Anda di halaman 1dari 117

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT SPR LANGGAK
MFK BLOCK — CENTRAL SUMATERA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek
Departemen Teknik Perminyakan Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau

OLEH:

ANISA AULIA FITRI (173210278)


CYNDY MARISA (173210085)
NANANG IRWANDANI (173210725)
NUR REZKI NOVILSI (183210007)
NURPRAJA YONO (183210059)
SONIA AGUSTIN (173210463)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. SPR LANGGAK


MFK BLOCK – LANGGAK FIELD
ROKAN HULU – RIAU

MENGETAHUI,

KEPALA PROGRAM STUDI DOSEN PEMBIMBING


TEKNIK PERMINYAKAN KERJA PRAKTEK

Novia Rita, S.T., M.T Tomi Erfando, S.T., M.T

DISETUJUI,

KEPALA LAPANGAN PEMBIMBING


KERJA PRAKTEK

Medi Zulham/ Khairul Adhi Norhadi/ Syarifuddin

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
kuasa-Nya yang memberikan kelancaran dalam menjalani program Kerja Praktek
serta kemudahan dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini. Terima kasih juga
penulis sampaikan kepada pembimbing kerja praktek, Abang Norhadi dan
Syarifuddin, yang telah banyak membantu penulis selama 3 bulan menjalani kerja
praktek yang berlangsung pada 24 April 2021 hingga 20 Juli 2021 secara online /
daring (dalam jaringan).
Kerja praktek yang penulis lakukan sangat membantu dalam memahami
implementasi dari teori-teori yang sudah dipelajari di dunia kampus. Selain
pengetahuan-pengetahuan yang sangat berharga, penulis pun mendapatkan banyak
pengalaman yang tidak dijelaskan di dalam teori sehingga penulis mendapatkan
kemampuan analisis jikalau dihadapkan dengan masalah-masalah yang tidak
diterangkan di dalam kampus. Konklusinya pun mengerucut pada peningkatan
keahlian penulis baik di dalam teori, maupun praktisnya, sehingga penulis mampu
menjadi engineer yang handal dan juga berkualitas untuk disandingkan dengan
pesaing-pesaing lainnya dari akademisi lainnya.
Pengalaman yang kami dapatkan baik di kantor maupun di lapangan
diharapkan tidak hanya berakhir menjadi pengalaman sekilas saja, namun dapat
dikembangkan dan dibagikan pada rekan-rekan di kampus Universitas Islam Riau dan
juga sebagai bahan pembelajaran untuk bersaing di dunia kerja sesungguhnya nanti,
khususnya dunia industri minyak dan gas.
Kemudian, pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Pimpinan PT. SPR Langgak yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melaksanakan kerja praktek di wilayah kerja PT. SPR Langgak.

ii
2. Bapak Norhadi dan Bapak Syarifuddin selaku Pembimbing Lapangan Kerja
Praktek yang telah memberikan akses penuh serta bimbingan selama kerja
praktek di lapangan.
3. Para karyawan PT. SPR Langgak yang telah memberikan ilmu, waktu, serta
usaha kepada penulis.
4. Ibu Novia Rita,S.T.MT selaku Ketua Program Studi Teknik Perminyakan
Universitas Islam Riau.
5. Bapak Tomi Erfando, ST., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Kerja
Praktek.
6. Seluruh dosen Teknik Perminyakan yang telah memberikan ilmunya kepada
para mahasiswa.
7. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Perminyakan.

Tiada gading yang tak retak, segala usaha telah penulis lakukan dengan
sebaik-baiknya, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi dari laporan kerja
praktek ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan untuk masa
yang akan datang.

Demikianlah Laporan Kerja Praktek ini dibuat agar bermanfaat bagi penulis
serta pembaca sekalian.

Pekanbaru, 17 Juli 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

iv
DAFTAR GAMBAR

v
DAFTAR TABEL

vi
DAFTAR GRAFIK

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi yang pesat di abad ke-21 ini makin menuntut
sikap profesional yang harus dimiliki oleh setiap lulusan perguruan tinggi.
Artinya, dalam situasi yang bagaimanapun dalam dunia industri yang nyata,
seorang lulusan perguruan tinggi dituntut untuk dapat menemukan alternatif solusi
atas masalah yang ditemui. Selain itu seorang lulusan perguruan tinggi juga harus
memiliki pemahaman bagaimana pola hidup seorang pekerja profesional, karena
terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pola hidup seorang mahasiswa
dengan seorang profesional.
Untuk peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang profesional di
bidang perminyakan tentunya kebutuhan akan IPTEK pada saat sekarang ini
menjadi sangat penting dan sudah merupakan suatu kebutuhan pokok dimana
tidak cukup bila dipelajari secara teoritis. Teori-teori yang diperoleh baik di
bangku perkuliahan dan melalui media cetak, media elektronik tidaklah optimal
dan efisien jika tidak didukung oleh praktek di lapangan guna mengsikronisasikan
segala informasi yang didapat dengan kenyataan dalam pengaplikasian sehari-hari
di industri perminyakan. Apalagi ilmu Teknik Perminyakan yang setiap saat terus
berkembang dan tentunya aplikasi di lapangan mengalami perubahan yang cukup
signifikan sehingga membutuhkan kejelian untuk terus mengikuti setiap
perkembangan yang ada, dan tentunya semuanya ini hanya bisa didapat di dunia
Industri Perminyakan secara langsung.
Oleh karena itu, untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang siap
pakai dan dapat bersaing di era global khususnya di Industri Perminyakan maka
sangat perlu sekali dilaksanakannya Practical Training atau Kerja Praktek (KP)
bagi mahasiswa Teknik Perminyakan agar diperoleh kesesuaian teori yang didapat
di bangku perkuliahan dengan kenyataan di lapangan. Hal ini juga telah menjadi
Program Pendidikan Perguruan Tinggi yang tertuang dalam kurikulum pengajaran
sebagai mata kuliah di Program Studi Teknik Perminyakan UIR.

1
Program Studi Teknik Perminyakan adalah departemen yang erat
kaitannya dengan eksploitasi dan produksi, baik dalam proses pemboran, produksi
maupun teknik reservoirnya. Untuk lebih memahami aplikasi dari masing-masing
bidang maka perlu sekali bagi mahasiswa diberi kesempatan untuk mengamati
kondisinya langsung di lapangan.
PT. SPR Langgak adalah sebuah perusahaan yang didirikan oleh pemerintah
daerah Provinsi Riau di bawah naungan BUMD PT. Sarana Pembanguna Riau
(SPR). Dimana, merupakan satu-satunya peusahaan daerah yang di berikan
kepercayaan oleh pemerintah pusat untuk mengelola salah satu blok konsensi
ekplorasi pertambangan minyak bumi, yaitu MFK-Langgak blok di kawasan
Kabupaten Rokan Hulu, Riau terhitung tanggal 20 April 2010. Lapangan Langgak
di temukan pada tahun 1976 oleh PT.Caltex Pacific Indonesia atau CPI dengan
pemboran dan penetasan sumur langgak #01. Lapangan ini mulai diproduksi
1979. Karena eksplorasi pertambangan minyakbumi erat kaitannya dengan materi-
materi yang telah diberikan sebagai bahan kuliah di Program Studi Teknik
Perminyakan, untuk itu penting bagi kami untuk dapat melaksanakan kerja
praktek di PT. SPR Langgak untuk memperoleh pengalaman dan wawasan
tentang industri minyak dan gas bumi, sehingga dapat mengaplikasikan langsung
materi yang telah diajarkan di bangku kuliah selama kerja praktek ini.

1.2 Tujuan Penulisan


Maksud dan tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat dalam kelulusan mata kuliah Kerja Praktek di Program Studi Teknik
Perminyakan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau dengan bobot dua SKS.
Selain itu, tujuan dilaksanakannya kerja praktek adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengamatan dari kegiatan-kegiatan migas yang dilakukan
di lapangan selama kurang lebih 1 bulan.
b. Mengenal dan memperluas wawasan di bidang produksi minyak bumi
serta proses lainnya yang berhubungan,serta bidang lain yang ada di
PT. SPR Langgak

2
c. Mempelajari mengenai fasilitas produksi, peralatan pompa, dan
perawatan yang dilakukan guna menjaga produktivitas lapangan.

1.3 Ruang Lingkup Penulisan


Ruang lingkup penulisan Laporan Kerja Praktek yang dilakukan di PT
SPR Langgak yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Kajian Sejarah Produksi Lapangan BW
Cakupan studi yang dilakukan adalah pengamatan data-data secara
langsung pada produksi lapangan, pengkajian sejarah produksi serta
melakukan interaksi dengan ahli yang terkait di dalamnya.
b. Kajian Mengenai Fasilitas Produksi
Cakupan studi yang dilakukan adalah pengamatan secara langsung
mengenai peralatan di lapangan serta masalah apa yang dihadapi dan
penanganan yang dibutuhkan.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan di PT SPR Langgak Siak
dimulai pada tanggal 21 April 2021 hingga 20 Juli 2021 secara online /
daring(dalam jarring)

1.5 Metodologi Penulisan


Metode pelaksanaan kerja praktek ini dan penyusunan laporan adalah
sebagai berikut:
a. Interaksi dengan pembimbing yang berada di kantor, serta operator yang
berada di PT. SPR Langgak sesuai dengan kegiatan yang sudah
dijadwalkan. Ataupun, melakukan kegiatan perbaikan sesuai dengan
masalah yang sedang mengganggu proses pekerjaan.
b. Studi literatur dengan mengambil materi yang berhubungan dengan
materi yang telah didapat pada saat kerja praktek guna mengembangkan
penulisan laporan dan landasan teorinya.

3
BAB II
SEJARAH DAN TINJAUAN UMUM PT.SPR LANGGAK

2.1. Sejarah PT. SPR Langgak


Lapangan Langgak di bor pertama pada tahun 1976 oleh Chevron dan di
produksikan pada bulan Januari 1979. Setelah kontraknya berakhir maka lapangan
ini di kembalikan ke Negara. Pada Bulan April 2010 PT SPR Langgak ditugaskan
untuk mengelola lapangan Langgak dengan produksi awal 354 BOPD.
Terdapat 33 sumur di Lapangan Langgak dengan 27 sumur aktif (7 ESP,
17 SRP, 2 PCP, dan 1 Sump Pump/ Water Shipping Well) dan 6 sumur plug and
abandoned. Sekarang ini jumlah pegawai di lapangan langgak berjumlah 32 orang
dan di kantor pusat 20 orang.

Gambar 2.1 Denah Lapangan Langgak

Adapun pegawai yang ada di PT.SPR Langgak telah dibagi menjadi


beberapa divisi, yaitu:

4
General
Manager

Corporate
Internal Audit
Secretary

Exploration and Production


Finance Business Support
Development Operation
Manager Manager
Manager Manager
Head of Health,
Head of Supply Savety, Security Head of
Chain Head of Assed Head of Field
and Prodiuction
Management Development Support
Environtment Operation
(SCM)
(HSSE)
Subsurface Team Buyer and Maintenance
Production Team
1.Petroleum Material Analys Team Leader
Leadr
Engineer Team Leader
Government and
2. Geophysist Security Team Buyer and Staff
Finance Staff HR Specialis SCM Admin Pyblic Relation Production Staff Mechanic
3. Geologist Leader Specialis Analys Staff

Competation Buyer and Site


Acounting and HSE Staff PG & T
and Benefit Contract Administrator
Tax Staff
Spesialis Specialis

Industrial
SFE Camp and
Information
Technology Staff Relation TEAM Dispatcher
Specialis

General Affair
Staff

Gambar 2.2 Divisi di PT. SPR Langgak

a. HSSE (Health Safety Security Environment)


HSSE bertugas sebagai orang yang membuat peraturan yang mana
peraturan itu harus dipatuhi oleh semua yang berkunjung dan bekerja di PT.
SPR Langgak demi keselamatan,keamanan pekerja dan lingkungan sekitar,
serta apabila suatu pekerjaan tidak disetujui oleh HSSE maka pekerjaan itu
tidak dapat dilakukan demi keselamatan kerja. Peraturan yang dibuat seperti
kewajiban memakai APD (Alat Pelindung Diri) saat bekerja,dilarang
merokok sekitar area lapangan,dll. Istilahnya mereka adalah penegak hukum
dalam lapangan dan apabila ada kesalahan yang terjadi dianggap semua yang
bersalah bukan hanya satu orang karena dalam bekerja itu adalah team jadi
harus saling mengingatkan dan memperingatkan satu sama lain.

b. Field Support
Field support merupakan bagian dari Business Support Department
yang ada di dalam struktur organisasi PT. SPR Langgak. Tugas utama dari
Field Support adalah membantu dan mendukung perkerjaan atau aktifitas
diluar kegiatan operasi produksi sehingga operasional team lapangan dapat
berjalan dengan baik.

5
Field Support terbagi atas empat bagian meliputi fungsi
kepersonaliaan (Human Resources), fungsi hubungan masyarakat dan
pemerintahan (Government and Public Relation), fungsi administrasi dan
keuangan, serta fungsi pelayanan , penyediaan makanan, dan transportasi
(Camp Services and Dispatchers).
Adapun tugas dan tanggung jawab tiap-tiap bagian dari Field Support di
Lapangan Langgak adalah sebagai berikut :

1) Human Resources
 Mengkoordinir kebersihan dan pemenuhan fasilitas karyawan dan
kantor
 Mengkoordinir operasional penggunaan dan perawatan Kendaraan
Operasional lapangan
 Mengkoordinir Penggunaan BBM Alat Berat dan kendaraan
operasional
 Mengkoordinir pembelian dan pengontrolan belanja kebutan dan
kantor lapangan
 Mengkoordinir Pengaturan Catering, meal dan konsumsi karyawan
dan berbagai event/acara di Langgak Field
 Supervisi program Kehumasan Bidang Kelembagaan, TJS,
Komunikasi & Publikasi serta Media
 Supervisi aktifitas dan adm. bidang Pertanahan (Land meters)
 Mengkoordinir kegiatan Training, Sertifikasi dan Pengembangan
Keahlian Pekerja Lapangan --> koordinasi dengan HR Specialist
 Medical (In Patient, Out Patient, MCU) pekerja lapangan --->
koordinasi dengan Compensation & Benefit Specialist
 Verifikasi SPD dan DPD pekerja --> koordinasi dengan Employee &
Industrial Relation Specialist
 Mengkoordinir kegiatan magang Mahasiswa dan Pelajar -->
Koordinasi dengan HR Specialist

6
 Mengawasi dan mengontrol asset lapangan (kantor, dan lapangan) --
> koordinasi dengan Finance
 Supervisi verifikasi Invoice Lapangan --> koordinasi dengan Finance
 Mengkoordinir kegiatan administratif dan korespondensi
 Mengkoordinir pembuatan RKA / WP&B khususnya bidang
Kehumasan & General Services
 Mengkoordinir Program Kehumasan & General Services berjalan
sesuai dengan yang direncanakan

2) Government and Public Relation


 Menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan lembaga serta
organisasi kemasyarakatan
 Menjaga hubungan baik dengan Pemerintah Daerah dan institusi
Pemerintahan lainnya
 Menjaga hubungan baik dengan Wartawan dan Media
 Menangani dan melaksanakan program Kehumasan Bidang
Kelembagaan
 Menangani dan melaksanakan program Kehumasan Bidang Tanggung
Jawab Sosial
 Menangani dan melaksanakan program Kehumasan Bidang
Komunikasi dan Publikasi
 Menangani dan melaksanakan program Kehumasan Bidang Media
 Menangani berbagai persoalan bidang Pertanahan (Land meters)
 Membuat dan melaksnakan RKA / WP&B Kehumasan

3) Site Administration
 Mengontrol seluruh asset yang berada di kantor & GS
 Menangani dan melaksanakan kegiatan administratif dan
korespondensi
 Menangani administrasi permohonan izin, sakit dan cuti karyawan

7
 Mengontrol administrasi & schedule kerja karyawan
 Sebagai pejabat yang berwenang dalam penerimaan dana dari pusat
 Sebagai pejabat yang berwenang dalam pengeluaran dana berdasarkan
instruksi Manager/yang mewakili.
 Membuat laporan penggunaan dana untuk aktifitas lapangan dan
dikirim ke Finance
 Sebagai pejabat pendamping dalam kegiatan audit keuangan

4) Camp Services and Dispatchers


 Supervisi Room Boy, Office Girl dan Office Boy
 Sepervisi kebersihan ruang, taman, lingkungan dan kantor
 Pemenuhan fasilitas dan kantor
 Supervisi Penggunaan dan Perawatan Kendaraan operasional lapangan
 Supervisi Penggunaan BBM dan Operasional (km/Hm) Alat Berat dan
Kendaraan Operasional
 Supervisi pembelian dan pengontrolan belanja kebutan dan kantor
lapangan
 Supervisi Pengaturan Catering, meal dan konsumsi untuk berbagai
kegiatan/acara SPR Langgak
 Membantu Site Administrator dalam mengontrol asset perusahaan

c. SCM (Supply Chain Material)


SCM bertugas sebagai penyedia berbagai kebutuhan baik peralatan
yang dibutuhkan untuk lapangan sampai kebutuhan bagi pegawai demi
kelancaran dan keselamatan pekerjaan dilapangan. Maksudnya adalah,
melengkapi kebutuhan dalam operasional perusahaan dan mendata semua
jenis peralatan perusahaan adalah tugas dari Logistic Department. Di PT. SPR
Langgak ini, 70% dari Work Planning And Budget (WP&B) yang diajukan ke
pemerintah dari perusahaan adalah dana untuk keperluan logistic. SCM juga

8
mendata barang – barang berdasarkan frekuensi pemakaiannya. Pemakaian
barang dibagi atas fast moving, slow moving, surplus,dan dead stock.
Barang yang dimasukkan dalam kategori fast moving adalah barang
yang digunakan dua kali di bulan yang berbeda dalam setahun. Slow moving
adalah barang yang digunakan sekali dalam setahun. Surplus adalah barang
yang digunakan sekali dalam 2 – 3 tahun. Barang yang digunakan di atas 3
tahun termasuk pada barang dead stock.
Dalam mendata semua jenis peralatan PT. SPR Langgak membuat
pendataan dengan menggunakan stock card dengan memberi kode agar
memudahkan pekerja divisi SCM dalam mendata alat-alat yang tersedia
sebagai berikut:
Stock A = Drilling & Ptoduction
Stock F = Electrical PG & T
Stock G = Material pipa didasar
Stock H = Chemical
Stock I = Aset-aset (ex: ganset, trafo,dll)
Stock L= Batu

d. Maintanance
Department maintenance bertanggung jawab untuk menjaga dan
memelihara fasilitas produksi yang ada dilapangan Langgak, hal ini bertujuan
agar kegiatan produksi tetap berjalan secara maksimal dan meminimkan
kemungkinan terjadinya kerusakan pada alat produksi.
Ada beberapa jenis pemeliharaan fasilitas produksi yang dilakukan di
lapangan langgak, yaitu :
1) Prefentive Maintenance
Prefentive Maintenance merupakan pemeliharaan yang
direncanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada alat produksi.
Pemeliharaannya seperti inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan
penyetelan.

