Anda di halaman 1dari 182

BUKU PANDUAN

PRAKTIKUM TEKNIK PEMBORAN


DAN PELEDAKAN

GUSKARNALI, S.T., M.T. TIM ASISTEN


KOORDINATOR
LABORATORIUM TEKNIK
PEMBORAN DAN PELEDAKAN
LABORATORIUM TEKNIK PEMBORAN DAN PELEDAKAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2023

Koordinator Laboratorium
Guskarnali, S.T., M.T.
NIP. 198808212019031011

Staff Asisten

Ade Fitra Ramadhan NIM.1032011026


Asa Ronald Nababan NIM.1032011001
Nova Anzelyna Sihombing NIM.1032011008
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulilah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Buku Panduan Praktikum
Teknik Pemboran dan Peledakan. Penyusunan Buku Panduan Praktikum Teknik
Pemboran dan Peledakan ini dimaksdukan untuk dapat dipergunakan sebagai
penuntun dan harapannya mampu memberikan manfaat bagi para Mahasiswa.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bimbingan dan saranya kepada :
1. Guskarnali, S.T., M.T.
2. Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Bangka
Belitung.
3. Asisten Praktikum Teknik Pemboran dan Peledakan.

Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
membuat buku ini. Harapan kami supaya pembaca akan meluangkan waktu untuk
mengkoreksi buku ini dan memberikan saran yang bersifat membangun sehingga
pada masa yang akan datang buku panduan praktikum ini dapat lebih sempurna.

Pangkalpinang, 11 September 2023

Penyusun
TATA TERTIB
LABORATORIUM TEKNIK PEMBORAN DAN PELEDAKAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2023

TATA TERTIB PRAKTIKUM

- Berpakaian rapih, tidak diperkenakan memakai kaos oblong dan bersendal.


- Praktikan wajib hadir paling lambat 5 menit sebelum kegiatan praktikum
dimulai.
- Toleransi keterlambatan 15 menit, lewat waktu toleransi Praktikan dilarang
mengikuti kegiatan praktikum saat itu, nilai absensi dan quiz nol.
- Jika sakit Wajib menyertakan surat keterangan sakit dari Dokter.
- Indikasi plagiat laporan mingguan dan akhir, Nilai : 40.
- Laporan mingguan berlaku bagi yang Mengikuti Praktikum.
- Laporan mingguan dikumpul pada saat 1 (satu) hari sebelum praktikum
dimulai pada pukul 08.00 WIB di Jurusan Teknik Pertambangan.
- Bagi Praktikan Tanpa Keterangan Hadir, bisa mengikuti praktikum
selanjutnya dengan memberikan kontribusi sebesar Rp. 30.000,00-, ke Bendara
HIMATA sehari sebelum praktikum dimulai.

TATA TERTIB PRAKTIKUM LAPANGAN

- Selama kegiatan praktikum lapangan, Praktikan wajib menggunakan APD


(Alat Pelindung Diri)/Safety.
PENDAHULUAN

Kegiatan pemboran dan peledakan bertujuan untuk memberai materialyang


keras guna menunjang proses pengambilan material oleh alat gali-muat. Kegiatan
ini digunakan terutama pada material yang keras, dimana kemampuan alat gali muat
menjadi terbatas saat melakukan penetrasi terhadap material yang keras.
Kegiatan pemberaian batuan pada umumnya dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu dengan metode pemberaian mekanis (penggalian dan penggaruan) dan
pemberaian secara kimiawi (peledakan). Penentuan metode pemberaian
berdasarkan karakteristik batuan menjadi penting karena litologi batuan yang
berbeda cenderung memiliki karakteristik dan kekuatan yang berbeda pula,
sehingga diperlukan metode pemberaian yang berbeda untuk penanganan yang
efektif. Dalam menentukan metode pemberaian, diperlukan analisis kemampuan
galian berdasarkan sifat dan karakteristik batuan serta memperhatikan kehadiran
bidang diskontinuitas pada batuan. Selain itu juga memperhatikan target produksi
sehingga didapat metode pemberaian yang optimal sesuai dengan sifat dan
karakteristik batuan.
Buku Panduan Praktikum Teknik Pemboran dan Peledakan merupakan
salah satu buku penuntun kegiatan praktikum Teknik Peledakan di Laboratorium
Tambang, Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universita
Bangka Belitung, tahun akademik 2023/2024. Materi dalam modul ini berisi
tentang teknik penggunaan peralatan dan perlengkapan peledakan untuk kegiatan
peledakan baik dalam tambang terbuka (surface mining) atau tambang bawah tanah
(underground mining).
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

TATA TERTIB PRAKTIKUM ............................................................................

PENDAHULUAN ................................................................................................

BAGIAN I SOFTWARE KAZEMARU...............................................................

BAGIAN II SOFTWARE SPLIT DESKTOP ......................................................

BAGIAN III SOFTWARE WIPFRAG.................................................................

BAGIAN IV SOFTWARE SHOT PLUS-I...........................................................

BAGIAN V SOFTWARE GEOSLOPE ...............................................................

BAGIAN VI SURFACE BLASTING ..............................................................................

BAGIAN VII UNDERGROUND BLASTING ...........................................................


BAGIAN I SOFTWARE KAZEMARU

1.1 Latar Belakang


Ventilasi tambang merupakan salah satu aspek penunjang bagi peningkatan
produktivitas para pekerja tambang bawah tanah. Pada tambang bawah tanah,
sistem ventilasi diperlukan selain untuk menyediakan oksigen guna memenuhi
kebutuhan pernapasan manusia atau pekerja juga dibutuhkan untuk mendilusi gas-
gas beracun, mengurangi konsentrasi debu yang berada di dalam udara tambang
dan untuk menurunkan temperatur udara tambang sehinggamemungkinkan
tercipta kondisi kerja yang aman dan nyaman.
Pada dasarnya ventilasi merupakan upaya pengontrolan terhadap kualitas dan
kuantitas udara tambang. Pengendalian kualitas udara tambang bertujuan untuk
menjaga agar kondisi udara tambang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan
antara lain pengendalian terhadap gas-gas yang berbahaya maupun debu-debu
tambang serta pengaturan temperatur dan kelembaban udara tambang. Sedangkan
pengendalian kuantitas udara bertujuan untuk mengatur jumlah udara bersih yang
mengalir ke dalam tambang sehingga udara yang dialirkan tersebut mencukupi
sesuai jumlah yang dibutuhkan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan Paktikum Teknik Pemboran dan Peledakan dalam pembuat modul
ini yaitu :
1. Agar Praktikan mengenal sistem program Software Kazemaru.
2. Agar Praktikan mengetahui fungsi dari setiap tools di Software Kazemaru.
3. Praktikan mampu mengoprasikan Software Kazemaru untuk menganalisa
jaringan ventilasi pada tambang bawah tanah.
4. Agar praktikan dapat melakukan pengukuran terkait dengan ventilasi tambang
dan dapat melakukan simulasi jaringan ventilasi tambang untuk membantu
pemahaman teori-teori yang diberikan dalam perkuliahan.
1.3 Karakteristik Sistem Software Kazemaru
Pekerjaan Analisa jaringan ventilasi udara pada pertambangan yang
sesungguhnya tidak hanya melakukan penghitungan saja. Pekerjaan tersebut
terdiri dari kombinasi beberapa pekerjaan yaitu pembuatan data jaringan ventilasi,
melaksanakan analisa volume udara, menampilkan hasil analisa pada saat
menampilkannya, sangat penting sekali untuk penampilan yang mudah dipahami,
dan penampilan dengan gambar adalah yang paling efektif, melaksanakan kajian
terhadap hasil analisa, dan apabila diperlukan dapat melakukan perubahan data
jaringan ventilasi udara, memulai kembali dari langkah awal.
Sistem Analisa ventilasi udara Kazemaru adalah sistem komprehensif yang
telah dikembangkan agar pekerjaan analisa jaringan ventilasi udara dapat
dikerjakan oleh siapapun dan dilaksanakan dengan mudah. Sistem ini telah
diterapkan di semua tambang batubara terutama di Jepang dan memiliki karakter
sebagai berikut :
a. Sistem yang dikembangkan untuk digunakan pada Komputer/PC minimal
Pentium 233 Mhz agar pengoperasiannya mudah.
b. Pembuatan perubahan data dapat dilakukan sembari melihat gambar jaringan
ventilasi udara yang ditampilkan pada monitor. Program secara konstan
melakukan pengecekkan sehingga kesalahan pengisian dapat dicegah.
c. Titik maksimum dari jaringan ventilasi udara yang dapat dilakukan analisa
adalah 1000 titik, jumlah lorong maksimum 2000 buah lorong.
d. Lama waktu penghitungan untuk jaringan ventilasi udara yang memiliki sekitar
1000 titik dan 2000 buah lorong, pada umumnya membutuhkan waktu kurang
dari 2 menit.
e. Selain dari tahanan udara, sistem ini dapat mempertimbangkan tekanan
ventilasi udara alami, grafik karakteristik fan, lorong dengan volumeudara
tetap, dan seperti halnya pintu angin, dapat juga dipertimbangkan tahanan udara
yang berbeda berdasarkan arah dari ventilasi udara.
f. Dapat melakukan analisa jaringan ventilasi udara pada saat terjadi kebakaran.
g. Dapat menampilkan gambar distribusi volume udara, tekanan udara melalui
monitor, ploter atau printer.
h. Pada saat melakukan analisa kebakaran, dapat ditampilkan penyebaran gas
kebakaran, suhu, konsentrasi dan juga dapat ditampilkan pergerakan gas
kebakaran sesuai pergerakan waktu.
i. Memiliki fungsi sebagai data base, sehingga memungkinkan untuk melakukan
pengecekan data, perbandingan hasil, dan pencarian data. Selain itu, dapat
melakukan penghitungan tahanan ventilasi udara dengan berdasarkan jenis
data, panjang lorong, luas lorong, dan koefisien gesek.
1.4 Pengenalan dan Fungsi Tools Software Kazemaru
Kazemaru pada dasarnya adalah :
- Pekerjaan mengedit data jaringan ventilasi dengan cara grafis yang interaktif.
- Pekerjaan menganalisis jaringan ventilasi (distribusi aliran udara normal dan
kondisi kebakaran).

Gambar 1.1 Hasil pengoperasian Software Kazemaru


dan tampilan utamanya.
Menu yang tampak pada halaman sebelumnya akan timbul pada display ketika
program kazemaru (iAvewin.exe) diaktifkan dari menu. Batas sistem (nilai-nilai
batas ini dapat jauh lebih besar dari yang dibutuhkan)
• Node 800
• Nomor node 1000
• Jalan-jalan 1000
• Mesin angin 50
• Node-node/titik-titik di permukaan 50
• Nomor lokasi-lokasi jalan 1000
Syarat- syarat yang dibutuhkan :
- Banyaknya jalan-jalan yang dihubunhkan dengan sebuah node atau titik di
bawah tanah harus lebih dari 2.
- Banyaknya jalan-jalan yang dihubungkan dengan sebuah node permukaan
atau node mesin angin harus lebih dari 1.
- Elevasi node dari 2 sisi mesin angin harus sama.
- Tidak boleh membuat jalan yang kedua ujungnya pada node yang sama.
- Tidak boleh membuat rangkaian jalan yang kedua ujungnya pada titik/node
yang sama dan tidak memiliki jalan ke node yang lain.
- Pemasangan dua node harus terhubung dengan hanya satu jalan (tak ada
masalah untuk perhitungan aliran udara akan tetapi akan menjadi masalah untuk
membedakan jalan udara/angin)

Gambar 1.2 Syarat dalam ketentuan penggunaan note atau titik


Dalam Software Kazemaru
1.5 Istilah dan Tools Dalam Software Kazemaru
Berikut adalah istilah yang biasa dipakai pada program Software Kazemaru
sebagai berikut :
a. Road, yaitu lorong ventilasi tempat aliran udara.
b. Branch, airway yaitu yang ditentukan oleh nomor-nomor node di kedua
ujungnya yang ditunjukan sebagai garis antara 2 lingkaran.
c. Fixed airflow roadway, yaitu ditunjukkan sebagai garis putus-putus.
d. Node, yaitu persimpangan jalan atau bagian jalan yang dipermukaan.
e. Underground node, yaitu ditunjukan dengan lingkaran tunggal.
f. Surface node, yaitu ditunjukkan dengan lingkaran ganda.
g. Fan, yaitu ditunjukkan dengan lingkaran ganda dengan segitiga.
Menu-menu utama pada tool bar adalah sebagai berikut :
• File : membuka atau menyimpan file-file, print, keluar sistem dan lain-lain.
• Edit : membuat, mengubah dan menghapus node-node, jalan tambang dan
kipas angin/mesin angin.
• Analysis : menghitung distribusi-distribusi aliran udara.
• Display : merubah setting-setting dari ukuran figure (gambar), ukuran tulisan,
warna garis dan data tampilan.
Data node-node, jalan-jalan tambang dan kipas-kipas diperlukan untuk analisa
jaringan ventilasi. Datanya disebut sebagai (Data jaringan fundamental/pokok)
: Membuat data jaringan baru.
: Membuka data jaringan.
: Menyimpan data jaringan.
: Mencetak/print.
: Flow standar, yaitu analisa distribusi aliran udara dalam jaringan kondisi
mesin angin akan nampak ketika tombol <display data> ditandai.
: Parameter, mengubah parameter-parameter yang dibutuhkan untuk proses
analisa.
: Update, menggambar kembali figure jaringan. Perintah ini digunakan untuk
menampilkan hasil perhitungan baru.
: Display setting, perintah ini mengubah ukuran gambar, ukuran huruf, sudut
tampilan, nilai-nilai dasar atas, dan dibawah jalan. Nilai yang ditampilkan
diatas/dibawah garis dipilih dari list pada dialog. Data penyertanya dapat
ditampilkan dengan programnya.

Gambar 1.3 Display Setting

: Fit to window, memilih ukuran gambar (figure) secara otomatis untuk


window yang sedang aktif.
: Zoom in and out, mengubah ukuran gambar (figure), menjadi 200% - 50%.
: Zoom in with mouse, menampilkan ukuran gambar dengan tekanan (dray)
mouse.
: Left or right turn, mengatur gambar searah/berlawanan jarum jam sebesar
45º setiap penekanan tombol.

1.6 Unit Sistem Data Software Kazemaru


Sistem ini dapat menggunakan semua satuan untuk kecepatan aliran udara,
tekanan dan tahanan. Informasi ini diberikan pada file <UNIT.SDT>.
Satuan-satuan berikut digunakan dalam sistem ini :
- Aliran udara : [m3/s]
- Tekanan : [mmAq : Milimeter of water)] = [Kgw/m2]
- Tahanan : [weisbach]
Contoh konversi satuan dari Satuan Jepang ke Satuan Internasional
- Satuan aliran udara : [m3/min] dikonversi ke [m3/s] : coeff = 0.01666667.
- Satuan tekanan : [mmAq] dikonversi ke [Kgw/m2] : coeff = 1.0.
- Satuan tahanan : [murgue] dikonversi ke weisbach : coeff = 0.001.
- Konversi-konversi ini ditulis pada kisaran <--coeff-->.
- Karakter unitnya juga ditulis dalam kisaran <--unit-->, lalu karakter-karakter
tersebut akan ditampilkan jika diperlukan.
Parameter-parameter lain :
- qel_f : kesalahan aliran akhir.
- hbl_f : tekanan terakhir untuk ditambahkan untuk stabilitas.
- qel_i : kesalahan aliran .
- hbl_i : tekanan awal untuk menambah stabilitas.
- Acc : kofisien akselerasi.
- Avpc : koefisien perubahan tekanan rata-rata.
- Nfast : jumlah pengulangan internal.
- Moe_sw : display flag ( 1 : display/0 : no display.)
- Ncalmax : jumlah pengulangan maksimal.
1.7 Prosedur Pembuatan Jaringan Ventilasi

Gambar 1.4 Jaringan Ventilasi dari Software Kazemaru


Jaringan ventilasi sederhana di atas akan dianalisa sebagai contoh. Di dunia ada
beberapa sistem unit yan berbeda untuk aliran udara, tekanan dan tahanan. Sebagai
contoh sistem jepang [m3/s] untuk kecepatan aliran udara, [mmAq] untuk tekanan,
[Kgw/s2 ] untuk tahanan. Sedangkan untuk Satuan Internasional (SI) [m3/s] untuk
kecepatan aliran udara, [Pa] untuk tekanan, [Ns2/m8] untuk tahanan dalam
pharensis. Kazemaru dapat memakai semua sistem. Pada contoh ini data akan
ditunjukkan dengan sIstem Jepang dahulu kemudian dengan sistem Satuan
Internasional (SI). Data jaringan ventilasi ditunjukkan dalam Tabel 1.7.1

Tabel 1.7.1 Data Jaringan Ventilasi

Elevasi untuk node 1,2,3 0 (m)


Elevasi untuk node 4,5 -100 (m)
Elevasi untuk node 6,7 -200 (m)
Temperatur udara untuk semua jalan 20 (C deg)
100(murgue) 0,98(Ns2/m8)
Tahanan untuk semua jalan
Jepang Unit SI unit
Karakteristik mesin angin
Unit satuan Jepang SI unit
Aliran udara Aliran udara
Tekanan (mmAq) Tekanan (Pa)
(m3/min) (m3/s)
100 0 980 0,0
90 1000 882 1,67
70 2000 686 33,3
40 3000 392 50,0
0 4000 0 66,7
Aliran udara = Aliran udara =
Jumlah data = 5 Jumlah data = 5
1000 16,7

1. Pertama-tama satuan atau unit kazemaru harus diperiksa. Dialog yang


menunjukkan sistem unit yang sedang dipakai akan timbul pada saat menu
Help (about) pada kazemaru dipilih. Jika sistem unit satuan berbeda dengan
yang ingin anda pakai, ubah file <unit sdt> dalam sebuah folder <sdt> tepat
dibawah folder yang termasuk program kazemaru. Di dalamnya berdasar
pada perintah dalam manual berikut (tentang sistem unit/sistem satuan).
Gambar 1.5 Tampilan Menu Help untuk mengubah sistem unit/sistem satuan
2. Atur parameter dalam pembuatan jaringan ventilasi dengan mengklik
<Anasysis (A)> kemudian klik parameter. Kemudian akan muncul tampilan
parameter, terkhusus untuk <Front display step minimum> dari yang 0,01 ubah
menjadi 1 dan surface temperature yaitu 20.

Gambar 1.6 Tampilan Setting Parameter pada Software Kazemaru


3. Membuat Node Permukaan 1 dan 2.
Pertama masukkan node 1 dan 2 dengan mengklik <New Node > gerakkan
kursor untuk menentukan node yang kita inginkan untuk node 1 dan 2 klik kiri,
kemudian lingkaran dan dialog box akan timbul dilayar. Klik tombol
<surface> dan masukkan angka 1 untuk node number dan 0 untuk elevation
node. Lingkaran ganda untuk nomor 1 akan timbul ketika mengklik tombol
<ok> pada dialog box tersebut. Jangan lupa untuk mengklik tombol surface
jika tidak anda tidak akan mendapat jawaban/hasil yangbenar.
Kemudian input data untuk node 2 dengan cara yang sama.

Gambar 1.7 Tampilan New Node Surface


4. Membuat Node Bawah Tanah 3, 4, 5, 6, dan 7.
Selanjutnya masukkan data node atau titik 3, 4, 6, 7, dan seterusnya
<underground>. Masukkan posisi node/titik dan data-datanya dengan cara
yang sama seperti node-node dipermukaan. Jangan lupa pilih dengan cara
mengklik tombol <underground> dan masukkan data elevasi pada
dialog/jendela <make new node>. Untuk elevasi, tergantung dengan datayang
didapatkan, misalnya pada node 4 dan 5 elevasinya (-100), pada node 6
dan 7 elevasinya (-200) dan seterusnya.

Gambar 1.8 Tampilan New Node Underground


5. Membuat Jalan (New Road)
Sebuah jalan ditentukan dengan jalan menempatkan dua nomor node pada
masing-masing ujungnya. Pertama klik <new road>, misalnya hubungkan
node 1 ke node 3 kemudian dialog box akan muncul pada layar. Masukkan 100
murgue atau (0.98 [Ns2/m8] dan 20 [C] untuk tahanan dan temperatur berturut-
turut. Gambar jalan dan nilai resistance akan muncul pada layar pada saat
mengklik tombol<ok>. Bagian wilayah panjang dan daya hantar panas tidak
diperlukan untuk analisis biasa dan kosongkan saja jangan diisi. Data- data
tersebut diperlukan untuk simulasi kebakaran tambang batubara dan panas
lingkungan.
Gambar 1.9 Tampilan New Road dalam memasukkan data
Gambar 1.10 Tampilan New Road yang sudah dihubungkan

6. Membuat Mesin Angin (Fan).


Sebuah mesin angin ditentukan dengan membagi dua node pada kedua ujung
mesin angin seperti halnya jalan. Arah aliran ventilasi yang melewati mesin
angin ditetapkan dari node yang ditentukan pertama ke node yang ditentukan
berikutnya. Klik <new fan> klik node 3 kemudian klik node 2 setelah itu
akan timbul di layar dialog box untuk mesin angin <new fan>. [1000 m3/min]
atau 16.7 [m3/s] untuk satuan aliran udara. 5 untuk data kurva karakteristik dan
100 [mmAq] atau 980 [Pa] untuk data tekanan pertama. Masukkan semua data
tekanan <presure> 90, 70, 40, dan 0 atau (882, 686, 392, dan 0) ke dalam tabel
dengan mengklik tombol <next> kipas akan timbul setelah mengklik<ok>.
Sekarang semua data yang diperlukan untuk analisis jaringan ventilasi sudah
disiapkan ini berarti<data jaringan utama> sudah terpenuhi.

Gambar 1.11 Memasukkan data dan Hasil dari pembuatan New Fan

7. Menyimpan Data.
Dianjurkan menyimpan (save) data sebelum meneruskan ke analisis. Klik file
kemudian simpan / save data seperti cara pada aplikasi-aplikasi lain.
Gambar 1.12 Tampilan Save data
8. Analisis Pengolahan Data.
- Pilih <analisis><air flow><standar analisis>.

Gambar 1.13 Tampilan Flow (F)


- Dialog box untuk<analisis> muncul klik <start>.
Gambar 1.14 Tampilan Dialog Box <klik start>
- Perhitungan mulai dan selesai dalam beberapa saat jika datanya benar.

Gambar 1.15 Perhitungan data muncul jika benar.


- Klik <close>.
- Pilih <disp><update>.
Sebuah gambar yang terlihat sebagai berikut akan muncul di layar yang kanan
untuk sistem Jepang dan yang kiri untuk sistem internasional
Gambar 1.16 Hasil akhir dari Analisis Pengolahan data
pada Software Kazemaru
9. Pemodelan 3D Jaringan Ventilasi Udara.
Setelah pengolahan data selesai, jika ingin melakukan pemodelan 3D
ventilasi udara, klik <File>, kemudian klik <3D Data Out>, kemudian klik
<create data>. Jika berhasil akan muncul dialog box <3Dview processing
finish>.

Gambar 1.17 Create 3D

Gambar 1.18 Data 3D berhasil


10. Kazemaru KviewF.
Setelah data 3D berhasil, kemudian ke kazemaru tipe KviewF. Klik <File>,
kemudian <open file>, pilih data yang sudah di save <op.td>, jika data 3D
berhasil, saving data 3D akan otomatis pada PC.

