A. Latar Belakang
Tanjung Enim dimulai sejak zaman kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan
metode penambangan terbuka (open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di
Tambang Air Laya. Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan
tinggi daripada batubara yang ditambang dengan metode tambang terbuka, terutama
karena masalah yang terkait dengan ventilasi tambang dan potensi runtuhnya
yang kurang tepat seringkali akan menyebabkan efisiensi yang lebih rendah dan
kehadiran. Sistem ventilasi ini diperlukan tidak hanya untuk memberikan asupan udara
bersih bagi pekerja tambang tapi juga bagi alat-alat mekanis di lokasi tersebut dan
juga untuk membubarkan kontaminasi kimia dan fisika (gas, debu, panas, dan
kelembaban).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Landasan Teori
Gas – gas yang muncul di tambang dalam ( underground) terbagi menjadi gas
berbahaya (hazardous gas) dan gas mudah nyala ( combustible gas). Gas berbahaya
adalah gas yang dapat mempengaruhi kesehatan bahkan sampai menyebabkan kondisi
yang fatal pada seseorang, sedangkan gas mudah nyala adalah gas yang berpotensi
Untuk gas mudah nyala pada tambang batubara, sebagian besar adalah gas
metana (CH4). Metana adalah gas ringan dengan berat jenis 0.558, tidak berwarna,
dan tidak berbau. Gas ini muncul secara alami di tambang batubara bawah tanah
sebagai akibat terbukanya lapisan batubara dan batuan di sekitarnya oleh kegiatan
dikontrol terkait dengan sifatnya yang dapat meledak. Gas metana dapat terbakar dan
meledak ketika kadarnya di udara sekitar 5-15%, dengan ledakan paling hebat pada
saat konsentrasinya 9.5% dan ketika terdapat sumber api yang memicunya.
perencanaan sistem ventilasi yang baik merupakan hal mutlak yang harus dilakukan.
Selain untuk mengencerkan dan menyingkirkan gas–gas yang muncul dari dalam
tambang, tujuan lain dari ventilasi adalah untuk menyediakan udara segar yang cukup
bagi para pekerja tambang, dan untuk memperbaiki kondisi lingkungan kerja yang
panas di dalam tambang akibat panas bumi, panas oksidasi, dan lain – lain. Secara
ideal, jumlah angin yang cukup tersebut hendaknya terbagi secara merata untuk
c. Dalam melakukan kegiatan kerja keras, misalnya olah raga atau kerja
ditambang.
m3/detik)
(0,82-2,18)
Moderat (7,64-9,83)
Kerja 40 6000 (16,4) 0,01 (0,47)
Keras
Ada dua cara perhitungan untuk menentukan jumlah udara yang diperlukan
Jumlah udara yang dibutuhkan = Q cfm. Pada pernafasan, jumlah oksigen akan
Dengan harga angka bagi pernafasan = 1,0 ; maka jumlah CO2 pada
pernafasan akan bertambah sebanyak 1,0 x 0,1 = 0,1 cfm. Dengan demikian
Dari kedua cara perhitungan tadi, yaitu atas kandungan oksigen minimum 19,5
% dalam udara pernafasan dan kandungan maksimum karbon dioksida sebesar 0,5 %
dalam udara untuk pernafasan, diperoleh angka kebutuhan udara segar bagi
pernafasan seseorang sebesar 6,7 cfm dan 21,3 cfm. Dalam hal ini tentunya angka
21,3 cfm yang digunakan sebagai angka kebutuhan seseorang untuk pernafasan.
Pada kegiatan penambangan batubara bawah tanah kehadiran gas-gas
pengamatan baik secara langsung maupun secara tidak langsung, adapun tahapan
1. Persiapan
meliputi:
Data primer
penambangan.
Data sekunder
Pengolahan dan analisis data yang ada, untuk mendapatkan pemecahan dari
Hasil akhir dari penelitian ini akan dipresentasikan dalam seminar atau ujian
para dosen penguji, draft Tugas Akhir kemudian diserahkan ke ketua Program
berikut:
Bulan (Minggu ke-)
No. Kegiatan I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
2. Studi Literatur dan Diskusi
5. Penyusunan Laporan
6. Seminar
G. Daftar Pustaka
Buku Panduan Balai Diklat Tambang Bawah Tanah Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.