Anda di halaman 1dari 46

AKTIVITAS PEMUATAN BIJIH BESI DENGAN

MENGGUNAKAN ALAT MUAT SHIP UNLOADER


CRANE PADA PT KRAKATAU BANDAR SAMUDERA
CILEGON – BANTEN

LAPORAN AKHIR KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mata Kuliah

Kerja Praktek (TTA - 300) pada Jurusan Teknik Pertambangan,

Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung

Disusun Oleh :

Saharul Fesanlauw

100.701.01.020
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

1427 H/ 2006 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
izin-Nya pelaksanaan Kerja Praktek dan penyusunan laporan ini dapat diselesaikan
dengan lancar. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan umatnya yang senantiasa taat dan patuh
akan sunahnya.
Laporan ini Penulis susun berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan
Kerja Praktek di daerah Cilegon - Banten, tepatnya di PT. Krakatau Bandar
Samudera yang merupakan salah satu anak perusahaan PT. Krakatau Steel. Untuk
melengkapi laporan ini, data sekunder juga diperoleh dari bahan bacaan yang
bersumber dari laporan-laporan sebelumnya serta dari internet. Sesuai dengan
pelaksanaan Kerja Praktek dan sumber data yang diperoleh, maka judul laporan ini
adalah “PERBANDINGAN PRODUKSI ALAT MUAT DENGAN PRODUKSI ALAT
ANGKUT PADA PT KRAKATAU BANDAR SAMUDERA CILEGON - BANTEN“,
yang mana tidak hanya bertujuan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Kerja
Praktek (TTA 300), tetapi juga diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan
dan semangat belajar.
Pada kesempatan ini , penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua penulis, atas do’a dan berbagai macam dukungannya baik materiil
maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek ini.
2. Keluarga besar Penulis yang tercinta, atas segala dorongan moril yang
diberikan.
3. Bapak Solihin,Ir., MT, selaku Ketua Program Studi Pertambangan sekaligus
sebagai Penanggung Jawab Kerja Praktek 2006.
4. Bapak Dudi Nasruddin Usman, Ir., MT, selaku Koordinator Kerja Praktek
5. ..................selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

i
6. Bapak haji Trisno selaku Kepala Bidang Operasional atas bantuan dan
dukungannya sehingga kegiatan kerja praktek ini dapat berjalan dengan lancar.
7. Bapak Andri Subiakto selaku Kepala Bagian Perawatan Mekanik atas
bimbingannya.
8. Bapak Ujang Hamid selaku Kepala Teknisi atas bantuannya baik secara moril
maupun materiil.
9. Bapak Parta Wijaya selaku teknisi atas bantuan dan dukungannya.
10. Rekan-rekan mahasiswa tambang Angkatan 2001 UNISBA yang telah
memberikan bantuan baik secara moril maupun materiil dalam penyelesaian
laporan ini.
11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu terima kasih
atas bantuannya.
Dalam penulisan ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan,
oleh karena itu, penulis memohon maaf serta mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk perbaikan di kemudian hari..
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya
bagi kami sebagai penyusun.
Wassalammu’ alaikum Wr.Wb.

Bandung, September 2006

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
DAFTAR TABEL

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu pengetahuan di segala bidang yang telah dicapai selama sejarah
peradaban manusia diterapkan dalam bentuk teknologi untuk memudahkan
kehidupan manusia. Disadari atau tidak, ternyata pemahaman keilmuan yang hanya
didasari pada deretan teoritis sering tidak dapat memberikan hasil yang optimal.
Banyak hal ketika dalam operasionalnya tidak dapat diselesaikan hanya dengan
dasar-dasar teori saja.
Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah bahwa kemajuan teknologi yang
diterapkan dalam dunia kerja saat ini sangat bergantung kepada sumber daya
manusia yang menjadi pelaksananya. Banyak terobosan-terobosan baru yang
dihasilkan perusahaan-perusahaan besar khususnya di dalam dunia pertambangan
baik dalam kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan bahkan sampai pemasaran.
Terobosan baru tersebut sangat membantu meningkatkan produktifitas perusahaan.
Namun terkadang terobosan-terobosan baru tersebut langsung ditransfer
kepada pihak perusahaan tanpa melibatkan dunia akademis yaitu universitas
maupun sekolah tinggi yang ada. Hal ini mengakibatkan semakin jauhnya terjadi
kesenjangan teknologi antara perusahaan dengan dunia akademis.
Menyikapi permasalahan tersebut dirasakan perlunya dibangun suatu kerja
sama yang lebih erat antara perusahaan dengan pihak universitas maupun sekolah
tinggi di dalam upaya mentransfer teknologi yang ada sehingga tercipta kualitas
sarjana yang Up to Date.
Jurusan Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung
menyikapi persoalan tersebut dengan menetapkan kerja praktek sebagai upaya
memecahkan persoalan di atas sehingga Matakuliah Kerja Praktek menjadi syarat
mutlak kelulusan dalam pengambilan Strata Satu (S1).

1
2

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai persyaratan
akademis matakuliah kerja praktek (TTA-300) pada Jurusan Pertambangan Fakultas
Teknik Universitas Islam Bandung.
Sedangkan tujuan dari pelaksanaan kegiatan kerja praktek ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mengenal secara langsung kondisi lapangan yang sebenarnya.
2. Sebagai sarana perbandingan antara teori yang diperoleh di bangku kuliah
dengan aplikasi yang diterapkan di lapangan.
3. Mengetahui budaya kerja di lingkungan perusahaan yang bersangkutan dan
kondisi lingkungan perusahaan.
4. Mengetahui dan mengamati proses-proses dan perkembangan yang berkaitan
dengan aktivitas pemuatan dengan menggunakan alat muat ship unloader crane.

1.3. Ruang Lingkup Kerja Praktek


Dalam kegiatan kerja praktek ini, fokus yang paling utama adalah
memperdalam pengenalan lapangan terhadap aktivitas pemuatan bijih besi dari
palka kapal ke alat angkut belt conveyor dengan menggunakan alat muat ship
unloader crane. Inti masalah yang akan dibahas dalam laporan kerja praktek ini
adalah menganalisa dan menentukan kapasitas produksi dari alat muat ship
unloader crane yang ada pada PT. Krakatau Bandar Samudera.

1.4. Metoda Pengambilan Data


Metoda yang digunakan dalam pengambilan data lapangan ini meliputi
metoda deskriptif, yaitu meliputi:
1. Studi Lapangan (Data Primer), yaitu data yang diambil secara langsung dari
objek pengamatan di lapangan seperti perhitungan cycle time alat muat,
Perhitungan waktu hambatan, dan lain sebagainya.
2. Studi literatur (Data Sekunder), yaitu data yang diambil dari literatur-literatur
yang ada serta wawancara (Interview) dengan operator atau karyawan
setempat, khususnya yang berkaitan dengan ojek pengamatan.
3

Adapun tahapan-tahapan perumusan dan penyelesaian masalah dalam


kegiatan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan studi literatur daerah penelitian dari para peneliti
terdahulu dan studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian. Selain itu juga
dilakukan studi pendahuluan. Hal ini untuk mengetahui gambaran umum tentang
daerah penelitian.
2. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk kemudian
dianalisa. Data-data tersebut terdiri dari:
- Data cycle time alat muat ship unloader crane.
- Data teknis alat muat ship unloader crane.
- Pengambilan data-data lain yang dibutuhkan.
3. Tahap Pengolahan Data
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, maka dilakukan pengolahan
data untuk mengetahui:
- Produksi dari setiap unit alat muat ship unloader crane.
- Total Produksi alat muat pada PT. Krakatau Bandar Samudera.
4. Tahap Pembuatan Laporan
Hasil pengolahan dari keseluruhan data tersebut kemudian disusun secara
sistematis dalam bentuk laporan tertulis untuk dipersembahkan dalam seminar
sebagai persyaratan kerja praktek.