9
2) Corrective Maintenance
Corrective Maintenance merupakan pemeliharaan yang dilakukan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas atau peralatan
sehingga mencapai standar. Peningkatan yang dilakukan seperti
memodifikasi peralatan agar peralatan menjadi lebih baik.
3) Predictive Maintenance
Predictive maintenance merupakan pemeliharaan yang dilakukan
untuk mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan dari kondisi fisik
maupun fungsi dari system peralatan, biasanya pemeliharaan predictive ini
dilakukan dengan bantuan panca indera atau alat – alat monitor yang
canggih.

Untuk dapat menjalankan perawatan tersebut, maintenance terbagi atas


dua team :
1) Mechanic
Team Mechanic bertugas untuk menjaga performa dari peralatan
dilapangan baik pompa, pipa, tangki,dll dan apabila terjadi kerusakan
dapat mencari solusi untuk memperbaiki dengan cepat, tepat dan dapat
meminimalisir biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perbaikan
tersebut.
2) PG & T ( Power Generation & Transmission)
Team PG & T bertugas untuk menjaga,memelihara dan
memperbaiki peralatan dari sumber tenaga listrik atau menyupply sumber
tegangan listrik, baik peralatan yang ada di sekitaran panel untuk
menghidupkan elmot sehingga pompa bergerak namun juga kelistrikkan
yang dibutuhkan di GS dan disekitaran GS (ex: shipping pump, water
pump, lampu, alat elektronik,dll). Power supply dilapangan Langgak
berasal dari Chevron, kisaran tegangan distribusinya 13200 V. Konsumsi
daya listrik di lapangan langgak direcord dan di report akhir bulannya ke
pihak PG&T Chevron. Untuk kosumsi daya di lapangan langgak rata-rata
berkisar 390000 KWH.

10
e. Production Operation
Production Department merupakan bagian yang sangat penting dalam
perusahaan Migas karena Department inilah yang berhubungan langsung
dengan produksi lapangan setiap harinya, baik itu dalam meningkatkan
produksi dan juga dalam melakukan pengiriman minyak ke PT.Chevron
Pasific Indonesia (CPI).
Sebelum PT. SPRL mengirim crude oil ke PT CPI, crude oil tersebut
harus melewati beberapa tahap dahulu. Dimulai dari fluida yang
diproduksikan oleh setiap sumur baik itu dari bagian utara ataupun selatan,
dialirkan menuju stasiun pengumpulan (Gathering Station) dan dilakukan
proses pemisahan. Fluida yang terkumpul di GS dipisahkan dalam bentuk gas,
minyak mentah dan air. Setelah terpisah, kemudian dipompakan oleh shipping
pump melewati meter reading, di meter reading akan terbaca seberapa banyak
yang dikirim ke petapahan, dimana shipping dilakukan dari jam 10.00-16.00.
Dan sebelum dikirim dicek BS & W ( Base Sediment & Water) untuk melihat
seberapa banyak kandungan air, sediment yang ikut terpompa bersama minyak
dalam bentuk %. Dan team production bekerja 24 jam untuk memastikan
semua peralatan bekerja semestinya agar produksi tidak turun secara drastis.
Team produksilah yang selalu patroli 24 jam mengecek tiap-tiap sumur,
melakukan sonolog untuk melihat ketinggian fluida bahkan well test untuk
mengetahui rate produksi setiap hari, water cut,dll.

f. Surface Facility Engineering (SFE)


SFE bertugas untuk mendesign seluruh fasilitas dipermukaan yang
ada dilapangan LANGGAK ini. Baik GS, sistem aliran dari pompa ke GS,dan
seluruh peralatan dipermukaan demi mengoptimalkan kinerja fluida yang
diproduksi dari sumur ke sumur.

11
2.2 Sejarah Lapangan Langgak
Lapangan Langgak memiliki luas ± 79.65 Km2 yang terletak di
Cekungan Sumatra Tengah. Lapangan ini ditemukan pada tahun 1975,
reservoir lapangan ini termasuk kedalam Formasi Bekasap dengan kedalaman
1200-1300 kaki.

Langgak
Field

Gambar 2.3 Peta Lokasi Lapangan Langgak di Provinsi Riau

Lapangan Langgak di bor pertama pada tahun 1976 oleh Chevron dan di
produksikan pada bulan Januari 1979. Setelah kontraknya berakhir maka lapangan
ini di kembalikan ke Negara. Pada Bulan April 2010 PT SPR Langgak ditugaskan
untuk mengelola lapangan Langgak dengan produksi awal 354 BOPD.

12
Gambar 2.4 Block Area Lapangan Langgak

Blok Langgak terletak di Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu, Provinsi


Riau, 135 kilometer dari Pekanbaru dan 100 kilometer sebelah barat daya dari
Lapangan Minas (Gambar 2.1).

2.2.1 Geologi Lapangan Langgak


a. Geologi Regional
Tatanan tektonik regional Pulau Sumatra dipengaruhi oleh
subduksi menyudut antara lempeng Asia dan lempeng Samudra
Hindia di selatan. Struktur-struktur ini umumnya mempunyai
kemiringan berarah timur laut dengan jurus daerah barat laut
sehingga membentuk sudut yang besar terhadap vekor konvergen
(Heidrick dan Aulia, 1993). Gambar 2.5.1 memperlihatkan
adanya beberapa cekungan yang terbentuk di Pulau Sumatra,
salah satunya adanya cekungan Sumatra Tengah.

13
Gambar 2.5 Peta Regional Cekungan Sumatera Tengah (Heidrick dan Aulia, 1993)

Proses ini mengontrol terbentuknya cekungan-cekungan


sedimen seperti Cekungan Sumatra Utara, Cekungan Sumatra
Tengah dan Cekungan Sumatra Selatan. Lapangan Langgak
merupakan salah satu lapangan minyak yang berada pada
Cekungan Sumatra Tengah. Cekungan ini di batasi oleh Tinggian
Asahan di bagian utara dan Tinggian Tigapuluh di bagian selatan.
Pada bagian barat dibatasi oleh Bukit Barisan dan di sebelah
timur dibatasi oleh Semenanjung Malaysia.
b. Peta Struktur Lapangan Langgak
Berdasarkan data pemboran dapat diketahui bahwa
Lapangan Langgak memiliki 3 reservoir utama yaitu reservoir B
Sand, A Sand dan P Sand. Berikut adalah peta struktur kedalaman
Reservoir Lapangan Langgak. Berdasarkan peta struktur
kedalaman ini bisa diketahui bahwa perangkap yang ada pada
lapangan Langgak berupa antiklin four way dip.

14
Gambar 2.6 Peta kedalaman horizon Top Sihapas/ MFS/Top P.

Gambar 2.7 Peta kedalaman horizon FS 3/Top Sand A

15
Gambar 2.8 Peta kedalaman horizon FS 1/Top Sand B

c. Stratigrafi Regional Cekungan Sumatra Tengah


Stratigrafi regional Cekungan Sumatra Tengah (Gambar
2.4) tersusun dari beberapa unit formasi dan kelompok batuan
dari yang tua ke yang muda, yaitu batuan dasar (basement),
Kelompok Pematang, Kelompok Sihapas, Formasi Menggala,
Formasi Bangko, Formasi Bekasap, Formasi Duri, Formasi
Telisa, Formasi Petani, dan Formasi Minas.

16
Gambar 2.9 Stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah, (Heidrick & Aulia, 1993)

1) Batuan Dasar / Basement


Batuan dasar (basement) berumur Pra Tersier berfungsi
sebagai landasan Cekungan Sumatra Tengah. Heidrick dan Aulia
(1993) menyebutkan bahwa batuan dasar Cekungan Sumatra
Tengah terdiri dari batuan berumur Mesozoikum dan batuan
metamorf karbonat berumur Paleozoikum-Mesozoikum. Batuan
tersebut dari timur ke barat terbagi dalam 3 (tiga) satuan litologi,

17
yaitu Mallaca Terrane, Mutus Assemblage, dan Greywacke
Terrane.
Mallaca Terrane disebut juga Quartzite Terrane,
litologinya terdiri dari kuarsit, argilit, batu gamping kristalin serta
intrusi pluton granodioritik dan granitik yang berumur Jura.
Kelompok ini dijumpai pada coastal plain, yaitu pada bagian timur
dan timur laut Cekungan Sumatra Tengah.
Mutus Assemblage atau Kelompok Mutus merupakan zona
sutura yang memisahkan antara Mallaca Terrane dan Greywacke
Terrane. Kelompok Mutus ini terletak di sebelah barat daya
coastal plain. Litologinya terdiri dari batu rijang radiolaria, meta-
argilit, serpih merah, lapisan tipis batugamping dan batuan beku
basalt serta sedimen laut dalam lainnya.
Greywacke Terrane disebut juga Deep Water Mutus
Assemblage. Kelompok ini tersusun oleh litologi greywacke,
pebbly mudstone dan kuarsit. Kelompok ini terletak di bagian barat
dan barat daya Kelompok Mutus yang dapat dikorelasikan dengan
pebbly mudstone Formasi Bahorok (Kelompok Tapanuli) yang
berumur Perm - Karbon.
Secara tidak selaras diatas batuan dasar diendapkan suksesi
batuan-batuan sedimen Tersier. Stratigrafi Tersier di Cekungan
Sumatra Tengah dari yang tua ke yang paling muda adalah
Kelompok Pematang, Kelompok Sihapas (Formasi Menggala,
Formasi Bangko, Formasi Bekasap, Formasi Telisa dan Formasi
Duri), Formasi Petani dan diakhiri oleh Formasi Minas.

2) Kelompok Pematang
Kelompok Pematang merupakan Kelompok Formasi
tertua pada Cekungan Sumatra tengah, berumur Eosen-Oligosen
yang diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar.
Sedimen Kelompok Pematang disebut sebagai syn rift deposits.

18
Kelompok ini diendapkan pada lingkungan fluvial dan danau
dengan sedimen yang berasal dari tinggian sekelilingnya. Pada
lingkungan fluvial litologinya terdiri dari konglomerat, batupasir
kasar, dan batulempung aneka warna. Sedangkan pada
lingkungan danau litologinya terdiri dari batu lempung dan batu
pasir halus berselingan dengan serpih danau yang kaya material
organik. Serpih organik dari Kelompok Pematang merupakan
batuan induk (source rock) bagi hidrokarbon yang ada di
Cekungan Sumatra Tengah. Mengacu kepada Heidrick dan Aulia
(1993), Kelompok Pematang tersusun oleh 3 (tiga) formasi
berturut-turut dari tua ke muda: Formasi Lower Bed, Formasi
Brown Shale, dan Formasi Upper Red Bed.
Formasi Lower Bed terdiri dari betulempung,
batulanau, batupasir arkose dan konglomerat yang diendapkan
pada lingkungan darat dengan sistem pengendapan kipas alluvial
dan berubah secara lateral menjadi lingkungan fluviatil dan
lakustrin. Bagian bawah dari formasi ini pada beberapa rendahan
yang dalam (deeps/trough) ketebalannya dapat mencapai 3000
feet. Batupasir di formasi ini mempunyai kualitas yang buruk
sebagai reservoir karena masih sangat dekat dengan sumbernya
dan memiliki sortasi buruk.
Formasi Brown Shale terdiri dari serpih yang
berwarna coklat yang diendapkan pada lingkungan lakustrin,
endapan-endapan kipas alluvial dan turbidit. Formasi ini
diendapkan selaras di atas Formasi Lower Red Bed. Serpih pada
formasi ini kaya akan kandungan bahan organik, memiliki
laminasi yang cukup baik yang menandakan bahwa serpih ini
diendapkan pada kondisi air yang tenang. Formasi ini merupakan
batuan induk utama pada Cekungan Sumatra Tengah.
Formasi Upper Red Bed diendapkan pada tahap
akhir dari tektonik fase F1. Peningkatan kecepatan sedimentasi

19
dan suplai klastik menyebabkan cekungan menjadi penuh dan
lingkungan berubah menjadi darat pada kondisi fluvial. Litologi
penyusun formasi ini berupa batupasir, konglomerat dan
batulempung berwarna merah-hijau. Batupasir pada formasi ini
merupakan salah satu reservoar di Cekungan Sumatra Tengah.
3) Kelompok Sihapas
Kelompok Sihapas diendapkan secara tidak selaras
diatas Kelompok Pematang pada Oligosen Akhir-Miosen Tengah.
Lithologi pada Kelompok Sihapas ini didominasi oleh batupasir
dan serpih. Kelompok Sihapas diendapkan hampir di seluruh
cekungan. Kelompok Sihapas ini terdiri dari Formasi Menggala,
Formasi Bangko, Formasi Bekasap, Formasi Telisa dan Formasi
Duri.
a. Formasi Menggala
Formasi Menggala merupakan formasi yang tertua
dari Kelompok Sihapas yang berhubungan secara tidak selaras
dengan Kelompok Pematang. Litologinya tersusun atas
batupasir konglomeratan berselang-seling dengan batupasir
halus sampai sedang. Diendapkan pada saat Miosen Awal pada
lingkungan fluvial channel sampai laut dangkal dengan
ketebalan pada tengah cekungan sekitar 900 kaki, sedangkan
pada daerah yang tinggi ketebalannya tidak lebih dari 300 kaki
(Dawson, et. al, 1997). Batu pasir formasi ini merupakan
reservoir yang penting pada Cekungan Sumatra Tengah.
b. Formasi Bangko
Formasi Bangko diendapkan secara selaras di atas
Formasi Menggala. Litologinya tersusun atas serpih
gampingan, batupasir dan lapisan tipis batugamping yang
diendapkan pada lingkungan laut terbuka (open marine shelf)
mulai dari lingkungan paparan (shelf) sampai delta plain
(Dawson, et. al, 1997). Ketebalan formasi ini mencapai 300

20
kaki. Formasi ini merupakan batuan tudung (seal) bagi
batupasir yang ada di bawahnya.
c. Formasi Bekasap
Formasi Bekasap diendapkan secara selaras di atas
Formasi Bangko. Formasi ini disusun oleh batu pasir, batu
pasir glaukonitan berbutir halus sampai kasar, berlapis hingga
masif, dan dengan sisipan tipis; serpih, batu gamping dan
batubara. Formasi ini diendapkan pada Miosen Awal di
lingkungan delta plain dan delta front sampai laut dangkal
(Dawson, et. al, 1997). Ketebalan formasi ini mencapai 1300
kaki. Formasi inilah yang menjadi reservoir pada lapangan
Langgak.
d. Formasi Telisa
Formasi Telisa berumur Miosen Awal-Miosen Tengah
(N7-N11). Formasi ini diendapkan secara selaras di atas
Formasi Bangko, memiliki hubungan menjemari dengan
Formasi Bekasap di sebelah barat daya dan menjemari dengan
Formasi Duri di sebelah timur laut (Yarmanto & Aulia, 1998).
Litologinya tersusun oleh batuan sedimen yang
didominasi oleh serpih dengan sisipan batulanau gampingan,
berwarna abu kecoklatan, setempat dijumpai batugamping.
Diendapkan pada lingkungan marine-neritic (Dawson, et. al,
1997). Ketebalan formasi ini mencapai 1600 kaki. Formasi ini
dikenal sebagai batuan tudung dari reservoir Kelompok
Sihapas di Cekungan Sumatra Tengah. Formasi inilah yang
diperkirakan menjadi baruan tudung pada Lapangan Langgak.
e. Formasi Duri
Formasi Duri diendapkan secara selaras di atas
Formasi Bekasap dan merupakan bagian teratas dari Kelompok
Sihapas. Umumnya diendapkan di tepi cekungan dan berubah
secara lateral kearah tengah cekungan menjadi Formasi Telisa.

21
Litologinya tersusun atas suatu seri batu pasir berbutir halus
sampai sedang yang diendapkan pada lingkungan deltaik
sampai neritik dalam dan berubah secara lateral menjadi
batupasir laut dalam dari Formasi Telisa (Dawson, et. al,
1997). Formasi ini berumur Miosen Tengah dengan ketebalan
mencapai 900 kaki dan cenderung menipis kearah tengah
cekungan.
f. Formasi Petani
Formasi Petani diendapkan pada Kala Miosen Tengah
(N11)-Pliosen. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di
atas Formasi Telisa. Formasi Petani merupakan awal dari fase
regresif yang menunjukkan akhir periode transgresif di
Cekungan Sumatra Tengah. Formasi ini diendapkan mulai dari
lingkungan laut dangkal pada daerah pantai berubah secara
berangsur menjadi lingkungan deltaik kearah atas (Dawson, et.
al, 1997).
Litologinya terdiri dari batupasir, batulempung,
batupasir glaukonitan, dan batugamping yang dijumpai pada
bagian bawah, sedangkan di bagian atas banyak dijumpai
sisipan batubara. Komposisi dominan batupasir adalah kuarsa,
berbutir halus sampai kasar, umumnya tipis dan mengandung
sedikit lempung yang secara umum mengkasar ke atas.
g. Formasi Minas
Formasi Minas merupakan endapan Kuarter yang
diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Petani.
Disusun oleh Konglomerat, batupasir dan batu lempung.
Formasi ini berumur Plistosen hingga Resen dan diendapkan
pada lingkungan fluvial-alluvial. Pengendapan yang terus
berlanjut sampai sekarang menghasilkan endapan alluvium
yang berupa campuran kerikil, pasir dan lempung.

