Anda di halaman 1dari 22

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
ALAT DAN MESIN PERTANIAN II
(Alat Pengering Tipe Tray Dryer)

Oleh :
Nama : Wisnu Febriana R
NPM : 240110140099
Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 13 Oktober 2016
Waktu : 10.00 – 12.40 WIB
Co. Ass : Ari Nugraha

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peranan air dalam berbagai produk hasil pertanian dapat dinyatakan sebagai
kadar air dan aktivitas air. Air merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
penampakan, tekstur, cita rasa, nilai gizibahan pangan, dan aktivitas
mikroorganisme. Karakterisitik hidratasi bahan pangan merupakan karakterisitk
fisik yang meliputi interaksi antara bahan pangan dengan molekul air yang
terkandung di dalamnya dan molekul air di udara sekitarnya.
Penyimpanan bahan pangan atau hasil pertanian merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pengolahan, khususnya pengawetan dan pengemasan bahan
pangan. Bila kita berbicara tentang proses pengeringan dan pengemasan bahan
maka akan sangat erat hubungannya dengan kadar air bahan.
Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukan
banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar air biasanya dinyatakan
dengan persentase berat air terhadap bahan basah atau dalam gram air untuk setiap
100 gram bahan yang disebut dengan kadar air basis basah (bb). Berat bahan kering
atau padatan adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa waktu
tertentu sehingga beratnya tetap (konstan).
Konsep sederhana tentang kadar air bahan pangan menyatakan bahwa bahan
pangan terdiri dari bahan kering ditambah sejumlah air. Pemikiran yang demikian
memang praktis, akan tetapi pada kenyataannya air yang terkandung di dalam
bahan makanan bisa merupakan bagian seutuhnya dari bahan pangan itu sendiri.
Aira dalam bahan pangan bisa terdapat di antara sel-sel maupun terdapat di dalam
sel. Air bebas terdapat di dalam jaringan, sedangkan air terikat biasanya di dalam
sel. Ada banyak konsep tentang macam-macam kandungan air yang terdapat di
dalam bahan pangan. Secara konvensional air dibagi tiga jenis yaitu air terikat
secara kimia, air terikat secara fisik dan air bebas.
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya
simpan dari pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan
pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian
mendapat penanganan yang tepat. Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat
dilakukan metode pengeringan dan salah satunya adalah Tray Dryer.

1.2 Tujuan Instruksional Khusus


Tujuan praktikum mengenai pengeringan ini adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja alat pengering pisang tipe
tray dryer.
2. Mahasiswa dapat mengetahui laju pengeringan pisang berdasarkan
fungsi waktu dengan menggunakan alat pengering pisang tipe tray dryer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeringan
Secara umum, pengeringan merupakan proses pemindahan air dari dalam
bahan melalui penguapan dengan menggunakan energi panas. Selama pengeringan
berlangsung, energi panas dipindahkan (ditransfer) dari udara sekeliling ke
permukaan bahan, sehingga terjadi peningkatan suhu dan terbentuknya uap air.
Kandungan air dari bagian dalam bahan berdifusi ke permukaan bahan, dan juga
uap air yang terkandung di dalam udara sekeliling bahan secara kontinyu dialirkan
keluar dari mesin pengering.
Proses pengeringan di dalam industri pertanian merupakan salah satu
tahapan penting diantara beberapa satuan operasi lainnya dalam penanganan bahan
hasil pertanian. Pengeringan merupakan suatu metode yang bertujuan untuk
menurunkan kandungan air didalam bahan yang dikeringkan sampai batas tertentu
agar memiliki sifat bahan yang lebih baik. Sifat-sifat yang lebih baik meliputi daya
simpan yang lebih lama dan mengurangi berat bahan. Daya simpan yang lama ini
disebabkan kemampuan yang dimiliki oleh bahan tersebut untuk menghindari
kerusakan akibat biologis, fisiologis dan mikrobiologis mekanis maupun fisik.
Pengurangan kadar air tersebut akan memberikan beberapa keuntungan, yaitu:
a. Mempermudah proses selanjutnya.
b. Menurunkan biaya pengangkutan
c. Memperpanjang daya simpan