Gambar 1.19 Hasil 3D Jaringan Ventilasi Software Kazemaru

1.8 Editing Software Kazemaru


Setelah pembuatan jaringa ventilasi selesai, kita dapat mengubah jalan, node
ataupun fan sesuai dengan yang kita inginkan. Berikut ini adalah beberapa langkah
yang dilakukan untuk proses editing ini.
a. Change node (mengubah node)
Tool ini dapat digunakan untuk :
1. Mengganti elevasi node.
2. Mengganti lokasi node yang salah.
Dialog box disamping akan muncul ketika mengklik dua kali node yang akan
diubah setelah terlebih dahulu mengklik <chn node>. Elevasi node bisa diubah
oleh dialog tersebut. Posisi node tersebut dapat diganti dengan memindahkan /
mendrag lingkaran node tersebut.
Gambar 1.20 Change Node
b. Del Node (menghapus node)
Klik <del node> icon kemudian klik doble pada node setelah itu dialog
dibawah akan muncul. Pilih <yes> untuk menghapus node. Beberapa kondisi
yang tidak memungkinkan menghapus node ditunjukkan pada gambar berikut.
Oleh sebab itu pertama-tama hilangkan kondisi yang tidak memungkin,
kemudian hapus nodenya lagi.

Gambar 1.21 Del Node


1. Sebuah node yang terhubung dengan jalur aliran udara yang tetap (Fixed)
atau kipas (Fan).
2. Bagian atau daya hantar panas jalan yang terhubung dengan node yang
akan dihapus berbeda.
3. Jalan di kedua ujungnya yang ada node akan sama dengan jalan
keluar yang akan terjadi jika nodenya dihapus.
4. Jumlah jalan-jalan yang terhubung bukan nol atau dua.
c. Change road (Mengubah Jalan)
Dapat digunakan untuk :
1. Mengubah tahanan (resistence) kecepatan aliran udara dan sebagainya.
Untuk mengubah tahanan pilih icon <chn road> kemudian pilih kedua node
dari jalan yang akan diubah setelah itu akan muncul dialog box dibawah
setelah (change normal road data). Gantilah data yang ingindiubah sesuai
keinginan.

Gambar 1.22 Tampilan mengubah tahanan


2. Mengubah arah jalan.
Untuk mengubah arah jalan pilih icon <chn road> kemudian pilih kedua
node dari jalan yang akan diubah. Setelah itu akan muncul dialog box
<change a location> seperti point nomor 1 terbuka klik icon. Pilihan
<change a location> merubah lokasi, memungkinkan mengubah garis
jalan dengan menggunakan mouse. Klik kiri membuat garis berhenti pada
titik yang diinginkan kemudian kemudian klik pada node lain berarti proses
pengubahan berakhir.
3. Menambah pintu-pintu angin.
Sama dengan prosedur nomor 2, tetapi kalau pada prosedur no 2, dilakukan
klik kiri pada pertengahan jalan yang akan diubah, maka untuk
menambahkan pintu-pintu angin. Klik kanan pada lokasi yang akan
ditambahkan pintu angin. Dialog box seperti dibawah akan muncul. Pilihlah
pintu yang sesuai dengan kondisi di lapangan.

Gambar 1.23 Tampilan mengubah pintu-pintu angin

d. Del Road
Apabila kita ingin menghapus sebuah jalan yang telah dibuat, langkahnya
adalah sebagai berikut. Klik icon <del road> kemudian klik kedua ujung node
dari jalan yang akan dihapus. Menu berikut akan muncul dilayar

Gambar 1.24 Pilih yes untuk menghapus jalan yang diinginkan


e. Change fan
Untuk mengubah data yang telah kita masukkan sebelumnya klik icon <chn
fan> kemudian klik node yang menghubungkan mesin angin sehingga dialog
box dibawah muncul lakukan perubahan yang diinginkan.

Gambar 1.25 Change Fan


f. Del Fan
Untuk menghapus atau mengganti fan yang telah kita buat. Klik icon <del fan>
kemudian klik node yang menghubungkan fan sampai dialog box berikut
muncul.

Gambar 1.26 Pilih <yes> untuk menghapus fan yang diinginkan

Link Referensi :
• (https://docplayer-info.translate.goog/183914409-Buku-panduan-praktikum-
ventilasi-tambang.html?xtrsl=id&xtrtl=en&xtrhl=en&xtrpto=sc)
• (https://www.scribd.com/embeds/366998252/content?start_page=1&view_mo
de=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf)
1.9 Simulasi Desain Ventilasi
Penginputan data jaringan ventilasi ke dalam program kazemaru ini selain
memerlukan data yang telah disebutkan pada 1.3 juga membutuhkan layout dari
tambang yang akan dianalisis. Pada 1.9 ini akan dibuat suatu simulasi jaringan
ventilasi tambang sesuai dengan data yang telah disediakan pada Tabel 1.9.1
dengan layout tambang sesuai gambar berikut.

Gambar 1.27 Simulasi Jaringan Ventilasi Tambang


Tabel 1.9.1 Data Simulasi Jaringan Ventilasi Tambang

Gambar 1.28 Kurva Karakteristik Kipas


1.10 Simulation of Mine Fire (Simulasi Kebakaran Tambang)
Data-data berikut dibutuhkan untuk simulasi kebakaran tambang di bawah tanah
sebagai tambahan dari data normal analisa jaringan.
1. Panjang, wilayah, daya hantar panas sekitar jalan.
2. Informasi kebakaran tambang (nomor node dan temperatur kebakaran).
3. Jika “fire analysis finish time” (waktu berhenti analisis kebakaran) ditentukan
lebih dari nol, program akan mengkal kulasikan distribusi aliran udara pada
kondisi kebakaran. Jangan memakai elemen aliran udara pada jaringan untuk
simulasi kebakaran tambang.
Metode Perhitungan
a. Air Flow Calculation
Cara menjalankan program ini akan dijelaskan sebagai berikut. Program ini
menggunakan “Node potential mode” untuk menghitung Tegangan node-
nodenya. Pertama-tama nilai perkiraan diberikan pada semua node. Kemudian
tekanannya akan diperiksa untuk mencocokan persamaan mengenai tekanan
secara berturut-turut. Proses ini akan diulang-ulang sampai keakuratan yang
diinginkan tercapai, untuk mengecek keakuratan perhitungan : “node flow
error” = jumlah aliran udara ke: dari node dihitung kemudian “average node
flow error” = rata-rata dari nilai absolut “node flow error” dihitung “average
node flow error” menjadi kecil sewaktu perhitungan aliran udara diulang. Nilai
ini idealnya harus nol tapi pada prakteknya 0,5 – 1.0 m3/s sudah cukup. Jika
nilai ini menjadi lebih kecil dari batasnya, hal ini disebut bahwa perhitungan
berhasil (converges). Perhitungan diatas disebut (pressure calculation process),
kemudian aliran-aliran udara dihitung menggunakan nilai tekanan. Analisa
dalam kondisinormal pada tahap ini dianggap selesai.
b. Koefisien Akselerasi
Perhitungan aliran udara dilakukan secara berulang-ulang. Pertama-tama nilai-
nilai tekanan awal yang cocok diberikan kesamaan node bawah dalam jaringan.
Kemudian tekanan yang diberikan diperbaiki satu demi satu untuk
mendekati nilai akhir yang benar. Jika tekanan node ditentukan dengan P (Z)
for n = pengulangan, peningkatan tekanan berikutnya P (n + 1) dihitungdengan
persamaan sebagai berikut secara umum.
P (n + 1) = P (n) + dP (n)
Dimana dP (n) adalah koreksi untuk (Pn). Sesudah diketahui bahwa
peningkatan akan bertambah jika digunakan modifikasi rumus berikut
pengganti rumus diatas.
P (n+1)b = P (n) + Acc ~ dP (n) @ @(Acc > 1)
Acc : koefisien percepatan

Gambar 1.29 Koefesien Akselerasi


c. Kondisi Kebakaran (Fire Condition)
Analisis kondisi kebakaran antara lain sebagai berikut :
Pertama-tama proses penghitungan tekanan dilakukan dan didapat distribusi
aliran udara, tahap ini dikenal sebagai „fire time 0”. Kebakaran diasumsikan
terjadi pada saat ini (api mulai berkobar). Api depan seperti kepala gas dan asap
berada pada node yang mulai terbakar. Kemudian penyebaran dari 0 muka api
(s) dan temperatur udara akan dihitung setelah beberapa saat berlalu. (fire time
steep/tahap ke saat kebakaran) dari waktu kebakaran (fire time 0) menggunakan
distribusi aliran udara ini disebut proses penghitungan temperature (Temperatur
calculation process). Temperatur udara dihitung dengan rumus sederhana yang
menggunakan koefisien yang disebut dengan K-val. Ini menentukan derajat
penurunan temperatur sepanjang jalan. Ventilasi alam berubah sesuai dengan
berubahnya temperature udara. Akibatnya akan diperhitungkan, kemudian
Proses Perhitungan Tekanan
(pressure calculation process) dilakukan lagi. Pada saat setelah api terbakar
satu tahap kecepatan kebakaran dan aliran udara yang baru dihitung.
Tindakan untuk mengatasi masalah dalam perhitungan aliran udara
1. Perbedaan dalam perhitungan tekanan.
Average node flow error (kesalahan aliran udara node rata-rata) adalah
indicator perbedaan di perhitungan. Jika perhitungannya normal pada
beberapa kasus nilai-nilai ini bertambah besar dan perhitungan berhenti
secara tidak normal. Masalah ini mengenai terlalu besarnya nilai
koefisien percepatan. Pada kasus nilainya dikurangi (dengan 0,1 s/d
0,2) oleh sebab itu perhitungan kasus dimulai lagi. Mungkin ada alasan
lain untuk membedakan cara pengkalkulasiannya. Periksa parameter-
parameter untuk proses perhitungan.
2. Waktu perhitungan yang terlalu lama.
Lama atau sebentarnya waktu perhitungan ditentukan oleh jumlah
pengulangan untuk mendapatkan hasil. Jumlahnya ditampilkan selama
dan sesudah perhitungan. Standar pengulangan untuk mendapatkan hasil
antara kira-kira 3 kali jumlah total node, jika pengulangan untuk
mendapatkan solusi lebih dari 6 kali node dalam jaringan sepertinya ada
beberapa alasan berikut untuk membuat perhitungan lebih lambat dari
seharusnya.
a. Terlalu banyak mesin angina atau perubahan yang tiba-tiba dari
karakteristik mesin angin, dalam kasus ini tidak ada metode yang
cocok untuk meningkatkan perumusan nilai-nilai tekanan tidak
memusatkan dengan cepat dan berkisar pada variasi jarak. Hal ini
sifat nyata analisis jaringan, bagaimana pun jika jarak kisarannya
cukup kecil, perhitungannya dapat dihentikan sebelum mencapai
kondisi pengumpan yang sangat cepat. Pada prakteknya aliran
udara yang didapat cukup akurat.
b. Data tekanan yang salah, gunakan data yang benar.
BAGIAN II SOFTWARE SPLIT DESKTOP

Program Split Desktop merupakan program yang berfungsi untuk menganalisa


ukuran fragmen batuan. Split Desktop adalah program penganalisaan gambar yang
dikembangkan oleh Universitas Arizona, Amerika Serikat. Pada penelitian ini
program Split Desktop digunakan untuk membantu menganalisis gambar fragmen
material hasil peledakan, hasilnya berupa grafik persentase-persentase lolos
material dan ukuran fragmen rata-rata yang dihasilkan dalam suatu peledakan.
Kelebihan program Split Desktop adalah sebagai berikut (Anonim, 2009):
Dapat membaca file gambar dengan format: TIF, JPEG atau Windows BMP.
Mengambil gambar dari vidio (vidio capture) dengan Scion Framegrabber.
Digital Vidio Capture dengan IEEE 1394 (fireware).
Kelebihan prosesing gambar standart (Scaling, Filtering, dan sebagainya).
Peralatan edit gambar (Image Editing Tools).
Digitasi automatic partikel batuan.
Identifikasi automatic partikel halus.
Menggunakan ukuran ayakan yang bisa disesuaikan (standar ISO, US, UK).
Hasil berupa grafik distribusi ukuran butir yang bisa disesuaikan.
Basis pelaporan dalam HTML dan Text.
Menggunakan perhitungan alogarithma untuk menggabungkan dua gambar
yang berbeda skala.
Kalkulasi automatic parameter dengan pendekatan metode distribusi Rosin-
Rammler atau Schumann.
Split Desktop merupakan program pemprosesan gambar (image analysis) untuk
menentukan distribusi ukuran-ukuran fragmen batuan pada proses penghancuran
batuan yang terjadi pada proses penambangan. Program Split Desktop dijalankan
oleh engineering tambang atau teknisi di lokasi tambang dengan mengambil input
data berupa foto digital fragmentasi. Sistem Split
Desktop terdiri dari software, komputer, keyboard dan monitor. Terdapat
mekanisme untuk mengunduh gambar dari kamera digital kedalam komputer.

Gambar 2.1 Siklus dalam Split Desktop


Split Desktop memiliki siklus sesuai dengan tujuannya, dapat dilihat pada
gambar 1, yaitu:
Proses awal, baik peledakan maupun kominusi.
Hasil proses, berupa fragmentasi material.
Pengukuran, menggunakan Split Desktop.
Penyesuaian, analisis dari Split Desktop digunakan untuk proses berikutnya.
Unsur-unsur terkait dalam penggunaan Split Desktop yaitu sebagai berikut:
Fragmen batuan.
Foto Digital.
Perangkat Komputer.
Hasil Analisis.

2.1 Metode Rosin-Rammler


a. Metode Distribusi Diameter Rosin-Rammler
Metode Rosin-Rammler adalah metode yang digunakan untuk rentang ukuran
lengkap dibagi menjadi sejumlah interval diskrit yang memadai masing-masing
diwakili oleh diameter rata-rata yang dimana perhitungan lintasan dilakukan. Jika
distribusi ukuran dilakukan adalah dari tipe Rosin-Rammler, fraksi massa tetesan
𝑑
− ( )
diameter lebih besar dari 𝑑 diberikan oleh: 𝑌𝑑 = 𝑒 𝑑−𝑛 . Dimana 𝑑̅ adalah
ukuran konstan dan 𝑛 adalah parameter distribusi ukuran.
Menentukan distribusi ukuran partikel dengan memasukkan diameter untuk titik
pertama dan terakhir dan menggunakan persamaan linier untuk memvariasikan
diameter masing-masing aliran dalam grup. Saat menginginkan laju aliran massa
berbeda untuk setiap ukuran partikel/tetesan, variasi linier mungkin tidak
menghasilkan distribusi yang dibutuhkan. Distribusi ukuran partikel dapat
didefenisikan paling mudah dengan menyesuaikan data distribusi ukuran ke
persamaan Rosin-Rammler. Dalam pendekatan ini, rentang ukuranpartikel lengkap
dibagi menjadi satu set rentang ukuran diskrit, masing-masing harus ditentukan
oleh aliran tunggal yang merupakan bagian dari kelompok. Diasumsikan data
ukuran partikel mematuhi distribusi berikut:

Tabel 1. Distribusi Ukuran Partikel Menurut Rosin-Rammler


Rentang Diameter Fraksi Massa dalam
(𝜇 𝑚) Jangkauan
0-70 0,05
70-100 0,10
100-120 0,35
120-150 0,30
150-180 0,15
180-200 0,05

Fungsi distribusi Rosin-Rammler didasarkan pada asumsi bahwa ada hubungan


eksponensial antara diameter tetesan 𝑑−𝑛, dan fraksi massa tetesandengan diameter
lebih besar dari 𝑑, 𝑌𝑑:
𝑑 𝑛
−( −𝑛)
𝑌𝑑=𝑒 𝑑
−( 𝑑)
𝑛
Analisis Fluent mengacu pada kuantitas dalam persamaan 𝑌 𝑑 = 𝑒 𝑑−𝑛

sebagai diameter berarti dan untuk sebagai Parameter Sqread. Parameter diinput
(dalam kotak dialog set injection properti di bawah judul Titik Pertama) untuk
menetukaan distribusi ukuran Rosin-Rammler. Untuk menyelesaikan parameter ini,
harus menyesuaikan data ukuran partikel dengan persamaan eksponensialRosin-
Rammler. Untuk menentukan input ini, pertama susun ulang data ukuran
tetesan yang diberikan pada format Rosin-Rammler. Untuk contok data yang
diberikan diatas, ini menghasilkan pasangan berikut 𝑑 dan 𝑌𝑑:
Tabel 2. Data Ukuran Partikel dengan Persamaan Eksponensial Rosil-
Rammler
Diameter, 𝑑 (𝜇 𝑚) Fraksi Massa dengan Diameter
Lebih Besar dari 𝑑, 𝑌𝑑
70 0,095
100 0,85
120 0,50
150 0,20
180 0,05
200 (0,00)

Sebidang 𝑌𝑑 dan 𝑑 ditunjukkan pada gambar :

Gambar 2.2 Contoh Distribusi Ukuran Kumulatif Partikel


Selanjutnya turunkan nilai dari 𝑑− dan 𝑛 sedemikian rupa sehingga data pada
𝑑 𝑛
Gambar 2.2 sesuai dengan persamaan 𝑌 𝑑 = 𝑒 −(𝑑−𝑛) . Nilai untuk 𝑑− diperoleh

dengan memperhatikan bahwa ini adalah nilai dimana 𝑑 dimana 𝑌𝑑 = 𝑒−1 ≈


0.368 . Dari Gambar 2.1 dapat diperkirakan bahwa ini terjadi untuk 𝑑 ≈ 131𝜇 𝑚.
Nilai numerik untuk 𝑛 diberikan oleh :
𝐼𝑛 (𝐼𝑛 𝑌𝑑)
𝑛= 𝑑
𝐼𝑛 ( −)
𝑑
Dengan mengganti pasangan data yang diberikan untuk 𝑌𝑑 dan 𝑑
ke dalam
𝑑−

persamaan ini, nilai 𝑛 dapat diperoleh dan ditemukan rata-rata. Melakukannya


menghasilkan nilai rata-rata 𝑛 = 4,52 untuk contoh data diatas. Hasil kurva Rosin-
Rammler yang dihasilkan dibandingkan dengan contoh data pada Gambar
2.3. Masukkan nilai untuk 𝑑− dan 𝑛, serta rentang diameter data dan laju aliran
massa total untuk rentang ukuran individu gabungan, menggunakan Kotak Dialog
Properti Injeksi Properti.
Teknik pemasangan kurva Rosin-Rammler ini untuk menyemprotkan data
digunakan ketika melaporkan diameter Rosin-Rammler dan parameter sebaran
dalam kotak dialog Ringkasan Fase Diskrit dalam Ringkasan Pelaporan Partikel
Saat Ini.

Gambar 2.3 Fit Kurva Rosin-Rammler Untuk Contoh Data Ukuran


Partikel
Distribusi Rosin-Rammler kedua juga bersedia berdasarkan logaritma natural
dari diameter partikel. Jika dalam kasus, partikel berdiameter lebih kecil dalam
distribusi Rosin-Rammler memiliki aliran massa yang lebih tinggi dibandingkan
dengan partikel berdiameter lebih besar. Untuk resolusi yang lebih baik dari aliran
partikel berdiameter lebih kecil, atau “bins”. Karena itu untuk melakukan
penambahan diameter dalam distribusi Rosin-Rammler yang dilakukan secara
seragam oleh 𝐼𝑛𝑑.
Dalam distribusi Rosin-Rammler standar, injeksi partikel mungkin memiliki
kisaran diameter 1 hingga 200𝜇 𝑚. Dalam distribusi Rosin-Rammler logaritmik.,
kisaran diameter yang sama akan dikonversi ke kisaran 𝐼𝑛 1 untuk 𝐼𝑛 200, atau
sekitar 0 hingga 5.3. Dengan cara ini, aliran massa dalam satu nampan akan kurang
miring dibandingkan dengan nampan lainnya.
Ketika distribusi ukuran Rosin-Rammler didefenisikan untuk grup aliran, harus
menentukan (selain kecepatam awal, posisi, dan suhu) parameter berikut, yang
muncul dibawah judul untuk Titik Pertama:
Total Tingkat Aliran
Ini adalah laju aliran massa total 𝑁 stream dalam grup. Perhatikan bahwa dalam
masalah aksisimetri laju aliran massa ini didefenisikan per 2𝜋 radian dan
masalah 2D per kedalaman meteran unit.
Min. Diameter
Ini adalah diameter terkecil yang harus dipertimbangkan dalam distribusi
ukuran.
Maks. Diameter
Ini adalah diameter terbesar yang harus dipertimbangkan dalam distribusi
ukuran.
Diameter Rata-rata
Ini adalah parameter ukuran 𝑑−, dalam persamaan Rosin-Rammler
−( 𝑑 ) 𝑛
𝑌𝑑= 𝑒 𝑑−𝑛

Parameter Sebar
Ini adalah parameter eksponensial, 𝑛 dalam persamaan
𝑑 𝑛
−( −𝑛)
𝑌𝑑= 𝑒 𝑑

b. Metode Distribusi Diameter Stochastic Rosin-Rammler


Untuk injeksi alat penyemprot, distribusi Rosin-Rammler diasumsikan untuk
partikel yang keluar dari injektor. Untuk mengurangi jumlah partikel yang perlukan
untuk menggambar distribusi secara akurat, fungsi distribusi diameter sampel
secara acak untuk setiap contoh dimana partikel baru dimasukkan kedalam domain.
Disribusi Rosin-Rammler dapat ditulis sebagai
𝐷 𝑛
1 − 𝑌 = exp [− ( −) ]
𝑑
Dimana 𝑌 adalah fraksi massa lebih kecil dari diameter yang diberikan 𝐷𝑑−, adalah
diameter Rosin-Rammler dan 𝑛 adalah eksponen Rosin-Rammler. Ungkapan ini
dapat dibalik dengan mengambil log dari kedua sisi dan mengatur ulang, dimana 𝑌
adalah fraksi massa lebih kecil dari diameter yang diberikan,
𝐷𝑑−,adalah diameter Rosin-Rammler dan 𝑛 adalah eksponen Rosin-Rammler.
Ungkapan ini dapat dibalik dengan mengambil log dari kedua sisi dan mengatur
ulang.
1
𝐷 = 𝑑− (− 𝐼𝑛 (1 − 𝑌)𝑛)

Diberikan fraksi massa 𝑌 bersama dengan parameter 𝑑− 𝑑𝑎𝑛 𝑛, fungsi ini secara
eksplisit akan memberikan diameter, 𝐷. Diameter untuk injector atomizer yang
dijelaskan dalam Point Properties Untuk Suntikan Atomizer Orifice diperoleh
dengan pengambilan sampel yang seragam 𝑌 dalam persamaan
1
𝐷 = 𝑑− (− 𝐼𝑛 (1 − 𝑌)𝑛).

