PT SPR LANGGAK
MFK BLOCK — CENTRAL SUMATERA
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek
Departemen Teknik Perminyakan Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau
OLEH:
MENGETAHUI,
DISETUJUI,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
kuasa-Nya yang memberikan kelancaran dalam menjalani program Kerja Praktek
serta kemudahan dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini. Terima kasih juga
penulis sampaikan kepada pembimbing kerja praktek, Abang Norhadi dan
Syarifuddin, yang telah banyak membantu penulis selama 3 bulan menjalani kerja
praktek yang berlangsung pada 24 April 2021 hingga 20 Juli 2021 secara online /
daring (dalam jaringan).
Kerja praktek yang penulis lakukan sangat membantu dalam memahami
implementasi dari teori-teori yang sudah dipelajari di dunia kampus. Selain
pengetahuan-pengetahuan yang sangat berharga, penulis pun mendapatkan banyak
pengalaman yang tidak dijelaskan di dalam teori sehingga penulis mendapatkan
kemampuan analisis jikalau dihadapkan dengan masalah-masalah yang tidak
diterangkan di dalam kampus. Konklusinya pun mengerucut pada peningkatan
keahlian penulis baik di dalam teori, maupun praktisnya, sehingga penulis mampu
menjadi engineer yang handal dan juga berkualitas untuk disandingkan dengan
pesaing-pesaing lainnya dari akademisi lainnya.
Pengalaman yang kami dapatkan baik di kantor maupun di lapangan
diharapkan tidak hanya berakhir menjadi pengalaman sekilas saja, namun dapat
dikembangkan dan dibagikan pada rekan-rekan di kampus Universitas Islam Riau dan
juga sebagai bahan pembelajaran untuk bersaing di dunia kerja sesungguhnya nanti,
khususnya dunia industri minyak dan gas.
Kemudian, pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Pimpinan PT. SPR Langgak yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melaksanakan kerja praktek di wilayah kerja PT. SPR Langgak.
ii
2. Bapak Norhadi dan Bapak Syarifuddin selaku Pembimbing Lapangan Kerja
Praktek yang telah memberikan akses penuh serta bimbingan selama kerja
praktek di lapangan.
3. Para karyawan PT. SPR Langgak yang telah memberikan ilmu, waktu, serta
usaha kepada penulis.
4. Ibu Novia Rita,S.T.MT selaku Ketua Program Studi Teknik Perminyakan
Universitas Islam Riau.
5. Bapak Tomi Erfando, ST., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Kerja
Praktek.
6. Seluruh dosen Teknik Perminyakan yang telah memberikan ilmunya kepada
para mahasiswa.
7. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Perminyakan.
Tiada gading yang tak retak, segala usaha telah penulis lakukan dengan
sebaik-baiknya, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi dari laporan kerja
praktek ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan untuk masa
yang akan datang.
Demikianlah Laporan Kerja Praktek ini dibuat agar bermanfaat bagi penulis
serta pembaca sekalian.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GRAFIK
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Program Studi Teknik Perminyakan adalah departemen yang erat
kaitannya dengan eksploitasi dan produksi, baik dalam proses pemboran, produksi
maupun teknik reservoirnya. Untuk lebih memahami aplikasi dari masing-masing
bidang maka perlu sekali bagi mahasiswa diberi kesempatan untuk mengamati
kondisinya langsung di lapangan.
PT. SPR Langgak adalah sebuah perusahaan yang didirikan oleh pemerintah
daerah Provinsi Riau di bawah naungan BUMD PT. Sarana Pembanguna Riau
(SPR). Dimana, merupakan satu-satunya peusahaan daerah yang di berikan
kepercayaan oleh pemerintah pusat untuk mengelola salah satu blok konsensi
ekplorasi pertambangan minyak bumi, yaitu MFK-Langgak blok di kawasan
Kabupaten Rokan Hulu, Riau terhitung tanggal 20 April 2010. Lapangan Langgak
di temukan pada tahun 1976 oleh PT.Caltex Pacific Indonesia atau CPI dengan
pemboran dan penetasan sumur langgak #01. Lapangan ini mulai diproduksi
1979. Karena eksplorasi pertambangan minyakbumi erat kaitannya dengan materi-
materi yang telah diberikan sebagai bahan kuliah di Program Studi Teknik
Perminyakan, untuk itu penting bagi kami untuk dapat melaksanakan kerja
praktek di PT. SPR Langgak untuk memperoleh pengalaman dan wawasan
tentang industri minyak dan gas bumi, sehingga dapat mengaplikasikan langsung
materi yang telah diajarkan di bangku kuliah selama kerja praktek ini.
2
c. Mempelajari mengenai fasilitas produksi, peralatan pompa, dan
perawatan yang dilakukan guna menjaga produktivitas lapangan.
3
BAB II
SEJARAH DAN TINJAUAN UMUM PT.SPR LANGGAK
4
General
Manager
Corporate
Internal Audit
Secretary
Industrial
SFE Camp and
Information
Technology Staff Relation TEAM Dispatcher
Specialis
General Affair
Staff
b. Field Support
Field support merupakan bagian dari Business Support Department
yang ada di dalam struktur organisasi PT. SPR Langgak. Tugas utama dari
Field Support adalah membantu dan mendukung perkerjaan atau aktifitas
diluar kegiatan operasi produksi sehingga operasional team lapangan dapat
berjalan dengan baik.
5
Field Support terbagi atas empat bagian meliputi fungsi
kepersonaliaan (Human Resources), fungsi hubungan masyarakat dan
pemerintahan (Government and Public Relation), fungsi administrasi dan
keuangan, serta fungsi pelayanan , penyediaan makanan, dan transportasi
(Camp Services and Dispatchers).
Adapun tugas dan tanggung jawab tiap-tiap bagian dari Field Support di
Lapangan Langgak adalah sebagai berikut :
1) Human Resources
Mengkoordinir kebersihan dan pemenuhan fasilitas karyawan dan
kantor
Mengkoordinir operasional penggunaan dan perawatan Kendaraan
Operasional lapangan
Mengkoordinir Penggunaan BBM Alat Berat dan kendaraan
operasional
Mengkoordinir pembelian dan pengontrolan belanja kebutan dan
kantor lapangan
Mengkoordinir Pengaturan Catering, meal dan konsumsi karyawan
dan berbagai event/acara di Langgak Field
Supervisi program Kehumasan Bidang Kelembagaan, TJS,
Komunikasi & Publikasi serta Media
Supervisi aktifitas dan adm. bidang Pertanahan (Land meters)
Mengkoordinir kegiatan Training, Sertifikasi dan Pengembangan
Keahlian Pekerja Lapangan --> koordinasi dengan HR Specialist
Medical (In Patient, Out Patient, MCU) pekerja lapangan --->
koordinasi dengan Compensation & Benefit Specialist
Verifikasi SPD dan DPD pekerja --> koordinasi dengan Employee &
Industrial Relation Specialist
Mengkoordinir kegiatan magang Mahasiswa dan Pelajar -->
Koordinasi dengan HR Specialist
6
Mengawasi dan mengontrol asset lapangan (kantor, dan lapangan) --
> koordinasi dengan Finance
Supervisi verifikasi Invoice Lapangan --> koordinasi dengan Finance
Mengkoordinir kegiatan administratif dan korespondensi
Mengkoordinir pembuatan RKA / WP&B khususnya bidang
Kehumasan & General Services
Mengkoordinir Program Kehumasan & General Services berjalan
sesuai dengan yang direncanakan
3) Site Administration
Mengontrol seluruh asset yang berada di kantor & GS
Menangani dan melaksanakan kegiatan administratif dan
korespondensi
Menangani administrasi permohonan izin, sakit dan cuti karyawan
7
Mengontrol administrasi & schedule kerja karyawan
Sebagai pejabat yang berwenang dalam penerimaan dana dari pusat
Sebagai pejabat yang berwenang dalam pengeluaran dana berdasarkan
instruksi Manager/yang mewakili.
Membuat laporan penggunaan dana untuk aktifitas lapangan dan
dikirim ke Finance
Sebagai pejabat pendamping dalam kegiatan audit keuangan
8
mendata barang – barang berdasarkan frekuensi pemakaiannya. Pemakaian
barang dibagi atas fast moving, slow moving, surplus,dan dead stock.
Barang yang dimasukkan dalam kategori fast moving adalah barang
yang digunakan dua kali di bulan yang berbeda dalam setahun. Slow moving
adalah barang yang digunakan sekali dalam setahun. Surplus adalah barang
yang digunakan sekali dalam 2 – 3 tahun. Barang yang digunakan di atas 3
tahun termasuk pada barang dead stock.
Dalam mendata semua jenis peralatan PT. SPR Langgak membuat
pendataan dengan menggunakan stock card dengan memberi kode agar
memudahkan pekerja divisi SCM dalam mendata alat-alat yang tersedia
sebagai berikut:
Stock A = Drilling & Ptoduction
Stock F = Electrical PG & T
Stock G = Material pipa didasar
Stock H = Chemical
Stock I = Aset-aset (ex: ganset, trafo,dll)
Stock L= Batu
d. Maintanance
Department maintenance bertanggung jawab untuk menjaga dan
memelihara fasilitas produksi yang ada dilapangan Langgak, hal ini bertujuan
agar kegiatan produksi tetap berjalan secara maksimal dan meminimkan
kemungkinan terjadinya kerusakan pada alat produksi.
Ada beberapa jenis pemeliharaan fasilitas produksi yang dilakukan di
lapangan langgak, yaitu :
1) Prefentive Maintenance
Prefentive Maintenance merupakan pemeliharaan yang
direncanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada alat produksi.
Pemeliharaannya seperti inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan
penyetelan.
9
2) Corrective Maintenance
Corrective Maintenance merupakan pemeliharaan yang dilakukan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas atau peralatan
sehingga mencapai standar. Peningkatan yang dilakukan seperti
memodifikasi peralatan agar peralatan menjadi lebih baik.
3) Predictive Maintenance
Predictive maintenance merupakan pemeliharaan yang dilakukan
untuk mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan dari kondisi fisik
maupun fungsi dari system peralatan, biasanya pemeliharaan predictive ini
dilakukan dengan bantuan panca indera atau alat – alat monitor yang
canggih.
10
e. Production Operation
Production Department merupakan bagian yang sangat penting dalam
perusahaan Migas karena Department inilah yang berhubungan langsung
dengan produksi lapangan setiap harinya, baik itu dalam meningkatkan
produksi dan juga dalam melakukan pengiriman minyak ke PT.Chevron
Pasific Indonesia (CPI).
Sebelum PT. SPRL mengirim crude oil ke PT CPI, crude oil tersebut
harus melewati beberapa tahap dahulu. Dimulai dari fluida yang
diproduksikan oleh setiap sumur baik itu dari bagian utara ataupun selatan,
dialirkan menuju stasiun pengumpulan (Gathering Station) dan dilakukan
proses pemisahan. Fluida yang terkumpul di GS dipisahkan dalam bentuk gas,
minyak mentah dan air. Setelah terpisah, kemudian dipompakan oleh shipping
pump melewati meter reading, di meter reading akan terbaca seberapa banyak
yang dikirim ke petapahan, dimana shipping dilakukan dari jam 10.00-16.00.