2.1.1 Prinsip Dasar Pengeringan


Mekanisme pengeringan bahan hasil pertanian meliputi data dua proses
perpindahan yaitu perpindahan massa air dari dalam bahan secara difusi dan
perpindahan energi panas yang digunakan untuk menguapkan air dari permukaan
bahan. Proses pengeringan yang umum digunakan di industri terbagi dalam
beberapa kategori:
a. Pengeringan konveksi
Dalam pengeringan ini aliran udara panas dan kelembaban relatifnya
rendah dan kecepatan tinggi dialirkan pada bahan yang akan dikeringkan.
b. Pengeringan konduksi
Bahan yang akan dikeringkan ditempatkan pada permukaan benda panas
sehingga terjadi penguapan air ke lingkungan.
c. Pengeringan hampa udara (vakum)
Bahan yang akan dikeringkan ditempatkan pada ruang yang terdapat
sumber panas pada tekanan rendah. Keuntungan dalam pengeringan
hampa udara didasarkan pada proses penguapan air. Penguapan air akan
terjadi lebuh cepat pada tekanan udara rendah jika dibandingkan dengan
tekanan udara tinggi.
d. Pengeringan beku
Pengeringan beku, uap air disublimasi keluar dari bahan pada suhu dan
tekanan yang rendah. Struktur bahan tetap dipertahankan dengan baik pada
proses pengeringan beku.

2.1.2 Metode Pengeringan


Ada 2 metode yang terdapat pada proses pengeringan, diantaranya :
a. Sun drying
Yaitu proses pengeringan dengan menggunakan panas matahari.
Keuntungan metode ini adalah energi panas didapat secara gratis karena
langsung dari panas sinar matahari. Kerugian metode ini adalah suhu dan
waktu pengeringan tidak dapat diatur serta kebersihan bahan pangan yang
dikeringkan tidak terjamin.
b. Artificial drying
Yaitu proses pengeringan dengan menggunakan panas yang berasal dari
suatu mesin pengering. Keuntungan metode ini adalah suhu dan waktu
pengeringan dapat diatur serta kebersihan bahan pangan lebih terjamin.
Kerugiannya adalah membutuhkan biaya lebih banyak karena mesin
pengering memerlukan listrik untuk menghasilkan panas. Artificial drying
dapat dibagi menjadi Cabinet dryer, Vacuum dryer, Spray dryer, dan
Freeze dryer.
2.1.3 Klasifikasi Pengeringan
Ditinjau dari pergerakan bahan padatnya, pengeringan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu pengeringan batch dan pengeringan kontinyu. Pengeringan batch adalah
pengeringan dimana bahan yang dikeringakan dimasukan ke dalam alat pengering
dan didiamkan selama waktu yang ditentukan. Pengeringan kontinyu adalah
pengeringan dimana bahan basah masuk secara sinambung dan bahan kering keluar
secara sinambung dari alat pengering.
Berdasarkan kondisi fisik yang digunakan untuk memberikan panas pada
sistem dan memindahkan uap air, proses pengeringan dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu: (Geankoplis, 1993)
a. Pengeringan kontak langsung
Menggunakan udara panas sebagai medium pengering pada tekanan
atmosferik. Pada proses ini uap yang terbentuk terbawa oleh udara.
b. Pengeringan vakum
Menggunakan logam sebagai medium pengontak panas atau menggunakan
efek radiasi. Pada proses ini penguapan air berlangsung lebih cepat pada
tekanan rendah.
c. Pengeringan beku
Pengeringan yang melibatkan proses sublimasi air dari suatu material
beku.

