Anda di halaman 1dari 31

TB3001 LABORATORIUM DASAR

TEKNIK BIOENERGI DAN KEMURGI

SEMESTER I-2023/2024

MODUL REF

(REFRIGERASI)

LAPORAN SINGKAT

Oleh:

Kelompok TB.B1.2324.01

Desi Fitriani (14521008)

Kharisma Diva Hartanti (14521009)

Pembimbing:

Prof. Tirto Prakoso / Dr. Daniel Pramudita

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOENERGI DAN KEMURGI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


ABSTRAK

Sistem refrigerasi merupakan sistem yang menghasilkan kondisi dimana temperatur suatu area yang lebih rendah
daripada temperatur sekitarnya dan dimanfaatkan untuk penyimpanan, kenyamanan ruangan, dan juga pabrik industri.
Sistem ini terdiri dari kompresor, kondensor, ekspansi, dan evaporator. Media yang digunakan dalam memindahkan
kalor pada sistem refrigerasi ini disebut refrigeran. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari siklus pada refrigerasi
khususnya siklus kompresi uap serta mengetahui cara kerja alat refrigerasi berdasarkan beban yang ada pada
kondensor dan evaporator. Metode percobaan dilakukan dengan mengukur tekanan suction dan discharge dari
kompresor serta mengambil data suhu sebelum masuk kompresor, sebelum masuk kondensor, dan juga sebelum
masuk ekspansi. Kedua metode tersebut dilakukan pada saat kondisi alat sudah steady state atau P dan T tidak
berubah terhadap waktu (tidak ada gelembung air/udara di dalam sight glass).

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan nilai COP Kondensor untuk bukaan kerangan valve ekspansi
pipa kapiler 1m 100% , bukaan kerangan valve ekspansi pipa kapiler 1m 50% , bukaan kerangan valve ekspansi pipa
kapiler 2,5m 100% , bukaan kerangan valve ekspansi pipa kapiler 2,5m 500% , dan bukaan kerangan valve ekspansi
pipa kapiler 1m 100% & 2,5m100% adalah sebesar 5,729; 5,186; 20,842; 13; dan 5,7. Nilai COP evaporator untuk
ke-5 variasi secara berurutan adalah sebesar 4,729; 4,186; 19,842; 12; dan 4,7. Serta daya listrik yang dibutuhkan
untuk setiap variasi secara berurutan yaitu 290,954 watt; 284,713 watt; 202,52 watt; 189,6 watt; dan 232,392 watt.
Dari data yang dihasilkan, COP tertinggi dihasilkan dari variasi bukaan kerangan ekspansi pipa kapiler 2,5m 100%
dan nilai daya terkecil dihasilkan dari variasi bukaan kerangan ekspansi pipa kapiler 2,5m 50%

Kata kunci: refrigerasi, COP, daya listrik, pipa kapiler, ekspansi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu operasi yang berperan penting dalam industri kimia ataupun industri
pemrosesan adalah sistem refrigerasi. Mesin-mesin pendingin pada saat ini telah banyak
berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Pada umumnya mesin ini digunakan untuk
pengawetan makanan, penyerapan kalor dari bahan-bahan kimia dan industri bahan kimia.
Sistem refrigerasi merupakan sistem yang menghasilkan kondisi dimana temperatur suatu
area tetap dalam kondisi dingin dengan mengeluarkan kalor secara berkesinambungan dari
sistem. Sistem refrigerasi ini biasanya dipengaruhi oleh lama proses, jenis refrigeran yang
dipakai, serta alur/arus yang dipakai dan dilewati. Dalam sistem refrigerasi terdapat beberapa
komponen utama yaitu kompresor, kondensor, alat ekspansi, serta evaporator. Salah satu
komponen penting dalam sistem refrigerasi kompresi uap adalah katup ekspansi yang
berfungsi untuk mengatur jumlah aliran refrigeran yang masuk ke evaporator, beberapa
diantara jenis katup ekspansi yaitu katup ekspansi pipa kapiler dan katup ekspansi TXV
(Thermostatic Expansion Valve). Kedua katup ekspansi tersebut memiliki karakter yang
berbeda sehingga bisa dilakukan variasi untuk mengetahui nilai COP (coefficient of
performance) dari kedua jenis katup ekspansi tersebut yaitu COP evaporator dan COP
kondensor. COP evaporator penting untuk mengukur banyaknya panas yang dapat ditransfer
dari sumber panas ke lingkungan dan sejauh mana sistem dapat memanfaatkan sumber panas
eksternal. Sedangkan COP kondensor penting untuk mengevaluasi sejauh mana sistem
mampu mengeluarkan panas dari ruangan ke lingkungan.