Dan sebelum dikirim dicek BS & W ( Base Sediment & Water) untuk melihat
seberapa banyak kandungan air, sediment yang ikut terpompa bersama minyak
dalam bentuk %. Dan team production bekerja 24 jam untuk memastikan
semua peralatan bekerja semestinya agar produksi tidak turun secara drastis.
Team produksilah yang selalu patroli 24 jam mengecek tiap-tiap sumur,
melakukan sonolog untuk melihat ketinggian fluida bahkan well test untuk
mengetahui rate produksi setiap hari, water cut,dll.
11
2.2 Sejarah Lapangan Langgak
Lapangan Langgak memiliki luas ± 79.65 Km2 yang terletak di
Cekungan Sumatra Tengah. Lapangan ini ditemukan pada tahun 1975,
reservoir lapangan ini termasuk kedalam Formasi Bekasap dengan kedalaman
1200-1300 kaki.
Langgak
Field
Lapangan Langgak di bor pertama pada tahun 1976 oleh Chevron dan di
produksikan pada bulan Januari 1979. Setelah kontraknya berakhir maka lapangan
ini di kembalikan ke Negara. Pada Bulan April 2010 PT SPR Langgak ditugaskan
untuk mengelola lapangan Langgak dengan produksi awal 354 BOPD.
12
Gambar 2.4 Block Area Lapangan Langgak
13
Gambar 2.5 Peta Regional Cekungan Sumatera Tengah (Heidrick dan Aulia, 1993)
14
Gambar 2.6 Peta kedalaman horizon Top Sihapas/ MFS/Top P.
15
Gambar 2.8 Peta kedalaman horizon FS 1/Top Sand B
16
Gambar 2.9 Stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah, (Heidrick & Aulia, 1993)
17
yaitu Mallaca Terrane, Mutus Assemblage, dan Greywacke
Terrane.
Mallaca Terrane disebut juga Quartzite Terrane,
litologinya terdiri dari kuarsit, argilit, batu gamping kristalin serta
intrusi pluton granodioritik dan granitik yang berumur Jura.
Kelompok ini dijumpai pada coastal plain, yaitu pada bagian timur
dan timur laut Cekungan Sumatra Tengah.
Mutus Assemblage atau Kelompok Mutus merupakan zona
sutura yang memisahkan antara Mallaca Terrane dan Greywacke
Terrane. Kelompok Mutus ini terletak di sebelah barat daya
coastal plain. Litologinya terdiri dari batu rijang radiolaria, meta-
argilit, serpih merah, lapisan tipis batugamping dan batuan beku
basalt serta sedimen laut dalam lainnya.
Greywacke Terrane disebut juga Deep Water Mutus
Assemblage. Kelompok ini tersusun oleh litologi greywacke,
pebbly mudstone dan kuarsit. Kelompok ini terletak di bagian barat
dan barat daya Kelompok Mutus yang dapat dikorelasikan dengan
pebbly mudstone Formasi Bahorok (Kelompok Tapanuli) yang
berumur Perm - Karbon.
Secara tidak selaras diatas batuan dasar diendapkan suksesi
batuan-batuan sedimen Tersier. Stratigrafi Tersier di Cekungan
Sumatra Tengah dari yang tua ke yang paling muda adalah
Kelompok Pematang, Kelompok Sihapas (Formasi Menggala,
Formasi Bangko, Formasi Bekasap, Formasi Telisa dan Formasi
Duri), Formasi Petani dan diakhiri oleh Formasi Minas.
2) Kelompok Pematang
Kelompok Pematang merupakan Kelompok Formasi
tertua pada Cekungan Sumatra tengah, berumur Eosen-Oligosen
yang diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar.
Sedimen Kelompok Pematang disebut sebagai syn rift deposits.
18
Kelompok ini diendapkan pada lingkungan fluvial dan danau
dengan sedimen yang berasal dari tinggian sekelilingnya. Pada
lingkungan fluvial litologinya terdiri dari konglomerat, batupasir
kasar, dan batulempung aneka warna. Sedangkan pada
lingkungan danau litologinya terdiri dari batu lempung dan batu
pasir halus berselingan dengan serpih danau yang kaya material
organik. Serpih organik dari Kelompok Pematang merupakan
batuan induk (source rock) bagi hidrokarbon yang ada di
Cekungan Sumatra Tengah. Mengacu kepada Heidrick dan Aulia
(1993), Kelompok Pematang tersusun oleh 3 (tiga) formasi
berturut-turut dari tua ke muda: Formasi Lower Bed, Formasi
Brown Shale, dan Formasi Upper Red Bed.
Formasi Lower Bed terdiri dari betulempung,
batulanau, batupasir arkose dan konglomerat yang diendapkan
pada lingkungan darat dengan sistem pengendapan kipas alluvial
dan berubah secara lateral menjadi lingkungan fluviatil dan
lakustrin. Bagian bawah dari formasi ini pada beberapa rendahan
yang dalam (deeps/trough) ketebalannya dapat mencapai 3000
feet. Batupasir di formasi ini mempunyai kualitas yang buruk
sebagai reservoir karena masih sangat dekat dengan sumbernya
dan memiliki sortasi buruk.
Formasi Brown Shale terdiri dari serpih yang
berwarna coklat yang diendapkan pada lingkungan lakustrin,
endapan-endapan kipas alluvial dan turbidit. Formasi ini
diendapkan selaras di atas Formasi Lower Red Bed. Serpih pada
formasi ini kaya akan kandungan bahan organik, memiliki
laminasi yang cukup baik yang menandakan bahwa serpih ini
diendapkan pada kondisi air yang tenang. Formasi ini merupakan
batuan induk utama pada Cekungan Sumatra Tengah.
Formasi Upper Red Bed diendapkan pada tahap
akhir dari tektonik fase F1. Peningkatan kecepatan sedimentasi
19
dan suplai klastik menyebabkan cekungan menjadi penuh dan
lingkungan berubah menjadi darat pada kondisi fluvial. Litologi
penyusun formasi ini berupa batupasir, konglomerat dan
batulempung berwarna merah-hijau. Batupasir pada formasi ini
merupakan salah satu reservoar di Cekungan Sumatra Tengah.
3) Kelompok Sihapas
Kelompok Sihapas diendapkan secara tidak selaras
diatas Kelompok Pematang pada Oligosen Akhir-Miosen Tengah.
Lithologi pada Kelompok Sihapas ini didominasi oleh batupasir
dan serpih. Kelompok Sihapas diendapkan hampir di seluruh
cekungan. Kelompok Sihapas ini terdiri dari Formasi Menggala,
Formasi Bangko, Formasi Bekasap, Formasi Telisa dan Formasi
Duri.
a. Formasi Menggala
Formasi Menggala merupakan formasi yang tertua
dari Kelompok Sihapas yang berhubungan secara tidak selaras
dengan Kelompok Pematang. Litologinya tersusun atas
batupasir konglomeratan berselang-seling dengan batupasir
halus sampai sedang. Diendapkan pada saat Miosen Awal pada
lingkungan fluvial channel sampai laut dangkal dengan
ketebalan pada tengah cekungan sekitar 900 kaki, sedangkan
pada daerah yang tinggi ketebalannya tidak lebih dari 300 kaki
(Dawson, et. al, 1997). Batu pasir formasi ini merupakan
reservoir yang penting pada Cekungan Sumatra Tengah.
b. Formasi Bangko
Formasi Bangko diendapkan secara selaras di atas
Formasi Menggala. Litologinya tersusun atas serpih
gampingan, batupasir dan lapisan tipis batugamping yang
diendapkan pada lingkungan laut terbuka (open marine shelf)
mulai dari lingkungan paparan (shelf) sampai delta plain
(Dawson, et. al, 1997). Ketebalan formasi ini mencapai 300
20
kaki. Formasi ini merupakan batuan tudung (seal) bagi
batupasir yang ada di bawahnya.
c. Formasi Bekasap
Formasi Bekasap diendapkan secara selaras di atas
Formasi Bangko. Formasi ini disusun oleh batu pasir, batu
pasir glaukonitan berbutir halus sampai kasar, berlapis hingga
masif, dan dengan sisipan tipis; serpih, batu gamping dan
batubara. Formasi ini diendapkan pada Miosen Awal di
lingkungan delta plain dan delta front sampai laut dangkal
(Dawson, et. al, 1997). Ketebalan formasi ini mencapai 1300
kaki. Formasi inilah yang menjadi reservoir pada lapangan
Langgak.
d. Formasi Telisa
Formasi Telisa berumur Miosen Awal-Miosen Tengah
(N7-N11). Formasi ini diendapkan secara selaras di atas
Formasi Bangko, memiliki hubungan menjemari dengan
Formasi Bekasap di sebelah barat daya dan menjemari dengan
Formasi Duri di sebelah timur laut (Yarmanto & Aulia, 1998).
Litologinya tersusun oleh batuan sedimen yang
didominasi oleh serpih dengan sisipan batulanau gampingan,
berwarna abu kecoklatan, setempat dijumpai batugamping.
Diendapkan pada lingkungan marine-neritic (Dawson, et. al,
1997). Ketebalan formasi ini mencapai 1600 kaki. Formasi ini
dikenal sebagai batuan tudung dari reservoir Kelompok
Sihapas di Cekungan Sumatra Tengah. Formasi inilah yang
diperkirakan menjadi baruan tudung pada Lapangan Langgak.
e. Formasi Duri
Formasi Duri diendapkan secara selaras di atas
Formasi Bekasap dan merupakan bagian teratas dari Kelompok
Sihapas. Umumnya diendapkan di tepi cekungan dan berubah
secara lateral kearah tengah cekungan menjadi Formasi Telisa.
21
Litologinya tersusun atas suatu seri batu pasir berbutir halus
sampai sedang yang diendapkan pada lingkungan deltaik
sampai neritik dalam dan berubah secara lateral menjadi
batupasir laut dalam dari Formasi Telisa (Dawson, et. al,
1997). Formasi ini berumur Miosen Tengah dengan ketebalan
mencapai 900 kaki dan cenderung menipis kearah tengah
cekungan.
f. Formasi Petani
Formasi Petani diendapkan pada Kala Miosen Tengah
(N11)-Pliosen. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di
atas Formasi Telisa. Formasi Petani merupakan awal dari fase
regresif yang menunjukkan akhir periode transgresif di
Cekungan Sumatra Tengah. Formasi ini diendapkan mulai dari
lingkungan laut dangkal pada daerah pantai berubah secara
berangsur menjadi lingkungan deltaik kearah atas (Dawson, et.
al, 1997).
Litologinya terdiri dari batupasir, batulempung,
batupasir glaukonitan, dan batugamping yang dijumpai pada
bagian bawah, sedangkan di bagian atas banyak dijumpai
sisipan batubara. Komposisi dominan batupasir adalah kuarsa,
berbutir halus sampai kasar, umumnya tipis dan mengandung
sedikit lempung yang secara umum mengkasar ke atas.
g. Formasi Minas
Formasi Minas merupakan endapan Kuarter yang
diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Petani.
Disusun oleh Konglomerat, batupasir dan batu lempung.
Formasi ini berumur Plistosen hingga Resen dan diendapkan
pada lingkungan fluvial-alluvial. Pengendapan yang terus
berlanjut sampai sekarang menghasilkan endapan alluvium
yang berupa campuran kerikil, pasir dan lempung.
