LAPORAN PRAKTIKUM
: HAFIDHA DWI PUTRI ARISTIEN : 12111003 : JUMAT (09.00 11.00) : - BAGUS MAHESWARA (12110038) - FIRA RESTI ANINDITA (12110058)
LABORATORIUM GEOMEKANIKA DAN PERALATAN TAMBANG PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Ventilasi Tambang Ventilasi Tambang adalah suatu kegiatan yang memasukan udara bersih dari atas permukaan secara paksa guna memenuhi kebutuhan udara di bawah tanah untuk menunjang proses produksi, juga sebagai pengatur sirkulasi udara dibawah tanah. 1.2 Fungsi Ventilasi Tambang Ventilasi tambang berfungsi untuk: a. Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang untuk keperluan menyediakan udara segar (oksigen) bagi pernapasan para pekerja dalam tambang dan juga bagi segala proses yang terjadi dalam tambang yang memerlukan oksigen. b. Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran dari gas-gas yang ada di dalam tambang hingga tercapai keadaan kandungan gas dalam udara tambang yang memenuhi syarat bagi pernapasan. c. Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran ventilasi tambang bawah tanah hingga ambang batas yang diperkenankan. d. Mengatur panas dan kelembaban udara ventilasi tambang bawah tanah sehingga dapat diperoleh suasana / lingkungan kerja yang nyaman 1.3 Prinsip Ventilasi Tambang Pada pengaturan aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah, berlaku hukum alam bahwa: a. Udara akan mengalir dari kondisi bertemperatur rendah ke temperatur panas. b. Udara akan lebih banyak mengalir melalui jalur-jalur ventilasi yang memberikan tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur bertahanan yang lebih besar. c. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan dalam ventilasi tambang. 1.4 yaitu: a. Pengaturan/pengendalian kualitas udara tambang. Lingkup Bahasan Ventilasi Tambang Dalam membahas ventilasi tambang akan tercakup tiga hal yang saling berhubungan,
Dalam hal ini akan dibahas permasalahan persyaratan udara segar yang diperlukan oleh para pekerja bagi pernafasan yang sehat dilihat dari segi kualitas udara (Quality control). b. Pengaturan/pengendalian kuantitas udara tambang segar yang diperlukan oleh pekerja tambang bawah tanah. Dalam hal ini akan dibahas perhitunganuntuk jumlah aliran udara yang diperlukan dalam ventilasi dan pengaturan jaringan ventilasi tambang sampai perhitungan kapasitas dari kipas angin. c. Pengaturan suhu dan kelembaban udara tambang agar dapat diperoleh lingkungan kerja yang nyaman. Dalam hal ini akan dibahas mengenai penggunaan ilmu yang mempelajari sifat-sifat udara atau psikrometri (psychrometry). Dalam membahas pengaturan ventilasi tambang yang bersifat mekanis perlu juga dipahami masalah yang berhubungan dengan kemungkinan adanya aliran udara akibat ventilasi alami, yaitu antara aliran udara sebagai akibat perbedaan temperatur yang timbul secara alami. 1.5 1) 2) 3) 4) 1.6 Tujuan Praktikum Tujuan dilaksanakannya praktikum ventilasi ini adalah: mengetahui pengaruh pengaturan udara terhadap kelembaban relatif mengetahui pengaruh percabangan terhadap kondisi aliran udara mengetahui pengaruh perubahan penampang terhadap aliran udara mengetahui pengaruh penambahan booster (axiliary fan) pada kondisi udara. Peralatan yang Digunakan Dalam praktikum pengukuran laboratorium ventilasi ini digunakan beberapa jenis peralatan, yaitu: 1) 2) Saluran ventilasi Fan a. Centrifugal fan Mempunyai beberapa bilah kipas yang mengelilingi pusat kipas. Meningkatkan tekanan dan aliran udara. Forward blades cocok digunakan untuk aliran udara dengan volume dan tekanan yang tinggi. b. Axial fan
Adalah kipas yang berbentuk sekrup. Prinsip kerjanya adalah dengan memberikan percepatan tangensial ke udara saat melewati impeller. Energi rotasi harus tekronversi menjadi energi beraliran linier dan head static saat udara meninggalkan impeller. Hal ini akan menghasilkan efisiensi yang tinggi. Axial fan akan menghasilkan tekanan yang kecil dan debit yang besar.
