net/publication/335137902
CITATIONS READS
0 54
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by N.P. Widodo on 13 August 2019.
Sari
Tambang bawah tanah memiliki karakteristik yang khusus yang selalu terkait dengan ventilasi
untuk menyalurkan udara kedalam tambang secara mekanis. Peraturan yang mengatur tentang
sistem ventilasi tambang bawah tanah terdapat pada Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi No 555.K/26/M.PE/1995. Untuk mempermudah dalam merancang ventilasi diperlukan
alat bantu berupa perangkat lunak yang dapat memodelkan dan mensimulasikan sistem ventilasi
secara keseluruhan yang mengakomodasi faktor lingkungan dan teknis sehingga mampu
menghasilkan rancangan yang optimum sesuai dengan peraturan.PT.XYZ adalah perusahaan
tambang batubara bawah tanah yang menggunakan sistem ventilasi hisap (Exhaust) yang
dibantu dengan ventilasi tambahan untuk mengalirkan udara ke lokasi kerja (front)
menggunakan sistem hembus (forcing). Debit udara yang keluar melalui kipas utama sebesar
34,3 m3/detik, sedangkan debit udara masuk sebesar 34,27 m3/detik yang berasal dari tiga
lubang masuk yaitu Adit Sawahluwung sebesar 25,41 m3/detik, Lurah Sapan 1 sebesar 7,39
m3/detik, dan Lurah Sapan 2 sebesar 1,47 m3/detik. Terdapat perbedaan sebesar 0,03 m3/detik
pada jalur udara keluar dengan jalur udara masuk. Perbedaan ini disebabkan karena adanya
kebocoran pada kipas utama yang menyebabakan debit udara keluar menjadi lebih besar. Dari
hasil analsisis pemodelan menggunakan perangkat lunak Ventsim Visual 3, menunjukkan
bahwa Aliran udara yang ada pada tambang bawah tanah telah memenuhi sesuai peraturan
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995. Kecepatan udara pada
tambang bawah tanah melebihi 7 meter setiap menitnya sesuai dengan Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995. Temperatur dan Kelembapan relatif
melebihi ambang batas sehingga perlu diturunkan dan dilakukan pemeriksaaan berkala.
Kata kunci: tambang, debit udara, bawah tanah, Ventsim, ventilasi, kipas
482
I. LATAR BELAKANG
Tambang bawah tanah memiliki karakteristik dan perlakuan yang khusus, karena
Lokasi kerja yang tidak terpapar langsung dengan atmosfer menjadikan tambang bawah tanah
memerlukan suatu sistem yang dapat memenuhi keselamat dan kesehatan para pekerja. Salah
satu faktor penting dalam pemenuhan keselamatan dan kesehatan pekerja adalah kebutahan
udara di dalam tambang. Oleh karena itu, sistem ventilasi menjadi hal yang sangat penting pada
petambangan bawah tanah. Fungsi ventilasi sendiri yaitu menyediakan udara segar kedalam
tambang (Quantity Control), mengalirkan gas-gas beracun dan partikel debu yang muncul di
dalam tambang (Quality Control), serta mengatur suhu dan tingkat kelembaban udara di dalam
tambang (Temperature-Humidity Control).
Udara yang diperlukan tidak hanya untuk bernafas, tetapi juga untuk menghilangkan
kontaminasi kimia dan fisika (gas, debu, panas, dan kelembaban). Di dunia, praktek ventilasi
tambang sangat diatur, terutama pada tambang yang mengandung gas di tambang batubara dan
ketetapan lainnya terkait jumlah udara minimal yang dibutuhkan untuk menghilangkan emisi
diesel, asap peledakan, radiasi, debu dan kontaminasi lainnya. Untuk menjaga kondisi tambang
yang sesuai sepanjang berlangsungnya tambang, perencanaaan ventilasi yang baik harus
diperhitungkan dari awal agar dapat terencana untuk kedepannya.
Untuk dapat mengetahui ketersedian fungsi–fungsi tersebut diperlukanlah suatu analisis
model jaringan ventilasi. Salah satu metode yang digunakan dalam permodelan jaringan
ventilasi adalah dengan menggunakan software Visual VentSim 3. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui dan mempelajari sistem ventilasi yang ada di tambang batubara bawah tanah.
