Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN VENTILASI TAMBANG

RIDHO QURNIAWAN 221 17 310


ASTA ARJUNOARWAN HATTA 221 17 311

REKAYASA PERTAMBANGAN
MATA KULIAH VENTILASI TAMBANG LANJUT

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2019

ASTA/RIDHO
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................................2
1.4 Batasan Masalah................................................................................................3
1.5 Hipostesis ..........................................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pertambangan ....................................................................................................5
2.2 Penambangan Bawah Tanah .............................................................................6
2.3 Lubang Bukaan .................................................................................................7
2.4 Metode Penambangan Longwall .......................................................................8
2.5 Prinsip Dasar Penambangan Bawah Tanah .....................................................11
2.6 Pengendalian Gas dan Debu dalam Tambang Bawah Tanah ..........................12
2.7 Sifat Udara.......................................................................................................15
2.8 Konsep Aliran Udara .......................................................................................18
2.9 Rangkaian Jalur Udara ....................................................................................23
2.10 Sistem Ventilasi...............................................................................................24
2.11 Fan ...................................................................................................................26
2.12 Kualitas Udara Tambang .................................................................................27
2.13 Gas-gas Pengotor pada Udara Tambang Bijih ................................................28
2.14 Dasar Peraturan Ventilasi Tambang ................................................................29
2.15 Perangkat Lunak Ventsim Visual 4 .................................................................30

BAB III PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH PT.3


3.1 Konsep dan Metode Penambangan .................................................................31
3.2 Kebutuhan Alat dan Pekerja ............................................................................32
3.3 Sistem Ventilasi...............................................................................................33

BAB IV PERENCANAAN KEMAJUAN TAMBANG DAN SISTEM


VENTILASI
TAMBANG BAWAH TANAH PT. L

4.1 Perencanaan Sistem Ventilasi .........................................................................36


4.2 Simulasi Pada Perangkat Lunak Ventsim .......................................................54
4.3 Biaya Ventilasi ................................................................................................57

BAB V KESIMPULAN

ASTA/RIDHO
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT Kelompok 3 merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang usaha
pertambangan berwawasan lingkungan yang memiliki lokasi penambangan cadangan
batubara yang terletak ombilin, Kota Sawah Lunto Sumatra Barat. Karena karakteristik
endapan batubara yang cenderung menerus dalam jumlah yang cukup banya, maka PT
Kelompok 3 menggunakan sistem penambangan bawah tanah dengan metode Longwall
untuk mengefesiensi produksi dan profit perusahaan. Untuk metode penambangan bawah
tanah, khususnya tambang batubara, maka kemungkinan besar akan ada masalah tentang
udara yang perlu dikelola dalam tambang, maka sistem ventilasi menjadi salah satu
bagian penting dalam proses penambangan di PT Kelompok 3.
Metode penambangan longwall yang akan dilakukan oleh PT Kelompok 3 akan
melakukan penambangan melalui 3 tahapan (stage). Ketiga stage tersebut sudah termasuk
dalam stage development dan produksi. PT Kelompok 3 akan beroperasi selama 15 tahun
dengan target sebesar 800.000 ton/tahun. Adapun pembagian tahapan penambangan,
yaitu stage ke-1 merupakan kegiatan development yang dilakukan selama dua tahun,
stage ke-2 dilakukan selama 11 tahun yaitu pada tahun ke-3 sampai ke-13, dan stage ke-3
selama 2 tahun pada tahun ke-14 sampai tahun ke-15. Tahapan produksi batubara sudah
dimulai ketika stage pertama, karena dalam kegiatan development itu sendiri sudah
mengambil endapan batubara. Sedangkan pada stage kedua dan ketiga merupakan
tahapan produksi batubara dengan membuat susunan panel dengan metode longwall.
Metode penambangan longwall memiliki karakteristik dan perlakuan khusus,
Karena lokasi kerja yang tidak terpapar langsung dengan atmosfer menjadikan tambang
bawah tanah memerlukan suatu sistem bantuan udara yang dapat memenuhi keselamatan
dan kesehatan para pekerja. Salah satu faktor penting dalam pemenuhan keselamatan dan
kesehatan pekerja adalah kebutuhan kuantitas dan kualitas udara di dalam tambang. Oleh
Karena itu, sistem ventilasi menjadi hal yang sangat penting pada pertambangan bawah
tanah. Fungsi ventilasi sendiri yaitu menyediakan udara segar kedalam tambang (Quantity
Control), menetralkan gas-gas beracun dan partikel debu yang muncul di dalam tambang
(Quantity Control) khususnya gas methane yang ada ditambang batubara, serta mengatur
suhu dan tingkat kelembaban udara di dalam tambang (Temperature – Humidity Control).

1
Untuk dapat mengetahui ketersediaan fungsi-fungsi tersebut diperlukanlah suatu
analisis model jaringan ventilasi. Salah satu metode yang digunakandalam permodelan
jaringan ventilasi adalah dengan menggunakan software visual ventsim 5. Peraturan yang
mengatur mengenai system ventilasi tambang bawah tanah terdapat dalam Keputusan
Menteri Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995. Peraturan tersebut mengatur
jumlah udara yang dipenuhi dan kualitas udara yang harus dicapai agar memenuhi prinsip
kesehatan dan keselamatan kerja. Peraturan tersebut menjadi parameter kelayakan dari
sebuah sistem ventilasi tambang bawah tanah di Indonesia.
Dalam melakukan perencanaan ventilasi tambang bawah tanah khususnya
metode penambangan longwall, pengunaan perangkat lunak akan mempermudah
permodelan dalam merencanakan sistem ventilasi tambang bawah tanah. Pada penelitian
ini akan digunakan perangkat lunak Visual VentSim 5 dalam melakukan perencanaan
sistem ventilasi tambang batubara bawah tanah, studi kasus ombilin Kota Sawahlunto,
Sumatera Barat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaska, masalah yang akan dibahas
adalah bagaimana membuat suatu desain sistem ventilasi tambang untuk masing – masing
tahapan kegiatan penambangan di PT Kelompok 3 yang merujuk pada Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995 tentang standarisasi ventilasi
tambang bawah tanah.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Memahami dan mempelajari rencana tahapan kemajuan penambangan PT Kelompok
3.
b. Membuat perencanaan sistem jaringan ventilasi PT. Kelompok 3 yang berstandar
sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No
555.K/26/M.PE/1995.
c. Mensimulasi kebutuhan main fan yang diperlukan menggunakan perangkat lunak
Ventsim.
d. Menghitung total biaya capital dan biaya operasional yang harus dikeluarkan.

2
1.4 Batasan Masalah
Adapun Batasan masalah untuk perencanaan sistem ventilasi ini dibatasi oleh:
a. Parameter kuantitas udara dibatasi pada kecepatan angin (m/s) dan debit udara (m3/s)
dari data-data awal tugas (dari asisten).
b. Pemodelan jaringan sistem ventilasi utama dan lokal dengan perencanaan yang
dilakukan untuk jangka waktu 15 tahun (2 tahapan development).
c. Perhitungan biaya dilakukan berdasarkan beberapa data asumsi.

1.5 Hipotesis
Hipotesis yang akan dilakukan adalah sistem ventilasi tambang PT. Kelompok 3
akan menghasilkan beberapa kuantitas dan kualitas udara, khususnya tentang gas
methane yang mungkin akan terjadi pada proses penambangan yang dilakukan.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan
Berisi uraian penjelasan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan,
batasan masalah, hipotesis, sistematika penulisan, dan diagram alir penelitian.
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Berisi kumpulan dari beberapa sumber literatur sebagai acuan dan pedoman yang
digunakan dalam penelitian disusun dalam bab ini. Sumber literatur ini diambil dari
referensi beberapa buku yang berkaitan dengan penelitian dan dari media internet.
3. Bab III Data dan Pengolahan
Bab ini menjelaskan tentang deskripsi tambang bawah tanah, metode penambangan,
pelengkapan dan peralatan ventilasi yang rencananya akan digunakan, kuantitas dan
kualitas udara tambang, spefikasi blower dan exhaust yang digunakan.
4. Bab IV Analisis
Bab ini berisi pembahasan perencanaan ventilasi yang dibutuhkan untuk tahapan
kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT Kelompok 3.
5. Bab V Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil simulasi perencanaan ventilasi yang dilakukan.

3
1.7. Diagram Alir

Studi Literatur
Mengumpulkan informasi mengenai sistem ventilasi tambang bawah tanah, perencanaan
desain sistem ventilasi, serta mempelajari penggunaan perangkat lunak Ventsim 5

Pengumpulan Data Sekunder

Data kondisi masing-masing jalur ventilasi,


kebutuhan udara, jumlah pekerja, jumlah
alat yang digunakan, peta perencanaan
kemajuan penambangan, dan data
spesifikasi/karakteristik kurva fan.

Faktor yang mempengaruhi :


Model Jaringan Ventilasi
 Kemajuan Tambang
 Kurva Karakteristik Fan yang
akan disimulasikan

Tidak
Kriteria :

Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi
No 555.K/26/M.PE/1995

Ya

Pemodelan Kemajuan
Tambang

Kesimpulan

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertambangan
Pertambangan adalah Ilmu yang mempelajari tentang pekerjaan pembongkaran,
pemuatan, dan pengangkutan pada mineral – mineral dan batuan yang memiliki nilai
ekonomis. Penambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian
(mineral berharga) pada saat itu dari dalam kulit bumi baik penggalian yang dilakukan
dipermukaan maupun dibawah permukaan bumi, sedangkan tambang merupakan tempat
menggali (mengambil) hasil dari dalam kulit bumi berupa bahan galian (mineral
berharga).
Sistem penambangan adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk
membebaskan atau mengambil endapan bahan galian yang mempunyai arti ekonomis dari
batuan induknya untuk diolah lebih lanjut sehingga dapat memberikan keuntungan yang
besar dengan memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan kerja yang baik serta
meminimalisasi dampak lingkungan yang dapat ditimbulkannya.
Secara garis besar sistem penambangan terbagi atas 3, yaitu :
1. Tambang Terbuka (Surface Mine)
2. Tambang Bawah Tanah (Underground Mine)
3. Tambang Bawah Air (Underwater Mine)
Biasanya cebakan bagian dekat permukaan yang secara ekonomis ditambang secara
tambang terbuka, sedangkan bagian yang lebih dalam akan ditambang secara tambang
dalam. Klasifikasi sistem tambang bawah tanah yang dikenal saat ini sangat banyak,
walaupun demikian pada dasarnya sistem tambang bawah tanah dapat dikelompokan
menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Stope dengan penyanggaan alamiah
 Open stope dengan underhand stoping.
 Open stope dengan overhand stoping.
 Open stope dengan breast stoping (room and pillar).
2. Stope dengan penyanggaan buatan
 Cut and fill stoping.
 Shrinkage stoping.
 Square-set stoping.
 Stull stoping.

5
 Longwall mining.
 Undercut and fill.
 Top slicing.
3. Metode caving
 Sublevel caving.
 Block caving.

2.2 Penambangan Bawah Tanah


Penambangan bawah tanah adalah penambangan endapan bahan galian atau
segala kegiatan penambangan yang dilakuka jauh dari permukaan bumi, tidak
berhubungan langsung dengan udara luar. Untuk memenuhi kebutuhan logam yang
semakin meningkat, sedangkan jumlah cadangan dan kadar yang semakin menurun jika
ditambang secara tambang terbuka, maka dimasa yang akan datang pemenuhan
kebutuhan logam akan dipasok melalui penambangan bawah tanah.
Tujuan dari penambangan adalah untuk mengambil mineral berharga dari muka
bumi. Sistem tambang bawah akan menjadi pilihan utama eksploitasi mineral dan energi
(Hartman, 1987). Hal ini Karena beberapa hal :
a. Semakin berkurangnya deposit atau cebakan berkadar tinggi pada atau dekat
permukaa untuk ditambang. Bertambahnya kedalaman deposit akan menyulitkan bila
ditambang dengan system tambang terbuka Karena setiap tambang terbuka dibatasi
oleh besaran Stripping Ratio. Stripping Ratio adalah perbandingan antara volume
over burden (tanah penutup) dealam Bank cubic meter (BCM) yang harus digali
untuk dapat menambang satu ton bijih. Pada tambang terbuka, penggalian yang
semakin dalam akan menghasilkan nilai SR yang semakin besar.
b. Berkurangnya mobilitas peralatan mekanis pada tambang terbuka apabila
penambangan semakin dalam.
c. Pengetatan dan pembatasan mengenai masalah-masalah lingkungan, dimana tambang
terbuka akan memberikan dampak lingkungan yang lebih besar dibandingkan dengan
tambang bawah tanah.
d. Pengembangan teknologi baru dalam peralatan tambang bawah tanah, khususnya
dalam hal teknik penggalian dan peralatan penambangan yang kontinyu, serta system
konstruksi penyangga dan perkuatan.

6
2.3 Lubang Bukaan
Pembuatan lubang bukaan atau lubang masuk utama (main opening/, main access
oening / main haulage leel atau MHL) biasa disebut stope tambang. Stope tambang adalah
pekerjaan utama pada pembuatan akses tambang bawah tanah . Pekerjaan perancangan
lubang bukaan ini benar-benar harus diperhitungkan secara matang, agar tahap
penambangan dapat berjalan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan.
Persiapan pembukaan tambang (mining development) adalah semua pekerjaan
yang terkait dengan pembukaan akses mineral (atau batubara) untuk dapat ditambang
(exploitation) , meliputi semua tahapan tambang. Hartman (1987) menggolongkan jenis-
jenis lubang bukaan berdasarkan posisinya menjadi tiga golongan , yaitu :
1. Lubang masuk utama (Primary Opening/ Main Access Opening/ Main Entries) yang
meliputi :
a. Sumuran Tegak (Vetical Shaft), adalah suatu lubang bukaan vertical atau miring
yang menghubungkan tambang bawah tanah dengan permukaan bumi yang
berfungsi sebagai jalan pegangkutan karyawan, alat-alat kebutuhan tambang,
ventilasi , penirisan dan lain-lain.
b. Sumuran Miring / Slope (Inclined Shaft) adalah jalan masuk yang dibuat miring
searah dengan kemiringan bijih
c. Sumuran Kombinasi (combined shaft)
d. Terowongan (Tunnel) adalah suatu lubang bukaan mendatar atau hamper
mendatar yang menebus kedua belah kaki bukit.
e. Terowongan Buntu (Adit) adalah stope memanjang dimana tidak terdapat lubang
tembusan ataupun udara bebas yang bersinggungan.
2. Lubang Masuk Sekunder (Secondary Opening/Level) yang meliputi :
a. Lubang sejajar (Drift) atau level , adalah suatu lubang bukaan mendatar yang
dibuat dekat atau pada endapan bijih dan arahnya sejajar dengan jurus atau
dimensi terpanjang dari endapan bijihnya.
b. Lubang masuk tersier (Tertiary Opening/Panel Opening) yang meliputi :
 Lubang Menyilang (Cross Cut) adalah suatu lubang bukaan mendatar yang
menyilang/memotong jurus endapan bijih. Bisa juga disebut lubang bukaan
mendatar yang menghubungkan shaft dengan endapan bijih.
 Sumuran buntu (blind shaft), adalah suatu raise atau winze yang berfungsi
sebagai shaft tetapi tidak menembus sampai ke permukaa =n bumi.
 Lubang naik (Raise) adalah suatu lubang bukaan vertical atau agak miring
yang dibuat dari level bawah ke level di atasnya.