2.1.4 Mekanisme Pengeringan


Ketika benda basah dikeringkan secara termal, ada dua proses yang
berlangsung secara simultan, yaitu :
a. Perpindahan energi dari lingkungan untuk menguapkan air yang terdapat
di permukaan benda padat
Perpindahan energi dari lingkungan ini dapat berlangsung secara
konduksi, konveksi, radiasi, atau kombinasi dari ketiganya. Proses ini
dipengaruhi oleh temperatur, kelembapan, laju dan arah aliran udara,
bentuk fisik padatan, luas permukaan kontak dengan udara dan tekanan.
Proses ini merupakan proses penting selama tahap awal pengeringan
ketika air tidak terikat dihilangkan. Penguapan yang terjadi pada
permukaan padatan dikendalikan oleh peristiwa difusi uap dari permukaan
padatan ke lingkungan melalui lapisan film tipis udara.

b. Perpindahan massa air yang terdapat di dalam benda ke permukaan


Ketika terjadi penguapan pada permukaan padatan, terjadi perbedaan
temperatur sehingga air mengalir dari bagian dalam benda padat menuju
ke permukaan benda padat. Struktur benda padat tersebut akan
menentukan mekanisme aliran internal air.

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Pengeringan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu:
a. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah suhu, kecepatan volumetrik
aliran udara pengering, dan kelembaban udara.
b. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah ukuran bahan, kadar air awal,
dan tekanan parsial dalam bahan.
Faktor-faktor yang memengaruhi kecepatan pengeringan antara lain:
a. Sifat fisik dan kimiawi bahan pangan
b. Bentuk alat dan media perantara pengering
c. Sifat fisik lingkungan alat pengering
d. Karakteristik alat pengering.

2.1.6 Pengeringan Tray Dryer


Prinsip kerja alat ini bekerja dengan udara panas dan panas transfer, yang
dihasilkan dengan bantuan pemanas listrik atau batang kumparan . Sirkulasi udara
tersebut kipas dan seragam mempertahankan suhu panas. Alat ini digunakan dalam
keadaan vakum dengan waktu pengeringan umumnya lama (10-60 jam).
Rangka bak pengering terbuat dari besi, rangka bak pengerik di bentuk dan
dilas, kemudian dibuat dinding untuk penyekat udara dari bahan plat seng dengan
tebal 0,3mm. Dinding tersebut dilengketkan pada rangka bak pengering dengan
cara di revet serta dilakukan pematrian untuk menghindari kebocoran udara panas.
Kemudian plat seng dicat dengan warna hitam buram,agar dapat menyerap panas
dengan lebih cepat. Pada bak pengering dilengkapi dengan pintu yang berguna
untuk memasukan dan mengeluarkan produk yang dikeringkan. Di pintu tersebut
dibuat kaca yang mamungkinkan kita dapat mengetahui temperature tiap rak,
dengan cara melihat thermometer yang sengaja digantungkan pada setiap rak
pengering. Di bagian atas bak pengering dibuat cerobong udara, bertujuan untuk
memperlancar sirkulasi udara pada proses pengeringan.

2.2 Kandungan Air Bahan Pangan


Jumlah kandungan air pada bahan hasil pertanian akan mempengaruhi daya
tahan bahan tersebut terhadap serangan mikroba, dan dinyatakan sebagai water
activity (Aw). Water activity adalah jumlah air bebas bahan yang dapat
dipergunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya. Untuk memperpanjang daya
awet suatu bahan maka sebagian air pada bahan dihilangkan sehingga mencapai
kadar air tertentu. Mikroba hanya tumbuh pada kisaran Aw tertentu. Untuk
mencegah pertumbuhan mikroba, maka Aw bahan harus diatur. Bahan pangan yang
mempunyai Aw di bawah 0,70 biasanya dianggap cukup baik dan tahan dalam
penyimpanan.

