Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KELOMPOK 2

1. INDAH SARI MAJA YANTI 21012018


2. RINI RAHAYU 21012016
3. ISROFINGI 21012014
4. ROMI ERLIZA 21012032

MATA KULIAH : ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN (AKL)

SEMESTER 1 KESMAS B NON REG

DOSEN : HAYANA, SKM, M.KES

MATERI

1. Menjelaskan parameter kualitas udara (fisik dan kimia udara) diharapkan dapat :

a. 1. Menjelaskan komposisi udara ambien dan ciri-ciri udara tercemar.

Jawaban :
Komposisi udara ambien yang berada di atmosfer terdiri dari campuran gas, terutama nitrogen
(78%)dan oksigen (20%), mengandung sebagian kecil dariuap air, argon (0,93%), karbon dioksida
(0,03%), dan juga gas-gas lain. Udara ambien juga mengandung padatan atau cairan yang tersuspensi,
spora, dan bakteri. Total kandungan gas dan partikular di udara, secara umum dinyatakan dalam
persen (%) atau ppm. Banyak penelitian tentang kualitas udara di kota-kota besar di dunia, dengan
mengukur konsentrasi gas (CO, SO2, NO2, da O3) dan partikulat PM10. Dan baku mutu udara udara
ambien merupakan ukuran batas atau kadar zat, energi, dan komponen yang adda atau seharusnya
ada atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.

Ciri-ciri udara tercemar :


a. Karbon dioksida tinggi, Ini akan terasa ketika kita menghirup udara dengan kadar karbon dioksida
yang tinggi. Biasanya, udara yang memiliki karbon dioksida di sebabkan oleh kebakaran hutan,
pembakaran sampah, asap pabrik industri, dan asap kendaraan bermotor.
b. Warna udara, Udara yang sudah tercemar warnanya akan berubah, karena pada udara tersebut
mengandung kadar O2 yang tinggi ditambah lagi dengan kandungan zat racun yang berbahaya.
Sehingga udara tersebut yang seharusnya tidak memiliki warna, kemudian menjadi warna hitam
sedikit keabu-abuan.
c. berbau menyengat, Udara yang sudah tercemar, memiliki kandungan yang sangat bau hingga
menyengat dan menyesakkan ketika dihirup. Hal ini disebabkan pada lapisan udara yang tercemar
tersebut mengandung metana atau SO2 yang menjadikan udara menjadi sangat menyengat.
d. Kualitas udara, Udara yang sudah tercemar, memiliki kualitas yang sangat pengap. Selain pengap,
kualitas udara yang tercemar biasanya memiliki suhu yang meningkat diatas rata-rata, hal ini terjadi
bisa dikarenakan dampak dari pembakaran ataupun hasil pembuangan yang bersifat panas.
e. menyebabkan Iritasi mata. Udara yang sudah tercemar menyebabkan terjadinya iritasi pada mata.
Hal ini dikarenakan pada udara yang sudah tercemar mengandung zat polutan yang sangat berbahaya
bagi kesehatan mata.

b. 2. Menjelaskan faktor-faktor atau sumber pencemaran udara

Jawaban :
a. aktifitas gunung berapi, Di dalam gunung berapi, terdapat karbon monoksida yang berada di
atmosfer sebagai hasil produk dari aktivitas gunung berapi. Zat ini larut dalam lahar pada tekanan yang
tinggi di dalam mantel bumi. Karbon monoksida yang ada di dalam gas gunung berapi memiliki
kandungan yang bervariasi, mulai dari 0,01% sampai sebanyak 2% bergantung pada kondisi gunung
1 dari 22
berapi tersebut. Karbon monoksida yang bervariasi itulah yang menjadikan sulit untuk menghitung
emisi gas alami.
b. hasil pembakaran mesin, Selain dari aktifitas gunung berapi, karbon monoksida juga dihasilkan
dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon yang terdapat pada mesin. Karbon monoksida
dapat terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran.
c. asap rokok, Didalam satu batang rokok mengandung kurang lebih 4000 jenis bahan kimia dan
40% di antaranya mengandung racun. Selain dari nikotinnya, asap rokok juga banyak mengandung
karbon monoksida. Bahkan dalam satu batang rokok yang dibakar, mengandung 3% sampai 6 %
karbon monoksida dan ketika berada didalam aliran darah kadarnya bisa mencapai 5%. Sedangkan
pada orang yang bukan perokok kadarnya hanya sampai 1%. Perokok dengan kadar karbon monoksida
5% ke atas, akan mendapat mendapat serangan 3 kali lipat dibanding dengan bukan perokok.
Gabungan antara karbon monoksida dengan nikotin akan sangat mempermudah para perokok
menderita penyakit penyempitan dan penutupan pembuluh darah.

c. Menjelaskan akibat pencemaran udara terhadap lingkungan dan kesehatan manusia..

Jawaban

Akibat pencemaran udara terhadap lingkungan adalah penghancuran lapisan ozon yg di satu sisi
membantu menyebabkan pemanasan global yg cepat dengan konsekuensi yg merusak pemeliharaan
Eko sistem yg ada.

Akibat pencemaran udara terhadap kesehatan manusia:

 Pernapasan terganggu dampak pencemaran udara dari asap rokok,asap kendaraan n asap pabrik
dll.
 Mengganggu jalannya oksigen yg ada dalam darah desebabkan oleh karbon monoksida (co) yg
jumlahnya sangat byk sehingga membuat kadar protein inflamasi dan jumlah kekentalan darah
bertambah.
 Memicu keguguran dan autisme
 Bagi ibu hamil pencemaran udara bisa memicu peradangan de seluruh tubuhnya dan bisa memicu
kelahiran prematur.

d. Menjelaskan baku mutu kualitas udara ambien dan baku mutu emisi udara .