3)
Anemometer
Anemometer adalah alat pengukur kecepatan angin yang melalui system ventilasi. Digunakan dua jenis anemometer, yaitu anemometer digital dan analog.
4)
Pitot tube (3 buah) Pitot tube digunakan untuk mengukur tekanan udara pada aliran udara kecepatan tinggi. Pitot tube terdiri dari dua pipa konsentris yang berbentuk L. Pipa bagian dalam mempunyai ujung muka yang terbuka tempat aliran udara masuk, sedangkan pipa bagian luar tertutup ujungnya yang disekeliling ujungnya terdapat lubang-lubang kecil tempat aliran udara keluar. Head aliran udara yang melalui tabung pitot diukur dengan manometer yang dihubungkan dengan selang plastik. Head yang diukur adalah Total Head (Ht), Static Head (Hs), dan Velocity Head (Hv).
5)
Manometer (3 buah) Manometer yang digunakan dalam praktikum ini adalah manometer tabung U yang diisi oleh spiritus. Tabung U ini dihubungkan dengan selang terhadap tabung pitot. Nantinya, perbedaaan ketinggian dari spiritus akan menunjukkan perbedaan tekanan.
6)
Sling psychrometer Alat ini digunakan untuk mengukur kelembaban udara secara tidak langsung. Alat ini terdiri dari dua buah termometer raksa yang mengukur termometer basah (wet bulb) dan termometer kering (dry bulb). Pada prinsipnya termometer kering mencatat temperatur udara pada udara bebas atau di atmosfer. Sedangkan termometer cembung basah mencatat temperatur penguapan, dimana besarnya lebih kecil daripada temperatur pada udara bebas. Selisih antara temperatur cembung kering dan temperatur cembung basah akan menunjukkan kondisi kejenuhan udara.
7)
Stopwatch Alat untuk menghitung lama waktu aliran udara melewati saluran udara.
8)
Kelembapan Relatif
Pv 100 % Ps
2.2
Pengaruh percabangan terhadap kondisi aliran udara. Sifat aliran udara dianalogikan dengan aliran arus listrik maka digunakan dua hukum
dasar Kirchhoff. Sistem ventilasi dapat berbentuk seri maupun paralel. Pada sistem ventilasi paralel akan didapati percabangan maka kuantitas udara akan terbagi ke masing-masing percabangan sesuai dengan hokum I Kirchhoff (kuantitas udara yang masuk percabangan sama dengan jumlah kuantitas udara pada masing-masing cabang). Adanya percabangan aliran udara pada ventilasi akan menyebabkan distribusi aliran udara ke setiap cabang. Besarnya debit aliran udara setiap cabang tergantung kepada beberapa faktor seperti luas penampang dan kekasaran permukaan dinding ventilasi. Namun, pada
prinsipnya besarnya debit aliran udara memasuki atau meninggalkan percabangan adalah sama. Bila debit aliran udara yang meninggalkan percabangan didefinisikan positif dan debit aliran udara yang memasuki percabangan didefinisikan negatif, maka jumlah keempat debit aliran udara haruslah nol, Q1 + Q2 - Q3 - Q4 = 0 Secara umum Hukum I Kirchoff dapat dinyatakan sebagai berikut :
Q=0
2.3
Mengetahui korelasi luas penampang dengan kecepatan dan debit udara Pada penampang kecil akan dihasilkan aliran udara yang mempunyai kecepatan aliran
yang tinggi sedangkan pada luas penampang yang besar akan didapatkan aliran udara dengan kecepatan aliran yang rendah. Namun pada penampang kecil dan besar mempunyai jumlah aliran udara pada tiap satuan waktu. Cara yang paling umum digunakan untuk menentukan Head Loss adalah dengan metode Equivalent Length Method :
KP (L Le) Q2 H L Hf H x A3
Keterangan : K = Friction Factor P = Perimeter L = Panjang Le = Panjang Ekivalen Q = Debit A = Luas
2.4
Pengaruh letak pengukuran tabung pitot dalam saluran ( L, L, L) Karena adanya gesekan antara aliran udara dengan dinding-dinding saluran udara, maka
aliran udara yang paling besar kecepatannya adalah yang berada di posisi L.