22
BAB III
SISTEM PRODUKSI LAPANGAN
1. Kontrol Masuk
Tujuannya yaitu untuk memastikan bahwa hanya orang yang
berwenang ataupun yang relah diberikan izin saja yang dapat memasuki
atau bekerja di fasilitas. Manfaat dari kontrol masuk adalah untuk
menghindari terjadinya kecelakaan, menghindari kemungkinan terjadinya
illegal access, dan mengetahui dengan pasti keberadaan dan tujuan pekerja
di dalam fasilitas. Perlengkapan dari kontrol masuk yaitu sebagai berikut:
a. Prosedur Masuk Fasilitas, pengunjung harus memahami dan
mematuhi semua prosedur kontrol masuk.
b. Log Book, digunakan untuk mencatat arus lalu lintas pengunjung
dan kendaraannya dari dana tau ke dalam fasilitas.
c. Media pencatat lainnya untuk menentukan jumlah pasti dari
pengunjung dan kendaraannya setiap saat demi keamanan dan
kemudahan evakuasi pada saat keadaan darurat.
d. Badge Pengunjung Fasilitas (Visitor Pass)
e. Papan Informasi, berisi denah fasilitas termasuk rute menuju
kumpul dalam keadaan darurat (muster point).
f. Papan Peringatan, untuk mengingatkan pengunjung tentang
persyaratan atau aturan memasuki, serta aturan di dalam
fasilitas.
g. Pagar Pengaman Fasilitas, fasilitas hendaknya mempunyai pagar
pengaman fasilitas agar lalu lintas orang dan kendaraan dapat
dikontrol.
23
2. General Work Permit (GWP)
Tujuan dari GWP yaitu memastikan adanya komunikasi di antara
kelompok kerja lintas-fungsi di suatu tempat kerja dalam melakukan
kegiatan, memastikan semua kegiatan direncanakan dengan baik, dan
memastikan setiap kegiatan sudah diantisipasi risiko serta potensi
bahayanya. Manfaatnya, pengawas operasinya, seluruh kegiatan terkait
bisa dikoordinasikan dengan baik, serta menghindari kemungkinan
terjadinya kecelakaan.
24
h. Supplied Air Respirator, respirator di mana Anda terhubung
dengaan udara yang dimampatkan ke dalam silinder atau tabung.
i. Alat Pelindung Badan.
j. Alat Pelindung Jatuh, seperti jala keselamatan (safety nets),
system tali keselamatan (safety line system), tali perorangan
(personal line), dan sabuk keselamatan (safety belts dan body
harness).
k. Alat Pelindung Bekerja di Ketinggian. Safety harness tidak
mencegah seseorang terjatuh tetapi menahan korban bergantung
di atas ketika jatuh sehingga tidak sampai menyentuh
permukaan tanah.
25
e. Penggalian tanah (ground disturbance)
f. Keselamatan berkendara (vehicle safety)
g. Pekerjaan panas di lingkungan mudah terbakar (hot work)
h. Pekerjaan dua atau lebih dikerjakan bersamaan (simultaneous
operatiions atau SIMOPs)
26
e. APD spesifik
f. Identifikasi area bahan kimia berbahaya
g. Tanda-tanda peringatan dan informasi
h. Dokumentasi
8. Housekeeping
Housekeeping adalah kegiatan yang dilakukan untuk membantu
suatu daerah atau fasilitas menjadi bersih dan teratur. Tujuan housekeeping
adalah memastikan fasilitas operasi berada dalam keadaan bersih, rapi,
teratur, selamat, sehat, tertib, dan aman. Manfaatnya menghindari
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan kebakaran, mencegah
pemborosan energi dan meningkatkan efisiensi, mengoptimalkan
pemanfaatan ruangan, membantu pengendalian limbah, dan mencegah
kerusakan asset, serta menjamin kerapian tempat kerja dan sesuai dengan
standard keselamatan.
27
Panel control berfungsi sebagai alat pengaman sekaligus pengahantar arus
menuju electrical motor.
28
Adapun jenis metode artificial lift yang digunakan pada lapangan Langgak
adalah:
29
3. Crank
Crank disambungkan pada sumbu putaran rendah yang keluar
dari gear box yang berputar 360º. Pada crank terdapat beberapa lubang
(ada tiga atau empat) pada lubang inilah pitman akan disambungkan,
sehingga gerakan 360º dari gearbox diubah menjadi gerakan naik
turun. Di samping itu ada beberapa pumping unit dipasang counter
weight pada crank.
4. Pitman
Pitman berfungsi sebagai connecting rod pada engine, yang
menghubungkan crank dengan walking beam. Kerja sama antara
pitman dan crank dapat mengubah gerakan berputar dari prime mover
menjadi gerakan turun naik pada walking beam di tempat di mana
pitman disambungkan.
Panjangnya langka pemompaan (Stroke Length) di pumping unit
biasanya dapat diubah dengan memindahkan tempat sambungan
pitman pada lubang yang ada pada crank. Jika sambungannya
dipindahkan ke arah sumbu gear box (in board), maka stroke length
akan menjadi lebih pendek. Sebaliknya, jika sambungannya
dipindahkan ke lubang menjauhi sumbu gear box (out board), maka
stroke length akan menjadi lebih panjang.
5. Walking Beam
Ketika pumping unit dinyalakan, walking beam bergerak ke atas
dan ke bawah. Walking beam ditopang oleh Samson post dan saddle
bearing dan center bearing. Pitman disambungkan ke walking beam
melalui equalizer, dan ujung walking beam yang satu lagi
disambungkan dengan polished road. Counter weight bisa juga
dipasang pada walking beam seperti di crank.
6. Horse Head (Kepala Kuda)
Horse head dipasang pada walking beam dengan memakai
engsel sling. Horse head disambung ke polish rod agar polish rod
30
dapat bergerak keatas dan kebawah mengikuti gerak dari walking
beam.
7. Carrier Bar atau Hanger
Pada bagian bawah dari bridle terdapat carrier bar yang
berfungsi untuk menggantungkan polished rod dengan menggunakan
polished rod clamp agar dapat digerakkan turun-naik oleh horse head.
8. Counter Weight
Counter weight pada sebagian pumping unit dipasang pada
crank dan ada pula yang dipasang pada walking beam. Berfungsi untuk
menyeimbangkan power yang dibutuhkan prime mover pada waktu
upstroke.
9. Brake (Rem)
Brake digunakan pada saat pumping unit dimatikan, maka
berguna untuk menahan posisi horse head, juga berguna pada saat
mengganti stroke length, memperbaiki pumping unit, memperbaiki
peralatan bawah permukaan.
31
Putaran dari motor disampaikan ke gearbox melalui
pulley dan belt. Kemudian pada gear box putaran
diturunkan sesuai dengan yang dibutuhkan
menggunakan gear reducer. Angka inilah yang menjadi
kecepatan langkah pompa atau yang disebut dengan
Stroke per Minute (SPM).
Kemudian, gerakan berputar diubah menjadi gerakan
lurus keatas melalui crank, wrist pin, pitman arm, dan
equalizer.
Gerakan lurus ke atas pitman arm dihubungkan dengan
walking beam melalui equalizer menjadi gerakan naik-
turun.
Untuk mengubah gerakan naik-turun walking beam
menjadi gerakan tegak lurus polished rod (vertical
reciprocating) dipasang horse head yang memiliki
1
bentuk lingkaran. Horse head dilengkapi dengan
8
bridle dan carrier bar yang berfungsi sebagai
gantungan polished rod. Polished rod dengan rangkaian
sucker rod akan menggerakkan downhole pump.
2. Seating Nipple
Merupakan tempat kedudukan dari standing valve sehingga
standing valve tidak terlepas pada saat upstroke dan downstroke.
32
3. Standing Valve
Merupakan katup yang berada pada bagian bawah working
barrel di mana posisinya akan terbuka pada saat upstroke sehingga
fluida dari dalam sumur dapat masuk ke dalam working barrel.
Posisinya akan tertutup pada saat downstroke sehingga menahan fluida
yang sudah masuk ke dalam working barrel agar tidak keluar.
Standing valve terdiri dari; puller pin, cage standing valve,
ball, dan seat, connector, dan seating ring.
4. Travelling Valve
Merupakan katup yang berada di bawah plunger yang bergerak
sesuai dengan pergerakan plunger, di mana posisinya akan terbuka
pada saat downstroke sehingga fluida dapat masuk ke dalam plunger.
Posisinya akan tertutup pada saat upstroke sehingga dapat menahan
fluida yang sudah masuk ke dalam plunger agar tidak keluar.
5. Plunger
33
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam working
barrel yang berfungsi untuk mengangkat fluida dari reservoir ke
permukaan.
6. Sucker Rod
Merupakan besi dengan panjang 25 ft dan digunakan sebagai
penghubung antara polished rod dengan rangkaian pompa di dalam
sumur (plunger dan travelling valve).
7. Polished Rod
Merupakan bagian teratas dari rangkaian rod yang muncul di
permukaan dan berfungsi menghubungkan antara rangkaian rod di
dalam sumur dengan peralatan-peralatan di permukaan.
8. Ponny Rod
34
Sama halnya dengan sucker rod, ponny rod juga merupakan
koneksi antara peralatan di permukaan dengan pompa di dalam sumur.
Hanya saja, ponny rod tidak sepanjang sucker rod dan mempunyai
panjang yang bervariasi. Ponny rod digunakan saat sucker rod
membutuhkan panjang tambahan.
Gerakan turun naik yang berasal dari peralatan atas permukaan tadi akan
terhubung ke peralatan bawah permukaan melalui bridle yang
dihubungkan ke Polyshed Rod.
Polyshed Rod bersama rangkaian Sucker Rod akan menggerakan plunger
turun naik
35
Gerakan travelling valve akan mengaktifkan standing valve (upstroke &
downstroke)
Pada saat upstroke, standing valve terbuka dan travelling valve tertutup,
pada saat itu fluida akan memasuki lower pump barrel (terjadi perbedaan
tekanan)
Pada saat downstroke, standing valve akan tertutup dan travelling valve
akan terbuka sehingga fluida yang terperangkap akan bergerak maju ke
upper pump barrel.
Proses ini akan berkelanjutan sampai pipa akan penuh berisi fluida dan
akan bergerak menuju kepermukaan.
36
berfungsi mengubah tenaga yang berupa kecepatan tinggi menjadi kecepatan
rendah namun memiliki tenaga yang tinggi.
Pompa ESP secara keseluruhan dari pompa dan motornya
ditenggelamkan ke dalam cairan, pompa ini digerakkan dengan motor listrik
melalui suatu poros motor (shaft) yang memutar impeller pompa. Perputaran
itu menimbulkan gaya sentrifugal yang digunakan untuk mendorong fluida ke
permukaan.
Seperti halnya sucker rod pump, electric submersible pump juga
mempunyai dua bagian utama, yaitu peralatan di atas permukaan (surface
equipment ESP) dan peralatan bawah permukaan (subsurface equipment
ESP).
37
2. Switchboard
Switchboard dipasang pada setiap sumur yang berproduksi
menggukana ESP. Switchboard ini berfungsi untuk mengatur
dan mengontrol kemungkinan terjadinya downhole problem,
seperti overload atau underload current. Selain itu Switchboard
juga berfungsi untuk mengrestart pompa secara otomatis
apabila pompa mengalami underload ataupun overload
sehingga pada saat masalah tersebut terjadi electric motor
terlindungi dari kerusakan. Dan juga untuk mendeteksi ada atau
tidaknya unbalance voltege pada pompa.