22
BAB III
SISTEM PRODUKSI LAPANGAN

3.1 Aspek Fundamental Keselamatan Produksi

1. Kontrol Masuk
Tujuannya yaitu untuk memastikan bahwa hanya orang yang
berwenang ataupun yang relah diberikan izin saja yang dapat memasuki
atau bekerja di fasilitas. Manfaat dari kontrol masuk adalah untuk
menghindari terjadinya kecelakaan, menghindari kemungkinan terjadinya
illegal access, dan mengetahui dengan pasti keberadaan dan tujuan pekerja
di dalam fasilitas. Perlengkapan dari kontrol masuk yaitu sebagai berikut:
a. Prosedur Masuk Fasilitas, pengunjung harus memahami dan
mematuhi semua prosedur kontrol masuk.
b. Log Book, digunakan untuk mencatat arus lalu lintas pengunjung
dan kendaraannya dari dana tau ke dalam fasilitas.
c. Media pencatat lainnya untuk menentukan jumlah pasti dari
pengunjung dan kendaraannya setiap saat demi keamanan dan
kemudahan evakuasi pada saat keadaan darurat.
d. Badge Pengunjung Fasilitas (Visitor Pass)
e. Papan Informasi, berisi denah fasilitas termasuk rute menuju
kumpul dalam keadaan darurat (muster point).
f. Papan Peringatan, untuk mengingatkan pengunjung tentang
persyaratan atau aturan memasuki, serta aturan di dalam
fasilitas.
g. Pagar Pengaman Fasilitas, fasilitas hendaknya mempunyai pagar
pengaman fasilitas agar lalu lintas orang dan kendaraan dapat
dikontrol.

23
2. General Work Permit (GWP)
Tujuan dari GWP yaitu memastikan adanya komunikasi di antara
kelompok kerja lintas-fungsi di suatu tempat kerja dalam melakukan
kegiatan, memastikan semua kegiatan direncanakan dengan baik, dan
memastikan setiap kegiatan sudah diantisipasi risiko serta potensi
bahayanya. Manfaatnya, pengawas operasinya, seluruh kegiatan terkait
bisa dikoordinasikan dengan baik, serta menghindari kemungkinan
terjadinya kecelakaan.

3. Personal Protective Equipment (PPE)


Tujuannya yaitu memastikan PPE telah dipilih dengan benar dan
sesuai dengan bahaya yang ada dan mengacu kepada standar (ANSI,
OSHA, NFPA, dan SNI), selalu memakai APD yang tepat dengan benar
untuk pekerjaan yang memerlukannya, dan seluruh pekerja dapat
mengetahui cara penggunaan dan pemeliharaan APD yang benar. Manfaat
APD mengurangi risiko dari dampak kecelakaan, bukan alat pencegah
kecelakaan, tidak menghilangkan bahaya, dan tidak menjamin pemakainya
bebas dari kecelakaan. Adapun Alat Pelindung Diri sebagai berikut:
a. Alat Pelindung Kepala (helmet), berfungsi untuk melindungi
kepala dari dampak benda yang terbang atau jatuh dan sengatan
listrik (tipe tertentu).
b. Alat Pelindung Tangan dan Lengan (sarung tangan).
c. Alat Pelindung Kaki (sepatu safety).
d. Alat Pelindung Wajah dan Mata.
e. Alat Pelindung Telinga, sumat telinga (ear plug), dan tutup
telinga (ear muff).
f. Alat Pelindung Pernapasan,
g. Air Purifying Respirator, di mana udara yang Anda gunakan
untuk bernapaf dimurnikan dengan menggunakan catridge atau
canister.

24
h. Supplied Air Respirator, respirator di mana Anda terhubung
dengaan udara yang dimampatkan ke dalam silinder atau tabung.
i. Alat Pelindung Badan.
j. Alat Pelindung Jatuh, seperti jala keselamatan (safety nets),
system tali keselamatan (safety line system), tali perorangan
(personal line), dan sabuk keselamatan (safety belts dan body
harness).
k. Alat Pelindung Bekerja di Ketinggian. Safety harness tidak
mencegah seseorang terjatuh tetapi menahan korban bergantung
di atas ketika jatuh sehingga tidak sampai menyentuh
permukaan tanah.

4. Standart Operating Procedure (SOP)


Standart Operating Procedure merupakan langkah kerja tertulis
pada pekerjaan untuk mengurangi resiko kerugian. SOP ini harus dibuat
oleh orang yang mendalami dan mengetahui secara detail proses dari
pekerjaan tersebut.

5. Job Safety Analysis (JSA)


Job safety analysis merupakan langkah terstruktur untuk
mengidentifikasi potensi bahaya dalam suatu kegiatan dan memberi
langkah-langkah perbaikan. Tujuan JSA memastikan bahwa setiap
pekerjaan memiliki JSA, dan setiap pekerjaan bekerja mengacu kepada
JSA yang diperlukan.
Beberapa catatan risiko kecelakaan fatal dan luka serius terjadi
pada kegiatan-kegiatan ini, yaitu:
a. Operasi pengangkatan (lifting)
b. Bekerja di ketinggian (working at height)
c. Pengisolasian energy (energy isolation)
d. Bekerja di ruang tertutup dengan akses terbatas (confined space
entry)

25
e. Penggalian tanah (ground disturbance)
f. Keselamatan berkendara (vehicle safety)
g. Pekerjaan panas di lingkungan mudah terbakar (hot work)
h. Pekerjaan dua atau lebih dikerjakan bersamaan (simultaneous
operatiions atau SIMOPs)

6. Lock Out Tag Out (LOTO)


Tujuan dari LOTO untuk melindungi orang yang sedang bekerja
atau berada di sekitar mesin, instalasi listrik, atau fasilitas produksi yang
sedang diperbaiki dan dalam perawatan sekaligus sebagai acuan
pengoperasian instalasi dan untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengoperasian instalasi yang akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan,
dan mencegah kerusakan peralatan dan instalasi. Perlengkapan yang
meliputi LOTO, yaitu:
a. Kunci
b. Perangkat keras lainnya
c. Checklist pemasangan dan pelepasan kunci, serta label.

7. Material Safety Data Sheet (MSDS)


Material Safety Data Sheet adalah untuk menjamin bahwa bahaya
bahan kimia dan fisik yang ada di tempat kerja, dan cara penanganannya
dikomunisasikan secara baik kepada pegawai dan pekarya dapat bekerja
dengan selamat dalam menggunakan bahan tersebut. Manfaat MSDS yaitu
menjelaskan karakteristik zat kimia tertentu, memberikan prosedur
penanganan, dan menghindari kecelakaan akibat zat kimia. Perlengkapan
yang tersedia di MSDS, yaitu:
a. Lembar inventory bahan kimia berbahaya
b. MSDS
c. Label, tiga sistem label NFPA (National Fire Protection
Agency), HMIS (Hazardous Material Information System)
d. Safety shower atau eye wash

26
e. APD spesifik
f. Identifikasi area bahan kimia berbahaya
g. Tanda-tanda peringatan dan informasi
h. Dokumentasi

8. Housekeeping
Housekeeping adalah kegiatan yang dilakukan untuk membantu
suatu daerah atau fasilitas menjadi bersih dan teratur. Tujuan housekeeping
adalah memastikan fasilitas operasi berada dalam keadaan bersih, rapi,
teratur, selamat, sehat, tertib, dan aman. Manfaatnya menghindari
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan kebakaran, mencegah
pemborosan energi dan meningkatkan efisiensi, mengoptimalkan
pemanfaatan ruangan, membantu pengendalian limbah, dan mencegah
kerusakan asset, serta menjamin kerapian tempat kerja dan sesuai dengan
standard keselamatan.

3.2 Power Source


Sumber tenaga dari lapangan Langgak disupply dari sumber listrik utama
yang memiliki tegangan menengah, yaitu 13.800 Volt dengan 3 fasa dan frequensi
60 hz. Pada system jaringan distribusi listrik lapangan Langgak menggunakan 1
unit auto recloser yang terpasang di tiang 11 CW 07, dimana fungsinya untuk
memutuskan atau menghubungkan arus listrik secara otomatis ke lapangan
Langgak apabila terjadi gangguan.
Tegangan menengah dari main line akan diturunkan menjadi tengangan
rendah, yaitu 480 Volt, penurunan tegangan dilakukan dengan menggunakan
transformers jenis stepdown. Trafo dipasang pengaman yang disebut dengan fuse
control supaya pada saat terjadi hubungan arus pendek trafo tidak rusak ataupun
terbakar. Stelah tengangan diturunkan di trafo, aliran listrik akan mengalir menuju
penel control, pada panel control terdapat pula pengaman yang disebut
Disconnect switch yang berfungsi untuk melindungi trafo dari arus balik dari
electrical motor ketika terjadi kelebihan beban.

27
Panel control berfungsi sebagai alat pengaman sekaligus pengahantar arus
menuju electrical motor.

3.3 Metode Pengangkatan


Secara umum, terdapat dua metode pengangkatan minyak dari dasar sumur
kepermukaan. Yaitu secara alami (natural flow) dan pengangkatan buatan
(artificial lift).
a. Semburan alami (Natural flow)
Semburan alami atau yang dikenal dengan natural flow
merupakan aliran fluida secara alami dari reservoir ke permukaan
tanpa bantuan alat pendukung. Hal tersebut memungkinkan karena
adanya perbedaan antara terkanan reservoir dan tekanan yang ada
dipermukaan sehingga fluida dapat dialirkan dari reservoir.
Natural flow biasanya dapat dijadikan sebagai metode
prngangkatan pada saat awal sumur pertama kali dibuka. Tekanan
akan semakin menurun siring berjalannya waktu.
b. Artificial lift
Artificial lift adalah metoda pengangkatan fluida yang
digunakan untuk membantu memproduksikan fluida dari sebuah sumur
jika tekanan dari reservoir tidak mampu mendorong fluida ke
permukaan secara alami. Metode pengangkatan ini dilakukan dengan
memakai alat bantu. Adapun jenis dari alat bantu yang dipakai adalah:
HPU, beam pump, ESP, PCP.

Karena tekanan reservoir dilapangan Langgak tidak mampu mengangkat


fluida kepermukaan secara alami, maka metode yang dipakai adalah metode
pengangkatan buatan sejak pertama kali sumur dibuka. Ada beberapa sumur yang
sebenarnya bisa saja langsung menggunakan natural flow seperti di Langgak 04,
tetapi jika hanya mengandalkan natural flow fluida yang dihasilkan tidak
maksimal, sehingga digunakanlah pengangkatan buatan.

28
Adapun jenis metode artificial lift yang digunakan pada lapangan Langgak
adalah:

1. Sucker rod pump


SRP disebut juga dengan beam pumping, karena menggunakan energi
mekanik untuk mengangkat fluida ke permukaan. Dua per tiga sumur-sumur
minyak/air di dunia menggunakan SRP, terutama di lapangan dangkal dan
juga 85% dari 90% sumur minyak di USA menggunakan SRP.
SRP dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan letak titik pusat putaran pada
walking beam, yaitu:
 Di tengah : Conventional
 Di ujung depan : Mark II
 Di ujung belakang : Air balanced
Untuk lapangan Langgak, SRP yang digunakan berjenis convential,
yaitu SRP dengan letak titik pusat putaran pada walking beam di tengah.
SRP tersusun dari beberapa komponen permukaan dan di bawah
permukaan.

a. Peralatan di atas Permukaan


1. Prime Mover
Prime mover yang digunakan pada lapangan langgak merupakan
mesin listrik. Pada umumnya, kecepatan berputar dari prime mover
antara 800-1200 RPM, sedangkan tenaga yang dihasilkan satuannya
disebut dengan horse power (HP).
2. Gear Reducer
Pompa biasanya beroperasi dengan kecepatan antara 8-20 stroke
per minute (SPM). Sedangkan putaran driver mencapai 1200 rotation
per minute (RPM). Mengurangi putaran yang dihasilkan oleh driver
agar sesuai dengan kecepatan beroperasinya panjang unit, maka
digunakan peralatan gear reducer.

29
3. Crank
Crank disambungkan pada sumbu putaran rendah yang keluar
dari gear box yang berputar 360º. Pada crank terdapat beberapa lubang
(ada tiga atau empat) pada lubang inilah pitman akan disambungkan,
sehingga gerakan 360º dari gearbox diubah menjadi gerakan naik
turun. Di samping itu ada beberapa pumping unit dipasang counter
weight pada crank.
4. Pitman
Pitman berfungsi sebagai connecting rod pada engine, yang
menghubungkan crank dengan walking beam. Kerja sama antara
pitman dan crank dapat mengubah gerakan berputar dari prime mover
menjadi gerakan turun naik pada walking beam di tempat di mana
pitman disambungkan.
Panjangnya langka pemompaan (Stroke Length) di pumping unit
biasanya dapat diubah dengan memindahkan tempat sambungan
pitman pada lubang yang ada pada crank. Jika sambungannya
dipindahkan ke arah sumbu gear box (in board), maka stroke length
akan menjadi lebih pendek. Sebaliknya, jika sambungannya
dipindahkan ke lubang menjauhi sumbu gear box (out board), maka
stroke length akan menjadi lebih panjang.
5. Walking Beam
Ketika pumping unit dinyalakan, walking beam bergerak ke atas
dan ke bawah. Walking beam ditopang oleh Samson post dan saddle
bearing dan center bearing. Pitman disambungkan ke walking beam
melalui equalizer, dan ujung walking beam yang satu lagi
disambungkan dengan polished road. Counter weight bisa juga
dipasang pada walking beam seperti di crank.
6. Horse Head (Kepala Kuda)
Horse head dipasang pada walking beam dengan memakai
engsel sling. Horse head disambung ke polish rod agar polish rod

30
dapat bergerak keatas dan kebawah mengikuti gerak dari walking
beam.
7. Carrier Bar atau Hanger
Pada bagian bawah dari bridle terdapat carrier bar yang
berfungsi untuk menggantungkan polished rod dengan menggunakan
polished rod clamp agar dapat digerakkan turun-naik oleh horse head.
8. Counter Weight
Counter weight pada sebagian pumping unit dipasang pada
crank dan ada pula yang dipasang pada walking beam. Berfungsi untuk
menyeimbangkan power yang dibutuhkan prime mover pada waktu
upstroke.
9. Brake (Rem)
Brake digunakan pada saat pumping unit dimatikan, maka
berguna untuk menahan posisi horse head, juga berguna pada saat
mengganti stroke length, memperbaiki pumping unit, memperbaiki
peralatan bawah permukaan.

Gambar 3.1 Alat di atas Permukaan Sucker Rod Pump

Cara Kerja Peralatan di permukaan


 Motor dihubungkan ke gear box melalui drive sheave
dan belt.

31
 Putaran dari motor disampaikan ke gearbox melalui
pulley dan belt. Kemudian pada gear box putaran
diturunkan sesuai dengan yang dibutuhkan
menggunakan gear reducer. Angka inilah yang menjadi
kecepatan langkah pompa atau yang disebut dengan
Stroke per Minute (SPM).
 Kemudian, gerakan berputar diubah menjadi gerakan
lurus keatas melalui crank, wrist pin, pitman arm, dan
equalizer.
 Gerakan lurus ke atas pitman arm dihubungkan dengan
walking beam melalui equalizer menjadi gerakan naik-
turun.
 Untuk mengubah gerakan naik-turun walking beam
menjadi gerakan tegak lurus polished rod (vertical
reciprocating) dipasang horse head yang memiliki
1
bentuk lingkaran. Horse head dilengkapi dengan
8
bridle dan carrier bar yang berfungsi sebagai
gantungan polished rod. Polished rod dengan rangkaian
sucker rod akan menggerakkan downhole pump.

b. Peralatan bawah permukaan


1. Working Barrel
Merupakan tempat akumulasi fluida formasi setelah dihisap
dari formasi dan sebelum dialirkan ke permukaan oleh plunger dan
travelling valve. Di dalam working barrel inilah plunger dan
travelling valve bekerja naik-turun untuk menghisap fluida formasi.

2. Seating Nipple
Merupakan tempat kedudukan dari standing valve sehingga
standing valve tidak terlepas pada saat upstroke dan downstroke.

32
3. Standing Valve
Merupakan katup yang berada pada bagian bawah working
barrel di mana posisinya akan terbuka pada saat upstroke sehingga
fluida dari dalam sumur dapat masuk ke dalam working barrel.
Posisinya akan tertutup pada saat downstroke sehingga menahan fluida
yang sudah masuk ke dalam working barrel agar tidak keluar.
Standing valve terdiri dari; puller pin, cage standing valve,
ball, dan seat, connector, dan seating ring.

Gambar 3.2 Standing Valve

4. Travelling Valve
Merupakan katup yang berada di bawah plunger yang bergerak
sesuai dengan pergerakan plunger, di mana posisinya akan terbuka
pada saat downstroke sehingga fluida dapat masuk ke dalam plunger.
Posisinya akan tertutup pada saat upstroke sehingga dapat menahan
fluida yang sudah masuk ke dalam plunger agar tidak keluar.

5. Plunger

33
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam working
barrel yang berfungsi untuk mengangkat fluida dari reservoir ke
permukaan.

Gambar 3.3 Plunger

6. Sucker Rod
Merupakan besi dengan panjang 25 ft dan digunakan sebagai
penghubung antara polished rod dengan rangkaian pompa di dalam
sumur (plunger dan travelling valve).

Gambar 3.4 Sucker Rod

7. Polished Rod
Merupakan bagian teratas dari rangkaian rod yang muncul di
permukaan dan berfungsi menghubungkan antara rangkaian rod di
dalam sumur dengan peralatan-peralatan di permukaan.

8. Ponny Rod

34
Sama halnya dengan sucker rod, ponny rod juga merupakan
koneksi antara peralatan di permukaan dengan pompa di dalam sumur.
Hanya saja, ponny rod tidak sepanjang sucker rod dan mempunyai
panjang yang bervariasi. Ponny rod digunakan saat sucker rod
membutuhkan panjang tambahan.