Peraturan yang mengatur mengenai sistem ventilasi tambang bawah tanah terdapat dalam
Keputusan Menteri Pertambangan dan Kesehatan Kerja No555.K/26/M.PE/1995. Peraturan
tersebut mengatur jumlah udara yang harus dipenuhi dan kualitas udara yang harus dicapai agar
memenuhi prinsip kesehatan dan keselamatan kerja. Peraturan tersebut menjadi parameter
kelayakan dari sebuah sistem ventilasi tambang bawah tanah di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mempelajari sistem ventilasi yang ada di
tambang batubara bawah tanah PT. XYZ dan memodelkan jaringan ventilasi yang ada sesuai
dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995 dengan
menggunakan perangkat lunak Ventsim Visual 3
Dalam melakukan perencanaan ventilasi tambang bawah tanah dapat dilakukan secara
manual yang memerlukan ketelitian, waktu dan tenaga yang cukup besar atau dapat dilakukan
dengan menggunakan bantuan perangkat lunak. Penggunaan perangkat lunak mempermudah
pemodelan dalam merencanakan sistem ventilasi tambang bawah tanah. Perangkat lunak yang
digunakan dapat berupa perangkat lunak dua dimensi atau dengan menggunakan perangkat
lunak tiga dimensi. Pada penilitian ini akan digunakan perangkat lunak Visual VentSim 3 dalam
melakukan perencanaan sistem ventilasi tambang batubara bawah tanah. Perangkat lunak ini
memiliki keunggulan dapat memodelkan aliran udara secara tiga dimensi dan dapat
mengakomodasi kondisi lapangan berupa dimensi bukaan, kondisi bukaan, kandungan gas di
udara, simulasi panas, spesifikasi kipas, spesifikasi duct dan lain-lain.
483
- Mengontrol debu pada udara bersih yang masuk ke dalam tambang.
Pada PT. XYZ debu dikendalikan dengan ventilasi. Untuk mendilusi partikel debu dengan
udara pada lokasi kerja yang disebabkan karena proses penambangan dapat menggunakan
persamaan berikut (McPherson, 1997) :
Ed x P
Q= (𝑚3 /𝑠)
𝐶𝑑
Dimana :
Q = udara minimal mendilusi debu (m3/s)
Ed = konsentrasi debu (mg/ton)
P = production rate (ton/s)
Cd = batas minimum debu (mg/m3)
484
IV. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995
Ketentuan mengenai ventilasi tambang telah diatur dalam Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi nomor 555.K/26/M.PE/1995 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pertambangan Umum atau biasa disingkat dengan KepMen 555. Aturan yang dibuat
harus dipenuhi oleh pelaku usaha tambang bawah tanah agar keselamatan dan kesehatan pekerja
tambang terjamin.
Ayat (2)
Selain ketentuan umum sebagaimana maksud pada ayat (1), kondisi ventilasi di tempat kerja
harus:
Untuk rata-rata 8 jam:
1. Karbon Monoksida (CO) volumenya tidak lebih dari 0,005 persen;
2. Gas Methana (CH4) volumenya tidak lebih dari 0,25 persen;
3. Hidrogen Sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari 0,001 persen dan
4. Oksigen Nitrat (NO3) tidak lebih dari 0,0003 persen.
Dalam tenggang waktu 15 menit:
1. CO tidak boleh lebih dari 0,04 persen;
2. NO2 tidak boleh lebih dari 0,0005 persen.
Ayat (6)
Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus sekurang – kurangnya 7 meter
per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan setelah peledakan
kecepatan. Jalan udara harus mempunyai ukuran yang memadai sesuai dengan jumlah udara
yang dialirkan.
Ayat (10)
Lokasi pengukuran aliran meliputi:
a. Setiap jalan masuk udara utama sedapat mungkin dekat dengan jalan masuk ke semua
sumuran atau jalan keluar;
b. Setiap tempat terbaginya udara sedapat mungkin dekat dengan persimpangan;
c. Di tempat kerja yang pertama 50 meter dari mulai masuknya udara dan di tempat kerja
yang terakhir 50 meter dari ujung keluarnya udara;
d. Lokasi udara keluar sedapat mungkin dekat dengan persimpangan jalan keluar utama dan
e. Tempat lain yang ditetapkan oleh pelaksana inspeksi tambang.
485
Ayat (16)
Apabila dilakukan perubahan pada arah atau penyebaran aliran udara yang berakibat
mempengaruhi jumlah udara masuk atau keluar maka pengukuran udara harus dilakukan
secepat mungkin setelah perubahan dilakukan.
Ayat (7)
Kipas angin tambahan harus dilengkapi alat penyalur udara sampai jarak 5 kali akar kuadrat
dari luas penampang.