2.2 Metode Schumann


Persamaan distribusi partikel Gaudin-Schuhmann adalah cara yang paling
umum merepresentasikan ukuran dan distribusi partikel adalah menggunakan
grafik atau kurva dengan memplot data berat kumulatif lolos dan ukuran lubang
ayakan. Ukuran lubang ayakan menjadi representatif ukuran partikel. Artinya
ukuran lubang ayakan yang menjadi ukuran partikel.
Rumus persamaan kurva grafik Gaudin Schuhmann adalah jika persen berat
(massa) kumulatif lolos dan ukuraan lubang ayakan dinyatakan dalam bilangan
logaritmik, maka grafiknya disebut Gaudin-Schuhmann. Distribusi ukuran hasil
operasi peremukan Gaudin Schuhmann dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut:

𝑌 = 100 ( 𝑥)
𝑚

𝑘
Dimana:
Y = Persen kumulatif lolos (massa/berat)
x = Ukuran partikel / lubang ayakan
k = Modulus ukuran
m = Modulus distribusi
Modulus ukuran adalah besaran yang menunjukkan ukuran partikel terbesar
secara teoritik. Diperoleh dari perpotongan kurva Gaudin Schuhmann dengan
garis horizontal pada persen kumulatif lolos Y = 100%.
Modulus distribusi adalah besaran yang menunjukkan rentang atau selang
ukuran partikel. Modulus diistribusi merupakan kemiringan (slope) dari kurva.
Penyederhanaan Persamaan Gaudin-Schuhmann dapat pula disederhanakan
100
menjadi seperti berikut: 𝑌 = 𝐶𝑥𝑚, 𝐶 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 = , x = Ukuran
𝑘𝑚

Partikel.
Tabel analisis ayak-sieve analisis dengan data persen berat massa kumulatif
lolos ukuran lubang ayakan diperoleh dari percobaan analisis ayak atau sieve
analysis. Percobaan menggunakan seri ayakan dengan menyusun ayakan
berlubang besar di atas dan semakin kecil ke bawah. Kemudian digetar (diayak)
selama kurang lebih 30 menit. Berat sampel yang tertampung ditiap ayakan
ditimbang. Data tersebut ditampilkan dalam tabel dan selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk mendapat data yang digunakan untuk membuat persamaan
kurva Gaudin-Schuhmann.
Tabel 3. Analisis ayakan-sieve dengan data berat massa kumulatif lolos ukuran
lubang ayakan.
Ukuran Tertampung Tertampung Lolos Lolos
Ayakan (mm) (gram) (%) Kumulatif Kumulatif
(gram) %
1410 26,0 2,6 974,0 97,4
1190 85,0 8,5 889,0 88,9
841 130,0 13,0 759,0 75,9
597 170,0 17,0 589,0 58,9
420 91,0 9,1 498,0 49.8
297 82,0 8,2 416,0 41,6
210 77,4 7,7 338,6 33,9
149 56,0 5,6 282,6 28,3
105 61,4 6,1 221,2 22,1
74 38,8 3,9 182,4 18,2
-74 182,4 18,2 0,0 0,0

Dalam data kolom (a) adalah ukuran lubang ayakan dalam mm, dan data kolom
(b) yaitu massa sampel yang tertampung pada setiap ayakan. Data ini
merupakan data awal hasil dari sieve analysis. Data dalam kolom (c) sampai €
dihitung dengan cara berikut:
Baris 1 kolom (c) adalah persen berat tertampung = (26/1000) x 100% = 2.6 %
Baris 2 kolom (c) adalah persen berat tertampung = (85 /1000) x 100 % = 8,5
%
Baris 3 kolom (c) adalah persen berat tertampung = (130/1000) x 100% = 13%
Dan seterusnya sampai baris ke-11 dan jumlah kolom (c) adalah 100 %. Jika
tidak 100 % berartu ada yang salah.
Rumus menghitung berat kumulatif lolos sieve analisis-analisis ayakan. Data
dalam kolom (d) merupakanberat kumulatif yang lolos pada tiap-tiap ukuran
ayakan dan dihitung denngan cara sebagai berikut:
Baris 1 kolom (d) berat kumulatif = 1000 - 26 = 974 gram, ini artinya adalah
974 gram dari berat sampel yang ukurannya lebih kecil daripada 1410 mm.
Rumus cara menghitung persen kumulatif Lolos Sieve Analisis-analisis ayak
adalah data dalam kolom (e) merupakan persen lolos kumulatif untuk tiap
ukuran ayakan dan dihitung dengan cara membagi kolom (d) dengan berat total
1000 sebagai berikut.
Baris 1 kolom (e) adalah persen kumulatif = (974 / 1000) x 100% = 97,4%, ini
artinya ada 97,4 persen dari total saampel yang lolos jika diayak dengan ukuran
lubang ayakan 1410 mm.
Cara membuat grafik analisis ayak – sieve analysis – Gaudin – Schuhmann.
Grafik analisis ayak yang umum digunakan adalah kurva Gaudin -
Schuhmann. Grafik analisis ayak Gaudin – Schuhman dibangun oleh sumbu
datar yang merupakan logaritmik ukuran ayakan dan sumbu vertikal
logaritmik persen lolos kumulatif.

2.3 Metode Best Fit


Pada partisi dinamis ada beberapa teknik untuk memenuhi permintaan
berukuran n dengan lubang-lubang yang tersedia yaitu first fit menemukan lubang
pertama yang cukup besar, next fit sama seperti first fit namun pencarian tidak dari
awal, best fit lubang terkecil yang cukup, dan worst fit lubang terbesar yang ada
dalam daftar. Fragmentasi merupakan peristiwa munculnya lubang-lubang kecil
yang tidak cukup menampung permintaan proses. Terdiri dari dua jenis, yaitu
eksternal biasanya pada partisi dinamis dengan total kapasitas lubang-lubang cukup
menampung sebuah proses namun letaknya terpisah-pisah, solusinya dengan
penghalaman, segmentasi dan pemadatan serta internal biasanya padapartisi tetap
dengan adanya kapasitas sisa sebuah lubang yang tidak dapat digunakan karena
menjadi milik proses yang dialokasikan lubang tersebut. Berbagi halaman
memungkinkan beberapa proses untuk mengakses kode yang sama namun dengan
data yang berbeda-beda. Hal ini jelas akan mengurangijumlah ruang memori yang
dibutuhkan untuk memenuhi permintaan beberapa proses tersebut.
2.4 Langkah Kerja Split Desktop
Program Split Desktop mempunyai beberapa tahap untuk dapat memperoleh
hasil berupa grafik persentase lolos, yaitu sebagai berikut:

2.4.1 Akuisisi / Memperoleh Gambar (Image Acquisition)


Program Split Desktop dirancang agar dapat mengatur skala pada berbagai
akuisisi gambar. Untuk gambar yang menggunakan satu maupun dua objek
pembanding, menggunakan peralatan editing interaktif (interactive scaling tool)
seperti tampak pada gambar 3.1 berikut.

Gambar 2.4 Contoh Bola Sebagai Pembanding Pada Skala Gambar


Banyak cara untuk memperoleh gambar dilapangan dan melakukan
penyekalaan. Agar lebih mudah dilakukan foto pada saat pencahayaan bagus, yaitu
siang hari yang cerah dengan posisi membelakangi matahari untuk meniadakan
bayangan yang akan mengganggu (noise) pada gambar yang diambil sehingga
ukuran aktual gambar tidak terganggu. Program Split Desktop menggunakan objek
sebagai alat bantu dalam penyekalaan.
Tiga skala gambar yang direkomendasikan dalam pengambilan gambar
menggunakan program Split Desktop yaitu gambar skala besar (6 x 6 m), skala
medium (3 x 3 m) dan skala kecil (0,5 x 0,5 m). Jumlah gambar yang diperlukan
setiap peledakan berkisar antara 5 sampai 20 gambar tergantung dari luas peledakan
yang dilakukan (S. Essen, 2005:4).
2.4.2 Digitasi Fragmentasi (Fragmentation dan Delineation)
Setelah gambar diskalakan, langkah berikutnya adalah penggambaran batuan
atau disebut dengan digitasi gambar. Dengan menggunakan perhitungan alogaritma
otomatik yang telah ada pada program Split Desktop. Keberhasilan optimum untuk
setiap gambar ditentukan oleh pengguna.
Hasil dari delineasi automatik berupa binari image (gambar gray levels, hitam
putih) yang menggambarkan partikel yang berwarna putih dan latar belakang
berwarna hitam (bisa disetting). Gambar Gambar 3.2 merupakan binary image hasil
dari delineasi gambar muck pile. Area gelap pada gambar tersebut adalah gambar
partikel ukuran sangat halus untuk di digitasi dan tidaak memiliki ruang antar
partikel. Area gelap ini sangat berpengaruh dalam perhitungan jumlah persentase
lolos.
Pada kebanyakan gambar muck pile dan pada banyak sumber gambar lain
seperti haul truck atau leach piles, ada kejadian dimana alogaritma penggambaran
otomatis dalam Split Desktop tidak menggambarkan fragmen dengan baik. Ini
disebabkan karena pencahayaan yang kurang, terdapat kelebihan material halus
dalam gambar, kualitas gambar terlalu buruk dan alasan lain. Dalam kasus ini
gambar duplikat yang mengandung gambar fragmen memerlukan perbaikan dengan
menggunakan peralatan editing (editing tools) yang terdapat dalam program.
Dengan menggunakan editing tools yang tersedia, Split Desktop dapat melakukan:
Paint Bucket Filling of Fines
Erasing Unwanted Delineations
Identifiying Non-rock Features
Lebih jelasnya seperti pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Contoh Hasil Digitasi Gambar Berupa Birary Image

2.4.3 Analisis Ukuran (Size Analysis)


Setelah gambar didigitasi, langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan
distribusi untuk material halus. Dua pilihan untuk distribusi tersedia pada Split
Desktop, yaitu distribusi Schummann dan Rosin-Rammler. Seperti pada gambar
2.6.

Sumber: Pengolahan Data (Berdasarkan Anonim, 2009)


Gambar 2.6 Contoh Penambahan Persen dan Pendekatan

2.4.4 Hasil ( Result dan Output)


Setelah ukuran partikel telah dikalkulasi, Split Desktop dapat menyajikan
informasi dalam 4 cara:
Linier-linier plot
Log linier plot
Log log plot
Linier log plot
Kemudian untuk masing-masing plot, distribusi ukuran juga ditampilakan
dalam 3 format yaitu standar ISO, standar UK, dan standar sendiri. Selain itu juga
dapat diketahui ukuran persentase lolos ayakan P20, P50, P80, dan ukuran top size.
Distribusi ukuran dan persentase lolos material juga dapat disimpan kedalam
hardisk dalam bentuk teks.
Hasil ini kemudian dapat menjadi bahan pertimbangan bagi proses yang akan
dilakukan berikutnya, dengan meninjau dari hasil Split Desktop yang diambil.
Secara lebih jelas mengenai hasil Split Desktop dapat dilihat pada gamar 3.4.

Gambar 2.7 Contoh Hasil Distribusi Ukuran

2.4.5 Keakuratan (Accuracy)


Pada tahun 1995, Noranda Technology Centre, melakukan pengujian
keakuratan ayakan. Menggunakan 3 software Fragscan, WipFrag dan Split
Desktop, digunakan untuk megukur distribusi ukuran dari sampel fragmen batuan
dan hasil dibandingkan dengan hasil ayakan sebenarnya. Partikel batuan dibagi
dalam 4 bagian, satu bagian diayak dan yang lainnya dites (tes 1, 2,3) dengan
disebar, difoto dan dianalisis menggunakan 3 kali percobaan (tes). Hasil original
antara image analysis teknologi dan ayakan dan detail lain dijelaskan dalam Liu dan
Tran (Anonim, 2009).
Beberapa gambar dari percobaan ini dianalisis menggunakan versi terbaru dari
Split Desktop. Hasilnya terlihat pada gambar 3.5 berikut. Garis linier paling atas
adalah linier-linier plot dan dibawah adalah log linier plot. Distribusi ukuran halus
material mengguanakn asumsi Rosin-Rummler. Kesimpulannya, dua garis linier
pada gambar 2.8 berikut memberikan gambaran hasil prediksi yang sangat akurat
untuk partikel halus maupun kasar ketika dibandingkan dengan hasil ayakan
sebenarnya.

Gambar 2.8 Perbandingan Hasil Ayakan Sebenarnya dengan Split Desktop


Menurut S ESEN & H.A. BILGIN dalam “Effect of Explosive on
Fragmentation”, bahwa kesalahan (error) jika menggunakan Split Desktop adalah
tidak lebih dari 10%, dengan rata-rata error 5%. Keslahan (error) dalam
penggunakan Split Desktop bisa disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah:
Kesalahan pengguna, seperti kesalahan menganalisis noise, sehingga lebih
banyak fragmen batuan yang tidak sesuai dengan ukuran aslinya.
Kesalahan pengambilan gambar, misalnya banyaknya bayangan pada gambar
yang menyebabkan banyaknya noise.
Keslahan lain yang terkait dengan penggunaan Split Desktop.
STUDI KASUS

2.5 Data Pada Penelitian


Data sekunder pada penelitian ini merupakan data dari PT Aditya Buana Inter
(PT ABI) yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan
batu granit sejak tahun 2002, berada di wilayah Desa Jurung Kecamatan Merawang,
Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sebagian besar
produksinya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konstruksi disekitar wilayah
pulau Bangka. Salah satunya kebutuhan akan batu granit yang banyak digunakan
adalah mendukung pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, gedung,
bendungan, selokan dan lain-lain. Pertambangan Batu Granit ini menggunakan
teknik peledakan untuk memberai material batu granit.
Pada penelitian ini Program Split Desktop digunakan untuk membantu
menganalisis gambar fragmen material hasil peledakan dan persentase persenlolos
material yang dihasilkan dalam suatu peledakan melalui foto digital. Split Dekstop
dapat diterapkan dalam kegiatan penambangan kuari maupun tambang terbuka
(open pit) oleh seorang Engineer Blasting untuk memantau (monitoring) hasil
kegiatan peledakan yang telah dilakukan.
Kelebihan Split Desktop yang dapat diaplikasikan dilapangan adalah:
Hasil berupa grafik distribusi ukuran butir yang langsung menunjukkan tingkat
kelolosan partikel dilapangan.
Proses pengambilan data relatif mudah karena menggunakan foto digital
Kalkulasi fragmen dengan pendekatan metode distribusi Rison-Rammler atau
Schumann yang sering digunakan dalam perhitungan manual.
Kekurangan Split Desktop adalah sebagai berikut:
Pengambilan gambar harus baik, dalam cuaca yang cerah dan pencahayaan
yang terang (siang hari).
Data harus dirata-ratakan untuk memperoleh hasil yang dianggap mewakili
(representatif).
Kesulitan untuk pengambilan foto fragmen yang berada diatas tumpukan
hancuran material (muckpile), karena potensi bahaya relatif besar.
Penelitian yang dilakukan mempunyai beberapa catatan dalam pengambilan
gambar untuk Split Desktop, yaitu:
1. Foto diambil pada saat pencahayaan bagus, yaitu siang hari yang cerah dengan
posisi membelakangi matahari untuk meniadakan bayangan yang akan
mengganggu (noise). Diambil langsung setelah peledakan (blasting) agar
gambar sesuai dengan kondisi aslinya.
2. Diambil gambar dari setiap sudut yang dianggap mewakili fragmentasi
peledakan.
3. Menggunakan single object methode (tanpa perspektif).
4. Dengan skala gambar medium (3 x 3 m), dengan jarak pengambilan 3-5 meter
dari objek pembanding.
5. Objek pembanding yang digunakan berupa helm safety, dengan diameter 17
cm.
6. Kamera yang digunakan adalah kamera digital dengan resolusi 7 Mega Pixels
(7,0 M)
7. Menggunakan unit skala centimeter.
Measured Distance : 70.00
Known Distance : 17.00
Pixel Aspect Ratio : 1.0000
Units : Centimeters

Gambar 2.9 Setting Skala Gambar


8. Setting pada find particles:
Process all open images,
Make corrections, Before sizing, dan
Use auto parameters.
Unceklis Fines Identification (Auto Fines)

Gambar 2.10 Setting Find Particles


9. Setting pada calculate size distribution:
ceklis Incude all openn images,
Percent find adjustment= medium (50,00),
Fines distribution=Rosin-Rammler.

Gambar 2.11 Setting Calculate Size Distribution


10. Setting pada Result option.
a. Graphing: Cumulative, Size axis=linear (Fixes scaled), Percent axis=
Rosin Rammler.
b. Data: cecklis write data to file, combined result only.
c. Output: Make Graph, make HTML page.
d. Sieve series: Unit mm, Sieve set ISO (dimodifikasi dengan menambahkan
ukuran 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900).

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.12 Setting Skala Gambar: (a) Graphing, (b) Data, (c) Output, (d)
Sieve series

2.6 Tutorial Penggunaan Split Desktop 2.0 Demo


1. Penginstalan Software
• Download software pada link:
https://drive.google.com/drive/folders/1XwvXFeM_DAjXMTpJJZTa3phJ
4BrrdBny?usp=sharing.
• Menjalankan software Split Desktop 2.0.1 DemoInstall

(a) (b)
Gambar 2.13 Instalisasi Software: (a) SplitDemo, (b) Code
• Selalu Klik Next hingga keluar kata Finish.
• Penginstalan selesai.
2. Tapahan Penggunaan
a. Buka saftware Split Desktop 2.0 yang telah diinstal.
b. Jika ada permintaan kose aktivasi masukkan kode WS-123456-00000000.
c. Selanjutnya Split Desktop dapat digunakan untuk pengolahan distribusi
fragmentasi batuan.

Gambar 2.14 Foto Fragmentasi Batuan yang Akan Diolah


d. Klik open, pilih folder tempat penyimpanan foto kemudian pilih foto yang
akan di olah, selanjutnya klik open.
(a) (b)
Gambar 2.15 Cara Memasukkan Gamba: (a) Open, (b) Picture
e. Selanjutnya dilakukan proses mengubah ukuran gambar menjadi 300 x 300
dengan menekan tools berikut.

Gambar 2.16 Tools Mengubah Ukuran


f. Menempatkan ukuran gambar yang telah di buat di tengah dari objekacuan
ukuran, kemudian tekan control D. Gambar menjadi dua yaitu gambar besar
dan gambar kecil. Tekan gambar besar dihapus dengan klik tanda silang
kemuadian tekan No. Gambar yang tersisa yaitu gambar kecil.
(a) (b) 23
Gambar 2.17 Menghapus gambar yang belum di atur ukurannya: (a)
Skala, (b) No.
g. Selanjutnya dilakukan proses Scaling Image dengan langkah berikut:

(a) (b)
Gambar 2.18 Diameter Pada Objek Acuan: (a) Tools, (b) Tanda
Diameter
• Klik Tools berikut.
• Tandai garis lurus untuk diameter atau panjang objek yang diketahui
(objek acuan ukuran)
• Klik Menu Split kemudian Scale Image.
h. Proses Scale Image pada split di lakukan proses pengisian data ssebagai
berikut.
(a) (b)

Gambar 2.19 Proses pada Scale Image: (a) Scale Image, (b) Pengisian
Data.
• Untuk single objek (berwarna merah) pilih yang single objek karena
pada tutorial ini mengunakan 1 objek acuan ukuran. Sedangkan jika
menggunakan dua objek skala maka pilih dual objek pada bagian atas.
• Isikan nilai panjang diameter objek (berwarna biru) pada kotak “Known
Distance”. Karena pada tutorial menggunakan helm safety dengan
ukuran diameter 17 cm.
• Pilih satuan centimeters (berwarna hijau).
• Untuk pilihan dual objek setelah objek bagian bawah ditandai dengan
tools pada piont pertama maka pilih “Get Scale For Lower Object”.
• Selanjutnya untuk objek yang kedua ditandai kembali dengan tools
pada poin pertama dan klik “Get Scale For Higher Objek”
• Jika menggunakan single object maka cukup mengisi nilai “Known
Distance” dan klik “Get Scale from Bottom Row” (berwarna kuning).
• Kemudian klik OK (berwarna orange).
i. Klik Menu Split kemudian Find Partikel, maka akan keluar dialog box
seperti dibawah ini:
(a) (b)
Gambar 2.20 Proses pada Find Particles: (a) Find Particles, (b) Pengisian
Data
• Hilangkan seklis pada “Auto Fines” dalam frame “Fines Identification”.
• Ceklis “Process All Open Images” dan “Make Corrections Before
Sizing”.
• Ceklis “Use Autoparameters” untuk delinasi batuan secara otomatis
oleh computer, namun umumnya hasil tidak sesuai dengan bentuk
batuan yang sesungguhnya.
• Sedangkan “Delinate Manually” untuk melakukan delinasi secara
manual dan disesuaikan menurut gambar batuan yang sebenarnya.
• Klok “GO”.
• Tanda berwarna merah diceklis dan yang berwarna biru di un-ceklis
j. Setelah gambar di delinasi seperti beriku:
Gambar 2.21 Gambar Hasil Delinasi
k. Menghapus objek acuan ukuran dengan tools berikut dengan Tool lambang
penghapus. Untuk warna dapat disesuaikan ada warna putih,hitam, dan abu-
abu. Selanjutnya adalah menghapus garis biru yang memotong batuan
dengan.
l. Menggambar garis biru pada batas objek acuan ukuran dan batuan yang
telah dihapus dengan tools berikut.

(a) (b)
Gambar 2.22 Proses Editing Gambar: (a) Proses menghapus Objek acuan dan
batu besar. (b) menggambar batas penghapusan.
m. Klik Split selanjutnya Done Editing.

(a) (b)
Gambar 2.23 Hasil Done Editing. (a) Done Editing, (b) Hasil Done Editing
n. Klik Split selanjutnya Compute Sizes.

(a) (b)

Gambar 2.24 Proses pada Compute Sizes. (a) Compute Sizes, (b)
Pengisian Data
• Pada pilihan “Percent Fines Adjustment” pilih yang medium
• Pada pilihan “Fines Distribution” pilih “Rosin-Rammler” yang
merupakan metode yang digunakan.
• Klik GO
o. Klik Split selanjutnya Graph and Outputs.

