Anda di halaman 1dari 2

NAMA : RINI RAHAYU

NIM : 21012016

MATA KULIAH : EKONOMI KESEHATAN

SEMESTER : 1 (B NON REG)

1. menyoroti kenaikan BPJS kesehatan yang tertuang dalam Perpres 64/2020. besaran nominal kenaikan
BPJS kesehatan yang tertuang dalam Perpres tersebut.

“Disebutkan pula, iuran untuk bulan Januari, Februari, dan Maret tahun 2020 yakni Rp 42 ribu untuk
Kelas III, Rp 110 ribu untuk Kelas II dan Rp 160 ribu untuk Kelas I. Adapun untuk bulan April, Mei, dan
Juni tahun 2020 ditetapkan Rp 25.500, untuk Kelas III, Rp 51 ribu, untuk Kelas II dan Rp 80 ribu untuk
Kelas I. pada periode bulan April, Mei, dan Juni tahun 2020 persis sama dengan besaran iuran menurut
Perpres 82/2008. Namun, pada bulan sebelumnya (Januari, Februari, dan Maret) justru mengalami
kenaikan. Begitu pun untuk tahun 2021 dan tahun berikutnya, tetap saja melebihi iuran sebelumnya
(Perpres 82/2008).

Pertanyaan nya :

a. Apakah dengan kenaikan iuran BPJS merupakan bentuk dari liberalisasi ekonomi menjadikan
kesehatan sebagai komoditas ekonomi, sehingga merugikan masyarakat sebagai konsumen jasa
pelayanan kesehatan, berikan tanggapan saudara ?

b. apakah benar paradigma pelayanan kesehatan yang semula berorientasi kepada sosial-kemanusiaan
kini menjadi komersil, sehingga pelayanan kesehatan merupakan bagian komoditi dari perdagangan
bebas, beri kan tanggapan saudara ?

2. Pelayanan kesehatan termasuk dalam hak azasi warga negara Indonesia. Perlindungannya berada
dalam lingkup Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1), (2), dan, (3) dan Pasal 34 ayat (1), 2), dan
(3). Dalam Pasal 34 ayat (3) disebutkan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Namun pada prakteknya masih terdapat
empat masalah utama pelayanan kesehatan di Indonesia. Masalah pertama adalah accessibility dimana
semua fasilitas yang baik dan tenaga ahli-ahli masih terpusat di kota-kota besar, sehingga belum
terjangkau oleh masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. Kedua, masalah capability yaitu tenaga-
tenaga dokter umum mungkin banyak, tetapi tidak dengan dokter-dokter spesialis. Ketiga, capacity
dimana ketersediaan alat-alat medis dengan terobosan inovatif yang terbatas. Keempat, masalah
affordability mengenai keterjangkauan biaya kesehatan.

Coba saudara cerita kan bagaimana pelayanan kesehatan dimana tempat saudara berdomisili baik itu di
pelayanan kesehatan dasar puskesmas maupun di rumah sakit menyangkut 4 permasalahan kesehatan
di atas ?
JAWABAN :

1. a. kenaikan iuran ini juga seharusnya meningkatkan pelayanan tersebut sehingga masyarakat tidak
semakin kecewa dengan kenaikan ini. pola pelayanan BPJS Kesehatan juga dianggap cenderung
menyulitkan masyarakat. Sehingga, masyarakat harus berkali-kali mendatangi layanan kesehatan seperti
klinik atau rumah sakit untuk mendapatkan tindakan medis serupa. Hal ini dianggap merupakan salah
satu penyebab membengkaknya tagihan BPJS Kesehatan. kenaikan iuran BPJS Kesehatan ini akan
memberatkan masyarakat. Dia mengkhawatirkan kenaikan ini menyebabkan masyarakat semakin
enggan menjadi peserta BPJS Kesehatan.

b. hal ini tak luput dari buah hasil kreatifitas pemilik uang untuk berlomba-lomba membangun rumah
sakit. Direksinya mendapat mandat agar memikirkan bagaimana meraih laba dengan cepat.
memfokuskan pada cara bagaimana memasarkan dan menjual rumah sakit. Namun memang
demikianlah tujuan dari sebuah badan usaha yang mencari profit sebanyak mungkin untuk proses
dividen termasuk diantaranya guna menutupi biaya operasional harian rumah sakit tersebut. Situasi ini
semakin diperparah disaat salah satu aspek sistem penunjang praktisi kesehatan yang vital yakni, obat-
obatan yang dijalankan oleh pihak farmasi, menjalankan perannya sebagai kapitalis yang dipicu oleh
kompetisi ekonomi. Disaat pengetahuan khusus tentang bagaimana meracik obat yang sesuai dan
mampu membasmi penyakit tidak hanya telah menjadi bidang pengetahuan yang berguna, namun juga
menguntungkan. Ironis memang melihat pergeseran stigma tersebut tumbuh di tengah masyarakat
Indonesia yang tengah dicekik oleh situasi kesulitan ekonomi yang berkepanjangan. Kalau sudah begini,
rakyat miskin jualah yang menjadi korban situasi.

2. Puskesmas sebagai pemberi pelayanan primer yang menjadi andalan utama pelayanan bagi
masyarakat, belum mampu memberikan pelayanan bagi daerah terpencil perbatasan dan
kepulauan.Wilayah kerja puskesmas cukup luas, secara geografi sebagian sulit dijangkau, jumlah
penduduk sedikit,tersebar dalam kelompok-kelompok kecil yang saling berjauhan. Sarana transportasi
sangat terbatas dengan biaya mahal baik darat, sungai, laut .

puskesmas di daerah saya dipengaruh oleh akses pelayanan yang tidak hanya disebabkan masalah jarak,
tetapi terdapat dua faktor penentu(determinan) yaitu determinan penyediaan yangmerupakan faktor-
faktor pelayanan, dan determinanpermintaan yang merupakan faktor-faktor pengguna(Timyan Judith,
et al, 1997). Determinan penyediaan terdiri atas organisasi pelayanan dan infrastrukturfisik, tempat
pelayanan, ketersediaan, pemanfaatandan distribusi petugas, biaya pelayanan serta mutupelayanan.
Sedangkan determinan permintaan yangmerupakan faktor pengguna meliputi rendahnyapendidikan dan
kondisi sosial budaya masyarakatserta tingkat pendapatan masyarakat yang rendahatau miskin. Kendala
yang ada adalah jarak tempat tinggal pengguna dari tempat pelayanan,kekurangan alat-alat dan
persediaan di tempat pelayanan, kekurangan dana untuk biaya transportasi,dan kekurangan dana untuk
biaya pengobatan. Selainfaktor sarana dan prasarana transportasi.

Anda mungkin juga menyukai