Anda di halaman 1dari 8

Analisis Kualitas Udara Hasil Peledakan Dalam Meningkatkan

Jumlah Produksi Pada Penambangan Batubara


PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

A. Latar Belakang

PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk atau lebih dikenal dengan

nama Bukit Asam adalah Perusahaan Pertambangan yang dimilik oleh Pemerintah

Indonesia yang didirikan pada tahun 1950. Sejarah pertambangan batu bara di

Tanjung Enim dimulai sejak zaman kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan

metode penambangan terbuka (open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di

Tambang Air Laya. Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan

bawah tanah (underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk

kepentingan komersial dimulai pada 1938.

Pertambangan batubara bawah tanah memiliki risiko keamanan yang lebih

tinggi daripada batubara yang ditambang dengan metode tambang terbuka, terutama

karena masalah yang terkait dengan ventilasi tambang dan potensi runtuhnya

tambang serta kebakaran dan ledakan tambang.

Ventilasi adalah pengendalian pergerakan udara, arah, dan jumlahnya.

Meskipun tidak memberikan kontribusi langsung ke tahap operasi produksi, ventlasi

yang kurang tepat seringkali akan menyebabkan efisiensi yang lebih rendah dan

produktivitas pekerja menurun, tingkat kecelakaan meningkat, dan tingginya tingkat

kehadiran. Sistem ventilasi ini diperlukan tidak hanya untuk memberikan asupan udara

bersih bagi pekerja tambang tapi juga bagi alat-alat mekanis di lokasi tersebut dan

juga untuk membubarkan kontaminasi kimia dan fisika (gas, debu, panas, dan

kelembaban).
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini:

1. Berapa komposisi udara yang dibutuhkan bagi para pekerja tambang

batubara PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk

2. Bagaimana mengukur gas pengotor (methan) pada tambang batubara PT

Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini:

1. Untuk mengetahui komposisi udara yang dibutuhkan bagi para pekerja

tambang batubara PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk

2. Untuk mengetahui kuantitas gas pengotor (methan) pada tambang

batubara PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk

D. Landasan Teori

Gas – gas yang muncul di tambang dalam ( underground) terbagi menjadi gas

berbahaya (hazardous gas) dan gas mudah nyala ( combustible gas). Gas berbahaya

adalah gas yang dapat mempengaruhi kesehatan bahkan sampai menyebabkan kondisi

yang fatal pada seseorang, sedangkan gas mudah nyala adalah gas yang berpotensi

menyebabkan kebakaran dan ledakan di dalam tambang.

Untuk gas mudah nyala pada tambang batubara, sebagian besar adalah gas

metana (CH4). Metana adalah gas ringan dengan berat jenis 0.558, tidak berwarna,

dan tidak berbau. Gas ini muncul secara alami di tambang batubara bawah tanah

sebagai akibat terbukanya lapisan batubara dan batuan di sekitarnya oleh kegiatan

penambangan. Dari segi keselamatan tambang, keberadaan metana harus selalu

dikontrol terkait dengan sifatnya yang dapat meledak. Gas metana dapat terbakar dan
meledak ketika kadarnya di udara sekitar 5-15%, dengan ledakan paling hebat pada

saat konsentrasinya 9.5% dan ketika terdapat sumber api yang memicunya.

Untuk menangani permasalahan gas yang muncul di tambang dalam,

perencanaan sistem ventilasi yang baik merupakan hal mutlak yang harus dilakukan.

Selain untuk mengencerkan dan menyingkirkan gas–gas yang muncul dari dalam

tambang, tujuan lain dari ventilasi adalah untuk menyediakan udara segar yang cukup

bagi para pekerja tambang, dan untuk memperbaiki kondisi lingkungan kerja yang

panas di dalam tambang akibat panas bumi, panas oksidasi, dan lain – lain. Secara

ideal, jumlah angin yang cukup tersebut hendaknya terbagi secara merata untuk

lapangan penggalian (working face), lokasi penggalian maju

(excavation/development), serta ruangan mesin dan listrik.

Jenis kegiatan manusia dapat dibeda-bedakan atas :

a. Dalam keadaan istirahat

b. Dalam melakukan kegiatan kerja yang moderat, misalnya kerja kantor

c. Dalam melakukan kegiatan kerja keras, misalnya olah raga atau kerja

ditambang.

Tabel 1. Kebutuhan Udara Pernafasan (Hartman, 1982)

Kegiatan Laju Udara terhirup Oksigen Angka bagi

Kerja Pernafasan per menit dalam terkonsumsi cfm pernafasan

Per Menit in3/menit (10-4 (10-5 m3/detik) (respiratori quotient)

m3/detik)

Istrahat 12-18 300-800 0,01 (0,47)

(0,82-2,18)

Kerja 30 2800-3600 0,01 (0,47)

Moderat (7,64-9,83)
Kerja 40 6000 (16,4) 0,01 (0,47)

Keras

Ada dua cara perhitungan untuk menentukan jumlah udara yang diperlukan

perorang untuk pernafasan, yakni;

