Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/335137902

STUDI MENGENAI VENTILASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH PT XYZ


DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK VENTSIM VISUAL 3

Conference Paper · October 2015

CITATIONS READS

0 54

3 authors, including:

N.P. Widodo Darius Agung Prata


Bandung Institute of Technology Ministry of Energy and Mineral Resources
53 PUBLICATIONS   76 CITATIONS    3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Mining and Petrolem Projeject View project

Fluids Flow Measurements View project

All content following this page was uploaded by N.P. Widodo on 13 August 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PROSIDING TPT XXIV DAN KONGRES PERHAPI IX 2015

STUDI MENGENAI VENTILASI TAMBANG BATUBARA BAWAH


TANAH PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK
VENTSIM VISUAL 3
Muhammad IHSAN1, Nuhindro Priagung WIDODO1, Darius Agung PRATA2
1
Program Studi Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung 40132, Indonesia
2
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah

Sari
Tambang bawah tanah memiliki karakteristik yang khusus yang selalu terkait dengan ventilasi
untuk menyalurkan udara kedalam tambang secara mekanis. Peraturan yang mengatur tentang
sistem ventilasi tambang bawah tanah terdapat pada Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi No 555.K/26/M.PE/1995. Untuk mempermudah dalam merancang ventilasi diperlukan
alat bantu berupa perangkat lunak yang dapat memodelkan dan mensimulasikan sistem ventilasi
secara keseluruhan yang mengakomodasi faktor lingkungan dan teknis sehingga mampu
menghasilkan rancangan yang optimum sesuai dengan peraturan.PT.XYZ adalah perusahaan
tambang batubara bawah tanah yang menggunakan sistem ventilasi hisap (Exhaust) yang
dibantu dengan ventilasi tambahan untuk mengalirkan udara ke lokasi kerja (front)
menggunakan sistem hembus (forcing). Debit udara yang keluar melalui kipas utama sebesar
34,3 m3/detik, sedangkan debit udara masuk sebesar 34,27 m3/detik yang berasal dari tiga
lubang masuk yaitu Adit Sawahluwung sebesar 25,41 m3/detik, Lurah Sapan 1 sebesar 7,39
m3/detik, dan Lurah Sapan 2 sebesar 1,47 m3/detik. Terdapat perbedaan sebesar 0,03 m3/detik
pada jalur udara keluar dengan jalur udara masuk. Perbedaan ini disebabkan karena adanya
kebocoran pada kipas utama yang menyebabakan debit udara keluar menjadi lebih besar. Dari
hasil analsisis pemodelan menggunakan perangkat lunak Ventsim Visual 3, menunjukkan
bahwa Aliran udara yang ada pada tambang bawah tanah telah memenuhi sesuai peraturan
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995. Kecepatan udara pada
tambang bawah tanah melebihi 7 meter setiap menitnya sesuai dengan Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995. Temperatur dan Kelembapan relatif
melebihi ambang batas sehingga perlu diturunkan dan dilakukan pemeriksaaan berkala.

Kata kunci: tambang, debit udara, bawah tanah, Ventsim, ventilasi, kipas

Penulis untuk korespondensi (corresponding author):