1.5. Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah dalam memahami laporan ini, penulis akan
menguraikan pokok-pokok pemikiran yang terdapat dalam laporan ini. Laporan kerja
praktek ini penyusun sajikan dalam 6 bab dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, ruanglingkup kerja
praktek, metoda pengambilan data, serta sistematika penulisan.
4

BAB II TINJAUAN UMUM


Bab ini menerangkan tentang factor-faktor yang berhubungan dengan
keadaan umum perusahaan seperti lokasi perusahaan, sejarah
perusahaan, serta keadaan umum lainnya.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung dalam penulisan
laporan kerja praktek ini.
BABIV KEGIATAN LAPANGAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan
selama proses kerja praktek, baik pengamatan, pengukuran, dan
perhitungan dilapangan.
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil pengolahan data pengamatan yang telah
dilakukan selama proses kerja praktek.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang inti-inti permasalahan dari kerja praktek dan hasil
perhitungan serta pendapat dan gagasan yang berupa rekomendasi
(Usuluan) bagi pihak perusahaan.
5

AKTIVITAS PEMUATAN BIJIH BESI DENGAN ENGGUNAKAN


ALAT MUAT SHIP UNLOADER CRANE

Studi Literatur

 Membaca teori/referensi
pendukung

Pengenalan
Lapangan

Pengambilan
Data Lapangan

Data Primer Data Sekunder

 Penentuan Cycle Time  Data-data Teknis Alat


Alat Muat Muat
 Pengamatan Sistem  Keadaan Umum Daerah
Kerja Alat Muat Kerja Praktek
 Penentuan Waktu
Hambatan

Pengilahan Data

 Perhitungan Cycle Time Alat Muat


 Perhitungan Waktu Hambatan
 Perhitungan Kapasitas Alat Muat
 Perhitungan Produksi Alat Muat

Penyusunan Laporan

Gambar 1.1
Diagram Alir Kegiatan Kerja Praktek
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah


2.1.1 Lokasi
Lokasi PT. Krakatau Bandar Samudera terletak di daerah Cilegon yaitu Desa
Cigading Kecamatan Ciwanden Kabupaten Serang Propinsi Banten, dengan luas
daerah perusahaan yaitu ± 246 Ha yang meliputi area pelabuhan dan pergudangan.
Lokasi ini terletak di Jl. S. Parman Km 13 dengan jarak tempuh ± 8 Km arah barat
dari Kota Cilegon atau dari induk perusahaan PT. Krakatau Bandar Samudera, yaitu
PT. Krakatau Steel.

Gambar 2.1
Peta Lokasi Daerah Kerja Praktek

6
7

2.1.2 Kesampaian Daerah


Untuk menuju ke lokasi PT. Krakatau Bandar Samudera, dapat
menggunakan kedaraan bermotor baik kendaraan roda empat maupun kendaraan
roda dua dengan waktu tempu ± 15 menit dari Kota Cilegon dan untuk menuju ke
Kota Cilegon dapat menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi dengan
waktu tempuh ± 4 jam dari Kota Bandung atau ± 2 jam dari Kota Jakarta.

2.2 Iklim dan Curah Hujan


Iklim pada daerah kerja praktek, yakni PT. Krakatau Bandar Samudera masih
sama dengan daerah-daerah lain di Indonesia pada umumnya, yaitu beriklim tropis.
Daerah ini dipengaruhi oleh dua perubahan musim yaitu misim hujan dan musim
kemarau. Suhu udara rata-rata yaitu 26.60C, kelembaban udara 78 %, tekanan
udara 1011.1 mb, tekanan uap air 27,3 %, dan curah hujan rata-rata berdasarkan
data dari Badan Meteorologi dan Geofisika daerah setempat adalah 178 mm/bulan.

2.3 Letak Geografis


Secara geografis, daerah kerja praktek, yaitu daerah Cilegon, terletak antara
5º52'24"-6º04'07" LS (Lintang Selatan) dan105º54'05"-106º05'11" BT (Bujur Timur).
Jika dilihat dari segi letaknya, daerah ini sangat strategis khususnya untuk aktivitas
bongkar muat pelabuhan. Oleh karena itu, PT. Krakatau Steel memilih daerah ini
sebagai tempat bongkar muat bijih besih untuk bahan baku pabrik besi baja PT.
Krakatau Steel.

2.4 Sejarah Perusahaan


PT. Krakatau Bandar Samudera adalah anak perusahaan PT. Karakatau
Steel yang bergerak dalam bidang penyediaan jasa pelabuhan. Sedangkan PT.
Krakatau Steel sendiri merupakan salah satu perusahaan milik BUMN yang
bergerak di bidang industri besi baja atau metalurgi dimana kegiatannya adalah
mengolah bahan setengah jadi (bijih besi) menjadi barang jadi (besi spon, baja dan
lain sebagainya). Untuk mendapatkan bahan setengah jadi (bijih besi), PT.
8

Karakatau Steel mendatangkannya dari luar daerah Cilegon – Banten dengan


menggunakan kapal laut dan berdermaga di PT. Karakatau Bandar Samudra. Tugas
utama dari PT. Krakatau Bandar Samudera adalah melayani pembongkaran bahan
baku PT. Krakatau Steel. Selain itu, PT. Krakatau Bandar Samudera juga melayani
pembongkaran barang jenis curah dan general cargo sebagai usaha pengembangan
unit bisnisnya.
Dalam melakukan tugas utamanya, PT. Karakatau Bandar Samudra
dilengkapi dengan sarana pelabuhan dan fasilitas alat muat dan alat angkut yang
didesain khusus untuk aktivitas pemuatan dan pengangkutan bijih besi menuju
pabrik pengolahan PT. Karakatau Steel. Alat muat dan alat angkut yang digunakan
dalam aktivitas pemuatan dan pengangkutan ini adalah berupa 4 unit ship unloader
crane dan 2 jalur belt conveyor incoming system.
PT. Krakatau Bandar Samudera adalah merupakan perusahaan yang
mengelola asset dan kinerja pelsus (Pelabuhan Khusus). Pengertian pelsus ini
sendiri menurut buku menejemen pelayaran niaga adalah sebagai berikut:
pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang penggunaannya dikhususkan untuk
kegiatan sektor perindustrian, pertambangan, atau pertanian yang pembangunan
serta pengoperasiannya dilakukan oleh instansi yang bersangkutan untuk bongkar
muat bahan baku yang hasil produksinya tidak dapat ditampung oleh pelabuhan
umum.
Pelsus PT. Krakatau Steel dibangun pada tahun 1974 dengan teknologi
Jerman dan selesai pada tahun 1977. Infrastruktur yang dibangun meliputi; dermaga
luar III, 2 unit ship unloader crane dan sebuah jalur conveyor incoming system yang
membentang sepanjang ± 7 km dari dermaga sampai ke pabrik besi baja. Unit ini
secara khusus memang diperuntukkan bagi penanganan kapal bulk cargo namun
dimanfaatkan pula bagi kapal-kapal jenis lainnya.
Operasi pelabuhan sejalan dengan produksi besi spon yang merupakan
bahan baku utama dalam produksi baja dasar PT. Krakatau Steel. Industri besi spon
kala itu diprediksikan pemerintah sebagai hal yang bisa merupakan komoditi ekspor
dan mengingat pula bahwa proyek-proyek industri hilir PT. Krakatau Steel belum
selesai dibangun, maka dibuatlah fasilitas eksport besi spon di pelsus sebagai tahap
9

