Anda di halaman 1dari 7

Mata Kuliah : Mesin Pendingin

Program Studi : Teknik Energi Terbarukan – Politeknik Negeri Jember


Pokok Bahasan : Pengkondisian Udara (AC)
Judul Praktikum : Observasi Kinerja AC Ruangan
Lokasi : Lab. Teknik Energi Terbarukan atau Gedung Teknik
Alokasi Waktu : 1 x 4 jam

A. Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami prinsip-prinsip kerja AC.
2. Menentukan kapasitas pendinginan AC
3. Menentukan EER AC.

B. Dasar Teori
AC adalah alat pendingin ruangan dengan sistem terkendali menggunakan fluida
kerja (refrigerant) yang menyerap panas dari dalam ruangan dan mengeluarkannya ke
luar ruangan. Refrigerant mengalir dari tangki penampung masuk ke dalam evaporator
melalui sebuah katup ekspansi. Refrigerant cair dipaksa menguap didalam evaporator
dengan cara menurunkan tekanannya menggunakan kompresor. Uap refrigerant yang
terhisap oleh kompresor kemudian dimanpatkan dan masuk kedalam kondensor untuk
diembunkan (didinginkan) oleh udara di luar ruangan. Refrigerant yang kembali
menjadi cair ditampung kembali dalam tangki penampung untuk kemudian diuapkan
kembali ke dalam evaporator. Siklus tersebut berjalan berulang-ulang sehingga dapat
mendinginkan ruangan. Mekanisme kerja mesin pendingin kompresi uap adalah seperti
pada Gambar 1.
Q2
Kondensor

Katup
expansi

Evaporator
Kompresor
Q1
Gambar 1. Mekanisme kerja mesin pendingin kompresi uap

Dedy Eko Rahmanto, STP, MSi Page 1


Kondensor berfungsi untuk melepaskan kalor uap refrigerant tersebut ke
sekelilingnya. Kondensor adalah alat untuk membuat kondensasi refrigerant dari
kompresor dengan suhu tinggi dan tekanan tinggi. Refrigerant di dalam kondensor
dapat mengeluarkan kalor yang diserap dari evaporator dan panas yang ditambahkan
oleh kompresor. Kondensor membuang kalor dan mengubah wujud refrigerant dari gas
menjadi cair. Kondensor diletakkan antara kompresor dan alat pengatur refrigerant
yaitu pada sisi tekanan tinggi dari sistem. Kondensor ditempatkan di luar ruangan yang
sedang didinginkan agar dapat membuang panasnya ke lingkungan di luar ruangan.
Konstruksi pipa-pipa penukar panas diberi sirip sirip (fins) untuk menambah
luas permukaannya sehingga akan meningkatkan laju perpindahan kalor. Sirip-sirip
tersebut juga berfungsi untuk menambah kekuatan konstruksi dari kondensor karena
refrigerant meninggalkan kompresor dalam bentuk uap yang bertekanan tinggi dan
bersuhu tinggi (Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2003). Jumlah
panas yang dapat diserap dari lingkungan sekitar/ruangan dingin oleh refrigerant di
dalam evaporator, maupun jumlah panas yang dapat dilepas/ dikeluarkan oleh
refrigerant ke lingkungan sekitar/ruangan panas di dalam kondensor sangat tergantung
pada efektifitas kerja evaporator serta kondensor yang merupakan unit-unit penukar
kalor (heat exchanger) (Sugiyatno et al. 2004).
Koefisien prestasi pendinginan (COP) akan meningkat seiring dengan
meningkatnya kecepatan udara pendingin pada kondensor. Kecepatan udara akan terus
meningkat sehingga mencapai optimal pada kondisi tertentu yang selanjutnya kenaikan
kecepatan udara tidak memberikan banyak pengaruh terhadap koefisien prestasi
pendinginan mesin pendingin (Effendi 2005).
Konsumsi listrik mesin pendingin (AC) dipengaruhi oleh laju aliran udara kipas
kondensor dan suhu lingkungan. Semakin lambat aliran udara kipas kondensor
penggunaan energi listrik semakin besar. Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin
tinggi juga konsumsi energi listriknya (Rahmanto, DE., 2011).
Refrigeran R32 memiliki panas laten yang lebih tinggi daripada R410A dan
R22. Refrigerant R32 juga memiliki tekanan kerja yang lebih tinggi daripada R410A
dan R22. Selain itu pengujian R32 juga memiliki kapasitas pendinginan dan nilai COP
yang lebih tinggi daripada R410A dan R22 pada pengujian AC Window (Hadya et.al.
2015).