E-mail: ihsanmining@gmail.com
Telephone: +62-817-2255-02

482
I. LATAR BELAKANG
Tambang bawah tanah memiliki karakteristik dan perlakuan yang khusus, karena
Lokasi kerja yang tidak terpapar langsung dengan atmosfer menjadikan tambang bawah tanah
memerlukan suatu sistem yang dapat memenuhi keselamat dan kesehatan para pekerja. Salah
satu faktor penting dalam pemenuhan keselamatan dan kesehatan pekerja adalah kebutahan
udara di dalam tambang. Oleh karena itu, sistem ventilasi menjadi hal yang sangat penting pada
petambangan bawah tanah. Fungsi ventilasi sendiri yaitu menyediakan udara segar kedalam
tambang (Quantity Control), mengalirkan gas-gas beracun dan partikel debu yang muncul di
dalam tambang (Quality Control), serta mengatur suhu dan tingkat kelembaban udara di dalam
tambang (Temperature-Humidity Control).
Udara yang diperlukan tidak hanya untuk bernafas, tetapi juga untuk menghilangkan
kontaminasi kimia dan fisika (gas, debu, panas, dan kelembaban). Di dunia, praktek ventilasi
tambang sangat diatur, terutama pada tambang yang mengandung gas di tambang batubara dan
ketetapan lainnya terkait jumlah udara minimal yang dibutuhkan untuk menghilangkan emisi
diesel, asap peledakan, radiasi, debu dan kontaminasi lainnya. Untuk menjaga kondisi tambang
yang sesuai sepanjang berlangsungnya tambang, perencanaaan ventilasi yang baik harus
diperhitungkan dari awal agar dapat terencana untuk kedepannya.
Untuk dapat mengetahui ketersedian fungsi–fungsi tersebut diperlukanlah suatu analisis
model jaringan ventilasi. Salah satu metode yang digunakan dalam permodelan jaringan
ventilasi adalah dengan menggunakan software Visual VentSim 3. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui dan mempelajari sistem ventilasi yang ada di tambang batubara bawah tanah.
Peraturan yang mengatur mengenai sistem ventilasi tambang bawah tanah terdapat dalam
Keputusan Menteri Pertambangan dan Kesehatan Kerja No555.K/26/M.PE/1995. Peraturan
tersebut mengatur jumlah udara yang harus dipenuhi dan kualitas udara yang harus dicapai agar
memenuhi prinsip kesehatan dan keselamatan kerja. Peraturan tersebut menjadi parameter
kelayakan dari sebuah sistem ventilasi tambang bawah tanah di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mempelajari sistem ventilasi yang ada di
tambang batubara bawah tanah PT. XYZ dan memodelkan jaringan ventilasi yang ada sesuai
dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995 dengan
menggunakan perangkat lunak Ventsim Visual 3
Dalam melakukan perencanaan ventilasi tambang bawah tanah dapat dilakukan secara
manual yang memerlukan ketelitian, waktu dan tenaga yang cukup besar atau dapat dilakukan
dengan menggunakan bantuan perangkat lunak. Penggunaan perangkat lunak mempermudah
pemodelan dalam merencanakan sistem ventilasi tambang bawah tanah. Perangkat lunak yang
digunakan dapat berupa perangkat lunak dua dimensi atau dengan menggunakan perangkat
lunak tiga dimensi. Pada penilitian ini akan digunakan perangkat lunak Visual VentSim 3 dalam
melakukan perencanaan sistem ventilasi tambang batubara bawah tanah. Perangkat lunak ini
memiliki keunggulan dapat memodelkan aliran udara secara tiga dimensi dan dapat
mengakomodasi kondisi lapangan berupa dimensi bukaan, kondisi bukaan, kandungan gas di
udara, simulasi panas, spesifikasi kipas, spesifikasi duct dan lain-lain.

II. PENGENDALIAN DEBU DALAM TAMBANG


Partikel debu pada tambang bawah tanah dapat dikendalikan dengan cara sebagai
berikut :
- Water spray
- Ventilasi
- Mengontrol debu hasil pengeboran, pengangkutan, peledakan.
- Mengontrol debu pada Roadheader

483
- Mengontrol debu pada udara bersih yang masuk ke dalam tambang.
Pada PT. XYZ debu dikendalikan dengan ventilasi. Untuk mendilusi partikel debu dengan
udara pada lokasi kerja yang disebabkan karena proses penambangan dapat menggunakan
persamaan berikut (McPherson, 1997) :
Ed x P
Q= (𝑚3 /𝑠)
𝐶𝑑
Dimana :
Q = udara minimal mendilusi debu (m3/s)
Ed = konsentrasi debu (mg/ton)
P = production rate (ton/s)
Cd = batas minimum debu (mg/m3)