7
 Lubang Turun (Winze) adalah suatu lubang bukaan vetikal atau agak miring
yang dibuat dari level atas kearah level yang dibawahnya.
 Ramp, adalah suatu lubang bukaan yang miring pada tambang bawah tanah
yang menghubungkan level atas dengan level bawahnya atau yang
menghubungkan level bawah dengan permukaan. Ramp berfungsi sebagai
jalan lewatnya alat angkut mekanis.
Kegiatan penambangan bawah tanah secara umum meliputi gali, muat dan
angkut. Kegiatan pendukungnya terdiri dari : Pemboran (drilling), peledakan (blassting) ,
pembersihan asap (smoke clearing), penjatuhan batu gantung (barring down),
penyanggaan (supporting), pemuatan, pengangkutan, pengolahan, pengisian ulang (back
filling).
2.4 Metode Penambangan Longwall
Longwall mining memiliki sejarah panjang , sebelumnya hanya digunakan pada
skala terbatas di Amerika Serikat sampai dengan 20 tahun yang lalu. Modern Longwall
Mining di Negara ini bisa dikatakan baru dimulai tahun 1960 dengan instalasi standar
pada pertambangan batubara di Negara bagian Virginia. Di Eropa , karena kondisi alam
yang merugikan , Longwall mining merupakan metode yang sering digunakan, namun di
Amerika Serikat, suatu system telah harus bersaing secara ekonomi dengan sangat
produktif.
Bagaimanapun, karena ini tidak terpisahkan dan berlanjut, sistem ini memiliki
potensial produksi yang lebih baik dari system room and pillar. Selain itu , meskipun
hanya sekitar 5% dari total produksi bawah tanah US saat ini dihasilkan oleh system
longwall, sistem ini tumbuh dan berpotensi baik. Dalam pertambangan , dengan
pendekatan , dan penelitian lebih mendalam dan harus selesai dibawah kondisi alam yang
kurang baik , kesempatan yang lebih baik untuk system room and pillar setelah system
longwall.
Metode longwall ini digunakan khusus untuk bahan galian batubara. Perolehannya
tinggi, karena mengambil sebagian besar batubara. Front kerja dapat dipusatkan, karena
dapat berproduksi besar di satu front kerja. Pada umumnya, untuk kemiringannya landai,
mekanisme pengambilan batubara, pengangkutan, dan penyanggaan menjadi mudah,
sehingga dapat meningkatkan efisiensi pengambilan batubara. Karena dapat memusatkan
front kerja, panjang lorong yang dirawat terhadap jumlah produksi batubara menjadi
pendek. Menguntungkan dari segi keamanan, karena ventilasinya mudah dan swabakar
yang timbul juga sedikit. Karena dapat memanfaatkan tekanan batuan, pemotongan

8
batubara menjadi mudah. Apabila terjadi hal-hal seperti ambrukan permukaan kerja dan
kerusakan mesin, penurunan produksi batubaranya besar.
Syarat Penggunaan Longwall Method
Kondisi endapan yang cocok untuk metode ini yaitu sebagai berikut :
1. Ketebalan endapan sedang, yaitu 2-4 meter.
2. Memiliki banyak cleat / joint, tetapi tidak boleh mudah runtuh. Sehingga
penyanggaan dapat segera dipasang di dekt front penggalian.
Development
Tambang longwall mencakup penambangan batubara secara penuh dari suatu
bagian lapisan atau "muka" dengan menggunakan gunting-gunting mekanis. Tambang
longwall harus dilakukan dengan membuat perencanaan yang hati-hati untuk memastikan
adanya geologi yang mendukung sebelum dimulai kegiatan penambangan. Kedalaman
permukaan batubara bervariasi di kedalaman 100-350 m. Penyangga yang dapat bergerak
maju secara otomatis dan digerakkan secara hidrolik sementara menyangga atap tambang
selama pengambilan batubara. Setelah batubara diambil dari daerah tersbut, atap tambang
dibiarkan ambruk. Lebih dari 75% endapan batubara dapat diambil dari panel batubara
yang dapat memanjang sejauh 3 km pada lapisan batubara.
Sistem Produksi
Ada 2 (dua) cara penambangan dengan menggunakan metode Longwall, yaitu :
1. Cara maju (advancing)
2. Cara mundur (retreating)
Pada penambangan dengan metode maju longwall, terlebih dahulu dibuat lubang
maju yang nantinya akan berfungsi sebagai lubang utama (main gate) dan lubang
pengiring (tail gate), dibuat bersamaan pada pengambilan batubara dari lubang bukaan
tersebut.
Kedua lubang bukaan tersebut digunakan sebagai saluran udara yang diperlukan
untuk menyediakan udara bersih pada lubang bukaannya disamping untuk keperluan
transportasi batubaranya dan keperluan penyediaan material untuk lubang bukaannya.
Metode ini akan memberikan hasil lebih cepat karena tidak memerlukan waktu
menunggu lubang yang diperlukan yaitu lubang utama dan lubang pengiring. Sedangkan
pada metode mundur longwall merupakan kebalikan dari metode advancing longwall
karena pengambilan batubara belum dapat dilakukan sebelum selesai dibuatnya suatu
panel yang akan memberikan batasan lapisan batubara yang akan diekstrasi (diambil).
Kelebihan dan Kekurangan
Adapun keuntungan dan kerugian dari metode longwall, antara lain :

9
1. Permintaan produksi yang meningkat tidak dapat langsung dipenuhi karena
dibutuhkan waktu yang lama untuk mempersiapkan blok tambahan untuk
produksi.
2. Recoverynya tinggi karena menambang sebagian besar batubara.
3. Permulaan kerja dapat dipusatkan karena dapat berproduksi besar.
4. Apabila kemiringannya landai maka mekanisasi penambangan, transportasi, dan
penyanggaan menjadi beda sehingga dapat meningkatkan efisiensi penambangan.
5. Karena dapat memusatkan permukaan kerja, panjang terowongan yang
dikerjakan terhadap produksi batubara menjadi panjang.
6. Menguntungkan dari segi keamanan karena ventilasinya mudah dari swabakar /
self combustion yang timbul juga sedikit.
7. Karena dapat menguatkan tekanan bumi, pemotongan batubara menjadi mudah.
8. Apabila terjadi hal-hal keruntuhan kerja dan kerusakan mesin, maka penggunaan
produksi batubaranya besar.

2.5 Prinsip Dasar Ventilasi Tambang Bawah Tanah


Ventilasi adalah satu system strategis yang tak terpisahkan dalam aktivitas
pertambangan bawah tanah. Selain untuk mensupply udara bersih untuk pekerja dan alat-
alat diesel , ventilasi tambang bawah tanah juga berfungsi sebagai pengatur kelembaban
serta mengatur konsentrasi debu dan gas berbahaya. Udara kotor, debu dan kelembaban
udara dapat diukur dan diatur kualitas dan kuantitasnya dan dikontrol dengan Nilai
Ambang Batas (NAB).
Mengalirkan udara segar ke dalam tambang, diperlukan suatu jaringan ventilasi
tambang, yaitu saluran untuk mengalirkan udara melalui fleksibel dengan bantuan kipas
(fan). Fan adalah pompa udara yang digunakan untuk menimbulkan perbedaan tekanan
udara, sehingga udara akan bergerak dari tempat yang tekanannya lebih tinggi ke tempat
yang tekanannya lebih rendah. Sistem ventilasi tambang ini yang nantinya menjadi suatu
sistem pengaturan aliran udara bersih dari permukaan/luar tambang ke dalam tambang
bawah tanah. Dalam pengaturannya udara akan mengalir dari suhu rendah ke tinggi, dari
tekanan tinggi ke rendah dan udara akan lebih banyak mengalir pada jalur ventilasi
dengan resistansi yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur dengan resistansi yang
besar.
Pada sistem ventilasi tambang ini memiliki 3 fungsi secara umum yang sesuai
dengan prinsip-prinsip pada fluida dinamik, yaitu

10
a) Sebagai pengontrol kualitas udara (Quality Control) pada tambang bawah. Hal ini
dilakukan dengan cara mengatur konsentrasi gas-gas beracun di dalam tambang.
Maka dari itu, ketika tambang bawah tanah melakukan produksi, konsentrasi dari
gas-gas beracun dapat diatur konsentrasinya di dalam tambang sehingga tidak
membahayakan para penambang yang sedang bekerja.
b) Sebagai pengontrol kuantitas udara (Quantity Control). Kontrol kuantitas udara yang
dimaksud disini adalah pengaturan jumlah volume (debit) dan arah aliran udara dari
debit tersebut. Pengontrolan ini tidak hanya dilakukan pada suplai udara bersih di
lubang bukaan dan saluran pipa udara ventilasi, tetapi kontrol ini juga dilakukan pada
tempat pembuangan gas-gas beracun.
c) Sebagai pengatur temperatur dan kelembaban udara. Pengaturan yang dilakukan
adalah pengaturan pendinginan, pemanasan, kelembaban, dan penghilangan
kelembaban uadara. Pada tambang bawah tanah sering kali kondisi temperatur udara
tidak sesuai dengan temperatur optimal kerja, seperti udara yang terlalu panas dan
kelembaban udara yang tinggi. Maka dari itu, dengan adanya pengaturan, kebutuhan
udara pekerja dan alat yang berproduksi akan mendapatkan kondisi udara yang
optimal untuk bekerja.

2.6 Pengendalian Gas dan Debu dalam Tambang Bawah Tanah


Dalam melakukan pengendalian terhadap gas-gas kontaminasi di dalam tambang
dapat dilakukan sebagai berikut (Hartman, 1997) yaitu :
1. Pencegahan (Prevention)
2. Pemindahan (Removal)
3. Absorpsi (Absorption)
4. Isolasi (Isolation)
5. Pelarutan (Delution)
Jumlah udara segar yang diperlukan untuk mengencerkan suatu masukan gas
sampai nilai konsentrasi yang diperbolehkan sesuai dengan paraturan yang berlaku atau
Maximal Allowable Concentration (MAC) dapat ditentukan dengan persamaan berikut
(Hartman, 1997) :
𝑄𝑔𝑎𝑠 (1 − 𝑀𝐴𝐶)
𝑄=
𝑀𝐴𝐶

Dimana : Qg = Kandungan gas persatuan waktu


MAC = Maximum Allowable Concentration

11
Q = Udara minimal yang dibutuhkan untuk
melarutkan gas
Untuk mendilusikan partikel debu dengan udara pada lokasi kerja yang
disebabkan Karena proses penambangan dapat menggunakan persamaan berikut
(McPherson, 1993) :
𝐸𝑑 × 𝑃
𝑄= (𝑚3 /𝑠)
𝐶𝑑

Dimana : Q = Udara minimal mendilusi debu (m3/s)


Ed = Konsentrasi debu (mg/ton)
P = Production rate (ton/s)
Cd = Batas Minimum Debu (m3/s)
Gas sampingan yang muncul setelah peledakan seperti dihydrogen sulfida (H2S)
dan metada (CH4) kemungkinan merupakan hasil reaksi dari bahan peledak dengan
senyawa sulfida pada ore. Menurut para ahli timbulnya gas beracun dari reaksi peledakan
disebabkan karena beberapa factor. Adapun factor-faktor tersebut sebagai berikut :
1. Pencampuran ramuan bahan peledak yang meliputi unsur oksida dan bahan bakar
yang tidak seimbang sehigga tidak mencapai zero oxygen balance.
2. Letak primer tidak tepat
3. Kurang tertutupnya Karena pemasangan stemming kurang padat
4. Adanya air dalam lubang ledak
5. Sistem waktu tunda yang tidak tepat
6. Kemungkinan ada reaksi antara bahan peledak dengan batua sulfide atau karbonat
Gas hasil peledakan di terowongan terakumulasi tidak jauh dari front peledakan.
Sistem ventilasi membantu mempercepat pengenceran gas agar kondisi kualitas udara
kembali ke kondisi normal. Pasokan udara bersih dari duct atau pipa angina di front
penambangan setelah terjadi peledakan akan mengencerkan has hasil peledakan keluar
front penambangan.
Jika diatas sudah dijelaskan mengenai besar udara yang dibutuhkan untuk
melakukan proses delusi, maka rumus berikut digunakan untuk memperkirakan interval
waktu pengenceran dimulai saat terjadinya kontaminasi olleh gas peledakan hingga
sampai mencapai konsentrasi tertentu. Perhitungan waktu dilakukan sampai nilai ambang
batas. Nilai ambang batas gas dapat dilihat pada table berikut
Tabel.II.1 Gas Tambang Bawah Tanah
Gas SG (%) NAB (%) Fatal Pengaruh
O2 1.1056 Minimum 19.5% - Tidak Beracun

12
N2 0.9673 80 - Tidak Beracun
CO2 1.5291 0.5 18 Menyesakkan
CH4 0.5545 1 5 – 15 (meledak) Meledak
CO 0.9672 0.01 0.03 Racun, meledak
NO2 1.5895 0.0005 0.005 Racun
H2S 1.1912 0.002 0.1 Racun, Meledak
SO2 2.2636 0.0005 0.1 Beracun

Perhitungan waktu delusi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :


𝑉𝑟 𝐶𝑡
∆𝑡 = ′
× ln [ ]
𝑄 𝐶𝑜

Sedangkan perhitungan debit udara efektif untuk pengenceran yaitu :


𝑄
𝑄′ =
𝐾

Sumber : Industrial Ventilastion Manual of Recommended Practice


Keterangan:
Co : Konsentrasi awal gas yang didilusi
Ct : Konsentrasi gas yang telah didilusi selama waktu t
K : Faktor kondisi peranginan ruang
Q : Debit udara masuk
Q’ : Debit udara efektif untuk pendilusian
Vr : Volume udara ruangan
∆t : Rentang waktu pendelusian ( t – to)
Q’ merupakan debit udara efektif untuk pengenceran , Q’ diperoleh dari Q/k.
Nilai k menunjukkan bobot yang mempengaruhi keefektifan udara masuk untuk
pendilusian dengan memperhatikan konsentrasi gas yang akan didilusikan dan kondisi
fisik peranginan ruangan. Semakin baik system peranginan maka nilai k semakin kecil.
Rentang nilai k untuk beberapa keadaan peranginan ruangan dapat diklasifikasikan pada
table berikut :
Tabel.II.2 Rentang Nilai K untuk beberapa keadaan peranginan ruangan
Rentang Nilai K Kategori
1 – 1.5 Best
1.5 – 2 Good
2–5 Fair
5 - 10 Poor
Sumber : Industrial Ventilation Manual of Recommended Practice

13
2.7 Sifat Udara
Udara merupakan campuran dari berbagai macam gas yang memiliki densitas
yang berbeda – beda. Komponen gas yang terdapat di udara tdapat dilihat pada Tabel II.1
dibawah ini.
Tabel II.3 Kandungan Udara Bebas (Hartman, 1997)

2.7.1 Temperatur Udara


Ventilasi digunakan untuk memenuhi kenyamanan kerja di tambang bawah tanah
yang kelanjutannya dapat meningkatkan efisiensi dan produksi. Temperatur mencapai
tingkat tertentu, seseorang akan kehilangan efisiensinya, dan bila temperaturnya naik lagi
maka dia akan mengalami gangguan fisiologi. Tubuh manusia memiliki keterbatasan
dalam menerima panas sebelum sistem metabolismenya berhenti. Panas udara dapat
mempengaruhi manusia dalam menurunkan efisiensi, mampu menimbulkan kecerobohan
dan kecelakaan, dan menyebabkan sakit dan kematian. Panasnya temperatur udara di
dalam tambang bawah tanah di pengaruhi beberapa faktor, yaitu :
a) Faktor geothermal
Faktor gradien geothermal merupakan panas didalam bumi yang diakomodasi oleh
adanya material panas dengan kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah
permukaan yang menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber tersebut hingga ke
permukaan. Semakin ke bawah, temperatur bawah permukaan bumi semakin
meningkat atau semakin panas.
b) Faktor suhu di permukaan
Faktor suhu di permukaan dapat menjadi sumber panas apabila terjadinya roses
pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang
mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca. Ini disebabkan karena naiknya
konsentrasi CO2 di atmosfer.
c) Mesin