Gambar 1.1.1 Siklus Refrigerasi

- Proses 1-2: merupakan bagian kompresor, refrigeran dikompresi secara isentropik


dan fasa berubah dari saturated vapor menjadi superheated vapor. Proses ini
membutuhkan kerja dan temperatur serta tekanan akan naik.
- Proses 2-3: merupakan bagian kondensor, energi panas dikeluarkan dari siklus
dengan mengkondensasi refrigerant. Fasanya berubah menjadi saturated liquid.
- Proses 3-4: merupakan bagian alat ekspansi, terjadi ekspansi isentalpi yang
membuat fasa berubah menjadi campuran liquid-vapor. Disini terjadi penurunan
tekanan dan temperatur.
- Proses 4-1: merupakan bagian evaporator, fasanya berubah menjadi saturated
vapor. Lalu, energi panas dimasukkan kedalam siklus dengan mengevaporasi
refrigerant. Pada proses ini, tekanan dan temperatur akan tetap.

Prinsip dasar sistem refrigerasi kompresi uap yaitu refrigeran menyerap panas pada
tekanan rendah melalui evaporator dan melepaskan panas pada tekanan tinggi melalui
kondensor. Evaporator menyerap panas dari sistem sehingga suhu menjadi lebih rendah dari
suhu lingkungan dan refrigeran bertekanan rendah di dalam evaporator mendidih. Uap
refrigeran akan dikompresi sehingga menghasilkan uap bertekanan tinggi yang keluar ke
lingkungan melalui kondensor. Refrigeran mengalami kondensasi menjadi cairan bertekanan
tinggi, yang kemudian mengembang. Sistem refrigerasi ini berbeda dengan sistem reversed
carnot. Refrigerasi uap merupakan sedang siklus nyata yang mempertimbangkan kehilangan
panas dan efisiensinya kurang dari 100% sedangkan siklus reversed carnot merupakan siklus
ideal yang hanya mempertimbangkan kerugian-kerugian dari gesekan dan efisiensinya
mendekati 100%

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan ini yaitu mempelajari siklus refrigerasi khususnya
siklus kompresi uap beserta cara kerja alat refrigerasi berdasarkan beban pada kondensor dan
evaporator.

1.3 Sasaran Percobaan


Sasaran dari percobaan dalam modul refrigerasi ini adalah:
1. Mengukur kinerja alat refrigerasi dengan menentukan perpindahan panas dan kerja kompresor
sehingga didapatkan nilai COP (coefficient of performance) pada kondensor dan evaporator.
2. Menentukan data listrik yang dibutuhkan oleh kompresor.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan modul refrigerasi ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1.1 Alat dan Bahan Percobaan
Alat Bahan

Kompresor Refrigerant 134a (1,1,1,2-Tetrafloroetana)

Kondensor

Penampung uap

Rotameter

Sightglass

Filter drier

Thermal exspansion valve

Kerangan ekspansi kapiler

Evaporator

High-low pressurestat

Manometer
2.2 Skema Alat Percobaan

Gambar 2.2.1 Skema alat percobaan refrigerasi

Gambar 2.2.2 Diagram skematik alat percobaan refrigerasi


2.3 Diagram Alir Percobaan

2.3.1 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 50%

Gambar 2.3.1 Diagram Alir Percobaan variasi 1

2.3.2 Variasi Bukaan Valve Pipa Kapiler 1m 100%


Gambar 2.3.2 Diagram Alir Percobaan variasi 2

2.3.3 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa Kapiler 2,5m 50%

Gambar 2.3.3 Diagram Alir Percobaan variasi 3


2.3.4 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa Kapiler 2,5m 100%

Gambar 2.3.4 Diagram Alir Percobaan variasi 4


2.3.5 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa Kapiler 1m 100% & 2,5m 100%