III. SURVEI VENTILASI


Dalam membuat pemodelan jaringan ventilasi tambang bawah tanah dibutukan
pengukuran ventilasi sebagai pendukung keakuratan model ventilasi pada perangkat lunak.
Pengukuran ventilasi udara dalam tambang merupakan suatu pekerjaan yang harus dilakukan
secara teratur untuk mendapatkan data kualitas, kuantitas, dan temperature serta kelembaban
pada jalur intake, sepanjang jalur utama, dan jalur exhaust. Pada saat pengukuran diperlukannya
ketepatan dan ketelitian serta kemampuan untuk menganalisis data karena kondisi lapangan
yang dapat berubah – ubah. Pengukuran aliran udara yang dilakukan harus merepresentatifkan
keadaan di setiap jalur tambang yang telah ditentukan dalam tambang bawah tanah.
Tujuan dari pengukuran ventilasi secara teratur dan berkala adalah untuk:
 Memastikan semua tempat area kerja menerima aliran udara yang efisien dan efektif.
 Mengontrol adanya kerusakan ataupun kebocoran pada system ventilasi.
 Memberikan informasi pada saat situasi darurat atau terjadinya bencana di dalam tambang
seperti kebakaran, tanah longsor, gempa bumi, dan lain-lain.
 Merencanakan sistem ventilasi yang efisien.
 Membuat perencanaan ventilasi tambang jangka panjang baik perubahan aliran ataupun
penambahan kipas dan sebagainya.
Adapun peralatan survei ventilasi dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 1. Peralatan survei ventilasi


(sumber : Modul Praktikum Ventilasi Tambang Teknik Petambangan ITB)

484
IV. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995
Ketentuan mengenai ventilasi tambang telah diatur dalam Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi nomor 555.K/26/M.PE/1995 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pertambangan Umum atau biasa disingkat dengan KepMen 555. Aturan yang dibuat
harus dipenuhi oleh pelaku usaha tambang bawah tanah agar keselamatan dan kesehatan pekerja
tambang terjamin.

 Pasal 369: Ketentuan Umum


Ayat (2)
Volume udara bersih yang dialirkan dalam sistem ventilasi harus:
i. Diperhitungkan berdasarkan jumlah pekerja terbanyak pada suatu lokasi kerja dengan
ketentuan untuk setiap orang tidak kurang dari 2 m kubik per menit selama pekerjaan
berlangsung dan
ii. Ditambah sebanyak 3 meter kubik per menit untuk setiap tenaga kuda, apabila mesin diesel
dioperasikan.

 Pasal 370: Standar Ventilasi


Ayat (1)
Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah harus diperrtahankan antara 18 derajat
Celcius sampai dengan 24 derajat Celcius dengan kelembaban relative maksimum 85%.

Ayat (2)
Selain ketentuan umum sebagaimana maksud pada ayat (1), kondisi ventilasi di tempat kerja
harus:
Untuk rata-rata 8 jam:
1. Karbon Monoksida (CO) volumenya tidak lebih dari 0,005 persen;
2. Gas Methana (CH4) volumenya tidak lebih dari 0,25 persen;
3. Hidrogen Sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari 0,001 persen dan
4. Oksigen Nitrat (NO3) tidak lebih dari 0,0003 persen.
Dalam tenggang waktu 15 menit:
1. CO tidak boleh lebih dari 0,04 persen;
2. NO2 tidak boleh lebih dari 0,0005 persen.

Ayat (6)
Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus sekurang – kurangnya 7 meter
per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan setelah peledakan
kecepatan. Jalan udara harus mempunyai ukuran yang memadai sesuai dengan jumlah udara
yang dialirkan.

Ayat (10)
Lokasi pengukuran aliran meliputi:
a. Setiap jalan masuk udara utama sedapat mungkin dekat dengan jalan masuk ke semua
sumuran atau jalan keluar;
b. Setiap tempat terbaginya udara sedapat mungkin dekat dengan persimpangan;
c. Di tempat kerja yang pertama 50 meter dari mulai masuknya udara dan di tempat kerja
yang terakhir 50 meter dari ujung keluarnya udara;
d. Lokasi udara keluar sedapat mungkin dekat dengan persimpangan jalan keluar utama dan
e. Tempat lain yang ditetapkan oleh pelaksana inspeksi tambang.

485
Ayat (16)
Apabila dilakukan perubahan pada arah atau penyebaran aliran udara yang berakibat
mempengaruhi jumlah udara masuk atau keluar maka pengukuran udara harus dilakukan
secepat mungkin setelah perubahan dilakukan.

 Pasal 373 : Sistem Kipas Angin


Ayat (4)
Kipas angin tambahan harus dipasang pada jarak kurang dari 5 meter daritempat terdekat pada
jalan masuk ke lokasi yang akan diberi ventilasi.