14
Mesin mekanik yang digunakan di tambang bawah tanah menghasilkan panas.
Besarnya panas yang dikeluarkan oleh mesin mekanik ke udara tambang bawah tanah
tergantung dari besarnya daya pada mesin yang dipakai.
d) Panas peledakan
Panas yang ditimbulkan hasil peledakan dapat dikatakan dengan panas yang dalam
waktu singkat, namun panas ini dapat mengakibatkan panas yang berkepanjangan
apabila ventilasnya tidak bekerja dengan baik. Hasil ledakan batuan yang tidak
terangkut keluar dapat mengakibatkan banyaknya genangan air (lumpur) sehingga
dapat mngakibatkan meningkatnya uap air udara.
e) Faktor Autocompresion
Faktor alam ini yang dapat mempengaruhi ruang kerja menjadi panas. Faktor
autocompresion adalah faktor dimana naiknya temperatur setiap 1 km akan naik
sebesar 1˚C.
f) Air tanah
Banyaknya air tanah yang mengenangi pada tambang bawah tanah akan berpengaruh
pada kelembaban udara. Kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan udara
menjadi panas.
Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah diukur dalam satuan derajat
Celcius. Temperatur yang digunakan di dalam tambang bawah tanah adalah temperatur
basah dan temperatur kering. Besarnya temperature yang dihasilkan selalu temperature
basah lebih rendah atau sama dengan temperatur kering.
2.7.2 Kelembaban Udara
Udara di dalam ventilasi tambang selalu mengandung uap air dan tidak pernah
ada udara benar-benar kering. Oleh karena itu akan selalu ada istilah kelembaban udara.
Kelembaban udara adalah jumlah kandungan uap air yang ada di udara tambang bawah
tanah. Kelembaban udara ini mempengaruhi tingkat efektivitas pekerja. Tingginya
kelembaban dipengaruhi oleh temperatur udara. Semakin tinggi temperatur udara di suatu
lokasi maka akan semakin tinggi pula kelembaban udaranya.
Bekerja pada lingkungan yang terlalu panas dan lembab, dapat menurunkan
kemampuan fisik tubuh dan dapat menyebabkan keletihan yang datang terlalu dini.
Sedangkan pada lingkungan yang terlalu dingin, dapat menyebabkan hilangnya
fleksibilitas terhadap alat-alat motorik tubuh yang disebabkan oleh timbulnya kekakuan
fisik tubuh. Kedua kondisi ini dapat mengurangi produktivitas kerja bahkan potensial
menyebabkan kecelakaan kerja.

15
2.7.3 Tekanan Udara
Konsep aliran udara dipengaruhi oleh perbedaan tekanan. Udara akan mengalir
dari tekanan tinggi ke tekanan rendah sampai perbedaan tersebut sama dengan 0 sehingga
aliran berhenti.
Pada system ventilasi aliran udara, satu titik ke titik yang lain harus mempunyai
perbedaan tekanan antara dua titik tersebut. Perbedaan tekanan ini disebut sebagai
tekanan ventilasi dan berikut adalah aturan yang biasa dipakai dalam tambang bawah
tanah.
1. Udara selalu mengalir dari tekan tinggike tekanan rendah dan selama perbedaan
tekanan tetap maka udara akan tetap mengalir.
2. Semakin besar perbedaan tekanan antara dua titik maka semakin besar jumlah aliran
udara yang mengalir. Dengan asumsi nilai resistensi tidak berubah.
3. Resistensi dapat mengurangi tekanan system ventilasi.
4. Jika perbedaan tekanan anatara dua titik sama dengan resistensi meningkat maka
kuantitas udara yang mengalir akan berkurang.
Tekanan adalah gaya yang digunakan pada luasan tertentu. Didalam system ventialsi
digunakan satuan pascal. Pascal (Pa) = 1 Newton per meter persegi (N/m2).

2.8 Konsep Aliran Udara


Sedangkan untuk prinsip aliran udara tambang dalam system ventilasi tambang
bawah tanah, berlaku prinsip :
a. Aliran udara bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah
b. Udara akan mengalir dari tempat yang suhu rendah ke tinggi
c. Udara akan lebih banyak mengalir pada jalur ventilasi dengan resistansi/tahanan yang
lebih kecil dibandingkan dengan jalur bertahanan/resistansi yang lebih besar
d. Tekanan ventilasi tetap memperhatikan tekanan atmosfir, bias positif (Blowing) atau
negative (Exhausting)
e. Aliran udara mengikuti hukum kuadrat yaitu hubungan antara quantity dan tekanan,
bila quantity diperbesar dua kali lipat maka dibutuhkan tekanan empat kali lipat.
f. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan pada ventilasi
tambang.
Jumlah udara yang akan mengalir melalui sebuah system ventilasi tergantung
pada perbedaan tekanan antara titik permulaan dan titiik akhir jalurventilasi dan ukuran
dari bukaan. Selain itu terdapat juga factor lain yang menyebabkan jumlah udara yang

16
mengalir sedikit adalah kekasaran dari dinding dan belokan tajam aliran udara serta
berapa kali udara berubah arah.
Ketika mengalirkan udara pada jalur yang lurus dengan energy konstan maka
udara akan mengalir dengan kecepatan yang sama. Sehingga jika kekasaran permukaan
berubah maka akan terjadi hambatan dalam mengalirkan udara dengan kecepatan yang
sama dan membutuhkan energi yang lebih banyak untuk mempertahankan kecepatan.
Kehilangan energy yang diakibatkan oleh kekasaran dari dinding dikenal dengan
kehilangan tekanan gesek (Frictional Pressure Loss).
Ketika udara dialirkan dengan kecepatan konstan, energy dbutuhkan untuk
megubah kecepatan dan arah aliran. Perubahan ini terjadi di setiap aliran udara
mengikuti perubahan arah, bentuk, dan ukuran. Kehingan energy pada perubahan arah
aliran udara disebut Shock Pressure Loss. Contoh aliran jalur ventilasi pada tambang
bawah tanah dapat dilihat pada Gambar III.1 dibawah ini.

Gambar II.2 Contoh Salah Satu Rangkaian Jalur Ventilasi (McPherson, 1993)

2.8.1 Resistensi Udara


Aliran udara yang mengalir didalam sistem ventilasi tambang bawah tanah
merupakan aliran udara yang sangat komplek, dimana aliran udara dipengaruhi oleh
bentuk dan kekasaran permukaan yang heterogen sehingga terjadi kehilangan tekanan
akibat friction dan shock yang kompleks. Tahanan aliran udara tambang dari pada rumus
Atkinson yang dituliskan sebagai berikut .
𝑝𝑒𝑟
𝑅 = 𝑘 ( 𝐿 + 𝐿𝑒 ) (III.1)
𝐴3

Keterangan :
R = Resistensi (Ns²/m8)
L = Panjang jalur udara (m)

17
Leq = Length Equivalent, merupakan representasi dari shock loss pembesaran /
pengecilan luas dan sebagainya, yang dipresentasikan sebagai losses pada
panjang jalur udara lurus, Tabel II.2 (m)
k = Faktor gesekan Atkinson, Tabel II.3 (kg/m3)
per = Perimeter / keliling (m)
A = Luas jalur udara (m2)
Tabel II.4 Nilai Equivalent Length dan Type Jalur Udara (McPhrson,1993)

Tabel II.5 Faktor Gesekan ( McPherson ,1993 )

18
2.8.2 Shock Loss
Shock Loss adalah perubahan dari tekanan total sepanjang sauran udara seperti
pada pintu masuk udara, belokan, percabangan, perubahan luas saluran udara, perubahan
penampang pada saluran udara keluar. Shock Loss pendek terjadi akibat perubahan arah
aliran udara.
Kehilangan tekanan yang diakibatkan dari perubahan arah dapat ditentukan
dengan persamaan shock loss sebagai berikut.
𝑃𝑠ℎ𝑜𝑐𝑘 = 𝑋 × 𝑉𝑝 II.2

Keterangan:
𝑃𝑠ℎ𝑜𝑐𝑘 = kehilangan tekanan (Pa)
𝑋 = faktor shockloss
𝑉𝑝 = tekanan kecepatan (Pa)
𝑉2
𝑉𝑝 = 𝜌 × ( ) II.3
2
Keterangan :
𝜌 = densitas udara (kg/m3)
𝑉 = kecepatan udara (m/s)
Faktor shockloss merupakan fungsi dari :
 Susunan dan aliran yang dilewati udara
 Sudut perubahan arah
 Derajat kecuraman perubahan arah
 Jari – jari lengkungan
 Petbandingan antara jari-jari dari saluran udara
 Perbandingan antara tinggi dan lebar saluran udara
 Kecepatan aliran udara
 Kekasaran saluran udara
 Bentuk saluran udara
 Saluran udara yang secara tiba-tiba berubah arah
 Jumlah dan tipe bentuk saluran udara yang kompleks seperti terdapat dua
belokan, belokan yang tersebut diikuti dengan perubahan penampang.

2.9 Rangkaian Jalur Udara


2.9.1 Rangkaian Seri
Jika tahanan aliran udara R1, dengan tahanan jenis R2 saling dihubungkan secara
seri seperti Gambar II.2 dibawah ini.

19
Gambar II.3 Saluran Udara yang Berhubungan secara Seri

Saluran yang di hubungkan secara seri ini, ditengahnya sama sekali tidak ada cabang,
baik memisah maupun menggabung. Apabila yang dihubungkan secara seri, bebit udara
pada saluran udara di R1 sama dengan debit udara di R2 . Kehilangan tekanan total pada
system ini adalah jumlah kehilangan tekanan pada saluran udara A dan saluran udara B.
2.9.2 Rangkaian Paralel
Jika 2 buah tahanan jenis masing-masing R1 dan R2 saling berhubungan secara
paralel seperti pada Gambar II.3 dibawah ini.

Gambar II.4 Saluran Udara yang Berhubungan secara Paralel

Tahanan jenis R1, R2,…, Rn dihubungkan secara paralel, R, maka dapat dirumuskan
sebagai berikut.
1 1 1 1
= + + ⋯+ (II.4)
√𝑅 √𝑅1 √𝑅2 √𝑅𝑛

Pada rangkain udara parallel dimana kehilangan tekanan sepanjang saluran udara R1
sama dengan kehilangan tekanan sepanjang saluran udara R2. Total debit udara yang
mengalir dalam system sama dengan debit udara yang mengalir pada saluran udara R1
dan saluran udara R2.
2.10 Sistem Ventilasi
Jenis-jenis ventilasi dapat digolongan berdasarkan beberapa hal berikut ini, antara
lain :
 Penggolongan berdasarkan metode pembangkitan daya ventilasi, terdiri dari
ventilasi alami dan ventilasi mesin
 Penggolongan berdasarkan tekanan ventilasi pada ventilasi mesin , terdiri dari
ventilasi tiup dan ventilasi sedot.
 Penggolongan berdasarkan letak intake dan outake airway, terdiri dari ventilasi
terpusat dan ventilasi diagonal.
a. Ventilasi Alami (Natural Ventilation)

20
Jika suatu tambang memiliki dua shaft yang saling berhubungan pada kedalaman
tertentu, sejumlah udara akan mengalir masuk ke dalam tambang meskipun tanpa alat
mekanis. Ventilasi alam disebabkan udara pada downcast shaft lebih dingin dari udara
pada upcast shaft. Dan juga dipengaruhi oleh perbedaan tekanan dan densitas udara
antara dua shaft yang saling berhubungan tersebut.
Ventilasi alami terjadi Karena perbedaan temperature di dalam dan diluar stope.
Temperatur di dalam stope akan mempengaruhi terjadinya ventilasi alami. Apabila
terdapat perbedaan temperature intake airway dan return airway yang ketinggian mulut
pit intake dan outakenya berbeda, akan timbul perbedaan kerapatan udara di dalam dan
diluar stope atau udara di intake airway dan return airway yang berbeda temperaturnya,
yang akan membangkitkan aliran udara.
b. Ventilasi Mekanis (Artificial / mechanical ventilation)
Ventilasi mekanis adalah jenis ventilasi dimana aliran udara masuk ke dalam
tambang disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh alat mekanis. Yang
dimaksud peralatan ventilasu mekanis adlaah semua jenis mesin penggerak yang
digunakan untuk memompa dan menekan udara segar agar mengalir ke dalam lubang
bawah tanah. Yang paling penting dan umum digunakan adalah fan atau mein angin.
Mesin angina adalah pompa udara, yang menimbulkan adanya perbedaan tekanan antara
kedua sisinya, sehingga udara akan bergerak dari tempat yang tekanannya lebih tinggi ke
tempat yang lebih rendah. Pada proes menerus dapat dilihat bahwa mesin angina
menerima udara pada tekanan tertentu dan dikeluarkan dengan tekanan yang lebih besar.
Jadi mesin angin adalah perubah energi dari mekanis ke fluida, dengan memasok
tekanan untuk mengatasi kehilangan tekanan (head losses) dalam aliran udara.
Pergerakkan udara di tambang bawah tanah dibangkitkan dan diatur oleh pembangkit
tekanan yang disebut ventilator atau mesin angin. Mesin angina yang memasok
kebutuhan udara untuk seluruh tambang dinamakan mesin angina utama (main fan).
Mesin angin yang digunakan untuk mempercepat aliran udara pada percabangan atau
suatu lokasi tertentu di dalam tambang, tetapi tidak menambah volume total udara di
dalam tambang tersebut disebut mesin angina penguat (booster fan) sedangkan mesin
angina yang digunakan pada lokasi kemajuan atau saluran udara tertutup (lubang buntu)
dinamakan mesin angin bantu (auxiliary fan). Berdasarkan cara menimbulkan udaranya
serta letak mesinnya, ventilasi mekanis dibedakan menjadi tiga metode yaitu :
1. Forcing System (Sistem Hembus)
Sistem hembus akan memberikan hembusan udara bertekanan positif ke front kerja
dengan aliran udara yang bertekanan lebih besar dibanding udara di atmosfer. Udara

21
ini dialirkan melalui pipa saluran ventilasi yang menghubungkan fan dengan front
kerja sebagaimana terlihat pada gambar. Dalam sistem ini, dihembuskan udara bersih
ke front. Sistem forcing ini dapat digambarklan seperti Gambar II.4 berikut ini.

Gambar II.5 Forcing System Ventilation

2. Exhausting System (Sistem Hisap).


Sistem exhausting akan memberikan hembusan udara yang berkebalikan dengan
forcing system, yaitu bertekanan negatif ke front kerja. Tekanan negatif ini adalah
tekanan yang dihasilkan oleh proses penghisapan udara. Pada exhausting system, fan
diletakkan dekat dengan front kerja, sehingga dapat memudahkan kerjanya dalam
menghisap udara dari front kerja tersebut. Udara yang dihisap adalah udara kotor atau
gas yang tak diinginkan. Sistem hisap ini digambarkan pada Gambar II.5 dibawah ini.