Jawaban

 Baku mutu kualitas udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat,energi atau komponen yang
ada atau yang seharusnya ada dan unsur pencemar yang tenggang keberadaan nya dalam udara.
 Baku mutu emisi udara adalah ukuran batas atau kadar maksimum / beban emisi maksimum yg di
perbolehkan masuk atau di masukkan ke dalam udara

2. Menjelaskan metode dan teknik sampling parameter kualitas udara diharapkan dapat :
a. Menjelaskan cara menentukan lokasi dan titik pengambilan sample kualitas udara
b. Menjelaskan parameter-parameter kualitas udara yang akan di uji (CO, Nox, Sox, H2S dan senyawa
lainnya)
c. Menjelaskan teknik pengambilan sample, waktu pengambilan sample

Jawaban :

2 dari 22
PELAKSANAAN PENGAMBILAN SAMPEL UDARA

Pelaksanaan pengambilan sampel udara dilaksanakan sesuai dengan


perencanaan. Adapun prinsip sampling dan analisa dari masing-masing
parameter dapat dijabarkan dalam diagram berikut:

Pengumpulan
Pengukuran Penghisapan
sampel
laju alir udara

Sampel Udara

COLLECTOR FLOW METER VACCUUM PUMP

Peralatan sampling umumnya terdiri dari collector, flowmeter dan vacuum pump. Untuk
mengumpulkan sampel gas dapat digunakan collector seperti impinger, fritted bubbler
atau tube adsorber dimana sampel akan bereaksi terhadap penyerap yang spesifik.
Sedangkan untuk mengumpulkan sampel berupa partikel diperlukan filter. Flowmeter
berfungsi untuk mengetahui volume udara yang terkumpul, dapat berupa dry gas meter,
wet gas meter atau rotameter. Vacuum pump digunakan untuk menghisap udara ke
dalam collector. Ketelusuran data hasil pengukuran umumnya tergantung kepada alat
ukur flow meter.

A. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel Udara Ambien


Lokasi pemantauan kualitas udara ambien ditetapkan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor arah angin, tata guna lahan, tinggi cerobong
dan luas sebaran bahan pencemar (dispersi polutan). Adapun penentuan lokasi
pemantauan mempertimbangkan apakah pemantauan dilakukan secara
kontinyu (stasiun pemantauan) ataukah pemantauan secara grab atau sesaat
dalam kaitannya dengan penaatan terhadap peraturan-peraturan lingkungan,
pemenuhan dokumen AMDAL (dokumen RKL/RPL), verifikasi pengaduan, dll.

Kriteria berikut ini dapat dipakai sebagai pedoman dalam menentukan suatu
lokasi stasiun pemantauan kualitas udara ambien kontinyu, dengan tidak
menutup kemungkinan penerapan bagi sampling grab:
 Area dengan konsentrasi pencemar tinggi.
 Area dengan kepadatan penduduk tinggi.
 Di daerah sekitar lokasi.
 Di daerah proyeksi.
 Sesuai dengan strategi pengendalian pencemaran.
 Mewakili seluruh wilayah studi.

Adapun untuk penentuan lokasi pemantauan ambien grab atau sesaat, dapat
mengacu kepada Kepka BAPEDAL No. 205 tahun 1996 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara Lampiran I.

Penentuan lokasi pemantauan udara ambien dilakukan pada arah angin


dominan, dengan jumlah titik minimum dua dengan mengutamakan daerah

3 dari 22
pemukiman atau tempat-tempat spesifik. Sedangkan pada arah angin lainnya
minimum satu titik dengan kriteria penetapan lokasi seperti pada gambar 1.

Arah Angin Dominan

industri

Pemukiman, tempat spesifik

= lokasi pemantauan

Gambar 1. Skema penetapan lokasi pemantauan kualitas udara ambien

Penempatan probe atau tempat masuk sampel udara dilakukan dengan melihat
beberapa faktor. Tetapi secara umum peraturan yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Probe harus ditempatkan pada jarak lebih dari 15 m dari jalan raya.
2. Ketinggian probe antara 3 sampai 6 m dari permukaan bumi.
3. Pengambilan sampel partikulat dilakukan minimal 2 m diatas permukaan datar.
4. Probe harus lebih dari 15 m dari suatu pemanas atau exhaust vent pemanas air.
5. Probe ditempatkan minimal 2 kali ketinggian gedung yang terdekat.

Hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam menempatkan peralatan pemantau


kualitas udara ambien adalah :
1. Hindari tempat yang dapat mengganggu aliran udara di sekitar alat tempat
masuknya udara (inlet), seperti gedung, pohon, dinding;
2. Hindari tempat yang dapat mengubah konsentrasi efek adsorpsi dan
obsorpsi seperti dekat gedung dan pohon;
3. Hindari tempat yang terlalu dekat dengan sumber emisi;
4. Tempatkan peralatan pada tempat yang mempunyai sarana listrik, jauh dari bahaya
bencana alam dan ditempatkan secara aman.

Untuk mendukung pemantauan kualitas udara ambien, perlu dilakukan


pemantauan kondisi meteorologis yang meliputi arah angin, kecepatan angin,
kelembaban dan temperatur. Penetapan lokasi pemantauan meteorologis
dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Untuk lokasi peralatan pemantau yang relatif dekat dengan bangunan
/pohon tertinggi berlaku ketentuan sebagai berikut (gambar 2) :

4 dari 22
a. Minimal 2,5 kali tinggi penghisap alat pemantau kualitas udara ambien yang
membentuk sudut 30o terhadap bangunan / pohon tertinggi;
b. Minimal 2 meter lebih tinggi dari bangunan / pohon tertinggi di sekitarnya;
c. Tinggi lokasi penghisap alat pemantau kualitas udara (sample inlet) minimal 3
meter;
d. Tinggi lokasi peralatan pemantau kondisi meteorologis minimal 10 meter.