Ayat (7)
Kipas angin tambahan harus dilengkapi alat penyalur udara sampai jarak 5 kali akar kuadrat
dari luas penampang.

V. PERANGKAT LUNAK VENTSIM VISUAL 3


Perangkat lunak Ventsim Visual 3 merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk
mensimulasikan desain saluran ventilasi tambang bawah tanah berbentuk tiga dimensi.
Perangkat lunak ini mampu memodelkan secara 3 dimensi dari tambang saluran udara tambang
bawah tanah dengan geometri yang bisa dipilih diantaranya tapal kuda, lingkaran, persegi, tidak
beraturan dan shanty. Untuk masukan parameter saluran seperti resistansi, shock loss, friction
factor. Untuk kipas yang akan digunakan diperlukan kurva karakteristik kipas atau
memasukkan nilai kuantitas dan tekanan tetap. Apabila ingin masukan parameter panas bisa
memasukan sumber panas dari batuan dan sistem pendingin yang digunakan. Sedangkan untuk
memasukkan konsentrasi kontaminan bisa memasukkan konsentrasi dari gas.

Gambar 2. Tampilan Ventsim Visual 3

486
VI. PENGOLAHAN DATA

6.1 Kebutuhan Udara Mendilusi Debu


Konsentrasi debu yang dihasilkan pada proses penambangan PT.XYZ menurut
penelitian yang dilakukan Anggraini (2011) adalah sebesar 14,82 mg/m3. Perhitungan
kebutuhan udara untuk mendilusi debu adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Parameter Perhitungan Debu


production rate 0,113 ton/menit
konsentrasi debu 11,4 mg/ton
allowable dust (Hartman) 2 mg/m3

Debu yang dihasilkan adalah pada saat proses penambangan sehingga production rate
yang digunakan adalah produksi alat Roadheader MK2A dalam satu siklus penggalian. Batas
minimal konsentrasi debu yang diperbolehkan adalah 2mg/m3 (Hartman,1997). Maka didapat
udar minimal untuk mendilusi debu adalah
14,82 x 0,113
Q= (𝑚3 /𝑠)
2
Q = 0,0107 m3/s
6.2 Kebutuhan Udara Pekerja
Jumlah pekerja maksimal yang terdapat di setiap frontnya adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah Pekerja Maksimal di Lokasi Kerja

NO BAGIAN JUMLAH
1 Operasional 2
2 mesin dan listrik 3
3 Transportasi 1
4 Penyanggaan 3
5 Ventilasi 2
6 Pengawas 1
Total pekerja 12

Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995,


kebutuhan udara untuk satu orang pekerja sebanyak 2 m3/menit. Kebutuhan minimum udara
untuk pekerja di dalam tambang dapat dilihat pada tabel 3.

487
Tabel 3. Perkiraan Kebutuhan Udara Bersih di Lokasi Kerja
No Lokasi Jumlah Pekerja* Kebutuhan Udara (m³/s) Total (m³/s)

1 Front J6C - 0,033 0

2 front J13C - 0,033 0

3 Front J11C 12 orang 0,033 0,4

4 Dosco 12 orang 0,033 0.4

6.3 Kipas
Tabel 4. Data Kipas
No Tipe Kipas HP Fungsi
1 54 D Canadian Buffalo 150 Main fan
2 Engart Bifurcated Axial 1x25 Auxillary fan
3 Brush Bifurcated Axial 1x50 Auxillary fan

Kipas digunakan untuk menyalurkan udara secara terus menerus ke dalam tambang.
Untuk menyalurkan udara ke dalam tambang yang jauh dari permukaan perlu digunakan kipas
dengan deskripsi seperti pada tabel 4. Untuk kipas utama digunakan Vane Axial tipe 54 D
Canadian Buffalo yang mempunyai daya 150 HP dengan diameter 1,4 meter. Kipas utama
digunakan untuk menghisap udara dalam tambang. Untuk menyalurkan udara segar ke area
muka tambang dibutuhkan kipas tambahan dimana digunakan kipas Engart Biffurcated Axial
1x 25 HP dan Brush Bifurcated Axial 2x 50 HP.