2.5
Pengaruh pola aliran udara pada titik pengamatan ( A1, A2, A3) Akibat dari percabangan adalah akan terjadi friction loss (head yang hilang diakibatkan
oleh gesekan) dan shock loss yang berasal dari kekasaran permukaan dari luas penampang duct. Percabangan ini tidak akan memperoleh debit aliran udara yang sama, karena diakibatkan oleh beberapa faktor yakni kecepatan aliran udara dan luas penampang saluran. Bukti dari percabangan ini dapat dilihat pada saat pembukaan dan penutupan dari sekat. Pada kondisi yang ideal, semakin jauh titik pengamatan dari sumber fan, maka akan semakin banyak loss sehingga head yang terbaca akan makin kecil.
3.1
Memastikan bahwa anemometer sudah dikalibrasi dan jarum sudah menunjukkan pada nilai 0
Membaca bacaan setiap jarum pada anemometer menyesuaikan satuan kemudian mencatatnya. Setelah pembacaan selesai , mengkalibrasi anemometer kembali. Memindahkan anemometer pada setiap posisi yang telah ditentukan yaitu (1/4L, 1/2L, 3/4L). Dan mengulangi langkah awal
d. Pengukuran dimensi dan penggunaan karakteristik jaringan Mengukur dimensi saluran ventilasi (diameter, panjang, dan lebar) serta menentukan karakteristik jaringan. e. Pengukuran tekanan udara dengan pitot tube
Mengatur posisi pitot pada posisi yang telah ditentukan (1/4L, 1/2L, 3/4L) Memasang selang pada tabung pitot dengan manometer U Memastikan dudukan manometer sudah seimbang denga menempelkan waterpass dimana gelembungnya berada ditengah. Setelah aliran dimulai, melihat beda ketinggian yang ada pada manometer. Mengulangi untukl mengukur Hv, Ht, Hs
f.
Pengukuran kuantitas udara yang mengalir per menit pada kondisi intake Diperoleh melalui perhitungan (pengolahan data).
3.2
Pengukuran a. Kondisi A 1) Axial fan menyala, centrifugal fan tidak menyala 2) Pasang fan axial exhaust 3) Tutup katup penyekat (tanpa cabang) 4) Pangamatan yang dilakukan : Temperature kering dalam saluran (tk) Temperatur basah dalam saluran (tb)
Temperatur kering dalam ruangan (TK) Temperature basah dalam ruangan (TB)
5) Ukur kecepatan aliran udara pada titik A1, A2, dan A3 (dalam 2 menit) 6) Ukur beda kenaikan fluida dalam manometer pada titik A1, A2, dan A3, baik untuk beda tekanan total, static, maupun velocity. Pengukuran ini dilakukan dalam tiga posisi pitot tube yang berbeda, dengan acuan kepala pitot tube berada di tiga posisi yaitu : tepi saluran ujung kanan, tepi saluran ujung kiri, dan ditengah saluran. 7) Lakukan juga untuk kondisi katup penyekat dalam keadaan terbuka (dengan cabang) b. Kondisi B 1) Axial dan centrifugal fan menyala 2) Pasang fan axial intake 3) Tutup katup penyekat (tanpa cabang) 4) Pangamatan yang dilakukan : Temperature kering dalam saluran (tk) Temperatur basah dalam saluran (tb) Temperatur kering dalam ruangan (TK) Temperature basah dalam ruangan (TB)
5) Ukur kecepatan aliran udara pada titik A1, A2, dan A3 (dalam 2 menit) 6) Ukur beda kenaikan fluida dalam manometer pada titik A1, A2, dan A3, baik untuk beda tekanan total, static, maupun velocity. Pengukuran ini dilakukan dalam tiga posisi pitot tube yang berbeda, dengan acuan kepala pitot tube berada di tiga posisi yaitu : tepi saluran ujung kanan, tepi saluran ujung kiri, dan ditengah saluran. 7) Lakukan juga untuk kondisi katup penyekat dalam keadaan terbuka (dengan cabang) 3.3 Hasil Pengukuran a. Kondisi A Temperatur kering : Temperatur basah : Kelembaban relatif : Jenis Fan : Awal 81 F Akhir 81 F Awal 71 F Akhir 72 F Awal 61.68 % Akhir 65.16 % Axial Fan (intake) 27.22 27.22 21.67 22.22 C C C C
