Anda di halaman 1dari 27

TUGAS I

TL4122 PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA

PROSEDUR PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN PARAMETER PM10 DAN


NOx

Dosen Pengampu: Drs. Moh. Irsyad, M.Si

Disusun oleh:

Putri Rahmayanti Prihadi

15319037

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2022
I. Pendahuluan

Polusi udara adalah adanya kontaminan atau polutan di udara yang dapat mengganggu
kesehatan manusia atau menimbulkan dampak berbahaya terhadap lingkungan (US EPA,
1997). Polusi udara menjadi masalah besar, baik di negara maju maupun berkembang. Hal
tersebut dikarenakan semakin meningkatnya populasi manusia dan kebutuhan akan energi,
menghasilkan emisi polutan udara yang berbahaya. Polutan utama yang bertanggung jawab
terhadap penurunan kualitas udara di antaranya adalah NOx, SO2, CO, PM, VOCs, dan O3
(Saxena & Naik, 2019). Untuk menentukan besaran konsentrasi polutan tersebut, maka perlu
dilakukan pemantauan kualitas udara dengan prosedur yang telah ditetapkan. Pada dasarnya,
pemantauan kualitas udara dimaksudkan untuk mendapatkan massa polutan dalam satuan
volume udara. Sedangkan, prosedur pemantauan kualitas udara sudah ditetapkan oleh berbagai
organisasi besar dunia, seperti United States Environmental Protection Agency (US EPA), The
American Society for Testing and Materials (ASTM), European Union, International
Organization for Standardization dan pemerintah dari setiap negara (Wight, 1994).

Dari berbagai jenis polutan tersebut, salah satu polutan yang menjadi perhatian oleh
masyarakat karena sifat bahayanya terhadap kesehatan manusia adalah PM10 dan nitrogen
oksida (NOx). PM atau particulate matter adalah campuran partikel padat dan cair di udara.
Beberapa partikel, seperti debu (dust), kotoran (dirt), jelaga (soot), atau asap, memiliki ukuran
yang besar atau cukup gelap untuk dilihat dengan mata telanjang. Sedangkan, partikel lain
cenderung sangat kecil, sehingga hanya dapat dideteksi menggunakan mikroskop elektron (US
EPA, 2022). Pada dasarnya PM dibagi menjadi dua, yaitu PM10 dan PM2,5. PM10 adalah
partikel yang dapat terinhalasi dengan diameter berukuran <10 μm. Sedangkan, PM2,5 adalah
partikel halus yang dapat terinhalasi dengan diameter berukuran <2,5 μm. PM dapat dihasilkan
langsung dari sumbernya, seperti lokasi konstruksi, jalan tak beraspal, ladang, industri, atau
peristiwa kebakaran. Namun, juga dapat terbentuk di atmosfer sebagai akibat dari reaksi
kompleks bahan kimia seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida, yang merupakan polutan
yang dipancarkan dari pembangkit listrik, industri, dan mobil (US EPA, 2022).

Efek kesehatan dari paparan PM10 dalam waktu singkat dapat mempengaruhi reaksi radang
paru- paru, ISPA (infeksi saluran pernapasan atas), gangguan pada sistem kardiovaskuler,

2
meningkatnya perawatan gawat darurat, peningkatan penggunaan obat, bahkan kematian.
Sementara dampak jangka panjang PM10 dapat meningkatkan gejala gangguan saluran
pernapasan bawah, eksaserbasi asma, penurunan fungsi paru pada anak-anak, peningkatan
obstruktif paru-paru kronis, penurunan fungsi paru-paru pada orang dewasa, penurunan rata-
rata tingkat harapan hidup terutama kematian yang diakibatkan oleh penyakit cardiopulmonary
dan probabilitas kejadian kanker paru-paru (Nurjanah, 2014). Berdasarkan Lampiran VII
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, ditetapkan baku mutu udara ambien untuk PM10
sebesar 75 μg/m3 untuk waktu pengukuran 24 jam dan 40 μg/m3 untuk waktu pengukuran 1
tahun.