2. Untuk lokasi peralatan pemantau yang relatif jauh dari bangunan / pohon tertinggi
(jarak peralatan ke bangunan / pohon tertinggi minimal 10 kali tinggi bangunan /
pohon tertinggi), berlaku ketentuan sebagai berikut (gambar 3) :
a. Minimal 2,5 kali tinggi penghisap alat pemantau kualitas udara ambien;
b. Tinggi lokasi penghisap alat pemantau kualitas udara (sample inlet) minimal 3
meter;
c. Tinggi lokasi peralatan pemantau kondisi meteorologis minimal 10 meter.

anemome Min 2
ter m

inle
Ma Ma
x
t x
30o 30o

Shelt
er

Gambar 2 . Lokasi peralatan pemantau meteorologis yang relatif dekat


dengan bangunan/ pohon tertinggi

Keterangan : a = tinggi shelter + 0,5 m (minimal 3 m)


b = minimal 2,5 kali tinggi sampel inlet udara (minimal 10 m)

5 dari 22
anemomete
r
b

h1 inle
a
t
h2

shelter

10 h1 10 h2

Gambar 3. Lokasi peralatan pemantau meteorologis yang relatif jauh dengan


bangunan/ pohon tertinggi

Keterangan : a = tinggi shelter + 0,5 m (minimal 3 m)


b = minimal 2,5 kali tinggi sampel inlet udara (minimal 10 m)

Sebagai alternatif dalam menentukan lokasi sampling udara ambien dapat


digunakan model matematis sederhana untuk penentuan konsentrasi permukaan
(ground concentration). Model ini hanya merupakan salah satu dari model dispersi
lainnya yang bisa didapatkan bebas dari internet atau dibeli dalam bentuk
software siap pakai.

B. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel Udara Emisi


Lokasi sampling emisi sumber tidak bergerak adalah cerobong yang
mengeluarkan emisi dari suatu proses atau fasilitas. Jenis fasilitas yang dipantau
emisinya diatur dalam peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Sebagai contoh industri pulp dan kertas harus melakukan pemantauan emisi dari
tungku recovery, tanur putar pembakaran kapur, tangki pelarutaan lelehan,
digester, unit pemutihan, tenaga ketel uap dan sumber lainnya, sedangkan
fasilitas yang harus dipantau emisinya oleh pabrik pupuk majemuk-NPK adalah
scrubber, tenaga ketel uap dan sumber lainnya.

1. Lokasi lubang pengambilan contoh uji


Lubang sampling harus dibuat pada posisi dimana kecepatan alir dari
emisinya adalah laminer, tidak turbulensi karena kondisi ini diperlukan
untuk pengukuran partikulat. Dan ini biasanya pada posisi tidak dekat
dengan gangguan aliran seperti belokan, pengecilan atau pembesaran
cerobong.

6 dari 22
Secara umum pedoman penempatan lubang pengambilan cntoh uji di
cerobong adalah pada jarak 5-10 kali diameter hulu (bawah) dari belokan
atau 3-5 kali diameter hilir (atas) dari gangguan aliran.

Menurut USEPA Method 5 posisi lubang sampling adalah pada 8 (delapan)


kali diameter dari aliran bawah (hulu) yang diukur dari belokan, ekspansi
atau pengecilan aliran dalam cerobong dan 2 (dua) kali diameter dari aliran
atas ( hilir). Jika diperlukan, penentuan lokasi alternatif juga dapat dilakukan
dengan syarat minimum jarak dari gangguan bawah 2D dan 0,5D dari
gangguan atas. Prosedur alternatif ini hanya dapat dilakukan sebagai batas
dapat diterimanya suatu lokasi pengukuran jika kondisinya tidak dapat
memenuhi kriteria 8D dan 2D. Diameter (D) yang dimaksud tersebut adalah
diameter ekivalen yaitu diameter yang mewakili system cerobong dalam
penentuan titik pengambilan contoh uji dan titik lintas.

Menurut Kep. Kepala Bapedal no 205 tahun 1996, pemilihan lokasi lubang
pengambilan contoh uji emisi gas buang sumber tidak bergerak dilakukan
pada suatu tempat yang paling sedikit 8 (delapan) kali diameter dari aliran
bawah (hulu) yang diukur dari belokan, ekspansi atau pengecilan aliran
dalam cerobong dan 2 (dua) kali diameter dari aliran atas ( hilir). Jika perlu
lokasi alternatif dapat dipilih pada posisi paling tidak 2 (dua) ) kali diameter
dari aliran bawah dan 0,5 kali diameter dari aliran atas atau pada posisi
dimana kecepatan aliran gas adalah homogen. Lokasi alternatif dapat dipakai
dengan syarat memperbanyak titik intas pada saat pengambilan contoh uji
debu.

Untuk cerobong berpenampang empat persegi panjang, dapat ditentukan


dengan diameter ekivalen (De) sebagai berikut :

2 LW
De 
LW
De = diameter ekivalen
L = panjang penampang cerobong
W = lebar penampang cerobong

Untuk cerobong yang mempunyai diameter yang berbeda, dimana diameter


dalam pada aliran atas lebih kecil dari pada diameter dalam aliran bawah,
maka diameter ekivalen (De) ditentukan sebagai berikut :

De  2dD
dD
De = diameter ekivalen
d = diameter dalam cerobong bagian
bawah D = diameter dalam cerobong bagian
atas

7 dari 22
Hal lain yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi lubang sampling
tersebut adalah :
a. Lokasi harus relatif memudahkan dalam pengambilan contoh uji dan mudah
terlihat.
b. Lokasi harus relatif kuat untuk menjaga keamanan petugas pengambil contoh uji
dan peralatan pengambilan atau pengukuran contoh uji.