Pada switchboard biasanya dilengkapi dengan ampere
meter chart yang berfungsi untuk mencatat arus motor versus
waktu ketika motor bekerja. Jadi kita dapat melihat peformance
pompa pada ampere meter chart yang ada pada switchboard.
3. Junction Box
Junction Box ditempatkan di antara kepala sumur dan
switchboard untuk alasan keamanan. Gas dapat mengalir ke
atas melalui kabel dan naik ke permukaan menuju switchboard,
yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran, karena itu
kegunaan dari junction box ini adalah untuk mengaluarkan gas
38
yang naik ke atas tadi. Gas yang keluar dari sumur akan masuk
ke dalam junction box lalu kemudian keluar melalui
sambungan kabel dari switchboard dengan kabel dari ESP
motor. Junction box biasanya dipasang 15 feet (minimum) dari
kepala sumur, serta 35 feet dari switchboard, dan normalnya
berada di antara dua sampai tiga feet di atas permukaan tanah.
39
dengan high modulus tape (HMT) yang tahan akan temperatur
tinggi.
2. Pompa
Setiap pompa terdiri dari beberapa tingkat (multistage)
di mana masing-masing stage terdiri dari impeller dan diffuser.
Impeller yang dikunci dengan shaft yang merupakan bagian
yang berputar dan berfungsi sebagai alat untuk memindahkan
fluida dari satu tempat ke tempat lainnya, sedangkan diffuser
adalah bagian yang diam dan berfungsi untuk mengarahkan
fluida ke stage berikutnya. Semakin banyak stage yang
dipasangkan, maka semakin besar kemampuan pompa untuk
dapat mengangkat fluida ke permukaan. Stage sendiri
merupakan jumlah tingkat yang tersedia pada unit pompa.
Unit pompa terdiri dari beberapa bagian:
a. Impeller
Impeller merupakan komponen pompa yang berputar
bersama dengan poros yang dikunci dengan spine memanjang
sepanjang poros, berfungsi untuk memberikan gaya
centrifugal sehingga fluida bergerak menjauhi poros yang
berputar, sehingga fluida akan naik dari dalam sumur ke
permukaan.
40
Gambar 3.10 Impeller
b. Diffuser
Diffuser merupakan bagian dari pompa ESP yang
dijepit pada housing dan dijaga agar tidak bergerak, di
dalamnya terdapat sudu-sudu pengarah fluida dari stage yang
terendah ke stage yang lebih tinggi. Fungsi diffuser adalah
membalikkan arah fluida dan mengarahkan kembali ke poros
dan impeller di atasnya. Diffuser berguna untuk mengubah
energi kinetic menjadi energi potensial (tekanan).
4. Motor
Setiap sistem pemompaan memerlukan tenaga
penggerak. Pada kasus pompa ESP, tenaga penggeraknya adalah
electric motor. ukurannya bervariasi dari 10 HP sampai dengan
1000 HP, dengan frekuensi 60Hz sedangkan kebutuhan voltage-
nya bervariasi dari 420 volt sampai dengan 4200 volt pada
frekuensi 60Hz, atau 350-3500 volt pada frekuensi 50Hz. OD
1 1
motor juga bervariasi dari 3 sampai dengan 7 . Biasnaya
4 4
motor dibuat single section yang panjangnya bisa sampai 35ft,
41
Pada saat pengoperasiannya, motor diisi dengan
minyak yang berfungsi sebagai:
a) Sebagai pelumas
b) Sebagai tahanan (isolasi)
c) Sebagai media penghantar panas motor yang
ditimbulkan oleh perputaran rotor ketika motor
tersebut sedang bekerja.
Prinsip kerja motor adalah menggerakkan pompa dengan
cara mengubah energi elektrik menjadi energi mekanis.
Komponen utamanya adalah rotor, stator, dan motor oil.
5. Check Valve
Check valve dipasang di atas pompa yang disambung
dengan nipple joint. Bertujuan untuk menjaga fluida tetap
berada di atas pompa. Jika tidak dipasang, akan terjadi
kebocoran fluida dan akan menyebabkan aliran balik hingga
menyebabkan motor terbakar atau rusak.
Jadi, pada umumnya, check valve digunakan agar tubing
tetap terisi penuh dengan fluida sewakgtu pompa mati dan
mencegah supaya fluida tidak turun ke bawah.
6. Bleeder Valve
Bleeder valve dipasang satu joint di atas check valve,
mempunyai tujuan untuk mengosongkan kolom cairan di dalam
tubing agar pada saat pencabutan pompa tubing dalam keadaan
kosong. Sehingga crew tidak terkena tumpahan minyak dari
tubing yang dicabut dari dalam sumur.
7. Centralizer
Berguna untuk menjaga rangkaian pompa agar tetap
berada ditengah.
42
Prinsip Kerja Electric Submersible Pump
Prinsip kerja electric submersible pump adalah berdasarkan pada
prinsip kerja pompa centrifugal dengan sumbu putarnya tegak lurus.
Pompa centrifugal adalah motor hidrolik dengan jalan memutar cairan
yang melalui impeller pompa lalu cairan akan masuk ke dalam impeller
pompa menuju poros pompa, lalu cairan akan masuk ke dalam impeller
pompa menuju poros pompa, dikumpulkan oleh diffuser kemudian akan
dilempar ke luar, oleh impeller, tenaga mekanis motor diubah menjadi
tenaga hidrolik. Di sinilah terjadi proses penghisapan dan pendorongan.
Berikut merupakan langkah-langkah cara kerja dari pompa Electric
Submersible Pump:
Putaran dari motor diteruskan sampai ke pompa melalui shaft.
Sambungan antara shaft pada setiap unit dihubungkan dengan
coupling. Impeller dipasang pada shaft, sehingga dengan
berputarnya shaft, maka impeller pun akan ikut berputar. Putaran
ini akan mendorong serta mengangkat fluida, sedangkan difusser
yang bersifat diam akan mengarahkan fluida ke atas menuju
impeller berikutnya.
Impeller bersama dengan fluida memberi tekanan yang
diperlukan untuk mencapai head capacity yang dibutuhkan, juga
berfungsi untuk mempercepat aliran fluida di dalam proses
pemompaan.
Untuk dapat memompakan fluida pada tekanan tertentu
diperlukan stage yang disusun secara seri. Semakin banyak
jumlah stage maka, semakin tinggi fluida yang dapat didorong
oleh pompa.
43
DN1400/72/120 HP
Keterangan:
DN = Seri pompa
1400 = Kapasitas pompa dalam BPD
72 = Menunjukkan jumlah stage
120 = Menunjukkan besar horse power motor
2. Gearbox
Berfungsi untuk penyampaikan putaran dari motor kepada rod
string yang terhubung pada rotor. Gearbox biasnya dihibungkan
dengan motor dengan bantuan belt
44
4. Switchboard
Sama halnya dengan switchboard yang terdapat pada ESP.
Switchboard pada PCP juga berfungsi sebagai Switchboard ini
berfungsi untuk mengatur dan mengontrol kemungkinan terjadinya
downhole problem, seperti overload atau underload current.
Namun, switchboard yang terdapat pada PCP dilengkapi
dengan PSD (pariable speed driver). Yang berfungsi sebagai pengatur
RPM motor dan kecepatan pompa.
2. Pony Rod
Pony Rod Merupakan sucker rod yang mempunyai ukuran
lebih pendek. Fungsinya adalah melengkapi panjang dari sucker rod
apabila panjang sucker rod tidak memenuhi panjang yang dibutuhkan.
Panjang ponyrod adalah 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ft.
45
Gambar 3.12 Pony Rod
3. Rod centralizer
Berfungsi untuk menjaga rangkaian rod string supaya terus
berada di tengah lubang sumur.
4. Single helical rotor
Merupakan bagian PCP yang berfungsi untuk mengangkat
fluida. Terbuat dari baja yang sangat keras dan berbentuk spiral. Pada
bagian spiral inilah nantinya fluida akan terangkat pada saat rotor
diputar.
46
terus bergerak keatas. Biasanya internal helical stator terbuat dari
karet yang sangat kenyal dengan ketahanan panas maksimum 230F.
47
produksi sumur. Agar aliran tidak kembali dalam sumur (back flow)
maka pada tiap flowline di pasang check valve.
3. Manifold
Berfungsi sebagai pengumpul fluida produksi dari berbagai sumur
yang selanjutnya dikirim ke unit pemisahan untuk suatu treatment dan
pengukuran. manifold di desain untuk mengumpulkan minyak dari
berbagai areal yang selanjutnya akan di dialirkan ke :
a. Production line
Merupakan manifold sebagai bagian operasi normal dari proses
produksi dimana arah aliran fluida dari sumur diarahkan ke
production separator atau gas boot
b. Test line
Manifold ini digunakan untuk melakukan test produksi suatu
sumur tanpa menggangu produksi sumur lainnya dimana arah
aliran fluida dari sumur di arahkan ke test separator.
c. Header line
Header Line merupakan jalur utama aliran fluida menuju
separator produksi.
d. Main line
Main line merupakan aliran pipa penyalur fluida dari Gathering
station ke petapahan.
48
Jenis peralatan yang digunakan pada gathering station umumnya
banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dari lapangan yang
bersangkutan dan fluida yang diproduksikan. Berikut beberapa komponen
yang mencangkup sistem gathering stations.
a. Gas boot
Gas boot berfungsi untuk memisahkan gas dari liquid agar gas
tidak masuk ke Free Water Knock Out atau Wash tank. Disamping itu
gas boot juga membantu mengurangi dan menstabilkan pressure yang
datang dari separator, splitter atau wells sebelum masuk ke wash tank.
b. Flare
Flare merupakan suatu unit yang berfungsi untuk pembakaran
gas dari gas boot, gas mengalir dari atas gas boot kemudian masuk ke
scrubber di sini terjadi proses pemisahan jika masih terdapat
kondensat di gas.kondensat harus di pisahkan ini dikarenakan jika
terbakar di flare akan membahayakan lingkungan selain itu juga
kondensate dapat di manfaatkan untuk cleaning peralatan.
49
Gambar 3.15 flare
c. Wash tank
Wash tank adalah tanki penampung fluida yang datang dari gas
boot atau FWKO dan berfungsi untuk memisahkan air dan minyak.
Kapasitas wash tank yang digunakan pada setiap gathering station
berbeda-beda tergantung dari hasil produksi field yang bersangkutan
dan retention time dari fluida. Jika kapasitas cukup besar, retention
time di dalam wash tank menjadi semakin lama. Semakin lama
retention time akan menyebabkan proses pemisahan minyak dan air
menjadi semakin baik. Baik dan tidaknya pemisahan minyak dan air
juga dipengaruhi oleh temperatur fluida dan chemical yang
diinjeksikan di incoming line
Retention time adalah lamanya waktu fluida berada di dalam tangki
sebelum pindah ke fasilitas berikutnya. Retention time perlu
diperhatikan dalam dalam mendesain wash tank, karena ia akan
mempengaruhi hasil pemisahan air dengan minyak.
