Anda di halaman 1dari 8

Ventilasi Tambang Bawah Tanah

Ventilasi tambang merupakan suatu usaha pengendalian terhadap pergerakan udara atau
aliran udara tambang termasuk.  Parameter yang harus dipenuhi pada ventilasi adalah jumlah,
mutu dan arah alirannya. Adapun tujuan utama dari ventilasi tambang adalah menyediakan
udara segar dengan kuantitas dan kualitas yang cukup baik, kemudian mengalirkan serta
membagi udara segar tersebut ke dalam tambang sehingga tercipta kondisi kerja yang aman
dan nyaman bagi para pekerja tambang maupun proses penambangan.
Fungsi Ventilasi Tambang
            Ventilasi tambang memiliki beberapa fungsi yaitu :
a. Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang untuk keperluan
menyediakan udara segar (oksigen) bagi pernapasan para pekerja dalam tambang dan juga
bagi segala proses yang terjadi dalam tambang yang memerlukan oksigen.
b.      Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran dari gas-gas yang ada
di dalam tambang hingga tercapai keadaan kandungan gas dalam udara tambang yang
memenuhi syarat bagi pernapasan.
c.        Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran ventilasi tambang bawah tanah hingga
ambang batas yang diperkenankan.
d.       Mengatur panas dan kelembaban udara tambang bawah tanah sehingga dapat diperoleh
suasana / lingkungan kerja yang nyaman
e.        Mengencerkan konsentrasi gas-gas beracun dan berbahaya dan debu di dalam tambang
sampai dibawah Nilai Ambang Batas dan mengeluarkannya dari dalam tambang.
 Prinsip Aliran Udara Tambang
            Aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah, berlaku prinsip :
a.       Aliran udara bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
b.      Udara akan mengalir dari tempat yang suhu rendah ke tinggi.
c.       Udara akan lebih banyak mengalir pada jalur ventilasi dengan
resistansi/tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur bertahanan/resistansi yang
lebih besar.
d.      Tekanan Ventilasi tetap memperhatikan tekanan atmosfir, bisa positif (Blowing) atau
negatif (Exhausting).
e.       Aliran udara mengikuti hukum kuadrat yaitu hubungan antara quantity dan tekanan,
bila quantity diperbesar dua kali lipat maka dibutuhkan tekanan empat kali lipat.
f.       Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan pada ventilasi
tambang.
 Kualitas Udara Tambang
Udara tambang meliputi campuran antara udara atmosfir dengan emisi gas-gas dalam
tambang serta bahan-bahan pengotornya. Parameter kualitas udara meliputi gas, debu,
temperatur serta kelembaban udara.       Standar udara yang bersih adalah udara yang
mempunyai komposisi sama atau mendekati dengan komposisi udara atmosfir pada keadaan
normal. Udara segar normal yang dialirkan pada ventilasi tambang terdiri dari Nitrogen,
Oksigen, Karbondioksida, Argon dan Gas-gas lain. Komposisi udara segar dapat dilihat pada
tabel 3.1.
Tabel 3.1 Komposisi Udara Segar
Unsur Persen Volume (%) Persen Berat (%)
Nitrogen (N2) 78,09 75,53
Oksigen (O2) 20,95 23,14
Karbondioksida CO2) 0.03 0,046
Argon (Ar), dll 0,93 1,284
                                                                                                                   (sumber : Hartman,
1982)

       Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa udara segar normal terdiri
dari : Nitrogen = 79%, dan Oksigen = 21%. Disamping itu dianggap bahwa udara segar akan
selalu mengandung karbondioksida (CO2) sebesar 0,03%. Udara dalam ventilasi tambang
selalu mengandung uap air, tidak pernah ada udara yang benar-benar kering. Karena itu akan
selalu ada istilah kelembaban udara.

 Jenis – Jenis Ventilasi Tambang


            Jenis-jenis ventilasi dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal berikut ini antara
lain :
·         Penggolongan berdasarkan metode pembangkitan daya ventilasi, terdiri dari : ventilasi
alami dan ventilasi mesin.
·         Penggolongan berdasarkan tekanan ventilasi pada ventilasi mesin,
terdiri   dari : ventilasi tiup  dan  ventilasi sedot.
·         Penggolongan berdasarkan letak intake dan Outake airway, terdiri dari : ventilasi
terpusat dan ventilasi diagonal.