Oleh karena itu sarana yang perlu dibuat dalam pembuatan lubang pengambilan
contoh uji adalah :
a. Tangga yang aman untuk menuju ke lokasi lubang pengambilan contoh uji. (Untuk
tangga yang dibuat tegak lurus, perlu dibuat suatu selubung pengaman)
b. Scaffold atau penyangga yang kuat untuk pijakan petugas dan tempat penyimpanan
peralatan yang disertai dengan pagar pengamannya.
c. Lubang pengambilan contoh uji sebanyak dua buah dengan diameter dalam minimal
10 cm yang disertai dengan flange dan ditutup dengan system pelat flange yang
dilengkapi dengan baut. Lubang ini sebaiknya dibuat tegak lurus pada dinding
cerobong dengan ketinggian sekitar 1,5m dari penyangga.

Gambar 4. Posisi lubang pengambilan contoh uji emisi gas dan total partikulat.

8 dari 22

Gambar 5. Posisi lubang pengambilan contoh uji pada cerobong

2. Titik Pengambilan contoh uji (sampling point)

Titik pengambilan contoh adalah tempat/posisi dimana ujung dari tabung


probe pengambil contoh uji berada. Pengambilan contoh uji partikulat
dilakukan pada titik lintas atau traverse point yaitu titik pengambilan contoh
yang mewakili suatu penampang lintang cerobong. Posisi titik lintas
tergantung dari diameter dalam cerobong dan ketinggian posisi lubang
sampling dari gangguan aliran seperti belokan.

Jika distribusi konsentrasi gas dalam cerobong homogen maka titik


pengambilan contoh uji untuk parameter gas didalam cerobong bisa dimana
saja dengan jarak dari dinding cerobong direkomendasikan lebih dari 0,3 m.
Jika distribusi konsentrasi gas tidak homogen, diperlukan metode titik lintas
(traverse point) seperti yang dipersyaratkan pada saat pengambilan contoh
total partikulat/debu. Untuk mendapatkan konsentrasi rata-rata yang
representatif diperlukan pengambilan contoh dibanyak titik kemudian hasil
yang diperoleh di rata-ratakan.

C. Teknik Pengambilan Sampel Udara Ambien


Pengambilan contoh uji udara memerlukan teknik dan peralatan tertentu. Teknik
pengumpulan terbagi menjadi dua kategori dikarenakan sifat fisik parameternya,
yaitu teknik pengumpulan gas dan partikulat dari udara ambient sebagai
berikut:

9 dari 22
1. Teknik Pengambilan Sampel Gas di Udara Ambien
a. Teknik absorpsi
Peralatan sampling umum yang menggunakan teknik absorpsi:
 Bubblers dan impinger:
Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999 dan Kepmen 50 tahun
1996 adalah :
 Sulfur Dioksida (SO2)
 Nitrogen Dioksida (NO2)
 Oksidan (Ox)
Adapun parameter yang diukur sesuai Kepmen 50 tahun 1996 adalah:
 Amoniak (NH3)
 Hidrogen sulfida (H2S)
 Solid absorption:
Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999 adalah indeks sulfat.;
 Filter Sampling:
Parameter yang diukur menggunakan metoda Pasif Martin Ferm :
SO2, NO2 dan Ox;

Gambar 6. Pengambilan contoh uji gas menggunakan impinger

Keterangan gambar:
A= botol penyerap (midget impinger)
B = flow meter
C = kran pengatur
D = pompa
E = gas meter tipe kering dengan rentang 1L/putaran

b. Teknik adsorpsi
Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999 adalah Hidrokarbon;

c. Teknik pendinginan
Parameter yang diukur sesuai Kepmen 50 tahun 1998 adalah Hidrogen Sulfida,
Metil Merkaptan, Metil Sulfida, Dimetil Sulfida dan Stiren;

10 dari 22
Gambar 7. Pengambilan contoh uji gas menggunakan system
pendinginan

d. Pengumpulan dengan kantong udara


Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999 adalah Hidrokarbon dan karbonmonoksida.

Gambar 8. Pengumpulan contoh uji udara menggunakan kantung


udara

Keterangan Gambar :
A = aliran udara masuk E = pompa vakum
B = kotak hampa udara (vakum) F = kran buka tutup tedlar bag
C = ruang vakum G = kran pengatur vakum
D = tedlar bag H = kran pengatur laju alir

2. TEKNIK SAMPLING PARTIKULAT DARI UDARA AMBIEN Pengumpulan partikulat atau


aerosol di udara yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Settlement
Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999 adalah Debu Jatuh;

b. Filtration
Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999 adalah TSP, untuk PM10
dan PM2.5 diperlukan alat dengan modifikasi terhadap inlet dan
kapasitas pompa vakum;

11 dari 22
Gambar 9. High Volume Air Sampler

c. Impingement collector
Umumnya metoda ini digunakan untuk mengidentifikasi sumber
pencemar partikulat dalam suatu kawasan;

d. Particulate matter analyzer


umumnya menggunakan metode gravimetri, pendaran cahaya atau
kemampuan partikel dalam menahan cahaya.

D. Teknik Pengambilan Sampel Udara Emisi


1. Pengambilan Sampel partikulat (debu) dalam emisi gas buang sumber tidak
bergerak
Untuk mendapatkan hasil pengukuran partikulat yang representatif maka
pengambilan contoh udara harus dilakukan dalam keadaan isokinetik.
Isokinetik adalah suatu kondisi kecepatan aliran udara dalam saluran
pengambil contoh sama dengan kecepatan aliran gas pada titik
pengaambilaan contoh uji dalam cerobong.

