Anda di halaman 1dari 18

Fungsi Ventilasi Tambang

Fungsi Ventilasi Tambang


1. Ventilasi tambang berfungsi untuk :
a. Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang
u n t u k keperluan menyediakan udara segar (oksigen) bagi pernapasan para pekerja d a l a m
t a m b a n g d a n j u g a b a g i s e g a l a p r o s e s ya n g t e r j a d i d a l a m t a m b a n g yang
memerlukan oksigen.
b. Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran dari gas -
gas yang ada di dalam tambang hingga tercapai keadaan kandungan gas dalam udara
tambang yang memenuhi syarat bagi pernapasan.
c. Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran ventilasi tambang
b a w a h tanah hingga ambang batas yang diperkenankan.
d. Mengatur panas dan kelembaban udara ventilasi tambang bawah
t a n a h sehingga dapat diperoleh suasana / lingkungan kerja yang nyaman.

2.Prinsip Ventilasi Tambang


P a d a p e n g a t u r a n a l i r a n u d a r a d a l a m v e n t i l a s i t a m b a n g b a w a h t a n a h , berlaku
hukum alam bahwa;
a. Udara akan mengalir dari kondisi bertemperatur rendah ke temperatur panas.
b. Udara akan lebih banyak mengalir melalui jalur- jalur
ventilasi y a n g memberikan tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur
bertahanan yang lebih besar.
c. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan
d a l a m ventilasi tambang.

3.Lingkup Bahasan Ventilasi Tambang


Dalam membahas ventilasi tambang akan tercakup tiga hal yang saling berhubungan,
yaitu;
a. Pengaturan./Pengendalian kualitas udara tambang. Dalam hal ini
a k a n dibahas permasalahan persyaratan udara segar yang diperlukan oleh
parapekerja bagi pernafasan yang sehat dilihat dari segi kualitas udara
(Qualitycontrol).
b. Pengaturan/pengendalian kuantitas udara tambang segar ya n g
d i p e r l u k a n oleh pekerja tambang bawah tanah. Dalam hal ini akan dibahas perhitunganuntuk
jumlah aliran udara yang diperlukan dalam ventilasi dan pengaturan jaringan ventilasi
tambang sampai perhitungan kapasitas dari kipas angin.
c. Pengaturan suhu dan kelembaban udara tambang agar dapat
diperolehlingkungan kerja yang nyaman. Dalam hal ini akan
dibahas mengenai penggunaan il mu yang mempelajari sifat -sifat
u d a r a a t a u p s i k r o m e t r i (psychrometry).

Dalam membahas pengaturan ventilasi tambang yang bersifat mekanis perlu juga
dipahami masalah yang berhubungan dengan kemungkinan adanya a l i r a n u d a r a
a k i b a t v e n t i l a s i a l a m i , ya i t u a n t a r a a l i r a n u d a r a s e b a g a i a k i b a t perbedaan
temperatur yang timbul secara alami.
Auxiliary Ventilation Systems: Sistem Ventilasi Bantu di Tambang Bawah Tanah untuk
Bukaan Buntu.

Auxiliary ventilation (ventilasi bantu) mengacu pada sistem ventilasi yang digunakan untuk
memasok udara ke permuka kerja (working face).

Permuka kerja adalah bukaan yang dibuat sebagai bagian pengembangan terowongan. Permuka
kerja belum terhubung dengan terowongan lain sehingga hanya berbentuk serupa bukaan buntu
(blind heading).

Ventilasi bantu mesti dirancang secara mandiri dari sistem ventilasi utama sehingga tidak akan
mempengaruhi aliran udara keseluruhan di tambang bawah tanah.

Ventilasi bantu mempunyai peran penting untuk menjamin sirkulasi udara di bukaan buntu.
Dengan berbagai alat berat diesel yang beroperasi di permuka kerja, akan meningkat pula emisi
gas buang, panas, dan partikel-partikel diesel ke udara. Pasokan udara oleh ventilasi bantu harus
mampu melarutkan semua emisi tersebut sekaligus menyuplai oksigen yang cukup buat pekerja.
Forcing, exhausting, and overlap systems

Gambar 1 dan 2 merupakan ilustrasi dari dua jenis sistem ventilasi bantu: forcing (hembus) dan
exhausting (hisap). Jenis mana yang akan dipilih tergantung pada jumlah polutan, debu, gas, dan
tingkat panas di permuka kerja.