Gambar II.6 Exhausting System Ventilation


3. Overlap System
Sistem ini merupakan gabungan dari sistem exhausting dan forcing (Gambar II.6).
Sistem ini menggunakan 2 fan yang memiliki tugas berbeda satu sama lain. Ada fan
yang bertugas menyuplai udara ke front (intake fan), ada fan yang bertugas untuk
menghisap udara dari front (exhausting fan). Tetapi exhaust fan dipasang lebih
mundur (lebih jauh) dari front penambangan. Sedangkan duct akhir dari intake fan
dipasang lebih dekat dengan front penambangan. Hal ini untuk mencegah agar udara
yang disuplai langsung dihisap oleh exhaust fan sehingga udara akan memiliki waktu
untuk bersirkulasi pada front penambangan.

22
Gambar II.7 Overlap System Ventilation
c. Ventilasi Bantu (Auxiliary Ventilation)
Udara ventilasi yang disalurkan ke terowongan utama maupun ventilasi
permukaan kerja penambangan biasanya dilakukan dengan membawa udara
masuk (intake air) secara langsung melalui jalan udara sepanjang penampang
terowongan. Ventilasi juga dapat dilaksanakan dengan mengirimkan angin/udara
yang dibangkitkan oleh kipas angina local, air jet dan lain-lain, dengan
menggunakan saluran udara (air duct) ke lokasi yang tidak dapat dipenuhi oleh
ventilasi utama, seperti pada lokasi terowongan buntu (lokasi pembuatan lubang
maju). Dilihat dari segi fasilitas peralatan, ventilasi buntu dapat dibagi menajdi
ventilasi saluran udara, brattice dan static air mover.
2.11 Fan
Fan adalah mesin yang berputar sehingga udara dapat mengalir secara terus
menerus pada suatu tekanan dan menyalurkan pada tekanan yang lebih tinggi. Energi
mekanik dihasilkan dari kipas diubah menjadi energy potensial (tekanan) dan energy
kinetic (kecepatan). Tekanan ini berguna untuk mengatasi hambatan pada saluran udara.
2.11.1 Jenis – Jenis Fan
1. Kipas Aksial
Kipas Aksial mengalirkan udara parallel dengan impeller kipas dan jarak aliran
yang konstan dari sumbu aksis. Tekanan naik dihasilkan oleh pergerakan bilah kipas.
Kipas aksial dibagi menjasi 3 :
1. Kipas aksial bebas yaitu impeller tidak dalam keadaan terkukung
2. Kipas aksial dengan tabung aksial yaitu impeller terbungkus
3. Vane aksial yaitu vane dibuat rapat dengan bungkus untuk menghindari adanya
ketidakstabilan putaran angin.
4. Kipas Sentifugal
Pada kipas sentrifugal udara masuk secara parallel dengan sumbu aksis dan
dibelokkan 90o dan udara dikeluarkan secara radial melewati bilah. Gaya yang

23
dihasilkan oleh bilah merupakan gaya tangensial yang menyebabkan udara
berputar dengan bilah dan tekan utama akan naik dengan gaya sentrifugal.
2.11.2 Kurva Karakteristik Fan
Kinerja dari fan dipresentasikan dalam bentuk grafik yang diplot pada sumbu
horizontal yaitu debit aliran udara dan sumbu vertical yaitu tekanan fan. Titik ini
ditentukan dari tes dimana kinerja fan sebernya diukur. Pertemuan dua titik ini
memebentuk kurva. Kurva ini disebut kurva karakteristik fan. Energi dan efisisensi kipas
ditunjukkan oleh masing –masing titik aliran udara. Kurva kinerja fan ini diberikan oleh
pabrik pembuat fan untuk memprediksi volume aliran udara pada tekanan tertentu.
Dengan bertambahnya tekanan, volume aliran udara akan menurun. Hal yang
harus diperhatikan adalah kurva hanya dapat diaplikasikan pada kipas tersebut dan
densitas udara pada keadaan tersebut. Berikut ini menujukkan salah satu contoh kurva
karakterisktik kipas aksial.

Gambar II.8 Kurva Karakteristik Fan (McPherson, 1993)

2.11.3 Hukum Kipas


Kurva kinerja kipas ditentukan oleh kecepatan spesifik dan kerapatan udara.
Biasanya densitas udara digunakan nilai 1.2 kg/m3. Untuk keperluan praktis udara
standar banyak digunakan. Nilai actual dari temperature, tekanan, dan kelembaban udara
tidak begitu penting. Dalam praktek pengguanaanya dalam melakukan perencanaan fan,
biasanya hanya digunakan satu variable (kecapatan, densitas, impeller diameter) pada
waktu yang telah ditentukan dan 2 variable lainnya pada keadaan konstan. Dibawah ini
hukum yang digunakan dalam menghitung parameter pada fan .

24
Tabel II.6 Hukum Kipas (Mc Person, 1993)

Persamaan diatas berlaku jikakedua kipas mempunyaidimensi geometri yang


sama danjika ukuran berbeda maka tekanan total kipas akan lebih besar dari tekanan yang
dihasilkan berdasarkan perhitungan diatas.
Hal ini yang mungkin berubah adalah densitas selama terjadi kompresi udara
yang dapat mempengaruhi hasil dari perhitungan hukum diatas. Hal ini akan terjadi pada
tekanan diatas 2.5 kPa.

2.11.4 Dasar-dasar Perhitungan Jaringan Ventilasi


Prinsip perhitungan jaringan ventilasi pada dasarnya merupakan pemahaman dari
teori pengaliran udara, sehingga diperlukan dasar-dasar pengetahuan tentang mekanika
fluida. Salah satu tujuan dari perhitungan ventilasi tambang adalah penetuan kualitas
udara dan rugi-rugi (kehilangan energi) , yang keduanya dihitung berdasarkan perbedaan
energi.
Proses pengaliran udara pada ventilasi tambang diasumsikan sebagai proses
aliran tetap (steady flow process). Dalam suatu aliran tetap berlaku Hukum Kekekalan
Energi, yang menyatakan bahwa energi total di dalam suatu system adalah tetap,
walaupun energi tersebut dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

2.12 Kualitas Udara Tambang


Udara tambang meliputi campuran antara udara atmosfer dengan emisi gas-gas
dalam tambang serta bahan-bahan pengotornya. Parameter kualitas udara meliputi gas,
debu, temperature serta kelembaban udara. Standar udara yang bersih adalah udara yang

25
mempunyai komposisi sama atau mendekati dengan komposisi udara atmosfer pada
keadaan normal. Udara segar normal yang dialirkan pada ventilasi tambang terdiri dari
Nitrogen, Oksigen, Karbondioksida, Argo dan gas-gas lain Komposisi udara segar dapat
dilihat pada table 3.1

Tabel II.7 Kompoisis Udara Segar


Unsur Persen Volume (%) Persen Berat (%)
Nitrogen (N2) 78.09 75.53
Oksigen (O2) 20.95 23.14
Karbondioksida (CO2) 0.03 0.046
Argon (Ar), dll 0.93 1.284
(Sumber : Hartman, 1982)

Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa udara segar


normal terdiri dari Notrogen = 79% dan Oksigen =21%. Disamping itu dianggap
bahwa udara segar akan selalu mengandung karbondioksida (CO2) sebesar
0.03%. Udara dalam ventilasi tambang selalu mengandung uap air, tidak pernah
ada udara yang benar-benar kering. Karena itu akan selalu ada istilah kelembaban
udara.
2.13 Gas-gas Pengotor Pada Udara Tambang Bijih
Terdapat beberapa macam gas pengotor dalam udara tabang bawah tanah. Gas-
gas ini berasal baik dari proses-proses yang terjadi dalam tambang maupun dari batuan.
Beberapa jenis gas-gas pengotor yang terdapat dalam tambang bawah tanah tersebut, ada
yang bersifat gas racun, yakni : gas yang bereaksi dengan darah dan dapat menyebabkan
kematian. Gas-gas pengotor tersebut adalah :
a. Karbondioksida (CO2)
Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak mendukung nyala api dan
merupakan gas racun. Gas ini lebih berat dari pada udara, karenanya selalu terdapat
pada bagian bawah dari suatu jalan udara. Dalam udara normal kandungan CO2
adalah 0,03%. Dalam tambang bawah tanah sering terkumpul pada bagian bekas-
bekas penambangan terutama yang tidak terkena aliran ventilasi, juga pada dasar
sumur-sumur tua.
Sumber dari CO2 berasal dari hasil pembakaran, hasil peledakan atau dari lapisan
batuan dan dari hasil pernafasan manusia. Pada kandungan CO2 = 0.5% laju
pernafasan manusia mulai meningkat, pada kandungan CO2 = 3 % laju pernafasan
menjadi duakali lipat keadaan normal, dan pada kandungan CO2 = 5% laju

26
pernafasan meningkat tiga kali lipat dan pada CO2 = 10% manusia hanya dapat
bertahan beberapa menit. Kombinasi CO2 dan udara biasa disebut ‘blackdamp’.
b. Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna , tidak berbau dan
tidak ada rasa, dapat terbakar dan sangat beracun. Gas ini banyak dihasilkan pada saat
terjadinya kebakaran pada tambang bawah tanah dan menyebabkan tingkat kematian
yang tinggi. Gas ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap hamooglobin darah,
sehingga sedikit saja kandungan gas CO dalam udara akan segera bersenyawa
dengan butir-butir haemoglobin (COHb) yang akan meracuni tubuh lewat darah.
Aktifitas CO terhadap hemoglobin menurut penelitian (Forbes and Grove, 1954)
mempunyai kekuatan 300 kali lebih besar dari pada oksigen dengan haemoglobin.
Gas CO dihasilkan dari hasil pembakaran, operasi motor bakar, proses peledakan dan
oksidasi lapisan batubara. Karbon monoksida merupakan gas beracun yang sangat
mematikan Karena sifatnya yang kumulatif. Gas CO pada kandungan 0.04% apabila
terhirup selama satu jam baru memberikan sedikit perasaan tidak enak, dua jam dapat
menyebabkan rasa pusing dan tiga jam menyebankan pingsan, lima jam dapat
menyebabkan kematian. Kandungan has CO sering juga dinyatakan dalam ppm (part
per million) . Sumber CO yang sering menyebabkan kematian adalah gas buangan
dari mobil dan kadang-kadang juga gas pemanas air. Gas CO mempunyai berat jenis
lebih ringan dari berat jenis udara sehingga sealu terapung di dalam udara.
c. Hidrogen Sulfida (H2S)
Gas inis erring disebut juga gas busuk (stinkdamp) karena baunya seperti bau
telur busuk. Gas ini tidak berwarna, beracun dan dapat meledak, merupakan hasil
dekomposisi dari senyawa belerang. Gas ini mempunyai berat jenis yang sedikit lebih
berat dari udara. Nilai ambang batas (TLV-TWA/Threshold Limit Value-Time Weigted
Averag) yang diperkenankan untuk pemaparan sebesar 10 ppm pada waktu selama 8
jam sehari.
Untuk waktu singkat (TLV-STEL/Threshold Limit Value – Short Term Exposure
Limit) tidak diperkenankan terpapar lebih dari 20 ppm. Walaupun gas H2S
mempunyai bau yang sangat jelas, namun kepekatan terhadap bau ini akan dapat
merusak akibat reaksi gas H2S terhadap syaraf penciuman.
d. Sulfur Oksida (SO2)
Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak bias terbakar.
Lebih berat dari pada udara, dan akan sangat terasa pada mata, hidung dan

27
tenggorokan. Nilai ambang batas ditetapkan pada keadaan gas = 2 ppm (TLV-TWA)
atau pada waktu terdedah yang singkat (TLV-STEL) = 5 ppm.
e. Nitrogen Oksida (NOx)
Gas nitogen oksida sebenarnya merupakan gas yang ‘inert’ , namun pada keadaan
tekanan tertentu dapat teroksidasi dan dapat menghasilkan gas yang sangat beracun.
Terbentuknya dalam tambang bawah tanah sebagai hasil peledakan dan gas buang
dari motor bakar. Nilai ambang batas adalah 5 ppm . Oksida nitrogen yang
merupakan gas racun ini akan bersenyawa dengan kandungan air dalam udara
membentuk asam nitrat, yang dapat merusak paru-paru apabila terhirup oleh manusia.
f. Debu
Sangat penting untuk mengetahui daerah-daerah vital yang menghasilkan debu
pada tambang bawah tanah. Hampir semua kegiatan penambangan menghasilkan
polusi debu. Jika suatu kegiatan operasi penambangan menghasilkan debu, kegiatan
ini ditentukan sebagai sumber utama. Jika kegiatan ini hanya mendispersi debu maka
disebut sebagai sumber sekunder. Berikut ini daftar operasi yang menghasilkan debu :
Tabel. II.8 Aktifitas Penambangan Penghasil Debu (Hartman, 1997)
Operation Primary Source Secondary Source
Continuous Miner + -
Roof Bolter + +
Shuttle Cars 0 +
Feeder – breaker - -
Belt Conveyor 0 -
Outby Equipment 0 -

+ : major source, - : minor source, 0 : negligible source

Tabel II.8 Menunjukkan bahwa kegiatan penambangan penghasil debu utama


adalah kegiatan continuous miner dan roof bolter, sedangkan sumber penghasil debu
sekunder adalah pada kegiatan operasi roof bolter dan shuttle cars.

g. Gas Pengotor Lainnya


Gas yang dapat dikelompokkan dalam gas pengotor lain adalah gas Hidrogen
yang dapat berasal dari proses pengisian aki (battery) dan gas-gas yang biasa terdapat
pada tambang bahan galian radioaktif seperti gas radon. Debu merupakan pengotor
udara tambang yang juga berbahaya bila konsentrasinya cukup tinggi, Karena dapat
mengganggu lingkungan kerja dan merusak kesehatan.
Secara garis besar, sumber debu pada tambang bawah tanah berasal dari aktivitas
penambangan yang meliputi operasi pemboran, peledakan, permuatan, dan

28
pengangkutan bijih atau batubara. Partikel debu dapat digolongkan berdasarkan
kandungan material solid dan ukuran diameter rata-rata partikelnya.

2.14 Dasar Peraturan Ventilasi Tambang

Aturan penghitungan penyediaan kebutuhan udara bersih minium didasarkan


kepada Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 tentang
Keselamatan Kerja Pertambangan Umum. Teori Jurani (1992) dan Mark (1991( serta
patokan kebiasaan (Rules of Thumb) juga sering digunakan dalam perhitungan ventilasi
tambang.

1. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.


555.K/26/M.PE/1995 Pasal 369 Mengenai Ketentuan Umum pada Tambang
Bawah Tanah yaitu :
“Bahwa Kepala Teknik Tambang harus menjamin tersedianya aliran udara bersih
yang cukup untuk semua tempat kerja dengan ketentuan volume oksigennya tidak
kurang dari 19.5 % dan volume karbon dioksidanya tidak lebih dari 0.5%”
2. Pekerja / Orang
Dibutuhkan minimal 2 m3/menit (70.63 cfm) per orang , sedangkan menurut
tempat kerja yang ada asap dan debunya sesuai standar OSHA (Occupational
Safety and Health Administration) manusia memerlukan udara segar 0.1 m3/s per
orang atau 211 cfm.
3. Peralatan
Menurut SK Mentamben , dibutuhkan 3 m3/menit (106 cfm) untuk setiap HP
dieseil yang dioperasikan, sedangkan menurut patokan kebiasaan dibutuhkan
antara 100 s.d 200 cfm untuk setiap BHP mesin diesel yang dioperasikan.
4. Temperatur Udara
Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah harus dipertahankan antara
180C s.d 240C dengan kelembaban relative maksimum 85 %.
5. Kondisi Ventilasi ditempat kerja harus :
Untuk rata-rata 8 jam
a. Karbon monoksida (CO) volumenya tidak lebih dari 0.005%
b. Hidrogen Sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari 0.001%
c. Dalam tenggang waktu 15 menit CO tidak boleh lebih dari 0.04%
6. Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus sekurang-
kurangnya 7 m per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
dan setelah peledakan kecepatan.