2.3 Kadar Air


Kandungan air dalam bahan hasil pertanian biasanya dinyatakan dalam
persentase basis basah (m) dan persentase basis kering (M). (Zain, 2005)
Kandungan air basis kering dapat dinyatakan sebagai berikut:
100Wm
m
Wm  Wd 

Sedangan kandungan air basis kering dapat dinyatakan sebagai berikut:


Wm
M  100
Wd
100m
M 
100  m 
Dimana:
m = kadar air basis basah (%)
M = kadar air basis kering (%)
Wm = berat air dalam bahan (kg)
Wd = berat bahan padat (bagian yang tidak mengandung air) (kg)
Dalam perhitungan-perhitungan teknik, kadar air basis kering lebih sering
dipakai karena pada perhitungan kadar air basis kering adalah bahan setelah
dikeringkan tidak mengandung air sehingga beratnya tetap dan penurunan
kandungan air lebih terlihat dengan jelas. Penentuan kadar air dapat dilakukan
dengan dengan menggunakan dua metode, yaitu (Zain, 2005):
1. Metode praktis, metode ini mudah dilakukan tetapi hasilnya kurang teliti
sehingga sering perlu dilakukan kalibrasi alat terlebih dahulu. Yang
termasuk metode ini adalah metode kalsium karbida dan metode
pengukuran dengan alat ukur kadar air (electric moiture meter).
2. Metode dasar, kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat
yang diakibatkan oleh pengeringan dan pemanasan pada kondisi tertentu
dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula. Yang termasuk
ke dalam metode dasar adalah metode oven, metode destilasi dan metode
Karl Fisher.

2.4 Kadar Air Kesetimbangan (Equilibrium Moisture Content (EMC)


Kadar air kesetimbangan merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pengeringan. Kada air kesetimbangan suatu bahan hasil pertanian adalah kadar air
padatan basah bahan hasil pertanian yang berada dalam keseimbangan dengan
udara sekelilingnya pada suhu dan kelembaban relatif tertentu. Hubungan kadar air
bahan hasil pertanian dengan kelembaban relatif udara dapat digambarkan pada
gambar 1 (Zain, 2005).

2.5 Oven
Oven adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk memanaskan ataupun
mengeringkan. Biasanya digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas
laboratorium, zat-zat kimia maupun pelarut organik. Dapat pula digunakan untuk
mengukur kadar air. Suhu oven lebih rendah dibandingkan dengan suhu tanur yaitu
berkisar antara 105ºC. Tidak semua alat gelas dapat dikeringkan didalam oven,
hanya alat gelas dengan spesifikasi tertentu saja yang dapat dikeringkan, yaitu alat
gelas dengan ketelitian rendah. Sedangkan untuk alat gelas dengan ketelitian tinggi
tidak dapat dikeringkan dengan oven. Apabila alat gelas dengan ketelitian tinggi
tersebut dimasukkan ke dalam oven, maka alat gelas tersebut akan memuai dan
berakibat ketelitiannya tidak lagi teliti. Biasanya digunakan desikator untuk
mengeringkannya.
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1 Alat & Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah.
1. Cawan
2. Oven
3. Oven Pengering Pisang
4. Pisau
5. Timbangan
6. Timbangan Analitik
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Pisang

3.2 Prosedur Percobaan


Langkah-langkah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengupas kulit pisang dengan menggunakan pisau.
3. Memotong pisang hingga sebanyak 300 gram.
4. Memotong tipis pisang sebanyak 300 gram lalu menyimpannya dalam
wadah atau loyang.
5. Menimbang pisang sebanyak 5 gram dan memasukkannya kedalam
cawan dan melakukan hal ini sebanyak 3 kali sehingga mendapatkan 3
cawan yang masing-masing berisi 5 gram pisang.
6. Memasukkan pisang yang telah diiris tipis ke dalam oven.
7. Menunggu pisang dan mengukur berat pisang setelah disimpan di dalam
oven selama 0 menit, 20 menit, 40 menit, 60 menit, dan 80 menit.
8. Mengukur suhu oven pada menit 0 menit, 20 menit, 40 menit, 60 menit,
dan 80 menit.
9. Mengukur berat pisang setelah dimasukan kedalam oven yang memiliki
suhu 55oC selama 24 jam.
10. Mengukur kadar air basis basah dan basis kering dengan data yang telah
diperoleh.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