Gbr. 1 Forcing Systems


Sistem hembus (forcing system) akan memberikan hembusan udara bertekanan positif ke
permuka kerja. Tekanan positif berarti aliran udara ini mempunyai tekanan lebih besar dibanding
udara di atmosfir. Karena bertekanan positif, maka dapat digunakan flexible duct (pipa/saluran
ventilasi fleksibel). Pipa/saluran ventilasi ini menghubungkan fan (kipas) dengan permuka kerja
sebagaimana terlihat pada gambar.

Kelemahan terbesar sistem hembus, seluruh permuka kerja akan teraliri dengan udara kotor
seperti ditunjukkan dengan tanda panah berwarna merah (panah biru menunjukkan aliran udara
bersih). Disebut udara kotor karena semua gas dan emisi lain di sepanjang bukaan telah terlarut
dalam aliran udara ini.
Gbr. 2 Exhausting Systems
Untuk kondisi dimana debu menjadi perhatian utama, exhausting system (system hisap) akan
lebih disukai. Dengan sistem ini, udara kotor tidak lagi mengalir di sepanjang bukaan,
melainkan terhisap masuk ke duct (pipa/saluran ventilasi).

Berkebalikan dengan sistem hembus, sistem hisap akan memberikan aliran udara negatif. Itu
sebab, dibutuhkan pipa/saluran ventilasi dari bahan yang rigid. Pipa/saluran ventilasi fleksibel
tidak dapat digunakan karena akan kempot ketika dihisap oleh fan (lihat arah tanda panah).

Gbr. 3 Overlap Systems


Dari ulasan sebelumnya jelas terlihat bahwa tiap sistem punya kelebihan sekaligus kekurangan
masing-masing. Berdasarkan hal ini, dikembangkan sistem ketiga yang merupakan gabungan
sistem hembus dan hisap.

Sistem gabungan ini disebut sebagai overlap system seperti ditunjukkan pada gambar 3. Sistem
ini umumnya diterapkan pada bukaan panjang dengan ukuran lebih dari 500 m.

Overlap system membutuhkan 2 fan (kipas). Dua kipas ini akan memberikan tenaga lebih untuk
memasok udara di bukaan-bukaan panjang tersebut.

Main Fan (Kipas Utama), Bagian Penting di Sistem Ventilasi Tambang


Sebuah tambang bawah tanah bisa mencapai kedalaman 3000 meter lebih. Lantas bagaimana
pengaturan sirkulasi udara di kedalaman perut bumi tersebut?

Untuk tambang yang tidak terlalu dalam dan besar, mengandalkan sirkulasi udara alami mungkin
saja bisa mencukupi.

Sirkulasi alami hanya menggantungkan pada perbedaan tekanan udara alami antara luar dan
dalam terowongan. Aliran udara akan terjadi dengan sendirinya akibat perbedaan tekanan ini.

Namun pada kenyataannya, sangat jarang ditemui tambang bawah tanah yang hanya
mengandalkan sirkulasi udara alami saja. Apalagi jika terdapat alat-alat bermesin diesel yang
mengeluarkan emisi gas buang.

Perbedaan tekanan udara alami tidak lagi dapat diandalkan. Alat yang dapat menciptakan
perbedaan tekanan udara yang memadai perlu dipasang. Alat ini disebut main fan atau kipas
utama.

Penyebutan main fan (kipas utama) tak lain untuk membedakan dengan auxiliary fan (kipas
bantu) sebagaimana telah ditulis di artikel ini. Main fan inilah yang bertanggung jawab atas
sirkulasi udara keseluruhan pada tambang bawah tanah.