pembangunan berikutnya. Sarana yang dibangun pada tahun 1980 itu meliputi;
gudang tertutup besi spon, sebuah jalur conveyor outgoing system, satu unit ship
unloader crane serta dermaga luar I dan II. Namun ekspor besi spon tak
berlangsung lama, masa gemilang itu terhenti pada tahun 1986 seiring dengan mulai
beroperasinya industri hilir PT. Krakatau Steel seperti HSM, Barmill Plant, Wire Rod
Plant dan CRMIU. Penanganan bulk cargo menarik perhatian dan kepentingan
produsen semen terkemuka Indonesia yaitu PT. Indocement, maka dibuatlah proyek
kerjasama kedua perusahaan yang meliputi integrasi operasi conveyor pelsus
dengan conveyor gudang batubara PT. Indocement dengan memanfaatkan fasilitas
dermaga luar III dan ship unloader crane.
Meningkatnya produksi industri hilir tentu saja harus diimbangi dengan
perluasan sector hulu dalam penyediaan bahan baku sehingga pada tahun 1991
pelsus mengalami perluasan lagi dan dibuatlah dermaga luar IV dengan
kemampuan kapasitas pelayanan kapal bulk cargo berukuran cape size.
Kelengkapan dermaga meliputi; 2 unit ship unloader crane dan sebuah jalur
conveyor incoming system yang membentang sepanjang ± 6 km sampai ke
stockyard (DR III).
Masa keemasan industri besi baja Indonesia berakhir pada tahun 1995.
Krisis ekonomi Dunia mengakibatkan pemerintah tak sanggup lagi menanggung
subsidi atas industri baja dalam Negri, sehingga PT. Krakatau Steel terpuruk dalam
ketidakpastian dan ancaman kebangkrutan. Salah satu solusi dari kemelut itu adalah
dengan cara memisahkan beberapa unit penunjang menjadi anak perusahaan dan
berharap dengan pola menajemen yang terpisah dari induknya maka anak
perusahaan dapat bertahan dan mengembangkan unit bisnisnya yang sesuai
dengan potensi yang dimiliki. Pelsus PT. Krakatau Steel yang merupakan salah satu
dari beberapa unit penunjang produksi resmi menjadi anak perusahaan PT.
Krakatau Steel yang terlahir pada tanggal 28 Februari 1996 dengan nama
perusahaan, PT. Krakatau Bandar Samudera.
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Macam-macam Crane dan Kegunaannya


Crane adalah suatu alat bantu manusia yang gunanya untuk mengangkat
atau memindahkan benda atau barang yang bobotnya melebihi kemampuan angkat
manusia. Berikut ini adalah jenis-jenis crane dan kegunaannya
1. Ship unloader crane
Ship Unloader Crane adalah pesawat angkat yang merupakan sebuah menara
yang berpindah-pindah diatas dermaga dalam bongkar muat kapal di pelabuhan.
Alat multi system ini berguna untuk kegiatan stevedoring dengan beragam cargo
misalnya container, iron ore, coal, steel scrap, general cargo dan lain
sebagainya.

Sumber : Data Lapangan

Gambar 3.1.
Ship Unloader Crane

2. Keran Gelagar

10
11

Pada gelagar dipasang troli dan digantungkan takel. Troli tersebut bergerak pada
arah melintang atau searah gelagar. Sedangkan gelagar dapat digerakkan
kearah memanjang ruangan karena diletakkan pada kereta beroda yang
bergerak diatas rel. Rel terletak diatas, memanjang sepanjang ruangan yang
arahnya kekiri dan kekanan. Beban yang akan dipindahkan diangakat dengan
menggunakan takel. (Lihat Gambar 3.1). Keistimewaan dari keran jenis ini
adalah bahwa pemindahan atau pengangkatan beban dapat dilakukan kearah
tiga dimensi di dalam suatu pabrik maupun gudang-gudang besar.

Sumber : Diktat Kuliah Pemindahan Tanah Mekanis

Gambar 3.1.
Keran Gelagar

4 Keran Kolom Putar


Keran jenis ini putarannya bersumbu pada suatu kolam yang ditumpukan pada
dua titik. Sumbu-sumbu putaran ditumpu oleh bantalan rol radial untuk menahan
gaya yang tegak lurus poros. Sedangkan bantalan tumpuan untuk menahan
gaya-gaya yang sejajar poros. Pada kolam tersebut ditempatkan lengan untuk
mengangkat dan memindahkan beban kearah yang diinginkan. (Gambar 3.2).
Keistimewaan dari keran ini yaitu dapat memindahkan atau mengangkat beban
sampai 5 ton, mekanisnya digerakkan oleh tenaga manusia, sedangkan keran
12

yang dapat memindahkan atau mengangkat beban lebih dari 5 ton, mekanisnya
menggunakan tenaga motor listrik.

Sumber : Diktat Kuliah Pemindahan Tanah Mekanis

Gambar 3.2.
Keran Kolom Putar

5 Keran Putar
Keran ini diletakkan pada “cabin” yang landasannya ditanam dilantai dengan
berputar pada poros “cabin”. Perputaran keran tersebut ditahan oleh bantalan-
bantalan atau roda-roda, yaitu tiga bantalan yang berupa roda untuk menahan
gaya radial dan gaya axial. Pada lengan yang dipasang takel dipergunakan
untuk mengangkat dan memindahkan beban (lihat Gambar 3.3).
Keistimewaannya adalah dapat berputar 360o, sehingga setiap tempat yang
berada dalam jangkauan radius putarannya dapat dicapai.
13

Sumber : Diktat Kuliah Pemindahan Tanah Mekanis

Gambar 3.3.
Keran Putar
6 Keran Portal
Keran jenis ini terdiri dari suatu portal berkaki atau beroda empat yang berjalan
diatas dua rel. Portal tersebut mempunyai takel yang fungsinya sebagai
pengangkat. Takel mengangkat dan memindahkan beban serta berjalan
sepanjang gelagar dari portal tadi. (Lihat Gambar 3.4). Keistimewaannya adalah
dapat dioperasikan diluar atau didepan pintu gedung atau gudang di daerah
yang terbuka dan luas.