29
7. Menurut MSHA (Mine Safetu and Health Administration) , kehilangan udara dari
system ventilasi yang diijinkan adalah maksimal 10%. Kebutuhan minimum
udara segar yang diperlukan seseorang untuk pernafasan, dapat dihitung dengan
memperhatikan pembatasan pada jumlah O2 minimum yang diperkenankan dan
berdasarkan jumlah CO2 maksimum yang diijinkan dalam udara.
 Pasal 373 Mengenai Sistem Kipas Angin
1. Ayat 4, Kipas angin tambahan harus dipasang pada jarak kurang dari 5 meter dari
tempat terdekat pada jalan masuk ke lokasi yang akan diberi ventilasi.
2. Ayat 7, Kipas angin tambahan harus dilengkkapi alat penyalur udara sampai jarak
5 kali akar kuadrat dari luas penampang.
2.15 Perangkat Lunak Ventsim Visual 4
Perangkat lunak Vensim Visual 4 merupakan perangkat lunak yag digunakan
untuk mensimulasikan desain saluran ventilasi tambang bawah tanah berbentuk tiga
dimensi. Perangkat lunak ini mampu memodelkan secara 3 dimensi dari tambang saluran
udara tambang bawah tanah dengan geometri yang bisa dipilih diantaranya tapal kuda,
lingkaran, persegi, tidak beraturan dan shanty. Untuk data masukan parameter saluran
seperti resistensi, shockloss, friction factor. Untuk fan yang akan digunakan, diperlukan
kurva karakteristik fan atan memasukkan nilai kuantitas dan tekanan tetap. Apabila ingin
memasukkan parameter panas bisa memasukkan sumber panas dari batuan dan system
pendingin yang digunakan. Sedangkan untuk memasukkan konsentrasi kontaminan bisa
memasukkan konsentrasi dari gas.

Gambar II.9 Tampilan Ventsim Visual 5

30
BAB III
PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH PT KELOMPOK 3

3.1 Konsep dan Metode Penambangan


Berdasarkan perencanaan konsep dan metode penambangan yang dibuat oleh PT
Kelompok 3 berencana menerapkan sistem penambangan bawah tanah dengan metode
longwall dengan harapan dapat mengefesiensi proses produksi terhadap endapan
batubara, maka sistem ventilasi menjadi salah satu bagian penting dalam proses
perencanaan penambangan PT Kelompok 3.
Berdasarkan keberadaan endapan batubara yang secara menerus. PT Kelompok 3
merencanakan untuk melakukan kegiatan penambangan (development dan produksi) yang
beroperasi selama 15 tahun dengan target sebesar 800.000 ton/tahun.

Gambar III.1 Metode longwall

Berdasarkan alat yang digunakan , metode longwall PT Kelompok 3


menggunakan metode mekanis yaitu cara penambangan longwall menggunakan alat bor
mesin yang prinsip kerjanya menggunakan robotic system dimana berbentuk seperti
bucket weel. Selain itu nanti diberikan umpan kepada belt conveyor yang nantinya akan
terhubung keluar penambangan.

31
Gambar III.2 Longwall mining machinery in a Colorado coal mine. Image credit: Peabody
Energy, Inc.

Rancangan jalan untuk metode longwall dilakukan pada tahapan stage 1,


dimana pada stage tersebut mengarahkan kepada endapan batubara yang nantinya
dibuatkan beberapa panel penambangan. Dalam istilah penambangan longwall
sendiri umumnya terdapat maingate/tailgate, drift, dan panel itu sendiri.
3.2 Kebutuhan Alat dan Pekerja

Kegiatan Development dan produksi tambang bawah tanah PT. L akan dibagi
menjadi 3 stage , dengan perencanaan jumlah alat dan jumlah pekerja yang telah
direncanakan oleh PT Kelompok 3. Penambangan metode longwall menggunakan
longwall mining machinery yang telah dijelaskan diatas. Kemudian kebutuhan
belt conveyor disetiap jalurnya (Tailgate). Asumsi jumlah pekerja yang digunakan
dalam penambangan ini disetiap panel terdapat 4 orang yang bertindak sebagai
pengawas setiap 50 meternya.
Data ini akan digunakan sebagai dasar perencanaan system ventilasi dan
perencanaan biaya yang diperlukan selama kegiatan development dan
penambangan berlangsung.

3.3 Sistem Ventilasi

Hasil perhitungan perencanaan tambang untuk memenuhi pencapaian


target tersebut maka PT Kelompok akan melakukan kegiatan penambangan

32
dengan 3 tahapan kemajuan. Dimana tahap 1 dilakukan selama dua tahun , tahap 2
dilakukan selama 11 tahun, dan tahap 3 dilakukan selama 2 tahun. Untuk itu
dibutuhkan 5 perencanaan sistem ventilasi yang sesuai pada masing - masing
tahapan kemajuan tambang dalam memenuhi kebutuhan udaranya, system
perencanaan ini terbagi menjadi system perencanaan ventilasi :
a. Stage 1
b. Stage 2
c. Stage 3

3.2.1 Data Masukan Perangkat Lunak


Dalam perencanaan ventilasi menggunakan simulasi perangkat lunak
Ventsim, sehingga dibutuhkan data-data sebagai berikut :
 Data dimensi lubang bukaan
 Data resistensi setiap jalur udara
 Jumlah kebutuhan udara segar

3.2.2 Dimensi Lubang Bukaaan


Dimensi lubang bukaan meliputi tinggi dan lebar bukaan terowongan.
Data dimensi terowongan ini didapatkan dari data yang diberikan oleh Asisten.
Besarnya luasan lubang bukaan didapatkan dari hasil perkalian tinggi dikali lebar.
Dimensi lubang bukaan ini diasumsikan sama untuk semua jalur lubang bukaan.
Berikut ini data dimensi lubang bukaan dapat dilihat pada Tabel III.2 dibawah ini.
Tabel III.2 Dimensi Lubang Bukaan

Dimensi Terowongan

Mine Airway Type Dimension

Drift Arched 5 m x 5m
Maingate & Tailgate Arched 4 m x 4,5 m
Panel square 4 m x 4,5 m
Duct Round

33
BAB IV
PERENCANAAN KEMAJUAN TAMBANG DAN SISTEM VENTILASI
TAMBANG BAWAH TANAH PT KELOMPOK 3

4.1.1 Perencanaan Sistem Ventilasi


4.1.1. Resistensi
Resistensi merupakan hambatan dalam suatu lokasi. Hambatan ini akan
mempengaruhi besar kecilnya kecepatan aliran udara. Semakin besar nilai hambatan
disuatu lokasi makin kecil kecepatan aliran udara yang mengalir di lokasi tersebut.
Perhitungan resistensi ini dilakukan 3 tahap berdasarkan perencaaan kemajuan
tambangnya. Data resistensi yang didapatkan akan menjadi data input dalam simulasi
perangkat lunak Ventsim.
a. Resistensi Tahap 1
Perhitungan resistensi pada Stage 1 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dengan
asumsi bahwa drift memiliki kondisi permukaan batubara dengan tipe intakes and clean
condition, sedangkan untuk panel yang terdapat pada tahap pertama termasuk dalam
longwall faceline dengan tipe belt conveyor.
Tabel 4.1 Resistensi Stage 1
Friction
Lebar Tinggi Panjang Length
Name Bentuk A^3 Per Factor Resistance
(m) (m) (m) Eq (m)
(K)
D1 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 113.9 6 0.009 0.0043043
D1a Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 7.8 6 0.009 0.0004954
D2 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 63.7 6 0.009 0.0025021
D3 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 184.5 6 0.009 0.0068387
D4 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 69.6 60 0.009 0.0046525
D5 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 29 60 0.009 0.003195
D6 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 91.2 5 0.009 0.0034535
D7 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 25.5 45 0.009 0.0025309
D8 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 35.7 20 0.009 0.0019996
D9 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 29.3 20 0.009 0.0017698
D10 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 31.9 20 0.009 0.0018631
D11 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 33 6 0.009 0.0014
D12 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 216.6 60 0.009 0.0099296
D13 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 285.7 5 0.009 0.0104358
D14 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 39.8 60 0.009 0.0035827
D15 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 149.9 20 0.009 0.0060992
D16 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 25.9 6 0.009 0.0011452

34
D17 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 195.1 6 0.009 0.0072192
D17a Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 14.6 6 0.009 0.0007395
D17b Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 2.6 20 0.009 0.0008113
D17c Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 23.2 6 0.009 0.0010482
D17d Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 12.8 20 0.009 0.0011775
MG1 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 93 60 0.009 0.0054925
MG2 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 196.8 10 0.009 0.0074239
MG3 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 53 10 0.009 0.0022616
MG4 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 140.4 60 0.009 0.0071941
MG5 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 37 60 0.009 0.0034822
MG6 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 89.7 6 0.009 0.0034355
MG7 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 189 45 0.009 0.0084003
TG1 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 48.7 5 0.009 0.0019278
TG2 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 169.4 10 0.009 0.0064402
TG3 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 107.1 10 0.009 0.0042037
TG4 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 143.1 20 0.009 0.0058551
TG5 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 48.9 20 0.009 0.0024734
TG6 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 266.1 20 0.009 0.0102706
TG7 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 28.2 20 0.009 0.0017303
TG8 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 24.6 20 0.009 0.0016011
TG9 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 182.7 20 0.009 0.0072767
TG10 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 162.2 5 0.009 0.0060023
TG11 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 69.8 5 0.009 0.0026852
TG12 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 148.6 60 0.009 0.0074885
TG13 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 371.4 20 0.009 0.0140508
B1 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 6 1 0.009 0.0002513
B2 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 5.9 1 0.009 0.0002477
B3 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 5 1 0.009 0.0002154
B4 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 8.7 6 0.009 0.0005277
B5 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 36.2 1 0.009 0.0013354
B6 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 6.1 1 0.009 0.0002549
B7 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 6.5 1 0.009 0.0002692
B8 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 5 1 0.009 0.0002154
B9 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 5.1 1 0.009 0.000219
B10 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 6.4 1 0.009 0.0002657
B11 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 4.8 1 0.009 0.0002082
B12 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 5.4 1 0.009 0.0002298
B13 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 3.7 1 0.009 0.0001687
B14 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 3.8 1 0.009 0.0001723
B15 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 5.1 1 0.009 0.000219
B16 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 8.8 1 0.009 0.0003518
B17 Arched 4 4.5 4404.8952 17.57 75.7 10 0.009 0.0030765
P1 Square 4 4.5 5832 17 21.1 60 0.009 0.0021276

35
P2 Square 4 4.5 5832 17 22.4 60 0.009 0.0021617
P3 Square 4 4.5 5832 17 103.2 60 0.009 0.0042815
P4 Square 4 4.5 5832 17 115.8 60 0.009 0.004612
P5 Square 4 4.5 5832 17 115.8 60 0.009 0.004612
P6 Square 4 4.5 5832 17 25.1 60 0.009 0.0022326
P7 Square 4 4.5 5832 17 26.4 60 0.009 0.0022667
P8 Square 4 4.5 5832 17 28.3 60 0.009 0.0023165
P9 Square 4 4.5 5832 17 34.9 60 0.009 0.0024897

b. Resistensi Tahap 2
Perhitungan resistensi tahap 2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Pada tahap
penambangan kedua ini mulai dibangun drift yang menjurus searah endapan batubara
yang memiliki nilai faktor frictionnya sebesar 0.009, sedangkan untuk panel-panel yang
telah dibuat untuk mining front memiliki nilai faktor frcition sebesar 0.05.
Tabel 4.2 Resistensi Stage 2
Friction
Lebar Tinggi Panjang Length
Name Bentuk A^3 Per Factor Resistance
(m) (m) (m) Eq (m)
(K)
D1 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 113.9 6 0.009 0.004304
D1a Arched 4 4.5 4404.895 17.57 7.8 6 0.009 0.000495
D2 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 63.7 6 0.009 0.002502
D3 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 184.5 6 0.009 0.006839
D4 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 69.6 60 0.009 0.004652
D5 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 29 60 0.009 0.003195
D6 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 91.2 5 0.009 0.003453
D7 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 25.5 45 0.009 0.002531
D8 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 35.7 20 0.009 0.002
D9 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 29.3 20 0.009 0.00177
D10 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 31.9 20 0.009 0.001863
D11 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 33 6 0.009 0.0014
D12 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 216.6 60 0.009 0.00993
D13 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 285.7 5 0.009 0.010436
D14 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 39.8 60 0.009 0.003583
D15 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 149.9 20 0.009 0.006099
D16 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 25.9 6 0.009 0.001145
D17 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 195.1 6 0.009 0.007219
D17a Arched 4 4.5 4404.895 17.57 14.6 6 0.009 0.00074
D17b Arched 4 4.5 4404.895 17.57 2.6 20 0.009 0.000811
D17c Arched 4 4.5 4404.895 17.57 23.2 6 0.009 0.001048
D17d Arched 4 4.5 4404.895 17.57 12.8 20 0.009 0.001177
MG1 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 93 60 0.009 0.005493
MG2 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 196.8 10 0.009 0.007424

36
MG3 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 53 10 0.009 0.002262
MG4 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 140.4 60 0.009 0.007194
MG5 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 37 60 0.009 0.003482
MG6 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 89.7 6 0.009 0.003436
MG7 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 189 45 0.009 0.0084
TG1 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 48.7 5 0.009 0.001928
TG2 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 169.4 10 0.009 0.00644
TG3 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 107.1 10 0.009 0.004204
TG4 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 143.1 20 0.009 0.005855
TG5 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 48.9 20 0.009 0.002473
TG6 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 266.1 20 0.009 0.010271
TG7 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 28.2 20 0.009 0.00173
TG8 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 24.6 20 0.009 0.001601
TG9 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 182.7 20 0.009 0.007277
TG10 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 162.2 5 0.009 0.006002
TG11 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 69.8 5 0.009 0.002685
TG12 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 148.6 60 0.009 0.007488
TG13 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 371.4 20 0.009 0.014051
B1 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 6 1 0.009 0.000251
B2 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 5.9 1 0.009 0.000248
B3 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 5 1 0.009 0.000215
B4 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 8.7 6 0.009 0.000528
B5 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 36.2 1 0.009 0.001335
B6 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 6.1 1 0.009 0.000255
B7 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 6.5 1 0.009 0.000269
B8 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 5 1 0.009 0.000215
B9 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 5.1 1 0.009 0.000219
B10 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 6.4 1 0.009 0.000266
B11 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 4.8 1 0.009 0.000208
B12 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 5.4 1 0.009 0.00023
B13 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 3.7 1 0.009 0.000169
B14 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 3.8 1 0.009 0.000172
B15 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 5.1 1 0.009 0.000219
B16 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 8.8 1 0.009 0.000352
B17 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 75.7 10 0.009 0.003077
P1 Square 4 4.5 4404.895 17.57 21.1 60 0.009 0.002911
P2 Square 4 4.5 4404.895 17.57 22.4 60 0.009 0.002958
P3 Square 4 4.5 4404.895 17.57 103.2 60 0.009 0.005859
P4 Square 4 4.5 4404.895 17.57 115.8 60 0.009 0.006311
P5 Square 4 4.5 4404.895 17.57 115.8 60 0.009 0.006311
P6 Square 4 4.5 4404.895 17.57 25.1 60 0.009 0.003055
P7 Square 4 4.5 4404.895 17.57 26.4 60 0.009 0.003102
P8 Square 4 4.5 4404.895 17.57 28.3 60 0.009 0.00317