Gambar 3.5 Ponny Rod

Cara kerja peralatan bawah permukaan

Gambar 3.6 Cara Kerja Peralatan Bawah Permukaan SRP

 Gerakan turun naik yang berasal dari peralatan atas permukaan tadi akan
terhubung ke peralatan bawah permukaan melalui bridle yang
dihubungkan ke Polyshed Rod.
 Polyshed Rod bersama rangkaian Sucker Rod akan menggerakan plunger
turun naik

35
 Gerakan travelling valve akan mengaktifkan standing valve (upstroke &
downstroke)
 Pada saat upstroke, standing valve terbuka dan travelling valve tertutup,
pada saat itu fluida akan memasuki lower pump barrel (terjadi perbedaan
tekanan)
 Pada saat downstroke, standing valve akan tertutup dan travelling valve
akan terbuka sehingga fluida yang terperangkap akan bergerak maju ke
upper pump barrel.
 Proses ini akan berkelanjutan sampai pipa akan penuh berisi fluida dan
akan bergerak menuju kepermukaan.

Untuk memudahkan dalam mengetahui spesifikasi dari SRP, maka


dibuatlah nameplate pada setiap pompa. Yang mana, nameplate tersebut
memiliki format tersendiri. Adapun formatnya adalah sebagai berikut:
C– 228D-213- 86-7466
Keterangan:
C = Tipe Pompa C: conventional
B: Beam Balance
A: Air Balance
228 = Peak Tourque Rating, satuan ribu in-lb
D = jenis gear reducer D: double
S : Single
213 = Polished rating, satuan ratusan lb
86 = Panjang langkah maksimum
7466 = Beban maksimum yang dapat ditanggung pumping unit, lb

2. Electrical Submersible Pump (ESP)


Electrical submersible pump adalah pompa yang dibuat atas dasar
pompa centrifugal bertingkat (stage) banyak di mana setiap tingkat
mempunyai impeller, bagian berputar yang fungsinya memberikan kecepatan
terhadap cairan yang dipompakan dan difusser adalah bagian yang diam,

36
berfungsi mengubah tenaga yang berupa kecepatan tinggi menjadi kecepatan
rendah namun memiliki tenaga yang tinggi.
Pompa ESP secara keseluruhan dari pompa dan motornya
ditenggelamkan ke dalam cairan, pompa ini digerakkan dengan motor listrik
melalui suatu poros motor (shaft) yang memutar impeller pompa. Perputaran
itu menimbulkan gaya sentrifugal yang digunakan untuk mendorong fluida ke
permukaan.
Seperti halnya sucker rod pump, electric submersible pump juga
mempunyai dua bagian utama, yaitu peralatan di atas permukaan (surface
equipment ESP) dan peralatan bawah permukaan (subsurface equipment
ESP).

a. Peralatan di Atas Permukaan


1. Transformer
Merupakan alat untuk mengubah tegangan listrik, bisa
untuk menaikkan atau menurunkan tegangan.
tegangan input transformer diberikan tinggi agar didapat
ampere yang rendah pada jalur transmisi, sehingga tidak
dibutuhkan kable (penghantar) yang besar. Tegangan input
yang tinggi akan diturunkan dengan menggunakan step-down
trafo sampai dengan tegangan dibutuhkan oleh motor.

Gambar 3.7 Transformer

37
2. Switchboard
Switchboard dipasang pada setiap sumur yang berproduksi
menggukana ESP. Switchboard ini berfungsi untuk mengatur
dan mengontrol kemungkinan terjadinya downhole problem,
seperti overload atau underload current. Selain itu Switchboard
juga berfungsi untuk mengrestart pompa secara otomatis
apabila pompa mengalami underload ataupun overload
sehingga pada saat masalah tersebut terjadi electric motor
terlindungi dari kerusakan. Dan juga untuk mendeteksi ada atau
tidaknya unbalance voltege pada pompa.
Pada switchboard biasanya dilengkapi dengan ampere
meter chart yang berfungsi untuk mencatat arus motor versus
waktu ketika motor bekerja. Jadi kita dapat melihat peformance
pompa pada ampere meter chart yang ada pada switchboard.

Gambar 3.8 Switchboard

3. Junction Box
Junction Box ditempatkan di antara kepala sumur dan
switchboard untuk alasan keamanan. Gas dapat mengalir ke
atas melalui kabel dan naik ke permukaan menuju switchboard,
yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran, karena itu
kegunaan dari junction box ini adalah untuk mengaluarkan gas

38
yang naik ke atas tadi. Gas yang keluar dari sumur akan masuk
ke dalam junction box lalu kemudian keluar melalui
sambungan kabel dari switchboard dengan kabel dari ESP
motor. Junction box biasanya dipasang 15 feet (minimum) dari
kepala sumur, serta 35 feet dari switchboard, dan normalnya
berada di antara dua sampai tiga feet di atas permukaan tanah.

4. Wellhead (Tubing Head)


Wellhead (Tubing Head) dilengkapi dengan tubing hanger
khusus yang mempunyai lubang untuk cable pack-off atau
penetrator. Cable pack-off ini biasanya tahan sampai tekanan
3000 Psi. Tubing head digunakan untuk menggantungkan
tubing string pada casing head. Tubing head mempunyai
packing element (karet yang mempunyai lubang-lubang tempat
ESP cable). Karena ini menjaga agar fluida tidak keluar dari
casing dan agar tidak terjadi kebocoran (flowing). Wellhead
juga harus dilengkpai dengan seal agar tidak bocor pada lubang
untuk kabel dan tulang. Wellhead didesain untuk tahan
terhadap tekanan 500 Psi sampai dengan 3000 Psi.

b. Peralatan Bawah Permukaan


1. Power Cable
Power cable berfungsi untuk mengalirkan arus listrik
dari switchboard ke motor. Cable terbuat dari tembaga dengan
rancangan yang sesuai dengan kondisi sumur serta besar
kecilnya horse power dari motor. Pada umumnya, cable terdiri
dari dua macam, yaitu; round cable dan flat cable.
Dalam menyambungkan round cable dan flat cable,
digunakan teknik splicing. Splicing ini merupakan salah satu
teknik untuk menyambungkan round cable dan flat cable
dengan cara ditimah atau disolder yang setelah itu dilapisi

39
dengan high modulus tape (HMT) yang tahan akan temperatur
tinggi.

Gambar 3.9 Power Cable

2. Pompa
Setiap pompa terdiri dari beberapa tingkat (multistage)
di mana masing-masing stage terdiri dari impeller dan diffuser.
Impeller yang dikunci dengan shaft yang merupakan bagian
yang berputar dan berfungsi sebagai alat untuk memindahkan
fluida dari satu tempat ke tempat lainnya, sedangkan diffuser
adalah bagian yang diam dan berfungsi untuk mengarahkan
fluida ke stage berikutnya. Semakin banyak stage yang
dipasangkan, maka semakin besar kemampuan pompa untuk
dapat mengangkat fluida ke permukaan. Stage sendiri
merupakan jumlah tingkat yang tersedia pada unit pompa.
Unit pompa terdiri dari beberapa bagian:
a. Impeller
Impeller merupakan komponen pompa yang berputar
bersama dengan poros yang dikunci dengan spine memanjang
sepanjang poros, berfungsi untuk memberikan gaya
centrifugal sehingga fluida bergerak menjauhi poros yang
berputar, sehingga fluida akan naik dari dalam sumur ke
permukaan.

40
Gambar 3.10 Impeller
b. Diffuser
Diffuser merupakan bagian dari pompa ESP yang
dijepit pada housing dan dijaga agar tidak bergerak, di
dalamnya terdapat sudu-sudu pengarah fluida dari stage yang
terendah ke stage yang lebih tinggi. Fungsi diffuser adalah
membalikkan arah fluida dan mengarahkan kembali ke poros
dan impeller di atasnya. Diffuser berguna untuk mengubah
energi kinetic menjadi energi potensial (tekanan).

3. Gas Separator dan Pump Intake


Pada sumur-sumur yang tidak banyak mengandung gas,
cukup menggunakan pump intake saja.
Alat ini merupakan bagian dari pompa yang berfungsi
sebagai masuknya fluida ke dalam pompa, lalu memisahkan gas
dengan liquid. Gas yang terproduksi bersama dengan liquid akan
memberikan pengaruuh buruk.

4. Motor
Setiap sistem pemompaan memerlukan tenaga
penggerak. Pada kasus pompa ESP, tenaga penggeraknya adalah
electric motor. ukurannya bervariasi dari 10 HP sampai dengan
1000 HP, dengan frekuensi 60Hz sedangkan kebutuhan voltage-
nya bervariasi dari 420 volt sampai dengan 4200 volt pada
frekuensi 60Hz, atau 350-3500 volt pada frekuensi 50Hz. OD
1 1
motor juga bervariasi dari 3 sampai dengan 7 . Biasnaya
4 4
motor dibuat single section yang panjangnya bisa sampai 35ft,

41
Pada saat pengoperasiannya, motor diisi dengan
minyak yang berfungsi sebagai:
a) Sebagai pelumas
b) Sebagai tahanan (isolasi)
c) Sebagai media penghantar panas motor yang
ditimbulkan oleh perputaran rotor ketika motor
tersebut sedang bekerja.
Prinsip kerja motor adalah menggerakkan pompa dengan
cara mengubah energi elektrik menjadi energi mekanis.
Komponen utamanya adalah rotor, stator, dan motor oil.

5. Check Valve
Check valve dipasang di atas pompa yang disambung
dengan nipple joint. Bertujuan untuk menjaga fluida tetap
berada di atas pompa. Jika tidak dipasang, akan terjadi
kebocoran fluida dan akan menyebabkan aliran balik hingga
menyebabkan motor terbakar atau rusak.
Jadi, pada umumnya, check valve digunakan agar tubing
tetap terisi penuh dengan fluida sewakgtu pompa mati dan
mencegah supaya fluida tidak turun ke bawah.

6. Bleeder Valve
Bleeder valve dipasang satu joint di atas check valve,
mempunyai tujuan untuk mengosongkan kolom cairan di dalam
tubing agar pada saat pencabutan pompa tubing dalam keadaan
kosong. Sehingga crew tidak terkena tumpahan minyak dari
tubing yang dicabut dari dalam sumur.

7. Centralizer
Berguna untuk menjaga rangkaian pompa agar tetap
berada ditengah.

42
Prinsip Kerja Electric Submersible Pump
Prinsip kerja electric submersible pump adalah berdasarkan pada
prinsip kerja pompa centrifugal dengan sumbu putarnya tegak lurus.
Pompa centrifugal adalah motor hidrolik dengan jalan memutar cairan
yang melalui impeller pompa lalu cairan akan masuk ke dalam impeller
pompa menuju poros pompa, lalu cairan akan masuk ke dalam impeller
pompa menuju poros pompa, dikumpulkan oleh diffuser kemudian akan
dilempar ke luar, oleh impeller, tenaga mekanis motor diubah menjadi
tenaga hidrolik. Di sinilah terjadi proses penghisapan dan pendorongan.
Berikut merupakan langkah-langkah cara kerja dari pompa Electric
Submersible Pump:
 Putaran dari motor diteruskan sampai ke pompa melalui shaft.
Sambungan antara shaft pada setiap unit dihubungkan dengan
coupling. Impeller dipasang pada shaft, sehingga dengan
berputarnya shaft, maka impeller pun akan ikut berputar. Putaran
ini akan mendorong serta mengangkat fluida, sedangkan difusser
yang bersifat diam akan mengarahkan fluida ke atas menuju
impeller berikutnya.
 Impeller bersama dengan fluida memberi tekanan yang
diperlukan untuk mencapai head capacity yang dibutuhkan, juga
berfungsi untuk mempercepat aliran fluida di dalam proses
pemompaan.
 Untuk dapat memompakan fluida pada tekanan tertentu
diperlukan stage yang disusun secara seri. Semakin banyak
jumlah stage maka, semakin tinggi fluida yang dapat didorong
oleh pompa.

Besarnya kapasitas dari pompa yang ditentukan oleh outside


diameter dari impeller, bukan jumlah stage.
Contoh penulisan spesifikasi pompa sebagai berikut

43
DN1400/72/120 HP
Keterangan:
DN = Seri pompa
1400 = Kapasitas pompa dalam BPD
72 = Menunjukkan jumlah stage
120 = Menunjukkan besar horse power motor

3. Progressive Cavity Pump (PCP)


PCP adalah salah satu jenis pompa putar (rotary pump) yang terdiri dari
rotor berbentukulir yang digerakkan oleh penggerak mula melalui rods dan drive
head, PCP memompakan minyak kepermukaan dengan memanfaatkan ulir dari
pompa. PCP bergerak dengan putaran motor dari permukaan (dipasang diatas
wellhead). Kemudian putaran diteruskan ke Single helical rotor melalui sucker
rod
Sama halnya dengan kedua metode artificial lift sebelumnya, komponen
PCP juga dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Peralatan di atas Permukaan


1. Motor
Berfungsi sebagai penggerak utama dari sistem pengangkatan.
Motor pada pompa PCP ini bertenagakan listrik yang disuply dari
switchboard.

2. Gearbox
Berfungsi untuk penyampaikan putaran dari motor kepada rod
string yang terhubung pada rotor. Gearbox biasnya dihibungkan
dengan motor dengan bantuan belt

3. Alat Penahan Putaran Balik Dari Pompa


Berfungsi untuk menahan putaran balik dari pompa supaya
rangkaian string tidak terlepas pabila pompa mengalami putaran balik.

44
4. Switchboard
Sama halnya dengan switchboard yang terdapat pada ESP.
Switchboard pada PCP juga berfungsi sebagai Switchboard ini
berfungsi untuk mengatur dan mengontrol kemungkinan terjadinya
downhole problem, seperti overload atau underload current.
Namun, switchboard yang terdapat pada PCP dilengkapi
dengan PSD (pariable speed driver). Yang berfungsi sebagai pengatur
RPM motor dan kecepatan pompa.

b. Peralatan bawah permukaan


1. Sucker rod
Merupakan penghubung antara rotor dengan peralatan
penggerak yang ada dipermukaan. Fungsinya adalah melanjutkan
gerak berputar dari motor ke rotor. Panjang sucker rod berkisar antara
25 – 30 ft.

Gambar 3.11 Sucker Rod

2. Pony Rod
Pony Rod Merupakan sucker rod yang mempunyai ukuran
lebih pendek. Fungsinya adalah melengkapi panjang dari sucker rod
apabila panjang sucker rod tidak memenuhi panjang yang dibutuhkan.
Panjang ponyrod adalah 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ft.

45
Gambar 3.12 Pony Rod

3. Rod centralizer
Berfungsi untuk menjaga rangkaian rod string supaya terus
berada di tengah lubang sumur.
4. Single helical rotor
Merupakan bagian PCP yang berfungsi untuk mengangkat
fluida. Terbuat dari baja yang sangat keras dan berbentuk spiral. Pada
bagian spiral inilah nantinya fluida akan terangkat pada saat rotor
diputar.

Gambar 3.13 Rotor pada PCP

5. Double internal helical stator


Berfungsi sebagai media untuk menahan fluida yang terangkat
oleh totor sehingga dapat terus terkumilasi pada bagian dinding dan

46
terus bergerak keatas. Biasanya internal helical stator terbuat dari
karet yang sangat kenyal dengan ketahanan panas maksimum 230F.

Prinsip Kerja Progressive Cavity Pump (PCP)


 Motor bergerak karena adanya aliral listrik yang datang dari sumber
listrik utama melewari transformer dan switchboard.
 Putaran dari motor akan disampaikan pada gearbox yang dihubungkan
oleh v-belt.
 Putaran dari gearbox aka disampaikan pada rotor melalui sucker rod.
 Rotor akan bergerak dan fluida akan ikut bergerak dan naik disela-sela
ulir rotor.
 Fuida yang ikut bergerak bersama rotor akan terus naik dan pada
akhirnya akan sampai dipermukaan.

3.4 Sistem Aliran Produksi Fluida


Aliran fluida dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu aliran satu fasa dan
aliran dua fasa. Sebuah aliran dikatakan satu fasa apabila media yang mengalir
dalam suatu pipa berupa satu jenis fluida saja (cair atau gas). Sedangkan aliran
dua fasa apabila media yang mengalir dalam suatu pipa berupa dua jenis fluida,
yaitu cair-gas, padat-cair, padat-gas dan sebagainya. Berikut beberapa penjelasan
sistem aliran produksi:
a. Aliran pipa
Aliran fluida di dalam pipa terdapat beberapa aliran yang di lewati:
1. Wing line.
Merupakan pipa yang di deretkan untuk mengatur aliran masuk ke
flow line
2. Flow line
Flow line merupakan pipa penyalur fluida Hidrokarbon dari suatu
kepala sumur menuju production line. Flowline biasanya memiliki
diameter antara 2 – 4 inch tergantung dari design dan kapasitas

47
produksi sumur. Agar aliran tidak kembali dalam sumur (back flow)
maka pada tiap flowline di pasang check valve.

3. Manifold
Berfungsi sebagai pengumpul fluida produksi dari berbagai sumur
yang selanjutnya dikirim ke unit pemisahan untuk suatu treatment dan
pengukuran. manifold di desain untuk mengumpulkan minyak dari
berbagai areal yang selanjutnya akan di dialirkan ke :
a. Production line
Merupakan manifold sebagai bagian operasi normal dari proses
produksi dimana arah aliran fluida dari sumur diarahkan ke
production separator atau gas boot
b. Test line
Manifold ini digunakan untuk melakukan test produksi suatu
sumur tanpa menggangu produksi sumur lainnya dimana arah
aliran fluida dari sumur di arahkan ke test separator.
c. Header line
Header Line merupakan jalur utama aliran fluida menuju
separator produksi.
d. Main line
Main line merupakan aliran pipa penyalur fluida dari Gathering
station ke petapahan.

3.5 Sistem Gathering Station


3.5.1 Fasilitas Gathering Station.
Stasiun pengumpul atau lebih dikenal dengan Gathering station
pada dunia perminyakan ini berfungsi sebagai tempat pengumpul fluida
hasil produksi (minyak, air, gas) yang dihasilkan dari sumur-sumur
minyak pada sebuah lapangan, kemudian fluida tersebut dipisahkan
menurut kebutuhannya.