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar 2.25 Proses Graph and Outputs: (a) Graph and Outputs, (b)
Graphing, (c) Data, (d) Ouput, (e) Sieve Series.
• Pada menu Graphing pilih “Cumulative”, untuk Size Axis pilih
“Linear”, dan pada Percent Axia pilih “Rosin-Rammler”.
• Pada menu Data, ceklis “Write Data to File” kemudian Browser
penyimpanan data. Ceklis juga Combined Results Only.
• Pada menu Tab Output, Ceklis “Make Graph” untuk Grab Title di isi
dengan nama file yang akan disimpan misalnya “Tutorial Split
Desktop”. Untuk HTML, ceklis “Make HTML Page” buat nama file
dengan berakhiran titik html (.html) misalnya “kelompok1.html”.
• Pada menu Tab Sieve Series, pilih “mm” kemudian klik New Setuntuk
mengisi Sieve Set dengan 100. Selanjutnya klik Add dibawah kolom isi
dengan 150 kemudian klik tanda panah untuk memastikan angka 150
ada pada kolom kiri dan kanan.
• Klik OK.
m. Maka diperoleh kurva distribusi fragmentasi batuan sebagai berikut:

Gambar 2.26 Kurva Distribusi Fragmentasi Batuan


Kemudian data yang dihasilkan Split Desktop tersebut digunakan sesuai dengan
spesifikasi penggunaan tertentu. Dalam penelitian ini spesifikasi yang digunakan
adalah menggunakan batasan ukuran feed maksimal Limestone Crusher yaitu 150
x 150 mm (15 x 15) cm.
Jika gambar yang di analisis banyak maka hasilnya dapat dibuat dalam tabel
agar lebih mudah dalam tahapan analisis. Dari hasil penelitian terhadap hasil
peledakan yang telah dilakukan maka dapat dibuat analisis, apakah sudah
memenuhi kriteria yang diinginkan. Apabila belum mencapai hasil yang
diterapkan maka dapat dilakukan perencanaan ulang terhadap peledakan yang
akan dilakukan sehingga diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.
BAGIAN III SOFTWARE WIPFRAG

1.1 Latar Belakang


Pertambangan merupakan serangkaian kegiatan yang memegang peranan
strategis dan sangat berpengaruh terhadap banyak aspek pada suatu
Negara.Hasilnya yang merupakan bahan baku untuk industri lain, keterdapatan dan
sebaran yang tidak mudah untuk diestimasi serta kebutuhan akan modal yang sangat
tinggi menjadikan industri pertambangan memegang peranan vital bagi arus
ekonomi dan bisnis, baik dalam lingkup regional maupun internasional
Eksplorasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam suatu proses
penambangan.Dengan eksplorasi yang baik akan mendapatkan hasil yang baik
dengan hasil yang baik akan sangat menentukan Tindakan yang akan diambil dalam
proses penambangan tersebut.Salah satu hal yang dapat menenutukan layaknya
suatu aktifitas penambangan melakukan produksi adalah dengan mengetahui
sampel dari area yang akan ditambang dan untuk mendapatkan sampel yang baik
diperlukan suatu proses pengambilan sample yang sering disebut pengeboran
geoteknik.
Pengeboran geoteknik adalah pengeboran inti (core drilling) yang bertujuan
untu mendapatkan data informasi tentang kondisi batuan yang dibor.Persyaratan
utama dalam pengeboran adalah mendapatkan inti bor yang utuh,dengan recovery
yang maksimal(jika mungin recovery > 90 %).
Peledakan merupakan salah satu kegiatan pada penambangan untuk melepaskan
batuan dari massa batuan induknya. Perencanaan peledakan merupakan suatu
tahapan pemberaian bahan galian dan dibuat agar diperoleh suatu teknik
peledakan yang ekonomis, efisien dan ramah lingkungan. Oleh sebab itu sasaran
utama dari perencanaan peledakan adalah mempersiapkan sejumlah bahan peledak
dan asesorisnya agar diperoleh ukuran fragmentasi yang sesuai dengan proses
selanjutnya dan memenuhi target produksi.
Peledakan adalah suatu proses pemberaian batuan dalam volume yang besar
dengan menggunakan bahan peledak (handak) sehingga batuan dapat dengan
mudah digali dan diangkut menggunakan alat mekanis. Peledakan bermaksud
menghasilkan ukuran fragmentasi yang kecil. Keberhasilan suatu perencanaan
peledakan adalah optimalnya kegiatan peledakan yang dapat memberikanpengaruh
positif terhadap aktifitas pemuatan dan pengangkutan pada kegiatan produksi
(Hustrulid, 1999: 11-12).
Masalah yang sering timbul pada penambangan adalah diperolehnya ukuran
hasil peledakan yang tidak sesuai dengan ukuran gape crusher pada proses
peremukan sehingga diperlukan adanya secondary blasting. Hal ini menyebabkan
kegiatan pembongkaran dengan peledakan tidak ekonomis lagi. Dan biasanya
masalah ini terjadi karena cara pembongkaran yang tidak sesuai dengan pola
pemboran dan peledakan yang dianjurkan, yang dalam hal ini dapat juga karena
faktor pengisian bahan peledak.
Dengan perencanaan yang baik yang mencakup pemilihan alat bor yang tepat,
penentuan geometri peledakan, pola pemboran, pola peledakan dan pemilihan
bahan peledak serta pelaksanaan di lapangan yang sesuai dengan prosedur dan
pengawasan yang bertanggung jawab akan sangat menentukan keberhasilan proses
pembongkaran sehingga akan diperoleh ukuran boulder yang dibutuhkan sehingga
target produksi yang diinginkan dapat mencapai target yang di rencanakan, oleh
karena itu kami melaksanakan kegiatan praktek peledakan untukmeneliti kegiatan
dalam proses peledakan yang diadakan oleh PT.Semen Bosowa sebagai dasar acuan
pelengkap materi yang kami terima saat kuliah di kampus agar membuktikan
adanya kesinambungan antara teori dan praktek padakenytaannya.

1.2 Pengukuran Fragmentasi


Pengukuran fragmentasi ledakan adalah tambahan terbaru untuk keluarga
ekstensif aplikasi granulometri. Analisis foto sekarang menjadi cara yang cepat,
mudah, dan hemat biaya untuk mengukur partikel dari hampir semua ukuran. Biaya
yang lebih rendah dan peningkatan keseluruhan pada notebook dan kamera digital
dapat memungkinkan siapa saja, di mana saja untuk menganalisis gambar hanya
dalam beberapa detik. Dari debu hingga batu besar, dan segala sesuatu di antaranya,
fotoanalisis dapat digunakan untuk aplikasi granulometri:
Selama beberapa dekade, partikel kecil hanya dapat diukur di laboratorium
dengan penyaringan, sentrifugasi,sedimentasi, atau mikroskop optik. Sekarang
dimungkinkan untuk menganalisis hampir semua hal menggunakan perangkatlunak
fotoanalisis, dengan asumsi Anda dapat mengambil gambarnya, memberikan skala,
dan menggambarkan partikelnya dengan mata telanjang; perangkat lunak akan
dapat menganalisis partikel yang dimaksud.

Partikel berukuran sedang terutama diukur melalui metode yang memakan


waktu dan mengganggu penyaringan. Analisis foto di sisi lain dapat dilakukan
hanya dalam beberapa detik tanpa gangguan pada proses.
Hanya metode optik digital (fotoanalisis) yang memiliki nilai praktis jika
fragmennya jauh lebih besar, seperti dalam peledakan. Pengayakan tumpukan
kotoran adalah tugas yang mustahil tetapi dapat dengan cepat diukur menggunakan
sistem fotoanalisis.
Empat metode pengukuran fragmentasi peledakan (Hustrulid, 1999 : 38-42)
adalah sebagai berikut :
1. Pengayakan (Sieving) Metode ini menggunakan ayakan dengan ukuran
saringan berbeda untuk mengetahui persentase lolos fragmentasi batuan
hasil peledakan.
2. Boulder Counting (Production Statistic) Metode ini mengukur hasil
peledakan melalui proses berikutnya, apakah terdapat kendala dalam proses
tersebut, misalnya melalui pengamatan „Digging rate‟, „secondary
breakage‟ dan produktivitas „crusher‟.
3. Image analysis (Photographic) Metode ini menggunakan perangkat lunak
(software) dalam melakukan analisis fragmentasi. Software tersebut antara
lain FragSize, Split Engineering, gold size, power sieve, Fragscan,
WipFrag, dll.
4. Manual (Measurement) Dilakukan pengamatan dan pengukuran secara
manual di lapangan, dalam satuan luas tertentu yang dianggap mewakili
(representatif).
1.3 Metode Wipfrag Image Analysis
WipFrag adalah sistem granulometri berbasis gambar yang canggih.
Kemampuannya membuatnya ideal untuk melacak fragmentasi dan membantu
dalam optimasi ledakan. WipFrag adalah sistem analisis gambar untuk mengukur
material seperti batu yang dihancurkan atau dihancurkan (Palangio,1985; Palagio
et.al.,1985).Ini juga telah digunakan untuk mengukur bahan lain, seperti butiran
amonium nitrat, manik-manik kaca, dan konsentrat seng
Wipfrag dimulai dengan gambar batu pecah atau material yang tida
terkonsolidasi dan mengubahnya menjadi “jarring” dan fragmen.Kemudian
mengukur jaring dan menampilkan dan memplot pilihan static dan
fragmentasi.WipFrag memungkinkan anda untuk membandingkan jaring yang
dihasilkan dengan gambar batu dan untuk memperbaiki ketidakauratan dengan
mengedit mouse atau stylis.
BAB II
ANALISIS HALAMAN

2.1 Penggunaan Wipfrag Image Analaysis


Program wiprfag menjadi salah satu program yang berfungsi untuk
menganalisa berbagai macam ukururan hasil peledakan. Wipfrag adalah program
penganalissaan gambar yang dikembangkan oleh universitas Arizona, Amerika
serikat.Pada penelitian ini sofwere wiprfag digunakan untuk menganalisis hasil
fragmentasi berupa foto untuk dijadikan data hasil peledakan yang berupa grafik
persentase material dengan fragmen rata-rata.
Kelebihan program Wipfrag adalah sebagai berikut :
a. Dapat membaca file gambar dengan format : TIF, JPEG, atau windows
BMP.
b. Mengambil gambar dari video ( video capture ) dengan scion
framegrabber.
c. Digital video capture dengan IEEE 1394 (fireware).
d. Kelebihan procecing gambar standart ( scalling, filtering, dan sebagainya
e. Peralatan edit gambar ( image editing tools ).
f. Digitasi automatic partikel batuan.
g. Identifikasi automatic partikel halus.
h. Menggunakan ukuran ayakan yang bisa disesuaikan (standart ISO, US,
UK).
i. Hasil berupa grafik distribusi ukuran butir yang bisa disesuaikan. j. Basis
pelaporan dalam HTML dan text.
j. Menggunakan perhitungan algoritma untuk menggabung dua gambar yang
berbeda skala.
k. Kalkulasi automatic parameter dengan pendekatan metode distribusi
Rossin-Rummler atau schumann.
Softwere wipfrag dipergunakan oleh teknisi dilokasi tambang dengan mengambil
data berupa foto digital fragmentasi. Sistem Wipfrag terdiri dari sofwere,
computer, keyboard dan monitor.Terdapat mekanisme untuk menggunduh gambar
dari kamera digital dkedalam computer. (Duna, 2010).
2.2 Analisis Halaman
Halaman analisis adalah halaman pertama yang anda lihat setelah membuka
WipFrag.Dari sini anda dapat membuat analisis baru atau membuka analisis yang
sudah ada.
2.2.1 Tambahkan Item Baru
Memilih ikon ini akan memberikan anda opsi berikut :

2.2.1.1 Jepret Gambar Dari Kamera


Akan membuka tampilan kamera (hanya tersedia di IOS)

2.2.1.2 Buka Gambar yang Ada


Akan meminta anda untuk memilih gambar dari perpustakaan foto anda
(IOS) atau drive (Windows)

2.2.1.3 Buka Gambar UAV


Akan meminta anda untuk memilih gambar drone/UAV yang aan
ditampilkan di peta.

2.2.1.4 Buka Gambar Demo


Akan meminta anda membuka gambar demo yang telah dipilih
sebelumnya.

2.2.1.5 Buat Proyek


Akan membuat proyek kosong baru untuk menggabungkan analisis.
2.2.2 SIG
Membuka peta untuk melihat informasi GIS untuk analisis dengan
informasi lokasi.
2.2.2.1 Daftar Analisis UAV
Lihat semua analisis UAV,ubah urutan -z,dan alihkan visibilitas
• Ketuk item analisis untuk melihat di peta.

• Dengan analisis yang dipilih


Gambar 2.1 Bagian dari Daftar analisis UAV

2.2.2.2 Opsi Tampilan Peta


Tombol-tombol peta memungkinkan anda mengubah ukuran
kisi,yang ditampilkan sebagai peta panas dan memfilter analisis berdasarkan
tanggal
• Ketuk tombol kiri atas menggilir ukuran kisi
• Ketuk tombol kanan atas untuk menelusuri tipe data yang akan
ditampilkan sebagai peta panas untuk analisis yang terlihat berisi
dan data Wipfrag: Xc,DB0,D95,Roc Factor (Roc).
2.2.2.3 Heat Map
Heat Map dihitung menggunakan semua analisis yang saat ini
ditampilkan.Data dari analisis UAV akan dibagi menjadi beberapa bagian
berdasarkan ukuran grid yang dipilih.Data dari analisis non-UAV hanya
akan ditambahkan ke grid di dalamnya.
• Warna Merah – Menunjukkan area dengan ukuran terbesar
(Xc,D80,D95),faktor batuan (Roc),jumlah material berdasarkan
warna (CID1,CID2),atau kebulatan terkecil (Sph) atau keseragaman
(n)
• Warna hijau – Menunjukkan area dengan ukuran terkecil,faktor
batuan,ID warna atau kebulatan terbesar atau keseragaman.

Gambar 2.2 Hasil Gambar Heat Map

2.2.2.4 Membuat Analisis UAV


Ada dua metode utama untuk membuka gambar drone yang
kemudian akan digambarkan di peta panas
1. Gunakan Wipfrag untuk Windows untuk membuka gambar GeoTIFF
yang dibuat oleh Drone Deploy atau Pix4D
a. Gambar GeoTIFF memiliki informasi lokasi,skala,dan rotasi yang
tertanam di dalamnya
b. Saat ini hanya Wipfrag untuk windows yang dapat membaca
informasi ini
2. Buka gambar apapun dengan innformasi lokasi yang disematkan dan
berikan skala secara manual dan rotasi.
a. Setelah gambar yang valid dipilih,anda akan disajikan dengan
gambar di peta
b. Dalam kebanyakan kasus,lokasi sudah benar berdasarkan bagian
tengah gambar.Gunakan kontrol di kanan atas untuk
memosisikan,memutar,dan menskalakan pusat gambar hingga
posisinya benar di peta
c. Pilih selesai di kanan atas untuk menyelesaikan wizard dan
membuat analisis

2.2.3 Hubungkan ke sistem

2.2.4 Tentang
Wipfrag memilih ikon ini akan memberi anda opsi berikut

2.1.4.1 Pendaftaran
Memungkinkan anda untuk mengubah nama/perusahaan
terdaftar dan bahasa antar muka

2.1.4.2 Catatan Rilis


Menampilkan riwayat pembaruan versi

2.1.4.3 Hubungi Kami


Memungkinkan anda mengirimkan umpan balik atau
melaporkan hub.

2.1.4.4 Pustaka Sumber Daya


Menampilkan daftar video tutorial dan manual pdf yang tersedia
2.2.5 Kartu Analisis
Setiap analisis diwakili oleh kartu analisis.Setiap kartu analisis
menampilkan analisis :
1. Nama
2. Tag yang menunjukkan adanya data blastcast atau GPS
3. Gambar mini
catatan : Lingkaran merah dengan angka menunjukkan analisis
memerlukan langkah-langkah tambahan sebelum bagan dapat dibuat.

Gambar 2.3 Contoh daftar sesudah di analisis

2.2.6 Proyek

Proyek ditandai dengan teks biru dan dapat berisi sejumlah analisis

• Ketuk tanda +/- untuk menutup/memperluas


proyek,menyembunyikan atau menunjukkan kartu analisisnya
• Ketuk nama proyek untuk hasil gabungan dari analisis yang
terkandung di dalamnya
• Sentuh dan tahan nama proyek untuk ganti nama proyek

2.2.7 Memilih Beberapa


2.2.7.1 Berbagi Dipilih
Mengetuk ini akan memungkinkan anda mengirim email ke
analisis yang dipilih.

2.2.7.2 Hapus yang Dipilih


Mengetuk ini akan meminta anda untuk menghapus analisis atau
proyek yang dipilih secara permanen.Menghapus proyek akan
menghapus semua analisis yang ada juga.
BAB III

LANGKAH KERJA

Langkah langkah penggunaan software wipfrag adalaah sebagai berikut :

1. Penginstalan Software
• Download Software pada link
https://dl.downloadly.ir/Files/Software/WipWare_WipFrag_3.3.14.
0_Downloadly.ir.rar
• Menjalankan software Wipfrag Image Analysis 3.3

Gambar 4.1 Instalisasi Software


• Selalu klik next hingga keluar kata finish
• Penginstalan selesai
2. Masukan foto hasil fragmentasi batuan dengan cara mengklik icon pilih

foto,selanjutnya pilih folder tempat penyimpanan foto.


Gambar. 3.1 Memasukkan Foto hasil fragmentasi
3. Lalu Klik Scale Image fragmentasi batuan dengan cara mengklik icon
penggaris, gunanya untuk memberikan garis tepi pada batuan lalu masukan
skala,setelah itu tarik garis tepi batuan.

Gambar 3.2 Proses Pemberian garis tepi pada batuan

Gambar 3.3 Proses Penarikan Skala


4. Selanjutnya setelah dilakukan proses scale image maka dilakukan proses
delinate gambar secara manual .Delinate gambar merupakan proses dimana
dilakukan pemilahan batuan sesuai struktur batuan yang ada pada

foto.

Gambar 3.4 Prose pengaturan Kecerahan garis-garis partikel

5. Setelah itu klik icon chart untuk melihat chart fragmentasi batuan.

Gambar 3.5 Proses Delinate gambar dan Chart Fragmentasi Batuan

6. Hasil Penggunaan Software berupa Grafik Fragmentasi


Berikut ini adalah hasil nya dan penjelasan tentang bagian bagian kurva
distribusi fragmentasi batuan

• Size Class Table :Dapat menentukan hingga 25 kelas ukuran


Gambar 3.6 Bagian Size Class Table

• Grafik :Dapat mengubah visibiltas item

Gambar 3.7 Bagian Cumulative dan Histogram Graph


• Kotak Data :Dapat memeilih hingga 6 item

Gambar 3.8 Bagian Starts


BAB IV

STUDI KASUS

4.1 Data pada Penelitian


Data sekunder pada penelitian ini yang merupakan data dari industri yang
bergerak di bidang pertambangan batubara, yang berada di daerah Kalimantan
Tengah. PT. Asmin Koalindo Tuhup menghasilkan batubara yang berkualitastinggi
yang sering disebut Coking Coal. Untuk proses pengambilan batubara PT. Asmin
Koalindo Tuhup menggunakan metoda pemboran dan peledakan untuk
memberaikan material tanah penutup dan dilanjutkan penggalian dengan alat gali.
Pada penelitian ini program wipfrag image analyzis digunakan untuk
menganalisis hasil fragmentasi berupa foto untuk dijadikan data hasil peledakan
yang berupa grafik presentasi material dengan fragmen rata-rata.
1. Studi Literatur Tahapan ini merupakan upaya memperoleh data dan
informasi awal dilakukan melaui proses pencarian informasi pendukung
berupa catatan, dokumentasi, artikel, jurnal yang berkaitan dengan
permasalahan pada bidang keselamatan kerja. Tujuan dari studi literatur
ini diharapkan dapat merencanakan urutan kegiatan data melalui data awal
yang ada, sehingga mempermudah saat proses penelitian.
2. Penelitian di Lapangan Kegiatan penelitian dilakukan dengan melakukan
observasi lapangan secara langsung untuk memperoleh informasi aktual
serta melihat semua kondisi lapangan dan setiap aktifitas pekerja yang
dibutuhkan.Kegiatan penelitian akan diberlakukan titik batas pengamatan,
hal ini bertujuan agar cakupan pengamatan tidak meluas, dan tetap berada
pada alur tujuan yang telah dirancang.
3. Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan dengan melakukan
pengamatan lapangan serta melakukan pengukuran secara fisik pada
dimensi serta geometri peledakan yang digunakan di lapangan
4. Pengolahan data Kegiatan pengolahan data dengan melakukan
pembandingan hasil peledakan di lapangan secara aktual dengan rancangan
usulan yaitu dengan rumusan teori metode kuz-ram dan ICexplosive.
Prediksi Fragmentasi Batuan Dengan Metode Kuz-Ram. Model Kuz-Ram
merupakan gabungan dari dua persamaan, yaitu persamaan Kuznetsov untuk
menentukan ukuran fragmentasi rata-rata, dan persamaan Rossin-Rammler untuk
menentukan persentase distribusi material.Pengukuran fragmentasi dan
menghasilkan suatu persamaan yang dikenal dengan persamaan Kuznetsov.
4.2 Tahapan Penggunaan Software pada Data
a. Buka Software Wipfrag Image Analysis 3.3 yang telah di install
b. Selanjutnya Wipfrag dapat digunakan untuk menganalisa berbagai
macam ukururan hasil peledakan.

Gambar 4.1 Foto Fragmentasi batuan yang akan diolah


c. Selanjutnya klik add new lalu klik New analysis,pilih folder tempat
penyimpanan foto kemudian pilh foto yang akan diolah lalu klik open

Gambar 4.2 Cara Memasukan Gambar (a) Add New, (b) Open

d. Selanjutya klik Scale Image,untuk mengetahhui skala pada gambar


dan membuat garis tepi pada batuan.

Gambar 4.3 Proses Scale Image pada gambar


e. Selanjutnya dilakukan proses Deslinate Image pada gambar.Delinate
gambar merupakan proses dimana dilakukan pemilahan batuan sesuai
struktur batuan yang ada pada foto.

Gambar 4.4 Proses Delinate Image

f. Jika ada pada fragmentasi pada gambar tersebut belum mengalami


pemilahan sesuai partikel maka dapat digunakan secara manual dengan
klik icon Edit Tools . Pada tahapan selanjutnya untuk memperoleh kurva
fragmentasi pada gambar tersebut klik Chart

Gambar 4.5 (a).Bagian-bagian Edit Tools,(b) Chart


g. Maka diperoleh Grafik Distribusi Fragmentasi Batuan sebagai berikut :

Gambar 4.6 Grafik Distribusi Fragmentasi Batuan


4.3 Hasil dan Pembahasan
1. Pola Peledakan

Gambar 4.7 Desain Peledakan usulan 2 pada kegiatan peledakan


PT.Asmin Koalindo Tuhup(AKT)

2. Geometri Peledakan
Geometri peledakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
fragmentasi hasil peledakan. Geometri peledakan menurut ICI-Explosives
sebagai berikut:

Gambar 4.8 Peledakan double deck


Metode Peledakan yang digunakan di Pit 8 North adalah metode double deck
dengan menggunakan bahan peledak non elektrik (nonel). Detonator yang
digunakan untuk peledakan di Pit 8 North adalah detoator inhole delay 400 ms, 500
ms dan surface delay bervariasi antara 17 ms dan 67ms. Sedangkan untuk inisiasi
pointnya menggunakan lead in line (LIL) yang dihubungkan ke surface delay.
Pola peledakan yang diterapkan di lokasi Pit 8 North pola peledakan beruntun
antar lubang dengan tidak ada lubang ledak yang meledak secara bersamaanyaitu
pola Center Line.
3. Hasil Peledakan
Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan
Dengan Wipfrag Anilisis fotografi pada foto batuan hasil peledakan dengan
menggunakan softwareWipfrag. Hasil distribusi ukuran fragmen batuan
dengan metode fotografi menggunakan softwareWipfrag. Dari hasilanalisis
fragmentasi batuan aktual hasil peledakan menggunakan software Wipfrag,
didapatkan bahwa fragmen batuan dengan nilai 0 % denganukuran ≥ 1 meter
dan 100 % ≤ 1 meter, fragmentasi maksimum yang dihasilkan dengan nilai
43,3 cm. padahasil fragmentasi menunjukan kegiatan peledakan sudah
sesuai target yang diinginkan,karena tidak terdapat boulder yang melebihi
dari 1 meter.

Gambar 4.9 Hasil Fragmentasi Batuan dengan Software Wipfrag


BAGIAN IV SOFTWARE SHOT PLUS-I

1.1 Latar Belakang

Komponen elektronik diperkenalkan di dunia inisiasi listrik di akhir 1960-


an. Meningkatkan ukuran masing-masing ditembak berubah menjadi strategis
untuk pasar penggagas, untuk detonator listrik untuk dapat bersaing dengan yang
baru diperkenalkan detonator non-listrik. Perkembangan elektronik membuat
penciptaan mesin peledakan berurutan mungkin. Mesin peledakan sekuensial
memberikan semburan waktunya elektronik adjustable energi untuk sejumlah
kawat timah , secara dramatis meningkatkan jumlah maksimum detonator listrik
Decepticons dapat terhubung dan karenanya meningkatkan jumlah kombinasi
potensial.