Sumber : Diktat Kuliah Pemindahan Tanah Mekanis

Gambar 3.4.
Keran Portal
7. Mobil Crane
14

Mobil crane adalah pesawat angkat dengan boom tunggal yang berpadu dengan
lowbed trailer. Alat ini dapat digunakan disemua lini daratan misalnya rancang
bangunan mesin dan pabrik, pelabuhan dan sebagainya.
8. Gantry Crane
Gantry crane adalah pesawat angkat yang merupakan jalinan gawang kembar
dengan kapasitas angkat ± 5 ton. Biasa digunakan dalam perbengkelan atau
workshop.
9. Tower Crane
Tower crane adalah pesawat angkat berupa menara dengan boom tunggal yang
menetap pada satu tempat. Sisitem kerjanya adalah bahwa beban yang ada
pada lengan ditarik oleh takel, kemudian takel tersebut mengangkat beban.
Dengan gerakan berputar dan menggerakkan lengan, beban tersebut
ditempatkan pada tempat yang diinginkan. (lihat Gambar 3.5). Keistimewaan dari
keran jenis ini adalah dapat dipergunakan dalam pembangunan gedung
bertingkat dan kilang minyak.

Sumber : Diktat Kuliah Pemindahan Tanah Mekanis

Gambar 3.5.
Tower Crane
10. Ponton Crane
15

Ponton crane adalah pesawat angkat berupa menara dengan boom tunggal
yang bertumpu pada pontoon di perairan. Alat ini bisa dipergunakan pada
pembangunan pelabuhan atau keperluan lain ditengah laut dan sungai.
11. Helicopter Crane
Helicopter crane adalah perpaduan mesin penggulung dan pengulur dengan
pesawat helicopter. Bisa dipergunakan dalam keperluan industri kilang minyak
ditengah laut, pemasangan suatu alat diatas menara atau gedung, penanganan
bahaya kebakaran hutan, dan lain sebagainya.

3.1.1 Alat Bantu Crane


Alat Bantu crane adalah beberapa peralatan pendukung yang disesuaikan
dengan kebutuhan pekerjaan sehingga crane dapat menjalankan tugasnya sesuai
dengan karakteristik benda atau material yang diangkat, beberapa diantaranya
adalah:
1. Sling
Alat ini bisa saja merupakan rantai, tambang, atau wire rope. Gunanya untuk
menghubungkan takel dengan barang yang akan diangkat.
2. Takel atau hook
Takel atau hook dipergunakan untuk menghubungkan tali kawat baja dengan
sling.
3. Spreader
Alat ini terbuat dari batang baja tertentu dengan bermacam-macam bentuk
disesuaikan dengan penampang barang yang akan diangkat.
4. Grab
Grab bisa juga diumpamakan sebagai tangan crane dalam operasi bulk cargo
ataupun steel scrap. Grab terdiri dari berbagai jenis yang disesuaikan dengan
kebutuhan lapangan.

3.2 Effisiensi Operator (Operator Efficiency)


16

Effisiensi Operator (Operator Efficiency) merupakan faktor manusia yang


menggerakkan alat-alat yang sangat sukar untuk ditentukan effisiensinya, secara
tepat, karena selalu berubah-ubah dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam,
tergantung dari keadaan cuaca, keadaan alat yang dioperasikannya, suasana kerja
dan lain-lain. Kadang-kadang suatu perangsang dalam bentuk upah tambahan
(Incentive) dapat mempertinggi effisiensi operator.
Sebenarnya effisiensi operator tidak hanya disebabkan karena kemalasan
pekerjanya, tetapi juga karena kelambatan-kelambatan dan hambatan-hambatan
yang tidak mungkin dihindari, seperti melumasi kendaraan, mengganti yang aus,
membersihkan bagian-bagian terpenting sesudah sekian jam dipakai, memindahkan
ke tempat lain, tidak adanya keseimbangan antara produksi alat-alat muat dengan
produksi alat-alat angkut, menunggu peledakan di suatu daerah yang akan dilalui,
perbaikan jalan dan lain-lain sebagainya. Karena hal-hal tersebut diatas, jarang-
jarang selama satu jam itu operator betul-betul dapat bekerja selama 60 menit.
Berdasarkan pengalaman, jika bila operator dapat bekerja selama 50 menit dalam
satu jam, maka effisiensinya adalah 83%. Maka hal itu dianggap baik sekali.
Jadi didalam menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan harus diingat juga effisiensi pekerja-pekerjanya.
Sehubungan dengan effisiensi operator tersebut diatas, perlu juga diingat keadaan
alat mekanisnya, karena hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat effisiensi
operatornya.
Beberapa pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis dan
efektivitas penggunaannya berdasarkan Diktat Kuliah Pemindahan Tanah Mekanis
oleh Prof, Ir. Partanto Prodjosumarto, antara lain sebagai berikut:
1. Availability Index atau Mechanical Availability
Availability index atau mechanical availability merupakan suatu cara untuk
menentukan atau mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alat
yang sedang dipergunakan.
Persamaan untuk availability index adalah sebagai berikut:

A.I. = W x 100%
17

W+R

Dimana : W = Jumlah jam kerja alat (Working Hours)


R = Jumlah jam untuk perbaikan (Repair Hours)

W = Waktu yang dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang dalam
kondisi dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi pula
tiap hambatan (Delay Time) yang ada. Termasuk dalam hambatan
tersebut adalah waktu-waktu untuk pulang pergi ke permukaan kerja,
pindah tempat, pelumasan dan pengisian bahan bakar, hambatan karena
keadaan cuaca, dan lain sebagainya.
R= Waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat
perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang (Spare
Parts) serta waktu yang dibutuhkan untuk perawatan (Preventif).
2. Physical Availability atau Operational Availability
Physical availability atau operational availability merupakan catatan mengenai
keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan.

Persamaannya adalah:

P.A. = W+S x 100%


W+R+S

Dimana : W = Jumlah jam kerja alat (Working Hours)


R = Jumlah jam untuk perbaikan (Repair Hours)
S = Jumlah jam tunggu untuk operasi kembali

S= Jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan walaupun alat
tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap beroperasi.
3. Use of Availability
18

Use of Availability menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh


suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan
(Available).

Persamaannya adalah:

U.A. = W x 100%
W+S

Dimana : W = Jumlah jam kerja alat (Working Hours)


S = Jumlah jam tunggu untuk operasi kembali

Angka use of availability biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif suatu


alat yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi ukuran
seberapa baik pengelolaan (management) peralatan yang dipergunakan.
4. Effective Utilization
menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif. ”effective utilization” sebenarnya sama
dengan pengwertian effesiensi keja.

persamaan adalah :
E.U. = W x 100%
W+R+S

Dimana : W = Jumlah jam kerja alat (Working Hours)


R = Jumlah jam untuk perbaikan (Repair Hours)
S = Jumlah jam tunggu untuk operasi kembali
19