48
Jenis peralatan yang digunakan pada gathering station umumnya
banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dari lapangan yang
bersangkutan dan fluida yang diproduksikan. Berikut beberapa komponen
yang mencangkup sistem gathering stations.
a. Gas boot
Gas boot berfungsi untuk memisahkan gas dari liquid agar gas
tidak masuk ke Free Water Knock Out atau Wash tank. Disamping itu
gas boot juga membantu mengurangi dan menstabilkan pressure yang
datang dari separator, splitter atau wells sebelum masuk ke wash tank.

Gambar 3.14 Gas Boot

b. Flare
Flare merupakan suatu unit yang berfungsi untuk pembakaran
gas dari gas boot, gas mengalir dari atas gas boot kemudian masuk ke
scrubber di sini terjadi proses pemisahan jika masih terdapat
kondensat di gas.kondensat harus di pisahkan ini dikarenakan jika
terbakar di flare akan membahayakan lingkungan selain itu juga
kondensate dapat di manfaatkan untuk cleaning peralatan.

49
Gambar 3.15 flare

c. Wash tank
Wash tank adalah tanki penampung fluida yang datang dari gas
boot atau FWKO dan berfungsi untuk memisahkan air dan minyak.
Kapasitas wash tank yang digunakan pada setiap gathering station
berbeda-beda tergantung dari hasil produksi field yang bersangkutan
dan retention time dari fluida. Jika kapasitas cukup besar, retention
time di dalam wash tank menjadi semakin lama. Semakin lama
retention time akan menyebabkan proses pemisahan minyak dan air
menjadi semakin baik. Baik dan tidaknya pemisahan minyak dan air
juga dipengaruhi oleh temperatur fluida dan chemical yang
diinjeksikan di incoming line
Retention time adalah lamanya waktu fluida berada di dalam tangki
sebelum pindah ke fasilitas berikutnya. Retention time perlu
diperhatikan dalam dalam mendesain wash tank, karena ia akan
mempengaruhi hasil pemisahan air dengan minyak.
Kolom air di dalam wash tank akan selalu dijaga pada ketinggian
tertentu, karena ia akan berpengaruh pada proses pemisahan air dan
minyak. Untuk menaikkan atau menurunkan permukaan interface air

50
minyak dapat dilakukan dengan menambah atau mengurangi spacer
atau ring yang ada di water leg box. Sedangkan untuk mengetahui
permukaan interface pada sebuah wash tank, dapat diketahui dengan
menggunakan sample cock yang ada di dinding tanki. Penggunaan
chemical kadang diperlukan untuk membantu mempercepat proses
pemisahan air & minyak didalam wash tank.

Gambar 3.16 wash tank

d. Chemical
Chemical berfungsi sebagai additif tambahan untuk membantu
mempercapat pemisahan minyak dan air pada saat proses pemisahan di
wash tank.

51
Gambar 3.17 chemical

e. Test tank
Test tank ada yang berada di dalam area Gathering Station dan ada
Test Tank yang berada di dekat sumur yang ditempatkan sebagai
pembantu dalam well test di sekitar sumur dan yang jauh dari
Gathering Station dan Test Tank.

Gambar 3.18 test tank

52
f. Water tank
Water tank berfungsi untuk menampung air yang sudah di pisahkan di
wash tank berguna untuk sebagai media pendorong pengiriman
minyak.

Gambar 3.19 water tank


g. Flow meter
Flow Meter digunakan sebagai acuan besar kecilnya kebutuhan air
yang di butuhkan dengan menyetel valve sehingga mesin yang
membutuhkan udara lebih kecil bisa di sesuaikan alirannya dan begitu
juga sebaliknya. Sehingga tidak ada lagi kekuranagan air untuk mesin-
mesin yang membutuhkan lebih banyak.

53
Gambar 3.20 flow meter

h. Pit
Pit berfungsi untuk menampung air yang sudah berpisah dengan
minyak dari wash tank. Disamping itu pit juga menampung semua
pembuangan air atau minyak dari semua peralatan yang ada di dalam
gathering station bahkan dari lapangan. Air tersebut masih
mengandung minyak beberapa ppm, sehingga di dalam pit terjadi
pemisahaan air dengan minyak secara gravity, air berat berada di
bawah, sedangkan minyak yang ringan mengapung di atas dan
dipompakan menggunakan skimming pump kembali ke wash tank.

Gambar 3.21 pit

i. Shipping tank

54
Shipping tank berfungsi untuk menampung minyak yang sudah
dibersihkan di wash tank untuk dipompakan kefasilitas berikutnya dan
membersihkan kesempatan air untuk mengendap jika masih ada yang
terbawa bersama minyak dari wash tank, kemudian air atau emulsi
yang ada didasar shipping tank dipompakan kembali masuk ke inlet
boot.

Gambar 3.22 shipping tank

j. Shipping pump
Shipping pump merupakan pompa yang berfungsi untuk
mentransfer minyak dari gathering station. Shipping pump yang
digunakan adalah pompa positif displacement yang dirancang untuk
memompakan minyak mentah dari GS ke petapahan dan juga
berfungsi untuk melakukan sirkulasi apabila tidak melakukan
pengiriman hal ini agar minyak yang berada di pipa tidak terjadi
congeal.

55
Gambar 3.23 shipping pump

k. Storage tank
Storage tank merupakan unit tambahan yang berfungsi jika pada
shipping tank minyak yang ada pada tank tersebut penuh maka akan di
alirkan ke storage tank yaitu apabila proses pengiriman minyak tidak
terjadi.

Gambar 3.24 storage tank

l. Meter Reading

56
Meter Reading merupakan unit yang berfungsi untuk merecord
atau mencatat data minyak yang dikirim ke Gathering Station. Data
minyak yang dikirim akan tercatat di tiket meter yang diganti setiap 24
jam

Gambar 3.25 meter reading

3.5.2 Proses Aliran Gathering Station

57
Fluida dari sumur-sumur produksi mengalir menuju Gathering
Station kemudian masuk ke Gas boot , di sini terjadi proses pemisahan
antara gas dan Cairan (minyak+air), kemudian gas akan mengalir menuju
flare stack untuk dibakar di atmosfir, sementara pada dasarnya kandungan
gas yang terdapat pada lapangan SPR langgak ini memiliki kandungan gas
yang rendah dan sedikit sehingga flare yang ada tidak di bakar di atmosfir
melainkan langsung di buang kelingkungan.
Selanjutnya minyak yang masih tercampur dengan air dari gas boot
masuk ke wash tank, di wash tank minyak dan air akan terpisah karena
gravity, perbedaan berat jenis, tekanan dan di bantu oleh chemical reverse
demulsifier yang di injeksikan di line sebelum masuk ke gas boot dan
wash tank, kemudian akan terpisah berdasarkan perbedaan berat jenis.
Untuk mengatur ketebalan fluida air di dalam Wash Tank maka di gunakan
Water Lag dengan mengatur ringnya pada posisi yang diinginkan
perbandingan ini akan menentukan berapa kadar kandungan minyak yang
berada di atas minyak.
Pada pemisahannya air yang telah terpisah oleh minyak akan masuk
ke water tank, pada prinsipnya sebagian air yang berasal dari water tank
akan di gunakan sebagai media pendorong minyak yang akan di kirim ke
petapahan dan sebagiannya lagi akan di buang ke lingkungan. Namun
sebelum di buang ke lingkungan akan di bersihkan terlebih dahulu melalu
skimppig pit, wash pit dan polution pit. Kemudian minyak yang telah di
pisahkan akan masuk shipping tank, perlu diketahui volume shipping tank
yang ada tidak sepenuhnya merupakan minyak tetapi juga mengadung
kandungan air yaitu sebagai alas atau bantalan yang mana berfungsi untuk
memanaskan minyak yang mengandung tingkat parafin yang tinggi.

3.5.3 Proses Pengiriman


Tahap akhir dari proses produksi minyak adalah proses
pengiriman, dimana sebelum pengiriman di lanjutkan ke Petapahan,

58
minyak yang sebelumnya dari shipping tank akan di lakukan pengecekkan
nilai BS&W yaitu berguna untuk menentukan kadar air yang masih terisisa
didalam minyak. hasil sample minyak yang ada di ambil dari test line
yang terdapat pada meter reading, meter reading ini sendiri berguna untuk
melihat kadar minyak yang di kirim perhari. Langkah selanjutnya barulah
minyak akan di kirim ke Petapahan jika kadar BS&W kecil dari 1 %
minyak tersebut akan di kirim melalui pipa main line.

3.6 Oil and Well Performance

1. Penentuan Densitas, Specific Gravity (SG), dan API Garavity


Densitas, Specific Gravity (SG), dan API Garavity merupakan
salah satu dari sifat-sifat fisik fluida reservoar (minyak). Densitas minyak
adalah massa persatuan volume minyak pada temperatur tertentu yang
mana merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dari minyak
tersebut. Dalam laboratorium, densitas minyak dapat diukur dengan
menggunakan alat gelas ukur transparan untuk menampung sejumlah
volume minyak dari sample cock, dan menimbang berat minyak,
kemudian membandingkan massa minyak tersebut dengan volumenya.
Berikut persamaan yang menggambarkan penentuan densitas minyak:
m
ρo =
v
dimana,  = densitas minyak, gr/ml
v = volume minyak, ml
m = massa minyak, gr
= (massa gelas ukur + minyak) – massa gelas ukur
Selain densitas, berat jenis minyak juga dinyatakan sebagai specific
gravity yang merupakan perbandingan antara densitas minyak dengan
densitas air pada tekanan dan temperatur tertentu. Berikut persamaan dari
penentuan specific gravity minyak:

59
ρo
SG =
ρw

Specific Gravity juga dapat dinyatakan dalam °API (American


Petroleum Institute). °API merupakan satuan yang digunakan Amerika
untuk menyatakan Specific gravity. Pada pengujian densitas, specific
gravity (SG), dan ° API, nilai yang diharapkan adalah SG yang terendah
atau ° API-nya tinggi, karena semakin tinggi °API minyak atau semakin
rendah SG-nya menunjukkan bahwa minyak tersebut tergolong pada jenis
light crude oil atau minyak ringan. Dipasar minyak, minyak ringan
merupakan minyak yang berharga tinggi dibandingkan dengan heavy
crude oil atau minyak berat, karena kualitas minyak ringan tersebut lebih
bagus sehingga tidak butuh proses distilasi yang lebih rumit. Demikian
juga dengan sebaliknya, semakin rendah ° API atau makin besar SG-nya,
maka mutu minyak itu kurang baik karena lebih banyak mengandung lilin.
Berikut persamaan dalam menentukan ° API minyak dan tabel jenis
minyak:
141.5
° API = – 131.5
SG

Tabel 3.1 Klasifikasi ° API minyak dan SG

2. Well Test
Well test adalah pekerjaan pengujian produksi sumur untuk
mengetahui data produksi dari setiap sumur (oil, water, dan gas) per hari.
Data ini penting bagi Petroleum Engineer untuk menganalisa sumur dan

60
formasi secara keseluruhan, apakah sumur tersebut masih berproduksi
dengan baik atau memerlukan well sevice atau work over job untuk
mempertahankan/ meningkatkan laju produksi. Operator produksi yang
melakukan pengujian atau tes produksi dilokasi dilakukan oleh pumper.
Pada lapangan Langgak, test ini dilakukan dengan menggunakan test tank
yang diletakkan didekat sumur. Prosedur dari well test disetiap lapangan
Langgak adalah sebagai berikut:
1. Memasang elbow sebagai penyambung dari spool test ke fleksible
hose. Fleksible hose berfungsi sebagai penyalur fluida produksi
dari flowline menuju test tank.
2. Membuka gate valve pada spool test dan menutup gate valve pada
flow line (biasanya dilakukan ber-iringan supaya tekanan pada pipa
tidak naik ketika kedua valve cenderung menutup dan laju aliran
fluida produksi masuk ke test tank konstan ketika waktu tes atau
pengisian dimulai).
3. Kemudian biarkan fluida mengalir sampai batas waktu yang
ditentukan (sekitar 20-30 menit).
4. Setelah itu buka kembali gate valve pada flow line dan tutup
kembali gate valve di spool test.
5. Selanjutnya dilakukan settling time sampai batas waktu yang di
tentukan.
6. Kemudian pengukuran dari ketinggian top fluid level dapat
dilakukan dengan menggunakan penggaris dengan
mencelupkannya hingga menyentuh dasar test tank.
7. Pengukuran ketinggian WOC dilakukan dengan mengolesi water
kut (pasta khusus yang bisa memperlihatkan batas air dan minyak)
pada penggaris di sekitar nilai top, kemudian dicelupkan kedalam
test tank dan dibersihkan dengan tetesan toluene untuk melihat
batas dari WOC.
Nilai yang didapatkan dari well test yaitu ketinggian WOC dan top
fluid level pada test tank dapat digunakan untuk perhitungan laju produksi

61
fluida, air, dan minyak tiap hari, serta mengetahui nilai dari water cut.
Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:
1440
Qactual = ×top (cm) ×0,297898 × 0 , 95
t (menit)
woc(cm)
WC= ×100 %
top(cm)
(100−WC )
Qo = ×Q actual
100
Qw =Q actual−Q o

Ket: Qactual = laju produksi fluida, bfpd


t = lama pengisian test tank, menit
top = ketinggian kolom fluida produksi di test tank, cm
0,297898 = faktor dari test tank
0,95 = error factor atau tingkat kebenaran
woc = ketinggian dari batas air dengan minyak, cm
WC = kandungan air dalam fluida produksi, %
Qo = laju produksi minyak, bopd
Qw = laju produksi air, bwpd

3. Sonolog Test
Sonolog Test adalah test yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik fluida didalam sumur seperti ketinggian kolom dari fluida
pada sumur yakni dalam keadaan pompa bekerja ( Working Fluid Level ),
maupun dalam keadaan pompa dimatikan ( Static Fluid Level ), tekanan
reservoir, tekanan intake pompa, tekanan produksi didasar sumur, tekanan
casing, jumlah produksi saat ini dan potensinya, serta kedalaman formasi,
kedalaman pompa, dll. Untuk sumur normal cukup 1 kali test, sedangkan
untuk sumur yang baru di well service di test sampai sampai WFL nya
stabil yaitu mendekati antara test yang satu dengan test yang selanjutnya
untuk memperoleh data yang akurat.

62
Peralatan yang digunakan pada Sonolog Test adalah sebagai
berikut:
1. Gas Gun. Alat ini digunakan untuk menghasilkan bunyi
dipermukaan. Gas gun diperlengkapi dengan mikrofon, manometer
pengukur tekanan di selubung yang biasanya berujud peralatan
digital serta manometer pengukur tekanan pada Gas Chamber yang
merupakan sumber bunyi.

Gambar 3.26 Komponen Gas Gun

2. Analog Digital Converter. Alat ini digunakan untuk mengolah data


dari sensor agar dapat diterima oleh komputer dan mengolah
perintah dari komputer agar dapat dieksekusi oleh sensor.
3. Komputer untuk mengolah data menghitung dan memprogram
perintah. Biasanya komputer sudah dilengkapi dengan software
untuk perhitungan ini.

Gambar 3.27 Komputer dan Analog Digital Converter

63
4. Catu gas. Umumnya dipakai gas yang tidak bereaksi dengan
hidrokarbon seperti N2 atau CO2. Botol nitrogen sebagai sumber
gas dilengkapi dengan pressure regulator yang memadai.
5. Pressure transducer berfungsi sebagai mengubah tekanan menjadi
sinyal listrik analog.

Gambar 3.28 Pressure Transducer

6. Peralatan tambahan seperti pipa penghubung gas gun dengan well


head (elbow).
Prinsip kerjanya yaitu gas gun dipicu untuk menimbulkan bunyi
yang kemudian merambat di annulus dan dipantulkan oleh permukaan
cairan. Pantulan (selama proses berlangsung bunyi direkam secara terus
menerus) akan diterima oleh mikrofon dan komputer akan menghitung
waktu yang dipergunakan bunyi untuk merambat dari permukaan,
dipantulkan oleh permukaan cairan sampai kembali ke permukaan.
Prosedur dalam melakukan Sonolog Test pada suatu sumur adalah
sebagai berikut:
1. Open valve casing annulus untuk me-release/ mengeluarkan gas
yang terperangkap didalamnya.
2. Isi gas chamber dengan gas N2 dari tabung gas hingga tekanan 300
psi.
3. Pasang elbow pada casing annulus valve dan pasang gas gun pada
elbow.

64
4. Hidupkan komputer dan hubungkan pada analog digital converter
(power: on), serta hubungkan semua koneksi kabel pada analaog
digital converter.
5. Buka software echometer, kemudian input data operator (pada
Setup,atau tombol F2) dan lakukan kalibrasi pressure transducer
(obtain zero offset) di komputer dengan memasang alat pressure
transducer terlebih dahulu pada kabel koneksi, setelah itu dilepas
kembali.
6. Open file (pada Base Well File atau tombol F3) untuk sumur
bersangkutan yang akan di test.
7. Pasang pressure transducer pada gas gun dan hubungkan semua
kabel koneksi dari analog digital converter pada gas gun.
8. Pada Acquire Data (tomol F4), terdapat tampilan rekaman suara
dari bawah permukaan sumur, mulai Fire Shoot setelah detik ke 20
(jika pantulan tidak dapat terdeteksi, maka ulangi proses pengisian
gas chamber dengan tekanan yang lebih tinggi).
9. Simpan data hasil Sonolog.
10. Pada tab Select Liquid Level, terdapat tampilan rekaman dari hasil
Sonolog, kemudian atur skala dan posisi garis untuk menentukan
pantulan yang terbaik.
11. Pada tab Depth Detemination, terdapat tampilan dari hasil
perhitungan kedalaman pada pantulan yang dipilih, kemudian pilih
Analysis Method: Manual untuk dapat mengatur secara manual
penyebaran dari garis analisis yang harus disesuaikan dengan
fluktuasi hasil rekaman.
12. Pada tab Casing Pressure menampilkan data tekanan setiap 15
detik, tekan tombol End Buildup untuk menghentikan pengambilan
data jika telah membentuk garis lurus.
13. Terakhir pada tab BHP menampilkan hasil akhir dari penentuan
liquid level, pengambilan data casing pressure, dan data well fire
lainnya.