b. Kondisi B Temperatur kering : Temperatur basah : Kelembaban relatif : Jenis Fan : Awal 80.9 F Akhir 81 F Awal 70.9 F Akhir 71 F Awal 61.6 % Akhir 61.7 % Sentrifugal & Axial Fan (intake) 27.17 27.22 21.61 21.67 C C C C
17.63
c. Kondisi Umum P barometer Massa jenis Spiritus = 710 mmHg = 789 kg/m3
Effisiensi ( ) Tegangan
Data dimensi jaringan ventilasi Lokasi titik 1 2 3 Tinggi (cm) 15 15 24.3 Lebar (cm) 15.4 15.4 24.3
Di Ujung Ventilasi 0,25L 0,5L 0,75L 0.200 0.467 0.233 0.068 0.068 0.068 0.014 0.032 0.016 0.020 Di Ujung Ventilasi 0,25L 0,5L 0,75L 0.500 0.767 0.500
Tanpa Cabang
Posisi v (m/s)
0,25L 9.877
0,75L 10.43
0,25L 11.79
A2 0,5L 11.39
0,75L 11.4
0,25L 7.975
A3 0,5L 7.73
0,75L 7.78
0.023 0.228
0.023 0.241
0.023 0.272
0.023 0.263
0.059 0.471
0.059 0.460
0.068 0.034
0.068 0.034
Tanpa Cabang
A1 A2 0,75L 18.44 0.023 0.426 0,25L 17.39 0.023 0.402 0,5L 11.79 0.023 0.272 0.319 0,75L 12.3 0.023 0.284 0,25L 10.2 0.059 0.602 A3 0,5L 9.5 0.059 0.561 0.582 0,75L 9.88 0.059 0.583 Di Ujung Ventilasi 0,25L 1.900 0.068 0.128 0,5L 2.033 0.068 0.137 0.127 0,75L 1.700 0.068 0.115
Axial & Centrifugal Fan Head (Pa) A2 102.57 102.57 110.46 74.955 A3 47.34 35.505 23.67 39.45
0.50 L 0.75 L
19.5 21.5
10.5 11
3 3
153.855 169.635
82.845 86.79
23.67 23.67
4.2
Analisis Data Berdasarkan data temperatur kering dan basah, dapat diketahui nilai kelembaban relatif
(dengan menggunakan moody chart), namun dalam praktikum ini kelembaban diabaikan dalam perhitungan karena perbedaan temperatur awal dan akhir tidak signifikan. Berdasarkan data kecepatan udara dari kondisi A dan B, diketahui bahwa kecepatan udara pada kondisi B lebih besar daripada kondisi A. Hal ini menunjukkan penggunaan centrifugal fan dapat menambah kecepatan aliran udara. Dengan melihat besar head (tekanan) pada titik A1, A2, dan A3, didapatkan bahwa semakin jauh udara mengalir, besar tekanan semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya gesekan udara dengan permukaan, yang dapat mengurangi tekanan (head loss). Selain itu, ketika udara dialirkan dalam jaringan dengan cabang, besar kecepatan dan tekanan setelah percabangan lebih kecil daripada ketika udara dialirkan dalam jaringan tanpa cabang. Hal ini menunjukkan bahwa adanya percabangan akan mengurangi kecepatan udara, serta menimbulkan shock loss yang dapat mengurangi tekanan. Gaya gesek pada dinding ventilasi (terjadinya friction loss) juga mempengaruhi kecepatan aliran udara. Hal ini diketahui dari perbedaan kecepatan aliran udara pada posisi anemometer yang berbeda, dimana kecepatan di bagian tengah lebih besar dibandingkan kecepatan di bagian tepi ventilasi. Perbedaan hasil pengamatan yang muncul dalam pengambilan data dengan kondisi yang sama dapat terjadi akibat faktor ketelitian pembacaan, kesigapan dalam pengambilan data, serta kurangnya persiapan alat yang dilakukan. Faktor lain yang dapat menyebabkan kurangnya akurasi data yang didapat adalah kebocoran yang terjadi pada pipa ventilasi, sehingga debit, kecepatan aliran, dan tekanan udara berkurang.
5.2
Saran Perawatan dan perbaikan alat perlu dilakukan secara rutin, seperti masalah kebocoran
pada pipa. Dalam pengambilan data, diperlukan kecermatan dan ketelitian untuk menghasilkan data yang akurat. Persiapan alat juga merupakan faktor utama untuk meningkatkan akurasi data.
DAFTAR PUSTAKA
Diktat Ventilasi Tambang T. Pertambangan UNPAR. Hartman, Mutmansky, Romani, Wang. 1997. Mine Ventilation and Air Conditioning: Third Edition. John Wiley & Sons. Inc: Canada.