Hasil Pengamatan Pengeringan Pisang


Tabel 1. Pengamatan pengeringan pisang berdasarkan fungsi waktu

Sebelum Pengeringan (gr) Setelah Pengeringan (gr)


Waktu
No Cawan Cawan Cawan Rata- Cawan Cawan Cawan Rata- T (℃)
(Menit)
1 2 3 rata 1 2 3 rata
1 0 5 5 5 5 1,78 1,41 1,51 1,567 67°
2 20 4,04 4,6 4,25 4,296 1,62 1,83 1,23 1,56 42,2℃
3 40 3,61 4,47 4,03 4,0366 1,45 1,64 1,54 1,543 34,3℃
4 60 4,16 5,45 4,16 4,59 1,67 2,07 1,61 1,7833 32°C
5 80 4,36 4,50 5,02 4,626 1,91 1,00 1,99 1,63 38℃

Tabel 2. Pengamatan pengeringan pisang berdasarkan fungsi waktu, Kadar air


basah dan kering
No. Waktu Kadar Air Basis Basah Kadar Air Basis Kering (%)
(menit) (%)
1. 0 68,66% 219,08%
2. 20 63,687 % 175,384 %
3. 40 62,096 % 161,607 %
4. 60 61,1481% 157,3879%
5. 80 64,764% 183,803%

Tabel 3. Kenampakan Sebelum dan Sesudah Pengeringan


No. Waktu Sebelum Pengeringan Sesudah Pengeringan
(menit)
1. 0

2. 20

3. 40

4. 60

5. 80

4.2 Hasil Perhitungan


4.2.1 Kadar Air Basis Basah (wet basis)
1. Kadar air basis basah pada t = 0
massa sebelum pengeringan − massa setelah pengeringan
wb = x 100%
massa awal bahan

5 gr − 1,567 gr
wb = x 100% = 68,66 %
5 gr
2. Kadar air basis basah pada t = 20

massa sebelum pengeringan − massa setelah pengeringan


wb = x 100%
massa awal bahan

4,296 gr − 1,56 gr
wb = x 100% = 63,687 %
4,296 gr
3. Kadar air basis basah pada t = 40

massa sebelum pengeringan − massa setelah pengeringan


wb = x 100%
massa awal bahan

4,0366 gr − 1,543 gr
wb = x 100% = 62,096 %
4,0366 gr gr
4. Kadar air basis basah pada t = 60

massa sebelum pengeringan − massa setelah pengeringan


wb = x 100%
massa awal bahan

4,59 gr − 1,7833 gr
wb = x 100% = 61,1481%
4,59 gr

5. Kadar air basis basah pada t = 80

massa sebelum pengeringan − massa setelah pengeringan


wb = x 100%
massa awal bahan

4,626 gr − 1,63 gr
wb = x 100% = 64,764%
4,626 gr

4.2.2 Kadar Air Basis Kering (dry basis)


1. Kadar air basis kering pada t = 0
massa sebelum pengeringan − massa setelah pengeringan
db = x 100%
massa setelah pengeringan

5 gr − 1,567 gr
db = x 100% = 219,08 %
1,567 gr

2. Kadar air basis kering pada t = 20

massa sebelum pengeringan − massa setelah pengeringan


db = x 100%
massa setelah pengeringan

4,296 gr − 1,56 gr
db = x 100% = 175,384 %
1,56 gr

3. Kadar air basis kering pada t = 40

massa sebelum pengeringan − massa setelah pengeringan


db = x 100%
massa setelah pengeringan

4,0366 gr − 1,543 gr
db = x 100% = 161,607 %
1,543 gr

4. Kadar air basis kering pada t = 60

massa sebelum pengeringan − massa setelah pengeringan


db = x 100%
massa setelah pengeringan

4,59 gr − 1,7833 gr
db = x 100% = 157,3879%
1,7833 gr

5. Kadar air basis kering pada t = 80

massa sebelum pengeringan − massa setelah pengeringan


db = x 100%
massa setelah pengeringan

4,626 gr −1,63 gr
db = x 100% = 183,803%
1,63 gr
4.3 Hasil Grafik Laju Pengeringan
70.00%
69.00%
Kadar Air BAsis Basah (%) 68.00%
67.00%
66.00%
65.00% Kadar Air Basis Basah
64.00%
Linear (Kadar Air Basis
63.00%
y = -0.0005x + 0.6607 Basah)
62.00%
R² = 0.3008
61.00%
60.00%
0 20 40 60 80 100
Lama Pengeringan (menit)