Gambar 2.3.5 Diagram Alir Percobaan variasi 5


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Penentuan Entalpi Menggunakan Diagram P-H


Pada percobaan siklus refrigerasi sistem kompresi uap, nilai entalpi digunakan untuk
mendapatkan nilai COP (coefficient of performance) dengan menggunakan diagram P-H R134a.
Dalam menggunakan diagram P-H R134a diperlukan data pengukuran tekanan discharge dan
tekanan suction serta data pengukuran suhu sebelum masuk kompresor (Ta), sebelum masuk
kondensor (Tb), dan sebelum masuk ekspansi (Tc). Setelah data-data tersebut didapatkan dengan
melakukan kalibrasi percobaan setiap rentang waktu 2 menit (max 10 menit) data suhu dan
tekanan yang telah didapatkan bisa diplot pada P-H diagram untuk mendapatkan nilai entalpi.
Siklus refrigerasi dengan data yang sudah dimasukkan dan entalpi yang sudah dicari dapat dilihat
pada gambar di bawah.

Gambar 3.1.1 Hasil plot diagram p-H variasi bukaan valve ekspansi pipa kapiler 1m 50%

Pada diagram p-H diatas, didapatkan nilai H1 (entalpi keluaran kondensor) yaitu 249 kJ/kg, H2
(entalpi masukan kompresor) yaitu 424 kJ/kg, dan H3 (entalpi keluaran kompresor) yaitu 461
kJ/kg.
Gambar 3.1.2 Hasil plot diagram p-H variasi bukaan valve ekspansi pipa kapiler 1m 100%

Pada diagram p-H diatas, didapatkan nilai H1 (entalpi keluaran kondensor) yaitu 247
kJ/kg, H2 (entalpi masukan kompresor) yaitu 427 kJ/kg, dan H3 (entalpi keluaran kompresor)
yaitu 470 kJ/kg.

Gambar 3.1.3 Hasil plot diagram p-H variasi bukaan valve ekspansi pipa kapiler 2,5m 100%

Pada diagram p-H diatas, didapatkan nilai H1 (entalpi keluaran kondensor) yaitu 250
kJ/kg, H2 (entalpi masukan kompresor) yaitu 430 kJ/kg, dan H3 (entalpi keluaran kompresor)
yaitu 445 kJ/kg.
Gambar 3.1.4 Hasil plot diagram p-H variasi bukaan valve ekspansi pipa kapiler 2,5m 50%

Pada diagram p-H diatas, didapatkan nilai H1 (entalpi keluaran kondensor) yaitu 244
kJ/kg, H2 (entalpi masukan kompresor) yaitu 432,5 kJ/kg, dan H3 (entalpi keluaran kompresor)
yaitu 442 kJ/kg.

Gambar 3.1.5 Hasil plot diagram p-H variasi bukaan valve ekspansi pipa kapiler 1m 100% & pipa kapiler
2,5m 100%
Pada diagram p-H diatas, didapatkan nilai H1 (entalpi keluaran kondensor) yaitu 244
kJ/kg, H2 (entalpi masukan kompresor) yaitu 432 kJ/kg, dan H3 (entalpi keluaran kompresor)
yaitu 472 kJ/kg.

Dari hasil data perhitungan diagram p-H pada 5 variasi diatas, didapatkan fasa aktual yang
terjadi pada refrigeran berupa superheated vapour bukan berupa saturated vapour yang
seharusnya masuk ke dalam kompresor. Hal ini tentunya bukanlah sesuatu yang ideal, mengingat
fungsi dari kompresi adalah mengkompresi refrigeran dari saturated vapour menjadi superheated
vapour. Banyaknya uap panas yang kemungkinan masuk ke evaporator membuat beban kerja
evaporator terlalu berat sehingga menghasilkan hal yang demikian. Selanjutnya dari data hasil
perhitungan diagram p-H diatas juga didapatkan fasa refrigeran pada saat memasuki proses
ekspansi berada pada fase subcooled liquid, yang dimana seharusnya terjadi fase saturated liquid.
Hal ini menandakan tidak adanya pertukaran panas dengan lingkungan atau hilang panas dari
proses yang terjadi tidak maksimal. Beberapa ketidakidealan ini dapat terjadi dikarenakan
berbagai faktor, salah satunya pada bukaan katup ekspansi yang mungkin tidak maksimal ada
sesuai dengan variasi yang diinginkan. Kesalahan juga dapat terjadi karena ketidak stabilan
pengambilan data suhu menggunakan termokopel yang sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu agar
lebih presisi, sehingga data Ta,Tb,Tc yang digunakan untuk menghitung entalpi tidak terlalu
akurat.