37
P9 Square 4 4.5 4404.895 17.57 34.9 60 0.009 0.003407
D20 Arched 5 5 10035.76 21.14 405.8 5 0.009 0.007788
D21 Arched 5 5 10035.76 21.14 369.3 60 0.009 0.008139
D22 Arched 5 5 10035.76 21.14 68.6 5 0.009 0.001395
D23 Arched 5 5 10035.76 21.14 48 6 0.009 0.001024
D24 Arched 5 5 10035.76 21.14 67.7 60 0.009 0.002421
D25 Arched 5 5 10035.76 21.14 23.3 10 0.009 0.000631
D26 Arched 5 5 10035.76 21.14 22.1 20 0.009 0.000798
D27 Arched 5 5 10035.76 21.14 28.1 20 0.009 0.000912
D28 Arched 5 5 10035.76 21.14 33.3 20 0.009 0.00101
D29 Arched 5 5 10035.76 21.14 11.6 20 0.009 0.000599
D30 Arched 5 5 10035.76 21.14 5.8 20 0.009 0.000489
D31 Arched 5 5 10035.76 21.14 14.1 20 0.009 0.000646
D31a Arched 5 5 10035.76 21.14 5.8 20 0.009 0.000489
D31b Arched 5 5 10035.76 21.14 7.1 20 0.009 0.000514
D31c Arched 5 5 10035.76 21.14 10.7 20 0.009 0.000582
D32 Arched 5 5 10035.76 21.14 16.6 20 0.009 0.000694
D33 Arched 5 5 10035.76 21.14 17.2 20 0.009 0.000705
D33a Arched 5 5 10035.76 21.14 17.5 20 0.009 0.000711
D34 Arched 5 5 10035.76 21.14 16.9 20 0.009 0.0007
D35 Arched 5 5 10035.76 21.14 18.1 20 0.009 0.000722
D36 Arched 5 5 10035.76 21.14 16.2 20 0.009 0.000686
D37 Arched 5 5 10035.76 21.14 17.2 20 0.009 0.000705
D38 Arched 5 5 10035.76 21.14 16.9 20 0.009 0.0007
D39 Arched 5 5 10035.76 21.14 18.3 20 0.009 0.000726
D40 Arched 5 5 10035.76 21.14 8.3 20 0.009 0.000537
D41 Arched 5 5 10035.76 21.14 9.1 20 0.009 0.000552
D42 Arched 5 5 10035.76 21.14 17.4 20 0.009 0.000709
D43 Arched 5 5 10035.76 21.14 17.3 20 0.009 0.000707
D44 Arched 5 5 10035.76 21.14 10.1 20 0.009 0.000571
D44a Arched 5 5 10035.76 21.14 7.4 20 0.009 0.000519
D45 Arched 5 5 10035.76 21.14 15.3 20 0.009 0.000669
D46 Arched 5 5 10035.76 21.14 16.7 20 0.009 0.000696
D47 Arched 5 5 10035.76 21.14 16.5 20 0.009 0.000692
D48 Arched 5 5 10035.76 21.14 16.1 20 0.009 0.000684
D49 Arched 5 5 10035.76 21.14 15.6 20 0.009 0.000675
D50 Arched 5 5 10035.76 21.14 15 20 0.009 0.000664
D51 Arched 5 5 10035.76 21.14 17 20 0.009 0.000701
D52 Arched 5 5 10035.76 21.14 17.1 20 0.009 0.000703
D53 Arched 5 5 10035.76 21.14 29.5 60 0.009 0.001697
D54 Arched 5 5 10035.76 21.14 35.4 20 0.009 0.00105
D55 Arched 5 5 10035.76 21.14 35.6 45 0.009 0.001528
D56 Arched 5 5 10035.76 21.14 42.7 20 0.009 0.001189

38
D57 Arched 5 5 10035.76 21.14 30 20 0.009 0.000948
D58 Arched 5 5 10035.76 21.14 76.8 6 0.009 0.00157
D59 Arched 5 5 10035.76 21.14 63 20 0.009 0.001574
D60 Arched 5 5 10035.76 21.14 384.4 10 0.009 0.007477
P30 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 49.2 20 0.05 0.013801
P31 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 151.9 20 0.05 0.034283
P32 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 136.3 20 0.05 0.031172
P33 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 78.9 20 0.05 0.019724
P34 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 225.4 20 0.05 0.048942
P35 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 236.1 20 0.05 0.051076
P36 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 235.9 20 0.05 0.051036
P37 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 235.7 20 0.05 0.050996
P38 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 235.5 20 0.05 0.050956
P39 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 235.3 20 0.05 0.050916
P40 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 235.1 20 0.05 0.050876
P41 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 234.8 20 0.05 0.050817
P42 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 234.6 20 0.05 0.050777
P43 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 234.5 20 0.05 0.050757
P44 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 234.3 20 0.05 0.050717
P45 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 234.1 20 0.05 0.050677
P46 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 233.9 20 0.05 0.050637
P47 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 231.7 20 0.05 0.050198
P48 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 251.9 20 0.05 0.054227
P49 Arched 4 4.5 4404.895 17.57 18.1 20 0.05 0.007599

c. Resistensi Tahap 3
Perhitungan resistensi tahap 3 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Pada stage
ketiga yang dilakukan selama dua tahun ini sama dengan stage kedua, yaitu hanya berupa
penambahan maingate dan tailgate yang nantinya dilalui oleh alat untuk melakukan
produksi batubara.

Tabel 4.3 Resistensi Stage 3


Frictio
Lengt
Nam Bentu Leba Tingg Panjan n Resistanc
A^3 Per h Eq
e k r (m) i (m) g (m) Factor e
(m)
(K)
4404.89 17.5
D1 Arched 4 4.5 113.9 6 0.009 0.004304
5 7
4404.89 17.5
D1a Arched 4 4.5 7.8 6 0.009 0.000495
5 7
4404.89 17.5
D2 Arched 4 4.5 63.7 6 0.009 0.002502
5 7
4404.89 17.5
D3 Arched 4 4.5 184.5 6 0.009 0.006839
5 7
4404.89 17.5
D4 Arched 4 4.5 69.6 60 0.009 0.004652
5 7

39
4404.89 17.5
D5 Arched 4 4.5 29 60 0.009 0.003195
5 7
4404.89 17.5
D6 Arched 4 4.5 91.2 5 0.009 0.003453
5 7
4404.89 17.5
D7 Arched 4 4.5 25.5 45 0.009 0.002531
5 7
4404.89 17.5
D8 Arched 4 4.5 35.7 20 0.009 0.002
5 7
4404.89 17.5
D9 Arched 4 4.5 29.3 20 0.009 0.00177
5 7
4404.89 17.5
D10 Arched 4 4.5 31.9 20 0.009 0.001863
5 7
4404.89 17.5
D11 Arched 4 4.5 33 6 0.009 0.0014
5 7
4404.89 17.5
D12 Arched 4 4.5 216.6 60 0.009 0.00993
5 7
4404.89 17.5
D13 Arched 4 4.5 285.7 5 0.009 0.010436
5 7
4404.89 17.5
D14 Arched 4 4.5 39.8 60 0.009 0.003583
5 7
4404.89 17.5
D15 Arched 4 4.5 149.9 20 0.009 0.006099
5 7
4404.89 17.5
D16 Arched 4 4.5 25.9 6 0.009 0.001145
5 7
4404.89 17.5
D17 Arched 4 4.5 195.1 6 0.009 0.007219
5 7
4404.89 17.5
D17a Arched 4 4.5 14.6 6 0.009 0.00074
5 7
4404.89 17.5
D17b Arched 4 4.5 2.6 20 0.009 0.000811
5 7
4404.89 17.5
D17c Arched 4 4.5 23.2 6 0.009 0.001048
5 7
4404.89 17.5
D17d Arched 4 4.5 12.8 20 0.009 0.001177
5 7
4404.89 17.5
MG1 Arched 4 4.5 93 60 0.009 0.005493
5 7
4404.89 17.5
MG2 Arched 4 4.5 196.8 10 0.009 0.007424
5 7
4404.89 17.5
MG3 Arched 4 4.5 53 10 0.009 0.002262
5 7
4404.89 17.5
MG4 Arched 4 4.5 140.4 60 0.009 0.007194
5 7
4404.89 17.5
MG5 Arched 4 4.5 37 60 0.009 0.003482
5 7
4404.89 17.5
MG6 Arched 4 4.5 89.7 6 0.009 0.003436
5 7
4404.89 17.5
MG7 Arched 4 4.5 189 45 0.009 0.0084
5 7
4404.89 17.5
TG1 Arched 4 4.5 48.7 5 0.009 0.001928
5 7
4404.89 17.5
TG2 Arched 4 4.5 169.4 10 0.009 0.00644
5 7
4404.89 17.5
TG3 Arched 4 4.5 107.1 10 0.009 0.004204
5 7
4404.89 17.5
TG4 Arched 4 4.5 143.1 20 0.009 0.005855
5 7

40
4404.89 17.5
TG5 Arched 4 4.5 48.9 20 0.009 0.002473
5 7
4404.89 17.5
TG6 Arched 4 4.5 266.1 20 0.009 0.010271
5 7
4404.89 17.5
TG7 Arched 4 4.5 28.2 20 0.009 0.00173
5 7
4404.89 17.5
TG8 Arched 4 4.5 24.6 20 0.009 0.001601
5 7
4404.89 17.5
TG9 Arched 4 4.5 182.7 20 0.009 0.007277
5 7
4404.89 17.5
TG10 Arched 4 4.5 162.2 5 0.009 0.006002
5 7
4404.89 17.5
TG11 Arched 4 4.5 69.8 5 0.009 0.002685
5 7
4404.89 17.5
TG12 Arched 4 4.5 148.6 60 0.009 0.007488
5 7
4404.89 17.5
TG13 Arched 4 4.5 371.4 20 0.009 0.014051
5 7
4404.89 17.5
B1 Arched 4 4.5 6 1 0.009 0.000251
5 7
4404.89 17.5
B2 Arched 4 4.5 5.9 1 0.009 0.000248
5 7
4404.89 17.5
B3 Arched 4 4.5 5 1 0.009 0.000215
5 7
4404.89 17.5
B4 Arched 4 4.5 8.7 6 0.009 0.000528
5 7
4404.89 17.5
B5 Arched 4 4.5 36.2 1 0.009 0.001335
5 7
4404.89 17.5
B6 Arched 4 4.5 6.1 1 0.009 0.000255
5 7
4404.89 17.5
B7 Arched 4 4.5 6.5 1 0.009 0.000269
5 7
4404.89 17.5
B8 Arched 4 4.5 5 1 0.009 0.000215
5 7
4404.89 17.5
B9 Arched 4 4.5 5.1 1 0.009 0.000219
5 7
4404.89 17.5
B10 Arched 4 4.5 6.4 1 0.009 0.000266
5 7
4404.89 17.5
B11 Arched 4 4.5 4.8 1 0.009 0.000208
5 7
4404.89 17.5
B12 Arched 4 4.5 5.4 1 0.009 0.00023
5 7
4404.89 17.5
B13 Arched 4 4.5 3.7 1 0.009 0.000169
5 7
4404.89 17.5
B14 Arched 4 4.5 3.8 1 0.009 0.000172
5 7
4404.89 17.5
B15 Arched 4 4.5 5.1 1 0.009 0.000219
5 7
4404.89 17.5
B16 Arched 4 4.5 8.8 1 0.009 0.000352
5 7
4404.89 17.5
B17 Arched 4 4.5 75.7 10 0.009 0.003077
5 7
4404.89 17.5
P1 Square 4 4.5 21.1 60 0.009 0.002911
5 7
4404.89 17.5
P2 Square 4 4.5 22.4 60 0.009 0.002958
5 7

41
4404.89 17.5
P3 Square 4 4.5 103.2 60 0.009 0.005859
5 7
4404.89 17.5
P4 Square 4 4.5 115.8 60 0.009 0.006311
5 7
4404.89 17.5
P5 Square 4 4.5 115.8 60 0.009 0.006311
5 7
4404.89 17.5
P6 Square 4 4.5 25.1 60 0.009 0.003055
5 7
4404.89 17.5
P7 Square 4 4.5 26.4 60 0.009 0.003102
5 7
4404.89 17.5
P8 Square 4 4.5 28.3 60 0.009 0.00317
5 7
4404.89 17.5
P9 Square 4 4.5 34.9 60 0.009 0.003407
5 7
10035.7 21.1
D20 Arched 5 5 405.8 5 0.009 0.007788
6 4
10035.7 21.1
D21 Arched 5 5 369.3 60 0.009 0.008139
6 4
10035.7 21.1
D22 Arched 5 5 68.6 5 0.009 0.001395
6 4
10035.7 21.1
D23 Arched 5 5 48 6 0.009 0.001024
6 4
10035.7 21.1
D24 Arched 5 5 67.7 60 0.009 0.002421
6 4
10035.7 21.1
D25 Arched 5 5 23.3 10 0.009 0.000631
6 4
10035.7 21.1
D26 Arched 5 5 22.1 20 0.009 0.000798
6 4
10035.7 21.1
D27 Arched 5 5 28.1 20 0.009 0.000912
6 4
10035.7 21.1
D28 Arched 5 5 33.3 20 0.009 0.00101
6 4
10035.7 21.1
D29 Arched 5 5 11.6 20 0.009 0.000599
6 4
10035.7 21.1
D30 Arched 5 5 5.8 20 0.009 0.000489
6 4
10035.7 21.1
D31 Arched 5 5 14.1 20 0.009 0.000646
6 4
10035.7 21.1
D31a Arched 5 5 5.8 20 0.009 0.000489
6 4
10035.7 21.1
D31b Arched 5 5 7.1 20 0.009 0.000514
6 4
10035.7 21.1
D31c Arched 5 5 10.7 20 0.009 0.000582
6 4
10035.7 21.1
D32 Arched 5 5 16.6 20 0.009 0.000694
6 4
10035.7 21.1
D33 Arched 5 5 17.2 20 0.009 0.000705
6 4
10035.7 21.1
D33a Arched 5 5 17.5 20 0.009 0.000711
6 4
10035.7 21.1
D34 Arched 5 5 16.9 20 0.009 0.0007
6 4
10035.7 21.1
D35 Arched 5 5 18.1 20 0.009 0.000722
6 4
10035.7 21.1
D36 Arched 5 5 16.2 20 0.009 0.000686
6 4

42
10035.7 21.1
D37 Arched 5 5 17.2 20 0.009 0.000705
6 4
10035.7 21.1
D38 Arched 5 5 16.9 20 0.009 0.0007
6 4
10035.7 21.1
D39 Arched 5 5 18.3 20 0.009 0.000726
6 4
10035.7 21.1
D40 Arched 5 5 8.3 20 0.009 0.000537
6 4
10035.7 21.1
D41 Arched 5 5 9.1 20 0.009 0.000552
6 4
10035.7 21.1
D42 Arched 5 5 17.4 20 0.009 0.000709
6 4
10035.7 21.1
D43 Arched 5 5 17.3 20 0.009 0.000707
6 4
10035.7 21.1
D44 Arched 5 5 10.1 20 0.009 0.000571
6 4
10035.7 21.1
D44a Arched 5 5 7.4 20 0.009 0.000519
6 4
10035.7 21.1
D45 Arched 5 5 15.3 20 0.009 0.000669
6 4
10035.7 21.1
D46 Arched 5 5 16.7 20 0.009 0.000696
6 4
10035.7 21.1
D47 Arched 5 5 16.5 20 0.009 0.000692
6 4
10035.7 21.1
D48 Arched 5 5 16.1 20 0.009 0.000684
6 4
10035.7 21.1
D49 Arched 5 5 15.6 20 0.009 0.000675
6 4
10035.7 21.1
D50 Arched 5 5 15 20 0.009 0.000664
6 4
10035.7 21.1
D51 Arched 5 5 17 20 0.009 0.000701
6 4
10035.7 21.1
D52 Arched 5 5 17.1 20 0.009 0.000703
6 4
10035.7 21.1
D53 Arched 5 5 29.5 60 0.009 0.001697
6 4
10035.7 21.1
D54 Arched 5 5 35.4 20 0.009 0.00105
6 4
10035.7 21.1
D55 Arched 5 5 35.6 45 0.009 0.001528
6 4
10035.7 21.1
D56 Arched 5 5 42.7 20 0.009 0.001189
6 4
10035.7 21.1
D57 Arched 5 5 30 20 0.009 0.000948
6 4
10035.7 21.1
D58 Arched 5 5 76.8 6 0.009 0.00157
6 4
10035.7 21.1
D59 Arched 5 5 63 20 0.009 0.001574
6 4
10035.7 21.1
D60 Arched 5 5 384.4 10 0.009 0.007477
6 4
4404.89 17.5
P30 Arched 4 4.5 49.2 20 0.05 0.013801
5 7
4404.89 17.5
P31 Arched 4 4.5 151.9 20 0.05 0.034283
5 7
4404.89 17.5
P32 Arched 4 4.5 136.3 20 0.05 0.031172
5 7