Kolom air di dalam wash tank akan selalu dijaga pada ketinggian
tertentu, karena ia akan berpengaruh pada proses pemisahan air dan
minyak. Untuk menaikkan atau menurunkan permukaan interface air
50
minyak dapat dilakukan dengan menambah atau mengurangi spacer
atau ring yang ada di water leg box. Sedangkan untuk mengetahui
permukaan interface pada sebuah wash tank, dapat diketahui dengan
menggunakan sample cock yang ada di dinding tanki. Penggunaan
chemical kadang diperlukan untuk membantu mempercepat proses
pemisahan air & minyak didalam wash tank.
d. Chemical
Chemical berfungsi sebagai additif tambahan untuk membantu
mempercapat pemisahan minyak dan air pada saat proses pemisahan di
wash tank.
51
Gambar 3.17 chemical
e. Test tank
Test tank ada yang berada di dalam area Gathering Station dan ada
Test Tank yang berada di dekat sumur yang ditempatkan sebagai
pembantu dalam well test di sekitar sumur dan yang jauh dari
Gathering Station dan Test Tank.
52
f. Water tank
Water tank berfungsi untuk menampung air yang sudah di pisahkan di
wash tank berguna untuk sebagai media pendorong pengiriman
minyak.
53
Gambar 3.20 flow meter
h. Pit
Pit berfungsi untuk menampung air yang sudah berpisah dengan
minyak dari wash tank. Disamping itu pit juga menampung semua
pembuangan air atau minyak dari semua peralatan yang ada di dalam
gathering station bahkan dari lapangan. Air tersebut masih
mengandung minyak beberapa ppm, sehingga di dalam pit terjadi
pemisahaan air dengan minyak secara gravity, air berat berada di
bawah, sedangkan minyak yang ringan mengapung di atas dan
dipompakan menggunakan skimming pump kembali ke wash tank.
i. Shipping tank
54
Shipping tank berfungsi untuk menampung minyak yang sudah
dibersihkan di wash tank untuk dipompakan kefasilitas berikutnya dan
membersihkan kesempatan air untuk mengendap jika masih ada yang
terbawa bersama minyak dari wash tank, kemudian air atau emulsi
yang ada didasar shipping tank dipompakan kembali masuk ke inlet
boot.
j. Shipping pump
Shipping pump merupakan pompa yang berfungsi untuk
mentransfer minyak dari gathering station. Shipping pump yang
digunakan adalah pompa positif displacement yang dirancang untuk
memompakan minyak mentah dari GS ke petapahan dan juga
berfungsi untuk melakukan sirkulasi apabila tidak melakukan
pengiriman hal ini agar minyak yang berada di pipa tidak terjadi
congeal.
55
Gambar 3.23 shipping pump
k. Storage tank
Storage tank merupakan unit tambahan yang berfungsi jika pada
shipping tank minyak yang ada pada tank tersebut penuh maka akan di
alirkan ke storage tank yaitu apabila proses pengiriman minyak tidak
terjadi.
l. Meter Reading
56
Meter Reading merupakan unit yang berfungsi untuk merecord
atau mencatat data minyak yang dikirim ke Gathering Station. Data
minyak yang dikirim akan tercatat di tiket meter yang diganti setiap 24
jam
57
Fluida dari sumur-sumur produksi mengalir menuju Gathering
Station kemudian masuk ke Gas boot , di sini terjadi proses pemisahan
antara gas dan Cairan (minyak+air), kemudian gas akan mengalir menuju
flare stack untuk dibakar di atmosfir, sementara pada dasarnya kandungan
gas yang terdapat pada lapangan SPR langgak ini memiliki kandungan gas
yang rendah dan sedikit sehingga flare yang ada tidak di bakar di atmosfir
melainkan langsung di buang kelingkungan.
Selanjutnya minyak yang masih tercampur dengan air dari gas boot
masuk ke wash tank, di wash tank minyak dan air akan terpisah karena
gravity, perbedaan berat jenis, tekanan dan di bantu oleh chemical reverse
demulsifier yang di injeksikan di line sebelum masuk ke gas boot dan
wash tank, kemudian akan terpisah berdasarkan perbedaan berat jenis.
Untuk mengatur ketebalan fluida air di dalam Wash Tank maka di gunakan
Water Lag dengan mengatur ringnya pada posisi yang diinginkan
perbandingan ini akan menentukan berapa kadar kandungan minyak yang
berada di atas minyak.
Pada pemisahannya air yang telah terpisah oleh minyak akan masuk
ke water tank, pada prinsipnya sebagian air yang berasal dari water tank
akan di gunakan sebagai media pendorong minyak yang akan di kirim ke
petapahan dan sebagiannya lagi akan di buang ke lingkungan. Namun
sebelum di buang ke lingkungan akan di bersihkan terlebih dahulu melalu
skimppig pit, wash pit dan polution pit. Kemudian minyak yang telah di
pisahkan akan masuk shipping tank, perlu diketahui volume shipping tank
yang ada tidak sepenuhnya merupakan minyak tetapi juga mengadung
kandungan air yaitu sebagai alas atau bantalan yang mana berfungsi untuk
memanaskan minyak yang mengandung tingkat parafin yang tinggi.
58
minyak yang sebelumnya dari shipping tank akan di lakukan pengecekkan
nilai BS&W yaitu berguna untuk menentukan kadar air yang masih terisisa
didalam minyak. hasil sample minyak yang ada di ambil dari test line
yang terdapat pada meter reading, meter reading ini sendiri berguna untuk
melihat kadar minyak yang di kirim perhari. Langkah selanjutnya barulah
minyak akan di kirim ke Petapahan jika kadar BS&W kecil dari 1 %
minyak tersebut akan di kirim melalui pipa main line.
59
ρo
SG =
ρw
2. Well Test
Well test adalah pekerjaan pengujian produksi sumur untuk
mengetahui data produksi dari setiap sumur (oil, water, dan gas) per hari.
Data ini penting bagi Petroleum Engineer untuk menganalisa sumur dan
60
formasi secara keseluruhan, apakah sumur tersebut masih berproduksi
dengan baik atau memerlukan well sevice atau work over job untuk
mempertahankan/ meningkatkan laju produksi. Operator produksi yang
melakukan pengujian atau tes produksi dilokasi dilakukan oleh pumper.
Pada lapangan Langgak, test ini dilakukan dengan menggunakan test tank
yang diletakkan didekat sumur. Prosedur dari well test disetiap lapangan
Langgak adalah sebagai berikut:
1. Memasang elbow sebagai penyambung dari spool test ke fleksible
hose. Fleksible hose berfungsi sebagai penyalur fluida produksi
dari flowline menuju test tank.
2. Membuka gate valve pada spool test dan menutup gate valve pada
flow line (biasanya dilakukan ber-iringan supaya tekanan pada pipa
tidak naik ketika kedua valve cenderung menutup dan laju aliran
fluida produksi masuk ke test tank konstan ketika waktu tes atau
pengisian dimulai).
3. Kemudian biarkan fluida mengalir sampai batas waktu yang
ditentukan (sekitar 20-30 menit).
4. Setelah itu buka kembali gate valve pada flow line dan tutup
kembali gate valve di spool test.
5. Selanjutnya dilakukan settling time sampai batas waktu yang di
tentukan.
6. Kemudian pengukuran dari ketinggian top fluid level dapat
dilakukan dengan menggunakan penggaris dengan
mencelupkannya hingga menyentuh dasar test tank.
7. Pengukuran ketinggian WOC dilakukan dengan mengolesi water
kut (pasta khusus yang bisa memperlihatkan batas air dan minyak)
pada penggaris di sekitar nilai top, kemudian dicelupkan kedalam
test tank dan dibersihkan dengan tetesan toluene untuk melihat
batas dari WOC.
Nilai yang didapatkan dari well test yaitu ketinggian WOC dan top
fluid level pada test tank dapat digunakan untuk perhitungan laju produksi
61
fluida, air, dan minyak tiap hari, serta mengetahui nilai dari water cut.
Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:
1440
Qactual = ×top (cm) ×0,297898 × 0 , 95
t (menit)
woc(cm)
WC= ×100 %
top(cm)
(100−WC )
Qo = ×Q actual
100
Qw =Q actual−Q o
3. Sonolog Test
Sonolog Test adalah test yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik fluida didalam sumur seperti ketinggian kolom dari fluida
pada sumur yakni dalam keadaan pompa bekerja ( Working Fluid Level ),
maupun dalam keadaan pompa dimatikan ( Static Fluid Level ), tekanan
reservoir, tekanan intake pompa, tekanan produksi didasar sumur, tekanan
casing, jumlah produksi saat ini dan potensinya, serta kedalaman formasi,
kedalaman pompa, dll. Untuk sumur normal cukup 1 kali test, sedangkan
untuk sumur yang baru di well service di test sampai sampai WFL nya
stabil yaitu mendekati antara test yang satu dengan test yang selanjutnya
untuk memperoleh data yang akurat.
62
Peralatan yang digunakan pada Sonolog Test adalah sebagai
berikut:
1. Gas Gun. Alat ini digunakan untuk menghasilkan bunyi
dipermukaan. Gas gun diperlengkapi dengan mikrofon, manometer
pengukur tekanan di selubung yang biasanya berujud peralatan
digital serta manometer pengukur tekanan pada Gas Chamber yang
merupakan sumber bunyi.
63
4. Catu gas. Umumnya dipakai gas yang tidak bereaksi dengan
hidrokarbon seperti N2 atau CO2. Botol nitrogen sebagai sumber
gas dilengkapi dengan pressure regulator yang memadai.
5. Pressure transducer berfungsi sebagai mengubah tekanan menjadi
sinyal listrik analog.
64
4. Hidupkan komputer dan hubungkan pada analog digital converter
(power: on), serta hubungkan semua koneksi kabel pada analaog
digital converter.
5. Buka software echometer, kemudian input data operator (pada
Setup,atau tombol F2) dan lakukan kalibrasi pressure transducer
(obtain zero offset) di komputer dengan memasang alat pressure
transducer terlebih dahulu pada kabel koneksi, setelah itu dilepas
kembali.
6. Open file (pada Base Well File atau tombol F3) untuk sumur
bersangkutan yang akan di test.
7. Pasang pressure transducer pada gas gun dan hubungkan semua
kabel koneksi dari analog digital converter pada gas gun.
8. Pada Acquire Data (tomol F4), terdapat tampilan rekaman suara
dari bawah permukaan sumur, mulai Fire Shoot setelah detik ke 20
(jika pantulan tidak dapat terdeteksi, maka ulangi proses pengisian
gas chamber dengan tekanan yang lebih tinggi).
9. Simpan data hasil Sonolog.
10. Pada tab Select Liquid Level, terdapat tampilan rekaman dari hasil
Sonolog, kemudian atur skala dan posisi garis untuk menentukan
pantulan yang terbaik.
11. Pada tab Depth Detemination, terdapat tampilan dari hasil
perhitungan kedalaman pada pantulan yang dipilih, kemudian pilih
Analysis Method: Manual untuk dapat mengatur secara manual
penyebaran dari garis analisis yang harus disesuaikan dengan
fluktuasi hasil rekaman.
12. Pada tab Casing Pressure menampilkan data tekanan setiap 15
detik, tekan tombol End Buildup untuk menghentikan pengambilan
data jika telah membentuk garis lurus.
13. Terakhir pada tab BHP menampilkan hasil akhir dari penentuan
liquid level, pengambilan data casing pressure, dan data well fire
lainnya.