Pada tahun 1990, miniaturisasi peningkatan komponen elektronik


melahirkan ide baru, menggunakan jam elektronik memulai untuk menggantikan
pyrotechnical (powder) delay elemen yang menciptakan ketidaktelitian untuk
detonator listrik. Dari tahun 1990 hingga tahun 2000, gerakan penelitian dan
pengembangan besar-besaran dilakukan oleh sejumlah besar pelaku untuk
mengembangkan detonator elektronik pra - diprogram atau diprogram. Detonator
elektronik Programmable merupakan langkah maju dalam logika , menawarkan
fleksibilitas yang luar biasa dalam pilihan waktu inisiasi. Fleksibilitas ini bersama-
sama dengan akurasi dikontrol secara elektronik membuka pintu untuk penundaan
singkat urutan inisiasi kompleks yang telah sejak menunjukkan manfaat yang
signifikan (pengurangan gangguan , meningkatkan produktivitas) kepada para
pemangku kepentingan pertambangan Perangkat lunak simulasi numerik telah
dikembangkan untuk membantu insinyur pertambangan untuk berurusan dengan
sejumlah besar kemungkinan dalam desain tembakan mereka. Meskipun harga
pasar yang lebih tinggi, detonator elektronik terus menyebar di pasar selama 2000-
an.

Sebuah merger dan akuisisi tahap yang kuat telah menghasilkan hilangnya
sebagian besar produsen. Saat ini, hanya 5 atau 6 produsen tetap aktif di pasar ini.
Setiap merek dapat diprogram hanya dengan dirancang khusus mesin peledakan
sendiri. Terutama karena protokol komunikasi yang berbeda, tak satu pun dari
mesin ini dapat digunakan untuk memulai beberapa merek detonator. Akibatnya,
tak satu pun dari merek ini dapat dicampur dalam satu tembakan. Pertama mesin
peledakan nirkabel muncul di pasar pada tahun 2000, yang memungkinkan inisiasi
tembakan lebih besar dari jarak aman. Inisiasi Wireless telah menjadi standar sejak
di pasar.

Detonator elektronik masih didasarkan pada kabel listrik untuk melakukan


sumber energi sinyal inisiasi. Orica Mining Services, penemu detonator elektronik
nirkabel diresmikan pada awal tahun 2011, berpura-pura sekarang untukmengakhiri
dengan kelemahan operasional ini (potensi kebocoran, celana pendek, cut- off,
sensitivitas elektromagnetik) dan akibatnya meningkatkan keselamatan dan
profitabilitas tambang. Perusahaan ORICA membuat detonator dengan merk I-kon
TM Digital Energy system.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari modul pembelajaran software shotplus-I ini dibuat adalah
sebagai berikut :

1. Diharapkan pembaca dapat memahami definisi dan fungsi dari software


shotplus-I.
2. Diharapkan pembaca dapat memahami cara penggunaan software
shotplus-I.
3. Diharapkan pembaca dapat mengaplikasikan software shotplus-I.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Aplikasi Shotplus-I

Saat merancang proyek ledakan, pertama-tama Anda memerlukan konsep


Melakukan uji coba aktivitas. Di era teknologi, Secanggih hari ini, aplikasi sudah
tersedia untuk mendukung desain ledakan jaringan yangn terhubung langsung
melalui detonator elektronik di lubang ledakan. Orica Mining Services membuat
sebuah aplikasi dalam peledakan untuk membuat design peledakan sebelum
melakukan di lapangan, yaitu software SHOTplus-I yang terhubung langusng oleh
detonator elektronik yang dikeluarkan oleh Orica Mining Service itu sendiri.

Shotplus-I ini membantu dalam desain, analisis, dan optimalisasi lanjutan


dari aktivitas peledakan. Perangkat lunak ini berinteraksi langsung dengan
detonator elektronik yang tiada lain yaitu I-Kon TM Digital Energy System yang
merupakan produk paten Orica.

I-kon TM Digital Energy system atau yang lebih dikenal dengan sebuan
elektronik detonator merupakan detonator generasi terbaru yang dibuat dan
dirancang sedemikian khusus sebagai penyempurna dari detonator generasi
sebelumya untuk lebih memaksimalkan proses kinerja peledakan.

2.2 Fungsi

Fungsi dari perangkat lunak ini adalah :

Menentukan pola peledakan.


Membuat aturan pengisian untuk menentukan parameter charging lubang
ledakan yang spesifik dan dapat dengan cepat diterapkan ke dalam lubang
tertentu atau pada keseluruhan desain peledakan.
Mencetak rencana dan laporan inisiasi untuk memungkinkan perangkaian
peledakan yang efektif di lapangan (On-Bench).
Mensimulasi urutan pewaktuan secara aktual, sehingga setiap bagian yang
bermasalah dapat teramati sebelum melakukan penembakan.
Integrasi lengkap dengan sistem peledakan elektronik Orica’s i-kon™ dan
uni tronic™ untuk memaksimalkan efisiensi kerja di lapangan (On- Bench).

2.3 Bentuk Hasil Outpot Software Shotplus-I

asil keluaran dari software ini merupakan pola desain rencana peledakan
yang akan dilakukan di lapangan dengan menginput data yang ditangkap dari
elektronik detonator I-Kon System milik Orica. Dengan menggunakan detonator
elektronik system delay dapat di atur sedemikian rupa dengan alat logger dan
blaster. Dan setelah semua delay terpasang dapat menentukan pola peledakan
dengan menggunakan software shotplus – I . sehingga tidak membutuhkan waktu
lama untuk memulai proses peledakan. Dan pada detonator elektronik ini dapat
meminimalisir terjadinya miss fire kareana dalam softwer yang digunakan
detonator yang rusak akan terdeteksi.
BAB III

PENGENALAN SOFTWARE SHOTPLUS-I

3.1 Shotplus-I

Dalam mendesign suatu proyek peledakan harus mempunyai design kasar


terlebih dahulu guna untuk melakukan trial percobaan untuk kegiatan tersebut. Di
zaman teknologi yang sudahmaju seperti sekarang sudah tersedia aplikasi
penunjang design peledakan yang terhubung langsung oleh detonator elektronik
yang ada di lubang ledak. Orica Mining Services membuat sebuah aplikasi dalam
peledakan untuk membuat design peledakan sebelum melakukan dilapangan, yaitu
software. SHOTplus-I yang terhubung langusng oleh detonator elektronik
yangdikeluarkan oleh Orica Mining Service itu sendiri.

SHOTplus-I merupakan perangkat lunak keluaran dari Orica Mining


Service yang berguna untuk mendesain, analisa, dan optimalisasi tingkat lanjut pada
kegiatan peledakan. Perangkat lunak ini sudah langsung terhubung dengan
detonator elektronik yang tidak lain adalah produk paten dari Orica sendiri yaitu I-
Kon TM Digital Energy System.

I-kon TM Digital Energy system atau yang lebih dikenal dengan sebutan
elektronik detonator merupakan detonator generasi terbaru yang dibuat dan
dirancang sedemikian khusus sebagai penyempurna dari detonator generasi
sebelumya untuk lebih memaksimalkan proses kinerja peledakan.
3.2 Tutorial Mendownload dan Menginstal Software Shotplus-I

Adapun langkah-langkah sebagai berikut :

1. Buka link : https://shotplus-


i.software.informer.com/amp/#amp_tf=From%20%251%24s&aoh=16690
214160908&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com

Klik “SHOTPlus” agar muncul tab untuk melakukan pendownloadan,


kemudian klik “Start Download”Tunggu hingga proses download selesai.
Tunggu hingga proses download selesai.

Klik kanan pada file software SHOTPlus i, ketika muncul bar baru klik instal pada
bar tersebut.
Setelah melakukan langkah “4” maka akan muncul bar, kemudian klik instal pada
bagian bar yang muncul tersebut.

3.3 Tutorial Pengoperasian Software Shotplus-I

Gambar 1.1 Buka Software Shotplus-I


Gambar 1.2 Klik File – Pilih new

Gambar 1.3 Tambahkan nama tittle dan author


Gambar 1.4 Pilih kolom blasting – Klik Pattern

Gambar 1.5 Klik hole data – Atur ketinggian dan kedalaman lubang
Gambar 1.6 Klik drill data – Pilih spesifikasi diameter dan jenis alat bor

Gambar 1.7 Klik Design – Atur spesifikasi delay – klik oke


Gambar 1.8 Klik design – lalu atur burden – Spasi – dan lubang bor

Gambar. 1.9 Drag dan tahan - Klik kanan dan muncul pola pemboran pada
pattern - Atur view dari tool zoom
Gambar. 1.10 Klik quick - Pilih bench - Atur kemiringan

Gambar. 1.11 Klik quick - Qilih text - Atur font dan size font - Isi nama pada
kolom
Gambar. 1.12 Klik quick - Pilih tie

Gambar. 1.13 Pilih add in use – Klik signal tub - Pilih delay 25 ms
Gambar. 1.14 Pilih add in use – Klik signal tube - Klik 42 ms

Gambar. 1.15 Pilih delay awal – Drag pada bagian tengah pola
Gambar. 1.16 Pilih delay selanjutnya – Drag pada pola lainnya - hingga
membentuk pola bone fish

Gambar. 1.17 Klik quick – Pilih lead-in


Gambar. 1.18 Atur delay time – Klik ok

Gambar. 1.19 Drag pada inisiasi awal


Gambar. 1.20 Pilih calculations – Klik first movement – Terlihat arah lemparan
hasil peledekan

Gambar. 1.21 Pilih calculations – Klik visualize


Gambar. 1.22 Klik Play – Lalu akan muncul visualisasi peledakan

Gambar. 1.23 Pilih calculatin – Klik angle of intitiation


Gambar. 1.24 Pilih calculatins – Klik burden relief

Gambar. 1.25 Pilih calculations – Klik time envelove


BAGIAN V SOFTWARE GEOSLOPE

1.1 Latar Belakang

Untuk melakukan analisis stabilitas dari suatu konstruksi tanah berupa


lereng rasanya tidak mungkin tanpa menggunakan bantuan software. Hal ini bukan
disebabkan oleh sulitnya teori stabilitas lereng, melainkan karena dalam analisis
stabilitas lereng perlu dibuat puluhan, bahkan bisa ratusan atau ribuan, asumsi
bidang longsor yang masingmasing memerlukan pemecahan matematis. Dari sekian
banyak asumsi bidang longsor ini selanjutnya hanya dipilih satu bidang yang
terkritis, yakni bidang longsor yang mempunyai nilai faktor keamanan terkecil.
Faktor keamanan yang terkecil ini selanjutnya dibandingkan dengan kriteria
minimum faktor keamanan yang dipilih.
Saat ini banyak beredar software analisis stabilitas lereng. Salah satu di
antaranya adalah software SLOPE/W yang dibuat oleh Geoslope, Kanada. Software
SLOPE/W ini berbasis pada sistem operasi Windows, sehingga dalam
pengoperasiannya cukup mudah dan user friendly.
Software SLOPE/W terdiri dari (bagian program utama, yakni) input
(define), kalkulasi (solve) dan output (contour). Sebelum memulai penggunaan
software ini pengguna disarankan untuk membuat sketsa terlebih dahulu, yang
berisi geometri penampang lereng yang akan dianalisis, kondisi pelapisan serta
parameter tanah dari masing-masing lapisan, kondisi permukaan air tanah (jika
ada), dan beban-beban luar yang bekerja pada penampang lereng. Setelah input
sesuai sketsa dimasukkan dengan benar selanjutnya kita jalankan program
kalkulasi.Komputer membutuhkan beberapa saat untuk menyelesaikan
perhitungan, dan apabila perhitungan selesai pengguna bisa melihat seluruh hasil
perhitungan (berupa angka dan grafis).
Program Geoslope adalah sebuah paket aplikasi untuk pemodelan geoteknik
dan geo-lingkungan. Software ini melingkupi SLOPE W, SEEP W, SIGMA W,
QUAKE W, TEMPW, dan CTRAN W, yang sifatnya terintegrasi sehingga
memungkinkan untuk menggunakan hasil dari satu produk ke dalam
produk yang lain. Ini unik dan fitur yang kuat sangat memperluas jenis masalah
yang dapat dianalisis dan memberikan fleksibilitas untuk memperoleh modul
seperti yang dibutuhkan untuk proyek yang berbeda.

SLOPE W merupakan produk perangkat lunak untuk menghitung faktor


keamanan lereng dan kemiringan batuan. Dengan SLOPE W, kita dapat
menganalisis masalah baik secara sederhana maupun kompleks dengan
menggunakan salah satu dari delapan metode kesetimbangan batas untuk berbagai
permukaan yang miring, kondisi tekanan pori-air, sifat tanah, dan beban
terkonsentrasi. Kita dapat menggunakan elemen tekanan pori air yang terbatas,
tegangan statis, atau tekanan dinamik pada analisis stabilitas lereng. Selain itu kita
juga dapat melakukan analisis probabilistik.

SLOPE W Define merupakan program yang digunakan untuk pemodelan


permasalahan lereng dalam bentuk penggambaran pada layar komputer dalam
aplikasi Computer Aided Design (CAD). Kemudian data yang telah dimodelkan
tersebut dianalisis dengan menggunakan SLOPE W Solve. Perhitungan dilakukan
sesuai dengan data masukan dan pengaturan analisis (Analysis Setting) yang telah
ditentukan. SLOPE W Contour akan menampilkan grafis seluruh bidang longsor
dan nilai faktor aman dapat ditunjukkan dala bentuk kontur faktor aman serta
diagram dan poligon tiap pias tertentu.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuat modul ini yaitu ;
- Mengenal sistem program Geoslope/w
- Mengetahui proses instal dan pemasangan software Geoslope/W pada
lapatop/PC
- Mampu mengoprasikan software Geoslope/W untuk menganalisa
kestabilan lereng.
BAB II

PENGENALAN SOFTWARE GEOSLOPE/W


2.1 Geo Slope Office
Selain perhitungan manual, stabilitas lereng dapat juga dianalisis
menggunakan software komputer. Ada beberapa macam software yang telah
dikembangkan. Salah satunya adalah software Geo slope Office.

Geo Slope adalah suatu software yang membantu insinyur dalam


menyelesaikan suatu permasalahan terutama yang berhubungan dengan tanah.Geo
slope terdiri dari beberapa bagian sub program yang kesemuanya dapat
diintegrasikan satu dengan yang lainnya jika dibutuhkan. Sub program Geo slope
yaitu:

1. Slope/ W ,Software dengan kemampuan untuk mengetahui kestabilan


lerengakibat beban luar, angker atau perkuatan tanah dengan geotekstil.
Menghitung faktor keamanan lereng yang bertanah heterogen di atas tanah
keras, dengan lapisan lempung. Menganalisis contoh tanah yang berbeda jenis
dan tipe,straticgraphic dan longsor dan kondisi tekanan air pori dalam tanah
yang berubah menggunakan bagian besar contoh tanah.

2. Seep/ W , software yang memiliki kemampuan untuk menganalisa masalah


rembesan, karena hujan, rembesan tanggul/bendungan dari tanah,rembesan
dari kolam, kelebihan tekanan air pori, atau rembesan temporer.
3. Ctran/ W ,software yang memiliki kemampuan untuk menangani masalah
pengangkutan air tanah yang tercemar, diantaranya gangguan air laut ke
pantai, pengangkutan air asin, pengangkutan pencemaran adective, modeling
pengangkutan pencemaran dengan penyebaran hydrodynamic.

4. Sigma/ W ,software yang memiliki kemampuan menangani masalah


deformasi, dengan menganalisa deformasi akibat. Pekerjaan tanah seperti:
pondasi, tanggul, galian, atau terowongan. Dapat mensimulasi konstruksi
akibat tanggul/galian. Menghitung kelebihan tekanan air pori, dan
membergambaran kelebihan tekanan air pori di bawah tanggul. Dapat juga
menganani masalah pengakomodasian interaksi struktur tanah

5. Temp/ W , software dengan kemampuan untuk menganalisa masalah


perubahan suhu tanah, untuk merancang jalan dan landasan darurat di
areayang mengalami musim dingin. Menghitung distribusi temporer dari
temperature permukaan, selama mendesain. Mengestimasi pembekuan
dasaruntuk stabilitas tanah. Untuk mendesain letak pipa bawah tanah
yangdipengaruhi oleh temperature luar yang dingin.

6. Quake/ W , software dengan kemampuan untuk analisa perilaku


dinamikdari struktur tanah akibat goncangan gempa bumi (horizontal atau
vertical) dan deformasi. Menganalisa tanggul/bendungan selama gempa
bumi.

7. Vadose/ W , software dengan kemampuan untuk menghitung


besarnyaenergy perputaran aliran air (dari menguap, jatuh sebagai hujan,
dialirkan,dan menguap kembali) berdasarkan data iklim. Menentukan
rembesan,evapotranspirasi proyek irigasi agrikultur, memperoleh control
iklimakibat pori tanah pada lereng atau lereng buatan manusia untuk
analisastabilitas untuk mendesain lapisan tanah di atas timbunan/galian.

2.2 Geoslope/ W 2012


Slope/ W merupakan produk software yang menggunakan batas
keseimbangan untuk menghitung faktor keamanan tanah dan lereng. Menganalisa
stabilitas lereng, menggunakan batas keseimbangan, serta mempunyai kemampuan
untuk menganalisis contoh tanah yang berbeda jenis dan tipe, longsordan kondisi
tekanan air pori dalam tanah yang berubah menggunakan bagian besarcontoh
tanah.Slope/ W merupakan sub program dari Geo Slope yang dapat diintegrasikan
dengan sub program lainnya, baik Vadose/ W, Seep/ W,Quake/ W dan Sigma/ W.

Parameter masukan data analisa dapat ditentukan atau secara


probabilitas.Beberapa permasalahan yang dapa diselesaikan dan kemampuan dari
Slope/ W:
1. Menghitung faktor keamanan lereng yang bertanah heterogen di atas
tanah keras
(bedrock), dengan lapisan lempung. Di ujung lereng (lembah) merupakan
genangan air, air tanah mengalir sampai ujung lereng dan daerah retakan
berkembang pada puncak akibat gaya tegangan pada lereng.
2. Slope/ W dapat menghitung faktor keamanan dari lereng dengan beban
luardan perkuatan lereng dengan angker atau perkuatan dengan geo- textile
3. Kondisi tekanan air pori dalam tanah yang kompleks, kondisi air
poridapat dibedakan dalam beberapa cara, dapat semudah seperti garis
piezometrik atau analisa elemen batas dari tekanan pori. Tekanan air pori
pada tiap dasar potongan lereng ditemukan dari data titik cara
interpolasispline.
4. Menganalisa stabilitas dengan tekanan batas elemen. Memasukkan
datatekanan lereng dari analisa batas stabilitas elemen Sigma/ W ke Slope/
W untuk mempermudah. Keuntungan lain yaitu dapat menghitung faktor
keamanan tiap potongan, sebaik perhitungan faktor keamanan seluruh
longsoran.

Pada dasarnya Slope/ W terdiri dari tiga bagian pengerjaan (langkah kerja) yaitu:

1. Define: Pendefinisian model.

a.Mengatur batas area yang akan digunakan.


b.Mengatur skala dan satuan yang digunakan untuk mempermudah pengerjaan.
c.Menginput data material (data-data tanah).
d.Mengsketsa permasalahan (lereng) dengna menggunakan icon garis lurus,
lengkungan atau lingkaran.
e.Menentukan bagian-bagian gambar dengan mendefinisikan kembali setelah
data terinput

2.Solve: Nilai dari hasil perhitungan, dengan menekan start pada kotakdialog

3.Contour: memperlihatkan gambaran hasil perhitungan


a.Memperlihatkan sketsa hasil stabilitas tanah menggunakan metode
Bishop,Ordinary dan Janbu.
b.Terdapat icon-icon untuk memunculkan hasil seperti potongan dengan
diagram free body dan force polygon.
c.Memperlihatkan grafik hubungan antara jarak dan kekuatan, dan yang
lainnya
d.Memperoleh data slide mass.
2.3 Proses Instal Software Geoslope/W Versi 8 ,2012
Sebelum menggunakan software maka hal yang pertama sekali dilakukan adalah
melakukan proses instal software .Untuk proes instal software geoslope sendiri
terdiri dari beberapa tahap/proses yaitu :

1. Buka file Geoslope yang telah didwonload yang masih berbentuk


WinRar pada laptop ataupun PC.

2. Klik kanan ,lakukan proses ekstark file dan tunggu sampai selesai.
3. Pilih file instal ,kemudian klik kanan pada file aplkasi geostudio
dan klik Run Administrator .
4. Proses instal akan berlangsung ,klik pada layar instal Geoslope
pilih bahasa dan klik pada continiue

5. Centang pada kotak “I accept the terms in the license agreement “


Kemudian klik instal dan tunggu sampai proses instal selesai.Kemudian
klik finish setelah proses instal selesai.
6. Buka aplikasi geostudio yang telah diinstal klik pada pilihan student
license dan pilih Slope/W dan akan muncul pemberitahuan license.

7. Pada tab layar lisenc manager ,buka local settings,kemudian copy


pada tools browse.
8. Buka file manager ,kemudian buka libraeris kemudian copy tempat
penyimpanan file aplication (Geo studio).

9. Kemudian buka lokal disk D (tempat menyimpan file Geo Studio)


dan klik pada file patch,kemudian copy file patch sebanyak 2 file.

10. Buka lokal disk c,program file 86,klik Geo slope ,Geo
studio,Bin,x64 kemudian paste.
11. Klik copy and replace
12. Klik pada taksbar start pilih aplikasi geostudio dan software
geostudio siap digunakan.
BAB III
PROSES PENGOLAHAN DATA PADA SOFTWARE GEO
SLOPE/W
3.1 Definisi Kasus (Define)
Bagian pertama dari program SLOPE/W adalah DEFINE. Fungsi DEFINE

pada program SLOPE/W adalah untuk mendefinisikan suatu kasus. Untuk

memulainya, lakukan doubleclick pada ikon DEFINE pada Window SLOPE/W.

Window DEFINE akan muncul

Klik tombol Maximize pada bagian sudut kanan atas window DEFINE
sehingga windows DEFINE tersebut akan membesar sebesar layer monitor.
3.2 Mengatur Area Kerja
Area kerja (working area) adalah ukuran kertas yang memungkinkan untuk
digunakan mendefinisikan suatu kasus. Area kerja dapat lebih kecil, sama atau lebih
besar daripada ukuran kertas pada printer. Jika area kerja lebih besar daripada
ukuran kertas pada printer serta 500 m Factor yang digunakan sebesar
1.0 atau lebih maka kasus yang dianalisis akan dicetak pada beberapa lembar
kertas. Area kerja sebaiknya diatur sehingga kita dapat bekerja dengan skala yang
sesuai. Seperti dalam contoh kasus ini, area kerja yang sesuai adalah 260 mm lebar
dan 200 mm tinggi. Untuk menentukan ukuran dari area kerja, dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pilih Set pada menu DEFINE

2. Pilih Page dari menu Set, sehingga akan muncul window Set Page

Pada bagian Printer Page akan terlihat nama dari printer yang akan
digunakan dan ukuran halaman kertas printer tersebut. Informasi ini
berguna untuk menentukan area kerja yang sesuai dengan ukuran halaman
kertas printer.
Jika ukuran dari tinggi halaman printer lebih besar daripada lebarnya
maka printer tersebut berada dalam mode Potrait. Selanjutnya, pada saat
gambar akan dicetak, kita dapat memilih File-Printer SetUp untuk
merubah printer menjadi mode Landscape.
3. Pilih mm pada bagian Units.
4. Ketik 260 pada kotak Width dalam bagian Working Area. Untuk
pindah kebagian selanjutnya cukup tekan TAB pada keyboard.
5. ketik 200 pada bagian kotak Height
6. Pilih OK

3.3 Menentukan Skala


Geometri dari kasus yang ditinjau adalah dalam satuan meter. Misal
tinggi geometri dari kasus tersebut adalah 14 m dan lebarnya 40 m. Bagian
kiri bawah dari geometri kasus akan digambar pada (0,0).