Ukuran main fan amat bervariasi, mulai dari beberapa ratus Hp (horsepower) hingga beberapa
ribu Hp. Namun dalam tambang yang sama, ukuran main fan dapat dipastikan lebih besar dari
auxiliary fan karena tugas main fan yang mencakup semua wilayah tambang.

Sistem pemasangan main fan dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1) Sistem hembus (blowing
system), dan (2) Sistem tarik (exhaust system).
Pada sistem hembus (blowing system), fan dipasang untuk menghasilkan efek tiup atau hembus.
Mirip dengan orang meniup balon, udara dihembuskan masuk ke dalam tambang bawah tanah.
Pada sistem ini, tekanan udara dalam terowongan akan lebih tinggi (positif) jika dibanding
dengan tekanan diluar terowongan.

Dalam aplikasi, sistem hembus jarang digunakan. Akibat hembusan fan, tekanan udara di area
sekitar fan menjadi tinggi sehingga mengakibatkan ketidaknyamanan pekerja dan
berhamburannya debu dan partikel-partikel lain.

Pada sistem tarik (exhaust system), fan dipasang untuk menarik keluar udara dari dalam
tambang. Mirip udara dalam balon yang ditarik keluar saat balon dikempiskan. Berlawanan
dengan sistem hembus, tekanan udara dalam terowongan menjadi lebih kecil (negatif) dibanding
dengan tekanan luar.

Sistem tarik lebih umum diterapkan di tambang bawah tanah. Tekanan negatif di terowongan
juga akan memaksa gas-gas beracun untuk lebih mudah terbuang sehingga tidak terakumulasi di
dalam tambang.

Kualitas Udara Tambang

Udara tambang meliputi campuran antara udara atmosfir dengan emisi gas-gas

dalam tambang serta bahan-bahan pengotornya. Parameter kualitas udara meliputi gas,

debu, temperatur serta kelembaban udara. Standar udara yang bersih adalah udara

yang mempunyai komposisi sama atau mendekati dengan komposisi udara atmosfir

pada keadaan normal. Udara segar normal yang dialirkan pada ventilasi tambang terdiri

dari Nitrogen, Oksigen, Karbondioksida, Argon dan Gas-gas lain. Komposisi udara segar

dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Komposisi Udara Segar


Persen Volume
Unsur Persen Berat (%)
(%)
Nitrogen (N2) 78,09 75,53
Oksigen (O2) 20,95 23,14
Karbondioksida CO2) 0.03 0,046
Argon (Ar), dll 0,93 1,284
(sumber : Hartman, 1982)

Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa udara segar normal

terdiri dari : Nitrogen = 79%, dan Oksigen = 21%. Disamping itu dianggap bahwa udara

segar akan selalu mengandung karbondioksida (CO2) sebesar 0,03%. Udara dalam

ventilasi tambang selalu mengandung uap air, tidak pernah ada udara yang benar-benar

kering. Karena itu akan selalu ada istilah kelembaban udara.

Jenis Jenis Ventilasi Tambang

Jenis-jenis ventilasi dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal berikut ini

antara lain :

Penggolongan berdasarkan metode pembangkitan daya ventilasi, terdiri dari : ventilasi

alami dan ventilasi mesin.

Penggolongan berdasarkan tekanan ventilasi pada ventilasi mesin, terdiri dari :


ventilasi tiup dan ventilasi sedot.
Penggolongan berdasarkan letak intake dan Outake airway, terdiri dari : ventilasi
terpusat dan ventilasi diagonal.

1. Ventilasi Alami (natural ventilation)


Jika suatu tambang memiliki dua shaft yang saling berhubungan pada kedalaman

tertentu, sejumlah udara akan mengalir masuk ke dalam tambang meskipun tanpa alat

mekanis. Ventilasi alam disebabkan udara pada downcast shaft lebih dingin dari udara

pada upcast shaft. Dan juga dipengaruhi oleh perbedaan tekanan dan densitas udara

antara dua shaft yang saling berhubungan tersebut.


Ventilasi alami terjadi karena perbedaan temperatur di dalam dan luar stope.

