Anda di halaman 1dari 10

A. PENDAHULUAN 1.

Latar belakang Pengeringan adalah salah satu kegiatan pada penanganan bahan hasil pertanian, untuk menurunkan kadar air pada bahan tersebut. Pengeringan dapat dilakukan secara alami maupun secara buatan. Pengeringan secara alami memanfaatkan energi panas dari matahari secara langsung. Kelemahan pengeringan alami ini adalah proses pengeringan sangat bergantung pada kondisi cuaca dan lingkungan. Jika kondisi cuaca tidak menguntungkan seperti berawan bahkan mendung, maka proses pengeringan dapat berlangsung dengan lama. Selain itu, pengeringan secara alami biasanya membutuhkan tempat yang luas untuk mengeringkan bahan dalam jumlah besar. Kelebihan pengeringan alami terlihat pada biaya pengeringan tidak terlalu besar. Pengeringan secara buatan tidak memerlukan tempat yang luas, dapat menurunkan susut selama pengeringan dan pengoperasiannya dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Dilain pihak pengeringan secara buatan memerlukan biaya tambahan untuk tenaga penggerak aliran udara seperti kipas dan energi pemanas udara pengering, serta operator yang terlatih (Samsuri 1993). Pengeringan menyangkut perpindahan massa uap dan energi panas antara bahan dan udara secara stimultan (Hall 1979). Mekanisme migrasi uap dapat terjadi dalam beberapa cara diantaranya adalah (Brooker et al. 1974) : gerakan cairan karena gaya permukaan, perbedaan konsentrasi (difusi cairan), difusi permukaan pori-pori, gerakan uap karena perbedaan konsentrasi kelembaban, perbedaan suhu, dan gerakan uap dan air karena perbedaan tekanan total (aliran hidrodinamik). Pengeringan secara buatan mempunyai prinsip kerja memperbesar perbedaan tekanan uap dan salah satunya adalah dengan memanaskan aliran udara. Pengeringan secara buatan yang biasa dilakukan pada pengeringan gabah kering panen yaitu dengan memanfatkan udara kering dari kipas sentrifugal yang berputar untuk mengeringkan gabah pada volume tertentu. kecepatan udara yang dihembuskan oleh kipas akan mempengaruhi besarnya pressure drop. Pressure drop juga dipengaruhi oleh besarnya tumpukan gabah atau volume gabah yang akan dikeringkan. Laju pengeringan akan sebanding dengan besarnya pressure drop.

2. Tujuan a. Praktikan mengetahui mekanisme dan karakteristik proses pengeringan b. Praktikan mempelajari perencanaan perancangan alat pengering dan

membandingkan dengan pengering yang digunakan dalam praktikum c. Praktikan dapat menentukan kurva aliran udara dengan kurva shed d. Praktikan dapat menentukan efisiensi pengeringan, pemanasan udara, dan pengeringan total e. Praktikan dapat menggambarkan mekanisme pemanasan udara dan proses pengeringan dalam diagram psikrometrik B. METODE PERCOBAAN 1. Waktu dan tempat percobaan Percobaan dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 23 April 2013 pukul 14.00 WIB bertempat di laboratorium pemutuan biji-bijian leuikopo 2. Alat dan bahan a. Sampel probe b. Moisture tester c. Manometer d. Selang plastik e. Penggaris f. Timbangan g. Stopwatch h. Tang ampere i. Tachometer j. Alat pengering k. Gabah kering panen (GKP) 3. Prosedur percobaan a. Persiapan 1. Luas lantai pengering diukur dengan menggunakan penggaris 2. Selang plastik (manometer) dimasukkan ke dalam ruang plenum 3. Termometer dipasang pada dinding plenum 4. Blower dicek keadaan dan kinerjanya

5. Gabah yang sudah ditimbang (W1) dimasukkan ke dalam ruang pengering dilanjutkan dengan pengukuran ketebalan gabah, dan kadar air awal 6. Blower dan elemen pemanas dihidupkan dengan tegangan 204 V b. Operasi dan pengamatan 1. Waktu pengeringan dicatat setiap 15 menit setelah blower dan pemanas dihidupkan 2. Pengamatan dilakukan terhadap suhu udara luar, suhu plenum, suhu udara di atas bahan, tekanan manometer, serta kadar air gabah 3. Kadar air gabah diukur dengan moisture tester dengan mengambil sampel pada bagian bawah, tengah, dan atas dengan menggunakan sampel probe setiap 15 menit 4. Pengeringan dihentikan setelah tercapai kadar air rata-rata 14% 5. Gabah diukur berat akhirnya (W2)

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Tabel 1. Data Percobaan Pengeringan Suhu Udara Plenum Suhu Udara Luar (C) (C) Tdb Twb RH Tdb Twb RH

Waktu (menit) 0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 Rataan

Suhu Udara di atas Bahan (C) Tdb Twb RH

Kadar Air (%bb) Atas 17.9 20.0 17.7 17.1 16.4 16.2 16.1 15.2 15.1 15.0 14.3 Tengah 20.5 18.7 17.5 16.0 16.6 15.9 16.1 15.2 15.1 15.0 14.3 Bawah 18.9 19.0 17.0 15.6 17.4 14.6 15.2 14.6 14.2 14.5 14.2 -