Skala yang dapat kita gunakan dalam hal ini adalah 1:200. Hal tersebut
akan membuat gambar menjadi cukup proporsional. Pengaturan skala dapat
dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut :

1. Pilih Set Scale daeri menu DEFINE


2. Pilih meters dalam kotak Engineering Units.
3. Masukkan nilai-nilai berikut kedalam kotak Problem Extents.
Minimum x : -4 Minimum y : -4
Maximum x : 40 Maximum y : 40
Pada kotak Horz 1: skala akan berubah 169.23 dan kotak Vert 1: skala
akan berubah menjadi 220. Kita tidak ingin bekerja dengan skala seperti
itu.
4. Tuliskan angka 200 pada kotak Horz, dan kemudian angka 200 pada
kotak Vert.
5. Pilih OK.

3.4 Menentukan Spasi Grid


Untuk memudahkan dalam mendefinisikan kasus yang kita hadapi sebaiknya
kita gunakan bantuan titik-titik grid. Jika kita aktifkan grid tersebut maka titik serta
garis geometri yang kita buat akan tepat berada pada titik-titik grid tersebut. Adapun
cara untuk mengatur serta menampilkan grid adalah sebagai berikut :
1. Pilih View dari menu DEFINE.

2. Pilih Grid dari menu View. Kotak dialog View Grid akan muncul.
3. Tuliskan 1 pada Grid Spacing untuk bagian X dan bagian Y.
4. Klik pada bagian kotak Display Grid.
5. Klik pada bagian kotak Snap to Grid
6. Pilih OK.

3.5 Menyimpan File

Agar fungsi SOLVE dan CONTOUR dapat menyelesaikan kasus yang telah
kita definisikan maka data tersebut harus disimpan ke dalam file. Proses
penyimpanan ini sebagai berikut :
1. Pindahkan kursor ke dekat (0,14) dan klik kiri. Garis akan tergambar dari
(0,0) sampai dengan (0,14).
2. Klik tombol kanan pada mouse untuk mengakhiri sketsa garis. Kursor
akan berubah dari silang menjadi panah.
3. Pilih Sketch Line kembali.
4. Pindahkan kursor ke dekat (0,9) dan klik kiri. Kursor akan tepat berada pada
(0,9).
5. Selanjutnya kita akan membuat sketsa untuk lapisan tanah. Pindahkankursor
ke dekat (20,9) dan klik kiri. Garis akan tergambar dari (0,9) sampai dengan
(20,9).
6. Klik tombol kanan pada mouse untuk mengakhiri sketsa garis. Kursor akan
berubah dari silang menjadi panah.
7. Untuk menampilkan outline klik tombol Zoom Objects.
Setelah menyelesaikan langkah pengerjaan diatas maka pada layer akan terlihat
tampilan sebagai berikut :

3.6 Menentukan Metode Analisis

Untuk menentukan metode analisis yang akan digunakan :


1. Pilih Key In dari menu DEFINE

2. Pilih Analysis Method dari menu Key In sehingga kotak dialog berikut
akan muncul.
3. Pilih Bishop (with Ordinary & Janbu) yang mana ini adalah pilihan
default.
4. Pilih OK.

3.7 Mengatur Pilihan Analisis


Untuk mengatur pilihan analisis yang akan digunakan berikut caranya :
1. Pilih Key Analysis Control dari menu DEFINE. Kotak dialog berikut
akan muncul.
2. Gunakan pilihan yang sudah menjadi default pada kotak dialog Key In
Analysis Control.
• Piezometric Lines/Ru pada pilihan Pore-Water Pressure
• Grid and Radius pada pilihan Slip Surface. Hal ini memungkinkan
kita untuk mencari permukaan bidang runtuh dengan menentukan
grid dari titik pusat bidang runtuh dan jari- jarinya.
• Tidak ada tension crack (None).
• Default dari konvergensi yang akan digunakan.
3. Pilih OK.

4. Pilih huruf yang diinginkan (missal : Arial) pada kotak daftar Font serta
stylenya pada kotak daftar Font Style.
5. Pilih atau tuliskan ukuran huruf yang akan digunakan (misal : 18) pada kotak
Size.
6. Pillih OK untuk kembali ke kotak dialog Sketch Text.
7. Pilih Place Text. Kotak dialog Sketch Text akan menghilang. Kursor akan
berubah menjadi silang dan akan terlihat tulisan <Sketch Text> pada bagian
bar DEFINE. Hal ini menunjukkan bahwa kita sedang berada pada
mode tersebut.
8. Klik kiri mouse di posisi (3,11). Tulisan Upper Soil akan muncul pada
gambar.
9. Klik kanan mouse untuk kembali pada kotak dialog Sketch Text.
10. Tuliskan Lower Soil pada kotak dialog tersebut.
11. Pilih Place Text. Kotak dialog Sketch Text akan menghilang.
12. Klik kiri mouse di posisi (3,3). Tulisan Lower Soil akan muncul pada
gambar.
13. Klik kanan mouse untuk kembali pada kotak dialog Sketch Text.
14. Pilih Done untuk mengakhiri prosedur ini.

Setelah kita menyelesaikan langkah-langkah diatas maka pada layer akan terlihat
tampilan sebagai berikut :

3.8 Verifikasi Kasus


Untuk memeriksa apakah data telah dibuat memenuhi persyaratan, kita dapat
menggunakan fasilitas verifikasi yang disediakan oleh SLOPE/W DEFINE.
Adapun langkah untuk verifikasi kasus tersebut dapat dilakukan dengancara sebagai
berikut:

1. Pilih Utilities Verify dari menu DEFINE. Prosedur verifikasi dijalankan


oleh program SLOPE/W dan akan muncul kotak dialog sebagai berikut:
Jika terdapat kesalahan pada data yang kita buat maka akan muncul pesan
yang menyatakan kesalahan tersebut pada kotak dialog diatas. Jumlah
kesalahan yang ditemukan akan ditampilkan pada bagian akhir dari pesan
diatas. Misalkan titik akhir dari Piezometric Line 1 tidak tepat berada
sisi geometri maka kotak dialog Verify Data akan terlihat seperti berikut
ini:

2. Jika kita telah selesai melihat pesan pada kotak dialog tersebut, pilih
Done

3.9 Menampilkan Parameter Tanah


Untuk memeriksa data lapisan tanah yang telah dibuat, kita dapat
menggunakan perintah View Soil Properties. Seluruh data yang ditampilkan dapat
kita cetak atau kopi ke dalam Windows clipboard untuk dimasukan dalam program
aplikasi lainnya. Kita juga dapat mencetak properti tanah langsung pada gambar
yang kita buat. Adapun untuk menampilkan parameter tanah dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pilih View Soil Properties dari menu DEFINE. Kursor akan berubah
menjadi silang dan akan terlihat tulisan <View Soil Properties > pada
bagian bar DEFINE. Hal ini menunjukan bahwa kita sedang berada pada
mode tersebut. Kotak dialog berikut akan muncul.

2. Pindahkan kursor ke (5,11)(atau kebagian manapun di dalam lapisan


tanah 1 atau bagian atas dari Soil Line 1) dan klik kiri pada mouse.
Lapisan tanah akan diarsir. Parameter tanah akan ditampilkan pada kotak
dialog. Diagram free body memperlihatkan gaya-gaya berdasarkan
metoda yang dipilih untuk kondisi permukaan bidang runtuh minimum.
8esarnya tiap vektor gaya tersebut dapat dilihat disebelah panah (panjang
vektor tidak dalam skala), serta arah panah menunjukkan arah dari vektor.
Poligon gaya memperlihatkan penjumlahan dari gaya-gaya yang bekerja
pada irisan.
3. Pilih Copy jika kita ingin mengkopi diagram tersebut ke dalam
Windows Clipboard untuk digunakan pada program aplikasi lainnya.
4. Pilih Print jika kita ingin mencetak diagram tersebut.
5. Ulangi langkah 2 sampai 4 untuk melihat gaya-gaya pada irisan
lainnya.
6. Klik kanan pada mouse untuk mengakhiri menampilkan gaya pada
irisan.
3.10 Menampilkan Kontur Keamanan

Besarnya angka keamanan minimum dari tiap titik tangkap dapat


digambarkan dalam bentuk kontur. Untuk itu dapat dilakukan dengan tahap sebagai
berikut :
1. Pilih Draw Contours dari menu CONTOUR. Kotak dialog berikut akan
muncul.

Pada kotak data diatas terlihat angka minimum dan maximum dari metode
analisis yang dipilih.
2. Tuliskan 0.01 pada kotak Increment By.
3. Tuliskan 7 pada kotak Number of Contours.
4. Pilih Generate.
CONTOUR merubah angka pada kotak Contour Value sesuai dengan data
yang dimasukkan pada langkah 2 sampai 4. Ulangi langkah 2 sampai4 jika
kita ingin melakukan perubahan terhadap nilai kontur.
5. Pilih OK.
Angka keamanan akan muncul dalam bentuk kontur seperti yang terlihat berikut
ini.

3.11 Menampilkan Nilai Kontur


Untuk menampilkan nilai kontur pada gambar dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
1. Pilih Draw Contour Values dari menu CONTOUR.
Kursor akan berubah menjadi silang dan akan terlihat tulisan <Draw
Contour Values> pada bagian bar CONTOUR. Hal ini menunjukkan
bahwa kita sedang berada pada mode tersebut.
2. Pindahkan kursor ke salah satu kontur dan klik kiri pada mouse.
Angka kontur akan muncul pada gambar. Jika kita ingin menghapus angka
tersebut, kita tinggal mengklik ulang pada angka dan angka tersebut akan
menghilang. Klik lagi dan angka akan muncul kembali.
3. Ulangi langkah 2 sebanyak yang diinginkan.
4. Klik kanan pada mouse untuk mengakhiri prosedur diatas.
Setelah menyelesaikan langkah-langkah diatas, maka pada layer akan terlihat
tampilan sebagai berikut :
3.12 Mencetak Gambar
Untuk mencetak gambar dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

• Double klik kiri pada ikon Print, , dengan mouse.


Gambar akan dicetak sesuai dengan default printer. Untuk mencetak
gambar dengan ukuran yang berbeda, pilih File Print. Pilih View
Zoom atau dengan ukuran yang berbeda sebelum dicetak.

Pilih File Printer Set Up jika kita ingin mengubah pengaturan pada
defaultprinter. Run Control Panel jika kita ingin mencetak dengan
printer yang lain
BAGIAN VI
SURFACE BLASTING

a) Tujuan
1. Memperkenalkan alat bantu peledakan baik perlengkapan maupun fungsidari
masing-masing alat tersebut.
2. Mengenal jenis-jenis peralatan peledakan yang umum digunakan dalamkegiatan
peledakan.
3. Mengenal dan memahami Kepmen 555.K/26/M.PE/1995 tentang peledakan.

b) Perlengkapan Peledakan
Perlengkapan peledakan merupakan salah satu alat yang digunakan untuk
menunjang kegiatan peledakan dan hanya bisa dipakai dalam satu kali kegiatan
peledakan. Setiap bagian dari perlengkapan peledakan ini mempunyai fungsi
tersendiri. Secara umum jenis-jenis perlengkapan beserta fungsinya adalah sebagai
berikut :
1. Penghantar nyala/panas atau arus listrik (sumbu bakar, kabel listrik)
2. Penggalak awal (detonator, sumbu ledak)
3. Penggalak utama (primer/booster)
Beberapa bagian dari perlengkapan peledakan tersebut akan dijelaskan
berikut ini :

A. Penghantar nyala/panas atau arus listrik (sumbu bakar, kabel listrik)

1. Sumbu Bakar
Sumbu bakar adalah sumbu yang berfungsi untuk menghantarkan nyala/panas
ke dalam detonator biasa. Sumbu bakar ini berisi bahan peledak berkekuatan
lemah, seperti black powder, yang dibungkus dengan bahan tekstil dan
kemudian dilapisi dengan bahan kedap air, seperti bitumen. Adapun syarat-
syarat dari sumbu bakar adalah :
a. Cukup kuat terhadap pengaruh gesekan.
b. Kedap terhadap air dan minyak.

131
c. Bila terdapat pengaruh tekanan dari luar, misalnya pengaruh steaming yang terlalu
padat, maka penurunan kecepatan rambat api di dalam sumbu tidak lebih dari 10%.
d. Variasi cepat rambatnya 85 – 160 detik/meter.
2. Kabel Listrik
Kabel listrik adalah kabel-kabel listrik yang ada di permukaan tanah yang
berfungsi untuk mendistribusikan arus listrik dari sumber arus ke setiap ujung
legwire. Kabel-kabel listrik ini dibagi dua jenis sesuai dengan fungsinya, yaitu
kabel utama dan kabel pembantu.
3. Kabel Utama (Lead Wire)
Berfungsi untuk menghubungkan kedua ujung rangkaian peledak ke sumbu
arus (exploder). Dengan memakai kabel ini dibutuhkan jarak yang cukup aman
dari pemegang exploder ke daerah peledakan.
Kabel utama yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Isolasi/pembungkus harus kedap air, dan cukup kuat terhadap pengaruh
gesekan/goresan.
b. Cukup kuat terhadap renggangan (Tensile Strength) dan tidak kaku.
c. Tahanan listrik tidak lebih dari 1,8 ohm per 100 meter.
B. Kabel Penyambung (Connecting Wire)
Merupakan kabel tambahan dari kabel utama yang berfungsi untuk :
1. Menghubungkan antar dua legwire dalam rangkaian seri.
2. Menyambung legwire yang terlalu pendek.
Kabel penyambung yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan
seperti di bawah ini, yaitu :
1. Isolasi/pembungkus tidak mudah terluka akibat goresan atau tahan gesekan.
2. Tahanan listrik tidak lebih dari 6,5 ohm per 100 meter.
C. Penggalak Awal
Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk
letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap
bahan peledak peka detonator atau primer. Dalam bidang teknik peledakan ada
beberapa jenis detonator, berdasarkan cara penyalaan dan kegunaannya, antara lain:

132
1. Detonator biasa (plain detonator)

Gambar 6.1
Detonator Biasa
2. Detonator Listrik

plastik selubung plastik selubung


kabel kabel

penyumbat
penyumbat

fusehead : fusehead
- kawat halus yang elemen waktu
memijar tunda
- ramuan pembakar
tabung silinder tabung silinder
isian utama isian utama

isian dasar isian dasar

Gambar 6.2
Instantaneous dan Delay Detonator

133
3. Detonator Non Electric (Nonel)

Gambar 6.3
Nonel
4. Detonator Elektronik

Gambar 6.4
Electronic Detonator

D. Sumbu Ledak (Detonating Cord)


Sumbu ledak adalah sejenis sumbu yang berfungsi untuk meledakan bahan
peledak lain atau menghantarkan gelombang ledak (gelombang detonasi).Sumbu
ledak berisi bahan peledak yang sangat kuat dan peka, seperti PETN dan
menghasilkan gelombang ledak dengan kecepatan 6.700 m/detik.
Karena itu sumbu ledak harus diperlakukan seperti bahan peledak, baik

134
dalam penyimpanannya maupun dalam pengangkutannya. Pembungkus sumbu
ledak dibuat kedap air dan minyak, untuk itu hindari sumbu ledak agar tidak bocor
dan terluka. Sumbu ledak dipakai untuk daerah-daerah peledakan yang pengaruh
listrik luarnya cukup kuat sehingga pemakaian detonator listrik tidak dapat
dilakukan. Sumbu ledak ini diledakkan dengan detonator listrik atau detonator biasa.
E. Penggalak Utama (primer/booster)
Primer berfungsi untuk menghentakkan (shock) ANFO atau blasting agent
lainnya, sedangkan primer itu sendiri dihentakkan oleh detonator atau sumbu ledak.
Primer ada yang sudah dibuat langsung di pabrik, tetapi dapat juga dibuat sendiri
dari dinamit. Ukuran atau berat dinamit yang diperlukan, disesuaikan dengan
diameter dan dalamnya lubang ledak. Untuk diameter lubang ledak yang kecil (Ø 3
cm), primer dapat dibuat dari 1/3 atau ½ dodol dinamit, dengan berat satu dodol 200
gram, sedangkan untuk ukuran yang besar (Ø 10 cm), primer dapat dibuat dari tiga
(3) atau enam (6) dodol yang disatukan. Dalam hal ini detonator atau sumbu ledak
hanya dimasukkan ke salah satu dari dodol dinamit.

Gambar 6.5 Booster

Peralatan Peledakan
Peralatan peledakan adalah suatu alat pendukung kegiatan peledakan yang bisa
dipakai beberapa kali dalam suatu kegiatan peledakan peralatan peledakan
diantaranya adalah :
1. Blasting Machine
2. Shotgun
3. Bench Box
4. Base Station

135
Alat pemicu pada peledakan listrik dinamakan blasting machine (BM) atau
exploder merupakan sumber energi penghantar arus listrik menuju detonator. Cara
kerja BM pada umumnya didasarkan atas penyimpanan atau pengumpulanarus pada
sejenis kapasitor dan arus tersebut dilepaskan seketika pada saat yang dikehendaki.
Pengumpulan arus listrik dapat dihasilkan melalui:
1. Gerakan mekanis untuk tipe generator, yaitu dengan cara memutar engkol
(handle) yang telah disediakan. Putaran engkol dihentikan setelah lampu
indikator menyala yang menandakan arus sudah maksimum dan siap
dilepaskan. Saat ini tipe generator sudah jarang digunakan.
2. Melalui baterai untuk tipe kapasitor, yaitu dengan cara mengontakkan kunci
kearah starter dan setelah lampu indikator menyala yang menandakan arus
sudah terkumpul maksimum dan siap dilepaskan.
Arus yang dilepaskan harus dapat mengatasi tahanan listrik di dalam rangkaian
peledakan. Untuk itu perlu diketahui benar kapasitas BM yang akan digunakan
jangan sampai kapasitasnya lebih kecil dibanding tahanan listrik seluruhnya.
Tahanan rangkaian listrik harus diukur atau dihitung terlebih dahulu dan harus
dijaga jangan sampai terdapat kebocoran arus karena terdapat kawat terbuka yang
berhubungan dengan tanah, air atau bahan lain yang bersifat konduktor. Pabrik
pembuat BM, misalnya buatan Nissan, biasanya mencantumkan jumlah detonator
maksimum yang mampu diledakkan oleh BM tersebut, misalnya T50, T100, T200,
T300, dan T500. Angka menunjukkan jumlah detonator yang mampu diledakkan
oleh BM tersebut.

136
a. BEETHOVEN MK II A b. NISSAN F-3

c. REO BM175-10ST

Gambar 6.6
Beberapa jenis dan tipe pemicu ledak listrik dan keterangannya

Prosedur penggunaan alat pemicu ledak listrik (BM) untuk seluruh tipe
Yaitu : :

1. Informasi dahulu tentang pelaksanaan peledakan ke sekitar lokasi peledakan


melalui corong mikropon atau handy- talky (HT) dan yakinkan bahwa situasi
benar-benar aman.

137
2. Hubungkan dua kawat utama atau lead wire dari rangkaian peledakan masing-
masing ke kutub listrik yang ada pada alat pemicu ledak.
3. Ikat kuat kawat pada masing-masing kutub dengan memutar sekrupnya.
4. Isilah kapasitor sesuai prosedur yang disarankan oleh pabrik pembuat alat
pemicu ledak. Misalnya, bila menggunakan tipe generator putarlah engkol
sampai kapasitor terisi penuh dan bila menggunakan tipe baterai putarlah kunci
kontak kearah kanan dan tahan beberapa saat sampai kapasitor penuh. Lampu
indikator akan menyala bila kapasitor penuh.
5. Bila menggunakan tipe generator, tekanlah tombol yang tersedia, maka arus
akan dilepaskan dan rangkaian peledakan akan meledak; dan bila
menggunakan tipe baterai putar kunci ke arah kiri sampai titik yang ditentukan,
maka arus akan dilepaskan dan rangkaian peledakan akan meledak.
Alat pemicu nonel (starter non-electric) dinamakan shot gun atau shot firer
atau nonel starter. Seperti diketahui bahwa sumbu nonel mengandung bahan reaktif
(HMX) yang akan aktif atau terinisiasi oleh gelombang kejut akibat impact.Alat
pemicu nonel dilengkapi dengan peluru yang disebut shot shell primer dengan
ukuran tertentu (untuk buatan ICI Explosives berukuran No. 209). Shot shell primer
diaktifkan oleh pemicu, yaitu pegas bertekanan tinggi yang yang terdapat di dalam
alat pemicu nonel. Beberapa tipe alat pemicu nonel terlihat pada Gambar 2.3 dan 2.4
masing-masing buatan ICI Explosives dan Nitro Nobel.Pada Gambar 2.3 terlihat
bahwa alat pemicunya menggunakan striker yangdisisipkan di bagian atas barrel,
kemudian transmisi impact melalui shot shell primer ke sumbu nonel menggunakan
hentakkan kaki. Sedangkan alat pemicu nonel digenggam dan untuk melepas pegas
di dalam alat pemicu agar shot shell primer mentransmisikan impact ke sumbu nonel
dengan cara dipukul.
Prosedur penggunaan alat pemicu ledak nonel untuk seluruh tipe seperti pada
Gambar 6.3 dan 6.4 adalah sebagai berikut:
1. Informasi dahulu tentang pelaksanaan peledakan ke sekitar lokasi peledakan
melalui corong mikropon atau handy- talky (HT) dan yakinkan bahwa situasi
benar-benar aman.
2. Sisipkan lead-in line atau extendaline atau “sumbu nonel utama” ke dalam

138
lubang yang tersedia pada alat pemicu ledak nonel.
3. Masukkan shot shell primer ke dalam lubang yang tersedia, kemudian tutup
oleh striker dan siap diledakkan.

Strik

Barre

a. Menyisipkan shot b. Menghentakkan


shell kaki
Gambar 6.7
Alat pemicu nonel buatan ICI Explosives

Gambar 6.8
Alat pemicu nonel buatan Nitro Nobel

Foto 6.9
Alat pemicu nonel Shot Fire

139
Gambar 6.10
Bench box Tampak Atas

Bench box adalah alat yang berfungsi untuk pengetesan rangkaian detonator
keseluruhan. Dapat menginisiasi peledakan ketika dihubungkan dengan konektor
block dan red smart key (Metode Local Blast). Terhubung tanpakabel dengan base
station ketika dilakukan peledakan tanpa kabel (metoderemote firing). Bench box
ini memiliki batasan tertentu seperti hanya dapat digunakan dengan maksimum
pemakaian 3048 detonator dengan 12 jaringan tergantung pada panjang downline
yang digunakan.