3.2 Penentuan Coefficient of Performance (COP)

Coefficient Of Performance (COP) adalah salah satu indikator pada suatu sistem refrigerasi
yang sangat menentukan kerja dari sistem itu sendiri. COP merupakan perbandingan efektifitas
pendinginan evaporator dengan kerja yang diberikan kompresor. Dalam percobaan sistem
refrigerasi ini terdapat 2 COP yaitu, COP kondensor dan COP evaporator. COP kondensor
berperan dalam sejauh mana kondensor dapat melepaskan panas dari sistem relatif dengan
perbandingan energi listrik yang dikonsumsinya. Sedangkan COP evaporator berperan dalam
menentukan seberapa baik evaporator menyerap panas dari sistem dengan perbandingan energi
listrik yang dikonsumsinya. COP evaporator yang besar menunjukkan bahwa sistem pendingin
dapat menyerap lebih banyak panas dari dalam ruangan atau tempat yang didinginkan dengan
menggunakan kerja kompresor yang lebih sedikit atau membutuhkan energi listrik yang lebih
sedikit yang dimana berarti sistem pendingin sangat efektif dalam mendinginkan ruangan.
Sedangkan COP kondensor yang tinggi akan menunjukkan bahwa sistem pemanas dapat
menghasilkan panas yang lebih banyak, yang dapat dibuang ke lingkungan dengan kerja
kompresor yang lebih sedikit atau membutuhkan energi listrik yang lebih sedikit, dan berarti
sistem pemanas sangat efisien dalam mengubah energi masukan menjadi energi panas. Pada
akhirnya, COP yang lebih tinggi menunjukkan sistem yang lebih efisien dan memungkinkan
penggunaan energi yang lebih ekonomis.
Dari data hasil percobaan sistem refrigerasi ini, dapat dilakukan perhitungan untuk mencari
COP kondensor dan COP evaporator dari ke-5 variasi. Berdasarkan data entalpi yang dihasilkan
seperti yang sudah dijelaskan di bagian 3.1, nilai COP kondensor bisa didapatkan menggunakan
persamaan Q kondensor dibagi W kompresor, sedangkan dalam mencari nilai COP evaporator
digunakan persamaan Q evaporator dibagi W kompresor. Didapatkan hasil perhitungan COP
kondensor dan COP evaporator pada ke-5 variasi seperti berikut:

Gambar 3.2.1 Diagram perbandingan COP

Berdasarkan data hasil perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa COP kondensor dan COP
evaporator variasi bukaan ekspansi pipa kapiler 2,5m 100% yang paling besar dibandingkan
variasi bukaan ekspansi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa hasil perhitungan tidak ideal, yang
dimana seharusnya semakin panjang pipa kapiler, maka semakin kecil COP evaporator ataupun
COP kondensor. Karena pipa kapiler memiliki pressure drop yang besar, jadi semakin panjang
pipa kapiler hambatan aliran refrigeran yang terjadi di dalam pipa kapiler semakin besar pula.
Akibatnya, kapasitas evaporator yang ada tidak sebanding dengan kerja kompresor mengakibatkan
nilai COP yang semakin kecil dan efisiensinya juga menjadi lebih kecil, namun hasil yang
didapatkan dari percobaan berbanding terbalik dengan yang seharusnya. Ketidakidealan ini
kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ketika pengambilan data
variasi bukaan valve ekspansi pipa kapiler 2,5m, sebelumnya dilakukan pengambilan data bukaan
ekspansi TXV yang dimana hal ini bisa saja menyebabkan katup ekspansi TXV tidak tertutup
maksimal atau longgar sehingga kesalahan dalam pengaturan bukaan katup ekspansi dapat
berakibat terlalu banyaknya refrigeran yang masuk ke aliran tidak sesuai dengan variasi yang
diinginkan. Kesalahan yang terjadi dalam pengambilan data juga dapat disebabkan karena adanya
ketidak telitian dari praktikan dan kesalahan alat. Ketidak telitian praktikan dalam mengambil data
tekanan dan suhu juga dapat menyebabkan nilai entalpi dan COP yang diperoleh bisa tidak sesuai
dengan literatur.
3.3 Penentuan Daya Listrik
Kompresor merupakan salah satu komponen inti dalam suatu mesin kompresi uap. Proses
berlangsung dalam kompresor melibatkan adiabatik isentropik, peningkatan tekanan, dan
peningkatan suhu. Kompresor ini mengubah energi listrik eksternal menjadi kerja mekanis untuk
meningkatkan tekanan gas refrigeran. Jumlah daya listrik ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
tegangan dan arus listrik.