Jika sampling tidak dilakukan dalam kondisi isokinetik, maka akan terjadi
kesalahan-kesalahan sebagai berikut :
 Volume udara sampling tidak sebanding dengan luas penampang, yang akan
menyebabkan konsentrasi partikulat yang terkumpul dalam alat sampling tidak
sama dengan konsentrasi partikulat dalam cerobong
 Partikel dengan diameter 3 – 5 mikron akan mengalami penyimpangan dari
aliran gas pembawanya. Dengan demikian distribusi partikel dalam sampling
probe tidak sama dengan distribusi partikel dalam cerobong.

Jika kecepatan aliran gas dalam saluran pengambil contoh uji (nozzle) lebih
besar dari kecepatan aliran gas dalam cerobong, maka konsentrasi partikulat
yang terukur akan lebih kecil dari konsentrasi partikulat yang sebenarnya.
Sebaliknya, jika kecepatan aliran gas dalam saluran pengambil contoh uji
(nozzle) lebih kecil dari kecepatan aliran gas dalam cerobong, maka
konsentrasi partikulat yang terukur akan lebih besar dari konsentrasi
partikulat yang sebenarnya.

12 dari 22
Gambar 10. Penentuan titik lintas minimum pengambilan sampel debu
(method 1 USEPA)

2. Pengambilan sampel gas dalam emisi gas buang sumber tidak bergerak Pada
dasarnya sampling gas dalam cerobong lebih mudah dibandingkan dengan sampling
partikulat, karena kecepatan aliran gas dalam probe
sampling tidak harus sama dengan kecepatan aliran gas dalam cerobong, dengan
kata lain tidak perlu isokinetik.

Konsentrasi gas untuk setiap titik lintasan pengukuran pada umumnya sama,
dengan demikian sampling gas cukup representatif pada satu titik lintasan
pengukuran. Walaupun demikian perlu diperhatikan mengenai gangguan
yang mungkin timbul dalam sampling gas sehingga mutu hasil samping
dapat dikendalikan dan terjamin absah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan :


a. Partikulat dapat bereaksi dengan gas yang akan diukur dan juga dapat
menutupi pipa pengambilan gas, sehingga proses sampling dapat terganggu.
Untuk menghilangkan gangguan partikulat, maka ketika sampling harus
menggunakan filter.
b. Gas buang dapat terkondensasi dalam saluran sampling sehingga gas yang
diukur dapat terlarut dalam air akibatnya terjadi kelarutan gas. Untuk
menghindari gangguan ini, maka perlu dilakukan pemanasan pada aliran gas.
c. Saluran sampling dan sistem pengumpulan gas harus terbuat dari bahan yang
inert, yang tidak bereaksi dengan gas yang akan diukur.
d. Teknik pengumpulan gas, seperti absorpsi dengan pereaksi kimia, harus
diketahui efisiensi pengumpulannya.
e. Metode analitik pengukuran yang digunakan haruis spesifik, akurat, sensitif dan
bebas dari senyawa-senyawa pengganggu.

13 dari 22
Teknik sampling gas yang digunakan dapat berupa :
a. Absorpsi dengan cairan kimia yang spesifik. Gas buang dari cerobong dihisap
dengan laju aliran tertentu, kemudian dilewatkan ke dalam impinger yang
berisi cairan kimia yang spesifik, sehingga gas pencemar yang akan diukur larut
dalam larutan penyerap.
b. Adsorpsi pada permukaan padat adsorbent. Teknik ini biasanya digunakan
untuk pengukuran gas organik.l
c. Teknik pendinginan dilakukan dengan cara melewatkan sejumlah gas buang
dalam suatu rangkaian trap pendingin, sehingga uap gas yang akan diukur
menjadi cair.
d. Teknik mengumpulkan sejumlah gas buang dalam suatu kantung atau tabung
sampel.

Pada umumnya susunan rangkaian peralatan sampling gas terdiri dari filter,
probe, pengumpul gas, gas meter, pengatur laju alir dan pompa.

Ada 3 macam pengambilan contoh gas dengan menggunakan larutan


penyerap yang popular dilakukan, seperti terlihat pada gambar 3 dan 4
berikut ini.

a. Metoda sampling dengan Bubbler


Rangkaian peralatan seperti pada gambar 11 digunakan untuk
pengambilan contoh gas dalam jumlah besar 10 - 20 liter.

b. Metode labu vakum


Contoh gas diambil kedalam labu yang telah diisi larutan penyerap den
telah divakumkan.

c. Pengambilan contoh dengan wadah (container)


Kontainer/wadah ini dipakai untuk membawa gas yang telah diambil
dari cerobong asap ke laboratorium sesudah pengambilan contoh
dilapangan.

3. Continuous Emission Monitoring (CEM)


Continuous Emission Monitoring (CEM) adalah pengukuran emisi secara
langsung dari cerobong menggunakan alat otomatis yang yang dilakukan
pada periode waktu yang lama secara terus menerus (minimal 24 jam,
umumnya lebih dari seminggu). Dengan cara ini bisa dilihat kecenderungan
emisi yang dihasilkan juga bisa dilihat efektivitas alat pengendali emisi yang
digunakan dan sebagai evaluasi laju produksi dari suatu proses yang
dilakukan.

Persyaratan pemasangan CEM meliputi :


a. mendeteksi minimal semua parameter yang adaa didalam baku mutu emisi yang
ditetapkan sesuai dengan jenis industrinya.
b. Mendeteksi laju alir volume emisi yang dikeluarkan
c. berada pada lokasi yang relatif memudahkan dalam pemeriksaan kualitas udara
emisi, mudah terlihat
d. berada pada lokasi yang relatif kuat untuk menjaga keamanan petugas
pemeriksa atau alat CEM.