Temperatur di dalam stope akan mempengaruhi terjadinya ventilasi alami. Apabila

terdapat perbedaan temperatur intake airway dan return airway yang ketinggian

mulut pit intake dan Outakenya berbeda, akan timbul perbedaan kerapatan udara di

dalam dan di luar stope atau udara di intake airway dan return airway yang berbeda

temperaturnya, yang akan membangkitkan aliran udara.

2. Ventilasi Mekanis (artificial / mechanical ventilation)

Ventilasi mekanis adalah jenis ventilasi dimana aliran udara masuk ke dalam

tambang disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh alat mekanis. Yang

dimaksud peralatan ventilasi mekanis adalah semua jenis mesin penggerak yang

digunakan untuk memompa dan menekan udara segar agar mengalir ke dalam lubang

bawah tanah. Yang paling penting dan umum digunakan adalah fan atau mesin angin.

Mesin angin adalah pompa udara, yang menimbulkan adanya perbedaan tekanan

antara kedua sisinya, sehingga udara akan bergerak dari tempat yang tekanannya lebih

tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pada proses menerus dapat dilihat bahwa mesin

angin menerima udara pada tekanan tertentu dan dikeluarkan dengan tekanan yang

lebih besar.

Jadi mesin angin adalah perubah energi dari mekanis ke fluida, dengan memasok

tekanan untuk mengatasi kehilangan tekan (head losses) dalam aliran udara.

Pergerakan udara di tambang bawah tanah dibangkitkan dan diatur oleh pembangkit

tekanan yang disebut ventilator atau mesin angin. Mesin angin yang memasok

kebutuhan udara untuk seluruh tambang dinamakan mesin angin utama (main fan).

Mesin angin yang digunakan untuk mempercepat aliran udara pada percabangan atau

suatu lokasi tertentu di dalam tambang, tetapi tidak menambah volume total udara di
dalam tambang disebut mesin angin penguat (booster fans), sedangkan mesin angin

yang digunakan pada lokasi kemajuan atau saluran udara tertutup (lubang buntu)

dinamakan mesin angin bantu (auxiliary fans). Berdasarkan cara menimbulkan

udaranya serta letak mesinnya, ventilasi mekanis dibedakan menjadi tiga metode yaitu

1. Metode hisap (exhaust system)

Sistem exhausting akan memberikan hembusan udara yang berkebalikan dengan sistem

forcing, yaitu bertekanan negatif ke front kerja. Tekanan negatif yang dimaksud disini

adalah tekanan yang dihasilkan oleh proses penghisapan udara.

Pada sistem exhausting, fan diletakkan dekat dengan front kerja, sehingga dapat

memudahkan kerjanya dalam menghisap udara dari front kerja tersebut.

2. Metode hembus (forcing sytem)

Sistem forcing akan memberikan hembusan udara bertekanan positif ke front kerja.

Tekanan positif berarti aliran udara ini mempunyai tekanan lebih besar dibanding

udara di atmosfer. Pipa/saluran ventilasi ini menghubungkan fan dengan front kerja

3. Metode hisap hembus (overlap system)

Sistem ini merupakan gabungan dari sistem exhausting dan forcing. Berbeda dengan

kedua sistem diatas, sistem ini menggunakan 2 fan yang memiliki tugas berbeda satu

sama lain. Ada fan yang bertugas menyuplai udara ke front (intake fan), ada fan yang

bertugas untuk menghisap udara dari front (exhausting fan). Tetapi exhaust fan

dipasang lebih mundur (lebih jauh) dari front penambangan. Sedangkan duct akhir dari

intake fan dipasang lebih dekat dengan front penambangan. Hal ini untuk mencegah

agar udara yang disuplai langsung dihisap oleh exhaust fan sehingga udara akan

memiliki waktu untuk bersirkulasi pada front penambangan.


c. Ventilasi Bantu (Auxiliary Ventilation)

Udara ventilasi yang disalurkan ke terowongan utama maupun ventilasi permuka

kerja penambangan biasanya dilakukan dengan membawa udara masuk (intake air)

secara langsung melalui jalan udara sepanjang penampang terowongan. Ventilasi juga

dapat dilaksanakan dengan mengirimkan angin/udara yang dibangkitkan oleh kipas

angin lokal, air jet dan lain-lain, dengan menggunakan saluran udara (air duct) ke

lokasi yang tidak dapat dipenuhi oleh ventilasi utama, seperti pada lokasi terowongan

buntu (lokasi pembuatan lubang maju). Dilihat dari segi fasilitas peralatan, ventilasi

bantu dapat dibagi menjadi ventilasi saluran udara, brattice, dan static air mover.