1.      Ventilasi Alami (natural ventilation)


Jika suatu tambang memiliki dua shaft yang saling berhubungan pada kedalaman tertentu,
sejumlah udara akan mengalir masuk ke dalam tambang meskipun tanpa alat mekanis.
Ventilasi alam disebabkan udara pada downcast shaft lebih dingin dari udara pada upcast
shaft. Dan juga dipengaruhi oleh perbedaan tekanan dan densitas udara antara dua shaft yang
saling berhubungan tersebut.
Ventilasi alami terjadi karena perbedaan temperatur di dalam dan luar stope. Temperatur di
dalam stope  akan mempengaruhi terjadinya ventilasi alami. Apabila terdapat perbedaan
temperatur intake airway dan return airway yang ketinggian mulut pit intake dan Outakenya
berbeda, akan timbul perbedaan kerapatan udara di dalam dan di luar stope atau udara
di intake airway  dan return airway yang berbeda temperaturnya, yang akan
membangkitkan aliran udara.
2.      Ventilasi Mekanis (artificial / mechanical ventilation)
Ventilasi mekanis adalah jenis ventilasi dimana aliran udara masuk ke dalam tambang
disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh alat mekanis. Yang dimaksud
peralatan ventilasi mekanis adalah semua jenis mesin penggerak yang digunakan untuk
memompa dan menekan udara segar agar mengalir ke dalam lubang bawah tanah. Yang
paling penting dan umum digunakan adalah fan atau mesin angin. Mesin angin adalah pompa
udara, yang menimbulkan adanya perbedaan tekanan antara kedua sisinya, sehingga udara
akan bergerak dari tempat yang tekanannya lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pada
proses menerus dapat dilihat  bahwa mesin angin menerima udara pada tekanan tertentu dan
dikeluarkan dengan tekanan yang lebih besar.
Jadi mesin angin adalah perubah energi dari mekanis ke fluida, dengan memasok tekanan
untuk mengatasi kehilangan tekan  (head losses) dalam aliran udara. Pergerakan udara di
tambang bawah tanah dibangkitkan dan diatur oleh pembangkit tekanan yang
disebut ventilator atau mesin angin. Mesin angin yang memasok kebutuhan udara untuk
seluruh tambang dinamakan mesin angin utama (main fan). Mesin angin yang digunakan
untuk mempercepat aliran udara pada percabangan atau suatu lokasi tertentu di dalam
tambang, tetapi tidak menambah volume total udara di dalam tambang disebut mesin angin
penguat (booster fans), sedangkan mesin angin yang digunakan pada lokasi kemajuan atau
saluran udara tertutup (lubang buntu) dinamakan mesin angin bantu (auxiliary
fans). Berdasarkan cara menimbulkan udaranya serta letak mesinnya, ventilasi mekanis 
dibedakan menjadi tiga metode yaitu :
1.      Metode hisap (exhaust system)
Sistem exhausting akan memberikan hembusan udara yang berkebalikan
dengan sistem forcing, yaitu bertekanan negatif ke front kerja. Tekanan negatif yang
dimaksud disini adalah tekanan yang dihasilkan oleh proses penghisapan udara.
Pada sistem exhausting, fan diletakkan dekat dengan front kerja, sehingga dapat
memudahkan kerjanya dalam menghisap udara dari front kerja tersebut. 
2.      Metode hembus (forcing sytem)
Sistem forcing akan memberikan hembusan udara bertekanan positif ke front kerja. Tekanan
positif  berarti aliran udara ini mempunyai tekanan lebih besar dibanding udara di atmosfer.
Pipa/saluran ventilasi ini menghubungkan fan dengan frontkerja 
3.      Metode hisap hembus (overlap  system)
Sistem ini merupakan gabungan dari sistem exhausting dan forcing. Berbeda dengan kedua
sistem diatas, sistem ini menggunakan 2 fan yang memiliki tugas berbeda satu sama lain.
Ada fan yang bertugas menyuplai udara ke front (intake fan), ada fan yang bertugas untuk
menghisap udara dari front (exhausting fan). Tetapi exhaust fan dipasang lebih mundur (lebih
jauh) dari front penambangan. Sedangkan duct akhir dari intake fan dipasang lebih dekat
dengan front penambangan. Hal ini untuk mencegah agar udara yang disuplai langsung
dihisap oleh exhaust fan sehingga udara akan memiliki waktu untuk bersirkulasi
pada front penambangan. 
c.         Ventilasi Bantu (Auxiliary Ventilation)
Udara ventilasi yang disalurkan ke terowongan utama maupun ventilasi permuka kerja
penambangan biasanya dilakukan dengan membawa udara masuk (intake air) secara
langsung melalui jalan udara sepanjang penampang terowongan. Ventilasi juga dapat
dilaksanakan dengan mengirimkan angin/udara yang dibangkitkan oleh kipas angin lokal, air
jet dan lain-lain, dengan menggunakan saluran udara (air duct) ke lokasi yang tidak dapat
dipenuhi oleh ventilasi utama, seperti pada lokasi terowongan buntu (lokasi pembuatan
lubang maju). Dilihat dari segi fasilitas peralatan, ventilasi bantu dapat dibagi menjadi
ventilasi saluran udara, brattice, dan static air mover.