14 dari 22
E. Penanganan Sampel
Sampel merupakan bukti fisik dan harus dapat mendukung proses pengambilan
kebijakan, oleh sebab itu diperlukan rekaman data dan rangkaian pengamanan
sampel, untuk menjamin ketertelusuran sampel, mulai dari pengambilan sampai
dengan sampel dianalisis.
1. Rekaman Pengambilan Sampel
Pada setiap pengambilan sampel udara , kondisi meteorologis dan kondisi
lapangan selalu dicatat dalam ”Rekaman Data Pengambilan Sampel”, karena
faktor ini akan mempengaruhi parameter yang akan diukur.

Pada umumnya pengujian parameter gas di udara ambien dan emisi


sumber tidak bergerak dilakukan di lapangan sesegera mungkin. Oleh
sebab itu penanganan sampel dilakukan juga terhadap data sementara
hasil sampling. Data-data yang diperoleh diperlakukan sebagai d a ta
“confidential”. Begitu pula jika sampling dilakukan menggunakan alat gas
analyzer dimana data hasil pengujian langsung didapat.

Pengamatan lapangan selama pengambilan sampel sangat penting


dilakukan, karena dapat membantu dalam interpretasi data. Hasil
pengamatan lapangan saat pengambilan sampel perlu dicatat atau direkam
sebelum meninggalkan lokasi pengambilan sampel termasuk bila ada
kejadian luar biasa pada saat pengambilan sampel. Pengamatan lapangan
tersebut perlu dilengkapi dengan foto dan sketsa lokasi pengambilan sampel
yang menggambarkan titik pengambilan sampel yang diambil serta
informasi yang ada seperti sumber pencemar dsb.
Rekaman pengambilan sampel udara minimal harus mencakup :
 Jenis fasilitas yang diukur atau lokasi
 Nama, kode atau nomor cerobong
 kapasitas produksi
 bahan bakar
 bahan baku
 spesifikasi cerobong (ketinggian cerobong, diameter, posisi lubang
sampling)
 tanggal pengambilan sampel
 Waktu (jam) pengambilan sampel
 tanggal analisa sampel
 kecepatan alir
 hasil analisa : parameter, satuan, metode, baku mutu
 kecepatan alir
 kadar oksigen
 beban atau debit emisi

15 dari 22
Berikut ini adalah contoh Rekaman Data Pengambilan Sampel Udara :

REKAMAN DATA PENGAMBILAN SAMPEL UDARA EMISI


No./Kode Sampel :

Jenis Fasilitas :

Petugas Pengambil sampel :

Metode Pengukuran :

Tanggal Pengukuran :

Tanggal Selesai :

Kode titik pengukuran


Kode contoh uji
Waktu pengambilan contoh
Lama pengambilan contoh 0B Menit
Pembacaan gas meter awal L
Pembacaan gas meter akhir L
Volume gas yang dihisap (V=20L) L
Kecepatan alir awal L/menit
Kecepatan alir akhir L/menit
Kecepatan alir rata-rata L/menit
Temperatur gas meter (t) C
Tekanan uap air jenuh (Pv) mmHg
Tekanan gas meter terbaca mm
Tekanan gas meter sebenarnya (Pm) mmHg
Tekanan atmospheris (Pa) mmHg
Volume udara kering (Vs) L

Jumlah contoh uji gas yang terambil dihitung pada kondisi normal (25C, 760 mmHg) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Vs = Jumlah contoh uji gas yang terambil dalam kondisi normal, (L) V =
Volume dari pembacaan gas meter, (L)

Pa = Tekanan udara atmosfer, (mmHg)

Pm = Tekanan gauge dibaca pada gas meter, (mmHg)

Pv = Tekanan uap air jenuh pada temperatur t C, (mmHg) t


= Temperatur gas dibaca pada gas meter, (C)

.............., ...............................

Petugas pengambil sampel

16 dari 22
(.............................................)

17 dari 22
REKAMAN DATA PENGAMBILAN SAMPEL UDARA AMBIEN

No./Kode Sampel :

Petugas Pengambil sampel :

Nama Kegiatan :

Metode Pengukuran :

Tanggal Pengukuran :

Tanggal Selesai :

Volume
Volume (L) Laju Alir
No Lokasi Sampling Waktu Udara
(L/menit)
Awal Akhir (M3)

DATA METEOROLOGIS
1B

Temperatur (C) rata-rata 24 jam :


Kelembaban (%) rata-rata 24 jam :
Tekanan barometric (kPa) :
Arah angin (Dominan) :
Kecepatan angin (m/detik) :

Tuliskan kendala di lapangan :

Lampirkan Peta Titik sampling dan cantumkan arah utara :

.............., ...............................

Petugas pengambil sampel

(.............................................)

18 dari 22
2. Rangkaian Pengamanan Sampel (Chain of Custody)
Rangkaian pengamanan sampel dituangkan dalam “Formulir Rangkaian
Pengamanan Sampel”. Formulir berisi informasi kondisi pengambilan
sampel, dan diisi oleh petugas pengambil sampel dan dilengkapi oleh
petugas penerima sampel.
Secara umum pengamanan sampel dilakukan dengan cara:
a. Identifikasi / pengkodean sampel
b. Pengemasan sampel
c. Penyegelan wadah sampel
d. Pencegahan kontaminasi selama transportasi ke laboratorium
e. Penyimpanan sampel di laboratorium
f. Abnormalitas/ hal-hal yang menyimpang dari prosedur yang ditetapkan perlu
dicatat

Laboratorium penguji yang dipilih untuk menganalisis sampel yang telah


diambil sedapat mungkin adalah laboratorium kompeten yang terdekat
dengan lokasi pengambilan sampel, yaitu laboratorium yang terakreditasi
atau telah menerapkan jaminan mutu dan pengendalian mutu sesuai SNI
ISO/IEC 17025:2008 untuk parameter yang dimaksud, dengan menyerahkan
rekaman rangkaian pengamanan sampel yang dilakukan. Bila
memungkinkan, dapat juga menggunakan jasa pelayanan pengiriman
sehingga sampel dapat diterima di laboratorium sebelum melebihi batas
penyimpanan maksimum.