Dasar Dasar Perhitungan Jaringan Ventilasi

Prinsip perhitungan jaringan ventilasi pada dasarnya merupakan pemahaman

dari teori pengaliran udara, sehingga diperlukan dasar-dasar pengetahuan tentang

mekanika fluida. Salah satu tujuan dari perhitungan ventilasi tambang adalah

penentuan kuantitas udara dan rugi-rugi (kehilangan energi), yang keduanya dihitung

berdasarkan perbedaan energi.

Proses pengaliran udara pada ventilasi tambang diasumsikan sebagai proses aliran

tetap (steady flow process). Dalam suatu aliran tetap berlaku hukum kekekalan energi,

yang menyatakan bahwa energi total di dalam suatu sistem adalah tetap, walaupun

energi tersebut dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

Gas Gas Pengotor Pada Udara Tambang

Terdapat beberapa macam gas pengotor dalam udara tambang bawah tanah. Gas-

gas ini berasal baik dari proses-proses yang terjadi dalam tambang maupun dari batuan.

Beberapa jenis gas-gas pengotor yang terdapat dalam tambang bawah tanah tersebut,
ada yang bersifat gas racun, yakni; gas yang bereaksi dengan darah dan dapat

menyebabkan kematian. Gas gas pengotor tersebut adalah :

a. Karbondioksida (CO2).

Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak mendukung nyala api dan

bukan merupakan gas racun. Gas ini lebih berat dari pada udara, karenanya selalu

terdapat pada bagian bawah dari suatu jalan udara. Dalam udara normal kandungan

CO2 adalah 0,03 %. Dalam tambang bawah tanah sering terkumpul pada bagian bekas-

bekas penambangan terutama yang tidak terkena aliran ventilasi, juga pada dasar

sumur-sumur tua.

Sumber dari CO2 berasal dari hasil pembakaran, hasil peledakan atau dari lapisan

batuan dan dari hasil pernafasan manusia. Pada kandungan CO2 = 0,5 % laju

pernafasan manusia mulai meningkat, pada kandungan CO2 = 3 % laju pernafasan

menjadi dua kali lipat dari keadaan normal, dan pada kandungan CO2 = 5 % laju

pernafasan meningkat tiga kali lipat dan pada CO2 = 10 % manusia hanya dapat

bertahan beberapa menit. Kombinasi CO2 dan udara biasa disebut dengan

blackdamp.

b. Metana (CH4).

Gas metana ini merupakan gas yang selalu berada dalam tambang batubara dan

sering merupakan sumber dari suatu peledakan tambang. Campuran gas metana

dengan udara disebut tiredamp. Apabila kandungan metana dalam udara tambang

bawah tanah mencapai 1% maka seluruh hubungan mesin listrik harus dimatikan. Gas

ini mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari pada udara dan karenanya selalu berada

pada bagian atas dari jalan udara. Metana merupakan gas yang tidak beracun, tidak

berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Pada saat proses pembatubaraan
terjadi maka gas metana terbentuk bersama-sama dengan gas karbondioksida. Gas

metana ini akan tetap berada dalam lapisan batubara selama tidak ada perubahan

tekanan padanya. Terhadap kandungan gas metana yang masih terperangkap dalam

suatu lapisan batubara dapat dilakukan penyedotan dari gas metana tersebut dengan

pompa untuk dimanfaatkan. Proyek ini dikenal dengan nama seam methane drainage.

c. Karbon Monoksida (CO).

Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan

tidak ada rasa, dapat terbakar dan sangat beracun. Gas ini banyak dihasilkan pada saat

terjadi kebakaran pada tambang bawah tanah dan menyebabkan tingkat kematian yang

tinggi. Gas ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap haemoglobin darah, sehingga

sedikit saja kandungan gas CO dalam udara akan segera bersenyawa dengan butir-

butir haemoglobin (COHb) yang akan meracuni tubuh lewat darah.

Aktifitas CO terhadap haemoglobin menurut penelitian (Forbes and Grove, 1954)

mempunyai kekuatan 300 kali lebih besar dari pada oksigen dengan haemoglobin. Gas

CO dihasilkan dari hasil pembakaran, operasi motor bakar, proses peledakan dan

oksidasi lapisan batubara. Karbon monoksida merupakan gas beracun yang sangat

mematikan karena sifatnya yang kumulatif. Gas CO pada kandungan 0,04 % apabila

terhirup selama satu jam baru memberikan sedikit perasaan tidak enak, dua jam dapat

menyebabkan rasa pusing dan tiga jam menyebabkan pingsan, lima jam dapat

menyebabkan kematian. Kandungan gas CO sering juga dinyatakan dalam ppm (part

per milion). Sumber CO yang sering menyebabkan kematian adalah gas buangan dari

mobil dan kadang-kadang juga gas pemanas air. Gas CO mempunyai berat jenis lebih

ringan dari berat jenis udara sehingga selalu terapung dalam udara.

d. Hidrogen Sulfida (H2S).


Gas ini sering disebut juga gas busuk (stinkdamp) karena baunya seperti bau telur

busuk. Gas ini tidak berwarna, beracun dan dapat meledak, merupakan hasil

dekomposisi dari senyawa belerang. Gas ini mempunyai berat jenis yang sedikit lebih

berat dari udara. Nilai ambang batas (TLV-TWA/ Threshold Limit Value-Time

Weighted Average) yang diperkenankan umtuk pemaparan sebesar 10 ppm pada waktu

selama 8 jam sehari.

Untuk waktu singkat (TLV-STEL/ Treshold Limit Value Short Term Exposure

Limit) tidak diperkenankan terpapar lebih dari 20 ppm Walaupun gas H2S mempunyai

bau yang sangat jelas, namun kepekaan terhadap bau ini akan dapat rusak akibat reaksi

gas H2S terhadap syaraf penciuman.

e. Sulfur ioksida (SO2).

Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak bisa terbakar. Lebih

berat dari pada udara, dan akan sangat pada mata, hidung dan tenggorokan. Nilai

ambang batas ditetapkan pada keadaan gas = 2 ppm (TLV-TWA) atau pada waktu

terdedah yang singkat (TLV-STEL) = 5 ppm.

f. Nitrogen Oksida NOX).

Gas nitrogen oksida sebenarnya merupakan gas yang inert, namun pada keadaan

tekanan tertentu dapat teroksidasi dan dapat menghasilkan gas yang sangat beracun.

Terbentuknya dalam tambang bawah tanah sebagai hasil peledakan dan gas buang dari

motor bakar. Nilai ambang batas adalah 5 ppm. Oksida nitrogen yang merupakan gas

racun ini akan bersenyawa dengan kandungan air dalam udara membentuk asam nitrat,

yang dapat merusak paru-paru apabila terhirup oleh manusia.

g. Gas Pengotor Lain.


Gas yang dapat dikelompokkan dalam gas pengotor lain adalah gas Hidrogen yang

dapat berasal dari proses pengisian aki (battery) dan gas-gas yang biasa terdapat pada

tambang bahan galian radioaktif seperti gas radon. Debu merupakan pengotor udara

tambang yang juga berbahaya bila konsentrasinya cukup tinggi, karena dapat

mengganggu lingkungan kerja dan merusak kesehatan.

Secara garis besar, sumber debu pada tambang bawah tanah berasal dari aktivitas

penambangan yang meliputi operasi pemboran, peledakan, pemuatan, dan

pengangkutan bijih atau batubara. Partikel debu dapat digolongkan berdasarkan

kandungan material solid dan ukuran diameter rata-rata partikelnya.