Gambar 4.1 Laju Pengeringan Pisang Berdasarkan Basis Basah

250.00%
kadar Air BAsis Kering (%)

200.00%
y = -0.0044x + 1.9716
150.00% R² = 0.3252
Kadar Air Basis Kering
100.00%
Linear (Kadar Air Basis
Kering)
50.00%

0.00%
0 20 40 60 80 100
Lama Pengeringan (menit)

Gambar 4.2 Laju Pengeringan Pisang Berdasarkan Basis Kering


BAB V
PEMBAHASAN

Pengeringan merupakan proses pemindahan air dari dalam bahan melalui


penguapan dengan menggunakan energi panas. Pengeringan merupakan suatu
metode yang bertujuan untuk menurunkan kandungan air didalam bahan yang
dikeringkan sampai batas tertentu agar memiliki sifat bahan yang lebih baik. Sifat-
sifat yang lebih baik meliputi daya simpan yang lebih lama dan mengurangi berat
bahan. Salah satu metode pengeringan yang digunakan dalam praktikum kali ini
adalah metode pengeringan Tray Dryer. Prinsip kerja alat ini bekerja dengan udara
panas dan panas transfer, yang dihasilkan dengan bantuan pemanas listrik atau
batang kumparan . Sirkulasi udara tersebut kipas dan seragam mempertahankan
suhu panas. Alat ini digunakan dalam keadaan vakum dengan waktu pengeringan
umumnya lama (10-60 jam).
Sampel yang dipergunakan dalam pengeringan menggunakan metode Tray
Dryer ini adalah bahan hasil pertanian pisang. Sebagai sampel yang dipergunakan,
pisang akan dipotong menjadi bagian kecil seberat 5gr dan dibuat tiga sampel.
Setiap tiga sampel diperuntukan untuk pengeringan dengan waktu pengeringan
awal dengan oven pisang yang berbeda beda. Dimulai dari 0 menit, 20 menit, 40
menit, 60 menit, dan 80 menit. Suhu pada oven sebelum dipanaskan haruslah diukur
terlebih dahulu. Berdasarkan hasil perhitungan setelah dilakukan pengeringan
selama 0 menit, 20 menit, 40 menit, 60 menit, dan 80 menit dan diukur berat pisang
setelah dilakukan pengeringan didapatkan kadar air basis basis basah dari waktu 0
menit, 20 menit, 40 menit, 60 menit, dan 80 menit berturut turut adalah 68,66%;
63,687%; 62,096%; 61,1481%; 64,764%. Selain itu didapat pula kadar air basis
kering pada waktu 0 menit, 20 menit, 40 menit, 60 menit, dan 80 menit berturut
turut adalah 219,08%; 175,384%; 161,607%; 157,3879%; 183,803%. Pada hasil
dengan waktu 0 menit didapat kadar air basis basah dan basis kering yang tinggi
dikarenakan tidak dilakukan pengeringan pada oven pisang, sedangkan pada waktu
80 menit kadar air basis basah dan basis kering yang tinggi dapat dikarenakan berat
sebelum dikeringkan dari oven pisang yang tidak akurat pada berat 5gr ataupun
posisi sampel yang dikeringkan tidak berada pada panas yang dekat dengan sumber
api oven.
Setelah pisang dikeringkan dengan menggunakan oven pisang selanjutnya
dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 55oC selama 24jam. Berat
sampel akan menurun drastic setelah dilakukan pengeringan selama 24jam pada
suhu tersebut. Hal tersebut dapat terlihat pada hasil berat sampel yang sesudah
dilakukan pengeringan dengan menggunakan oven pisang pada waktu 0 menit, 20
menit, 40 menit, 60 menit, dan 80 menit dengan berat pisang rata-rata adalah
1,567gr; 1,56gr; 1,543gr; 1,7833gr; dan 1,63gr.
Pengeringan pada bahan hasil pertanian haruslah dilakukan pada suhu
dibawah titik didih air. Hal ini bertujuan untuk menghindari tingkat kerusakan pada
bahan yang akan dikeringkan karena tingginya suhu pengeringan. Suhu yang
dilakukan pada pengeringan haruslah pada suhu yang stabil dan juga optimal. Besar
kecilnya suhu yang dipergunakan dalam pengeringan akan mempengaruhi kualitas
dari bahan hasil pertanian tersebut. Selain itu waktu pengeringan pula akan
mempengaruhi karakteristik bahan setelah dikeringkan. Jika terlalu lama
dikeringkan bahan akan menjadi gosong dan jika terlalu sebentar dikeringkan bahan
tidak akan bertahan lama untuk dilakukan penyimpanan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah melakukan praktikum kali ini adalah:
1. Pengeringan merupakan proses pemindahan air dari dalam bahan melalui
penguapan dengan menggunakan energi panas.
2. Prinsip kerja dari pengeringan Tray Dryer bekerja dengan udara panas dan
panas transfer, yang dihasilkan dengan bantuan pemanas listrik atau
batang kumparan .
3. Pengeringan pada bahan hasil pertanian haruslah dilakukan pada suhu
dibawah titik didih air untuk menghindari kerusakan setelah pengeringan.
4. Waktu pengeringan akan mempengaruhi karakteristik bahan setelah
dikeringkan.