43
4404.89 17.5
P33 Arched 4 4.5 78.9 20 0.05 0.019724
5 7
4404.89 17.5
P34 Arched 4 4.5 225.4 20 0.05 0.048942
5 7
4404.89 17.5
P35 Arched 4 4.5 236.1 20 0.05 0.051076
5 7
4404.89 17.5
P36 Arched 4 4.5 235.9 20 0.05 0.051036
5 7
4404.89 17.5
P37 Arched 4 4.5 235.7 20 0.05 0.050996
5 7
4404.89 17.5
P38 Arched 4 4.5 235.5 20 0.05 0.050956
5 7
4404.89 17.5
P39 Arched 4 4.5 235.3 20 0.05 0.050916
5 7
4404.89 17.5
P40 Arched 4 4.5 235.1 20 0.05 0.050876
5 7
4404.89 17.5
P41 Arched 4 4.5 234.8 20 0.05 0.050817
5 7
4404.89 17.5
P42 Arched 4 4.5 234.6 20 0.05 0.050777
5 7
4404.89 17.5
P43 Arched 4 4.5 234.5 20 0.05 0.050757
5 7
4404.89 17.5
P44 Arched 4 4.5 234.3 20 0.05 0.050717
5 7
4404.89 17.5
P45 Arched 4 4.5 234.1 20 0.05 0.050677
5 7
4404.89 17.5
P46 Arched 4 4.5 233.9 20 0.05 0.050637
5 7
4404.89 17.5
P47 Arched 4 4.5 231.7 20 0.05 0.050198
5 7
4404.89 17.5
P48 Arched 4 4.5 251.9 20 0.05 0.054227
5 7
4404.89 17.5
P49 Arched 4 4.5 18.1 20 0.05 0.007599
5 7
4404.89 17.5
P50 Arched 4 4.5 233.7 0.05
5 7 20 0.050597
4404.89 17.5
P51 Arched 4 4.5 233.6 0.05
5 7 20 0.050577
4404.89 17.5
P52 Arched 4 4.5 233.4 0.05
5 7 20 0.050537
4404.89 17.5
P53 Arched 4 4.5 233.2 0.05
5 7 20 0.050498
4404.89 17.5
P54 Arched 4 4.5 233.1 0.05
5 7 20 0.050478
4404.89 17.5
P55 Arched 4 4.5 232.9 0.05
5 7 20 0.050438
4404.89 17.5
P56 Arched 4 4.5 133 0.05
5 7 20 0.030514
4404.89 17.5
P57 Arched 4 4.5 99.7 0.05
5 7 20 0.023873
4404.89 17.5
P58 Arched 4 4.5 134.9 0.05
5 7 20 0.030893
4404.89 17.5
P59 Arched 4 4.5 97.5 0.05
5 7 20 0.023434
4404.89 17.5
P60 Arched 4 4.5 232.3 0.05
5 7 20 0.050318

44
4404.89 17.5
P61 Arched 4 4.5 232.1 0.05
5 7 20 0.050278
4404.89 17.5
P62 Arched 4 4.5 232 0.05
5 7 20 0.050258
4404.89 17.5
P63 Arched 4 4.5 231.8 0.05
5 7 20 0.050218

4.1.2. Pengenceran Gas – gas Berbahaya


Dalam melakukan pengendalian terhadap gas-gas kontaminasi di dalam tambang
dilakukan perlu dilakukan perhitungan-perhitungan agar didapatkan jumlah udara dan
waktu delusi yang tepat untuk mengencerkan gas-gas pengganggu akibat kegiatan
penambangan dan peledakan.
a. Pengenceran Debu
Untuk mendilusikan partikel debu dengan udara pada lokasi kerja yang
disebabkan Karena proses penambangan menggunakan persamaan berikut:
Diketahui:
- Target Produksi PT. L : 800.000 ton/tahun
: 0.03 ton/s
- Specific Gravity Ore : 1,3 (Asumsi)
- Konsetrasi Debu Penambangan : 1300 mg/ton
- Allowable Dust (Hartman) : 2 mg/m3
𝐸𝑑 × 𝑃 Dimana :
𝑄= (𝑚3 /𝑠)
𝐶𝑑 Q : Udara minimal mendilusi debu (m3/s)
1300 𝑥 0.03 Ed : Konsentrasi debu (mg/ton)
𝑄= (𝑚3 /𝑠)
2 P : Production rate (ton/s)
3
𝑄 = 18.84 𝑚 /𝑠 Cd : Batas Minimum Debu (mg/m3)

Jadi dibutuhkan aliran udara sebesar 18.84 m3/s untuk mendelusikan debu yang
dihasilkan dari proses penambangan untuk tahapn produksi. Sedangkan untuk tahapan
development dengan nilai lebih kecil (dapat dilihat pada lampiran).

b. Pengenceran Gas Metana Dari Penambangan


Pada tahapan kegiatan penambangan batubara bawah tanah cenderung akan
mengeluarkan beberapa gas metana yang bersifat berbahaya. Dikarenakan dapat
memicu adanya ledakan. Perhitungan dilakukan untuk mendilusi gas methan yang
ada di jalur penambangan khususnya pada jalur produksi. Perhitungan dapat dilihat
pada lampiran. Rata-rata disetiap stage harus memiliki 0.19 m3/s untuk mendilusi gas
methane tersebut.

45
46
Tabel 4.4 Simulasi Produksi dan Development:
Total produksi: 800.000 ton/tahun.

Simulasi Produksi (Ton/jam)


Produksi Year
Month/Day 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jan 31 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61
Feb 28 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21
Mar 31 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61
Apr 30 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59
May 31 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61
Jun 30 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59
Jul 31 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61
Aug 31 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61
Sep 30 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59
Oct 31 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61
Nov 30 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59
Dec 31 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61
Stage 1 Stage 2 Stage 3

47
Tabel 4.5 Kubikasi Pengupasan Overburden
Total development:

Simulasi Produksi (ton/jam)


Produksi
Year
Month/Day 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jan 31 4.54 4.54 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 3.64 3.64
Feb 28 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21 99.21
Mar 31 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61
Apr 30 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59
May 31 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61
Jun 30 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59
Jul 31 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61
Aug 31 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61
Sep 30 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59
Oct 31 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61
Nov 30 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59 92.59
Dec 31 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61 89.61
Stage 1 Stage 2 Stage 3
Target
Produksi
(Ton) 40500 40500 4181.818 4181.818 4181.818 4181.818 4181.818 4181.818 4181.818 4181.818 4181.818 4181.818 4181.818 32500 32500

48
Tabel 4.6 Kebutuhan Udara pada setiap Stage
Stage 1:
Ruangan Luas area Tinggi Volume Referensi Debit
(m2) m m3 (m3/s)
Bengkel bawah tanah 35 3 105 0.146
1 Ruang Rapat 40 3 120 Mc Pherson 0.167
Gudang 35 3 105 (2012) 0.146
Pompa 40 3 330 0.458
Sub - Total 0.917
Debu dari Debit kebutuhan
Produksi Shift P Ed Cd
Penambangan Referensi udara Referensi
ton/hari shift/hari ton/s mg/ton mg/m3 m3/jam Standar
2 Development konsentrasi debu
110.96 3 0.0015 1300 Mc Pherson
Front 2 0.95 menurut Mc
(2012)
Mining Front 2191.78 3 0.03 1300 2 18.84 Pherson (2012)
Sub - Total 19.80 =1,5 - 2 mg/m3
Gas Metana dari Penambangan Produksi Shift P Eg Cg V (Lel) Q Referensi
ton/hari shift/hari ton/detik m3/s % m3/s
Mc Pherson
Development Front 221.92 3 0.002568493 - - (2012)
3 60.152 0.16
Mining Front 4383.562 3 0.050735667 - -
Strata Gas 0.087 0.5 17.4
Sub - Total 17.56

49
Stage 2:
Ruangan Luas area Tinggi Volume Referensi Debit
(m2) m m3 (m3/s)
Bengkel bawah tanah 35 3 105 0.145
Ruang Rapat 40 3 120 0.166
1 Mc
Gudang 35 3 105 Pherson 0.14
Pompa 40 3 330 (2012) 0.45
Jumlah:
Manusia 4 Panel
17 2.26
Sub - Total 3.18
Debit
Debu dari Penambangan Produksi Shift P Ed Cd kebutuhan
Referensi udara Referensi
2 ton/hari shift/hari ton/s mg/ton mg/m3 m3/jam Standar konsentrasi
Mc
Development Front 11.45704 3 0.000152 1300 2 0.10 debu menurut Mc
Pherson
Mining Front 2191.781 3 0.028992 1300 2 18.84 Pherson (2012) =1,5 -
(2012)
Sub - Total 18.94 2 mg/m3
Gas Metana dari Penambangan Produksi Shift P P Ed Cd Eg Cg V (Lel) Q Referensi
3
ton/hari shift/hari ton/jam ton/detik cc/ton cc/m m3/s % m3/s
Development Front 221.92 3 9.246575 0.002568 - - - - Mc
3 71.956 0.199
Mining Front 4383.562 3 182.6484 0.050736 - - - - Pherson
(2012)
Strata Gas 0.087 0.5 17.4
Sub - Total 17.599

50
Stage 3:
Ruangan Luas area Tinggi Volume Referensi Debit
2 3
(m ) m m (m3/s)
Bengkel bawah tanah 35 3 105 0.145833
1 Ruang Rapat 40 3 120 Mc 0.166667
Gudang 35 3 105 Pherson 0.145833
Pompa 40 3 120 (2012) 0.166667
Manusia 4 16 2.133333
Sub - Total 2.758333
Debit
Debu dari Penambangan Produksi Shift P Ed Cd kebutuhan
Referensi udara Referensi
shift/har 3
ton/hari ton/s mg/ton mg/m m3/jam Standar
2 i
Mc konsentrasi debu
0.00117
Development Front 89.0411 3 1300 Pherson menurut Mc
8 2 0.77
(2012) Pherson (2012)
Mining Front 2191.781 3 0.03 1300 2 18.84
=1,5 - 2 mg/m3
Sub - Total 19.61
Referens
Gas Metana dari Penambangan Produksi Shift P P Ed Cd Eg Cg V (Lel) Q
i
cc/m
ton/hari shift/hari ton/jam ton/detik cc/ton 3 m3/s % m3/s
3.71004 0.00103
3 Development Front 89.04 3 - Mc
6 1 - - - 0.22393
80.618 Pherson
2191.78 0.02536 9
Mining Front 3 91.3242 - (2012)
1 8 - - -
Strata Gas 0.087 0.5 17.4
Sub - Total 17.623

51
4.1.3. Kebutuhan Minimum Udara Segar
Aliran udara segar yang cukup ditempat kerja didalam tambang akan
menciptakan kondisi kerja yang nyaman dan aman, sehinggaakan dapat meningkatkan
produktivitas kerja dan menurunkan tingkat kecelakaan tambang. Udara didalam tambang
harus memenuhi udara minimum disetiap jalur tempat kerja sesuai dengan Keptusan
Menteri Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995 Pasal 369 (3) yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya peralatan yang digunakan dalam operasi
penambangan, dan jumlah tenaga kerja yang bekerja didalam tambang. Selain itu juga
perlu pemilihan dan pengunaan fan lokal yang efisien namun harus terpenuhi dan biaya
yang dikeluarkan seekonomis mungkin. Kebutuhan udara pada setiap stage dapat dilihat
pada lampiran.
Sistem ventilasi yang digunakan pada tambang bawah tanah PT. Tambang 3
adalah system forcing. Aliran udara utama bersumber dari portal (permukaan) yang
mengalir secara alami masuk ke terowongan dan dengan bantuan main fan yang
menggunakan system forcing kemudian udara bersirkulasi sepanjang jalur udara.
Selanjutnya dikarenakan bentuk arah keuan yang relative panjang dan mempertimbagkan
debu dan gas akibat penambangan, maka ditambahkan Main Fan Utama dengan system
Exhaust. Sedangkan untuk ventilasi local juga menggunakan sistem forcing dimana
meletakkan duct intake pada front untuk mengalirkan udara kedalam lokasi kerja. Udara
yang diambil dari fan ventilasi local ini diambil dari udara pada maingate yang bersumber
dari main fan.
Stage 1
Kebutuhan kuantitas udara PT. Tambang 3 ini untuk melakukan penambangan
selama 15 tahun disimulasikan pada kebutuhan udara tiap stage dimana kebutuhan udara
pada stage pertama ialah 38,28 m3/s dengan rincian 0,9 m3/s untuk kebutuhan sarana dan
prasarana, 19,8 m3/s untuk kebutuhan dilusi debu dan gas dari hasil penambangan dan
17,56 m3/s untuk perkiraan kebutuhan udara yang harus disiapkan untuk pengencera
akibat strata gas methan.
Stage 2
Sedangkan kebutuhan udara total pada Stage 2 ialah ialah 39,73 m3/s, dengan
rincian 3,18 m3/s untuk kebutuhan sarana dan prasarana serta manusia, 18,94 m3/s untuk
kebutuhan dilusi debu dan gas dari hasil penambangan dan 17,59 m3/s untuk perkiraan
kebutuhan udara yang harus disiapkan untuk pengencera akibat strata gas methan.
Stage 3

ASTA/RIDHO 52
Sedangkan kebutuhan udara total pada Stage 2 ialah ialah 39,73 m3/s, dengan
rincian 2,7 m3/s untuk kebutuhan sarana dan prasarana serta manusia, 19,61 m3/s untuk
kebutuhan dilusi debu dan gas dari hasil penambangan dan 17,63 m3/s untuk perkiraan
kebutuhan udara yang harus disiapkan untuk pengencera akibat strata gas methan.
Pemilihan Daya Fan
Pemilihan daya Fan yang akan digunakan juga disesuaikan dengan lebar
permukaan drift dan terowongan yang ada, Drift PT. Tambang 3 memiliki diameter ± 5
meter maka pemilihan main fan diusahakan dengan ukuran kurang dari atau sama dengan
diameter yang ada, main fan yang digunakan disini yaitu Main Exhaust Fan dengan daya
175 kW dan di bantu system forcing dengan type 2xAVH140 Type AVH140.90.4.8/50Hz
ß 58’ 130 kW Ø 1400 mm. Sedangkan untuk auxiliary fans menggunakan fan dengan
diameter terbesar 1250 mm sebagai antisipasi tinggi terowongan yang hanya 4.5 m,
dikurangi dengan tinggi jangkauan Belt Conveyor yang memiliki dimensi tinggi ±1.5 m,
dan ukuran duct ±1.1 m, sehingga dengan adanya fan dan ventilasi masih tetap ada space
kosong sebesar ± 1 - 1.9 m pada bagian atas terowongan.
a. Perencanaan Sistem Ventilasi
Penggunaan sistem ventilasi akan diuraikan lebih lanjut sebagai hasil simulasi
dalam melakukan penambangan selama 15 tahun kedepan, antara lain :
1. Stage 1 . Pada tahap ini hanya dilakukan kegiatan development sehingga
kebutuhan udara tidak begitu besar, akan tetapi kegiatan development sendiri
juga menembus batubara karena kondisi batubaranya sejajar dengan arah
development, Pada Stage 1 ini membutuhkan Main Exhaust Fan dengan daya 175
kW dan di bantu system forcing dengan type Main Fan 2xAVH140 Type
AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130 kW Ø 1400 mm dan pada memaksimalkan
kuantitas udara agar sesuai atau lebih dari pada kebutuhan udara pada Stage 1
maka ada beberapa tempat berupa panel yang dipasangkan Hambatan dengan
jenis Good Door sehingga kuantitas dan kecepatan udara tetap terjaga. Adapun
nilai efisiensi yang dicapai dari simulasi ventilasi pada Stage 1 ini adalah sebesar
71,6 % dengan kebutuhan daya listrik pertahun sebesar 305 kW. Semua ruang
perkantoran, bengkel, gudang dan ruang pompa masih diasumsikan telah
dibangun .