VII. PEMBAHASAN

7.1 Aliran Udara Tambang


Sistem ventilasi yang digunakan pada tambang adalah sistem hisap (exhaust). Udara
bersih dari luar (atmosfer) dihisap ke dalam tambang yang kemudian udara bersirkulasi
sepanjang jalur udara dan dikeluarkan melalui kipas utama. Sedangkan untuk ventilasi local
menggunakan sistem forcing dimana meletakkan duct intake pada front untuk mengalirkan
udara kedalam lokasi kerja.
Dari hasil pengukuran aliran udara bersih berasal dari 3 lubang intake, yaitu Adit , Lurah
Sapan 1 , dan Lurah Sapan 2. Jumlah total udara bersih yang masuk ke dalam tambang adalah
sebesar 34,27 m3/s. jumlah debit masing-masing lubang intake dapat dilihat pada tabel 5.

Lokasi Q (m³/s) %

Adit SL 25,41 74,15


L. S 1 7,39 21,56
L. S 2 1,47 4,29
Total 34,27 100,00

Tabel 5. Debit Intake Tambang

488
Jalur udara kotor hanya berasal dari satu lubang exhaust yaitu pada lubang ventilasi
utama. Jumlah udara yang keluar dari tambang ke permukaan pada lubang exhaust adalah
sebesar 34,3 m3/s. Dari pengukuran tersebut terdapat perbedaan antara udara intake dengan
udara exhaust yaitu sebesar 0,03 m3/s dimana masih dalam batas yang diperbolehkan.
SKEMA TAMBANG BAWAH TANAH PT XYZ

33.11 m 3/dt 7, 39 m 3/dt


D LS I
V : 0.34 m / dt
Q :4.08 m 3 / dt R
RMSA
J.4 35.65 m 3/dt
V : 0.24 m / dt Terusan ADIT SL
Q : 2.88 m 3 / dt V : 0,39 m / dt
R LS. II
Q :4,60 m 3 / dt 1,47 m 3/dt
21,64m 3/dt

D
DOSCO J.3

D
FRONT J6C ADIT SL
J.12c

20.80 m 3/dt
Manual J.13c J.37 25.41 m 3/dt
J.11c J.13c
V : 0,34 m / dt
Forc. 50 HP Q : 4,08 m 3 / dt
Manual J.6c
J.10c

J.8c
Forc. 25J.7c
HP J.2 0.85 m 3/dt J.
J.8c J.9c Forc. 50 HP
J.7c J.6c D D D
J.6c
Forc. 30 Kw J.59
8,41 m 3/dt Forc. 25 HP

19.95m 3/dt

4.90 m 3/dt
J.4c J.5

24.85m 3/dt
J.5c
J.5c J.4c

11,31 m 3/dt
11,02 m 3/dt

J.6 2.00m 3/dt J.14


J.7
D D
17.95 m 3/dt
0.35 m 3/dt J.9
J.18
15.45 m 3/dt J.52
J.70 J.64 J.3c J.2c J.46
J.51
DD
10.90 m 3/dt 14.00 m 3/dt J.53
DD

17.60 m 3/dt
DD

J.68
J.63 J.1c J.57 J.56 17.60 m 3/dt J.65
: Arah Udara Bersih
10.90 m 3/dt
J.23 : Arah Udara Kotor