Tekanan Manometer (mmair) 0.0 25.0 26.0 26.0 26.0 26.0 25.0 26.0 26.0 27.0 27.0 23.6

Pa 101325.00 101570.00 101579.00 101579.80 101579.80 101579.80 101570.00 101579.80 101579.80 101589.60 101589.60 101556.64

RPM 2810.0 2782.0 2788.0 2776.0 2808.0 2808.0 2804.0 2804.0 2788.0 2814.0 2798.2

Kecepatan Udara (m/s) 4.5 4.5 4.3 4.4 3.8 3.7 3.7 3.6 3.7 3.7 4.0 4.0

Arus Listrik (A) 0.0 5.5 5.1 6.0 6.8 6.8 5.1 5.3 5.0 5.1 5.1

33.0 29.0 74.6 31.6 33.0 32.5 30.0 83.5 33.0 29.0 74.6 43.5 33.0 49.2 30.0 29.0 92.9 33.0 29.0 74.6 42.9 33.0 51.1 31.0 29.0 86.3 32.0 29.0 80.2 41.9 32.0 50.6 33.0 30.0 80.6 32.0 28.0 74.1 42.6 32.0 48.2 35.0 31.0 75.4 32.0 28.0 74.1 42.2 32.0 49.6 37.0 32.0 70.7 33.0 29.0 74.6 42.7 40.0 84.7 37.0 32.0 70.7 34.0 29.0 69.3 43.0 40.0 83.2 38.0 32.0 66.0 32.0 29.0 80.2 43.4 41.0 86.5 38.0 33.0 71.2 31.0 28.0 79.8 43.2 41.0 87.5 38.5 33.0 68.8 31.0 29.0 86.3 43.0 40.0 83.2 39.0 34.0 71.6 32.4 28.7 76.6 41.8 36.1 67.4 35.4 31.4 76.2 Ket : elevasi 183 mdpl, sumber: www.sugartech.co.za/psychro/

Tabel 2. Parameter Pengeringan (plenum) Humidity Entalpi Ratio (kJ/ kg) (g/ kg) 0 31.60 33.00 15 43.50 33.00 49.20 28.60 117.74 30 42.90 33.00 51.10 28.90 117.78 45 41.90 32.00 50.60 27.00 111.83 60 42.60 32.00 48.20 26.70 111.79 75 42.20 32.00 49.60 26.90 111.81 90 42.70 40.00 84.70 48.80 168.80 105 43.00 40.00 83.20 48.70 168.78 120 43.40 41.00 86.50 51.90 177.55 135 43.20 41.00 87.50 52.00 177.57 150 43.00 40.00 83.20 48.70 168.78 Rata-rata 41.82 36.09 67.38 38.82 143.24 Ket : elevasi=183 mdpl, sumber: www.sugartech.co.za/psychro/ State Point Tdry-bulb Twet-bulb (C) (C) RH (%) Tabel 3.Parameter Perhitungan Efisiensi Parameter Massa awal Massa akhir Massa Udara rata-rata Panas jenis udara Effisiensi pemanasan udara Effisiensi Pengeringan Effisiensi Total Panas Laten Gabah 2. Contoh Perhitungan Diketahui : Massa awal Massa akhir Voltase Arus Apipa = 12 kg = 11.32 kg = 204 V = 5.1 Ampere = x (0.12/4) = 0.00785 m2 Nilai 12 11.32 0.032 1.006 29.53 55.24 16.31 2257.56 Satuan kg kg kg/s kJ/kgK % % % kJ/kg Specific Volume (m3/ kg) 0.96 0.96 0.95 0.95 0.95 0.98 0.98 0.99 0.99 0.98 0.97

Pressure drop = P plenum P udara = 101556.64 101325 = 231.64 Pa Aplenum = p x l = 0.3 x 0.3 = 0.09 m2 Kecepatan udara (di plenum) = 4 x faktorkoreksi = 4 x (0.00785/0.09) = 0.35 m/s

Vfan Gfan

= Vudara x A = 4 m/det x 0.00785 m2 = 0.0312 m3/det = Vfan/v1 = (0.0312 m3/det) / (0.97 m3/kg) = 0.0322 kg/det

Efisiensi pemanasan udara :


m massa aliran udara G fan 0.0322 kg / det

mCp(t1 t 2 ) (0.0322)kg / det x1.006kJ / kg K (41.8 32.4) o C ) VI 204 5.1 / 1000kj / s 29.53%

Efisiensi pengeringan :

(W2 W1 )h fg mCp(t1 t 2 )

(12 11.32)kgx2257kJ / kg 0.0322kg / det x1.006kJ / kgKx (41.8 32.4) x(60 x150) det

55.24%
Efisiensi pengeringan total :

(W2 W1 )h fg VI

(12 11.32)kgx2257kJ / kg 16.31% 204 x5.1x60 x150kJ

Laju pengeringan = (KA awal KA akhir)/waktu pengeringan = ( 19.1 14.3)%bb / (150/60) = 1.93 %bb / jam