1. Atas dasar kebutuhan O2 minimum, yaitu 19,5 %.

Jumlah udara yang dibutuhkan = Q cfm. Pada pernafasan, jumlah oksigen akan

berkurang sebanyak 0,1 cfm ; sehingga akan dihasilkan persamaan untuk

jumlah oksigen sebagai berikut;

0,21 Q - 0,1 = 0,195 Q

(Kandungan Oksigen) – (Jumlah Oksigen pada pernafasan) = (Kandungan

Oksigen minimum untuk udara pernapasan)

Q = (0,1/ (0,21 – 0,195)) = 6,7 cfm (=3,2 x 10-3 m3/detik)

2. Atas dasar kandungan CO2 maksimum, yaitu 0,5 %.

Dengan harga angka bagi pernafasan = 1,0 ; maka jumlah CO2 pada

pernafasan akan bertambah sebanyak 1,0 x 0,1 = 0,1 cfm. Dengan demikian

akan didapat persamaan:

0,0003 Q + 0,1 = 0,005 Q

(Kandungan CO2 dalam udara normal) – (Jumlah CO 2- hasil pernafasan) =

(kandungan CO2 maksimum dalam udara)

Q = (0,1/(0,005 – 0,0003)) = 21,3 cfm (= 0,01 m3/detik)

Dari kedua cara perhitungan tadi, yaitu atas kandungan oksigen minimum 19,5

% dalam udara pernafasan dan kandungan maksimum karbon dioksida sebesar 0,5 %

dalam udara untuk pernafasan, diperoleh angka kebutuhan udara segar bagi

pernafasan seseorang sebesar 6,7 cfm dan 21,3 cfm. Dalam hal ini tentunya angka

21,3 cfm yang digunakan sebagai angka kebutuhan seseorang untuk pernafasan.
Pada kegiatan penambangan batubara bawah tanah kehadiran gas-gas

pengotor dan berbahaya mutlak diatasi. Gas metana sangat mudah

meledak pada konsentrasi 5 s/d 15 % apabila terkena percikan api. Oleh

karena itu perlu dilakukan pengukuran konsentrasi gas metana dilokasi

tempat kerja. Untuk penyeragaman pengduran perlu distandarkan. Pengukuran ini

mengacu kepada standar Mine Safety Health Of America (MSHA).

E. Metode Pelaksanaan Kegiatan

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, dilakukan penelitian dan

pengamatan baik secara langsung maupun secara tidak langsung, adapun tahapan

yang dilakukan dalam melakukan pekerjaan penelitian adalah :

1. Persiapan

Kegiatan ini merupakan tahapan awal sebelum kegiatan lapangan yang

meliputi:

a. Persiapan administrasi di kampus dan perusahaan

b. Konsultasi dan revisi dengan pembimbing akademik

2. Tahapan Pengambilan Data Lapangan

Tahapan pengambilan data meliputi:

a. Orientasi lapangan, Kegiatan orientasi ini dimaksudkan untuk mengenal

dan mempelajari kondisi wilayah perusahaan, yang merupakan tempat

untuk mengadakan penelitian.

b. Pengambilan data lapangan, Pengambilan data dilakukan setelah orientasi

lapangan selesai dilaksanakan, data yang diambil berupa :

 Data primer

Data primer adalah data hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan,

meliputi pengambilan data yang sifatnya secara langsung seperti data


kuantitas dan kualitas udara, data tingkat radiasi gas methan pada area

penambangan.

 Data sekunder

Data sekunder adalah data pendukung yang digunakan sebagai

pelengkap, yang meliputi geologi regional daerah penelitian, curah

hujan, serta topografi dari lingkungan pertambangan.

3. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang ada, untuk mendapatkan pemecahan dari

permasalahan yang dibahas kemudian melakukan perhitungan-perhitungan

terhadap alternatif pemecahan masalah sehingga dapat menyelesaikan

permasalahan yang dibahas.

4. Seminar dan Penyerahan Laporan

Hasil akhir dari penelitian ini akan dipresentasikan dalam seminar atau ujian

sidang Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin, setelah

melalui penyempurnaan berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh dari

para dosen penguji, draft Tugas Akhir kemudian diserahkan ke ketua Program

Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin.

F. Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan penelitian tugas akhir ini direncanakan dilakukan selama 2 bulan

atau disesuaikan dengan kebijakan perusahan, dengan rencana kegiatan sebagai

berikut:
Bulan (Minggu ke-)
No. Kegiatan I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
2. Studi Literatur dan Diskusi

3. Pengambilan Data Lapangan

4. Pengolahan dan Analisis Data

5. Penyusunan Laporan

6. Seminar

G. Daftar Pustaka

Agusti, 2012. Ledakan Tambang Batubara.


https://ariagusti.wordpress.com/2010/10/17/ledakan-tambang-batubara/

Buku Panduan Balai Diklat Tambang Bawah Tanah Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.

Kimbal, Risejet. 2013. Ventilasi Tambang.


http://kimbalrisejet.wordpress.com/2013/06/16/penyanggaan_tambang_bawah_
tanah_dan_sistem_ventilasi/trackback/

Zulman, 2013. Tambang bawah tanah.


https://id.scribd.com/doc/211666811/146505553-Tambang-Bawah-
Tanah

Anda mungkin juga menyukai