65
Gambar 3.29 Tampilan hasil Sonolog Test

4. Penentuan BS&W
BS&W (Base Sediment and Water) dalam minyak merupakan
kandungan sedimen dan air yang masih tersisa atau tidak dapat dipisahkan
lagi dengan proses pemisahan yang terjadi pada wash tank. Sebelum
melakukan pengiriman minyak yang akan dijual, sangat perlu dilakukan
pengecekan terhadap kandungan BS&W dari minyak yang ada di dalam
shipping tank. Pengecekan ini bertujuan agar minyak yang dikirim
nantinya benar-benar telah terproses dengan sebaik-baiknya sehingga
hanya tinggal sedikit dari kandungan pengotor BS&W didalam minyak
tersebut. Batasan nilai minimum dari BS&W minyak yang akan dikirim
adalah < 1 %.
Penentuan kadar BS&W dapat dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan alat dan bahan sebagai berikut:
Alat : 1 gelas centrifuge 200 ml untuk minyak, 1 gelas centrifuge 200
ml sebagai penyeimbang putaran (air), dan mesin BS&W.

66
Bahan : 100 ml sampel minyak, 100 ml toluene (oil based) sebagai
pemisah antara minyak dan komponen lainnya, dan 3 tetes
demulsifier yang bekerja lebih efektif dibandingkan toluene yaitu
untuk memecahkan dan menurunkan tegangan antar muka
(interfacial tension) minyak dengan komponen lainnya.
Prosedur penenentuan BS&W dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Memasukkan 100 ml sampel minyak kedalam 200 ml gelas
centrifuge.
b. Tambahkan 100 ml toluene dan 3 tetes demulsifier.
c. Kocok sampai merata campuran dari minyak dengan toluene.
d. Masukkan sampel tersebut kedalam water bath pada temperatur
60°C (140°F) selama 10 menit.
e. Masukkan gelas centrifuge tersebut kedalam mesin BS&W dan
atur temperatur mesin BS&W sesuai dengan temperatur sampel
minyak.
f. Tutup mesin BS&W dan nyalakan putaran tersebut hingga 1600
rpm selama 10 menit.
g. Buka tutup mesin BS&W dan angkat gelas centrifuge yang berisi
sampel minyak, kemudian baca hasil pengukurannya.
Apabila nilai BS&W yang diperoleh telah sesuai dengan batas BS&W
yang ditetapkan maka pengiriman baru mulai dilakukan, jika tidak maka
tunggu hingga BS&W bagus kembali atau hentikan pengiriman jika terjadi
peningkatan BS&W ketika pengiriman. Pengecekan BS&W dapat
dilakukan setiap 50 Bbls, 100 Bbls, 200 Bbls, 300 Bbls, 400 Bbls, dan 500
Bbls.

67
BAB IV
STUDI KASUS

4.1 Permasalahan Produksi Lapangan Langgak


Permasalahan produksi merupakan hal yang harus dapat
diantisipasi. Namun, faktanya kondisi di lapangan setiap masalah dari
berbagai sumur tidak mampu dihindari. Permasalahan produksi akan
berbanding lurus dengan terjadinya penurunan produksi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan identifikasi permasalahan untuk dapat dilakukakannya
optimasi produksi. Setiap kegiatan optimasi produksi dari setiap
permasalahan yang ada akan menghasilkan solusi serta penanganan yang
berbeda-beda. Sehingga, pengindentifikasian diharapkan dapat
meningkatan perolehan produksi yang sempat terhambat oleh berbagai

68
masalah. Berikut merupakan beberapa contoh problem sumur yang
terdapat di lapangan Langgak:
1. Congeal
Congeal merupakan kondisi di mana ketika minyak bumi
yang mengandung wax membeku, sehingga beberapa wax akan
terkristalisasi di larutan tersebut.. Jika crude oil tidak melalui
proses agitasi saat kristalisasi, maka kristal akan membentuk
jaringan dimana dapat mencegah dan menahan unsur liquid dari
minyak. Dengan kata lain, congeal ini merupakan kondisi dimana
minyak memiliki viskositas yang cukup tinggi sehingga sulit untuk
mengalir diakibatkan oleh rendahnya temperatur dan besarnya
kandungan wax. Jika minyak yang congeal ini mengalir melalui
perforasi secara terus-menerus dalam waktu yang lama, maka pada
lubang perforasi akan terakumulasi gumpalan-gumpalan yang
dapat menutup lubang perforasi bahkan menyumbat, sehingga hal
tersebut berdampak kepada performance atau produksi dari sumur.
Permasalahan ini banyak terjadi pada sumur-sumur di lapangan
Langgak.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, pada salah satu
sumur di lapangan Langgak dilakukan perforation wash dengan
cara menginjeksikan parasol. Parasol diinjeksikan dengan tujuan
untuk melarutkan gumpalan-gumpalan minyak yang menyumbat
lubang perforasi, sehingga dapat mengembalikan produktivitas
sumur seperti seharusnya bahkan diharapkan melebihi performance
sebelumnya. Injeksi ini dilakukan dengan tujuan untuk
membersihkan dua interval perforasi yang berbeda yang terindikasi
mengalami penyumbatan karna adanya minyak congeal yang
menutupi lubang perforasi untuk itu dilakukan penginjeksian brine
yang merupakan campuran dari 20 sack KCL dan 15 bbl air
terlebih dahulu melewati casing annulus. Hal ini bertujuan untuk
menjadikan larutan KCL sebagai penambah tekanan hidrostatik

69
agar sumur tidak flowing karena selama tekanan reservoir sama
dengan tekanan hidrostatik parasol yang diinjeksikan nantinya
hanya akan mencuci kedua interval perforasi dengan efektif, sebab
parasol yang digunakan adalah jenis heavy parasol yang
mempunyai densitas yang lebih besar dari KCL, maka dari
itu,ditambah parasol biasa agar density chemical lebih kecil
daripada brine. Sehingga susunannya dari paling bawah brine,
parasol,baru air.Setelah injeksi KCL dilakukan dilanjutkan dengan
injeksi parasol. Setelah itu, sumur dimatikan selama 12 jam, hal ini
bertujuan untuk memberikan waktu parasol bereaksi dengan
gumpalan-gumpalan minyak yang menyumbat lubang perforasi.
Kemudian setelah 12 jam barulah sumur diproduksikan kembali.
2. Gas Lock
Gas lock merupakan kondisi dimana pompa terisi oleh gas
yang mana gas tersebut tidak dapat keluar sehingga akan
menghalangi fluida masuk ke dalam pompa. Yang biasanya terjadi
ketika tubing pumps pada pompa mati atau pada sumur yang
memiliki GOR yang tinggi. Namun pada lapangan Langgak
diperkirakan GOR dibawah 1%, akan tetapi ditemukan di beberapa
sumur terjadinya kasus gas lock. Salah satu penanganan gas lock
yang dilakukan adalah me-release gas yang terperangkap didalam
tubing pump. Dengan cara membuka sample cock pada pumping
tee. Sample cock dibuka hingga gas tidak keluar lagi bersama
dengan fluida produksi. Penanganan ini biasanya dilakukan 3 kali
dalam satu hari.

4.2 Optimasi Produksi Lapangan Langgak


Optimasi produksi bertujuan untuk memperoleh produksi optimum
dari suatu sumur, yaitu, kemampuan optimum sumur untuk diproduksikan
dengan teknologi yang ada. Berbeda dengan laju alir maksimal di mana
nilai tekanan alir sumur bernilai nol, laju alir optimum ditentukan juga

70
dengan efektivitas pompa dan tekanan dasar sumur yang tidak mungkin
bernilai nol.Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimasi
produksi pada lapangan Langgak adalah dengan penambahan chemical.
Proses produksi fluida kepermukaan tak terlepas dari material-
material yang mempengaruhinya. Proses perolehan minyak mentah yang
berkualitas membutuhkan treatment yang mengimbanginya. Langkah ini
dilakukan guna untuk memisahkan minyak dari material lainnya yang ikut
terkandung ketika minyak diproduksikan. Penambahan chemical
merupakan salah satu kegiatan optimasi produksi yang dilakukan guna
untuk menghasilkan fluida produksi yang berkualitas sesuai dengan SOP
yang berlaku, terutama untuk produksi minyak. Chemical tersebut
diinjeksikan pada pipa flowline melalui tubing yang disambungkan ke pipa
production line, supply dari chemical tersebut didapatkan dari berupa
drum yang diletakkan tidak jauh dari sumur tersebut. Dengan bantuan
chemical, maka akan membantu proses pemisahan antara minyak dengan
air. Oleh karena itu, dibutuhkannya penambahannya chemical untuk
meningkatkan optimasi produksi. Chemical yang digunakan pada
Lapangan Langgak adalah Demulsifier dan Reverse Demulsifier. Berikut
penjelasan tentang jenis-jenis dan fungsi dari chemical yang digunakan
pada Lapangan Langgak:

a. Demulsifier
Demulsifier digunakan untuk mengoptimalisasi proses
pemisahan minyak dari air (oil based) dengan memecahkan emulsi
serta endapan yang terkandung di dalam minyak mentah. Dalam
proses ini demulsifier akan memudahkan untuk membantu air dan
padatan terlepaskan dari minyak, sehingga kualitas dari minyak
yang dihasilkan akan semakin baik. Berikut merupakan beberapa
kegunaan dari demulsifier,
(1) Memisahkan kandungan asphalt, lumpur, dan garam-
garam mineral yang teremulsi dalam minyak mentah

71
(2) Memisahkan air dari minyak
(3) Mencegah perubahan hidrokarbon menjadi fasa air
(4) Mencegah terbentuknya emulsi
(5) Membantu pencegahan pencemaran minyak pada disposal
canal
Pada Lapangan Langgak sumur yang menggunakan
chemical berupa demulsifier ialah Langgak-I dan Langgak-U.

b. Reverse Demulsifier
Seperti namanya, Reverse Demulsifier merupakan lawan
kerja dari demulsifier yang mana chemical ini berfungsi untuk
memisahkan material material lainnya dari air, terutama minyak.
Chemical ini digunakan untuk mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan pada saat limbah dialirkan ke pembuangan yang
mungkin saja akan berkontak langsung dengan lingkungan
masyarakat. Pemerintah telah menetapkan bahwa kandungan
minyak pada air buangan maksimal memiliki nilai 25 ppm dengan
suhu 45oC. Alat utama yang dapat digunakan untuk mengetahui
kandungan minyak pada air adalah Spectrophotometer.
Apabila kadar kandungan minyak pada air buangan
melebihi batas yang ditentukan, maka dapat menimbulkan
permasalahan sebagai berikut,
(1) Terjadinya loss production dikarenakan minyak ikut
terbuang bersama limbah air buangan
(2) Permasalahan lingkungan yang akan berdampak bagi
keselamatan serta kesehatan warga sekitar
(3) Penyumbatan formasi pada sistim Water Injection
(4) Dapat menjadi sumber penyakit akibat bakteri yang
berkembang biak pada limbah.
Pada Lapangan Langgak, reverse demulsifier digunakan di
area Gathering Station dan pada Langgak-I dan Langgak-U. Pada

72
Gathering Station, chemical ini diinjeksikan melalui tubing dari
incoming line menuju ke dalam Gas Boot yang mana akan bekerja
pada wash tank, sehingga pada saat proses pemisahan fluida yang
terjadi di wash tank dapat bekerja secara optimal.

Gambar 4.1 Demulsifier dan Reverse Demulsifier

Bahan kimia demulsifier & reverse demulsifier termasuk


jenis surface active agent (surfactant) yang berfungsi memecahkan
dan memisahkan emulsi air dan minyak. Namun, di GS hanyalah
reverse demulsifier yang digunakan demi menyempurnakan
pemisahan minyak dalam air sebelum nantinya air dibuang ke
lingkungan sedangkan minyak ke shipping tank. dan agar
pemisahan air dan minyak lebih sempurna maka chemical juga
dibantu dari sumur agar saat di GS tidak terlalu berat pemisahannya
(demulsifier & reverse demulsifier) yaitu dilapangan BW #09 dan
lapangan BW #25

73
Namun, sebelum menginjeksikan suatu jenis chemical ada
baiknya dilakukan suatu test untuk menentukan konsentrasi yang
pas dari kedua chemical yang dipakai dilapangan BW agar
pemisahan minyak dan air lebih sempurna, yang mana nama
testnya adalah bottle test. Bottle test ini dilakukan oleh beberapa
vendor yang telah menawarkan diri dan nantinya yang terpilih yang
memiliki konsentrasi chemical dengan waktu settling yang baik
dan biayanya juga dapat dijangkau. Sesuai dengan peraturan
pemerintah, dinyatakan bahwa crude oil yang diproduksi dan
dipasarkan harus mempunyai kadar BS & W kurang dari 1 %
sedangkan kandungan minyak yang terdapat dalam limbah yang
boleh dibuang ke lingkungan oleh sebuah industri perminyakan
adalah dibawah 40 ppm, sedangkan air dibawah 25 ppm saat
dibuang ke lingkungan. Yang mana hal ini didasarkan pada
Kepmen LH No. 42 Tahun 1996 tentang “air buangan terproduksi
yang dibuang ke lingkungan, kadar minyak dalam air buangan
maksimum ≤ 25 ppm .Oleh karena itu, perlu adanya bottle test
untuk mencari konsentrasi dari suatu chemical yang pas untuk
menyempurnakan pemisahan agar lingkungan tidak tercemar.

74
Adapun langkah-langkah dalam pekerjaan bottle test adalah:
1. Ambil sample minyak 5 liter dan air 5 liter
2. Setelah itu, ambil sample minyak 60 ml dan air 40 ml, lalu
kocok minyak,air dalam gelas sample

Gambar 4.2 Sampel yang akan Diuji

3. Setelah minyak dan air tercampur rata, tambahkan chemical (


demulsifier dan reverse demulsifier) dengan konsentrasi yang
berbeda-beda pada setiap botol agar nantinya didapat
konsentrasi yang pas sehingga pemisahan air dan minyak
menjadi cepat.
4. Campuran minyak,air dan chemical yang telah dicampur tadi,
Direndam dalam water bath 50 C atau 120 F (sesuai dengan
temperature reservoir)

Gambar 4.3 Sample dalam Water Bath

75
5. Kemudian, setiap botol yang direndam didalam waterbath
dilihat tiap 5,15,30,60,120 menit.

Gambar 4.4 Pengecekkan Sample Tiap


Menit yang Ditentukan

6. Untuk setiap menitnya, lihat persentase pemisahan yang terjadi.


Amati minyak dalam botol, penampakkan minyak diatas botol
dan air dibagian bawah botol.Jika pemisahan dinilai sudah
sempurna, catat waktu yang diperlukan untuk mencapai
pemisahan tersebut.
7. Lalu, setelah mencatat berapa persen pemisahan yang terjadi
dan waktu yang diperlukan untuk mencapai pemisahan,
dilakukan BS & W test, BS& W diperlukan untuk melihat
berapa banyak zat pengotor yang tidak bisa dipisahkan dengan
mengandalkan chemical saja yaitu sediment dan water level
dalam minyak (water cut) dengan menambah toluen serta
ditetesi demulsifier, kalau bisa tidak boleh lebih dari 1 sesuai
aturan dari pemerintah
8. BS & W dilakukan dengan mencampur minyak yang kita uji
ditambah toluene dengan persentasi 50 % 50% supaya didapat
seberapa banyak zat pengotor yang sulit dipisah mengandalkan
demulsifier saja. Siapkan toluena 50 %

76
Gambar 4.5 Gelas Tube Berisi 50% Toluena

9. Ambil sample yang sudah di setling dan masukkan ke gelas


tube yang telah berisi toluena

Gambar 4.6 Pengambilan Sample yang Sudah di Setling ke


Gelas Tube

10. Lalu sample yang telah ditambah toluena dengan persentasi


50% sample, 50 % toluen dikocok hingga rata

Gambar 4.7 Sample yang Sudah di Mix 50%, 50% Toluena

77
11. Lalu masukkan sample yang telah di mixing tadi ke dalam
centrifugal machine dan putar (pastikan centrifugal machine
pemanasnya hidup terlebih dahulu)

Gambar 4.8 Sample diputar di Centrifugal Machine

12. Lalu, setelah putaran berhenti, angkat sampel dan catat


kandungan water level dan sediment yang ada dalam gelas
centrifuge tersebut dan tidak boleh lebih dari 1

Gambar 4.9 Hasil BS&W Sample

13. Kemudian, air dari proses pengujian pemisahan menggunakan


chemical tadi, dimasukkan dalam labu buret ditambah toluena,
toluena dipakai sebagai mempercepat pemisahan. Lalu letakkan
distatifnya dan tampung hasilnya menggunakan suatu wadah.
Sampel tadi dituang perlahan demi perlahan dari labu buret ke
wadah nantinya ditunggu sampai wadah terisi hasil pemisahan
air yang akan dibuang ke lingkungan tersebut.

78
Gambar 4.10 Pengujian Oil Content dalam Water

14. Setelah dapat, air tersebut diukur dengan alat sphectrofotometer


untuk mengetahui tingkat kandungan minyak yang masih ada
dalam air tersebut sebelum dibuang ke lingkungan. Dimana,
alat yang dipake belum dalam bentuk ppm, sehingga ada rumus
untuk mengubahnya ke ppm.Sebelum alat dipakai, dikalibrasi
dengan toluena hingga alat menunjukkan angka 0
15. Setelah itu masukkan sampel air ke alat dan nantinya akan
terbaca dialat berapa konsentrasinya

Gambar 4.11 Hasil Oil Content dalam Water Pada


Sphectrofotometer
16. Kalau sesuai alat yang digunakan, tidak boleh dari 0.4, dan
setelah dikonversi ke ppm tidak boleh lebih dari 25 ppm sesuai
aturan pemerintah

79
4.3 Analisa Optimasi Produksi Lapangan Langgak

4.3.1 Penentuan Pump Displacement dan Pump Efficiency


Data produksi yang diperoleh dari setiap sumur pada lapangan
Langgak tidak terlepas dari besarnya nilai kapasitas serta efisiensi pompa.
Oleh karena itu perhitungan kapasitas pompa serta efisiensi pompa perlu
dilakukan guna untuk mengetahui kemampuan maksimum suatu pompa
mengangkat fluida formasi ke permukaan, serta seberapa besar tingkat
efisiensi pompa pada suatu sumur.
Dalam perhitungan kapasitas pompa, Sucker Rod Pump,
Progresive Cavity Pump dan Electric Submersible Pump memiliki cara
perhitungan yang berbeda. Hal ini terjadi karena perhitungan dilakukan
berdasarkan spesifikasi pompa yang digunakan, sehingga nilai yang
digunakan berbeda untuk setiap pompanya, namun untuk parameter yang
digunakan tidaklah berbeda jauh.
1. Sucker Rod Pump
Perhitungan kapasitas pada pompa Sucker Rod dilakukan
berdasarkan parameter konstanta pompa (C), stroke length (SL),
serta stroke per minute (SPM). Hal ini dapat dilihat dari persamaan
berikut:
PD = C × SL× SPM
dimana:
PD = Pump Displacement/ Capacity, bfpd
C = Pump Constanta
SL = Stroke Length, in
SPM = Stroke per minute, in/minute

Dalam persamaan di atas konstanta pompa untuk setiap


jenis dari pompa SRP berbeda-beda bergantung pada besar

80
diameter plunger dari setiap pompanya. Berikut merupakan tabel
nilai konstanta pompa yang umum digunakan.