Gambar 6.11
Base Station

140
Base station adalah alat yang digunakan untuk menginisiasi peledakan jika
dihubungkan dengan bench box dengan metode “remote firing” , bench box juga
dapat diinisiasi oleh base station dengan metode :
1. Copper wire link.
2. Radio frequency wireless link.
Base station dapat menginisiasi 4 Bench Box secara Bersamaan dan
base station ini mempunyai keterbatasan yaitu :
1. Penggunaan maksimum 3500 m (tanpa terhalang) dengan Remote
Firinglink
2. Penggunaan maximum 2000 m dengan kabel link untuk 0.63mm atau 0.86
mm copper cable
a. Persiapan Peledakan
Persiapan peledakan adalah semua kegiatan, baik teknis maupun tindakan
pengamanan yang ditujukan untuk dapat melaksanakan peledakan dengan aman
dan berhasil. Persiapan peledakan dapat dibagi atas beberapa bagian atau tahapan
kerja diantaranya :
1. Kegiatan Perencanaan Peledakan
Kegiatan perencanaan peledakan merupakan tahap awal dari suatu kegiatan
peledakan yang biasanya meliputi kegiatan penentuan schedule daily blasting,
blast and drill pattern / blasting design, jumlah lubang dan kedalaman lubang
ledak, arah lemparan batuan (freeface) serta segala aspek teknis yang akan
menunjang keberhasilan kegiatan peledakan di perhitungan dengan sebaik
mungkin. Pada kegiatan perencanaan peledakan juga ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu :
a. Kepekaan Lokasi
Kondisi lokasi di sekitar lokasi peledakan dalam hal prakiraan getaran dan
tingkat getaran yang diperbolehkan pada struktur terdekat.
b. Fragmentasi yang diperlukan
c. Perpindahan tumpukan material hasil ledakan (muckpile)
Arah perpindahan tergantung pada jalur daya tahan paling kecil yang dapat
ditelusuri energi bahan peledak, dimana rancangan peledakan yang tepat

141
(stemming yang baik, distribusi energi yang tepat, toe yang kecil, dll);urutan
delay dapat mengendalikan arah dan tingkat perpindahan material hasil
ledakan.
d. Pengendalian dinding
Interval delay yang terlalu singkat antara lubang dalam satu baris dan antar
baris dapat menyebabkan overbreak yang berlebihan.
e. Geologi
Batuan berlapis-lapis dengan kohesi terbatas dapat bergeser sehingga
menyebabkan patahnya bahan peledak. Sedangkan batuan besar yang
banyak retakannya dapat mengalirkan gas bahan peledak ke semua arah
sehingga meningkatkan potensi terjadinya cutoff. Batuan yang lunak
memerlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan perpindahan sehingga
diperlukan waktu yang lebih lama antara baris-baris untuk mengendalikan
pecah yang berlebihan.
f. Kondisi air
Batuan jenuh (lubang peledakan yang terisi air) dapat meneruskan tekanan
air dari titik peledakan ke daerah-daerah di sekitarnya (water hammer).
Tekanan ini dapat menyebabkan decoupling isi bahan peledak atau
meningkatkan densitasnya sampai ke titik yang tidak memungkinkan
peledakan (deadpressed)
g. Bahan peledak yang digunakan
Produk bahan peledak dengan densitas yang lebih besar (> 1,25 g/cc) yang
menggunakan udara tersirkulasi untuk mengatur kepekaan, mudah terkena
dead pressing dari peledakan lubang peledakan yang berdekatan.
h. Sederhana
Rancangan yang rumit akan memerlukan waktu tambahan untuk
menghubungkan dan mengevaluasi rangkaian (dengan memeriksa
penyambungan pada konfigurasi delay)
i. Biaya
Dengan meningkatnya tingkat kerumitan rancangan, biaya biasanya akan
meningkat. Biaya ini harus dipertimbangkan berdasarkan biaya modifikasi
rancangan lain agar diperoleh efisiensi biaya.

142
2. Kegiatan Pemboran Lubang Ledak
Kegiatan pemboran tersebut dilakukan setelah tim surveyor menentukan titik
lubang ledak. Kegiatan pemboran harus sesuai dengan titik yang sudah ditentukan
oleh tim surveyor dimana pengerjaannya lubang ledak tersebut harus ditempatkan
secara sistematis sehingga membentuk suatu pola selain itu geometri lubang ledak
perlu diperhatikan karena hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan hasil blasting
recovery yang tinggi. Setelah kegiatan pemboran selesai maka crew pemboran harus
melaporkan kondisi batuan serta kondisi lubang ledak baik basah maupun kering
kepada crew peledakan.
1. Persiapan Peledakan
Persiapan peledakan tersebut dilakukan setelah crew peledakan mendapatkan
drilling report dari crew pemboran mengenai kondisi batuan serta kondisi lubang
ledak, pada tahapan ini crew bor melakukan beberapa tahapan kegiatan yaitu :
a. Mengurus ijin order aksesoris peledakan (sesuai dengan Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang
Pengawasan, Pengendalian Dan Pengamanan Bahan Peledak Komersil Pasal 72).
b. Menghitung kebutuhan handak, order serta pengambilan handak (termasuk
kegiatan mixing AN+FO).
c. Melakukan pengecheckkan kembali kelengkapan peralatan dan perlengkapan
peledakan.
d. Melakukan mobilisasi ke gudang handak.
e. Pelaksanaan di Lapangan
1) Pembuatan primer; yang berfungsi untuk menghentakkan (shock) isian utama
atau blasting agent, sedangkan primer itu sendiri dihentakkan dengan detonator.
2) Pengisian Lubang Ledak
a) Periksa lebih dahulu keadaan lubang. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
pantulan sinar dari sepotong cermin atau tongkat kayu yang cukup panjang.
b) Waktu pengisian ke dalam lubang ledak harus hati-hati sehinggadetonator atau
leg wire tidak terluka.
c) Hindari pemakaian leg wire yang terlalu pendek, namun kalau terpaksa
sambungan-sambungan harus di solasi dengan baik.
d) Jangan memadatkan primer (tapping)

143
e) Diameter primer harus lebih kecil dari diameter lubang ledak. Bila waktu
memasukkan primer agak susah turunnya ke dalam lubang maka dapat dibantu
atau didorong dengan tongkat kayu secara perlahan-lahan.
f) Setelah primer telah sampai benar-benar di dasar lubang maka bahan peledak
dapat dimasukkan. Bila memakai bahan peledak ANFO maka dilarang
memadatkannya sehingga berat jenisnya bertambah.
g) Pengisian bahan peledak, paling banyak dua per tiga dari tinggi lubang ledak.

3) Stemming; syarat pengisian stemming adalah sebagai berikut:


a) Bahan stemming adalah tanah liat atau cutting pemboran.
b) Stemming harus dibuat cukup padat, untuk itu perlu dipadatkan (di-tapping)
dengan tongkat kayu.
c) Stemming diusahakan bisa memperkecil suara peledakan.

4)Tie Up
Tie Up adalah proses perangkaian lubang ledak yang akan diledakan, berikut
adalah cara tie up :
a) Pembagian nonel surface delay hanya boleh dilakukan setelah LokasiPeledakan
minimal 75 % telah diisi bahan peledak dan di stemming.
b) Lakukan proses perangkaian (penyambungan), dengan dimulai dari lubang ledak
terakhir dari baris (row) terakhir menuju control row dengan menggunakan
isolasi.
c) Pastikan posisi nonel surface delay menghadap ke atas, sehingga memudahkan
pada saat melakukan Final Check (pengecekan terakhir).
d) Proses perangkaian control row dilakukan terakhir setelah rangkaian lubang pada
row tersebut selesai dirangkai.
e) Pastikan nonel surface delay yang menghubungkan antar lubang ledak tidak
terlalu kencang, ujung nonel surface delay (ujung klip tempat detonator) diikat
rapi.
f) Pastikan perangkaian lubang ledak sesuai dengan gambar rencana rangkaian yang
sudah disepakati, laporkan kepada supervisor peledakan bila terjadi perubahan.

144
g) Pengamanan lapangan kerja selama pelaksanaan persiapan peledakan ini
dimaksudkan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan atau terjadinya
kerusakan pada alat-alat tambang maupun keamanan pekerja tambang.
3. Setelah semuanya aman maka selanjutnya siap diledakkan dengan
blasting machine.

Gambar 6.12
Diagram Alir Kegiatan Peledakan
POLA DAN ARAH PEMBORAN SURFACE BLASTING

1. Tujuan
1. Menjelaskan tentang jenis-jenis pola pemboran lubang ledak di surface
blasting.
2. Menjelaskan tentang arah pemboran lubang ledak di surface blasting.
3. Menjelaskan tentang pola peledakan di surface blasting.
2. Pola Pemboran (Drill Paterns)
Pola pemboran dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Pola Bujur Sangkar
Pola pemboran bujur sangkar adalah pola pemboran dengan penempatan
lubang-lubang bor antara baris satu dengan baris berikutnya sejajar dan
membentuk segi empat. Pola pemboran bujur sangkar terbagi menjadi dua
jenis berdasarkan kedudukan jarak spacing dan burden-nya, yakni :
a. Pola bujur sangkar square, bilamana kedudukan lubang bor satu dan yang
memiliki jarak spacing dan burden yang sama.
b. Pola bujur sangkar rectangular, Bilamana jarak burden dan spacing tidak
sama.

Gambar 6.13
Pola Pemboran Square dan Rectangular
2. Pola Stanggered (Zig-Zag)
Pola pemboran stanggered merupakan pola pemboran dimana setiap lubang
ditempatkan diantara dua lubang pada row sebelumnya. Pola stanggered merupakan
pola yang sangat baik dalam hal distribusi bahan peledak. Pola pemboran stanggered
terbagi menjadi dua jenis berdasarkan kedudukan kedudukan jarak spacing dan
burden-nya, yakni :
a. Pola stanggered square, bilamana kedudukan lubang bor satu dan yang memiliki
jarak spacing dan burden yang sama.
b. Pola stanggered rectangular, bilamana jarak burden dan spacing tidak sama.

Gambar 6.14
Pola Pemboran Stanggered Square dan Rectangular

3. Arah Pemboran
Ada dua cara dalam membuat lubang bor, yaitu membor dengan lubang
miring atau lubang tegak (Gambar 2.13).

Gambar 6.15
Pemboran Tegak (a) dan Miring (b)
1. Pemboran Tegak
Suatu jenjang apabila diledakkan dengan menggunakan lubang bor tegak maka
bagian lantai jenjang akan menerima gelombang tekan terbesar. Gelombang tekan
tersebut selanjutnya akan dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi akan
diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang.
Keuntungan :
a. Pada ketinggian jenjang yang sama dengan lubang bor miring mempunyai
kedalaman lubang yang lebih pendek.
b. Waktu pemboran lebih cepat.
c. Lebih mudah mengarahkan alat bor.
Kerugian :
a. Kemungkinan terjadinya bongkahan-bongkahan besar lebih banyak.
b. Gelombang tekan dipantulkan lebih kecil.
c. Kemungkinan terjadi tonjolan batuan (toe) di permukaan dinding jenjang
lebih besar.

Gambar 6.16
Ilustrasi Keuntungan Lubang Bor Miring

2. Pemboran Miring
Pada arah lubang bor miring, bidang bebas akan menerima gelombang ledak
yang dipantulkan dari lantai dasar jenjang yang lebih besar, sedangkan gelombang
tekan yang diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang lebih kecil.
Keuntungan :
a. Fragmentasi seragam dan tumpukan hasil peledakan lebih baik, karena dapat
mengurangi terjadinya bongkahan-bongkahan besar.
b. Mengurangi terjadinya tonjolan pada jenjang (toe).
c. Mengurangi terjadinya back break, permukaan jenjang lebih rata dan stabil,
sehingga memperkecil terjadinya longsor yang akan mengganggu kegiatan
penambangan.
d. Memperkecil subdrilling sehingga dapat mengurangi terjadinya crater
(cekungan) akibat pemecahan batuan berlebih di lantai jenjangKerugian
:
a. Pada ketinggian jenjang yang sama dengan lubang bor tegak mempunyai
kedalaman lubang bor lebih panjang.
b. Waktu pemboran lebih lama.
c. Kemungkinan pelemparan batuan hasil peledakan lebih besar serta lebih banyak
gelombang tekan yang digunakan untuk membongkar batuan.
d. Pada pemboran miring, daya ledak hampir seluruhnya dapat sepenuhnya
tersalurkan, tetapi dalam pengerjaannya terdapat beberapa kesulitan dalam
pembuatan lubang miring, yaitu Kesulitan dalam pengisian bahan peledak,
Masalah dengan struktur geologi seperti bidang perlapisan dan kekar, Dibutuhkan
juru bor yang berpengalaman, Sulit melakukanpemboran secara akurat, terutama
pada pemboran yang lebih dalam karena dapat terjadi penyimpangan (deviasi)
apalagi jika dilakukan dengan pemboran miring

Gambar 6.17
Drillhole Straightness (Kelurusan Lubang Bor)
GEOMETRI PELEDAKAN SURFACE BLASTING

a) Tujuan
Tujuan dari materi ini adalah agar praktikan mengetahui geometri peledakan pada
surface blasting dan cara menentukan geometri peledakan berdasarkan perhitungan.

b) Geometri Peledakan
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam mendesain geometri peledakanantara
lain :
1. Diameter lubang bor
2. Ketinggian jenjang (bench hight)
3. Burden dan spasing
4. Struktur batuan
5. Fragmentasi
6. Arah lemparan
7. Kestabilan jenjang
8. Perlindungan terhadap lingkungan sekitar
9. Jenis bahan peledak yang akan digunakan, termasuk energinya

Gambar 6.18
Geometri Peledakan Sistem Jenjang

150
c) Diameter Lubang Bor
Pemilihan diameter lubang bor tergantung pada tingkat produksi yang diinginkan.
Dengan lubang bor yang lebih besar, lebih besar pula tingkat produksi yang
dihasilkan. Untuk kontrol desain dengan hasil fragmentasi yang bagus, menurut
pengalaman, diameter lubang bor harus berkisar antar 0,5 – 10 dari tinggi jenjang.
D = 5 – 10 K

Dimana :
d = diameter lubang bor (mm)
K = tinggi jenjang (m)
Pemakaian lubang bor kecil pada kondisi batuan yang sangat ber-joint akan
menghasilkan fragmentasi yang baik dari pada lubang bor yang besar. Pada
permukaan tiap-tiap joint terdapat reflaksi gelombang ledak yang dihasilkan oleh
proses peledakan, karena bisa berfungsi sebagai free face (Gambar 1.17).

Gambar 6.19
Efek Joint pada Fragmentasi bila Menggunakan Diameter Lubang Bor
Besar dan Kecil (atas – bawah). Daerah yang diarsir menunjukan
fragmentasi kurang (insufficient fragmentation)

d) Ketinggian Jenjang (L) dan Kedalaman Lubang Bor (H)


Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang
bor dan alat muat yang tersedia. Ketinggian jenjang disesuaikan dengan
kemampuan alat bor dan diameter lubang. Lebih tepatnya, jenjang yang rendah
dipakai diameter lubang kecil, sedangkan diameter bor besar untuk jenjang yang
tinggi (Gambar 6.3) memberikan ilustrasi tentang beberapa faktor dalam

151
penentuan tinggi jenjang sehubungan dengan diameter lubang bor.

32
Tinggi Jenjang, m

28
TIDAK DISARANKAN
24

20
DOMAIN YANG DISARANKAN
16

12

TIDAK DISARANKAN

25 38 51 64 76 89 102 115 127 140 152 165 178

Gambar 6.20
Hubungan Diameter Lubang Bor dengan Ketinggian Jenjang
Secara praktis hubungan diantara lubang bor dengan ketinggian jenjang
dapat diformulasikan sbb :

K = 0.1 – 0.2 de

Dimana : K = Tinggi Jenjang (m)


de = Diameter Lubang Bor (mm)

e) Burden, Spacing, Subdrilling dan Stemming

1. Burden (B)
Burden dapat didefinisikan sebagai jarak dari lubang bor ke bidang bebas (free
face) yang terdekat pada saat terjadi peledakan. Peledakan dengan jumlah baris
(row) yang banyak, true burden tergantung penggunaan bentuk pola peledakan yang
digunakan. Bila peledakan digunakan delay detonator dari tiap- tiap baris delay yang
berdekatan akan menghasilkan free face yang baru.
Burden merupakan variabel yang sangat penting dan dalam mendesain

152
peledakan. Dengan jenis bahan peledak yang dipakai dan batuan yang dihadapi,
terdapat jarak maksimum burden agar peledakan sukses (Gambar2.19)memberikan
ilustrasi efek variasi jarak dengan jumlah bahan peledak formasi yang sama.

(a). B = 15’ (b). B = 12’ (c). B = 9’ (d). B = 8’ (e). B = 3’

Completetely Start of surface Surface and Full Crater, burden Full Crater, lower
contained, only faillure. Burden subsurface faillure com-pletely broken vo-lume than
failure is pulveri- not broken. Some almost meet. There out. Surface and optimum fine
sation near the doming of the will be a shell of subsurface faillures fragmentation.
charge and radial surface. unbroken rock run through to the Noise, flyrock,
tensile failure between the two. surface. bowl shaped
running out from it. Domming or crater.
surface buiging.

Gambar 6.21
Schematic Efek Jarak Burden

Jarak burden juga sangat erat hubungannya dengan besar kecilnya diameter
lubang bor yang digunakan. Secara garis besar jarak burden optimum biasanya
terletak diantara 25 – 40 diameter lubang, atau

B = 25 – 40 de
Dimana : B = Burden (mm)
de = Diamater Lubang Bor (mm)
Bila karakteristik batuan dan bahan peledak diketahui, jarak burden dapat
dihitung menurut formula Konya sebagai berikut :

SGe
B = 3.15 de3
SGr
Dimana : B = Burden (ft)
Sge = Spesific Gravity Bahan Peledak
de = Diameter Bahan Peledak (in)
SGr = Spesific Gravity Batuan
Stiffness Ratio = Tinggi jenjang / Burden
153
Tabel 6.1
Penetuan Stiffness Ratio Menurut C.J Konya

Burden dihitung berdasarkan diameter lubang tembak dengan


mempertimbangkan konstanta KB yang bergantung pada jenis atau grup batuan dan
bahan peledak. Konstanta KB dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut
𝐾𝐵 = 𝐾𝐵 𝑆𝑡𝑑 × 𝐴𝐹1 × 𝐴𝐹2

dimana : KB = Konstanta Burden


KBstd= Konstanta yang tergantung jenis batuan dan bahan peledak.
Tabel 6.3
Burden Standar Menurut R.L Ash
Rock Group
Type of Explosive 3
Soft (<2t/m ) Medium (2-2,5 t/m3) Hard (>2,5t/m3)
Low density
(0,8-0,9 gr/cc) and 30 25 20
low strength
Medium density
(1,0-1,2 gr/cc) and 35 30 25
medium strength
High density
(1,3-1,6 gr/cc) and 40 35 30
high strength
sumber : Perencanaan-Geometri Peledakan Jenjang. pdf

154
Dimana :

EP = SGhandak x VoD2 (VoD dalam fps)

EPstd = 1,2 x 120002

Dimana :
SGr = Density batuan standar
Selanjutnya, Burden dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

dimana :
KB = Konstanta Burden
de = Diameter lubang bor (inch)
2. Spacing (S)
Spacing adalah jarak diantara lubang tembak dalam suatu row. Spacing
merupakan fungsi dari pada burden dan dihitung setelah burden ditetapkan terlebih
dahulu. Secara teoritis, optimum spacing (S) berkisar antar 1,1 – 1,4 burden (B)
atau :

S = 1,1 – 1,8 B

Jika spacing lebih kecil dari pada burden cenderung mengakibatkan steaming
ejection yang lebih dini. Akibatnya gas hasil ledakan dihamburkan ke atmosfer
dibarengi dengan noise dan air blast. Sebaliknya jika spacing terlalu besar diantara
lubang tembak fragmentasi yang dihasilkan tidak sempurna. Biasanya rata-rata S =
1,25 B.
Rumus perhitungan spasi menurut RL .Ash adalah :

155
dimana :

Ks = koefisien spasi

Ks std = koefisien spasi standar

Af 1 = Faktor pengali 1

Af 2 = Faktor pengali 2

Spasi berdasarkan persamaan C.J Konya ditentukan berdasarkan sistem


delay yang direncanakan yang kemungkinannya adalah :
a. Instataneous Single Row Blas Holes

dimana : L< 4B (L = Tinggi Jenjang)

𝑆 =2𝐵
dimana : L > 4B (L = Tinggi Jenjang)

b. SequancedSingle Row Blas Holes

dimana : L < 4B (L = Tinggi Jenjang)

𝑆 = 1,4 𝐵

dimana : L > 4B (L = Tinggi Jenjang)

3. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah tambahan kedalaman dari pada lubang bor dibawah rencana
lantai jenjang. Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolanpada lantai,
karena dibagian ini merupakan tempat yang paling sukar diledakkan. Dengan
demikian, gelombang ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar jenjang akan
bekerja secara maksimum.
Bila subdrilling berlebih akan menghasilkan excessive ground vibration. Bila
subdrilling tidak cukup dapat mengakibatkan problem tonjolan pada lantai. Secara
praktis subdrilling (J) dibuat antara 20 – 40% burden (B), atau

156
J = (0,2 – 0,4) X B
Rumus perhitungan subdriling menurut RL .Ash adalah :

Rumus perhitungan spasi menurut C.J. Konya


J = Kj x B

dimana : Kj = Sub-drilling ratio


0,2 – 0,4B = Burden
J = Stemming (T)

4. Stemming (S)
Stemming adalah tempat material penutup di dalam lubang bor diatas.
Kolom isian, bahan peledak. Stemming berfungsi untuk mengurung gas
ledakkan. Ukuran stemming (S) yang diperlukan tergantung jarak burden (B)
dan biasanya dibuat :
S = (0,7 – 1) X B
Rumus perhitungan stemming menurut RL .Ash adalah :

Perhitungan stemming menurut C.J Konya, dilakukan berdasarkan kondisibatuan


sebagai berikut :
a. Batuan masiv

𝑇 = 𝐵 (𝐵𝑎𝑡𝑢 𝑀𝑎𝑠𝑖𝑣)

b. Batuan berlapis

𝑇 = 0,7 𝐵 (𝐵𝑎𝑡𝑢 𝐵𝑒𝑟𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠


157
Kolom Isian Bahan Peledak (Explosive Column)
Agar sedapat mungkin seluruh energi bahan peledak, dalam suatu ledakan,
termanfaatkan untuk sejumlah massa batuan yang akan diledakan, maka distribusi
bahan peledak didalam lubang bor adalah satu-satunya faktor yang penting demi
suksesnya hasil peledakan. Bila Bulk explosive, misalnya ANFO atau bulk
emulsion, dimasukan ke dalam lubang bor seluruh cross-sectionlubang bor dapat
terisi penuh, keadaan demikian disebut fully “coupled”. Tapi bila bahan peledak
cartridge digunakan biasanya berdiameter lebih kecil dari pada lubang bor, untuk
kemudahan saat pengisian, keadaan demikian karena ada rongga/udara disebut
“decoupled” terhadap dinding lubang bor.

Gambar 6.22
Illustrasi Fully Coupled dan Decoupled
Tingkat decoupling dapat mempengaruhi daya kerja yang diperoleh didalam
kolom isian bahan peledak. Karena adanya decoupling borehole pressure akan
berkurang, sehingga hasil kerja tidak tersalurkan seluruhnya kepada sejumlah massa
batuan yang harus diledakan.