Dasar – Dasar Perhitungan Jaringan Ventilasi


            Prinsip perhitungan jaringan ventilasi pada dasarnya merupakan pemahaman dari
teori  pengaliran udara, sehingga diperlukan dasar-dasar pengetahuan tentang mekanika
fluida. Salah satu tujuan dari perhitungan ventilasi tambang adalah penentuan kuantitas udara
dan rugi-rugi (kehilangan energi), yang keduanya dihitung berdasarkan perbedaan energi.
Proses pengaliran udara pada ventilasi tambang diasumsikan sebagai proses aliran tetap
(steady flow process). Dalam suatu aliran tetap berlaku hukum kekekalan energi, yang
menyatakan bahwa energi total di dalam suatu sistem adalah tetap, walaupun energi tersebut
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
 Gas – Gas Pengotor Pada Udara Tambang
            Terdapat beberapa macam gas pengotor dalam udara tambang bawah tanah. Gas-gas
ini berasal baik dari proses-proses yang terjadi dalam tambang maupun dari batuan. Beberapa
jenis gas-gas pengotor yang terdapat dalam tambang bawah tanah tersebut, ada yang bersifat
gas racun, yakni; gas yang bereaksi dengan darah dan dapat menyebabkan kematian. Gas –
gas pengotor tersebut adalah :
a.       Karbondioksida (CO2).
Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak mendukung nyala api dan bukan
merupakan gas racun. Gas ini lebih berat dari pada udara, karenanya selalu terdapat pada
bagian bawah dari suatu jalan udara. Dalam udara normal kandungan CO2 adalah 0,03 %.
Dalam tambang bawah tanah sering terkumpul pada bagian bekas-bekas penambangan
terutama yang tidak terkena aliran ventilasi, juga pada dasar sumur-sumur tua.
Sumber dari CO2 berasal dari hasil pembakaran, hasil peledakan atau dari lapisan batuan dan
dari hasil pernafasan manusia.Pada kandungan CO2 = 0,5 % laju pernafasan manusia mulai
meningkat, pada kandungan CO2 = 3 % laju pernafasan menjadi dua kali lipat dari keadaan
normal, dan pada kandungan CO2 = 5 % laju pernafasan meningkat tiga kali lipat dan pada
CO2 = 10 % manusia hanya dapat bertahan beberapa menit. Kombinasi CO2 dan udara biasa
disebut dengan ‘blackdamp’.      
b.      Metana (CH4).
Gas metana ini merupakan gas yang selalu berada dalam tambang batubara dan sering
merupakan sumber dari suatu peledakan tambang. Campuran gas metana dengan udara
disebut ‘tiredamp’. Apabila kandungan metana dalam udara tambang bawah tanah mencapai
1% maka seluruh hubungan mesin listrik harus dimatikan. Gas ini mempunyai berat jenis
yang lebih kecil dari pada udara dan karenanya selalu berada pada bagian atas dari jalan 
udara. Metana merupakan gas yang tidak beracun, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
mempunyai rasa. Pada saat proses pembatubaraan terjadi maka gas metana terbentuk
bersama-sama dengan gas karbondioksida. Gas metana ini akan tetap berada dalam lapisan
batubara selama tidak ada perubahan tekanan padanya. Terhadap kandungan gas metana yang
masih terperangkap dalam suatu lapisan batubara  dapat dilakukan penyedotan dari gas
metana tersebut dengan pompa untuk dimanfaatkan. Proyek ini dikenal dengan nama ‘seam
methane drainage’.
c.       Karbon Monoksida (CO).
Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak ada rasa,
dapat terbakar dan sangat beracun. Gas ini banyak dihasilkan pada saat terjadi kebakaran
pada tambang bawah tanah dan menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Gas ini
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap haemoglobin darah, sehingga sedikit saja
