permukaan perpindahan panas kondensor kotor maka berakibat pada pelepasan
kalor tidak berjalan baik sehingga tidak semua fasa uap refrigerant berubah fasa
menjadi cair. Ini berakibat pada efek pendinginan menjadi kecil. Jadi salah satu
konservasi pada kondensor yakni dengan maintenance kondensor dengan melakukan
pembersihan kondensor secara berkala.
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil praktikum dan analisa pada sistem HVAC yakni
sebagai berikut:
a. Efiktivitas kondensor terbesar yakni 25.326 % dan efiktivitas kondensor terkecil
yakni 10.844 %.
b. Efiktivitas kondensor ini masih dibawah 90% sehingga perlu dilakukan konservasi
energi.
c. Langkah konservasi pada sisi kondensor yakni dengan pembersihan sisi permukaan
perpindahan panas secara berkala.
d. Permukaan perpindahan panas yang bersih membuat efek pendinginan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
BSN. 2007. SNI 03-6390-2000. Konservasi Energi Sistem Tata Udara pada
Bangunan Gedung.
Maridjo. 1995. Mesin mesin Konversi Energi. Politeknik Negeri Bandung.
Energy Efficient Asia. 2006. Air Conditioning and Refrigeration System dalam
http://www.energyefficiencyasia.org/ . Diakses (25 Februari 2013).
.2008. Kondensor dan Pemeliharaannya.
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun oleh:
Putu Dewi Fitriyani (101711023)
Kelompok 3
Kelas 3A