Tabel 3.3.1 Daya listrik yang dibutuhkan untuk ke-5 variasi


Variasi Daya Listrik (W)

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 100% 290,954

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 50% 284,712

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m 100% 202,52

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m 50% 189,6

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 100% & 2,5m 100% 232,392

Gambar 3.3.1 Diagram batang daya listrik tiap variasi

Berdasarkan data perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa variasi bukaan
valve ekspansi pipa kapiler 1m 100% membutuhkan energi listrik dengan daya lebih besar
dibandingkan dengan bukaan valve ekspansi pipa kapiler 1m 50%. Sama halnya pada bukaan
valve ekspansi pipa kapiler 2,5 100% juga membutuhkan daya listrik yang lebih besar daripada
bukaan valve ekspansi pipa kapiler 2,5m 50% yang mana hal ini tidak sesuai dengan teori. Valve
ekspansi adalah komponen yang mengatur aliran refrigeran ke evaporator. Pada bukaan 100%,
valve dibuka sepenuhnya dan memungkinkan aliran refrigeran yang lebih besar. Dengan aliran
refrigeran yang lebih besar maka evaporator dapat menyerap lebih banyak panas dalam waktu
yang singkat dan menghasilkan pendinginan yang lebih efisien. Aliran refrigeran yang lebih besar
juga akan memberikan beban yang lebih besar pada kompresor sehingga daya listrik yang
dibutuhkan untuk menjalankan kompresor juga lebih besar.

Ketidaksesuaian data dengan teori tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
pengukuran suhu, tekanan dan pengamatan arus serta tegangan yang tidak akurat (kurang steady
saat pengambilan data) sehingga menghasilkan perhitungan yang tidak sesuai serta distribusi yang
tidak merata dari refrigeran dalam sistem (seperti evaporasi) yang dapat menyebabkan perbedaan
dalam hasil antara variasi bukaan valve ekspansi.

Pada data variasi ke-5 yaitu varian bukaan valve ekspansi pipa kapiler 1m 100% & 2,5m
100% menunjukan hasil daya yang dibutuhkan lebih besar daripada bukaan valve ekspansi 2,5m
100% dan lebih kecil dari bukaan valve ekspansi 1m 100%. Hasil ini sudah dapat dikatakan sesuai
dengan teoritis karena aliran refrigeran yang lebih besar masuk ke evaporator dan pada saat yang
sama aliran refrigeran yang lebih kecil akan menghasilkan beban kerja kompresor yang lebih
rendah. Oleh karena itu, daya yang dibutuhkan harus lebih tinggi ketika keduanya dilakukan
bersama.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dihasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Coefficient Of Performance (COP) adalah salah satu indikator pada suatu sistem refrigerasi
yang sangat menentukan kerja dari sistem itu sendiri. Nilai COP kondensor dan COP
evaporator yang dihasilkan dari variasi bukaan kerangan ekspansi pipa kapiler 1m 100% ,
bukaan kerangan ekspansi pipa kapiler 1m 50% , bukaan kerangan ekspansi pipa kapiler
2,5m 100% , bukaan kerangan ekspansi pipa kapiler 2,5m 500% , dan bukaan kerangan
ekspansi pipa kapiler 1m 100% & 2,5m100% adalah sebesar 5,729 dan 4,729; 5,186 dan
4,186; 20,842 dan 19,842; 13 dan 12; 5,7 dan 4,7. Dengan nilai COP paling tinggi
dihasilkan dari variasi bukaan kerangan ekspansi pipa kapiler 2,5m 100%.
2. Daya listrik yang dibutuhkan didapat dari V x I x faktor daya. Didapatkan hasil kebutuhan
daya listrik untuk variasi bukaan kerangan ekspansi pipa kapiler 1m 100% , bukaan
kerangan ekspansi pipa kapiler 1m 50% , bukaan kerangan ekspansi pipa kapiler 2,5m
100% , bukaan kerangan ekspansi pipa kapiler 2,5m 500% , dan bukaan kerangan ekspansi
pipa kapiler 1m 100% & 2,5m100% adalah sebesar 290,954 watt; 284,713 watt; 202,52
watt; 189,6 watt; dan 232,392 watt. Dengan nilai daya listrik terendah dihasilkan dari
variasi bukaan kerangan ekspansi pipa kapiler 2,5m 50%.