D : Pintu Angin / sekat

: Air Crossing
h

Gambar 3. Skema Tambang Bawah Tanah PT XYZ

Tabel 6. Hasil Pengukuran Kuantitas Udara Tambang


Temperatur (°C) Kandungan Gas
V A Q RH
Lokasi O2 CO
(m/s) (m²) (m³/s) Td Tw (%) CO2 (%) CH4 (%)
(%) (ppm)
Adit SL 2,37 10,73 25,41 25,60 24,00 88,00 20,9 0 0 0
L. S 1 1,17 6,33 7,39 25,80 24,00 86,00 20,9 0 0 0
L. S 2 0,43 3,42 1,47 26,00 24,00 85,00 20,9 0 0 0
kipas induk 13,96 2,46 34,30 28,20 27,00 91,00 20,9 0 0 0
Ter.A.SL 1,70 12,73 21,64 25,00 24,20 91,00 20,9 0 0 0
J3-J2 1,92 11,00 21,12 24,00 23,00 91,00 20,9 0 0 0
J5-J6 2,10 9,23 19,38 25,10 24,30 92,00 20,9 0 0 0
J14-J37 0,67 7,33 4,91 25,10 24,00 92,00 20,9 0 0 0
J8-J52 2,22 7,62 16,92 25,30 24,00 90,00 20,9 0 0 0
J52-J51 2,32 7,63 17,71 25,50 24,50 92,00 20,9 0 0 0
J51-J2C 1.10 14.16 15,58 25,50 24,50 92,00 20,9 0 0 0
J2C-J4C 1,30 8,48 11,02 25,20 24,50 94,00 20,9 0 0 0
FRONT J6C 0,34 12,00 4,08 28,00 26,00 85,00 20,9 0 0 0
J9C-J10C 0,74 11,40 8,44 28,00 27,00 93,00 20,9 0 0 0
Dosco 2 0,27 10,70 2,89 30,00 28,00 85,00 20,9 0 0 0
FRONT
0,36 11,50 4,14 30,00 28,00 85,00 20,9 0 0 0
J11C
FRONT
0,39 11,80 4,60 29,00 27,00 86,00 20,9 0 0 0
J13C

489
J8C-J5C 0,83 10,13 8,41 28,50 27,00 89,00 20,9 0 0 0
J5C-J3C 1,37 8,26 11,31 28,00 27,50 94,00 20,9 0 0 0
J3C-J64 1,10 10,98 12,08 28,00 27,00 93,00 20,9 0 0 0
J63-J1C 1,38 8,83 12,16 28,00 27,00 93,00 20,9 0 0 0
J1C-J56 2,02 7,81 15,74 28,00 27,00 93,00 20,9 0 0 0
J56-J65 3,49 5,28 18,44 27,40 26,70 94,00 20,9 0 0 0
J7-J1 2,64 9,31 24,56 27,00 26,00 92,00 20,9 0 0 0
Pompa LS II 7,70 4,30 33,11 26,00 24,00 85,00 20,9 0 0 0

7.2 Analisis Pemodelan dengan Perangkat Lunak

Tabel 7. Perbandingan Debit Udara


pengukuran dengan Model
Debit Udara (m³/s)
No Lokasi error (%)
Pengukuran Model
1 Adit SL 25,41 25,9 1,94
2 L. S 1 7,39 7,2 -2,55
3 L. S 2 1,47 1,5 1,92
4 kipas induk 34,3 34,6 0,87
5 Ter.A.SL 21,64 21,2 -2,03
6 J3-J2 21,12 21,2 0,38
7 J5-J6 19,38 20,5 5,76
8 J14-J37 3,71 4,7 -4,29
9 J8-J52 16,92 18,5 9,31
10 J52-J51 17,71 18,5 4,44
11 J51-J2C 15,58 14,1 -9,48
12 J2C-J4C 11,02 11,1 0,69
13 FRONT J6C 4,08 3,9 -4,41
14 J9C-J10C 8,44 8,8 4,31
15 Dosco 2 2,89 2,7 -6,54
16 FRONT J.11C 4,14 4 -3,38
17 FRONT J13C 4,6 4,6 -0,04
18 J8C-J5C 8,41 8,8 4,65
19 J5C-J3C 11,31 11,1 -1,87
20 J3C-J64 12,08 12 -0,68
21 J63-J1C 12,16 12 -1,28
22 J1C-J56 15,74 14,1 -10,43
23 J56-J65 18,44 18,4 -0,21
24 J7-J1 24,56 25,7 4,64
25 Pompa LS II 33,11 33 -0,33

Secara keseluruhan perbandingan nilai debit udara antara model dengan pengukuran
tidak melebihi error lebih dari 10% (McPherson, 1997). Nilai error paling tinggi terjadi pada
J1C-J56 yaitu 10,43% dan nilai error terendah terjadi pada front J3C. Dengan demikian data
pemodelan tersebut dapat dipakai untuk melakukan pemodelan perencanaan ventilasi lebih
lanjut.
Debit udara yang mampu disalurkan oleh duct ke front penambangan mempunyai nilai
lebih dari 0,4 m3/s yang merupakan batas minimal kebutuhan udara pekerja di lokasi
penambangan, sehingga rancangan aliran udara telah sesuai dengan Keputusan Menteri