Tabel 4.1 Nilai Konstanta Pompa Berdasarkan Diameter dan Luas Permukaan
Plunger

2. Progresive Cavity Pump


Untuk pompa PCP, penentuan kapasitas pompa juga dapat
dilihat dari spesifikasi pompa tersebut. Persamaan yang digunakan
adalah:
PD = Pump Capacity × %RPM
dimana:
PD = Total Pump Displacement/ Capacity, bfpd
C = Pump Capacity, bfpd

81
RPM = Rotation per Minute

3. Electric Submersible Pump


Sedangkan untuk pompa ESP, memiliki cara yang berbeda
dalam menentukan kapasitas pompa. Kapasitas pompa pada ESP
dapat diketahui dari spesifikasi untuk setiap pompanya.

Setelah mendapatkan kapasitas dari masing-masing pompa, maka


dapat ditentukan seberapa besar efisiensi pompa berdasarkan laju produksi
pada suatu sumur. Sehingga dapat ditulis ke dalam persamaan sebagai
berikut,

Laju Produksi
Effisiensi Pompa= × 100 %
Kapasitas Pompa

Ketika nilai kapasitas serta effisiensi pompa sudah diketahui, maka


dapat dibandingkan seberapa besar optimasi produksi yang dihasilkan.
Dari data inilah yang kemudian akan dianalisa, penyebab penurunan
produksi pada suatu sumur, serta langkah penangan apa yang harus
ditentukan oleh seorang engineer dalam mengatasi hal tersebut.
Berikut merupakan hasil perhitungan kapasitas dan effisiensi
pompa untuk Lapangan Langgak:

82
Tabel 4.2 Pump Capacity dan Pump Efficiency

Well Test Pump Size


Pump Capacity, Pump Effi ciency,
No. Well Date Test Remarks
Qt, bfpd WC, % Qo, bopd Qw, bwpd Pump Type ID Plunger, in Pump Constant SL SPM bfpd %

1 20-Jan-18 461,00 98,52 6,82 454,18 TP 2¾ 0,8814 62 10 546,47 84,36


3 20-Nov-17 1179,1 97,7 27,12 1151,98 TP 2¾ 0,8814 86 15 1137,01 103,70
4 17-Oct-17 665,62 99,74 1,73 663,89 TP 2¾ 0,8814 86 7 530,60 125,45
6 17-Oct-17 478,84 99,15 4,07 474,77 TP 2¾ 0,8814 86 7 530,60 90,24 Shut Down
7 2-Sep-17 860,89 98,65 11,62 849,27 DN 475 70 30 475 181,24
9 10-Dec-17 1711,6 98,8 20,54 1691,06 DN 1150 46 30 1150 148,83
14 29-Nov-17 629,63 96,44 22,41 607,22 TP 2¾ 0,8814 86 7,5 568,50 110,75
15 8-Dec-17 503,8 92,27 38,94 464,86 TP 2¾ 0,8814 86 6,5 492,70 102,25
16 12-Sep-17 484,95 94,53 26,53 458,42 TP 2¾ 0,8814 74 7,25 472,87 102,55
17 1-Dec-17 54,34 88,75 6,11 48,23 TP 1¾ 0,3569 62 4,5 99,58 54,57
18 12-Jan-18 933,23 97,82 20,34 912,89 DN 725 76 30 725 128,72
19 10-Jan-18 737,61 95,3 34,67 702,94 TP 2¾ 0,8814 74,4 12,5 819,70 89,99
20 5-Dec-17 972,74 95,61 42,70 930,04 TP 2¾ 0,8814 100 11,5 1013,61 95,97
21 14-Jan-18 1122,72 97,09 32,67 1090,05 D 1150 13 20 1150 97,63
22 18-Dec-17 535,89 93,92 32,60 503,29 TP 2¾ 0,8814 74,4 7,2 472,15 113,50
23 30-Nov-17 462,54 94,71 24,47 438,07 DN 725 131 50 725 63,80
24 16-Jan-18 200,5 91,86 16,32 184,18 TP 1¾ 0,3569 86 6,5 199,51 100,50
25 7-Aug-17 1825,34 98,64 24,82 1800,52 DN 1400 129 50 1400 130,38
26 4-Jan-17 161,483 99,99 0,02 161,47 IP 2 0,4662 62 9,5 274,59 58,81
27 10-Aug-17 905,95 96,87 28,36 877,59 TP 2¾ 0,8814 86 12 909,60 99,60
28 11-Jan-18 829,31 97,05 24,46 804,85 TP 2¾ 0,8814 85,7 11,5 868,66 95,47
29 4-Dec-17 1736,05 99,15 14,76 1721,29 DN 1150 46 30 1150 150,96
30 15/10/17 228,21 89,28 24,46 203,75 PCP 340 70 238,00 95,89 Shut Down
31 5-Dec-17 64,56 99,32 0,44 64,12 TP 1¾ 0,3569 70 7 174,88 36,92
32 10-Jul-17 530,85 99,32 3,61 527,24 TP 2¾ 0,8814 100 9,5 837,33 63,40
33 5-Sep-17 688,5 95,85 28,57 659,93 PCP 340 200 680,00 101,25

84
Dari data di atas, rata- rata efisiensi pompa berada di atas 50%,
sehingga dapat dikatakan bahwa laju produksi cenderung stabil. Namun,
perlu adanya kegiatan optimasi produksi untuk mendukung performa
pompa di beberapa sumur. Terutama untuk Langgak-AA, yang mana
memiliki effisiensi pompa terendah selama tanggal pengamatan 5
December 2017 yaitu sebesar 36,92%. Penurunan performa dari pompa
berbanding lurus dengan penurunan produksi. Langkah optimasi produksi
perlu ditempuh guna untuk meningkatkan performa pompa dapat
dilakukan dengan cara memperbaiki equipment pompa yang mengalami
masalah, seperti traveling valve, standing valve, stroke length dan
troubleshooting lainnya sesuai dengan indikasi kerusakan. Selain itu,
terdapat efisiensi pompa yang melebihi dari nilai maksimum, yaitu 100%.
Hal ini disebabkan kemungkinan adanya human error dan proses well test
yang tidak akurat dikarenakan masih menggunakan cara konvensional
yang tingkat akurasi dari data belum dapat dikatakan representative.

4.3.2 Penentuan Laju Produksi Kritis


Produksi air dari sebuah sumur dapat disebabkan oleh karena telah
terjadi water coning (cone = kerucut) atau fingering. Water coning terjadi
jika air bergerak dari bagian bawah reservoir secara vertikal menuju
bagian bawah perforasi dan membentuk kerucut air sampai terjadi water
breakthrough (air sampai di perforasi). Sedangkan fingering (atau
tonguing) terjadi pada reservoir miring yaitu jika air bergerak dan
menyalip minyak yang berada di atasnya menuju bagian bawah perforasi
karena water-oil contact (WOC) yang tidak stabil.

85
Gambar 4.12 Ilustrasi water coning dan water fingering

Oleh karena itu, kondisi yang menyokong atau mendukung terjadinya


coning adalah:
a. Tekanan sumur (pwf) rendah sehingga menyebabkan pressure

drawdown tinggi
b. Sumur atau perforasi yang terlalu dekat dengan WOC
c. Tidak ada permeability barrier terhadap aliran vertical.
d. Sumur diproduksikan diatas laju alir kritis.
Baik water coning maupun fingering yang terjadi akan dapat merugikan
secara operasional karena:
a. Produktivitas minyak menurun – efek permeabilitas relative,
b. Lifting cost menjadi lebih tinggi karena fluida di sumur yang
lebih berat dan pembuangan air di permukaan yang lebih
banyak, dan
c. Recovery efficiency menurun karena water cut mencapai
economic limit.
Secara historis penanganan produksi air dapat dibagi ke dalam tiga
periode:
1. Periode dimana produksi air diupayakan untuk dicegah atau
dieliminasi. Ini terjadi pada masa awal diketahui bahwa
produksi minyak dapat terganggu dengan terproduksinya air.

86
Pada masa itu, untuk mencegah terproduksinya air dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya:
a. menempatkan barrier di bawah perforasi seperti telah
dilakukan dengan membuat polymer cushion atau pancake
of cement atau
b. mengurangi pressure drawdown dengan cara mengurangi
laju produksi air.
Hal yang kedua tersebut dilakukan dengan menghitung laju
produksi kritis. Metode untuk menghitung critical rate
diantaranya metode Meyer dan Garder dan metode Chaney et
al.
2. Periode dimana produksi air diperlambat. Cara ini dapat
dilakukan jika diketahui waktu breakthrough. Untuk
menghitung waktu breakthrough dapat digunakan diantaranya
metode Sobocinski dan Cornelius atau metode Bournazel dan
Jeanson.
3. Periode dimana produksi air dibiarkan. Pada saat ini, dapat
dikatakan praktek produksi minyak dilakukan tanpa
mengindahkan produksi air. Sepanjang minyak masih bisa
diperoleh secara ekonomis maka produksi air tidak menjadi
halangan. Dalam periode ini muncul metode forecast produksi
air setelah terjadi water breakthrough. Metode tersebut
diantaranya adalah metode Kuo dan DesBrisay.
Pada lapangan Langgak, kondisi yang sesuai terhadap penanganan
produksi air yang diterapkan yaitu telah masuk pada tahap yang ke 3,
dimana pada tahap ini produksi minyak dilakukan tanpa mengindahkan
produksi air .Umumnya laju produksi di lapangan Langgak ditingkatkan
sebesar-sebarnya dengan harapan supaya kumulatif produksi minyak yang
diperoleh per hari semakin banyak, disamping itu produksi air yang
didapatkan juga menjadi banyak. Besarnya laju produksi yang tidak
terpantau akan dapat menyebabkan terjadinya water coning, dan bahkan

87
dapat mencapai fase water passing dimana fluida yang terproduksi
hanyalah berupa air saja.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya water coning perlu
dilakukannya penentuan laju alir kritis qc, karena jika laju produksi berada

diatas laju alir kritis, maka kemungkinan terjadinya water coning akan
meningkat. Dalam analisa penentuan laju alir kritis ini, kami
menggunakan metode Bournazel dan Jeanson. Karena menurut Tracy,
harga qc yang dihasilkan oleh metode Bournazel dan Jeanson merupakan

yang paling dekat dengan kenyataan di lapangan dibandingkan dengan


harga hasil metode lainnya.
Menurut Bournazel dan Jeanson, persamaan untuk menentukan
harga qc adalah:

Dengan menggunakan persamaan diatas, kami melakukan


perhitungan pada Langgak-O dengan data yang dibutuhkan sebagai
berikut:

Tabel 4.3 Data Reservoar dan Subsurface


Data Res.&Subsurface
k 1004,00 mD
 14,40 cp
h 80,00 ft
Bo 1,20
Dperfo 5,00 ft
o 0,87 gr/cm3
w 1,00

88
Setelah dilakukan perhitungan, didapatlah hasil sebagai
berikut:

Tabel 4.4 Nilai Q kritis Sumur Langgak-O


Q kritis
Q kriitis 649,88 bfpd

Jika dibandingkan dengan laju alir Langgak-O by test dengan laju


alir kritis, maka laju alir Langgak-O sudah berada diatas laju alir kritis.
Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian pada pompa untuk menjaga laju
alir supaya berada dibawah laju alir kritis. Penyesuaian itu dilakukan
dengan cara menurunkan SPM pompa. Berikut adalah data hasil
perhitungannya:

Tabel 4.5 Data Pump Capacity Sumur Langgak-O


FE
0,9
T.P. SIZE 2¾
K 0,8814
SL 86 74,4 62 50
SPM 15 1023,305 885,2782 737,7318 594,945
14,5 989,1952 855,7689 713,1407 575,1135
14 955,085 826,2596 688,5497 555,282
13,5 920,9749 796,7503 663,9586 535,4505
13 886,8647 767,2411 639,3676 515,619
12,5 852,7545 737,7318 614,7765 495,7875
12 818,6443 708,2225 590,1854 475,956
11,5 784,5341 678,7133 565,5944 456,1245

89
11 750,424 649,204 541,0033 436,293
10,5 716,3138 619,6947 516,4123 416,4615
10 682,2036 590,1854 491,8212 396,63
9,8 668,5595 578,3817 481,9848 388,6974
9,5 648,0934 560,6762 467,2301 376,7985
9 613,9832 531,1669 442,6391 356,967
8,5 579,8731 501,6576 418,048 337,1355
8 545,7629 472,1484 393,457 317,304
7,5 511,6527 442,6391 368,8659 297,4725
7,25 494,5976 427,8844 356,5704 287,5568
7 477,5425 413,1298 344,2748 277,641
6,8 463,8984 401,3261 334,4384 269,7084
6,5 443,4323 383,6205 319,6838 257,8095
6,3 429,7883 371,8168 309,8474 249,8769
6 409,3222 354,1113 295,0927 237,978
5,5 375,212 324,602 270,5017 218,1465
5 341,1018 295,0927 245,9106 198,315
4,5 306,9916 265,5834 221,3195 178,4835

Dari data diatas, terdapat beberapa opsiyang dapat dilakukan untuk


menyesuaikan laju produksi dengan laju alir kiritis, diantaranya dengan
mengganti SPM dan mengganti SL. Yang paling mudah dilakukan adalah
dengan mengganti SPM, dari 12,5 menjadi 11. Penggantian SPM ini dapat
dilakukan dengan mengganti ukuran pulley. Apabila opsi ini diterapkan
harapannya kemungkinan terjadinya water coning akan berkurang dan
umur produksi akan menjadi lebih lama. Begitu juga dengan sumur-sumur
lainnya, dapat digunakan metode diatas untuk menentukan laju alir kritis
dan menyesuaikan dengan data aktual lapangan. Dan untuk solusinya
dapat mengganti SL dan SPM dan bahkan dapat mengganti ukuran
plunger.

90
4.3.3 Analisa Kinerja Produksi dengan Metode Decline Curve Analysis
Analisa Kinerja Produksi (performance analysis) adalah analisa
terhadap data yang diperoleh dari lapangan untuk mempelajari dan
memprediksi kinerja suatu sumur atau lapangan. Data yang diperoleh tersebut
yang paling penting adalah data produksi. Produksi minyak dari suatu
reservoir akan menurun dengan sendirinya secara alamiah. Metode analisis
yang digunakan dalam melakukan analisis kinerja produksi tergantung pada
jenis data, jenis reservoir, dan jenis mekanisme pendorong, kemudian untuk
melakukan forecast (peramalan) dapat dilakukan dengan ekstrapolasi
kecenderungan (trends) dari data yang diobservasi untuk masa yang akan
datang. Salah satu metode yang sering dipakai adalah dengan melakukan plot
laju produksi vs. waktu (analysis decline curve), seperti yang ditunjukkan oleh
gambar berikut:

Gambar 4.13 Ilustrasi DCA dengan plot laju produksi vs. waktu

Dalam melakukan analisa kinerja produksi pada lapangan Langgak


ini dengan menggunakan metode DCA hanya membutuhkan data produksi
minyak tiap bulan seperti yang digambarkan pada gambar diatas tanpa
mempertimbangkan jenis reservoir, dan jenis mekanisme pendorong.
Kemudian melakukan forecast untuk waktu yang akan datang supaya bisa

91
memperkirakan kapan waktu produksi mencapai batasan tertentu, baik
ketika mencapai batas ekonomis dari produksi minyak lapangan Langgak
(Qo economic limit) sesuai dengan kebijakan perusahaan atau hingga
mencapai batas kontrak dari pengelolaan lapangan Langgak (t akhir).
Berikut pada Grafik 4.1 menampilkan kinerja dari sumur pada
lapangan Langgak dari awal pengelolaan lapangan Langgak oleh PT. SPR
(30 April 2010) hingga keadaan akhir atau sekarang (31 januari 2018).
Sedangkan Grafik 4.2 menampilkan hasil forecast dari sumur lapangan
Langgak pada dua kondisi yang berbeda, yaitu kondisi akhir dari data awal
lapangan Langgak (21 sumur pada bukan ke-1) dengan kondisi sekarang
(26 sumur pada bulan ke 94), dengan tujuan untuk melihat pengaruh dari
perbedaan penambahan sumur terhadap hasil akhir forecast. Kemudian
Grafik 4.3 menampilkan hasil forecast dengan dua kondisi yang bebeda
juga untuk dilihat pengaruhnya, yaitu pada kondisi pemilihan data yang
kurang tepat untuk memulai forecast (trendline) serta pemilihan dari
kemiringan data yang dipilih.

92
Grafik 4.1 Kinerja sumur pada lapangan Langgak
93
Grafik 4.2 Pengaruh penambahan sumur terhadap hasil akhir forecast
94
Grafik 4.3 Pengaruh pemilihan data trendline terhadap hasil akhir forecast
95
Tampilan kurva produksi lapangan Langgak pada Gambar 4.3
menunjukkan kinerja sumur dari lapangan Langgak dengan melihatkan
terjadinya peningkatan produksi minyak terhadap setiap penambahan
sumur produksi. Untuk melihat lebih jauh perbandingan atau pengaruh
dari penambahan sumur yang telah dilakukan dalam meningkatkan
cadangan produksi minyak (remaining reserve) untuk masa yang akan
datang dapat diamati pada Gambar 4.4 diatas, serta jumlah produksi
minyak yang dapat diperoleh meningkat dan dapat bertahan lama untuk
batas waktu tertentu sesuai dengan batas economic limit produksi minyak
yang ditetapkan. Berikut data tabel dari perbandingan perkiraan cadangan
dan produksi minyak dari DCA sumur Langgak D-X (21 sumur ) dan
sumur Langgak D-AC (26 sumur) pada Gambar b:

Tabel 4.6 Data Hasil DCA lapangan Langgak (A)

Ti Qi NP EUR Batasan

31/01/201 1.638.854,7
s.d. habis kontrak
8 519,18 3 98.437,59

DCA 1
end date Qt RR 1 EUR 1
30/04/203 1.054.872,4
0 103,13 9 2.693.727,22

DCA 2
end date Qt RR 1 EUR 2
30/04/203 1.153.310,0
0 136,94 8 2.792.164,81

Keterangan:
Ti = waktu terakhir dari produksi aktual lapangan Langgak

54
Qi = data produksi minyak aktual terakhir dari lapangan
Langgak, bopd
Np = total produksi minyak yang telah dilakukan dari awal
produksi hingga sekarang (Ti), bopd
EUR = rasio EUR DCA 2 (Langgak D-AC) terhadap EUR DCA
1 (Langgak D-X ), bopd
= (EUR 2- EUR 1)
Batasan = batas peramalan produksi hingga habis kontrak
End date = waktu terakhir dari peramalan produksi minyak
Qt = Data peramalan laju produksi terakhir dari lapangan
Langgak, bopd
RR = total produksi minyak yang akan datang (remaing
reserve) hingga batasan (End date)
EUR = total produksi minyak dari awal hingga akhir peramalan
(dari Ti hingga End date), bopd
EUR = Np + RR
Dari data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya penambahan sumur produksi pada lapangan Langgak dan
melakukan wokrover dapat meningkatkan peramalan produksi minyak
serta cadangan yang dapat diperoleh selama periode yang akan datang,
hingga batasan atau economic limit dengan rasio peningkatan total
produksi minyak dari EUR DCA 1 (Langgak D-X ) terhadap EUR DAC 2
(Langgak D-AC) adalah 98.437,59 bopd. Sedangkan untuk meningkatkan
laju produksi minyak dapat juga ditingkatkan dengan kegiatan well service
atau workover.
Gambar 4.5. yang menunjukkan data total produksi aktual dari
awal hingga akhir peramalan dengan menampilkan dua kondisi, yaitu:
1. Pengambilan atau pemilihan data. Data yang dipilih untuk membuat
trendline sebaiknya data yang terbaru, karena data tersebut lebih
representatif dengan kondisi terbaru lapangan Langgak.

55
2. Kemiringan dan jumlah data. Data yang dipilih untuk membuat
trendline sebaiknya data yang banyak dengan penurunan yang
cenderung stabil. Kenaikan pada data aktual dapat disebabkan karena
adanya kegiatan well servie, workover, atau kesalahan data test, dll.
Sedangkan penurunan yang signifikan pada data aktual dapat
disebabkan karena adanya masalah baik pada pompa maupun kondisi
bawah lubang sumur, seperti pompa mati, penyumbatan pada
perforasi, produksi yang dihentikan, dll.
Performace dari DCA pada gambar c. dapat ditunjukkan oleh
tabel berikut:

Tabel 4.7 Data Hasil DCA lapangan Langgak (B)

Ti Qi NP EUR Batasan

31/01/201 1.638.854,7
s.d. habis kontrak
8 519,18 3 925.648,09

DCA 1
end date Qt RR1 EUR 1
30/04/203
0 9,54 227.661,99 1.866.516,72

DCA 2
end date Qt RR 2 EUR 2
30/04/203 1.153.310,0
0 136,94 8 2.792.164,81

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi perbedaan yang


signifikan dari kedua kondisi yang berbeda yaitu pada DCA 1 dan DCA 2.
DCA 1 dengan pemilihan data trendline mulai dari bulan ke-72 hingga 76
memiliki kemiringan data yang lebih curam dibandingkan dengan DCA 2

56
dari bulan ke-92 hingga 94. Semakin curam maka penurunan peramalan
produksi yang akan datang akan lebih semakin cepat dan lebih cepat
mendekati batasan produksi. Kemiringan dari data ini seharusnya adalah
kemiringan yang diperoleh dari data aktual tanpa melakukan kegiatan
apapun pada sumur seperti masalah produksi, well service, work over,dll,
sehingga penurunan data produksi yang diperoleh benar-benar
menampilkan kondisi aktual dari penurunan data produksi dari reservoar
lapangan Langgak. Begitu juga dengan jumlah data aktual produksi yang
digunakan dalam membuat trendline sebaiknya benar-benar dari banyak
data, karena dengan semakin banyaknnya data tersebuat maka akan
menambah akurasi dari peramalan produksi yang akan datang. Adapun
rasio peningkatan total produksi minyak dari EUR DCA 1 terhadap EUR
DAC 2 adalah 925.648,09 bopd.
Jadi, dari analisa kinerja produksi lapangan Langgak diatas
diperoleh kesimpulan utama, yaitu dengan melakukan DCA data produksi
aktual lapangan Langgak (DCA 2) didapatkan laju produksi dari
peramalan hingga batasan (habis kontrak) sebesar 136,94 bopd, dengan
total produksi cadangan yang akan datang adalah 1.153.310,08 bopd.

57
BAB V
MAINTENANCE

Dalam meningkatkan produksi minyak di lapangan Langgak ini, PT. SPR


Langgak selalu melakukan evaluasi setiap harinya dalam rapat pagi. Laju produksi
yang menurun akan diupayakan dan ditingkatkan hasil produksinya. Dalam
peningkatan laju produksi, tidak hanya dari pihak production department yang
terlibat, tetapi juga pihak maintenance ikut serta untuk mengoptimalkan hasil
produksi.

5.1 MAINTENANCE
Department maintenance bertanggung jawab untuk menjaga dan
memelihara fasilitas produksi yang ada dilapangan Langgak, hal ini bertujuan agar
kegiatan produksi tetap berjalan secara maksimal dan meminimkan kemungkinan
terjadinya kerusakan pada alat produksi.
Ada beberapa jenis pemeliharaan fasilitas produksi yang dilakukan di
lapangan langgak, yaitu :
1. Prefentive Maintenance
Prefentive Maintenance merupakan pemeliharaan yang direncanakan untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada alat produksi. Pemeliharaannya seperti
inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan.
2. Corrective Maintenance
Corrective Maintenance merupakan pemeliharaan yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas atau peralatan sehingga

58
mencapai standar. Peningkatan yang dilakukan seperti memodifikasi
peralatan agar peralatan menjadi lebih baik.
3. Predictive Maintenance
Predictive maintenance merupakan pemeliharaan yang dilakukan untuk
mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan dari kondisi fisik maupun
fungsi dari system peralatan, biasanya pemeliharaan predictive ini dilakukan
dengan bantuan panca indera atau alat – alat monitor yang canggih.

Untuk dapat menjalankan perawatan tersebut, maintenance terbagi atas dua


team :
5.1.1 Mechanic
Untuk mencapai target produksi, setiap hari team mechanic selalu
melakukan pengecekan pada pompa agar pompa selalu berkerja optimal. Setiap
harinya dilakukan perawatan berkala (prefentive) yaitu service (harian) dengan
schedule satu hari adalah satu sumur serta pengecekan chemical pump untuk
memastikan chemical tetap terinjeksi dengan baik. Ada tiga chemical pump yang
ada di langgak yaitu LGK#09, LGK#25 dan Gathering Station.
Selain service pada pompa, team mechanic juga selalu memprediksikan
waktu pergantian rubber stuffing box, wire line / breddel, oli, serta break shu pada
gearbox dan accecorisnya. Untuk perawatan yang corrective, dilakukan pada alat
yang telah terjadi kerusakan. Misalnya pada electric motor yang harus di
rewinding ulang, pergantian police rod dan pergantian bearing pada pumping unit.

5.1.2 PG & T ( Power Generator and Transmission )


Power supply dilapangan Langgak berasal dari Chevron, kisaran tegangan
distribusinya 13200 V dengan 3 fasa dan frequensi 60 hz. Pada system jaringan
distribusi listrik lapangan langgak menggunakan 1 unit auto recloser yang
terpasang di tiang 11 CW 07, dimana fungsinya untuk memutuskan atau
menghubungkan supply listrik distribusi ke lapangan langgak apabila terjadi
gangguan pada jaringan distribusi listrik tersebut (sebagai pengaman).
Kosumsi daya listrik di lapangan langgak direcord dan di report akhir
bulannya ke pihak PG&T Chevron. Untuk kosumsi daya di lapangan langgak rata-

59
rata berkisar 390000 KWH, untuk KWH Meter lapangan langgak terpasang di
tiang 11 CW 11.

Distribusi listrik ke tiap-tiap sumur akan diturunkan tegangannya dengan


menggunakan travo distribusi. Jenis travo distribusi di lapangan langgak ada 2,
yaitu :
1. Pad mounted ( jenis travo duduk)
2. Pole mounted ( jenis travo gantung)

Besaran travo yang biasa digunakan di lapangan langgak adalah 30, 45, 50,
100, 150, 250, dan 750 KVA.
Listrik utilitas (penunjang) di lapangan langgak terbagi 2, yaitu :
1. On plot (supply listrik GS)
a. Sebagai supply listrik ke elektrik motor untuk penggerak pompa yang
ada di GS seperti shipping pump, water pump, sirculation pump, pit
pump dan panel-panel kontrolnya.
b. Sebagai supply listrik ke heater wash tank dan heater shipping tank serta
panel-panel kontrolnya
c. Sebagai supply listrik penerangan dan power supply kebutuhan kantor

2. Out plot (supply listrik pompa)


Sebagai supply listrik yang berhubungan dengan elektrik motor yang ada di
lapangan langgak seperti penggerak pompa sumur dan panel kontrol sebagai
kontroler elektrik motor.

60
BAB VI

FIELD SUPPORT DAN SUPPLY CHAIN MATERIAL

7.1 FIELD SUPPORT


Field support merupakan bagian dari Business Support Department yang
ada di dalam struktur organisasi PT. SPR Langgak. Tugas utama dari Field
Support adalah membantu dan mendukung perkerjaan atau aktifitas diluar
kegiatan operasi produksi sehingga operasional team lapangan dapat berjalan
dengan baik.
Field Support terbagi atas empat bagian meliputi fungsi kepersonaliaan
(Human Resources), fungsi hubungan masyarakat dan pemerintahan (Government
and Public Relation), fungsi administrasi dan keuangan, serta fungsi pelayanan
mess, penyediaan makanan, dan transportasi (Camp Services and Dispatchers).
Adapun tugas dan tanggung jawab tiap-tiap bagian dari Field Support di
Lapangan Langgak adalah sebagai berikut :
A. Human Resources
 Mengkoordinir kebersihan dan pemenuhan fasilitas mess karyawan dan
kantor
 Mengkoordinir operasional penggunaan dan perawatan Kendaraan
Operasional lapangan
 Mengkoordinir Penggunaan BBM Alat Berat dan kendaraan operasional
 Mengkoordinir pembelian dan pengontrolan belanja kebutan mess dan
kantor lapangan

61
 Mengkoordinir Pengaturan Catering, meal dan konsumsi karyawan dan
berbagai event/acara di Langgak Field
 Supervisi program Kehumasan Bidang Kelembagaan, TJS, Komunikasi
& Publikasi serta Media
 Supervisi aktifitas dan adm. bidang Pertanahan (Land meters) --> koord.
Ayu Mahadewi
 Mengkoordinir kegiatan Training, Sertifikasi dan Pengembangan
Keahlian Pekerja Lapangan --> koordinasi dengan HR Specialist
 Medical (In Patient, Out Patient, MCU) pekerja lapangan ---> koordinasi
dengan Compensation & Benefit Specialist
 Verifikasi SPD dan DPD pekerja --> koordinasi dengan Employee &
Industrial Relation Specialist
 Mengkoordinir kegiatan magang Mahasiswa dan Pelajar --> Koord
dengan HR Specialist
 Mengawasi dan mengontrol asset lapangan (kantor, mess dan lapangan)
--> koordinasi dengan Finance
 Supervisi verifikasi Invoice Lapangan --> koordinasi dengan Finance
 Mengkoordinir kegiatan administratif dan korespondensi
 Mengkoordinir pembuatan RKA / WP&B khususnya bidang Kehumasan
& General Services
 Mengkoordinir Program Kehumasan & General Services berjalan sesuai
dengan yang direncanakan

B. Government and Public Relation


 Menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan lembaga serta organisasi
kemasyarakatan
 Menjaga hubungan baik dengan Pemerintah Daerah dan institusi
Pemerintahan lainnya
 Menjaga hubungan baik dengan Wartawan dan Media

62
 Menangani dan melaksanakan program Kehumasan Bidang
Kelembagaan
 Menangani dan melaksanakan program Kehumasan Bidang Tanggung
Jawab Sosial
 Menangani dan melaksanakan program Kehumasan Bidang Komunikasi
dan Publikasi
 Menangani dan melaksanakan program Kehumasan Bidang Media
 Menangani berbagai persoalan bidang Pertanahan (Land meters)
 Membuat dan melaksnakan RKA / WP&B Kehumasan

C. Site Administration
 Mengontrol seluruh asset yang berada di kantor & GS
 Menangani dan melaksanakan kegiatan administratif dan korespondensi
 Menangani administrasi permohonan izin, sakit dan cuti karyawan
 Mengontrol administrasi & shedule kerja karyawan
 Sebagai pejabat yang berwenang dalam penerimaan dana dari pusat
 Sebagai pejabat yang berwenang dalam pengeluaran dana berdasarkan
instruksi Manager/yang mewakili.
 Membuat laporan penggunaan dana untuk aktifitas lapangan dan dikirim
ke Finance
 Sebagai pejabat pendamping dalam kegiatan audit keuangan

D. Camp Services and Dispatchers


 Supervisi Room Boy, Office Girl dan Office Boy
 Sepervisi kebersihan ruang, taman, lingkungan mess dan kantor
 Pemenuhan fasilitas mess dan kantor
 Supervisi Penggunaan dan Perawatan Kendaraan operasional lapangan
 Supervisi Penggunaan BBM dan Operasional (km/Hm) Alat Berat dan
Kendaraan Operasional

63
 Supervisi pembelian dan pengontrolan belanja kebutan mess dan kantor
lapangan
 Supervisi Pengaturan Catering, meal dan konsumsi untuk berbagai
kegiatan/acara SPR Langgak
 Membantu Site Administrator dalam mengontrol asset perusahaan

64
E. Struktur Organisasi Lapangan Langgak

General Manager

Corporate Secretary Internal Audit

Business Support Exploration and Production Operation


Finance Manager
Manager Development Manager Manager

Head of Health,
Head of Supply Chain Head of Assed Head of Prodiuction
Savety, Security and Head of Field Support
Management (SCM) Development Operation
Environtment (HSSE)

1. Petroleum Engineer
2. Geophysist Buyer and Material Maintenance Team
Production Team Leadr
3. Geologist Analys Team Leader Leader

Government and Pyblic Buyer and Staff Analys


Finance Staff HR Specialis SCM Admin Security Team Leader Relation Specialis Staff Production Staff Mechanic

Site Administrator PG & T


Acounting and Tax Competation and Buyer and Contract HSE Staff
Staff Benefit Spesialis Specialis

Information Industrial Relation Camp and Dispatcher


Technology Staff Specialis

General Affair Staff

65
7.2 SCM (LOGISTIC)
Melengkapi kebutuhan dalam operasional perusahaan dan mendata
semua jenis peralatan perusahaan adalah tugas dari Logistic Department.
Logistic di sini sering disebut juga dengan SCM (Supply Chain
Management). SCM juga mendata barang – barang berdasarkan frekuensi
pemakaiannya. Pemakaian barang dibagi atas fast moving, slow moving,
surplus,dan dead stock.
Barang yang dimasukkan dalam kategori fast moving adalah barang
yang digunakan dua kali di bulan yang berbeda dalam setahun. Slow
moving adalah barang yang digunakan sekali dalam setahun. Surplus
adalah barang yang digunakan sekali dalam 2 – 3 tahun. Barang yang
digunakan di atas 3 tahun termasuk pada barang dead stock.

Gambar 7.1 workshop basement

66
BAB VII
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam mengikuti kegiatan Kerja Praktek di PT. SPR Langgak yang dimulai
dari tanggal 03 Januari s/d 02 Februari 2018 di Lapangan Langgak, terdapat
beberapa hal yang dapat disimpulkan yakni
1. PT.SPR Langgak ( Sarana Pembangunan Riau) adalah salah satu oil
company milik Pemerintah Provinsi Riau (BUMD)
2. Reservoir Lapangan Langgak secara geologi terletak di Cekungan
Sumatra Tengah dan dalam formasi Bekasap.
3. Di Lapangan Langgak menggunakan 3 jenis Artificial Lift dalam
mendukung operasi produksi ( 17 Sucker Rod Pump, 2 Progressive
Cavity Pump dan 7 Electrical Submersible Pump
4. Terdapat beberapa divisi yang bertanggung jawab disetiap pekerjaan
lapangan BW, yakni HSSE,Field Support,Asset Development, SCM,
Production and Operation
5. Pada lapangan BW diserah terima oleh PT CPI ke PT SPR Langgak
pada 20 April 2010 serta dibagi menjadi bagian Rohul dan Kampar
dengan jumlah sumur aktif 27, 6 plug & abandoned.
6. Pada lapangan Langgak memiliki jenis minyak light oil namun
kandungan paraffinnya tinggi
7. Pada lapangan Langgak, pekerjaan yang dilakukan hingga saat ini
yaitu produksi, maintenance tiap sumur, well service, workover, well
test
8. Pada lapangan Langgak produksi mencapai 1200 BOPD

67
DAFTAR PUSTAKA

68

Anda mungkin juga menyukai