3.3 Metoda Perhitungan Produksi Alat Mekanis


Produksi alat-alat pemindahan tanah mekanis dapat dihitung dengan
beberapa cara, yaitu tergantung dari ketelitian yang dikehendaki. Metoda-metoda
perhitungan yang umum dipakai adalah sebagaimana yang akan dijelaskan berikut
ini.
1. Perhitungan Langsung (Direct Computation)
Perhitungan langsung atau (Direct Computation) adalah suatu cara perhitungan
dengan memperhatikan tiap-tiap faktor yang mempengaruhi produksi untuk
menentukan volume asli (Pay Load) atau ton yang dapat dihasilkan oleh masing-
masing alat yang dipergunakan. Cara ini ternyata yang paling teliti dari yang
lainnya, karena semua kondisi yang mungkin akan dihadapi sudah
diperhitungkan berdasarkan data lapangan yang tersedia.
2. “Tabular Method”
“Tabular Method” adalah suatu cara perhitungan dengan mempergunakan
keterangan-keterangan data yang berbentuk table-tabel yang khas untuk
masing-masing alat, dan diambil dari pengalaman-pengalaman sebelumnya
yang meiliki sifat pekerjaan yang kira-kira serupa. Kadang-kadang juga
dilengkapi dengan data berupa grafik dan diagram yang diperoleh dari hasil
percobaan yang dilakukan oleh pabrik pembuat alat-alat tersebut. Pada cara ini
semua pekerjaan sifatnya disama-ratakan, sehingga “Variables” yang selalu
dimiliki oleh setiap proyek yang jarang-jarang dapat disamakan dengan keadaan
di tempat lain dianggap kira-kira serupa. Sebenarnya hal ini tidak benar. Oleh
sebab itu cara ini menjadi kurang teliti, meskipun cara perhitungannya lebih
sederhana.
3. “Slide Rule Method”
“Slide Rule Method” adalah cara perhitungan dengan memakai “Manufacturer
Eathmoving Calculators”, dan itu tidak lain dari “Slide Rule” khusus yang dibuat
untuk tiap-tiap alat dengan memasukkan semua prinsip perhitungan yang
dipergunakan pada cara perhitungan langsung. Perhitungan menjadi sangat
sederhana dan sangat cepat, tetapi hasilnya kurang teliti dan kadang-kadang
terlalu berlebih-lebihan. Bila cara ini dipakai dengan mempergunakan data untuk
20

pekerjaan yang bersangkutan, akan diperoleh ketelitian yang kira-kira sama


dengan cara kedua.
4. Perhitungan Perkiraan (Guesstimating)
Perhitungan perkiraan (Guesstimating) yaitu kurang lebih sama dengan cara
pertama hanya bagian-bagian yang dianggap tidak begitu penting diabaikan atau
disederhanakan, sehingga perhitungan-perhitungannya menjadi lebih mudah
dan singkat. Hal itu pada umumnya dilakukan dengan mengabaikan beberapa
perhitungan yang teliti, dan sebagai gantinya diambil angka rata-rata
berdasarkan pertimbangan yang menghitungnya. Kalau yang mengambil
keputusan itu adalah orang-arang yang sudah banyak pengalamannya, maka
pengambilan rata-rata tersebut tidak banyak penyimpang dari kenyataan yang
akan dihadapi. Tetapi kalau tidak, hasilnya akan sangat menyimpang dari yang
dihadapi dilapangan.
BAB IV
KEGIATAN LAPANGAN

4.1. Pengenalan Alat


Dalam melakukan aktivitas pemuatan dan pengangkutan bijih besi (iron ore)
dari pelabuhan menuju pabrik pengolahan, PT. Krakatau Bandar Samudera
menggunakan 4 unit ship unloader crane sebagai alat muat dan 2 jalur conveyor
incoming system sebagai alat angkut.
Ship unloader crane adalah pesawat angkat yang merupakan sebuah
menara yang berpindah-pindah diatas dermaga. Ship unloader crane ini dilengkapi
dengan grab atau bucket sehingga dapat dipergunakan untuk kegiatan bongkar
muat kapal di pelabuhan. Sedangkat belt conveyor adalah salah satu jenis alat
angkut yang system kerjanya bersifat continu, dapat digunakan baik dalam kondisi
miring maupun datar.

Gambar 4.1.
Alat Muat Ship Unloader Crane

21
22

4.1.1. Bagian-bagian Penting Dari Ship Unloader Crane


Secara garis besar operasi pemuatan ship unloader crane meliputi proses
pengambilan material biji besi pada palka kapal dan kemudian menumpahkan
material tersebut diatas hopper sebelum didistribusikan ke belt conveyor. Dalam
melakukan operasinya, ship unloader crane didukung oleh beberapa bagian-bagian
peralatan yang penting yang akan dijelaskan satu per satu berikut ini.
1. Gantry
Gantry adalah bagian terbawah dari Crane yang terdiri dari bogi-bogi dan mesin
penggerak sebagai pejalan crane di sepanjang rel dermaga. Satu crane terdiri
dari empat buah gantry, dan setiap gantry digerakkan oleh dua motor penggerak
dengan daya setiap motor adalah 11 Kw.
2. Hopper
Hopper adalah sebuah limas bujursangklar terbalik sebagai tempat
penampungan sementara material dari kapal sebelum didistribusikan ke alat
angkut yaitu belt conveyor.
3. Feeder
Feeder adalah alat pendistribusi material dari hopper ke alat angkut. Feeder bisa
berupa mesin vibrating atau belt. Jenis feeder yang digunakan disini adalah jenis
vibrating feeder yang menggunakan satu buah motor listrik dengan daya 37 Kw.
4. Grab
Grab adalah alat untuk mengambil material dari palka kapal dan ditumpahkan
kedalam hopper sebelum didistribusikan ke belt conveyor. Grab dibuat dari
sepasang bucket kembar yang dipadukan dengan peralatan mekanik lainnya
sehingga dapat menggenggam material dan membuang material. Kerja grab
didukung oleh tiga unit mesin penggerak, yaitu:
a. Holding untuk gerakan naik dan turun grab. gerakan ini didukung oleh satu
unit motor penggerak dengan daya 251 Kw.
b. Closing untuk gerakan menutup dan membuka grab. Untuk gerakan ini
digunakan satu unit motor penggerak dengan daya 251 Kw
23

c. Trolley untuk menjalankan grab antara palka kapal dengan hopper. Untuk
daya dan jumlah motor yang digunakan pada gerakan ini masih sama
dengan gerakan holding dan closing.

5. Boom
Boom adalah sepasang girder yang membentang antara area palka kapal
dengan hopper yang berfungsi untuk menjembatani perjalanan trolley. Boom
terdiri atas dua bagian, yaitu landside boom dan waterside boom. landside dibuat
permanen sebagai infrastruktur bagi beberapa peralatan crane lainnya
sedangkan waterside boom dibuat lebih fleksibel dalam arti dapat dilipat dan
dibentangkan sesuai kebutuhan operasi. Untuk melipat dan membentangkan
waterside boom ini dipakai satu unit motor penggerak dengan daya 57 Kw.
6. Cabin
Cabin adalah ruang kerja operator. Cabin bergantung dibawah rel cabin yang
bergantung pada bagian kiri boom. Unit ini dapat dipindah-pindahkan sesuai
kebutuhan operasi. Untuk menggerakan cabin kearah waterside dan landside,
digunakan satu unit motor penggerak dengan daya 1 Kw.
7. Wire Rope
Wire rope atau tali kawat baja termasuk bagian terpenting dari crane. Wire rope
merupakan tali yang terbuat dari campuran baja ringan dan fleksibel yang
berfungsi untuk menghubungkan unit mekanik yang satu dengan yang lainnya.
Kita dapat menghitung kapasitas seutas wire rope dengan berpedoman pada
sebuah rumus bahwa; 1 inchi diameter wire rope = 8 ton, artinya seutas wire
rope dengan diameter 1 inchi akan putus apabila dibebani seberat 8 ton.
8. Machine Room
Mechine room atau disebut juga motor room, adalah sebuah ruangan dimana
ditempatkan mesin-mesin penggerak boom, trolley, closing, holding serta
beberapa perlengkapan crane lainnya.
24

4.2. Proses Pemuatan dan Pengangkutan Iron Ore Pellet


Proses awal industri besi baja PT. Krakatau Steel sesungguhnya dimulai dari
pelsus dimana penanganannya langsung dilaksanakan oleh 4 unit ship unloader
crane dan 2 jalur conveyor incoming system. Alur kerja dari alat-alat ini adalah
sebagai berikut.