Sedangkan, NOx adalah oksida nitrogen yang digunakan untuk menyatakan berbagai senyawa
nitrogen oksida yang terdapat di atmosfer, seperti NO2, NO, N2O, dan lain-lain. Namun,
pengertian NOx hanya digunakan untuk menyatakan senyawa NO2 dan NO saja, karena
senyawa tersebut merupakan senyawa yang paling banyak ditemukan di atmosfer (US EPA,
2022). NOx di udara biasanya dihasilkan dari aktivitas pembakaran, seperti industri atau
kendaraan bermotor. Apabila NOx terhirup, maka dapat menimbulkan berbagai dampak
kesehatan, seperti iritasi saluran pernapasan, asma, dan infeksi saluran pernapasan (US EPA,
2022). Selain itu, NOx juga dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan, seperti hujan
asam, mengurangi visibilitas, dan pencemaran di perairan (US EPA, 2022). Berdasarkan
Lampiran VII Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, ditetapkan baku mutu udara
ambien untuk NOx dalam bentuk NO2 sebesar 200 μg/m3 untuk waktu pengukuran 1 jam, 65
μg/m3 untuk waktu pengukuran 24 jam, dan 50 μg/m3 untuk pengukuran 1 tahun.

II. Prosedur Pemantauan Kualitas Udara Parameter PM10

Pemantauan kualitas udara parameter PM10 dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah
satunya adalah dengan High Volume Sampler. High Volume Sampler adalah perangkat untuk
mengambil sampel udara di atmosfer dalam volume besar untuk dikumpulkan partikel yang
tertahan pada filter. HVS terdiri dari filter untuk mengumpulkan partikel, flowmeter untuk
mengukur laju aliran, dan blower untuk menghisap udara. Metode ini menyediakan cara
pengukuran konsentrasi partikulat dengan diameter aerodinamis kurang dari atau sama dengan
nominal 10 mikrometer (PM10) di udara ambien selama periode 24 jam. Proses pengukuran
tidak merusak, dan sampel PM10 dapat dianalisis secara fisik atau kimia. Prinsip dari metode

3
ini adalah sebuah sampler udara menarik udara ambien pada laju aliran konstan ke dalam inlet
berbentuk khusus di mana partikel tersuspensi secara inersia dipisahkan menjadi satu atau lebih
fraksi ukuran dalam kisaran ukuran PM10. Setiap fraksi ukuran dalam kisaran ukuran PM10
kemudian dikumpulkan pada filter terpisah selama periode pengambilan sampel yang
ditentukan. Berdasarkan (United States Environmental Protection Agency, 1999), ditetapkan
prosedur pemantauan PM10 dengan High Volume Sampler sebagai berikut

II.1 Persyaratan Penempatan Sampler

Tabel 1 Persyaratan Penempatan Sampler

(Sumber: US EPA, 1999)

Faktor tambahan yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi sampler adalah
aksesibilitas dalam segala cuaca dan kondisi, ketersediaan listrik yang memadai, keamanan
personel, dan peralatan pemantau. Sampler harus ditempatkan di tempat yang dapat dijangkau
oleh operator dengan aman meskipun kondisi cuaca buruk. Selain itu, sampler harus
ditempakan di lokasi yang mudah diakses, karena pada saat operasi rutin (kalibrasi,

4
pemasangan dan pemulihan filter, pemeriksaan aliran, dan audit) akan melibatkan
pengangkutan peralatan ke dan dari lokasi pemantauan.

Lalu, daya listrik yang tersedia harus memadai tersedia. Dengan demikian, perlu melihat
instruksi manual pabrikan yang berisi persyaratan tegangan dan daya minimum sampler.
Kurangnya sumber daya yang stabil dapat mengakibatkan kerugian banyak sampel karena
gangguan listrik. Kemudian, keamanan unit sampler harus dijaga dengan cara bagian atap yang
terkunci dan lokasi di permukaan tanah disertai pagar.