4.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, saran dari modul refrigerasi adalah sebagai berikut:
1. Pastikan bukaan kerang pipa ekspansi benar-benar terbuka maupun tertutup sesuai dengan
variasi yang diinginkan.
2. Sebaiknya dilakukan kalibrasi termokopel terlebih dahulu agar lebih presisi dan stabil
ketika mengambil data suhu.
3. Berhati-hati ketika ingin membuka kerangan karena bisa saja menyebabkan loss sehingga
aliran refrigeran keluar dari kerangan yang seharusnya ingin ditutup.
4. Pastikan aliran refrigeran sudah steady state sebelum melakukan pengambilan data pada
berbagai variasi.
5. Pada saat pengambilan data suhu ditunggu selama beberapa saat hingga benar-benar stabil
agar lebih akurat hasil yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Barita, et. al. (2018). Pengaruh Kinerja Kompresor pada Mesin Pendingin dengan Penggunaan
Variasi Bahan Refrigeran. Jurnal Ilmiah “MEKANIK” Teknik Mesin ITM, 4(1).
Geankoplis, Christie John. (2003). Transport Processes and Separation Process Principles,
4th edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Smith, J.M., Van Ness, H.C., Abbot, M.M.. (2005). Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics,7th edition. Singapore: McGraw Hill. Chapter 10 & 12.

Jurnal Teknologi dan Pendidikan Vokasi Indonesia. (2023) Analisis Coefficient of Performance
(COP) Trainer Sistem Pengkondisian Udara.
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR

A.1 Diagram P-H Refrigeran R-134a

Gambar A.1 Diagram p-H refrigeran R-134a

A.2 Diagram P-H Siklus Refrigerasi Kompresi Uap

Gambar A.2 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap


(Sumber: researchgate.net)
A.3. Sifat Fisik dan Kimia Refrigeran-134a

Gambar A.3 Data fisik refrigerant R-134a


(Sumber: gas-servei.com)

A.4. Sifat Termodinamika dari refrigerant R-134a

Gambar A.4 Sifat termodinamika dari refrigerant R-134a


(Sumber: engineeringtoolbox.com)
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

B.1 Perhitungan Daya Listrik


Pada percobaan sistem refrigerasi ini dibutuhkan data arus dan tegangan dari alat refrigerasi
yang terbaca pada display meter. Dari data yang didapatkan tersebut, dihitung nilai daya yang
dibutuhkan dari setiap percobaan dengan persamaan sebagai berikut:

𝑊 = 𝑉.𝐼. 𝑐𝑜𝑠 𝜃

asumsi laju alir konstan, maka didapat persamaan seperti berikut:

𝑊 = 𝑉.𝐼. (0.8)

Keterangan :
W = Daya listrik (Watt)
V = Tegangan (Vt)
A = Arus (A)
Cos 𝜃 = Faktor daya