Gambar 4.3.
Alur Kerja Proses Pemuatan dan Pengangkutan Iron Ore Pellet

Gambar diatas adalah ilustrasi proses pembongkaran iron ore pellet dari
pelabuhan sampai dengan gudang terbuka atau stockyard yang dilaksanakan
dengan pengangkutan 2 conveyor incoming system. Conveyor sistem 1 meliputi;
PBCN I, C-02, C-03, C-04, dan BS 1 sedangkan conveyor 2 meliputi; PBCN II,
BCNO, BCR-02, dan BSN 1. Tanggung jawab pembongkaran dibagi dua antara PT.
25

Krakatau Bandar Samudera dan PT. Krakatau Steel sesuai dengan kewenangannya
atas pengoperasian peralatan masing-masing.
Tanggung jawab PT. Krakatau Bandar Samudera melingkupi kinerja ship
unloader crane sampai C-04 dan BCR-02, sedangkan tanggung jawab PT. Krakatau
Steel sebagai penerima barang melingkupi kinerja BS 1, BSN 1, serta proses
penumpukan material pada gudang terbuka atau stockyard dengan menggunakan
Stacker/Reclaimer.

4.3. Sistem Kerja Ship Unloader Crane


Crane dikontrol melalui cabin dimana semua sistem dapat dijalankan baik
secara manual atau otomatis. Otak atau sumber respon untuk penggeraknya adalah
PLC (Programmable logic Control). Dari PLC tersebut kemudian memberi respon ke
motor penggerak. Motor penggerak tersebut akan menggerakkan sistem-sistem
pada crane sesuai dengan pengontrolan operator diatas cabin.
Secara blok diagram dapat dijelaskan bahwa sistem-sistem pada crane
dikontrol melalui joystick pada cabin sebagai proses untuk responnya adalah PLC
atau drive kemudian respon tersebut dilanjutkan oleh motor penggerak dan sebagai
feedbacknya adalah positioner, limit swich, operator dan lain-lain. Gambar blok
diagramnya dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Gambar 4.4.
Blok Diagram Sistem Kerja Ship Unloader Crane
26

Posisi grab dapat berupa geser kiri atau kanan, naik atau turun, dan buka
atau tutup. Jadi tahap awal kegiatannya adalah grab dalam keadaan terbuka
kemudian geser kearah waterside atau kearah palka kapal lalu turun ke bawah dan
mengambil material dalam palka kapal, setelah proses pengambilan material selesai
grab dalam keadaan tertutup kemudian naik kembali lalu menggeser kearah
landside atau kearah hopper dan grab akan membuka dan menumpahkan material
pada hopper.

4.4. Aktivitas Pemuatan


Pengamatan lapangan dilakukan terhadap aktivitas pemuatan bijih besi. Alat
yang digunakan untuk aktivitas tersebut adalah ship unloader crane. Adapun
aktivitas-aktivitas yang diamati selama kegiatan kerja praktek yakni meliputi;
pengamatan terhadap proses pemindahan material dari palka kapal ke hopper,
proses pemindahan ship unloader crane di atas rell dermaga dari palka yang satu ke
palka yang lainnya, proses pergantian operator ship unloader crane, proses
pemakaian alat bantu pemuatan serta cek rutin dan running alat muat ship unloader
crane.

4.4.1. Pemindahan Material dari Palka Kapl ke Hopper


Proses pemindahan material dari palka kapal ke hopper dilakukan selama 24
jam, artinya bahwa aktivitas pemuatan dilakukan secara terus-menerus (continu)
hingga material dalam palka kapal sudah termuti semuanya. Dalam melakukan
proses pemindahan material dari palka kapal ke hopper, dibutuhkan waktu untuk
setiap kali pemindahan material. Waktu ini biasanya disebut dengan waktu daur
(Cycle Time).
Sesuai dengan pengamatan di lapangan, ternyata bahwa sistem kerja
maupun karakteristik dari 4 unit alat muat (Ship Unloader Crane) yang digunakan
dalam aktivitas pemuatan bijih besi (Iron Ore) dari palka kapal ke belt conveyor
hampir sama antara satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan pertimbangan diatas, sehingga pengamatan dan perhitungan
cycle time alat muat (Ship Unloader Crane) hanya dilakukan pada salah satu unit
27

saja, yakni ship unloader crane no 4. Dan hasil dari pengamatan dan perhitungan
tersebut dianggap sudah mewakili unit alat muat (Ship Unloader Crane) yang
lainnya.
perhitungan cycle time alat muat ini dimulai pada saat posisi grab berada tepat
diatas hopper, kemudian maju kearah waterside lalu turun ke bawah dan mengambil
material, lalu naik lagi ke atas, kemudian mundur kearah landside dan
menumpahkan material kedalam hopper. Untuk satu cycle, kegiatannya meliputi
langkah-langkah kegiatan tersebut diatas.Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1.
Data Cycle Time Alat Muat (Ship Unloader Crane)

W1 W2 W3 W1 W2 W3
No No
(Menit) (Menit) (Menit) (Menit) (Menit) (Menit)
1 0.72 1.00 1.20 16 0.78 1.04 1.27
2 0.73 1.01 1.23 17 0.72 1.00 1.22
3 0.72 1.01 1.22 18 0.73 0.99 1.17
4 0.63 0.96 1.13 19 0.75 1.02 1.22
5 0.75 1.03 1.26 20 0.75 1.02 1.25
6 0.74 1.01 1.22 21 0.71 1.09 1.12
7 0.73 1.01 1.22 22 0.77 1.03 1.23
8 0.76 1.02 1.25 23 0.69 1.02 1.27
9 0.66 0.95 1.15 24 0.74 0.98 1.39
10 0.69 0.99 1.15 25 0.72 1.00 1.24
11 0.78 1.06 1.36 26 0.78 1.03 1.21
12 0.75 1.00 1.22 27 0.67 1.03 1.32
13 0.75 1.02 1.26 28 0.71 1.01 1.14
14 0.79 1.06 1.32 29 0.78 1.03 1.25
15 0.75 1.04 1.25 30 0.64 0.98 1.34
Sumber : Data Lapangan

Keterangan Tabel :
W1 = Waktu daur pada saat kondisi material dalam palka kapal masih
penuh.
W2 = Waktu daur pada saat kondisi material dalam palka kapal
sudah setengah muatan.
28

W3 = Waktu daur pada saat kondisi material dalam palka kapal


sudah tidak dapat dimuat secara langsung oleh grab sehingga
perlu alat bantu untuk memasukkan material ke dalam grab.