II.2 Peralatan Sampler

1. PM10 Sampler

Sampler harus dirancang untuk:

a. Menarik sampel udara ke dalam saluran masuk sampler dan melalui filter pengumpulan
partikel dengan kecepatan muka yang seragam.
b. Memegang dan menutup filter dalam posisi horizontal sehingga udara sampel ditarik ke
bawah melalui filter.
c. Filter dipasang dan dilepas dengan nyaman.
d. Melindungi filter dan sampler dari presipitasi dan cegah serangga dan kotoran lain dari
sampel.
e. Meminimalkan kebocoran udara yang akan menyebabkan kesalahan dalam pengukuran
volume udara yang melewati filter.
f. Melepaskan udara buang pada jarak yang cukup dari saluran masuk sampler untuk
meminimalkan pengambilan sampel udara buang.
g. Menimalkan pengumpulan debu dari permukaan pendukung.
h. Sampler harus memiliki sistem saluran masuk udara sampel yang, bila dioperasikan dalam
kisaran laju aliran yang ditentukan, memberikan karakteristik diskriminasi ukuran partikel
yang memenuhi semua spesifikasi kinerja yang berlaku.
i. Saluran masuk sampler tidak boleh menunjukkan ketergantungan arah angin yang
signifikan. Persyaratan terakhir umumnya dapat dipenuhi oleh bentuk saluran masuk yang
simetris melingkar terhadap sumbu vertikal.

5
j. Sampler harus memiliki perangkat kontrol aliran yang mampu mempertahankan laju aliran
operasi sampler dalam batas laju aliran yang ditentukan untuk saluran masuk sampler pada
variasi normal dalam tegangan saluran dan penurunan tekanan filter.
k. Alat pengambil sampel harus menyediakan sarana untuk mengukur laju aliran total selama
periode pengambilan sampel. Perekam aliran kontinu direkomendasikan tetapi tidak
diperlukan. Alat pengukur aliran harus akurat sampai ±2 persen.

Gambar 1 High Volume Sampler untuk PM10


(Sumber: US EPA, 1999)

Gambar 2 Skematik Diagram pada HVS


(Sumber: US EPA, 1999)

6
2. Filter
1. Efisiensi Pengumpulan: 99% yang diukur dengan uji DOP (ASTM-2986) dengan partikel
0,3 𝜇m pada kecepatan muka operasi sampler.
2. Integritas: ±5 𝜇g/m3 (dengan asumsi volume sampel udara 24 jam nominal sampler).
Integritas diukur sebagai ekuivalen konsentrasi PM10 yang sesuai dengan perbedaan rata-
rata antara berat awal dan akhir dari sampel acak filter uji yang ditimbang dan ditangani
dalam kondisi pengambilan sampel aktual atau simulasi, tetapi tidak ada sampel udara yang
melewatinya (yaitu, saringan kosong). Minimal, prosedur pengujian harus mencakup
keseimbangan dan penimbangan awal, pemasangan pada alat sampel yang tidak
beroperasi, pelepasan dari alat pengambilan sampel, dan keseimbangan dan penimbangan
akhir.
3. Alkalinitas: <25 ekuivalen mikro/gram filter, yang diukur setelah penyimpanan minimal
dua bulan di lingkungan yang bersih (bebas dari kontaminasi oleh gas asam) pada suhu dan
kelembaban kamar.
Jenis filter yang dapat digunakan terlampir pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2 Jenis Filter pada Sampler

(Sumber: US EPA, 1999)

7
II.3 Prosedur Instalasi Sampler

1. High Volume Sampler dari pabrikan perlu diperiksa secara visual dan perhitungkan semua
komponen. Bandingkan peralatan yang dikirimkan dengan spesifikasi yang terlampir.
Apabila terdapat peralatan yang hilang atau rusak segera beri tahu pabrikan untuk meminta
penggantian alat.
2. Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan apakah sampler beroperasi, dengan
cara menyalakan sampler dan amati kinerja motor vakum.
3. Jika telah beroperasi dengan baik, pindahkan sampler dengan hati-hati ke lokasi
pemantauan.
4. Ikuti instruksi pabrikan untuk merakit alas dan saluran masuk sampler dengan hati-hati.
Sampler harus dibaut ke permukaan agar pemasangan lebih aman.
5. Periksa semua pipa dan kabel listrik dari kerutan, retak, atau putus.
6. Hubungkan kabel alat ke sumber listrik. Jika memungkinkan, outlet harus dilindungi oleh
ground fault interrupter (GFI) untuk keselamatan operator. Selain itu, perlu digunakan
listrik interlocking tahan air, untuk mencegah kerusakan akibat hujan.
7. Konektor dipasang untuk memastikan keselamatan operator dan untuk menghindari arus
pendek atau gangguan daya. Jangan biarkan sambungan listrik apa pun terendam selama
periode cuaca buruk.
8. Nyalakan sampler dan pastikan masih berfungsi dengan baik. Identifikasi dan perbaiki
setiap kegagalan fungsi pada alat sebelum dilanjutkan. Operasikan sampler selama kurang
lebih 30 menit untuk memastikan bahwa sikat motor terpasang dengan benar dan motor
beroperasi dengan performa penuh.
9. Lakukan kalibrasi.