kandungan gas CO  dalam udara akan segera bersenyawa dengan butir-butir  haemoglobin
(COHb) yang akan meracuni tubuh lewat darah.
Aktifitas CO terhadap haemoglobin menurut penelitian (Forbes and Grove, 1954)
mempunyai kekuatan 300 kali lebih besar dari pada oksigen dengan haemoglobin. Gas CO
dihasilkan dari hasil pembakaran, operasi motor bakar, proses peledakan dan oksidasi lapisan
batubara. Karbon monoksida merupakan gas beracun yang sangat mematikan karena sifatnya
yang kumulatif. Gas CO pada kandungan  0,04 % apabila terhirup selama satu jam baru
memberikan sedikit perasaan tidak enak, dua jam dapat menyebabkan rasa pusing 
dan tiga jam menyebabkan pingsan, lima jam dapat menyebabkan
kematian. Kandungan gas CO sering juga dinyatakan dalam ppm (part per milion). Sumber
CO yang sering menyebabkan kematian adalah gas buangan dari mobil dan kadang-kadang
juga gas pemanas air. Gas CO mempunyai berat jenis lebih ringan dari berat jenis
udara sehingga selalu terapung dalam udara.           
d.      Hidrogen Sulfida (H2S).
Gas ini sering disebut juga gas busuk (stinkdamp) karena baunya seperti bau telur busuk. Gas
ini tidak berwarna, beracun  dan dapat meledak, merupakan hasil dekomposisi dari senyawa
belerang. Gas ini mempunyai berat jenis yang sedikit lebih berat dari udara. Nilai ambang
batas (TLV-TWA/ Threshold Limit Value-Time Weighted Average) yang diperkenankan
umtuk pemaparan sebesar 10 ppm pada waktu selama 8 jam sehari.
Untuk waktu singkat (TLV-STEL/ Treshold Limit Value – Short Term Exposure Limit) tidak
diperkenankan terpapar lebih dari 20 ppm Walaupun gas H2S mempunyai bau yang sangat
jelas, namun kepekaan terhadap bau ini akan dapat rusak akibat reaksi gas H2S terhadap
syaraf penciuman.
e.       Sulfur ioksida (SO2).
Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak bisa terbakar. Lebih berat dari
pada udara, dan akan sangat pada mata, hidung dan tenggorokan. Nilai ambang batas
ditetapkan pada keadaan gas = 2 ppm (TLV-TWA) atau pada waktu terdedah yang singkat
(TLV-STEL) = 5 ppm.
f.       Nitrogen Oksida NOX).
Gas nitrogen oksida sebenarnya merupakan gas yang ‘inert’, namun pada keadaan tekanan
tertentu dapat teroksidasi dan dapat menghasilkan gas yang sangat beracun. Terbentuknya
dalam tambang bawah tanah sebagai hasil peledakan dan gas buang dari motor
bakar. Nilai ambang batas adalah 5 ppm. Oksida nitrogen yang merupakan gas racun ini akan
bersenyawa dengan kandungan air dalam udara membentuk asam nitrat, yang dapat merusak
paru-paru apabila terhirup oleh manusia.
g.      Gas Pengotor Lain.
Gas yang dapat dikelompokkan dalam gas pengotor lain adalah gas Hidrogen yang dapat
berasal dari proses pengisian aki (battery) dan gas-gas yang biasa terdapat pada tambang
bahan galian radioaktif seperti gas radon. Debu merupakan pengotor udara tambang yang
juga berbahaya bila konsentrasinya cukup tinggi, karena dapat mengganggu lingkungan kerja
dan merusak kesehatan.
Secara garis besar, sumber debu pada tambang bawah tanah berasal dari aktivitas
penambangan yang meliputi operasi pemboran, peledakan, pemuatan, dan pengangkutan bijih
atau batubara. Partikel debu dapat digolongkan berdasarkan kandungan material solid dan
ukuran diameter rata-rata partikelnya. 
 Dasar Peraturan Ventilasi Tambang
Aturan penghitungan penyediaan kebutuhan udara bersih minimum didasarkan kepada
Surat Keputusan Mentamben RI No.555.K/26/MPE/1995 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pertambangan Umum. Teori Jurani (1992) dan Mark (1991) serta patokan