Dedy Eko Rahmanto, STP, MSi Page 2


C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut ini.


1. Mesin Pendingin tipe split merk Panasonic 2,5 pk tipe CU-PN24RKP.
2. Datalogger merk Autonics tipe KRN100-08002-01-0S.
3. RTD sensor.
4. Anemometer tipe GM816.
5. Wattmeter tipe DEM1499.
6. Kasa dan botol plastik.
7. Refrigerant R32A

D. Metode Pelaksanaan

Percobaan ini merupakan penelitian observatif dengan waktu pengujian minimal


30 menit untuk setiap ulangan. Parameter pengukuran dilakukan untuk memperoleh
data sebagai berikut ini.
1. Data suhu keluaran evaporator berupa suhu bola basah dan suhu bola kering.
2. Data suhu udara sebelum masuk evaporator berupa suhu bola basah dan bola kering.
3. Data kecepatan aliran udara keluar dari evaporator.
4. Data penggunaan energi listrik.
Sensor suhu yang digunakan adalah tipe RTD PT100 sebanyak 4 buah. Data
suhu yang diperlukan adalah data suhu bola basah dan data suhu bola kering yang
diukur menggunakan termometer bola basah dan bola kering (Gambar 2).

Gambar 2. Sensor suhu bola basah dan bola kering (Farrel & Race 2012)

Dedy Eko Rahmanto, STP, MSi Page 3


Sensor suhu RTD yang tersedia dijadikan sensor suhu bola basah sebanyak 2
buah dan dan bola kering sebanyak 2 buah. Pembuatan sensor suhu bola basah
dilakukan dengan menyelubungi sensor suhu RTD menggunakan kasa yang selalu
terbasahi oleh air. Sensor RTD dipasang di datalogger dengan durasi perekaman 1 detik.
Contoh dataloger yang digunakan pada percobaan ini tampak seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Dataloger 8 chanel KRN100

Sensor suhu bola basah dan bola kering dipasang untuk mengukur suhu udara
sebelum memasuki evaporator dan setelah melewati evaporator. Pemasangan sensor
suhu udara sebelum memasuki evaporator adalah seperti pada Gambar 4. Pemasangan
sensor suhu udara setelah keluar dari evaporator adalah seperti pada Gambar 5.

Gambar 4. Pemasangan sensor suhu udara sebelum memasuki evaporator

Dedy Eko Rahmanto, STP, MSi Page 4


Gambar 5. Pemasangan sensor suhu udara setelah melewati evaporator

Kecepatan aliran udara keluaran evaporator diukur menggunakan anemometer


pada minimal 5 titik pengukuran yang berbeda. Kecepatan kipas evaporator yang
digunakan dalam percobaan ini adalah kecepatan yang tertinggi dari empat mode
pilihan kecepatan kipas.
Psikrometri udara dapat dihitung dengan persamaan 1 sampai 7. Tekanan uap
jenuh dan tekanan uap air aktual dihitung dengan menggunakan persamaan:
17.27T
e(T )  0.6108 exp ................................................................ (1)
T  237.3
Pv  e(Twet )   psy (T  Twet ) ................................................................. (2)

eo(T) adalah tekanan uap jenuh pada suhu udara (kPa), Pv adalah tekanan uap aktual
(kPa), eo(Twet) adalah tekanan uap jenuh pada suhu bola basah (kPa), Twet adalah suhu
thermometer bola basah (oC), T adalah suhu udara normal (suhu thermometer bola
kering) (oC) dan γpsy adalah konstanta psikrometri yang nilainya 0.06738 pada tekanan 1
atm.
RH  100  [ Pv / e(T )] .......................................................................... (3)
RH adalah kelembaban relative udara (%).(FAO 1998).
Kelembaban spesifik udara dapat dihitung dengan persamaan :
Pv
  0,622  ........................................................................................ (4)
Pa
ω adalah kelembaban spesifik (kg/kg), Pa adalah tekanan udara tanpa uap air (kPa) dan
Pv adalah tekanan uap air pada suhu udara (kPa).