486
VI. PENGOLAHAN DATA
Debu yang dihasilkan adalah pada saat proses penambangan sehingga production rate
yang digunakan adalah produksi alat Roadheader MK2A dalam satu siklus penggalian. Batas
minimal konsentrasi debu yang diperbolehkan adalah 2mg/m3 (Hartman,1997). Maka didapat
udar minimal untuk mendilusi debu adalah
14,82 x 0,113
Q= (𝑚3 /𝑠)
2
Q = 0,0107 m3/s
6.2 Kebutuhan Udara Pekerja
Jumlah pekerja maksimal yang terdapat di setiap frontnya adalah sebagai berikut:
NO BAGIAN JUMLAH
1 Operasional 2
2 mesin dan listrik 3
3 Transportasi 1
4 Penyanggaan 3
5 Ventilasi 2
6 Pengawas 1
Total pekerja 12
487
Tabel 3. Perkiraan Kebutuhan Udara Bersih di Lokasi Kerja
No Lokasi Jumlah Pekerja* Kebutuhan Udara (m³/s) Total (m³/s)
6.3 Kipas
Tabel 4. Data Kipas
No Tipe Kipas HP Fungsi
1 54 D Canadian Buffalo 150 Main fan
2 Engart Bifurcated Axial 1x25 Auxillary fan
3 Brush Bifurcated Axial 1x50 Auxillary fan
Kipas digunakan untuk menyalurkan udara secara terus menerus ke dalam tambang.
Untuk menyalurkan udara ke dalam tambang yang jauh dari permukaan perlu digunakan kipas
dengan deskripsi seperti pada tabel 4. Untuk kipas utama digunakan Vane Axial tipe 54 D
Canadian Buffalo yang mempunyai daya 150 HP dengan diameter 1,4 meter. Kipas utama
digunakan untuk menghisap udara dalam tambang. Untuk menyalurkan udara segar ke area
muka tambang dibutuhkan kipas tambahan dimana digunakan kipas Engart Biffurcated Axial
1x 25 HP dan Brush Bifurcated Axial 2x 50 HP.
VII. PEMBAHASAN
Lokasi Q (m³/s) %
488
Jalur udara kotor hanya berasal dari satu lubang exhaust yaitu pada lubang ventilasi
utama. Jumlah udara yang keluar dari tambang ke permukaan pada lubang exhaust adalah
sebesar 34,3 m3/s. Dari pengukuran tersebut terdapat perbedaan antara udara intake dengan
udara exhaust yaitu sebesar 0,03 m3/s dimana masih dalam batas yang diperbolehkan.
SKEMA TAMBANG BAWAH TANAH PT XYZ
D
DOSCO J.3
D
FRONT J6C ADIT SL
J.12c
20.80 m 3/dt
Manual J.13c J.37 25.41 m 3/dt
J.11c J.13c
V : 0,34 m / dt
Forc. 50 HP Q : 4,08 m 3 / dt
Manual J.6c
J.10c
J.8c
Forc. 25J.7c
HP J.2 0.85 m 3/dt J.
J.8c J.9c Forc. 50 HP
J.7c J.6c D D D
J.6c
Forc. 30 Kw J.59
8,41 m 3/dt Forc. 25 HP
19.95m 3/dt
4.90 m 3/dt
J.4c J.5
24.85m 3/dt
J.5c
J.5c J.4c
11,31 m 3/dt
11,02 m 3/dt
17.60 m 3/dt
DD
J.68
J.63 J.1c J.57 J.56 17.60 m 3/dt J.65
: Arah Udara Bersih
10.90 m 3/dt
J.23 : Arah Udara Kotor
: Air Crossing
h
489
J8C-J5C 0,83 10,13 8,41 28,50 27,00 89,00 20,9 0 0 0
J5C-J3C 1,37 8,26 11,31 28,00 27,50 94,00 20,9 0 0 0
J3C-J64 1,10 10,98 12,08 28,00 27,00 93,00 20,9 0 0 0
J63-J1C 1,38 8,83 12,16 28,00 27,00 93,00 20,9 0 0 0
J1C-J56 2,02 7,81 15,74 28,00 27,00 93,00 20,9 0 0 0
J56-J65 3,49 5,28 18,44 27,40 26,70 94,00 20,9 0 0 0
J7-J1 2,64 9,31 24,56 27,00 26,00 92,00 20,9 0 0 0
Pompa LS II 7,70 4,30 33,11 26,00 24,00 85,00 20,9 0 0 0
Secara keseluruhan perbandingan nilai debit udara antara model dengan pengukuran
tidak melebihi error lebih dari 10% (McPherson, 1997). Nilai error paling tinggi terjadi pada
J1C-J56 yaitu 10,43% dan nilai error terendah terjadi pada front J3C. Dengan demikian data
pemodelan tersebut dapat dipakai untuk melakukan pemodelan perencanaan ventilasi lebih
lanjut.