B.1.1 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 100%


𝑊 = 𝑉.𝐼. (0.8)
𝑊 = (219,27).(1,655). (0.8)
𝑊 = 290,954

B.1.2 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 50%


𝑊 = 𝑉.𝐼. (0.8)
𝑊 = (217).(1,64). (0.8)
𝑊 = 284,712 kW

B.1.3 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m 100%


𝑊 = 𝑉.𝐼. (0.8)
𝑊 = (214,5).(1,18). (0.8)
𝑊 = 202,52 kW

B.1.4 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m 50%


𝑊 = 𝑉.𝐼. (0.8)
𝑊 = (213,5).(1,11). (0.8)
𝑊 = 189,6 kW
B.1.5 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 100% & 2,5m 100%
𝑊 = 𝑉.𝐼. (0.8)
𝑊 = (210,5).(1,38). (0.8)
𝑊 = 232,392 kW

B.2 Perhitungan COP Evaporator


Pada percobaan sistem refrigerasi ini dibutuhkan data suhu sebelum masuk kompresor, sebelum
masuk ekspansi, dan sebelum masuk evaporator. Dibutuhkan pula P Discharge dan P Suction.
Data-data tersebut akan digunakan untuk mencari nilai entalpi untuk mendapatkan COP yang
dapat dihitung sebagai berikut:

𝑄𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 ṁ(𝐻2−𝐻1) (𝐻2−𝐻1)


COPevaporator= 𝑊𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟
= ṁ(𝐻3−𝐻2)
= (𝐻3−𝐻2)

keterangan :
Qevaporator = Kalor yang dilepas evaporatro (kJ/s)
ṁ = Laju alir massa (kg/s)
H1 = Entalphi keluar kondensor (kJ/kg)
H2 = Entalphi masukan kondensor (kJ/kg)
H3 = Entalphi keluaran kompresor (kJ/kg)

B.2.1 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 100%


(𝐻2−𝐻1)
COPevaporator = (𝐻3−𝐻2)

(424−249)
COPevaporator = (461−249)

COPevaporator = 4,7297297

B.2.2 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 50%


(𝐻2−𝐻1)
COPevaporator = (𝐻3−𝐻2)

(427−247)
COPevaporator = (470−427)

COPevaporator = 4,1860465
B.2.3 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m 100%
(𝐻2−𝐻1)
COPevaporator = (𝐻3−𝐻2)

(432,5−244)
COPevaporator = (442−432,5)

COPevaporator = 19,842105

B.2.4 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m 50%


(𝐻2−𝐻1)
COPevaporator = (𝐻3−𝐻2)

(430−250)
COPevaporator = (445−430)

COPevaporator = 12

B.2.5 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 100% & 2,5m 100%
(𝐻2−𝐻1)
COPevaporator = (𝐻3−𝐻2)

(432−244)
COPevaporator = (472−432)

COPevaporator = 4,7

B.3 Perhitungan COP Kondensor


Pada percobaan sistem refrigerasi ini dibutuhkan data suhu sebelum masuk kompresor, sebelum
masuk ekspansi, dan sebelum masuk evaporator. Dibutuhkan pula P Discharge dan P Suction.
Data-data tersebut akan digunakan untuk mencari nilai entalpi untuk mendapatkan COP yang
dapat dihitung sebagai berikut:

𝑄𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟 ṁ(𝐻3−𝐻1) (𝐻3−𝐻1)


COPkondensor= 𝑊𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟
= ṁ(𝐻3−𝐻2) = (𝐻3−𝐻2)

keterangan :
Qkondensor = Kalor yang dilepaskan pada kondensor (kJ/s)
ṁ = Laju alir massa (kg/s)
H1 = Entalphi keluar kondensor (kJ/kg)
H2 = Entalphi masukan kondensor (kJ/kg)
H3 = Entalphi Keluaran kompresor (kJ/kg)
B.3.1 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 100%
(𝐻3−𝐻1)
COPkondensor = (𝐻3−𝐻2)

(461−249)
COPkondensor = (461−424)

COPkondensor = 5,7297297

B.3.2 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 50%


(𝐻3−𝐻1)
COPkondensor = (𝐻3−𝐻2)

(470−247)
COPkondensor = (470−427)

COPkondensor = 5,1860465

B.3.3 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m 100%


(𝐻3−𝐻1)
COPkondensor = (𝐻3−𝐻2)