Pengiriman sample harus disertai dengan Rangkaian Pengamanan Sampel


(Chain Of Custody) dan Berita Acara Penyerahan Sampel. Pada umumnya
Rangkaian Pengamanan Sampel berisi informasi sbb.:
a. Jumlah sampel yang dikirim
b. Tanggal dan waktu pengambilan masing-masing sampel
c. Nama pelanggan dan alamatnya
d. Deskripsi matrik sampel
e. Parameter yang akan diuji
f. Metode analisis yang dibutuhkan tiap sampel
g. Pengawet yang digunakan bila ada
h. Jumlah wadah masing-masing sampel
i. Waktu dan tanggal penerimaan
j. Tandatangan orang yang membawa dan menerima sampel.

Rangkaian Pengamanan Sampel juga mengandung bagian untuk


memberikan komentar terhadap masing-masing sampel, sebagai contoh
kondisi sampel pada saat diterima, temperatur dalam penyimpan sampel,
atau catatan tambahan termasuk abnormalitas sampel pada saat sampel
sampai ke laboratorium

Berikut ini adalah contoh dari Chain of Custody :

19 dari 22
RANGKAIAN PENGAMANAN SAMPEL (Chain of Custody)

No. /Kode Batas maks. Metode


No. kode Lab Uraian sampel Wadah Volume Tipe sampel Pengawetan Parameter
Sampel waktu simpan Analisis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Catatan : abnormalitas atau penyimpangan dari kondisi normal, jika ada

Diserahkan oleh : Tanda Tangan Yang Menyerahkan Sampel:


Tanggal : Jam :

Diterima oleh : Tanda Tangan Penerima Sampel:


Tanggal : Jam :

17 dari 22
JAMINAN MUTU DAN PENGENDALIAN MUTU
PENGAMBILAN SAMPEL UDARA

A. Jaminan Mutu
Jaminan mutu merupakan bagian penting dalam menghasilkan data lapangan
yang dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan hukum. Komponen-
komponen jaminan mutu terdiri dari :
1. Personil yang terlibat dalam pengambilan sampel harus merupakan bagian dari
organisasi yang legal dan bebas dari pengaruh dan tekanan apapun.
2. Personil pengambil sampel memenuhi kualifikasi pendidikan yang tepat, pelatihan
yang memadai, pengalaman yang sesuai dan ketrampilan yang bisa ditunjukkan.
3. Dokumentasi pengambilan sampel harus baik dan benar mulai dari perencanaan,
pengambilan sampel, pelabelan, transportasi, penerimaan, penanganan,
perlindungan dan penyimpanan.
4. Pemeliharaan rekaman kalibrasi peralatan yang digunakan untuk pengukuran
parameter di lapangan.

B. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu di lapangan merupakan bagian yang sangat penting dari
suatu program jaminan mutu dilapangan (Field quality assurance). Disamping itu
perlu dilakukan kontrol mutu pada pengambilan contoh yang bertujuan untuk
memperoleh contoh representatip dan kontrol kontaminasi seperti penggunaan
blangko dan sampel duplikat.

Pada umumnya, pengendalian mutu sampel udara di lapangan meliputi hal


berikut:

1. Uji Blanko lapangan dan laboratorium


2. Uji Presisi

a) Blanko Laboratorium
Untuk mengetahui kontaminasi, baik terhadap pereaksi yang digunakan
maupun terhadap tahap-tahap selama penentuan, digunakan larutan
penyerap sebagai sampel yang disimpan di laboratorium dan
dikerjakan sesuai dengan penentuan sampel.

b) Uji Blanko Perjalanan


Untuk mengetahui kontaminasi selama perjalanan bila analisa tidak
langsung dilakukan di lapangan. Blanko yang digunakan adalah larutan
penyerap yang diperlakukan sebagai sampel yang dibawa serta ke
lapangan dan dibawa kembali ke laboratorium serta diuji sesuai prosedur
pengujian sampel.

18 dari 22
c) Uji Blanko Lapangan
Untuk mengetahui kontaminasi selama di lapangan bila analisa tidak
langsung dilakukan di lapangan. Seperti halnya blanko perjalanan, blanko
yang digunakan sebagai blako lapangan adalah larutan penyerap yang
dibawa ke lapangan dan dibiarkan dala wadah terbuka selama pengambilan
sampel dan ditutup kembali setelah pengambilan sampel selesai. Blanko ini
diperlakukan sama dengan sampel, kemudian dibawa ke laboratorium serta
diuji sesuai prosedur pengujian sampel

19 dari 22
DAFTAR PUSTAKA

Annual BookofASTM Standards, 1997. AtmosphericAnalysis, Volume 11.03

Japan Industrial Standard Handbook. 1995. Japanese Standards


Association

Japan Industrial Standard Handbook, 2002. Japan Standard Association

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP


13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-


129/MENLH/2003 tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan atau Kegiatan
Minyak dan Gas Bumi

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: KEP-


03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya Beracun (B3)

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-


205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran
Udara Sumber Tidak Bergerak

Methods of Air Sampling and Analysis, third Edition. James Lodge (ed) 1988

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang


Pengendalian Pencemaran Udara

Stern, Arthur C. 1993. Air Pollution, vol. III. Academic Press Inc., San Diego

Stern, Arthur C. 1993. Air Pollution, vol.VI I. Academic Press Inc., San Diego Williamson,
S.J. 1973. Fundamentals of Air Pollution. Addison- Wesley Publishing Corporation Colls,
Jeremy. 1997, Air Pollution An Introduction, E&FN SPON, London

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-


205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran
Udara Sumber Tidak Bergerak

Anonim, 1994. Air Quality Monitoring Manual, Environmental Management Bureau,


Department of Environment & Natural Resources

Soedomo, M. 1999. Pencemaran Udara. Penerbit ITB, Bandung.