Kurva shedd untuk gabah (Grain Storage Techniques - Evolution and Trends in Developing Countries 1994 )

3. Pembahasan

Proses pengeringan merupakan proses migrasi uap atau cairan yang terjadi dikarenakan perbedaan tekanan uap antara udara dan bahan. Cairan atau air yang diuapkan, terdiri dari air bebas dan air terikat. Proses penguapan berjalan sebagai sebagai difusi permukaan dimana laju pengeringan sebanding dengan perbedaan tekanan uap pada permukaan air terhadap tekanan uap udara pengering. Migrasi uap terjadi 2 tahap, yaitu (1) perpindahan dari bagian dalam ke permukaan bahan dan (2) perpindahan uap dari permukaan bahan ke udara sekitarnya. Pada biji-bijian, periode kedua menjadi perhatian utama, karena proses pengeringan seluruhnya terjadi pada periode ini (Samsuri 1993). Pada percobaan, alat yang digunakan untuk pengeringan adalah experimental dryer. Alat pengering ini bekerja dengan prinsip aliran udara yang berasal dari kipas sentrifugal dan yang telah dipanaskan oleh elemen pemanas menjadi udara kering untuk mengeringkan bahan. Udara pengering ini melewati plenum untuk disamakan jumlah panasnya yang kemudian masuk melalui lubang-lubang lantai ruang pengering dan melewati bahan. Pada proses pengeringan, udara pengering memegang peranan penting karena berfungsi sebagai sumber energi dan uap air. Aliran udara dapat dihitung melalui tekanan statis dalam plenum alat pengering. Tekanan statis ini diukur dari selisih tinggi permukaan air pada Manometer. Brooker et al. (1974) mengemukakan bahwa tekanan statik aliran udara pengering yang melalui tumpukan biji-bijian tergantung (1) kecepatan aliran udara, (2) karakteristik bentuk dan permukaan biji-bijian, (3) jumlah, ukuran dan konfigurasi ruang antar biji-bijian, (4) variasi ukuran biji-bijian dan (5) tebal tumpukan bijibijian. Sistem pengeringan pada percobaan yang dilakukan adalah sistem pengeringan batch karena proses pengeringan tersebut bahan gabah bersifat diam dengan aliran udara panas yang melewatinya sehingga kadar air bahan berkurang. Selain itu, proses tersebut masih butuh campur tangan praktikan untuk mengukur berat akhir maupun kadar air. Kurva shedd menunjukkan seberapa tahanan biji-bijian dalam aliran udara. Berdasarkan kurva shedd dengan adanya pressure drop sebesar 772.1 Pa/m atau 0.95 in H2O/ft dan kecepatan aliran udara 0.35 m/s atau 68.8975 ft/menit , gabah mendekati dalam kelompok antara kedelai dan jagung pada kurva shed.

Berdasarkan perhitungan di atas, bahwa efisiensi pemanasan udara, efisiensi pengeringan serta efisiensi pengeringan total nilainya beragam. Efisiensi pemanasan udara dipengaruhi oleh elemen pemanas yang digunakan serta panjang aliran udara kering. Elemen pemanas yang digunakan belum memanaskan udara secara optimal. Efisiensi pengeringan dipengaruhi oleh lubang pada lantai ruang pengeringan dan karakteristik serta tumpukan pada bahan. Efisiensi pengeringan cukup besar yakni >50% karena percobaan mengikuti standar operasional yang tidak melebihi ketebalan penumpukan maksimum. Efisiensi pengeringan total dipengaruhi oleh besar laju pengeringan bahan. Laju pengeringan bahan dipengaruhi oleh aliran udara yang dihembuskan dari blower. D. KESIMPULAN Pengeringan merupakan proses perpindahan massa uap dan energi panas antara bahan dan udara. perpindahan massa uap terjadi 2 tahap, yaitu perpindahan dari bagian dalam ke permukaan bahan dan perpindahan uap dari permukaan bahan ke udara sekitarnya. Pengeringan dapat dilakukan secara buatan dengan mengalirkan udara panas ke dalam bahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi sistem pengeringan buatan meliputi aliran udara blower, elemen pemanas, panjang saluran udara, lubang lantai ruang pengering dan karakteristik tumpukan bahan

E. DAFTAR PUSTAKA Brooker, D.B. et al. 1974. Drying Cereal Grains. The AVI Publ. Company, Inc. Westport. Connecticut FAO, 1994. Grain Storage Techniques - Evolution and Trends in Developing Countries. FAO Agricultural Services Bulletin No 109. Hall, C.W. 1957. Drying Farm Corps. The AVI Publising Company Inc. Westport. Connecticut Samsuri. 1993. Desain dan Pengujian Kipas Sentrifugal untuk Alat Pengering tipe Bak. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Lab.

: Pemutuan Biji-bijian Leuikopo : 14.00 15.30 WIB

Selasa, 23 April 2013

Kelompok : A1-3 Waktu

PENGERINGAN BIJI-BIJIAN

Disusun oleh :

ILHAM MUJAHIDIN F14100025

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Anda mungkin juga menyukai