6.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini yaitu:
1. Disediakan timbangan digital yang lebih dari satu bertujuan untuk
mempercepat dan mengkondusifkan praktikum.
2. Keadaan kelas pada saat praktikum haruslah selalu tertib serta kondusif
sehingga praktikum berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Earle, R.L.1983., Unit Operation in Food Processing 2 nd Edition. Pergamon Press.


New York. United States.

Hadiwiyoto, Ir. Soewedo Cs. 1980. Penanganan Lepas Panen. Depdikbud, Jakarta.

Irman, 2011. Pendinginan dan pembekuan terhadap bahan pangan.


http://irmangasali.blogspot.com/2011/03/pendinginan-dan-pembekuan
terhadap.html. (diakses pada tanggal 1 Oktober 2016 pukul 22.15 WIB).

Rusendi, Dadi, Ir., M.Sc. Cs. 2010/2011. Penuntun Praktikum MK. Teknik
Penanganan Hasil Pertanian. Lab. Teknik Pasca Panen, TMIP, Unpad.

Saepul Rohman, 2008. Teknologi pengeringan bahan makanan.


http://majarimagazine.com/2008/12/teknologi-pengeringan-bahan-
makanan/. (diakses pada tanggal 1 Oktober 2016 pukul 22.05 WIB).

Syarief, Rizal.1986.Pengetahuan Bahan Pangan Untuk Industri Pertanian.


Mediyatama Sarana Perkasa, Bogor.

Widiyasanti, Asri S.T.P., M.Eng. 2010. Karakteristik Bahan Hasil Pertanian. Hand
Out Perkuliahan. Jurusan TMIP, Unpad. Zain, Sudaryanto. Teknik
Penanganan Hasil Pertanian. 2005. Bandung: Giratuna

Yefri Chan, 2010. Kadar air basis basah dan kadar air basis kering.
http://yefrichan.wordpress.com/2010/08/04/kadar-air-basis-basah-dan-
kadar-air-basis-kering/. (diakses pada tanggal 1 Oktober 2016 pukul 23.25
WIB).
LAMPIRAN

Gambar 1. Oven Pengering Pisang Gambar 2. Pisang

Gambar 3. Termometer

Anda mungkin juga menyukai