Debit udara yang mampu disalurkan oleh duct ke front penambangan mempunyai nilai
lebih dari 0,4 m3/s yang merupakan batas minimal kebutuhan udara pekerja di lokasi
penambangan, sehingga rancangan aliran udara telah sesuai dengan Keputusan Menteri
490
Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995. Kecepatan udara pada lokasi
penambangan yang ada pada model perencanaan menggunakan perangkat lunak mencukupi
dari kecepatan udara minimal yang harus ada pada Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi No 555.K/26/M.PE/1995 yaitu 7m/menit, tetapi keepatan udara dapat ditingkatkan
sesuai dengan kebutuhan udara dan diturunkan jika menggangu pekerja di front penambangan.
Oleh karena itu diperlukan analisis lebih lanjut mengenai kenyamanan kecepatan udara pada
front penambangan ini.
Sesuai dengan peraturan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No
555.K/26/M.PE/1995 temperatur udara di dalam tambang harus dipertahankan antara18-24 °C
dengan kelembaban relatif maksimum 85 persen. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai
temperatur udara berkisar antara 24-26°C pada jalur intake, 26-28°C pada jalur exhaust dan 28-
30°C pada front penambangan. Pada saat melakukan pengukuran kondisi udara luar saat itu
berada pada musim hujan (Oktober-November), sehingga udara yang masuk ke dalam tambang
memiliki nilai kelembaban yang sangat tinggi. Jalur J2C-J4C, J5C-J3C, J56-J65 pada umumnya
saat dilakukan pengukuran memiliki kondisi yang sangat basah akibat adanya rembesan air
pada dinding. Nilai temperatur efektif pada jalur intake, exhaust, dan front penambangan
melebihi dari rentang yang diperbolehkan peraturan sehingga sesuai dengan Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995 pasal 370 ayat 14 apabila temeperatur
efektif melebihi 24°C maka tempat tersebut harus diperiksa setiap minggunya. Efek dari
tingginya temperatur adalah tingginya kelembapan relatif melebihi batas yang diperbolehkan
yaitu 85%. Dari hasil simulasi yaitu berada pada rentang atas dari batas yaitu 85-94 %.
VIII. SIMPULAN
8.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan :
1. Sistem ventilasi pada tambang bawah tanah PT XYZ menggunakan sistem hisap (exhaust).
Kuantitas udara keluar sebesar 34,3 m3/detik sedangkan kuantitas udara masuk yaitu
sebesar 34,27 m3/detik melalui tiga lubang masuk yaitu Adit Sawah Luwung sebesar 25,41
m3/detik, Lurah Sapan I sebesar 7,39 m3/detik dan Lurah Sapan II sebesar 1,47 m3/detik.
Jumlah udara masuk dengan udara keluar ada perbedaan sebesar 0,03 m3/detik hal ini
disebabkan adanya kebocoran udara pada saluran Main Kipas sehingga udara dari luar
merembes masuk ke dalam saluran udara pada Mainfan.
2. Debit udara yang mengalir pada front penambangan dihasilkan dari kipas bantu dengan
sistem forcing melalui saluran pipa yang mengalirkan udara ke muka tambang. Debit udara
pada front penambangan melebihi 0,4 m3/detik yang menjadi batas kuantitas kebutuhan
udara pekerja sehingga memenuhi kriteria Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No 555.K/26/M.PE/1995.
3. Kecepatan udara pada front penambangan tiap tahunnya telah mencukupi dari kecepatan
udara minimal yang harus ada pada Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No
555.K/26/M.PE/1995 yaitu 7 meter setiap menit.
UCAPAN TERIMAKASIH
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan
penelitian beserta semua pihak yang telah mendukung baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
491
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartman, H.L., Mutmansky,J., Ramani, R., Wang, Y. 1997. Mine Ventilation and Air
Conditioning. John Wiley & Sons,
2. LeRoux, W.L. 1979. Mine Ventilation Notes for Beginners. The Mine Ventilation Society
of South Africa.
3. AMC ConsultantPty Ltd. 2005. Basic Mine Ventilation.
4. Chasm Consulting. 2014. Ventsim Visual™ User Guide. Australia.
5. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi nomor 555.K/26/M.PE/1995 Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pertambangan Umum
6. McPherson, M.J. 1997. Subsurface Ventilation and Environmental Engineering.Chapman &
Hall.
7. Anggraini, Dola. 2010. Evaluasi Konsentrasi Debu dan Penangannya di Penggalian Lubang
Maju Sigalut PT Tambang batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, Unit Pertambangan
Ombilin. Bandung.
492