4.4.2. Pemindahan Ship Unloader Crane di Atas Rel Dermaga


Proses pemindahan ship unloader crane di atas rel dermaga dilakukan
apabila material dalam palka yang telah dimuati sudah selesai dan perlu dilakukan
pemindahan ship unloader crane ke palka yang materialnya masih penuh. Dalam
melakukan pemindahan alat ini, dibutuhkan selang waktu tertentu.
Jarak pindah antara palka yang satu dengan palka yang lainnya adalah 15
meter. Besarnya waktu yang diperlukan untuk menempu jarak tersebut dapat dilihat
pada table berikut ini.
Tabel 4.2.
Data Waktu Pindah Alat Muat (Ship Unloader Crane)

W W
No No
(Menit) (Menit)
1 1.52 16 1.67
2 1.67 17 1.64
3 1.64 18 1.64
4 1.55 19 1.57
5 1.49 20 1.64
6 1.64 21 1.53
7 1.63 22 1.61
8 1.64 23 1.66
9 1.64 24 1.54
10 1.55 25 1.52
11 1.44 26 1.52
12 1.69 27 1.64
13 1.65 28 1.49
14 1.64 29 1.58
15 1.64 30 1.53
Sumber : Data Lapangan

4.4.3. Pergantian Operator Ship Unloader Crane


Pergantian operator alat muat ship unloader crane adalah pergantian shif
kerja antara operator yang satu dengan yang lainnya. Pada proses ini, dimana
sebelum dilakukannya pergantian shif operator, alat muat ship unloader crane harus
29

dijalankan secara otomatis untuk dapat melakukan aktivitasnya tanpa kendali


operator dalam selang waktu yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya kehilangan waktu kerja (Loss Time) dari alat muat ship
unloader crane yang nantinya berpengaruh terhadap produktivitas kerja alat.

4.4.4. Pemakaian Alat Bantu Pemuatan


Alat bantu pemuatan diperlukan apabila material dalam palka kapal sudah
tidak dapat dimuati secara langsung oleh grab. Alat bantu pemuatan ini terdiri dari
satu unit mini loader yang dimasukkan kedalam palka kapal guna membantu
aktivitas pemuatan ship unloader crane. Untuk memasukkan alat bantu mini loader
tersebut ke dalam palka kapal, dibutuhkan selang waktu tertentu. Oleh karena
selang waktu tersebut dianggap sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja
alat muat ship unloader crane, sehingga dilakukan pengambilan data sebanyak 9
kali sesuai dengan kapasitas kapal yang terdiri dari 9 palka. Data tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3.
Data Waktu Pemasukkan Alat Bantu Ship Unloader crane

No Waktu
(Menit)
1 28.34
2 33.56
3 16.80
4 17.14
5 38.15
6 51.07
7 19.55
8 35.12
9 42.22
Sumber : Data Lapangan

4.4.5. Cek Rutin dan Runing Alat Muat Ship Unloader Crane
Cek rutin dan running alat muat ship unloader crane adalah salah satu
kegiatan yang meliputi pengecekan terhadap alat-alat pendukung ship unloader
crane seperti; trolly, sling, grab, boom, dan lain sebagainya serta pengetesan
(Running) alat muat ship unloader crane. Kegiatan ini selalu dilakukan setiap saat
30

sebelum aktivitas pemuatan berlangsung, sehingga cek rutin dan running dalam hal
ini tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja alat muat ship unloader
crane.
BAB V
IDENTIFIKASI MASALAH

5.1 Waktu Edar (Cycle Time) Alat Muat


Untuk menghitung rata-rata cycle time alat muat (Ship Unloader Crane),
dapat dihitung baik dengan menggunakan cara langsung, yaitu jumlah semua data
dibagi dengan banyaknya data, maupun dengan perhitungan distribusi frekuensi.
Namun yang akan dipakai disini adalah perhitungan distribusi frekuensi karena
dianggap lebih effisien dan akurat. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Perhitungan dicontohkan untuk kondisi W1


a. Jumlah Kelas (J)
J = 1 + 3.3 Log n
Dimana :
n = Jumlah data
Maka didapat ;
J = 1+ 3.3 Log 30
= 5.87
b. Interval Kelas (I)
I = Nilai tertinggi – Nilai terendah
J
I = 0,79 – 0,62
5,29
I = 0,027
c. Nilai Tengah (x)
x = Nilai interval kiri + Nilai interval Kanan
2
x = 0,63 + 0,66
2
x = 0,64
d. Distribusi Frekuensi (f)
f = Jumlah data dalam setiap interval

31
32

f=3
Untuk perhitungan selanjutnya dengan cara yang sama didapat hasil yang lainnya
yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

Tabel 5.1
Perhitungan Rata-rata Cycle time Alat Muat (Ship Unloader Crane)
Kondisi W1

Nilai
Frekuens
Interval ( i ) Tenga f.x
i(f)
h(x)

0.63 - 0.66 0.64 3 1.93


0.67 - 0.69 0.68 3 2.04
0.70 - 0.73 0.72 9 6.46
0.74 - 0.77 0.75 10 7.55
0.78 - 0.81 0.79 5 3.96
Jumlah   30 21.93

Rata-rata 0.73

Sumber : Pengolahan Data

Tabel 5.2
Perhitungan Rata-rata Cycle time Alat Muat (Ship Unloader Crane)
Kondisi W2

Nilai
Frekuens
Interval ( i ) Tenga f.x
i(f)
h(x)

0.95 - 0.97 0.96 2 1.92


0.98 - 1.01 0.99 13 12.93
1.02 - 1.04 1.03 12 12.33
1.05 - 1.07 1.06 2 2.12
1.08 - 1.11 1.09 1 1.09
Jumlah   30 30.40

Rata-rata 1.01

Sumber : Pengolahan Data


33

Tabel 5.3
Perhitungan Rata-rata Cycle time Alat Muat (Ship Unloader Crane)
Kondisi W3

Nilai
Frekuens
Interval ( i ) Tenga f.x
i(f)
h(x)

1.12   1.17 1.14 6 6.86


1.18 1.22 1.20 8 9.59
1.23 1.28 1.26 11 13.81
1.29 1.33 1.31 2 2.62
1.34   1.39 1.37 3 4.10
Jumlah   30 36.98

Rata-rata 1.23

Sumber : Pengolahan Data

Dari setiap tabel, didapat cycle time rata-rata untuk setiap kondisi muatan,
sehingga dapat ditentukan harga cycle time rata-rata secara keseluruhan dari alat
muat (Ship Unloader Crane) sebagai berikut:

CT = CT. W1 + CT. W2 + CT. W3


3
CT = 0,73 + 1,01 + 1,23
3
CT = 0,99 menit

5.2 Waktu Hambatan


Waktu hambatan adalah jumlah waktu yang terbuang akibat hambatan-
hambatan yang terjadi seperti; ganti operator, pemasukkan alat bantu pemuatan ke
dalam palka kapal, cek rutin dan running, dan lain sebagainya. Namun berdasarkan
pengamatan di lapangan, hambatan-hambatan yang terjadi dalam aktivitas
pemuatan selama kegiatan kerja praktek hanyalah masalah pindah alat muat ship
unloader crane di atas rel dermaga dan pemasukan alat bantu pemuatan ke dalam
palka kapal saja. Sedangkan masalah cek rutin dan running serta masalah
34

pergantian operator dalam hal ini tidak diperhitungkan seperti yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya.
5.2.1. Pindah Alat
Waktu pindah alat yaitu besarnya waktu yang diperlukan untuk memindahkan
alat muat ship unloader crane dari palka yang satu ke palka yang lainnya. Waktu
pindah alat dianggap sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja alat sehingga
perlu dilakukan suatu analisa terhadapnya. Besarnya waktu pindah alat dihitung
berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, dengan menggunakan metoda
statistic untuk menentukan rata-ratanya seperti yang akan diperlihatkan pada table
berikut ini.

