SCOMI OILTOOLS
STAMBUK : 13 32 913
FAKULTAS TEKNIK
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebagai ucapan rasa terima kasih atas
segala Rahmat dan karuniaNYA yang telah diberikannsehingga penulis dapat meyelesaikan
Kegiatan Kuliah Kerja Profesi.
Laporan ini penulis buat sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana pada
Jurusan Teknik EletroUniversitas Atma Jaya Makassar .
Pra-PelaksanaandanPelaksanaan Kuliah Kerja Profesi yang penulis kerjakan tidak lepas
dari campur tangan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga Kuliah Kerja Nyata ini boleh
terlaksanadenganbaik.Oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Aries Kamolan S.T, M.T selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Atma jaya
Makassar .
2. Ibu Limbran Sampebatu S.T,M.A .selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas
Atma Jaya Makassar dan juga sebagai Penasehat Akademik Jurusan Teknik
ElektroUniversitas Atma Jaya Makassar .
3. Bapak Ir. Syair Mahmud ST, MT sebagai pembimbing KKP
4. Bapak Ir Jeremias M.Leda ST, MSc sebagai pembimbing dilapangan KKP
5. Bapak Jefry Steven Mamarimbing, SE selaku Pimpinan PT MUT ENIGGERING
yang telah mengijinkan kami untuk melakukan KKP pada proyek di Garduk Induk
Tanjung Bunga serta staf yang telah membantu dalam pelaksanaan KKP dilapangan
6. Para Dosen yang lain dan staf pegawai Fakultas Teknik ElektroUnivesitas Atma Jaya
Makassar .
Pada laporan yang penulis buat ini masih banyak kekurangan ,oleh karena itu, saran dan
kritikan kalian demi penyempurnaan laporan ini penulis terima dengan senang hati dan semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi siapapun saja yang membutuhkan ,demikanlah laporan ini
sekian dan terimakasih.
HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG KKP
2. TUJUAN KEGIATAN KKP
3. LOKASI TEMPAT KEGIATAN KKP
4. WAKTU PELAKSANAAN KKP
5. BATASAN MASALAH KKP
B. BAB II PROFIL PERUSAHAAN TEMPAT PELAKSANAAN KKP
1. SEJARAH PERKEMBANGAN PT MUT
2. BIDANG USAHA LEMBAGA PT MUT
3. STRUKTUR ORGANISASI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
C. BAB III TEORI PENUNJANG PENGUJIAN PERALATAN TEGANGAN TINGGI
(TESTING COMMISIONING)
1. CIRCUIT BREAKER
2. PRINSIP KERJA DARI CIRCIUT BREAKER
D. BAB IV PEMBAHASAN MATERI KKP
1. GARDU INDUK
2. PERALATAN TEGANGAN TINGGI PADA GARDU INDUK
3. PERALATAN TEGANGAN TINGGI YANG DIKERJAKAN
4. PENGUJIAN PERALATAN TEGANGAN TINGGI (TESTING
COMMISSIONING)
DAFTAR SINGKATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kuliah Kerja Profesi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menunjukan profesi yang
didapat didunia perkuliahan ,dimana kuliah kerja profesi dirancang untuk menciptakan
penggalaman kerja pada mahasiswa tingkat akhir.
Pada dasarnya semua mahasiswa yang akan menyelesaikan studi di Universitas Atma Jaya
Makassar diwajibkan mengikuti kuliah kerja profesi sebagai pedoman awal untuk mengenal
dunia kerja,mempraktekkan pengetahuan dan akademik yang didapat dikampus sehingga selesai
kuliah dapat beradaptasi dengan dunia kerja.
Kuliah Kerja Profesi ini dilakukan selama 1 Bulan pada objek yang ditetapkan oleh
Universitas Atma jaya Makassar atas bimbingan perusahaan PT. SCOMI OILTOOLS selama ini.
Adapun keuntungan yang dapat diperoleh sebagai mahasiswa adalah adanya kesempatan untuk
beradaptasi diinstansi serta memgembangkan pengetahuan dan akademik yang didapatkan
dikampus serta menegetahui cara pemasangan PMT yang benar dan lebih mengenal lagi garduk
induk tanjung bunga.
Tempat pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (KKP) Universitas Atma jaya Makasssar
(UAJM) Adalah di PT. SCOMI OILTOOLS
Waktu pelaksanaan KKP pada saat pemasangan CB di Garduk Induk Tanjung Alang
yaitu :
LINE 1
Pada saat disana kami membantu serta mengcek komponen yang akan
digunakan.(CB/PMT,Operating device) serta melakukan pengangkutan CB dari pelabuan ke
Garduk Induk Tanjung Bunga.
Jam 11.30 sampai 15.00= Beangkat ke Garduk Induk Sungguninasa untuk kemudian lanjut ke
Garduk Induk Tanjnung Bunga
Lanjut Wiring
Jam 08.20.00
Jam 09.00-22.10
LINE 2
5. BATASAN MASALAH
Dalam penulisan Laporan kuliah kerja praktek ini,penulis hanya menjelaskan tentang
pemasangan,kegunaan,dan pengujian yang dapat saya ketahui dan lihat dilapangan.
BAB II
PT. MUT ENGINEERING sebagai perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor liustrik dan
perdagangan umum ,memiliki tenaga ahli yang terambil dan sudah berpengalaman dalam bidang
kelistrikan dan mekanikal.yang telah diakui oleh customer yang telah menggunakan jasa kami
sebagai kontraktor listrik dan perdagangan umum.
1. CIRCUIT BREAKER
Circuit breaker adalah peralatan pemutus, yang berfungsi untuk memutus rangkaian
listrik dalam keadaan berbeban.
Circuit breaker (CB) dapat dioperasikan pada saat jaringan dalam kondisi normal maupun pada
saat terjadi gangguan. Kerena pada saat bekerja, CB mengeluarkan (menyebabkan timbulnya)
busur api, maka pada CB dilengkapi dengan pemadam busur api.
Dari definisi sederhana ini, maka sebuah CB harus bisa untuk :
1. Menyalurkan arus maksimum dimana CB tersebut dipasang.
2. Menyambung atau memutuskan rangkaian dalam keadaan operasi normal. Memutuskan
rangkaian dalam keadaan terjadi gangguan, misalnya hubung-singkat yang menyebabkan
mengalirnya arus gangguan yang sangat besar, tanpa menyebabkan kerusakan pada CB itu
sendiri.
4. Dalam hal tertentu, CB dapat menyambungkan rangkaian dalam keadaan masih ada hubung
singkat, tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan, baik pada CB-nya maupun pada instalasi dan
peralatan lainnya.
2. PRINSIP KERJA CIRCUIT BREAKER
Pada saat kontak CB dibuka (dipisahkan) maka akan terjadi arc (busur api), diantara kedua
kontak, baik karena arus normal, maupun karena arus gangguan. Arc ini akan menghasilkan
tegangan arc yang lebih kecil dari tegangan system dan menyebabkan sisi beban tetap akan
bertegangan hingga arc tersebut diputuskan. Dalam keadaan normal, seperti pelepasan beban
trafo, reactor, saluran transmisi ataupun capacitor bank, arus yang diputuskan oleh CB bisa
dalam orde beberapa Amper saja hingga ribuan Amper dengan power factor yang tinggi. Dalam
keadaan khusus, misalnya terjadi gangguan yang menyebabkan arus yang mengalir cukup besar
dengan power factor yang sangat jelek, mungkin mendekati nol, dan dapat menghasilkan gaya
ledak yang cukup besar.
Dalam perancangan sebuah CB, keselamatan manusia dan peralatan menjadi sangat penting.
Untuk itu perlu dibuat metoda pemutusan arc yang efektif dan efisien agar tidak menyebabkan
bertahannya tegangan pada sisi beban dari CB tersebut. Metoda pemutusan arc dalam sebuah CB
dibagi atas dua macam yaitu : High Resistance Method and Zero Current Method. Metoda
tahanan tinggi dilakukan dengan cara menyisipkan tahanan di antara kontak sebelum pemutusan
dilakukan sehingga arus yang diputuskan menjadi kecil (Lihat gambar Air Blast Circuit
Breaker). Sedangkan Zero current method (khusus untuk system ac), yaitu memanfaatkan
kondisi saat arus menuju titik nol pertama setelah setengah siklus. Pada saat itu arc sudah tidak
ada, namun diantara kontak masih ada ion-ion bebas yang potensial untuk menjadi konduktor
setelah arus menuju ke nilai maksimum. Untuk menghindari hal ini, maka kontak harus sesegera
mungkin (+ 20 ms) dijauhkan dan diisi dengan bahan non konduksi (lihat puffer method, pada
CB SF6) .
BAB IV
1. GARDUK INDUK
Gardu induk merupakan sub system dari system penyaluran (transmisi) tenaga listrik, atau
merupakan satu kesatuan dari system penyaluran (transmisi). Berarti gardu induk merupakan
sub-sub system dari system tenaga listrik, sebagai sub system dari system penyulang (transmisi)
gardu induk mempunyai peran penting dalam pengoprasiannya, tidak dapat dipisahkan dari
system penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.
Fungsi Garduk Induk
1. Mentransformasikan daya listrik :
Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500KV/150 KV)
Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/70 KV)
Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/20 KV, 70 KV/20 KV)
Dengan Frequensi tetap (di Indonesia 50 Hz)
2. Untuk pengukuran, pengawasan oprasi serta pengaman dari system tenaga listrik
3. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan tinggi dan ke
gardu distribusi-gardu distribusi, setelah melalui proses penurunan tegangan melalui penyulang-
penyulang (feeder-feeder) tegangan menengah yang ada di gardu induk.
a).Insulator
secara umum semua peralatan tinggi didukung oleh satu atau lebih buah insulator seperti
LA,DS dll.setiap insulator harus memenuhi syarat elektrik maupun mekanik untuk dapat
digunakan sebagai support peralatan tegangan tinggi.syaratnya adalah telah memenuhi pengujian
atau type test dan setelah tiba di lokasi pemasangan dilakukan lagi pengujian atau routine test.
b).Lightning Arrester(LA)
LA berfungsi memotong tegangan lebih surja yang timbul dalam suatu sistem tenaga
listrik,baik yang datang dari luar system (surja petir) maupun yang timbul dari dalam system itu
sendiri (surja hubung).
c).Voltage Transformer(PT)
Trafo tegangan adalah peralatan yang mentransformasi tegangan sistem yang lebih tinggi ke
suatu tegangan sistem yang lebih rendah untuk peralatan indikator, alat ukur / meter dan relai.
Trafo tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan trafo tenaga tetapi rancangan Trafo
tegangan berbeda .
- Kapasitasnya kecil (10 – 150 VA), karena digunakan hanya pada alat-alat ukur, relai dan
peralatan indikasi yang konsumsi dayanya kecil.
- Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
- Salah satu ujung terminal tegangan tingginya selalu ditanahkan.
Fungsi Trafo Tegangan
Mentransformasikan besaran tegangan sistem dari yang tinggi ke besaran tegangan listrik
yang lebih rendah sehingga dapat digunakan untuk peralatan proteksi dan pengukuran yang lebih
aman, akurat dan teliti.
Mengisolasi bagian primer yang tegangannya sangat tinggi dengan bagian sekunder yang
tegangannya rendah untuk digunakan sebagai sistem proteksi dan pengukuran peralatan dibagian
primer.
Sebagai standarisasi besaran tegangan sekunder (100, 100/√3, 110/√3 dan 110 volt) untuk
keperluan peralatan sisi sekunder.
Memiliki 2 kelas, yaitu kelas proteksi (3P, 6P) dan kelas pengukuran (0,1; 0,2; 0,5; 1;3).
Jenis Trafo Tegangan :
1. Trafo tegangan magnetik (Magnetik Voltage Transformer / VT)
Disebut juga Trafo tegangan induktif. Terdiri dari belitan primer dan sekunder pada
inti besi yang prinsip kerjanya belitan primer menginduksikan tegangan kebelitan
sekundernya.
d).Line Trap
e).Disconnecting switch
DS berfungsi untuk mengisolir atau memisahkan antara suatu alat atau system dari bagian
yang bertegangan untuk tujuan pemeliharaan atau penggantian sehingga para pekerja benar-
benar aman dari bahaya tegangan tinggi.
f).Current Transformer
CT berfungsi untuk menkonversi arus beban menjadi arus terukur (disteralisasi menjadi
5A).
g).Circuit Breaker
h).Power Tansformer
i).Power Capacitor
kapasitor bank adalah pengelompokan beberapa kapasitor yang saling berhubungan secara
paralel atau seri dengan satu sama lain. Kelompok-kelompok dari kapasitor ini biasanya
digunakan untuk memperbaiki atau mengatasi karakteristik yang tidak diinginkan, contohnya
digunakan untuk perbaikan faktor daya atau fase pergeseran yang melekat dalam arus bolak-
balik (AC) dalam sistem Tenaga Listrik. Kapasitor Bank juga dapat digunakan dalam (DC)
pasokan listrik arus searah untuk meningkatkan energi yang tersimpan dan meningkatkan
kapasitas riak arus listrik.
j).Power Cable
Kabel daya adalah kabel listrik, perakitan satu atau lebih konduktor listrik, biasanya disatukan
dengan selubung keseluruhan. Rakitan digunakan untuk transmisi tenaga listrik. Kabel daya
dapat dipasang sebagai kabel permanen di dalam bangunan, dikuburkan di tanah, dilalui di atas
kepala, atau terbuka.
k).Reactor
Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi berlangsung, baik itu
reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara fisika. Dengan terjadinya reaksi inilah suatu bahan
berubah ke bentuk bahan lainnya, perubahannya ada yang terjadi secara spontan alias terjadi
dengan sendirinya atau bisa juga butuh bantuan energi seperti panas (contoh energi yang paling
umum). Perubahan yang dimaksud adalah perubahan kimia, jadi terjadi perubahan bahan bukan
fase misalnya dari air menjadi uap yang merupakan reaksi fisika.
Adapun peralatan tegangan tinggi yang kami kerjakan di gardu induk tanjung alang adalah;
CIRCUIT BREAKER ,
Pengertian dari CB
Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan
bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar /
switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban
dalam kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu
tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti
kondisi short circuit / hubung singkat.
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik
dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus
gangguan ( hubung singkat ) pada jaringan atau peralatann lain.
Klasifikasi PMT
Klasifikasi Pemutus Tenaga dapat dibagi atas beberapa jenis, antara lain berdasarkan
tegangan rating/nominal, jumlah mekanik penggerak, media isolasi, dan proses
pemadaman busur api jenis gas SF6.
Pengukuran nilai tahanan koil dimaksudkan untuk megetahui nilai tahanan belitan tripping atau
closing coil apaka masih sesuai dengan spesifikasi pabrikan atau tidak. Apabila nilai tahanan
sangat besar atau melebihi nilai yang diijinkan kemungkinan coil tersebut putus, sebaliknya bila
nilai coil sangat kecil kemungkinan terjadi short dalam lilitan.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai minimum tegangan DC yang mampu untuk
meng-energize tripping maupun closing PMT. Pengujian minimum pick up diperlukan guna
mengetahui apakah PMT dapat on/off pada saat kondisi suplay DC dicatu oleh baterai. Kondisi
ini terjadi pada saat terjadi black out dimana Gardu Induk kehilangan suplai AC sehingga
kebutuhan DC murni disuplai oleh baterai.
Cara Pengukuran/Pengujian
Alat ukur tahanan kontak terdiri dari sumber arus dan alat ukur
tegangan (drop Tegangan pada obyek yang diukur). Dengan system elektronik maka
pembacaan dapat diketahui dengan baik dan ketelitian yang cukup baik pula (digital).
Digunakanya arus sebesar 100 amp karena pembagi dengan angka 100 akan memudahkan dalan
menentukan nilai tahanan kontak dan lebih cepat. Harus diperhatikan skala yang digunakan
jangan sampai arus yang dibangkitkan sama dengan batasan skala sehingga kemungkinan akan
terjadi overload dan hasil penunjukan tidak sesuai dengan kenyataannya.
1. Hubungkan obyek yang akan diukur ketanah
2. Hubungkan ketanah alat ukur yang akan digunakan.
3. Sambungkan terminal (+) dan (-) ke terminal kekedua sisi alat yang
akan diukur (obyek).
4. Hubungkan kabel ukur mVolt sedekat mungkin dengan obyek yang
akan diukur.
5. Setelah siap posisikan saklar on/off ke posisi on.
6. Pilih saklar pada skala 200 ampere dan hasilnya 2x.
7. Atur pembangkit arus sehingga display menunjuk angka 100 ampere.
8. Tekan saklar pengubah dari ampere ke ohm.
9. Catat penunjukan dan dikalibrasikan terhadap skala pembatas.
Kesiapan operasi PMT (CB readiness) ditentukan oleh banyak hal seperti kesiapan sistem catu
daya AC/DC, kesiapan mekanik penggerak dan media pemadam busur api dan kesiapan
rangkaian tripping (Trip Circuit Supervisory). Setiap adanya ketidak siapan akan segera
diinformasikan ke petugas jaga melaui indikasi yang telah disediakan oleh pabrikan. Indikasi-
indikasi ini disampaikan melaui rangkaian pengawatan ke ruang kontrol petugas jaga atau remote
control center melalui media komunikasi. Saat komisioning PMT pegujian ini dilakukan melaui
simulasi apakah indikasi tersebut benar benar bekerja atau tidak.
3.PENGUJIAN KESEREMPAKAN
Tujuan dari pengujian keserempakan PMT adalah untuk mengetahui waktu kerja PMT
secara individu serta untuk mengetahui keserempakan PMT pada saat menutup
ataupun membuka .
Berdasarkan cara kerja penggerak, maka PMT dapat dibedakan atas jenis three pole
(penggerak PMT tiga fasa) dan single pole (penggerak PMT satu fasa). Untuk T/L Bay
biasanya PMT menggunakan jenis single pole dengan maksud PMT tersebut dapat trip
satu fasa apabila terjadi gangguan satu fasa ke tanah dan dapat reclose satu fasa
yang biasa disebut SPAR (Single Pole Auto Reclose). Namun apabila gangguan pada
penghantar fasa – fasa maupun tiga fasa maka PMT tersebut harus trip 3 fasa secara
serempak. Apabila PMT tidak trip secara serempak akan menyebabkan gangguan,
untuk itu biasanya terakhir ada sistem proteksi namanya pole discrepancy relai yang
memberikan order trip kepada ketiga PMT pahasa R,S,T.
Hal yang sama juga untuk proses menutup PMT maka yang tipe single pole ataupun
three pole harus menutup secara serentak pada fasa R,S,T, kalau tidak maka dapat
menjadi suatu gangguan didalam system tenaga listrik dan menyebabkan system
proteksi bekerja.
Pada waktu PMT trip akibat terjadi suatu gangguan pada system tenaga listrik
diharapkan PMT bekerja dengan cepat sehingga clearing time yang diharapkan .
Langkah Pengujian :
1. Closing Time ( Kondisi PMT Off / Open )
(a) Posisikan switch Squence pada ( C / Close )
(b) Nyalakan switch power
(c) Tekan tombol ready hingga lampu LED ready menyalah
(d) Putar switch start
(e) Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak
2. Opening Time ( Kondisi PMT On / Close )
(a) Posisikan switch squence pada ( O / Open )
(b) Nyalakan switch power
(c) Tekan tombol ready hingga lampu LED ready menyala
(d) Putar switch start
(e) Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak
3. Close – Open Time ( Kondisi PMT Off / Open )
(a) Posisikan switch squence pada ( CO / Close Open
Nilai tahanan diatas merupakan nilai minimum yang menunjukkan bahwa keadaan lilitan masih
baik, nilai tahanan yang rendah dapat menunjukkan lilitan dalam keadaan kotor atau basah.
Moisture dapat juga terdapat pada permukaan isolasi, atau pada lilitan atau pada keduanya.
Oleh sebab itu, pengujian dengan megger sebelum dan sesudah mesin dibersihkan harus
dilakukan. Jika nilai tahanan tetap rendah dan lilitan relatif bersih, ada kemungkinan adanya
moisture pada lilitan, dan lilitan harus dikeringkan sekurang-kurangnya sampai diperoleh
tahanan minimum yang dianjurkan.
Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) ialah proses pengukuran dengan
suatu alat ukur Insulation Tester (megger) untuk memperoleh hasil (nilai/besaran)
tahanan isolasi pemutus tenaga antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap
badan (case) yang ditanahkan maupun antara terminal masukan (I/P terminal) dengan
terminal keluaran (O/P terminal) pada fasa yang sama.
Hal yang bisa mengakibatkan kerusakan alat ukur adalah bilamana alat ukur tersebut
dipakai untuk mengukur obyek pada lokasi yang tegangan induksi listrik di sekitarnya
sangat tinggi atau masih adanya muatan residual pada belitan atau kabel. Langkah
untuk menetralkan tegangan induksi maupun muatan residual adalah dengan
menghubungkan bagian tersebut ke tanah beberapa saat sehingga induksinya hilang.
Untuk mengamankan alat ukur terhadap pengaruh tegangan induksi maka peralatan
tersebut perlu dilindungi dengan Sangkar Faraday (lihat gambar 3.1) dan kabel-kabel
penghubung rangkaian pengujian sebaiknya menggunakan kabel yang dilengkapi
pelindung (Shield Wire).
Jadi untuk memperoleh hasil yang valid maka obyek yang diukur harus betul - betul
bebas dari pengaruh induksi.
Cara Penggunaan / Cara Pengukuran/Pengujian Tahanan Isolasi
Cara penggunaan meliputi kesiapan alat ukur dan kesiapan obyek yang diukur.
Kesiapan alat ukur telah dibahas secara singkat diatas.
Kesiapan obyek yang diukur adalah merupakan kegiatan yang tujuannya
membebaskan obyek ( misal = PMT ) dari tegangan sesuai Prosedur
Pelaksanaan Pekerjaan Pada Insatalasi Listrik Tegangan Tinggi / Ekstra Tinggi
( Dokumen K3 / Buku Biru ) dan dilanjutkan dengan pelepasan klem-klem I/P
terminal dan O/P terminal.
Kesiapan obyek yang akan diukur dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
1 ). Pemasangan pentanahan lokal (Local Grounding) disisi I/P dan O/P
terminal dengan tujuan membuang Induksi Muatan (Residual Current)
yang masih tersisa.
2 ). Pembersihan permukaan porselin bushing memakai material cleaner +
lap kain yang halus dan tidak merusak permukaan isolator dengan tujuan
agar pengukuran memperoleh nilai (hasil) yang akurat.
3 ). Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi terbuka (open)
antara :
a). Terminal atas ( Ra, Sa, Ta ) terhadap Cashing ( body ) / tanah.
b). Terminal bawah ( Rb, Sb, Tb ) terhadap cashing ( body ) / tanah.
c). Terminal fasa atas – bawah (Ra-Rb, Sa-Sb, Ta-Tb)
4 ). Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi tertutup (closed):
a). Terminal fasa R / merah ( Ra+Rb ) terhadap tanah.
b). Terminal fasa S / Kuning ( Sa+Sb ) terhadap tanah.
c). Terminal fasa T / Biru ( Ta+Tb) terhadap tanah.
Keterangan :
Ra = Terminal atas fasa R ( Merah ).
Rb = Terminal bawah fasa R.
Sa = Terminal atas fasa S ( Kuning ).
Sb = Terminal bawah fasa S.
Ta = Terminal atas fasa T ( Biru ).
Tb = Terminal bawah fasa T.
Pengukuran butir 3 dan 4 di atas prosedurnya sesuai butir 3.1.5.
Pengukuran Tahanan Isolasi.
5 ). Mencatat hasil pengukuran tahanan isolasi serta suhu / temperatur
sekitar.
6 ). Hasil pengukuran ini merupakan data terbaru hasil pengukuran dan
sebagai bahan evaluasi pembanding dengan hasil pengukuran
7). Melepas pentanahan lokal sambil pemeriksaan final untuk persiapan
pekerjaan selanjutnya.
Pengujian Megger
8. PENGUJIAN GAS SF 6
Pengujian dilakukan menurut karakteristiknya apabila :