kebiasaan (Rules of Thumb) juga sering digunakan dalam perhitungan ventilasi tambang.
1.      Menurut Surat Keputusan Mentamben RI No.555.K/26/MPE/1995 Pasal 369 Mengenai
Ketentuan Umum pada tambang bawah tanah yaitu :
“Bahwa  Kepala Teknik Tambang harus menjamin tersedianya aliran udara bersih yang
cukup untuk semua tempat kerja dengan ketentuan volume oksigennya tidak kurang dari 19.5
persen dan volume karbon dioksidanya tidak lebih dari 0,5 persen”.
2.      Pekerja/Orang
Dibutuhkan minimal 2 m3/menit (70,63 cfm) per orang, sedangkan menurut  tempat kerja
yang ada asap dan debu nya sesuai standar OSHA (Occupational Safety and Health
Administration) manusia memerlukan udara segar 0,1 m3/s per orang atau 211 cfm, PT.
Antam, Tbk UBPE Pongkor menggunakan standart 200 cfm/orang.
3.      Peralatan
Menurut SK Mentamben, dibutuhkan minimal 3 m3/menit (106 cfm) untuk setiap HP diesel
yang dioperasikan, sedangkan menurut patokan kebiasaan dibutuhkan antara 100 s.d 200 cfm
untuk setiap BHP mesin diesel yang dioperasikan.
4.      Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah harus dipertahankan antara 18 derajat
celcius sampai dengan 24 derajat Celcius dengan kelembaban relatif maksimum 85 persen.
5.      Kondisi ventilasi ditempat kerja harus:
             Untuk rata-rata 8 jam
1)      Karbon moniksida (CO) volumenya tidak lebih dari 0,005 persen;
2)      Hidrogen sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari 0,001 persen dan
3)      Dalam tenggang waktu 15 menit CO tidak boleh lebih dari 0,04 persen
6.      Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus sekurang-kurangnya 7
meter per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan setelah
peledakan kecepatan
7.      Menurut MSHA (Mine Safety and Health Administration), kehilangan udara dari sistem
ventilasi yang diijinkan adalah maksimal 10%. Kebutuhan minimum udara segar yang
diperlukan seseorang untuk pernafasan, dapat dihitung dengan memperhatikan pembatasan
pada jumlah O2 minimum yang diperkenankan dan berdasarkan jumlah CO2 maksimum yang
diijinkan dalam udara.       
            Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.13/MEN/X/2011
Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia  di Tempat Kerja,
memutuskan:
a.       Bab I (Ketentuan Umum) pasal 1Butir ke 8 , Nilai Ambang Batas yang selanjutnya
disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata
tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
b.      Butir ke 9, Kadar Tertinggi Diperkenankan yang selanjutnya disingkat KTD adalah
kadar bahan kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu
sekejap selama tenaga kerja melakukan pekerjaan.
c.       Butir ke 10, Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisik yang
dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra
ungu, dan medan magnet.
d.      Butir ke 11, Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia yang
dalam keputusan ini meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap yang
berasal dari bahan-bahan kimia.
e.       Butir ke 12, Faktor kimia mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, awan,
kabut, uap logam, dan asap; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan uap.
f.       Butir ke 14, Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh
termometer suhu kering.
g.      Butir ke 15, Suhu basah alami (Natural Wet Bulb Thermometer) adalah suhu yang
ditunjukkan oleh oleh thermometer bola basah alami (Natural Wet Bulb Thermometer).

Anda mungkin juga menyukai