Tabel 5.4
Perhitungan Rata-rata Waktu Pindah Alat Muat (Ship Unloader Crane)

Nilai
Frekuens
Interval ( i ) Tenga f.x
i(f)
h(x)

1.44 - 1.48 1.46 1 1.46


1.49 - 1.54 1.51 8 12.12
1.55 - 1.59 1.57 4 6.27
1.60 - 1.64 1.62 12 19.45
1.65 - 1.70 1.67 5 8.37
Jumlah   30 47.66

Rata-rata 1.59

Sumber : Pengolahan Data

5.2.2. Pemasukkan Alat Bantu Pemuatan


Waktu pemasukkan alat bantu pemuatan adalah besarnya waktu yang
diperlukan untuk memasukkan alat bantu pemuatan ke dalam palka kapal.
Besarnya waktu yang diperlukan untuk aktivitas ini sangat bervariasi sehingga
perlu data yang cukup guna mendapatkan hasil rata-rata yang efektif. Namun
karena kondisi lapangan yang tidak memungkinkan, dimana dalam setiap aktivitas
pemuatan atau pembongkaran bijih besi dari sebuah kapal, hanya terdapat
35

sembilan kali pemasukkan alat batu pemuatan karena kapasitas kapal yang hanya
terdiri dari sembilan palka dan dari masing-masing palka hanya terjadi satu kali
pemasukkan alat bantu pemuatan. Berdasarkan kondisi tersebut, sehingga
perhitungan waktu pemasukkan alat bantu pemuatan dilakukan secara langsung
seperti yang terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.5.
Perhitungan Rata-rata Waktu Pemasukkan Alat Bantu Pemuatan

No Waktu
(Menit)
1 28.34
2 33.56
3 16.80
4 17.14
5 38.15
6 51.07
7 19.55
8 35.12
9 42.22
∑ (Jumlah) 281.94

Rata-rata 31.33

Sumber : Pengolahan Data

5.3. Produksi Alat Muat (Ship Unloader Crane)


Untuk dapat menentukan produksi alat muat (Ship Unloader Crane), perlu
diketahui data-data teknisnya selain data-data hasil perhitungan seperti densitas
material yang dimuat, volume grab atau bucket, dan data-data teknis lainnya yang
diperlukan. Untuk data-data teknis dari alat muat (Ship Unloader Crane) dapat dilihat
pada lampiran A. Setelah semua data diketahui kemudian dilakukan perhitungan
produksi setiap unit alat muat sebagai berikut:

 Menghitung Kapasitas Grab


Diketahui D = 2,3 ton/m3
V = 5,9 m3
CT = 0,994 menit
Jadi kapasitas Grab = D x V
36

= 2,3 ton/m3 x 5,9 m3


= 13,57 ton
 Menghitung Waktu Kerja Efektif per Hari
Diketahui Wp = 1,61 menit
Wm = 31,33 menit
Wt = 24 jam/hari = 1440 menit/hari
Jadi Weff = Wt – ( Wp + Wm )
= 1440 menit/hari – ( 1,59 menit + 31,33 menit)
= 1407,08 menit/hari
= 23,45 jam/hari, atau = 97,70%
 Menghitung Produksi Alat Muat (Ship Unloader Crane)
P = [60 x kapasitas Grab] x Weff
CT
= [60 menit x 13,57 ton] x 97,70%
0,986 menit
= 806,76 ton/jam

Keterangan : D = Densitas Material (ton/m3)


V = Volume Grab atau Bucket (m3)
CT = Cycle Time (menit)
P = Produksi (ton/jam)
Wt = Waktu Kerja Tersedia (menit)
Wp = Waktu Pindah Alat (menit)
Wm = Waktu Pemasukkan Alat Bantu Pemuatan (menit)
Weff = Waktu Kerja Efektif (%)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan hasil perhitungan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
1. PT. Krakatau Bandar Samudera adalah salah satu anak perusahaan PT.
Krakatau Steel yang bergerak dalam bidang jasa pelabuhan, dimana tugas
utamanya adalah melayani penyediaan bijih besi (Iron Ore) yang merupakan
bahan baku untuk pabrik pengolahan besi baja PT. Krakatau Steel.
2. Dalam melakukan tugas utamanya yaitu pembongkaran dan pengangkutan bijih
besi (Iron Ore) hingga sampai ke pabrik pengolahan, PT. Krakatau Bandar
Samudera menggunakan 4 unit ship unloader crane sebagai alat muat dan 2
jalur conveyor incoming system sebagai alat angkut.
3. Kerja praktek dilakukan pada PT. Krakatau Bandar Samudera dimana fakus
utama dalam kegiatan ini adalah mengenal lebih jauh tentang jenis alat muat
yang digunakan, serta menentukan kapasitas produksinya secara teoritis.
4. Produksi alat muat per jam adalah sebesar 806,76 ton/jam untuk satu unit alat
muat. Sedangkan untuk mengisi material ke dalam satu jalur belt conveyor
digunakan dua unit alat muat sehingga produksi alat muat (Ship Unloadert
Crane) yang digunakan untuk menangani satu jalur belt conveyor adalah
1613,52 ton/jam.
5. Produksi satu jalur belt conveyor per jam berdasarkan informasi lapangan adalah
sebesar 1300 ton/jam. Sedangkan produksi dua unit alat muat (Ship Unloader
Crane) adalah 1613,52. Dari perbandingan ini, dapat dilihat bahwa antara
produksi alat muat dengan produksi alat angkut tidak terjadi sinkronisasi.

37
38

6.2 Saran
Untuk mengatasi hal tersebut di atas kirany perusahaan dapat mengambil
langkah perbaikan terhadap alat angkut belt conveyor yang digunakan sehingga
dapat mengimbangi kapasitas produksi alat muat (Ship Unloader Crane).
Langkah-langkah perbaikan yang dapat dilakukan dapat berupa pergantian
motor-motor penggerak belt yang umurnya sudah tua sehingga kemampuannya
untuk menggerakkan belt sudah berkurang, pergantian terhadap roll (Idler) yang
sudah rusak, serta pergantian alat-alat pendukung lainnya yang kiranya
menghambat produktivitas belt.
DAFTAR PUSTAKA

Sumardi, “Diktat Pelatihan Operator Crane”, Departemen Operasional, PT. Krakatau


Bandar Samudera.

Prodjosumarto Partanto, “Diktat Kuliah Pemindahan Tanah Mekanis”, Institut


Teknologi Bandung, Bandung.

Erik, “Sistem Kontrol Pada Crane”, Laporan Kerja Praktek, Jurusan Teknik Elektro
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.

39

Anda mungkin juga menyukai