ASTA/RIDHO 53
Gambar 4.1 Pemilihan Kurva Karakteristik Fan

Forcing mechanic fan 2xAVH140


Type AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’
130 kW Ø 1400Exhaust Fan 175
Main
kW

Gambar 4.2 Penenpatan Main Exhaust Fan dan Forcing fan

Gambar 4.3 Penenpatan Hambatan dengan type Good Door

ASTA/RIDHO 54
2. Pada Stage 2 tetap menggunakan Main Fan yang sama yaitu Main Exhaust Fan
dengan daya 175 kW dan di bantu system forcing dengan type Main Fan
2xAVH140 Type AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130 kW Ø 1400 mm. Pada tahap ini
dilakukan selama 11 Tahun dan sudah dilakukan masuk dalam kegiatan produksi,
dan dengan asumsi menggunakan 2 fan saja diperhitungkan sudah mampu
mencukupi kebutuhan supply udara seluruh lokasi tambang bawah tanah PT.
Tambang 3 dengan alat pengangkut yang digunakan ialah Belt Conveyor.

Forcing mechanic fan 2xAVH140


Type AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’
130 kW Ø 1400
Main Exhaust Fan 175
kW

Gambar 4.4 Sistem Ventilasi pada Stage 2

Pada Stage ini ditambahkan Lokal fan dengan type Overlap Fan dengan jenis
yang dipakai ialah Main Fan SwedVent 2xAVH140 Type AVH140.90.4.8/50Hz ß
58’ 130 kW Ø 1400 mm yang di alirkan menggunakan Duct berdiameter 1,1 m da
akan dihisap dengan bantuan Small Exhaust Fan.

SwedVent 2xAVH140
- 130 kkWKw130
Small Exhaust Fan

Gambar 4.5 Lokal Fan dengan Overlap Sytem

ASTA/RIDHO 55
Untuk rangkaian pemasangan Duct ini akan digunakan secara bergantian tiap
panel sehingga penempatan Lokal fan selama Stage 2 ini akan selalu berubah,
selain itu ada beberapa daerah yang di lakukan hambatan menggunakan Good
Door.

Gambar 4.6 Hambatan dengan type Good Door

Adapun nilai efisiensi yang dicapai dari simulasi ventilasi pada tahap 2 ini adalah
sebesar 75.77 % dengan kebutuhan daya listrik pertahun sebesar 457,2 kW.

3. Pada Stage 3 , pada Stage ini melanjutkan dengan membuka 16 Panel Baru
lanjutan dari Stage 2, Stage 3 ini dilakukan selama 2 Tahun, supply udara tetap
menggunakan Main Exhaust Fan dengan daya 175 kW dan di bantu system
forcing dengan type Main Fan 2xAVH140 Type AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130
kW Ø 1400 mm, dan juga ditambahkan dengan Lokal fan dengan type Overlap
Fan dengan jenis yang dipakai ialah Main Fan SwedVent 2xAVH140 Type
AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130 kW Ø 1400 mm yang di alirkan menggunakan
Duct berdiameter 1,1 m.
Tingkat effisiensi yang dicapai pada stage 3 ini adalah sebesar 76.5% dengan
total kebutuhan daya 457,2 kW.

ASTA/RIDHO 56
Gambar 4.7 Sistem Ventilasi pada Stage 3

Untuk rangkaian pemasangan Duct ini akan digunakan secara bergantian tiap
panel sehingga penempatan Lokal fan selama Stage 3 ini akan selalu berubah,
selain itu ada beberapa daerah yang di lakukan hambatan menggunakan Good
Door.

Gambar 4.8 Hambatan dengan type Good Door

4.2 Simulasi Pada Perangkat Lunak Ventsim


Hasil simulasi yang didapatkan adalah sebagai berikut.
1. Stage 1
Pada tahap ini, disimulasikan menggunakan 2 Main Exhaust Fan dengan daya
175 kW dan di bantu system forcing dengan type Main Fan 2xAVH140 Type
AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130 kW Ø 1400 mm, 2 buah fan ini mampu
menyuplai udara bersih dari portal sebesar 64,9 m3/s.

ASTA/RIDHO 57
2. Stage 2
Pada tahap ini, disimulasikan menggunakan 2 unit Main Exhaust Fan dengan
daya 175 kW dan di bantu system forcing dengan type Main Fan 2xAVH140
Type AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130 kW Ø 1400 mm. Main fan ini menyuplai
udara bersih dari portal sebesar 63,3 m3/s. Pada Stage ini juga ditambahkan local
fan Forcing Mechanic Fan 2xAVH140 Type AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130 kW
Ø 1400 mm yang mampu menyuplai udara pada panel sebesar 24,1 m3/s melalui
Duct, kebutuhan udara dari local fan ini telah disesuaikan dengan kebutuhan
udara dari dilusi gas dan debu penambangan serta dari gas Methan. Pada Stage ini
ditambahkan Lokal fan dengan type Overlap Fan dengan jenis yang dipakai ialah
Main Fan SwedVent 2xAVH140 Type AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130 kW Ø 1400
mm yang di alirkan menggunakan Duct berdiameter 1,1 m da akan dihisap
dengan bantuan Small Exhaust Fan.
3. Stage 3
Pada tahap ini, disimulasikan menggunakan 2 unit Main Exhaust Fan dengan
daya 175 kW dan di bantu system forcing dengan type Main Fan 2xAVH140
Type AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130 kW Ø 1400 mm. Main fan ini menyuplai
udara bersih dari portal sebesar 63,3 m3/s. Pada Stage ini juga ditambahkan local
fan Forcing Mechanic Fan 2xAVH140 Type AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130 kW
Ø 1400 mm yang mampu menyuplai udara pada panel sebesar 24,1 m3/s melalui
Duct, kebutuhan udara dari local fan ini telah disesuaikan dengan kebutuhan
udara dari dilusi gas dan debu penambangan serta dari gas Methan.

4.3 Biaya Ventilasi


Biaya ventilasi yang diperlukan meliputi biaya kapital dan biaya operasional.
Biaya kapital merupakan biaya yang dikeluarkan di awal sebagai biaya investasi (modal),
sedangkan biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan secara rutin sebagai
biaya perawatan. Biaya pengadaan untuk pembelian alat dilakukan untuk membeli 2 alat
dengan asumsi ada alat cadangan yang dibeli dengan tujuan untuk keadaan darurat.
Biaya ventilasi yang yang harus dikeluarkan setiap rencana tahapan kemajuan
tambang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

ASTA/RIDHO 58
Tabel 4.1 Biaya Kapital Sistem Ventilasi
Biaya Capital
Stage 1
Daya
Jumlah Jenis (kW) Harga (Rp) Harga Total
2 Main Exhaust Fan 175 Rp 223,032,000 Rp 446,064,000
2 Forcing Fan 2xAVH140 130 Rp 250,000,000 Rp 500,000,000
Total Rp 946,064,000
Stage 2
1 Main Exhaust Fan 175
1 Forcing Fan 2xAVH140 130
2 Local Fan (2xAVH140) Rp 893,522,000 Rp 1,787,044,000
2 Local Fan (Small Exhaust Fan) Rp 323,522,000 Rp 647,044,000
1 Sharer Cutting Drums and Ancilaries
1 Flexible Duct (SLFT-PVC) Rp 24,934,000 Rp 24,934,000
3 Belt Conveyor Rp 4,200,000,000 Rp 12,600,000,000
Total Rp 15,059,022,000
Stage 3
1 Main Exhaust Fan 175
1 Forcing Fan 2xAVH140 130
2 Local Fan (2xAVH140)
2 Local Fan (Small Exhaust Fan)
1 Sharer Cutting Drums and Ancilaries
1 Flexible Duct (SLFT-PVC)
3 Belt Conveyor
Total Rp -

TOTAL KESELURUHAN Rp 16,005,086,000

Selanjutnya menghitung kebutuhan listrik, diketahui nilai tarif dasar


Listrik untuk kebutuhan Industri untuk kebutuhan daya diatas 200kVa ialah
sebesar Rp. 1.467,28. Untuk Total biaya kebutuhan listrik dapat dilihat dibawah
ini :

Tabel 4.2 Biaya Operasional Sistem Ventilasi


Biaya Operasional (kWh)
Stage 1
Jumlah Jenis Daya (kW) Tarif Dasar Listrik (kWh) Harga Total
1 Main Exhaust Fan 175 Rp 1,467 Rp 256,774
1 Forcing Fan 2xAVH140 130 Rp 1,467 Rp 190,746
Jasa Intalasi Rp 15,000,000 Rp 15,000,000
Total Rp 15,447,520

ASTA/RIDHO 59
Stage 2
1 Main Exhaust Fan 175 Rp 1,467 Rp 256,774
1 Forcing Fan 2xAVH140 130 Rp 1,467 Rp 190,746
1 Local Fan (2xAVH140) 130 Rp 1,467 Rp 190,746
1 Local Fan (Small Exhaust Fan) 50 Rp 1,467 Rp 73,364
Jasa Intalasi Rp 15,000,000 Rp 15,000,000

Total Rp 15,711,631
Stage 3
1 Main Exhaust Fan 175 Rp 1,467 Rp 256,774
1 Forcing Fan 2xAVH140 130 Rp 1,467 Rp 190,746
1 Local Fan (2xAVH140) 130 Rp 1,467 Rp 190,746
1 Local Fan (Small Exhaust Fan) 50 Rp 1,467 Rp 73,364
Jasa Intalasi Rp 15,000,000 Rp 15,000,000

Total Rp 15,711,631

TOTAL KESELURUHAN Rp 46,870,782

Biaya Operasional untuk menjalankan system ventilasi ini ialah sebesar


Rp. 15,447,520/ kWh untuk Stage 1, dan Rp. 15.711,631,-/kWh untuk Stage 2 dan Rp.
15.711.631,-/kWh.

ASTA/RIDHO 60
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil simulasi perencanaan ventilasi sesuai rencana tahapan


penambangan PT Kelompok 3 Maka, disimpulkan sebagai berikut.
1. Sistem Jaringan Ventilasi
A. Stage 1. Pada tahap ini hanya dilakukan kegiatan development sehingga
kebutuhan udara tidak begitu besar, akan tetapi kegiatan development sendiri
juga menembus batubara karena kondisi batubaranya sejajar dengan arah
development, Pada Stage 1 ini membutuhkan Main Exhaust Fan dengan daya 175
kW dan di bantu system forcing dengan type Main Fan 2xAVH140 Type
AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130 kW Ø 1400 mm dan pada memaksimalkan
kuantitas udara agar sesuai atau lebih dari pada kebutuhan udara pada Stage 1
maka ada beberapa tempat berupa panel yang dipasangkan Hambatan dengan
jenis Good Door sehingga kuantitas dan kecepatan udara tetap terjaga. Adapun
nilai efisiensi yang dicapai dari simulasi ventilasi pada Stage 1 ini adalah sebesar
71,6 % dengan kebutuhan daya listrik pertahun sebesar 305 kW. Semua ruang
perkantoran, bengkel, gudang dan ruang pompa masih diasumsikan telah
dibangun .
B. Pada Stage 2 tetap menggunakan Main Fan yang sama yaitu Main Exhaust Fan
dengan daya 175 kW dan di bantu system forcing dengan type Main Fan
2xAVH140 Type AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130 kW Ø 1400 mm. Pada tahap ini
dilakukan selama 11 Tahun dan sudah dilakukan masuk dalam kegiatan produksi,
dan dengan asumsi menggunakan 2 fan saja diperhitungkan sudah mampu
mencukupi kebutuhan supply udara seluruh lokasi tambang bawah tanah PT.
Tambang 3 dengan alat pengangkut yang digunakan ialah Belt Conveyor. Untuk
rangkaian pemasangan Duct ini akan digunakan secara bergantian tiap panel
sehingga penempatan Lokal fan selama Stage 2 ini akan selalu berubah, selain itu
ada beberapa daerah yang di lakukan hambatan menggunakan Good Door.
Pada Stage 3 , pada Stage ini melanjutkan dengan membuka 16 Panel Baru
lanjutan dari Stage 2, Stage 3 ini dilakukan selama 2 Tahun, supply udara
tetap menggunakan Main Fan yang sama yaitu forcing mechanic fan
2xAVH140 Type AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130 kW Ø 1400, dan juga

ASTA/RIDHO 61
ditambahkan Lokal fan dengan type Forcing Mechanic Fan 1xAVH125
Type AVH125.90.4.8/50Hz ß 60’ 90 kW Ø 1250 mm yang di alirkan
menggunakan Duct berdiameter 1,1 m. Tingkat effisiensi yang dicapai
pada stage 3 ini adalah sebesar 76.5% dengan total kebutuhan daya 230.0
kW. Tingkat effisiensi yang dicapai pada stage 3 ini adalah sebesar 76.5%
dengan total kebutuhan daya 457,2 kW.
C. Biaya yang pada Stage ini melanjutkan dengan membuka 16 Panel Baru lanjutan
dari Stage 2, Stage 3 ini dilakukan selama 2 Tahun, supply udara tetap
menggunakan Main Exhaust Fan dengan daya 175 kW dan di bantu system
forcing dengan type Main Fan 2xAVH140 Type AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130
kW Ø 1400 mm, dan juga ditambahkan dengan Lokal fan dengan type Overlap
Fan dengan jenis yang dipakai ialah Main Fan SwedVent 2xAVH140 Type
AVH140.90.4.8/50Hz ß 58’ 130 kW Ø 1400 mm yang di alirkan menggunakan
Duct berdiameter 1,1 m.
Tingkat effisiensi yang dicapai pada stage 3 ini adalah sebesar 76.5% dengan
total kebutuhan daya 457,2 kW.
D. Total biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya pembelian system ventilasi ialah
sebesar Rp 16,005,086,000 untuk Biaya Operasional untuk menjalankan
system ventilasi ini ialah sebesar Rp. 15,447,520/ kWh untuk Stage 1, dan
Rp. 15.711,631,-/kWh untuk Stage 2 dan Rp. 15.711.631,-/kWh.

ASTA/RIDHO 62

Anda mungkin juga menyukai