(442−244)
COPkondensor = (442−432,5)

COPkondensor = 20,84210526

B.3.4 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m 50%


(𝐻3−𝐻1)
COPkondensor = (𝐻3−𝐻2)

(445−250)
COPkondensor = (445−430)

COPkondensor = 13

B.3.5 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 100% & 2,5m 100%
(𝐻3−𝐻1)
COPkondensor = (𝐻3−𝐻2)
(472−244)
COPkondensor = (472−432)

COPkondensor = 5,7
LAMPIRAN C
DATA ANTARA

C.1 Data Perhitungan Daya Listrik

Variasi V(V) I(A) Daya (Watt)

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 100% 219,75 1,655 290,954

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 50% 217 1,64 284,712

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m 100% 214,5 1,18 202,52

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m 50% 213,5 1,11 189,6

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 100% & 210,5 1,38 232,392
2,5m 100%

C.2 Data Perhitungan Entalpi

Variasi H1 H2 H3 H4=H3
(kJ/kg) (kJ/kg) (kJ/kg) (kJ/kg)

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 249 424 461 461


100%

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 247 427 470 470


50%

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m 244 432,5 442 442
100%

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m


250 430 445 250
50%

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 244 432 472 472


100% & 2,5m 100%

C.3 Data Perhitungan COP Evaporator dan COP Kondensor

Variasi COP Evaporator COP Kondensor


Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 100% 4,72972973 5,72972973

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 50% 4,186046512 5,186046512

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m 100% 19,84210526 20,84210526

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m 50% 12 13

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 100% & 4,7 5,7


2,5m 100%
LAMPIRAN D
DATA MENTAH

D.1 Kondisi Laboratorium

Waktu Temperatur (˚C) Tekanan (hPa)

09.00 26 989

14.30 26,5 988,5

D.2 Data Hasil Siklus Refrigerasi Sistem Kompresi Uap (Temperatur dan Tekanan)
D.2.1 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 100%

Waktu Ta (˚C) Tb (˚C) Tc (˚C) P suction P discharge


(menit) (bar, gauge) (bar, gauge)

0 30 73 34 1,793 8,618

2 29 76 35 1,931 8,618

4 31 82 36 1,931 8,618

6 30 83 35 1,931 8,618

8 31 86 37 1,931 8,618

10 30 88 36 1,931 8,756

D.2.2 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 50%


Waktu Ta (˚C) Tb (˚C) Tc (˚C) P suction P discharge
(menit) (bar, gauge) (bar, gauge)

0 31 90 36 1,999 8,618

2 31 90 36 1,999 8,791

4 31 90 36 2,068 8,791

6 30 90 36 1,931 8,618

8 30 90 36 1,931 8,791

10 30 89 36 1,999 8,791

D.2.3 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 2,5m 100%


Waktu Ta (˚C) Tb (˚C) Tc (˚C) P suction P discharge
(menit) (bar, gauge) (bar, gauge)

0 36 62 30 0,067 7,067

2 37 62 30 0,100 7,067

4 37 61 30 0,100 7,033

6 37 63 30 0,100 7,033

D.2.4 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 50%

Waktu Ta (˚C) Tb (˚C) Tc (˚C) P suction P discharge


(menit) (bar, gauge) (bar, gauge)

0 37 64 30 0,067 7,239

2 37 62 31 0,067 7,067

4 37 63 31 0,067 7,067

6 37 60 30 0,067 7,067

D.2.5 Variasi Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 100% & 2,5m 100%

Waktu Ta (˚C) Tb (˚C) Tc (˚C) P suction P discharge


(menit) (bar, gauge) (bar, gauge)

0 34 88 34 1,034 8,274

2 35 87 34 0,965 8,274

4 34 88 33 1,103 8,274

6 34 88 34 1,103 8,274

D.2.6 Tegangan dan Arus Setiap Variasi

Variasi Tegangan (volt) Arus


(ampere)

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 219,75 1,655


100%

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 217 1,64


50%
Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 214,5 1,18
2,5m 100%

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 213,5 1,11


2,5m 50%

Bukaan Valve Ekspansi Pipa kapiler 1m 210,5 1,38


100% & 2,5m 100%

Anda mungkin juga menyukai