65
Gambar 3.29 Tampilan hasil Sonolog Test
4. Penentuan BS&W
BS&W (Base Sediment and Water) dalam minyak merupakan
kandungan sedimen dan air yang masih tersisa atau tidak dapat dipisahkan
lagi dengan proses pemisahan yang terjadi pada wash tank. Sebelum
melakukan pengiriman minyak yang akan dijual, sangat perlu dilakukan
pengecekan terhadap kandungan BS&W dari minyak yang ada di dalam
shipping tank. Pengecekan ini bertujuan agar minyak yang dikirim
nantinya benar-benar telah terproses dengan sebaik-baiknya sehingga
hanya tinggal sedikit dari kandungan pengotor BS&W didalam minyak
tersebut. Batasan nilai minimum dari BS&W minyak yang akan dikirim
adalah < 1 %.
Penentuan kadar BS&W dapat dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan alat dan bahan sebagai berikut:
Alat : 1 gelas centrifuge 200 ml untuk minyak, 1 gelas centrifuge 200
ml sebagai penyeimbang putaran (air), dan mesin BS&W.
66
Bahan : 100 ml sampel minyak, 100 ml toluene (oil based) sebagai
pemisah antara minyak dan komponen lainnya, dan 3 tetes
demulsifier yang bekerja lebih efektif dibandingkan toluene yaitu
untuk memecahkan dan menurunkan tegangan antar muka
(interfacial tension) minyak dengan komponen lainnya.
Prosedur penenentuan BS&W dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Memasukkan 100 ml sampel minyak kedalam 200 ml gelas
centrifuge.
b. Tambahkan 100 ml toluene dan 3 tetes demulsifier.
c. Kocok sampai merata campuran dari minyak dengan toluene.
d. Masukkan sampel tersebut kedalam water bath pada temperatur
60°C (140°F) selama 10 menit.
e. Masukkan gelas centrifuge tersebut kedalam mesin BS&W dan
atur temperatur mesin BS&W sesuai dengan temperatur sampel
minyak.
f. Tutup mesin BS&W dan nyalakan putaran tersebut hingga 1600
rpm selama 10 menit.
g. Buka tutup mesin BS&W dan angkat gelas centrifuge yang berisi
sampel minyak, kemudian baca hasil pengukurannya.
Apabila nilai BS&W yang diperoleh telah sesuai dengan batas BS&W
yang ditetapkan maka pengiriman baru mulai dilakukan, jika tidak maka
tunggu hingga BS&W bagus kembali atau hentikan pengiriman jika terjadi
peningkatan BS&W ketika pengiriman. Pengecekan BS&W dapat
dilakukan setiap 50 Bbls, 100 Bbls, 200 Bbls, 300 Bbls, 400 Bbls, dan 500
Bbls.
67
BAB IV
STUDI KASUS
68
masalah. Berikut merupakan beberapa contoh problem sumur yang
terdapat di lapangan Langgak:
1. Congeal
Congeal merupakan kondisi di mana ketika minyak bumi
yang mengandung wax membeku, sehingga beberapa wax akan
terkristalisasi di larutan tersebut.. Jika crude oil tidak melalui
proses agitasi saat kristalisasi, maka kristal akan membentuk
jaringan dimana dapat mencegah dan menahan unsur liquid dari
minyak. Dengan kata lain, congeal ini merupakan kondisi dimana
minyak memiliki viskositas yang cukup tinggi sehingga sulit untuk
mengalir diakibatkan oleh rendahnya temperatur dan besarnya
kandungan wax. Jika minyak yang congeal ini mengalir melalui
perforasi secara terus-menerus dalam waktu yang lama, maka pada
lubang perforasi akan terakumulasi gumpalan-gumpalan yang
dapat menutup lubang perforasi bahkan menyumbat, sehingga hal
tersebut berdampak kepada performance atau produksi dari sumur.
Permasalahan ini banyak terjadi pada sumur-sumur di lapangan
Langgak.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, pada salah satu
sumur di lapangan Langgak dilakukan perforation wash dengan
cara menginjeksikan parasol. Parasol diinjeksikan dengan tujuan
untuk melarutkan gumpalan-gumpalan minyak yang menyumbat
lubang perforasi, sehingga dapat mengembalikan produktivitas
sumur seperti seharusnya bahkan diharapkan melebihi performance
sebelumnya. Injeksi ini dilakukan dengan tujuan untuk
membersihkan dua interval perforasi yang berbeda yang terindikasi
mengalami penyumbatan karna adanya minyak congeal yang
menutupi lubang perforasi untuk itu dilakukan penginjeksian brine
yang merupakan campuran dari 20 sack KCL dan 15 bbl air
terlebih dahulu melewati casing annulus. Hal ini bertujuan untuk
menjadikan larutan KCL sebagai penambah tekanan hidrostatik
69
agar sumur tidak flowing karena selama tekanan reservoir sama
dengan tekanan hidrostatik parasol yang diinjeksikan nantinya
hanya akan mencuci kedua interval perforasi dengan efektif, sebab
parasol yang digunakan adalah jenis heavy parasol yang
mempunyai densitas yang lebih besar dari KCL, maka dari
itu,ditambah parasol biasa agar density chemical lebih kecil
daripada brine. Sehingga susunannya dari paling bawah brine,
parasol,baru air.Setelah injeksi KCL dilakukan dilanjutkan dengan
injeksi parasol. Setelah itu, sumur dimatikan selama 12 jam, hal ini
bertujuan untuk memberikan waktu parasol bereaksi dengan
gumpalan-gumpalan minyak yang menyumbat lubang perforasi.
Kemudian setelah 12 jam barulah sumur diproduksikan kembali.
2. Gas Lock
Gas lock merupakan kondisi dimana pompa terisi oleh gas
yang mana gas tersebut tidak dapat keluar sehingga akan
menghalangi fluida masuk ke dalam pompa. Yang biasanya terjadi
ketika tubing pumps pada pompa mati atau pada sumur yang
memiliki GOR yang tinggi. Namun pada lapangan Langgak
diperkirakan GOR dibawah 1%, akan tetapi ditemukan di beberapa
sumur terjadinya kasus gas lock. Salah satu penanganan gas lock
yang dilakukan adalah me-release gas yang terperangkap didalam
tubing pump. Dengan cara membuka sample cock pada pumping
tee. Sample cock dibuka hingga gas tidak keluar lagi bersama
dengan fluida produksi. Penanganan ini biasanya dilakukan 3 kali
dalam satu hari.
70
dengan efektivitas pompa dan tekanan dasar sumur yang tidak mungkin
bernilai nol.Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimasi
produksi pada lapangan Langgak adalah dengan penambahan chemical.
Proses produksi fluida kepermukaan tak terlepas dari material-
material yang mempengaruhinya. Proses perolehan minyak mentah yang
berkualitas membutuhkan treatment yang mengimbanginya. Langkah ini
dilakukan guna untuk memisahkan minyak dari material lainnya yang ikut
terkandung ketika minyak diproduksikan. Penambahan chemical
merupakan salah satu kegiatan optimasi produksi yang dilakukan guna
untuk menghasilkan fluida produksi yang berkualitas sesuai dengan SOP
yang berlaku, terutama untuk produksi minyak. Chemical tersebut
diinjeksikan pada pipa flowline melalui tubing yang disambungkan ke pipa
production line, supply dari chemical tersebut didapatkan dari berupa
drum yang diletakkan tidak jauh dari sumur tersebut. Dengan bantuan
chemical, maka akan membantu proses pemisahan antara minyak dengan
air. Oleh karena itu, dibutuhkannya penambahannya chemical untuk
meningkatkan optimasi produksi. Chemical yang digunakan pada
Lapangan Langgak adalah Demulsifier dan Reverse Demulsifier. Berikut
penjelasan tentang jenis-jenis dan fungsi dari chemical yang digunakan
pada Lapangan Langgak:
a. Demulsifier
Demulsifier digunakan untuk mengoptimalisasi proses
pemisahan minyak dari air (oil based) dengan memecahkan emulsi
serta endapan yang terkandung di dalam minyak mentah. Dalam
proses ini demulsifier akan memudahkan untuk membantu air dan
padatan terlepaskan dari minyak, sehingga kualitas dari minyak
yang dihasilkan akan semakin baik. Berikut merupakan beberapa
kegunaan dari demulsifier,
(1) Memisahkan kandungan asphalt, lumpur, dan garam-
garam mineral yang teremulsi dalam minyak mentah
71
(2) Memisahkan air dari minyak
(3) Mencegah perubahan hidrokarbon menjadi fasa air
(4) Mencegah terbentuknya emulsi
(5) Membantu pencegahan pencemaran minyak pada disposal
canal
Pada Lapangan Langgak sumur yang menggunakan
chemical berupa demulsifier ialah Langgak-I dan Langgak-U.
b. Reverse Demulsifier
Seperti namanya, Reverse Demulsifier merupakan lawan
kerja dari demulsifier yang mana chemical ini berfungsi untuk
memisahkan material material lainnya dari air, terutama minyak.
Chemical ini digunakan untuk mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan pada saat limbah dialirkan ke pembuangan yang
mungkin saja akan berkontak langsung dengan lingkungan
masyarakat. Pemerintah telah menetapkan bahwa kandungan
minyak pada air buangan maksimal memiliki nilai 25 ppm dengan
suhu 45oC. Alat utama yang dapat digunakan untuk mengetahui
kandungan minyak pada air adalah Spectrophotometer.
Apabila kadar kandungan minyak pada air buangan
melebihi batas yang ditentukan, maka dapat menimbulkan
permasalahan sebagai berikut,
(1) Terjadinya loss production dikarenakan minyak ikut
terbuang bersama limbah air buangan
(2) Permasalahan lingkungan yang akan berdampak bagi
keselamatan serta kesehatan warga sekitar
(3) Penyumbatan formasi pada sistim Water Injection
(4) Dapat menjadi sumber penyakit akibat bakteri yang
berkembang biak pada limbah.
Pada Lapangan Langgak, reverse demulsifier digunakan di
area Gathering Station dan pada Langgak-I dan Langgak-U. Pada
72
Gathering Station, chemical ini diinjeksikan melalui tubing dari
incoming line menuju ke dalam Gas Boot yang mana akan bekerja
pada wash tank, sehingga pada saat proses pemisahan fluida yang
terjadi di wash tank dapat bekerja secara optimal.
73
Namun, sebelum menginjeksikan suatu jenis chemical ada
baiknya dilakukan suatu test untuk menentukan konsentrasi yang
pas dari kedua chemical yang dipakai dilapangan BW agar
pemisahan minyak dan air lebih sempurna, yang mana nama
testnya adalah bottle test. Bottle test ini dilakukan oleh beberapa
vendor yang telah menawarkan diri dan nantinya yang terpilih yang
memiliki konsentrasi chemical dengan waktu settling yang baik
dan biayanya juga dapat dijangkau. Sesuai dengan peraturan
pemerintah, dinyatakan bahwa crude oil yang diproduksi dan
dipasarkan harus mempunyai kadar BS & W kurang dari 1 %
sedangkan kandungan minyak yang terdapat dalam limbah yang
boleh dibuang ke lingkungan oleh sebuah industri perminyakan
adalah dibawah 40 ppm, sedangkan air dibawah 25 ppm saat
dibuang ke lingkungan. Yang mana hal ini didasarkan pada
Kepmen LH No. 42 Tahun 1996 tentang “air buangan terproduksi
yang dibuang ke lingkungan, kadar minyak dalam air buangan
maksimum ≤ 25 ppm .Oleh karena itu, perlu adanya bottle test
untuk mencari konsentrasi dari suatu chemical yang pas untuk
menyempurnakan pemisahan agar lingkungan tidak tercemar.