Dasar Peraturan Ventilasi Tambang

Aturan penghitungan penyediaan kebutuhan udara bersih minimum didasarkan

kepada Surat Keputusan Mentamben RI No.555.K/26/MPE/1995 tentang Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum. Teori Jurani (1992) dan Mark (1991) serta

patokan kebiasaan (Rules of Thumb) juga sering digunakan dalam perhitungan ventilasi

tambang.

1. Menurut Surat Keputusan Mentamben RI No.555.K/26/MPE/1995 Pasal 369 Mengenai

Ketentuan Umum pada tambang bawah tanah yaitu :

Bahwa Kepala Teknik Tambang harus menjamin tersedianya aliran udara bersih

yang cukup untuk semua tempat kerja dengan ketentuan volume oksigennya tidak

kurang dari 19.5 persen dan volume karbon dioksidanya tidak lebih dari 0,5 persen.

2. Pekerja/Orang

Dibutuhkan minimal 2 m3/menit (70,63 cfm) per orang, sedangkan menurut tempat

kerja yang ada asap dan debu nya sesuai standar OSHA (Occupational Safety and
Health Administration) manusia memerlukan udara segar 0,1 m3/s per orang atau 211

cfm, PT. Antam, Tbk UBPE Pongkor menggunakan standart 200 cfm/orang.

3. Peralatan

Menurut SK Mentamben, dibutuhkan minimal 3 m3/menit (106 cfm) untuk setiap HP

diesel yang dioperasikan, sedangkan menurut patokan kebiasaan dibutuhkan antara

100 s.d 200 cfm untuk setiap BHP mesin diesel yang dioperasikan.

4. Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah harus dipertahankan antara 18

derajat celcius sampai dengan 24 derajat Celcius dengan kelembaban relatif maksimum

85 persen.

5. Kondisi ventilasi ditempat kerja harus:

Untuk rata-rata 8 jam

1) Karbon moniksida (CO) volumenya tidak lebih dari 0,005 persen;

2) Hidrogen sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari 0,001 persen dan

3) Dalam tenggang waktu 15 menit CO tidak boleh lebih dari 0,04 persen

6. Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus sekurang-kurangnya 7

meter per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan setelah

peledakan kecepatan

7. Menurut MSHA (Mine Safety and Health Administration), kehilangan udara dari

sistem ventilasi yang diijinkan adalah maksimal 10%. Kebutuhan minimum udara segar

yang diperlukan seseorang untuk pernafasan, dapat dihitung dengan memperhatikan

pembatasan pada jumlah O2 minimum yang diperkenankan dan berdasarkan jumlah

CO2 maksimum yang diijinkan dalam udara.


Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan

Kimia di Tempat Kerja, memutuskan:

a. Bab I (Ketentuan Umum) pasal 1Butir ke 8 , Nilai Ambang Batas yang selanjutnya

disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas

rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja

tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari

untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

b. Butir ke 9, Kadar Tertinggi Diperkenankan yang selanjutnya disingkat KTD adalah

kadar bahan kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam

waktu sekejap selama tenaga kerja melakukan pekerjaan.

c. Butir ke 10, Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisik yang

dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro,

sinar ultra ungu, dan medan magnet.

d. Butir ke 11, Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia yang

dalam keputusan ini meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan

uap yang berasal dari bahan-bahan kimia.

e. Butir ke 12, Faktor kimia mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, awan,

kabut, uap logam, dan asap; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan uap.

f. Butir ke 14, Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh

termometer suhu kering.


g. Butir ke 15, Suhu basah alami (Natural Wet Bulb Thermometer) adalah suhu yang

ditunjukkan oleh oleh thermometer bola basah alami (Natural Wet Bulb

Thermometer).

Catatan :

Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 Kilo kalori/jam.

Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang dari 350

Kilo kalori/jam.

Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 500

Kilo kalori/jam.

http://sasastem.blogspot.co.id/2014/12/ventilasi-tambang-bawah-tanah.html

Anda mungkin juga menyukai