Menghitung Berat Bahan Peledak dalam Kolom Isian


Berat bahan peledak yang terdapat di dalam kolom isian pada tiap lubang bor
merupakan fungsi dari pada density, diameter dan kolom isian bahan peledak.
Berat bahan peledak tersebut (loading factor) dapat dihitung dengan cara :
Loading factor = Loading Density X Panjang Kolom Isian
W = 7,85 x de2 x ρ x PC

LD = 0.508 x de2 x ρ)

Dimana : W = Berat bahan peledak dalam kolom isian (kg) (Loading factor)
De = Diameter bahan peledak (inch)
ρ = Density bahan peledak (gr/cc)
PC = Panjang kolom isian (m)
LD = Loading density (kg/m)

158
Powder Factor (PF)
Powder Factor dalah hubungan matematis antara bahan peledak terhadap
jumlah batuan yang diledakan. Istilah powder factor disebut juga “spesific charge
weight”. Ada 4 cara dalam menyatakan powder factor :
1. Berat bahan peledak per volume batuan yang diledakkan (kg/m3 ).
2. Berat bahan peledak per berat batuan yang diledakkan (kg/ton).
3. Volume batuan per berat bahan peledak (m3/kg).
4. Berat batuan per berat bahan peledak (ton/kg).
Secara umum, powder factor dapat dihubungkan dengan unit hasil produksi
pada operasi peledakkan. Dengan powder factor dapat diketahui konsumsi bahan
peledak yang dipakai untuk menghasilkan sejumlah batuan. Dari pengalaman, harga
powder factor pada operasi penambangan, denganbatuan yang relatif solid, berkisar
antara 0,30-0,60 kg/m3.
1. Untuk menghitung dengan basis volume tiap lubang bor dihitung seperti
persamaan berikut :

V= (B x S x H)

Dimana : V = Volume (m3)


S = Spacing (m)
B = Burden (m)
H = Tinggi jenjang (m)
2. Untuk menghitung dengan basis berat (ton) tiap lubang bor dipakai persamaan
seperti berikut :

W=Vxρ

Dimana : W = berat batuan (ton)


ρ = Density batuan (ton/m3)

159
Decking (Deck Loading)
Decking adalah suatu cara membagi kolom isian bahan peledak menjadi 2
(dua) atau lebih. Dengan cara ini, diantara kolom isian bahan peledak diisidengan
material pengisi, steamming (misalnya drill cutting, crushed stone atau pasir). Cara
ini biasanya diterapkan pada daerah batuan yang berlapis – keras – lemah (soft seam)
atau terdapat rongga-rongga. Alasan lain dengan decking adalah untuk mengurangi
getaran (ground vibration) atau mengurangi berat bahan peledak tiap delay. Jarak
decking minimal 6 x diameter lubang.

Gambar 6.23
Typical Deck Loading

Prinsip Priming
Primer
Primer adalah bahan peledak yang menerima penggalak dari detonator atau
detonating cord. Hasil dari ledakkan tersebut kemudian disalurkan ke bahan
peledak yang mempunyai sensitivitas sama atau yang kurang sensitif. Primer
berbeda dengabooster dimana primer adalah bahan peledak yang dipasangi/berisi
dengan detonator atau detonating cord sedangkan booster tidak. Bahan peledak
ANFO adalah kurang sensitif terhadap detonator saja (No.6). Agar bisa meledak
diperlukan primer. Performa ANFO dapat dipengaruhi olehdiameter lubang, besar
butir, density, tingkat kepadatan dan moisture. Dengan diameter lubang yang lebih
besar VOD ANFO akan lebih besar pula.

160
.
Diameter dan Panjang Primer
Gambar 6.23 menunjukkan efek diameter primer terhadap kolom ANFO
yang berdiameter 3 in. Bila diameter primer sama dengan diameter kolom ANFO,
VOD ANFO sangat tinggi pada awal ledakkan, kemudian baru dicapai Vod stabil
(jauh dari primer). Sedangkan bila diameter primer lebih kecil dari pada diameter
ANFO, VOD ANFO pada awal ledakkan lebih rendah.
Primer harus cukup panjang untuk diperoleh rated VOD. Panjang primer
harus paling tidak sama dengan atau lebih besar dari pada diameternya. Lebih baik
panjangnya kurang lebih 2 x diameter untuk mendapatkan kepastian stable flat
pressure yang terbentuk pada primer.

Gambar 6.24
Efek Diameter Primer dengan VOD Awal dan Diameter Kolom ANFO

161
Posisi Primer
Gambar 6.8 dan Gambar 6.9 memberikan illustrasi dengan posisi top
priming dan bottom priming. Jadi secara singkatnya, prinsip priming memberikan
performan ANFO secara maksimum dan primer harus :
1. Mempunyai daya ledak lebih besar (> 80 kbar)
2. Mendekati diameter sama dengan diameter kolom ANFO
3. Cukup panjang untuk memperoleh rated VOD

Gambar 6.25
Efek Top Priming

Gambar 6.26
Efek Bottom Priming

Pertimbangan Geologis
Geologis/kondisi batuan merupakan faktor yang penting dalam mendesain
peledakan. Hal ini berpengaruh besar terhadap pemakaian bahan peledak dan
fragmentasinya. Gambar 6.10 terlihat tipe efek geologis pada hasil bongkaran.
Case 1 : Bongkaran secara menyeluruh akan diperoleh karena tidak ada pengaruh
hambatan.
Case 2 : Terdapat satu set fracture dan sedikit menyudut terhadap arah ledakkan.
Hasil bongkaran dipengaruhi oleh adanya fracture tersebut karena energi

162
gelombang ledak akan dipantulkan oleh adanya bidang- bidang bebas yang
terbentuk diantara fracture. Hasil bongkaran akan berkurang karenanya.
Case 3 : Kedudukan fracture tegak lurus dengan arah ledakkan dan hal ini mendapat
kesulitan dengan jarak spacing yang lebar. Bidang fracture mempantulkan
energi gelombang ledak dan mempersulit hasil bongkaran. Sehingga jarak
burden harus diperpendek (case 4).
Case 4 : Jika horison section menyusuri melalui lubang bor, peledakan ke arah kiri
dip akan sulit. Kesulitan lain juga akan timbulnya backbreak dan tonjokan
pada lantai jenjang.

Gambar 6.27
Illustrasi Pengaruh Struktur dan Hasil Bongkaran

163
Sehubungan dengan faktor geologi, pertimbangan lain adalah pengaruh
ketinggian jenjang, diameter lubang bor, proses penghancuran dan fragmentasinya.
Elemen-elemen penting dari faktor geologis adalah adanya bedding planes, joint,
dip dan rongga-rongga.
Pada formasi yang mempunyai dip seperti tergambar dalam gambar 6.11 (a),
pemboran lubang tembak, mungkin dibuat dengan beberapa baris, dibuat sedemikian
rupa untuk menghasilkan muka jenjang yang menyilang dengan arahdip. Dengan
cara ini kemudian terjadi back break lebih besar. Disamping itu batuan yang tidak
tersangga akan berjatuhan secara gravitasi. Gambar6.11(b) peledakkan dilakukan
berlawanan dengan dip, akan mengurangi terjadinya back break, tetapi akan lebih
mungkin timbul tonjokkan pada lantai jenjang dan dasar lantai tidak merata.

(a) (b)

Gambar 6.28
Pengaruh Dip Lapisan Terhadap Peledakan
Peledakan yang Berlawanan dengan Arah Dip akan Memperkecil
Backbreak akan tetapi akan Memperbesar High Toe pada Quarry
Floor

164
BAB VII
UNDERGROUND BLASTING

1. POLA PENGEBORAN

Tujuan
Tujuan penyampaian materi ini adalah untuk mengetahui macam-macam pola
pemboran yang digunakan pada underground blasting.
Perbedaan Antara Underground dan Surface Blasting
Perbedaan mendasar dari kegiatan peledakan antara tambang bawah tanah dan
tambang surface dapat dilihat dari faktor – faktor yang dijelaskan pada table dibawah
ini.
Tabel 7.1
Faktor Pembeda Underground Blasting Dan Surface Blasting
Faktor Tambang Bawah Tanah Tambang Terbuka
Terbatas, sesuai dimensi bukaan Lebih luas karena terdapat

Luas area yang luasnya dipengaruhi oleh dipermukaan bumi dan dapat
kestabilan bukaan tersebut. memilih area yang cocok
Terbatas, karena dibatasi oleh luas Lebih besar, bisa mencampai
permukaan bukaan, diameter mata ratusan ribu meterkubik per
Volume hasil bor dan kedalaman pengeboran, peledakan, sehingga dapat di-
peledakan
sehingga produksi kecil. rencanakan target yang
besar.
Tidak bermasalah karena
Suplai udara Tergantung pada jaminan sistem
dila-kukan pada udara
segar ventilasi yang baik.
terbuka
Kritis, diakibatkan oleh: ruang yang
Relatif lebih aman karenaseluruh
terbatas, guguran batu dari atap,
Keselamatan pekerjaan dilakukan pada area
kerja tempat untuk penyelamatan
terbuka.
diri terbatas.
Pola Pemboran
Untuk membuat lubang maju dalam tambang bawah tanah atau terowongan perlu
diciptakan suatu bidang bebas yang disebut dengan cut hole. Cut hole adalah suatu
lubang buka yang diciptakan pada suatu face yang tidak mempunyai free face berupa
lubang bor sedalam kemajuan yang diperoleh. Pola pemboran cut hole yang digunakan
dalam peledakan tambang bawah tanah :
1. Wedge Cut atau V – Cut, yaitu pembuatan lubang tembak yang membentuk sudut ±
600 terhadap bidang bebas (free face). Pola pemboran tersebut cocok untuk segala jenis
batuan akan tetapi kurang efektif untuk batuan yang keras.

Gambar 7.1
Penampang Atas Pemboran V – Cut

Gambar 9.2
Penampang Muka Pemboran V – Cut
2. Pyramid Cut atau Diamond Cut, yaitu pola pengeboran yang merupakan variasi dari
wedge cut dimana ujung dari lubang ledak mengarah pada titik pusat dari face yang
berbentuk pyramid. Pola peledakan pyramid cut sangat efektif untuk batuan kuat,
tetapi penggunaan bahan peledak lebih banyak dan mempunyai efek getaran yang
tinggi disertai oleh lemparan batu-batu kecil.

Gambar 7.3
Penampang Atas Pemboran Pyramid Cut

Gambar 7.4
Penampang Muka Pemboran Pyramid Cut

3. Fan Cut, yaitu pola pengeboran yang merupakan setengah dari wedge cut.
Pola ini sangat baik digunakan pada vein yang tipis.
Gambar 7. 5
Penampang Atas Pemboran Fan Cut

Gambar 7.6
Penampang Muka Pemboran Fan Cut

4. Burn Cut, yaitu pola peledakan dimana lubang ledak tegak lurus terhadap bidang
vertikal atau pada free face, selain itu lubang tertentu dikosongkan untuk
memperolehan bidang bebas yang kecil, sehingga proses pelepasan gelombang
kompresi menjadi lebih efektif. Pola pemboran burn cut cocok diterapkan pada batuan
yang keras.
Gambar 7.7
Penampang Pemboran Burn Cut
Geometri
Tujuan dari pembahasan materi ini adalah :
1. Untuk menentukan geometri peledakan Underground Blasting berdasarkan
perhitungan metoda swedish.
2. Untuk menentukan sistem rangkaian listrik yang digunakan pada
Underground Blasting.
3. Untuk menentukan fragmentasi bongkaran yang dihasilkan dari
Underground Blasting.

Geometri Peledakan Underground Blasting


Baik pada peledakan permukaan maupun peledakan bawah tanah (underground
blasting), geometri peledakan merupakan factor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan dari suatu kegiatan peledakan. Penentuan geometrid an desain tersebut
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan target produksi. Adapun faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam mendesain peledakan antara lain :
1. Diameter lubang bor
2. Burden dan Spasi
3. Tipe bahan peledak yang akan digunakan.
Perbedaan utama antara peledakan terowongan dan peledakan jenjang adalah pada
peledakan terowongan peledakan dilakukan dengan mengarah pada satu bidang bebas
(free face) yang dibuat (Empty Hole), sedangkan pada peledakan jenjang peledakan
dapat didesain menuju ke lebih dari satu bidang bebas.

170
Desain Guidelines
Dimensi yang digunakan dalam perencanaan peledakan terowongan dapat
diintruksikan secara geometris pada gambar 10.1 yang terdiri atas Floor holes, Wall
holes, Cut hole, Stoping hole dan Roof holes. Dalam mendesain suatu peledakan
(penentuan spasi dan burden), maka bagian-bagian tersebut diatas harus
diperhitungkan dengan baik yang mengacu pada banyaknya dan besarnya diameter
“Empty Hole” yang berfungsi sebagai free face.

Gambar 7.8
Bagian-bagian Abutment dalam Underground Blasting
Empty Hole
Empty hole merupakan lubang kosong ynga digunakan sebagai free face pada
peledakan bawah tanah. Pemilihan diameter empty hole tergantung pada tingkat
kemajuan terowongan yang dinginkan. Semakin besar kemajuan terowongan yang
dinginkan maka semakin besar diameter empty hole yang diperlukan. Hubungan antara
diameter empty hole dan kemajuan terowongan dapat dilihat pada Gambar 7.9

171
Gambar 7.9
Grafik Hubungan Kemajuan Tambang dengan Diameter Empty Hole

Atau jika mempergunakan beberapa empty hole diameter khayalnya dapat


dihitung dengan mempergunakan rumus :
D=d

Dimana : D = Besarnya diameter khayal empty hole


d = Diameter empty hole
n = Jumlah lubang
Dalam usaha menghitung burden dikotak pertama, jika menggunakan satu
empty hole maka diameter yang digunakan adalah diameter empty hole itusendiri,
tetapi jika menggunakan lebih dari satu empty hole maka yang digunakanadalah
diameter khayal.
Cut Hole
Keberhasilan dari satu kegiatan peledakan khususnya pada tambang bawah tanah
sangat dipengaruhi oleh pembuatan cut hole. Geometri cut hole perlu diperhitungkan
agar menghasilkan peledakan yang baik. Umumnya jarak antar lubang ledak dan
diameter empty hole pada cut hole <1,5 kali diameter empty hole. Hubungan antara
jarak lubang ledak dan diameter empty hole tersebut dapat terlihat pada Gambar 7.10.

172
Gambar 7.10
Grafik Hubungan Jarak Lubang Ledak dengan Empty Hole
serta Hasil Peledakannya

Gambar 7.11
Desain Cut Hole
1. Desain Square I

Dalam penentuan posisi lubang ledak kotak pertama dapat diiliustrasikansebagai


berikut :
a = C – C jarak antara lubang ledak dengan empty hole (mm)
α = Diameter empty hole (mm)
Dalam kasus ini hubungan dari beberapa empty hole dapat dirumuskan sebagai :
a1 = 1.5 D
W1 = d √2
Keterangan::
a = C – C jarak antara pusat empty hole dan pusat lubang ledak (mm)
D = Diameter Khayal (mm)
W = Jarak antar lubang ledak (mm)

173
Parameter yang perlu diketahui dalam menentukan jumlah pengisian bahan peledak
(Q) pada cut holes terdiri atas stemming dan konsentrasi pengisian bahan peledak (lc).
Konsentrasi pengisian bahan peledak yang dipakai pada kotak pertama dapat dilihat
dari grafik pada Gambar 7.12.
(ho) = a
Q = lc (H - ho)
Keterangan :
Q = Jumlah pengisian bahan peledak (kg)
lc = Konsentrasi pengisian bahan peledak (kg/m)

H = Kedalaman lubang ledak (m)


Dengan demikian, maka data kunci yang diperlukan pada kotak pertama adalah :
A = C – C jarak antara pusat empty hole dan pusat lubang ledak
W = Jarak antar lubang ledak
Q = Jumlah bahan peledak

Gambar 7.12
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak (kg/m) dan
Jarak C – C (m) untuk Diameter Empty Hole yang Berbeda-Beda

2. Desain Square II
Dalam penentuan posisi lubang ledak kotak kedua dapat diilustrasikansebagai
berikut :
B1 = W1
a2 = 1.5 W1

174
W2 = 1.5 W1
Keterangan :
a = C – C jarak antara pusat empty hole dan pusat lubang ledak (m)
W = Jarak antar lubang ledak (m)
B = Burden (m)
Konsentrasi pengisian bahan peledak yang dipakai pada kotak kedua dankotak
berikutnya dapat dilihat dari grafik pada gambar 10.6.
(ho) = a
Q = lc (H - ho)
Keterangan :
Q = Jumlah pengisian bahan peledak (kg)
lc = Konsentrasi pengisian bahan peledak (kg/m)

H = Kedalaman lubang ledak (m)


Dengan demikian, parameter penting pada penentuan kotak kedua adalah :
B = Burden (m)
W = Jarak antar lubang ledak (m)
Q = Jumlah bahan peledak (m)

Gambar 7.13
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak (kg/m) dan Burden untuk Jarak
antara Lubang Ledak yang Berbeda-beda

175
3. Desain Square III
Dalam penentuan posisi lubang ledak kotak kedua dapat diilustrasikansebagai
berikut :
B2 = W2
a3 = 1.5 W2

W3 = 1.5 √𝟐W2
Keterangan :

a = C – C jarak antara pusat empty hole dan pusat lubang ledak (m)
W = Jarak antar lubang ledak (m)
B = Burden (m)
Dimana jumlah pengisian bahan peledak pada kotak ketiga ini caranya sama
dengan penentuan jumlah pengisian bahan peledak pada kotak kedua.
4. Desain Square IV
Dalam penentuan posisi lubang ledak kotak kedua dapat diilustrasikansebagai
berikut :
B3 = W3
A4 = 1.5 W3

W4 = 1.5 √𝟐W3
Keterangan :

a = C – C jarak antara pusat empty hole dan pusat lubang ledak (m)
W = Jarak antar lubang ledak (m)
B = Burden (m)
Jika jarak antara lubang ledak (W) terlalu lebar dan burden (B) berdasarkan rumus
diatas sama dengan (W). Lalu dapat diperoleh besar cut holes akan lebih besar dari
burden pada stoping, maka burden pada cut holes dan perhitungan jumlah bahan
peledak yang dipakai harus diatur diatur agar sesuai denganstoping holes.
hb = 1/3 H
Qb = lb x h b
Lc = 0.5 x lb
Ho = 0.5 x B

176
hc = H – hb - ho
Qc = lc x h c
Qtot = Qb + Qc
Keterangan :
lb = Charge concentration Bottom(kg/m)

hb = Height bottom charge (m)


Qb = Komsumsi bahan peledak bottom charge (kg)
lc = Column charge (kg/m)
hc = Heigth column charge (m)
Qc = Komsumsi bahan peledak pada column charge (kg)

(i) (ii)

(iii) (iv)
Sumber : Persson Te la., 2001
Gambar 7.14
Geometri Perledakan pada Cut Holes
Pada umumnya bahan peledak yang digunakan dalam tambang bawah tanah
(peledakan terowongan) adalah bahan peledak yang telah dikemas dalam bentuk paper
cartridge atau plastic tube yang telah memepunyai diameter (mm) dan charge
concentration (kg/m) tertentu. Bahan peledak yang sering digunakan adalah Emulite,
Dynamex, dan ANFO, yang dipakai untuk meledakkan cut holes, stoping holes dan

177
floor holes. Sedangkan untuk meledakkan wall holes dan roof holes bahan peledak yang iasa dipakai
adalah Gurit.

Stoping Hole
Dari hasil cut hole yang telah didapat, geometri terowongan yang terdiri atas floor
holes, wall holes, roof holes, stoping holes dapat dihitung. Untukmenghitung burden
(B) dan mengisi setiap bagian yang berbeda pada tunnel dapat dilihat dari grafik pada
gambar 10.8 sebagai acuan.

Sumber : person Te la., 2001


Gambar 7.15
Grafik Hubungan Burden dengan Konsentrasi Pengisian
Handakuntuk Diameter Lubang Ledak dan Bahan Peledak
yang Berbeda
Bila burden (B), kedalaman lubang ledak (H) dan konsentarasi bottom charge (lb)
telah diketahui, tabel dibawah ini (tabel 7.1) akan memberikan geometri pemboran dan
pengisian handak disetiap bagian dari terowongan.
Tabel 7.1
Geometri Peledakan pada Stoping Holes
Heigth Charge Concentration
Part of The Burden Spacing Stemming
Bottom Charge Bottom Column
Round (m) (m) (m)
(m) (kg/m) (kg/m)
Floor 1xB 1.1 x B 1/3 x H lb 0.5 x lb 0.2 x B
Wall 0.9 x B 1.1 x B 1/6 x H lb 0.4 X lb 0.5 x B
Roof 0.9 x B 1.1 x B 1/6 x H lb 0.3 X lb 0.5 x B

178
Stoping:
Upwards 1xB 1.1 x B 1/3 X H lb 0.5 x lb 0.5 x B
Horizontal 1xB 1.1 x B 1/3 x H lb 0.5 x lb 0.5 x B
Downwards 1xB 1.2 x B 1/3 x H lb 0.5 x lb 0.5 x B

1. Perhitungan Jumlah Bahan Peledak pada Floor Holes


a. Bottom Charge
lb = Diperoleh dari grafik 10.8
hb = 1/3 H
Qb = lb x h b
b. Column Charge

lc = 0.5 x lb
ho = 0.2 x B
hc = H – hb - ho
Qc = lc x hc
Qtot = Qb + Qc
2. Perhitungan Jumlah Bahan Peledak pada Wall Holes
a. Bottom Charge
lb = Diperoleh dari grafik 10.8
hb = 1/6 H
Qb = lb x h b
b. Column Charge

lc = 0.4 x lb
ho = 0.5 x B
hc = H – hb - ho
Qc = lc x hc
Qtot = Qb + Qc

3. Perhitungan Jumlah Bahan Peledak pada Roof Holes


a. Bottom Charge
lb = Diperoleh dari grafik 10.8
hb = 1/6 H
Qb = lb x h b
b. Column Charge

lc = 0.3 x lb
179
ho= 0.5 x B
hc= H – hb - ho
Qc = lc x hc
Qtot = Qb + Qc

4. Perhitungan Jumlah Bahan Peledak pada Stoping Holes (upwards,


horizontal, dan downwards)
a. Bottom Charge
lb= Diperoleh dari grafik 10.8
hb = 1/3 H
Qb = lb x h b
b. Column Charge

lc = 0.5 x lb
ho = 0.5 x B
hc = H – hb - ho
Qc = lc x hc
Qtot = Qb + Qc
Keterangan :
lb = Konsentrasi pengisian didasar lubang ledak (Bottom charge)
hb = Tinggi isian dasar lubang ledak (height bottom charge)
Qb = Komsumsi bahan peledak bottom charge
lc = Konsentrasi pengisian di atas isian dsar (column charge)
hc = Tinggi colom (heigth column)
Qc = Komsumsi bahan peledak pada colom

5. Perhitungan Specific Charge


Specific Charge adalah perbandingan antara berat handak yang digunakan
dengan volume batuan yang di diperoleh. Secara matematis dituliskan dengan
persamaan berikut :
Specific Charge (kg/m3) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑛𝑑𝑎𝑘 (𝑘𝑔)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 (𝑚 3)

180
Fragmentasi
Fragmentasi (distribusi ukuran) batuan hasil peledakan merupakan salah satu
yang sangat penting dalam merencanakan suatu peledakan. Ukuran fragmentasi
yang direncanakan perlu disesuaikan dengan kemudahan dalam pemuatan,
pengangkutan serta ukuran yang diinginkan oleh pabrik pengolahan.
Untuk mendapatkan fragmentasi yang diinginkan, beberapa hal yang
berpengaruh adalah keserasian antara specific charge yang digunakan dan urutan
pengaturan delay. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkanhubungan
antara specific charge dan fragmentasi yang dihasilkan.
Tabel 7.2
Hubungan antara Specific Charge dan Fragmentasi
specific charge 0.24 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.85 1.0
(kg/m )3

Fragmentation 1 ½ (1/2)3 (1/2.5)3 (1/3)3 (1/4)3 (1/5)3 (1/6)3


(m3)

181
182

Anda mungkin juga menyukai