74
Adapun langkah-langkah dalam pekerjaan bottle test adalah:
1. Ambil sample minyak 5 liter dan air 5 liter
2. Setelah itu, ambil sample minyak 60 ml dan air 40 ml, lalu
kocok minyak,air dalam gelas sample
75
5. Kemudian, setiap botol yang direndam didalam waterbath
dilihat tiap 5,15,30,60,120 menit.
76
Gambar 4.5 Gelas Tube Berisi 50% Toluena
77
11. Lalu masukkan sample yang telah di mixing tadi ke dalam
centrifugal machine dan putar (pastikan centrifugal machine
pemanasnya hidup terlebih dahulu)
78
Gambar 4.10 Pengujian Oil Content dalam Water
79
4.3 Analisa Optimasi Produksi Lapangan Langgak
80
diameter plunger dari setiap pompanya. Berikut merupakan tabel
nilai konstanta pompa yang umum digunakan.
Tabel 4.1 Nilai Konstanta Pompa Berdasarkan Diameter dan Luas Permukaan
Plunger
81
RPM = Rotation per Minute
Laju Produksi
Effisiensi Pompa= × 100 %
Kapasitas Pompa
82
Tabel 4.2 Pump Capacity dan Pump Efficiency
84
Dari data di atas, rata- rata efisiensi pompa berada di atas 50%,
sehingga dapat dikatakan bahwa laju produksi cenderung stabil. Namun,
perlu adanya kegiatan optimasi produksi untuk mendukung performa
pompa di beberapa sumur. Terutama untuk Langgak-AA, yang mana
memiliki effisiensi pompa terendah selama tanggal pengamatan 5
December 2017 yaitu sebesar 36,92%. Penurunan performa dari pompa
berbanding lurus dengan penurunan produksi. Langkah optimasi produksi
perlu ditempuh guna untuk meningkatkan performa pompa dapat
dilakukan dengan cara memperbaiki equipment pompa yang mengalami
masalah, seperti traveling valve, standing valve, stroke length dan
troubleshooting lainnya sesuai dengan indikasi kerusakan. Selain itu,
terdapat efisiensi pompa yang melebihi dari nilai maksimum, yaitu 100%.
Hal ini disebabkan kemungkinan adanya human error dan proses well test
yang tidak akurat dikarenakan masih menggunakan cara konvensional
yang tingkat akurasi dari data belum dapat dikatakan representative.
85
Gambar 4.12 Ilustrasi water coning dan water fingering
drawdown tinggi
b. Sumur atau perforasi yang terlalu dekat dengan WOC
c. Tidak ada permeability barrier terhadap aliran vertical.
d. Sumur diproduksikan diatas laju alir kritis.
Baik water coning maupun fingering yang terjadi akan dapat merugikan
secara operasional karena:
a. Produktivitas minyak menurun – efek permeabilitas relative,
b. Lifting cost menjadi lebih tinggi karena fluida di sumur yang
lebih berat dan pembuangan air di permukaan yang lebih
banyak, dan
c. Recovery efficiency menurun karena water cut mencapai
economic limit.
Secara historis penanganan produksi air dapat dibagi ke dalam tiga
periode:
1. Periode dimana produksi air diupayakan untuk dicegah atau
dieliminasi. Ini terjadi pada masa awal diketahui bahwa
produksi minyak dapat terganggu dengan terproduksinya air.
86
Pada masa itu, untuk mencegah terproduksinya air dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya:
a. menempatkan barrier di bawah perforasi seperti telah
dilakukan dengan membuat polymer cushion atau pancake
of cement atau
b. mengurangi pressure drawdown dengan cara mengurangi
laju produksi air.
Hal yang kedua tersebut dilakukan dengan menghitung laju
produksi kritis. Metode untuk menghitung critical rate
diantaranya metode Meyer dan Garder dan metode Chaney et
al.
2. Periode dimana produksi air diperlambat. Cara ini dapat
dilakukan jika diketahui waktu breakthrough. Untuk
menghitung waktu breakthrough dapat digunakan diantaranya
metode Sobocinski dan Cornelius atau metode Bournazel dan
Jeanson.
3. Periode dimana produksi air dibiarkan. Pada saat ini, dapat
dikatakan praktek produksi minyak dilakukan tanpa
mengindahkan produksi air. Sepanjang minyak masih bisa
diperoleh secara ekonomis maka produksi air tidak menjadi
halangan. Dalam periode ini muncul metode forecast produksi
air setelah terjadi water breakthrough. Metode tersebut
diantaranya adalah metode Kuo dan DesBrisay.
Pada lapangan Langgak, kondisi yang sesuai terhadap penanganan
produksi air yang diterapkan yaitu telah masuk pada tahap yang ke 3,
dimana pada tahap ini produksi minyak dilakukan tanpa mengindahkan
produksi air .Umumnya laju produksi di lapangan Langgak ditingkatkan
sebesar-sebarnya dengan harapan supaya kumulatif produksi minyak yang
diperoleh per hari semakin banyak, disamping itu produksi air yang
didapatkan juga menjadi banyak. Besarnya laju produksi yang tidak
terpantau akan dapat menyebabkan terjadinya water coning, dan bahkan
87
dapat mencapai fase water passing dimana fluida yang terproduksi
hanyalah berupa air saja.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya water coning perlu
dilakukannya penentuan laju alir kritis qc, karena jika laju produksi berada
diatas laju alir kritis, maka kemungkinan terjadinya water coning akan
meningkat. Dalam analisa penentuan laju alir kritis ini, kami
menggunakan metode Bournazel dan Jeanson. Karena menurut Tracy,
harga qc yang dihasilkan oleh metode Bournazel dan Jeanson merupakan
88
Setelah dilakukan perhitungan, didapatlah hasil sebagai
berikut:
89
11 750,424 649,204 541,0033 436,293
10,5 716,3138 619,6947 516,4123 416,4615
10 682,2036 590,1854 491,8212 396,63
9,8 668,5595 578,3817 481,9848 388,6974
9,5 648,0934 560,6762 467,2301 376,7985
9 613,9832 531,1669 442,6391 356,967
8,5 579,8731 501,6576 418,048 337,1355
8 545,7629 472,1484 393,457 317,304
7,5 511,6527 442,6391 368,8659 297,4725
7,25 494,5976 427,8844 356,5704 287,5568
7 477,5425 413,1298 344,2748 277,641
6,8 463,8984 401,3261 334,4384 269,7084
6,5 443,4323 383,6205 319,6838 257,8095
6,3 429,7883 371,8168 309,8474 249,8769
6 409,3222 354,1113 295,0927 237,978
5,5 375,212 324,602 270,5017 218,1465
5 341,1018 295,0927 245,9106 198,315
4,5 306,9916 265,5834 221,3195 178,4835
90
4.3.3 Analisa Kinerja Produksi dengan Metode Decline Curve Analysis
Analisa Kinerja Produksi (performance analysis) adalah analisa
terhadap data yang diperoleh dari lapangan untuk mempelajari dan
memprediksi kinerja suatu sumur atau lapangan. Data yang diperoleh tersebut
yang paling penting adalah data produksi. Produksi minyak dari suatu
reservoir akan menurun dengan sendirinya secara alamiah. Metode analisis
yang digunakan dalam melakukan analisis kinerja produksi tergantung pada
jenis data, jenis reservoir, dan jenis mekanisme pendorong, kemudian untuk
melakukan forecast (peramalan) dapat dilakukan dengan ekstrapolasi
kecenderungan (trends) dari data yang diobservasi untuk masa yang akan
datang. Salah satu metode yang sering dipakai adalah dengan melakukan plot
laju produksi vs. waktu (analysis decline curve), seperti yang ditunjukkan oleh
gambar berikut:
Gambar 4.13 Ilustrasi DCA dengan plot laju produksi vs. waktu
91
memperkirakan kapan waktu produksi mencapai batasan tertentu, baik
ketika mencapai batas ekonomis dari produksi minyak lapangan Langgak
(Qo economic limit) sesuai dengan kebijakan perusahaan atau hingga
mencapai batas kontrak dari pengelolaan lapangan Langgak (t akhir).
Berikut pada Grafik 4.1 menampilkan kinerja dari sumur pada
lapangan Langgak dari awal pengelolaan lapangan Langgak oleh PT. SPR
(30 April 2010) hingga keadaan akhir atau sekarang (31 januari 2018).
Sedangkan Grafik 4.2 menampilkan hasil forecast dari sumur lapangan
Langgak pada dua kondisi yang berbeda, yaitu kondisi akhir dari data awal
lapangan Langgak (21 sumur pada bukan ke-1) dengan kondisi sekarang
(26 sumur pada bulan ke 94), dengan tujuan untuk melihat pengaruh dari
perbedaan penambahan sumur terhadap hasil akhir forecast. Kemudian
Grafik 4.3 menampilkan hasil forecast dengan dua kondisi yang bebeda
juga untuk dilihat pengaruhnya, yaitu pada kondisi pemilihan data yang
kurang tepat untuk memulai forecast (trendline) serta pemilihan dari
kemiringan data yang dipilih.
92
Grafik 4.1 Kinerja sumur pada lapangan Langgak
93
Grafik 4.2 Pengaruh penambahan sumur terhadap hasil akhir forecast
94
Grafik 4.3 Pengaruh pemilihan data trendline terhadap hasil akhir forecast
95
Tampilan kurva produksi lapangan Langgak pada Gambar 4.3
menunjukkan kinerja sumur dari lapangan Langgak dengan melihatkan
terjadinya peningkatan produksi minyak terhadap setiap penambahan
sumur produksi. Untuk melihat lebih jauh perbandingan atau pengaruh
dari penambahan sumur yang telah dilakukan dalam meningkatkan
cadangan produksi minyak (remaining reserve) untuk masa yang akan
datang dapat diamati pada Gambar 4.4 diatas, serta jumlah produksi
minyak yang dapat diperoleh meningkat dan dapat bertahan lama untuk
batas waktu tertentu sesuai dengan batas economic limit produksi minyak
yang ditetapkan. Berikut data tabel dari perbandingan perkiraan cadangan
dan produksi minyak dari DCA sumur Langgak D-X (21 sumur ) dan
sumur Langgak D-AC (26 sumur) pada Gambar b:
Ti Qi NP EUR Batasan
31/01/201 1.638.854,7
s.d. habis kontrak
8 519,18 3 98.437,59
DCA 1
end date Qt RR 1 EUR 1
30/04/203 1.054.872,4
0 103,13 9 2.693.727,22
DCA 2
end date Qt RR 1 EUR 2
30/04/203 1.153.310,0
0 136,94 8 2.792.164,81
Keterangan:
Ti = waktu terakhir dari produksi aktual lapangan Langgak
54
Qi = data produksi minyak aktual terakhir dari lapangan
Langgak, bopd
Np = total produksi minyak yang telah dilakukan dari awal
produksi hingga sekarang (Ti), bopd
EUR = rasio EUR DCA 2 (Langgak D-AC) terhadap EUR DCA
1 (Langgak D-X ), bopd
= (EUR 2- EUR 1)
Batasan = batas peramalan produksi hingga habis kontrak
End date = waktu terakhir dari peramalan produksi minyak
Qt = Data peramalan laju produksi terakhir dari lapangan
Langgak, bopd
RR = total produksi minyak yang akan datang (remaing
reserve) hingga batasan (End date)
EUR = total produksi minyak dari awal hingga akhir peramalan
(dari Ti hingga End date), bopd
EUR = Np + RR
Dari data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya penambahan sumur produksi pada lapangan Langgak dan
melakukan wokrover dapat meningkatkan peramalan produksi minyak
serta cadangan yang dapat diperoleh selama periode yang akan datang,
hingga batasan atau economic limit dengan rasio peningkatan total
produksi minyak dari EUR DCA 1 (Langgak D-X ) terhadap EUR DAC 2
(Langgak D-AC) adalah 98.437,59 bopd. Sedangkan untuk meningkatkan
laju produksi minyak dapat juga ditingkatkan dengan kegiatan well service
atau workover.