Dedy Eko Rahmanto, STP, MSi Page 5


Pa  P  Pv ............................................................................................ (5)
P adalah tekanan atmosfir (kPa).
Entalpi udara sebelum dan sesudah melalui evaporator dan kondensor dihitung
menggunakan Persamaan berikut ini.
h = T+ω(2501+ 1,82T) ......................................................................... (6)
Entalpi (h) dinyatakan dalam kJ/kg udara kering udara dan T adalah suhu udara dalam
o
C (sherwin 1996).
Volume spesifik udara yang keluar dari evaporator dan kondensor AC dihitung
dengan menggunakan persamaan:
Vs  (0,082T  22,4)  (1 29   18) ..................................................... (7)
Vs adalah volume spesifik udara (m3/kg udara kering) (Singh & Heldman 2009).
Laju aliran udara keluaran evaporator dan kondensor dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Dc  v  A ............................................................................................. (8)
Dc adalah laju aliran udara (m3/detik), v adalah kecepatan aliran udara (m/detik) dan A
adalah luas penampang saluran udara keluaran evaporator AC (m2).
Laju aliran panas yang diserap oleh evaporator AC (kapasitas pendinginan)
dihitung dengan menggunakan persamaan:
DC
Q  (h A  hB ) .............................................................................. (9)
Vs
Q adalah kapasitas pendinginan (kJ/menit), hA adalah entalpi udara sebelum mengalami
pendinginan (kJ/kg), hB adalah entalpi udara setelah pendinginan (kJ/kg).
Koefisien performansi mesin pendingin (COP) evaporator dihitung dengan
persamaan berikut ini:
Qe
COP  ........................................................................................... (10)
Wc
Qe adalah energi yang dilepaskan dari evaporator (kJ) dan Wc adalah energi yang
diperlukan untuk kerja kompresor sistem pendingin (kJ)(Nasution et.al. 2011).
Daya listrik yang digunakan diukur menggunakan wattmeter. Daya listrik
digunakan untuk perhitungan nilai COP pendinginan, dalam hal ini lebih tepatnya
adalah nilai EER (Energy Efficiency Ratio). Data suhu yang tersimpan dari datalogger

Dedy Eko Rahmanto, STP, MSi Page 6


dikonversi ke bentuk Ms. Excel. Data yang sudah dikonversi dapat diolah untuk
perhitungan menggunakan persamaan 1 hingga 7.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi M. 2005. Pengaruh kecepatan udara pendingin kondensor terhadap koefisien


prestasi air conditioning. J Teknik Gelagar. Vol. 16, No. 1. 51-58

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1998. Crop evapotranspiration - guidelines


for computing crop water requirements. FAO Irrigation and drainage paper 56.
Rome

Farrel M, G. L. Race. 2012. Practical Psychrometry. CIBSE. London

Hadya, B, A. M. K. Prasad, S Akella. 2015. Performance Assessment of HFC Group


Refrigerants in Window Air Conditioning System.International Journal of
Mechanical Engineering and Applications. Vol. 3, No. 5, 2015. 81 - 85

Nasution H, E Rowendra, Sumeru, Azhar A. A, Zulkarnain A. L, Mohd. Rozi M. P.


2011. Performansi Sistem PendinginSplit Unit dengan Menggunakan HCFC22
dan HC22. Industrial Research Workshop and National Seminar. Bandung

Rahmanto, DE., 2011. Rancang Bangun Alat Pengering Dengan Memanfaatkan Panas
Kondensor AC Ruangan (Kasus Pengeringan Chips Kentang). Teknik Mesin
Pertanian dan Pangan. Tesis. Institut Pertanian Bogor

Sherwin K. 1996. Introduction to Thermodynamics. Chapman & Hall. London

Singh RP, DR Heldman. 2009. Introduction to Food Engineering. Academic Press.


USA

Sugiyatno, I. Haen, Mamat, Waluyo. 2004. Pemanfaatan limbah panas dengan


menggunaan heat pump untuk menunjang konservasi energi. Prosiding Seminar
Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2004. ISSN : 1411 - 4216

Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. 2003. Teknik Dasar AC. Modul
Peserta Diklat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Dedy Eko Rahmanto, STP, MSi Page 7

Anda mungkin juga menyukai