490
Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995. Kecepatan udara pada lokasi
penambangan yang ada pada model perencanaan menggunakan perangkat lunak mencukupi
dari kecepatan udara minimal yang harus ada pada Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi No 555.K/26/M.PE/1995 yaitu 7m/menit, tetapi keepatan udara dapat ditingkatkan
sesuai dengan kebutuhan udara dan diturunkan jika menggangu pekerja di front penambangan.
Oleh karena itu diperlukan analisis lebih lanjut mengenai kenyamanan kecepatan udara pada
front penambangan ini.
Sesuai dengan peraturan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No
555.K/26/M.PE/1995 temperatur udara di dalam tambang harus dipertahankan antara18-24 °C
dengan kelembaban relatif maksimum 85 persen. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai
temperatur udara berkisar antara 24-26°C pada jalur intake, 26-28°C pada jalur exhaust dan 28-
30°C pada front penambangan. Pada saat melakukan pengukuran kondisi udara luar saat itu
berada pada musim hujan (Oktober-November), sehingga udara yang masuk ke dalam tambang
memiliki nilai kelembaban yang sangat tinggi. Jalur J2C-J4C, J5C-J3C, J56-J65 pada umumnya
saat dilakukan pengukuran memiliki kondisi yang sangat basah akibat adanya rembesan air
pada dinding. Nilai temperatur efektif pada jalur intake, exhaust, dan front penambangan
melebihi dari rentang yang diperbolehkan peraturan sehingga sesuai dengan Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No 555.K/26/M.PE/1995 pasal 370 ayat 14 apabila temeperatur
efektif melebihi 24°C maka tempat tersebut harus diperiksa setiap minggunya. Efek dari
tingginya temperatur adalah tingginya kelembapan relatif melebihi batas yang diperbolehkan
yaitu 85%. Dari hasil simulasi yaitu berada pada rentang atas dari batas yaitu 85-94 %.

VIII. SIMPULAN
8.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan :
1. Sistem ventilasi pada tambang bawah tanah PT XYZ menggunakan sistem hisap (exhaust).
Kuantitas udara keluar sebesar 34,3 m3/detik sedangkan kuantitas udara masuk yaitu
sebesar 34,27 m3/detik melalui tiga lubang masuk yaitu Adit Sawah Luwung sebesar 25,41
m3/detik, Lurah Sapan I sebesar 7,39 m3/detik dan Lurah Sapan II sebesar 1,47 m3/detik.
Jumlah udara masuk dengan udara keluar ada perbedaan sebesar 0,03 m3/detik hal ini
disebabkan adanya kebocoran udara pada saluran Main Kipas sehingga udara dari luar
merembes masuk ke dalam saluran udara pada Mainfan.
2. Debit udara yang mengalir pada front penambangan dihasilkan dari kipas bantu dengan
sistem forcing melalui saluran pipa yang mengalirkan udara ke muka tambang. Debit udara
pada front penambangan melebihi 0,4 m3/detik yang menjadi batas kuantitas kebutuhan
udara pekerja sehingga memenuhi kriteria Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No 555.K/26/M.PE/1995.
3. Kecepatan udara pada front penambangan tiap tahunnya telah mencukupi dari kecepatan
udara minimal yang harus ada pada Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No
555.K/26/M.PE/1995 yaitu 7 meter setiap menit.

UCAPAN TERIMAKASIH

PT. Bukit Asam (Persero) Tbk yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan
penelitian beserta semua pihak yang telah mendukung baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

491
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartman, H.L., Mutmansky,J., Ramani, R., Wang, Y. 1997. Mine Ventilation and Air
Conditioning. John Wiley & Sons,
2. LeRoux, W.L. 1979. Mine Ventilation Notes for Beginners. The Mine Ventilation Society
of South Africa.
3. AMC ConsultantPty Ltd. 2005. Basic Mine Ventilation.
4. Chasm Consulting. 2014. Ventsim Visual™ User Guide. Australia.
5. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi nomor 555.K/26/M.PE/1995 Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pertambangan Umum
6. McPherson, M.J. 1997. Subsurface Ventilation and Environmental Engineering.Chapman &
Hall.
7. Anggraini, Dola. 2010. Evaluasi Konsentrasi Debu dan Penangannya di Penggalian Lubang
Maju Sigalut PT Tambang batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, Unit Pertambangan
Ombilin. Bandung.

492

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai