Disusun Oleh :
Saharul Fesanlauw
100.701.01.020
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS TEKNIK
1427 H/ 2006 M
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
izin-Nya pelaksanaan Kerja Praktek dan penyusunan laporan ini dapat diselesaikan
dengan lancar. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan umatnya yang senantiasa taat dan patuh
akan sunahnya.
Laporan ini Penulis susun berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan
Kerja Praktek di daerah Cilegon - Banten, tepatnya di PT. Krakatau Bandar
Samudera yang merupakan salah satu anak perusahaan PT. Krakatau Steel. Untuk
melengkapi laporan ini, data sekunder juga diperoleh dari bahan bacaan yang
bersumber dari laporan-laporan sebelumnya serta dari internet. Sesuai dengan
pelaksanaan Kerja Praktek dan sumber data yang diperoleh, maka judul laporan ini
adalah “PERBANDINGAN PRODUKSI ALAT MUAT DENGAN PRODUKSI ALAT
ANGKUT PADA PT KRAKATAU BANDAR SAMUDERA CILEGON - BANTEN“,
yang mana tidak hanya bertujuan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Kerja
Praktek (TTA 300), tetapi juga diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan
dan semangat belajar.
Pada kesempatan ini , penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua penulis, atas do’a dan berbagai macam dukungannya baik materiil
maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek ini.
2. Keluarga besar Penulis yang tercinta, atas segala dorongan moril yang
diberikan.
3. Bapak Solihin,Ir., MT, selaku Ketua Program Studi Pertambangan sekaligus
sebagai Penanggung Jawab Kerja Praktek 2006.
4. Bapak Dudi Nasruddin Usman, Ir., MT, selaku Koordinator Kerja Praktek
5. ..................selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
i
6. Bapak haji Trisno selaku Kepala Bidang Operasional atas bantuan dan
dukungannya sehingga kegiatan kerja praktek ini dapat berjalan dengan lancar.
7. Bapak Andri Subiakto selaku Kepala Bagian Perawatan Mekanik atas
bimbingannya.
8. Bapak Ujang Hamid selaku Kepala Teknisi atas bantuannya baik secara moril
maupun materiil.
9. Bapak Parta Wijaya selaku teknisi atas bantuan dan dukungannya.
10. Rekan-rekan mahasiswa tambang Angkatan 2001 UNISBA yang telah
memberikan bantuan baik secara moril maupun materiil dalam penyelesaian
laporan ini.
11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu terima kasih
atas bantuannya.
Dalam penulisan ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan,
oleh karena itu, penulis memohon maaf serta mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk perbaikan di kemudian hari..
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya
bagi kami sebagai penyusun.
Wassalammu’ alaikum Wr.Wb.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Studi Literatur
Membaca teori/referensi
pendukung
Pengenalan
Lapangan
Pengambilan
Data Lapangan
Pengilahan Data
Penyusunan Laporan
Gambar 1.1
Diagram Alir Kegiatan Kerja Praktek
BAB II
TINJAUAN UMUM
Gambar 2.1
Peta Lokasi Daerah Kerja Praktek
6
7
pembangunan berikutnya. Sarana yang dibangun pada tahun 1980 itu meliputi;
gudang tertutup besi spon, sebuah jalur conveyor outgoing system, satu unit ship
unloader crane serta dermaga luar I dan II. Namun ekspor besi spon tak
berlangsung lama, masa gemilang itu terhenti pada tahun 1986 seiring dengan mulai
beroperasinya industri hilir PT. Krakatau Steel seperti HSM, Barmill Plant, Wire Rod
Plant dan CRMIU. Penanganan bulk cargo menarik perhatian dan kepentingan
produsen semen terkemuka Indonesia yaitu PT. Indocement, maka dibuatlah proyek
kerjasama kedua perusahaan yang meliputi integrasi operasi conveyor pelsus
dengan conveyor gudang batubara PT. Indocement dengan memanfaatkan fasilitas
dermaga luar III dan ship unloader crane.
Meningkatnya produksi industri hilir tentu saja harus diimbangi dengan
perluasan sector hulu dalam penyediaan bahan baku sehingga pada tahun 1991
pelsus mengalami perluasan lagi dan dibuatlah dermaga luar IV dengan
kemampuan kapasitas pelayanan kapal bulk cargo berukuran cape size.
Kelengkapan dermaga meliputi; 2 unit ship unloader crane dan sebuah jalur
conveyor incoming system yang membentang sepanjang ± 6 km sampai ke
stockyard (DR III).
Masa keemasan industri besi baja Indonesia berakhir pada tahun 1995.
Krisis ekonomi Dunia mengakibatkan pemerintah tak sanggup lagi menanggung
subsidi atas industri baja dalam Negri, sehingga PT. Krakatau Steel terpuruk dalam
ketidakpastian dan ancaman kebangkrutan. Salah satu solusi dari kemelut itu adalah
dengan cara memisahkan beberapa unit penunjang menjadi anak perusahaan dan
berharap dengan pola menajemen yang terpisah dari induknya maka anak
perusahaan dapat bertahan dan mengembangkan unit bisnisnya yang sesuai
dengan potensi yang dimiliki. Pelsus PT. Krakatau Steel yang merupakan salah satu
dari beberapa unit penunjang produksi resmi menjadi anak perusahaan PT.
Krakatau Steel yang terlahir pada tanggal 28 Februari 1996 dengan nama
perusahaan, PT. Krakatau Bandar Samudera.
BAB III
LANDASAN TEORI
Gambar 3.1.
Ship Unloader Crane
2. Keran Gelagar
10
11
Pada gelagar dipasang troli dan digantungkan takel. Troli tersebut bergerak pada
arah melintang atau searah gelagar. Sedangkan gelagar dapat digerakkan
kearah memanjang ruangan karena diletakkan pada kereta beroda yang
bergerak diatas rel. Rel terletak diatas, memanjang sepanjang ruangan yang
arahnya kekiri dan kekanan. Beban yang akan dipindahkan diangakat dengan
menggunakan takel. (Lihat Gambar 3.1). Keistimewaan dari keran jenis ini
adalah bahwa pemindahan atau pengangkatan beban dapat dilakukan kearah
tiga dimensi di dalam suatu pabrik maupun gudang-gudang besar.
Gambar 3.1.
Keran Gelagar
yang dapat memindahkan atau mengangkat beban lebih dari 5 ton, mekanisnya
menggunakan tenaga motor listrik.
Gambar 3.2.
Keran Kolom Putar
5 Keran Putar
Keran ini diletakkan pada “cabin” yang landasannya ditanam dilantai dengan
berputar pada poros “cabin”. Perputaran keran tersebut ditahan oleh bantalan-
bantalan atau roda-roda, yaitu tiga bantalan yang berupa roda untuk menahan
gaya radial dan gaya axial. Pada lengan yang dipasang takel dipergunakan
untuk mengangkat dan memindahkan beban (lihat Gambar 3.3).
Keistimewaannya adalah dapat berputar 360o, sehingga setiap tempat yang
berada dalam jangkauan radius putarannya dapat dicapai.
13
Gambar 3.3.
Keran Putar
6 Keran Portal
Keran jenis ini terdiri dari suatu portal berkaki atau beroda empat yang berjalan
diatas dua rel. Portal tersebut mempunyai takel yang fungsinya sebagai
pengangkat. Takel mengangkat dan memindahkan beban serta berjalan
sepanjang gelagar dari portal tadi. (Lihat Gambar 3.4). Keistimewaannya adalah
dapat dioperasikan diluar atau didepan pintu gedung atau gudang di daerah
yang terbuka dan luas.
Gambar 3.4.
Keran Portal
7. Mobil Crane
14
Mobil crane adalah pesawat angkat dengan boom tunggal yang berpadu dengan
lowbed trailer. Alat ini dapat digunakan disemua lini daratan misalnya rancang
bangunan mesin dan pabrik, pelabuhan dan sebagainya.
8. Gantry Crane
Gantry crane adalah pesawat angkat yang merupakan jalinan gawang kembar
dengan kapasitas angkat ± 5 ton. Biasa digunakan dalam perbengkelan atau
workshop.
9. Tower Crane
Tower crane adalah pesawat angkat berupa menara dengan boom tunggal yang
menetap pada satu tempat. Sisitem kerjanya adalah bahwa beban yang ada
pada lengan ditarik oleh takel, kemudian takel tersebut mengangkat beban.
Dengan gerakan berputar dan menggerakkan lengan, beban tersebut
ditempatkan pada tempat yang diinginkan. (lihat Gambar 3.5). Keistimewaan dari
keran jenis ini adalah dapat dipergunakan dalam pembangunan gedung
bertingkat dan kilang minyak.
Gambar 3.5.
Tower Crane
10. Ponton Crane
15
Ponton crane adalah pesawat angkat berupa menara dengan boom tunggal
yang bertumpu pada pontoon di perairan. Alat ini bisa dipergunakan pada
pembangunan pelabuhan atau keperluan lain ditengah laut dan sungai.
11. Helicopter Crane
Helicopter crane adalah perpaduan mesin penggulung dan pengulur dengan
pesawat helicopter. Bisa dipergunakan dalam keperluan industri kilang minyak
ditengah laut, pemasangan suatu alat diatas menara atau gedung, penanganan
bahaya kebakaran hutan, dan lain sebagainya.
A.I. = W x 100%
17
W+R
W = Waktu yang dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang dalam
kondisi dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi pula
tiap hambatan (Delay Time) yang ada. Termasuk dalam hambatan
tersebut adalah waktu-waktu untuk pulang pergi ke permukaan kerja,
pindah tempat, pelumasan dan pengisian bahan bakar, hambatan karena
keadaan cuaca, dan lain sebagainya.
R= Waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat
perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang (Spare
Parts) serta waktu yang dibutuhkan untuk perawatan (Preventif).
2. Physical Availability atau Operational Availability
Physical availability atau operational availability merupakan catatan mengenai
keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan.
Persamaannya adalah:
S= Jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan walaupun alat
tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap beroperasi.
3. Use of Availability
18
Persamaannya adalah:
U.A. = W x 100%
W+S
persamaan adalah :
E.U. = W x 100%
W+R+S
Gambar 4.1.
Alat Muat Ship Unloader Crane
21
22
c. Trolley untuk menjalankan grab antara palka kapal dengan hopper. Untuk
daya dan jumlah motor yang digunakan pada gerakan ini masih sama
dengan gerakan holding dan closing.
5. Boom
Boom adalah sepasang girder yang membentang antara area palka kapal
dengan hopper yang berfungsi untuk menjembatani perjalanan trolley. Boom
terdiri atas dua bagian, yaitu landside boom dan waterside boom. landside dibuat
permanen sebagai infrastruktur bagi beberapa peralatan crane lainnya
sedangkan waterside boom dibuat lebih fleksibel dalam arti dapat dilipat dan
dibentangkan sesuai kebutuhan operasi. Untuk melipat dan membentangkan
waterside boom ini dipakai satu unit motor penggerak dengan daya 57 Kw.
6. Cabin
Cabin adalah ruang kerja operator. Cabin bergantung dibawah rel cabin yang
bergantung pada bagian kiri boom. Unit ini dapat dipindah-pindahkan sesuai
kebutuhan operasi. Untuk menggerakan cabin kearah waterside dan landside,
digunakan satu unit motor penggerak dengan daya 1 Kw.
7. Wire Rope
Wire rope atau tali kawat baja termasuk bagian terpenting dari crane. Wire rope
merupakan tali yang terbuat dari campuran baja ringan dan fleksibel yang
berfungsi untuk menghubungkan unit mekanik yang satu dengan yang lainnya.
Kita dapat menghitung kapasitas seutas wire rope dengan berpedoman pada
sebuah rumus bahwa; 1 inchi diameter wire rope = 8 ton, artinya seutas wire
rope dengan diameter 1 inchi akan putus apabila dibebani seberat 8 ton.
8. Machine Room
Mechine room atau disebut juga motor room, adalah sebuah ruangan dimana
ditempatkan mesin-mesin penggerak boom, trolley, closing, holding serta
beberapa perlengkapan crane lainnya.
24
Gambar 4.3.
Alur Kerja Proses Pemuatan dan Pengangkutan Iron Ore Pellet
Gambar diatas adalah ilustrasi proses pembongkaran iron ore pellet dari
pelabuhan sampai dengan gudang terbuka atau stockyard yang dilaksanakan
dengan pengangkutan 2 conveyor incoming system. Conveyor sistem 1 meliputi;
PBCN I, C-02, C-03, C-04, dan BS 1 sedangkan conveyor 2 meliputi; PBCN II,
BCNO, BCR-02, dan BSN 1. Tanggung jawab pembongkaran dibagi dua antara PT.
25
Krakatau Bandar Samudera dan PT. Krakatau Steel sesuai dengan kewenangannya
atas pengoperasian peralatan masing-masing.
Tanggung jawab PT. Krakatau Bandar Samudera melingkupi kinerja ship
unloader crane sampai C-04 dan BCR-02, sedangkan tanggung jawab PT. Krakatau
Steel sebagai penerima barang melingkupi kinerja BS 1, BSN 1, serta proses
penumpukan material pada gudang terbuka atau stockyard dengan menggunakan
Stacker/Reclaimer.
Gambar 4.4.
Blok Diagram Sistem Kerja Ship Unloader Crane
26
Posisi grab dapat berupa geser kiri atau kanan, naik atau turun, dan buka
atau tutup. Jadi tahap awal kegiatannya adalah grab dalam keadaan terbuka
kemudian geser kearah waterside atau kearah palka kapal lalu turun ke bawah dan
mengambil material dalam palka kapal, setelah proses pengambilan material selesai
grab dalam keadaan tertutup kemudian naik kembali lalu menggeser kearah
landside atau kearah hopper dan grab akan membuka dan menumpahkan material
pada hopper.
saja, yakni ship unloader crane no 4. Dan hasil dari pengamatan dan perhitungan
tersebut dianggap sudah mewakili unit alat muat (Ship Unloader Crane) yang
lainnya.
perhitungan cycle time alat muat ini dimulai pada saat posisi grab berada tepat
diatas hopper, kemudian maju kearah waterside lalu turun ke bawah dan mengambil
material, lalu naik lagi ke atas, kemudian mundur kearah landside dan
menumpahkan material kedalam hopper. Untuk satu cycle, kegiatannya meliputi
langkah-langkah kegiatan tersebut diatas.Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1.
Data Cycle Time Alat Muat (Ship Unloader Crane)
W1 W2 W3 W1 W2 W3
No No
(Menit) (Menit) (Menit) (Menit) (Menit) (Menit)
1 0.72 1.00 1.20 16 0.78 1.04 1.27
2 0.73 1.01 1.23 17 0.72 1.00 1.22
3 0.72 1.01 1.22 18 0.73 0.99 1.17
4 0.63 0.96 1.13 19 0.75 1.02 1.22
5 0.75 1.03 1.26 20 0.75 1.02 1.25
6 0.74 1.01 1.22 21 0.71 1.09 1.12
7 0.73 1.01 1.22 22 0.77 1.03 1.23
8 0.76 1.02 1.25 23 0.69 1.02 1.27
9 0.66 0.95 1.15 24 0.74 0.98 1.39
10 0.69 0.99 1.15 25 0.72 1.00 1.24
11 0.78 1.06 1.36 26 0.78 1.03 1.21
12 0.75 1.00 1.22 27 0.67 1.03 1.32
13 0.75 1.02 1.26 28 0.71 1.01 1.14
14 0.79 1.06 1.32 29 0.78 1.03 1.25
15 0.75 1.04 1.25 30 0.64 0.98 1.34
Sumber : Data Lapangan
Keterangan Tabel :
W1 = Waktu daur pada saat kondisi material dalam palka kapal masih
penuh.
W2 = Waktu daur pada saat kondisi material dalam palka kapal
sudah setengah muatan.
28
W W
No No
(Menit) (Menit)
1 1.52 16 1.67
2 1.67 17 1.64
3 1.64 18 1.64
4 1.55 19 1.57
5 1.49 20 1.64
6 1.64 21 1.53
7 1.63 22 1.61
8 1.64 23 1.66
9 1.64 24 1.54
10 1.55 25 1.52
11 1.44 26 1.52
12 1.69 27 1.64
13 1.65 28 1.49
14 1.64 29 1.58
15 1.64 30 1.53
Sumber : Data Lapangan
Tabel 4.3.
Data Waktu Pemasukkan Alat Bantu Ship Unloader crane
No Waktu
(Menit)
1 28.34
2 33.56
3 16.80
4 17.14
5 38.15
6 51.07
7 19.55
8 35.12
9 42.22
Sumber : Data Lapangan
4.4.5. Cek Rutin dan Runing Alat Muat Ship Unloader Crane
Cek rutin dan running alat muat ship unloader crane adalah salah satu
kegiatan yang meliputi pengecekan terhadap alat-alat pendukung ship unloader
crane seperti; trolly, sling, grab, boom, dan lain sebagainya serta pengetesan
(Running) alat muat ship unloader crane. Kegiatan ini selalu dilakukan setiap saat
30
sebelum aktivitas pemuatan berlangsung, sehingga cek rutin dan running dalam hal
ini tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja alat muat ship unloader
crane.
BAB V
IDENTIFIKASI MASALAH
31
32
f=3
Untuk perhitungan selanjutnya dengan cara yang sama didapat hasil yang lainnya
yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel 5.1
Perhitungan Rata-rata Cycle time Alat Muat (Ship Unloader Crane)
Kondisi W1
Nilai
Frekuens
Interval ( i ) Tenga f.x
i(f)
h(x)
Rata-rata 0.73
Tabel 5.2
Perhitungan Rata-rata Cycle time Alat Muat (Ship Unloader Crane)
Kondisi W2
Nilai
Frekuens
Interval ( i ) Tenga f.x
i(f)
h(x)
Rata-rata 1.01
Tabel 5.3
Perhitungan Rata-rata Cycle time Alat Muat (Ship Unloader Crane)
Kondisi W3
Nilai
Frekuens
Interval ( i ) Tenga f.x
i(f)
h(x)
Rata-rata 1.23
Dari setiap tabel, didapat cycle time rata-rata untuk setiap kondisi muatan,
sehingga dapat ditentukan harga cycle time rata-rata secara keseluruhan dari alat
muat (Ship Unloader Crane) sebagai berikut:
pergantian operator dalam hal ini tidak diperhitungkan seperti yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya.
5.2.1. Pindah Alat
Waktu pindah alat yaitu besarnya waktu yang diperlukan untuk memindahkan
alat muat ship unloader crane dari palka yang satu ke palka yang lainnya. Waktu
pindah alat dianggap sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja alat sehingga
perlu dilakukan suatu analisa terhadapnya. Besarnya waktu pindah alat dihitung
berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, dengan menggunakan metoda
statistic untuk menentukan rata-ratanya seperti yang akan diperlihatkan pada table
berikut ini.
Tabel 5.4
Perhitungan Rata-rata Waktu Pindah Alat Muat (Ship Unloader Crane)
Nilai
Frekuens
Interval ( i ) Tenga f.x
i(f)
h(x)
Rata-rata 1.59
sembilan kali pemasukkan alat batu pemuatan karena kapasitas kapal yang hanya
terdiri dari sembilan palka dan dari masing-masing palka hanya terjadi satu kali
pemasukkan alat bantu pemuatan. Berdasarkan kondisi tersebut, sehingga
perhitungan waktu pemasukkan alat bantu pemuatan dilakukan secara langsung
seperti yang terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.5.
Perhitungan Rata-rata Waktu Pemasukkan Alat Bantu Pemuatan
No Waktu
(Menit)
1 28.34
2 33.56
3 16.80
4 17.14
5 38.15
6 51.07
7 19.55
8 35.12
9 42.22
∑ (Jumlah) 281.94
Rata-rata 31.33
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan hasil perhitungan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
1. PT. Krakatau Bandar Samudera adalah salah satu anak perusahaan PT.
Krakatau Steel yang bergerak dalam bidang jasa pelabuhan, dimana tugas
utamanya adalah melayani penyediaan bijih besi (Iron Ore) yang merupakan
bahan baku untuk pabrik pengolahan besi baja PT. Krakatau Steel.
2. Dalam melakukan tugas utamanya yaitu pembongkaran dan pengangkutan bijih
besi (Iron Ore) hingga sampai ke pabrik pengolahan, PT. Krakatau Bandar
Samudera menggunakan 4 unit ship unloader crane sebagai alat muat dan 2
jalur conveyor incoming system sebagai alat angkut.
3. Kerja praktek dilakukan pada PT. Krakatau Bandar Samudera dimana fakus
utama dalam kegiatan ini adalah mengenal lebih jauh tentang jenis alat muat
yang digunakan, serta menentukan kapasitas produksinya secara teoritis.
4. Produksi alat muat per jam adalah sebesar 806,76 ton/jam untuk satu unit alat
muat. Sedangkan untuk mengisi material ke dalam satu jalur belt conveyor
digunakan dua unit alat muat sehingga produksi alat muat (Ship Unloadert
Crane) yang digunakan untuk menangani satu jalur belt conveyor adalah
1613,52 ton/jam.
5. Produksi satu jalur belt conveyor per jam berdasarkan informasi lapangan adalah
sebesar 1300 ton/jam. Sedangkan produksi dua unit alat muat (Ship Unloader
Crane) adalah 1613,52. Dari perbandingan ini, dapat dilihat bahwa antara
produksi alat muat dengan produksi alat angkut tidak terjadi sinkronisasi.
37
38
6.2 Saran
Untuk mengatasi hal tersebut di atas kirany perusahaan dapat mengambil
langkah perbaikan terhadap alat angkut belt conveyor yang digunakan sehingga
dapat mengimbangi kapasitas produksi alat muat (Ship Unloader Crane).
Langkah-langkah perbaikan yang dapat dilakukan dapat berupa pergantian
motor-motor penggerak belt yang umurnya sudah tua sehingga kemampuannya
untuk menggerakkan belt sudah berkurang, pergantian terhadap roll (Idler) yang
sudah rusak, serta pergantian alat-alat pendukung lainnya yang kiranya
menghambat produktivitas belt.
DAFTAR PUSTAKA
Erik, “Sistem Kontrol Pada Crane”, Laporan Kerja Praktek, Jurusan Teknik Elektro
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.
39