Gambar 4.5. yang menunjukkan data total produksi aktual dari
awal hingga akhir peramalan dengan menampilkan dua kondisi, yaitu:
1. Pengambilan atau pemilihan data. Data yang dipilih untuk membuat
trendline sebaiknya data yang terbaru, karena data tersebut lebih
representatif dengan kondisi terbaru lapangan Langgak.
55
2. Kemiringan dan jumlah data. Data yang dipilih untuk membuat
trendline sebaiknya data yang banyak dengan penurunan yang
cenderung stabil. Kenaikan pada data aktual dapat disebabkan karena
adanya kegiatan well servie, workover, atau kesalahan data test, dll.
Sedangkan penurunan yang signifikan pada data aktual dapat
disebabkan karena adanya masalah baik pada pompa maupun kondisi
bawah lubang sumur, seperti pompa mati, penyumbatan pada
perforasi, produksi yang dihentikan, dll.
Performace dari DCA pada gambar c. dapat ditunjukkan oleh
tabel berikut:
Ti Qi NP EUR Batasan
31/01/201 1.638.854,7
s.d. habis kontrak
8 519,18 3 925.648,09
DCA 1
end date Qt RR1 EUR 1
30/04/203
0 9,54 227.661,99 1.866.516,72
DCA 2
end date Qt RR 2 EUR 2
30/04/203 1.153.310,0
0 136,94 8 2.792.164,81
56
dari bulan ke-92 hingga 94. Semakin curam maka penurunan peramalan
produksi yang akan datang akan lebih semakin cepat dan lebih cepat
mendekati batasan produksi. Kemiringan dari data ini seharusnya adalah
kemiringan yang diperoleh dari data aktual tanpa melakukan kegiatan
apapun pada sumur seperti masalah produksi, well service, work over,dll,
sehingga penurunan data produksi yang diperoleh benar-benar
menampilkan kondisi aktual dari penurunan data produksi dari reservoar
lapangan Langgak. Begitu juga dengan jumlah data aktual produksi yang
digunakan dalam membuat trendline sebaiknya benar-benar dari banyak
data, karena dengan semakin banyaknnya data tersebuat maka akan
menambah akurasi dari peramalan produksi yang akan datang. Adapun
rasio peningkatan total produksi minyak dari EUR DCA 1 terhadap EUR
DAC 2 adalah 925.648,09 bopd.
Jadi, dari analisa kinerja produksi lapangan Langgak diatas
diperoleh kesimpulan utama, yaitu dengan melakukan DCA data produksi
aktual lapangan Langgak (DCA 2) didapatkan laju produksi dari
peramalan hingga batasan (habis kontrak) sebesar 136,94 bopd, dengan
total produksi cadangan yang akan datang adalah 1.153.310,08 bopd.
57
BAB V
MAINTENANCE
5.1 MAINTENANCE
Department maintenance bertanggung jawab untuk menjaga dan
memelihara fasilitas produksi yang ada dilapangan Langgak, hal ini bertujuan agar
kegiatan produksi tetap berjalan secara maksimal dan meminimkan kemungkinan
terjadinya kerusakan pada alat produksi.
Ada beberapa jenis pemeliharaan fasilitas produksi yang dilakukan di
lapangan langgak, yaitu :
1. Prefentive Maintenance
Prefentive Maintenance merupakan pemeliharaan yang direncanakan untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada alat produksi. Pemeliharaannya seperti
inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan.
2. Corrective Maintenance
Corrective Maintenance merupakan pemeliharaan yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas atau peralatan sehingga
58
mencapai standar. Peningkatan yang dilakukan seperti memodifikasi
peralatan agar peralatan menjadi lebih baik.
3. Predictive Maintenance
Predictive maintenance merupakan pemeliharaan yang dilakukan untuk
mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan dari kondisi fisik maupun
fungsi dari system peralatan, biasanya pemeliharaan predictive ini dilakukan
dengan bantuan panca indera atau alat – alat monitor yang canggih.
59
rata berkisar 390000 KWH, untuk KWH Meter lapangan langgak terpasang di
tiang 11 CW 11.
Besaran travo yang biasa digunakan di lapangan langgak adalah 30, 45, 50,
100, 150, 250, dan 750 KVA.
Listrik utilitas (penunjang) di lapangan langgak terbagi 2, yaitu :
1. On plot (supply listrik GS)
a. Sebagai supply listrik ke elektrik motor untuk penggerak pompa yang
ada di GS seperti shipping pump, water pump, sirculation pump, pit
pump dan panel-panel kontrolnya.
b. Sebagai supply listrik ke heater wash tank dan heater shipping tank serta
panel-panel kontrolnya
c. Sebagai supply listrik penerangan dan power supply kebutuhan kantor
60
BAB VI
61
Mengkoordinir Pengaturan Catering, meal dan konsumsi karyawan dan
berbagai event/acara di Langgak Field
Supervisi program Kehumasan Bidang Kelembagaan, TJS, Komunikasi
& Publikasi serta Media
Supervisi aktifitas dan adm. bidang Pertanahan (Land meters) --> koord.
Ayu Mahadewi
Mengkoordinir kegiatan Training, Sertifikasi dan Pengembangan
Keahlian Pekerja Lapangan --> koordinasi dengan HR Specialist
Medical (In Patient, Out Patient, MCU) pekerja lapangan ---> koordinasi
dengan Compensation & Benefit Specialist
Verifikasi SPD dan DPD pekerja --> koordinasi dengan Employee &
Industrial Relation Specialist
Mengkoordinir kegiatan magang Mahasiswa dan Pelajar --> Koord
dengan HR Specialist
Mengawasi dan mengontrol asset lapangan (kantor, mess dan lapangan)
--> koordinasi dengan Finance
Supervisi verifikasi Invoice Lapangan --> koordinasi dengan Finance
Mengkoordinir kegiatan administratif dan korespondensi
Mengkoordinir pembuatan RKA / WP&B khususnya bidang Kehumasan
& General Services
Mengkoordinir Program Kehumasan & General Services berjalan sesuai
dengan yang direncanakan
62
Menangani dan melaksanakan program Kehumasan Bidang
Kelembagaan
Menangani dan melaksanakan program Kehumasan Bidang Tanggung
Jawab Sosial
Menangani dan melaksanakan program Kehumasan Bidang Komunikasi
dan Publikasi
Menangani dan melaksanakan program Kehumasan Bidang Media
Menangani berbagai persoalan bidang Pertanahan (Land meters)
Membuat dan melaksnakan RKA / WP&B Kehumasan
C. Site Administration
Mengontrol seluruh asset yang berada di kantor & GS
Menangani dan melaksanakan kegiatan administratif dan korespondensi
Menangani administrasi permohonan izin, sakit dan cuti karyawan
Mengontrol administrasi & shedule kerja karyawan
Sebagai pejabat yang berwenang dalam penerimaan dana dari pusat
Sebagai pejabat yang berwenang dalam pengeluaran dana berdasarkan
instruksi Manager/yang mewakili.
Membuat laporan penggunaan dana untuk aktifitas lapangan dan dikirim
ke Finance
Sebagai pejabat pendamping dalam kegiatan audit keuangan
63
Supervisi pembelian dan pengontrolan belanja kebutan mess dan kantor
lapangan
Supervisi Pengaturan Catering, meal dan konsumsi untuk berbagai
kegiatan/acara SPR Langgak
Membantu Site Administrator dalam mengontrol asset perusahaan
64
E. Struktur Organisasi Lapangan Langgak
General Manager
Head of Health,
Head of Supply Chain Head of Assed Head of Prodiuction
Savety, Security and Head of Field Support
Management (SCM) Development Operation
Environtment (HSSE)
1. Petroleum Engineer
2. Geophysist Buyer and Material Maintenance Team
Production Team Leadr
3. Geologist Analys Team Leader Leader
65
7.2 SCM (LOGISTIC)
Melengkapi kebutuhan dalam operasional perusahaan dan mendata
semua jenis peralatan perusahaan adalah tugas dari Logistic Department.
Logistic di sini sering disebut juga dengan SCM (Supply Chain
Management). SCM juga mendata barang – barang berdasarkan frekuensi
pemakaiannya. Pemakaian barang dibagi atas fast moving, slow moving,
surplus,dan dead stock.
Barang yang dimasukkan dalam kategori fast moving adalah barang
yang digunakan dua kali di bulan yang berbeda dalam setahun. Slow
moving adalah barang yang digunakan sekali dalam setahun. Surplus
adalah barang yang digunakan sekali dalam 2 – 3 tahun. Barang yang
digunakan di atas 3 tahun termasuk pada barang dead stock.
66
BAB VII
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam mengikuti kegiatan Kerja Praktek di PT. SPR Langgak yang dimulai
dari tanggal 03 Januari s/d 02 Februari 2018 di Lapangan Langgak, terdapat
beberapa hal yang dapat disimpulkan yakni
1. PT.SPR Langgak ( Sarana Pembangunan Riau) adalah salah satu oil
company milik Pemerintah Provinsi Riau (BUMD)
2. Reservoir Lapangan Langgak secara geologi terletak di Cekungan
Sumatra Tengah dan dalam formasi Bekasap.
3. Di Lapangan Langgak menggunakan 3 jenis Artificial Lift dalam
mendukung operasi produksi ( 17 Sucker Rod Pump, 2 Progressive
Cavity Pump dan 7 Electrical Submersible Pump
4. Terdapat beberapa divisi yang bertanggung jawab disetiap pekerjaan
lapangan BW, yakni HSSE,Field Support,Asset Development, SCM,
Production and Operation
5. Pada lapangan BW diserah terima oleh PT CPI ke PT SPR Langgak
pada 20 April 2010 serta dibagi menjadi bagian Rohul dan Kampar
dengan jumlah sumur aktif 27, 6 plug & abandoned.
6. Pada lapangan Langgak memiliki jenis minyak light oil namun
kandungan paraffinnya tinggi
7. Pada lapangan Langgak, pekerjaan yang dilakukan hingga saat ini
yaitu produksi, maintenance tiap sumur, well service, workover, well
test
8. Pada lapangan Langgak produksi mencapai 1200 BOPD
67
DAFTAR PUSTAKA
68