20 dari 22
LAMPIRAN 1

BEBERAPA PERALATAN PENGAMBIL SAMPEL UDARA

Rangkaian peralatan pengambil contoh gas udara ambien


(impinger)

Pengukur Aerosol di Udara

21 dari 22
Rangkaian peralatan pengambil contoh uji debu menggunakan Metode 5 USEPA

Automatic Gas Analyzer

High Volume Air Sampler

22 dari 22
3. Metode dan analisis lapangan dan laboratorium kualitas udara mahasiswa diharapkan dapat :

a. Menjelaskan Alat dan metode yang digunakan untuk pengukuran parameter kualitas udara dilapangan

Jawaban :

Menentukan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Kualitas Udara

: 1. Daerah yang mempunyai konsentrasi tinggi pencemaran.

2. Daerah padat penduduk.

3. Daerah yang diperkirakan menerima paparan pencemaran emisi cerobong industry.

4. Daerah proyeksi untuk mengetahui dampak pembangunan.

5. Daerah sekitar lokasi penelitian yang diperuntukkan bagi kawasan studi.

Beberapa acuan dalam menentukan titik pengambilan sampel adalah:

1. Hindari daerah yang dekat dengan gedung, banguanan dan pohon yang dapat mengabsorsi atau
pencemaran udara ke bangunan tersebut.

2. Hindari daerah pengganggu kimia yang dapat mempengaruhi polutan yang akan diukur misalnya kendaraan
bermotor.

3. Hindari daerah pengganggu fisika yang dapat menganggu hasil pengukuran, misalnya pengujian tidak
diperkenankan didekat incinerator.

Titik pengambilan sampel :

1. Corong penangkap udara harus berjarak > 20 m dari pohon besar atau dua kali selisih tinggi corong/ udara
masuk dengan tinggi bangunan.

2. Harus jauh dari indicator & sumber pembakaran lainnya. Harus berjarak > 10 m dari perempatan jalan dan
2-10 m dari tepi jalan raya ( khusus untuk parameter CO

Waktu pengambilan sampel

1. Pengambilan sampel partikulat dalam cerobong gas buang dilakukan pada saat produksi dalam keadaan
stabil atau tidak fluktutatif.

2. Parameter SO2, NO2, dan CO Untuk mendapatkan data/nilai harian (24 jam) dilakukan perata-rataan.

Interval waktu pengukuran adalah :

• Interval waktu 06.00 – 10.00 (pagi)

• Interval waktu 10.00 – 14.00 (siang)

• Interval waktu 14.00 – 18.00 (sore)

• iInterval waktu 18.00 – 22.00 (malam)

b. Menjelaskan metode analisis (pengukuran) laboratorium parameter kualitas udara (C0, Nox, Sox, H2S
dan senyawa lainnya)

Jawaban :

23 dari 22
Pada tahun 2020, KLHK telah mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
nomor 14 tahun 2020 tentang Indeks Standar Pencemar Udara yang merupakan pengganti
dari Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 45 tahun 1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan serta
Informasi Indeks Standar Pencemar Udara. Pada peraturan pengganti ini, tercantum bahwa perhitungan ISPU
dilakukan pada 7 (tujuh) parameter yakni PM 10, PM2.5, NO2, SO2, CO, O3, dan HC. Terdapat penambahan 2 (dua)
parameter yakni HC dan PM2.5 dari peraturan sebelumnya. Penambahan parameter tersebut
didasari pada besarnya resiko HC dan PM2.5 terhadap kesehatan manusia.

Selain penambahan paramater, terdapat peningkatan frekuensi  penyampaian informasi ISPU kepada


publik. Hasil perhitungan ISPU parameter PM2.5 disampaikan kepada publik tiap jam selama 24 jam. Sedangkan
hasil perhitungan ISPU parameter PM 10, NO2, SO2, CO, O3, dan HC disampaikan kepada publik paling sedikit 2
(dua) kali dalam 1 (satu) hari pada pukul 09.00 dan 15.00. Tabel konversi nilai konsentrasi parameter ISPU dan
cara perhitungan sebagai berikut:

Tabel  Konversi Nilai Konsentrasi

Perhitungan ISPU dilakukan berdasarkan nilai ISPU batas atas, ISPU batas bawah, ambien batas atas, ambien
batas bawah, dan konsentrasi ambien hasil pengukuran. Persamaan matematika perhitungan ISPU sebagai
berikut:
       

24 dari 22
Dimana,

I = ISPU terhitung

Ia = ISPU batas atas

Ib = ISPU batas bawah

Xa = Konsentrasi ambien batas atas (µg/m3)

Xb = Konsentrasi ambien batas bawah (µg/m3)

Xx = Konsentrasi ambien nyata hasil pengukuran (µg/m 3)

c. Menjelaskan menganalisa data kualitas udara yang diperoleh dari pengamatan labor

Jawaban :

Indeks Standar Pencemar Udara yang dilaporkan ke media massa (display, koran harian setempat
/televisi stasiun setempat) adalah Indeks Standar Pencemar Udara yang paling tinggi. Berikut kami
tampilkan tabel nya

Tabel Kategori Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

25 dari 22

Anda mungkin juga menyukai