II.4 Prosedur Preparasi Filter

1. Kenakan sarung tangan pelindung saat menangani filter untuk menghindari kontaminasi
filter dari minyak atau keringat. Simpan filter dalam folder atau kotak pelindung.
2. Jangan pernah menekuk atau melipat filter yang tidak terpapar.
3. Karena sangat sulit untuk melihat sisi "atas" dari filter kuarsa (yaitu, sisi dengan tekstur
yang sedikit lebih kasar), filter harus diberi label secara konsisten di satu sisi.

8
4. Ketika filter yang telah diberi label di sisi "bawah" dilipat untuk dibawa ke laboratorium,
nomor sampelnya akan mudah diakses untuk dokumentasi pada lembar log laboratorium
saat tiba di laboratorium.
5. Dengan hati-hati masukkan filter yang telah ditimbang sebelumnya ke dalam kotak filter.
Filter harus berada di tengah layar kawat sehingga gasket akan membentuk segel kedap
udara di tepi luar filter saat pelat muka terpasang. Filter yang disejajarkan dengan buruk
menunjukkan batas putih yang tidak rata setelah eksposur. Perawatan harus dilakukan
untuk memastikan bahwa kaset filter tidak terlalu kencang, karena filter dapat menempel
atau gasket dapat rusak secara permanen. Periksa apakah gasket dalam kondisi baik dan
tidak rusak

II.5 Prosedur Kalibrasi


1. Tetapkan hubungan kalibrasi (misalnya, persamaan atau kelompok kurva) sedemikian rupa
sehingga hasi pengukuran lebih akurat. Kalibrasi ulang standar transfer secara berkala.
2. Mengikuti instruksi manual pabrik pembuat sampler, lepaskan saluran masuk sampler dan
hubungkan standar transfer laju aliran ke sampler sedemikian rupa sehingga standar
transfer secara akurat mengukur laju aliran sampler. Pastikan tidak ada kebocoran antara
standar transfer dan sampler.
3. Pilih minimal tiga laju aliran (m3/menit aktual), dengan rentang di atas kisaran laju aliran
yang dapat diterima untuk saluran masuk dengan penyesuaian laju aliran sampler yang
sesuai.
4. Setelah kalibrasi, verifikasi bahwa sampler beroperasi pada laju aliran desainnya (m3/menit
aktual) dengan filter bersih di tempatnya.
5. Ganti saluran masuk sampler.
II.6 Prosedur Pengukuran PM10
Berdasarkan Lampiran J tentang Metode Referensi Penentuan PM10 di Atmosfer yang disusun
oleh (US EPA, 1988), didapatkan prosedur pengukuran PM10 sebagai berikut.
1. Prosedur umum mengasumsikan bahwa kalibrasi laju aliran sampler didasarkan pada laju
aliran pada kondisi sekitar (Qa) dan berfungsi untuk menggambarkan langkah-langkah
yang terlibat dalam pengoperasian sampler PM10.

9
2. Periksa setiap filter dari lubang kecil, partikel, dan ketidaksempurnaan lainnya. Buat
catatan informasi filter dan tetapkan nomor identifikasi untuk setiap filter.
3. Seimbangkan setiap filter di lingkungan pengkondisian:
• Rentang Temperatur: 15 to 30 oC.
• Kontrol Temperatur: ±3 C.
• Rentang Humiditas: 20% to 45% RH.
• Kontrol Humiditas: ±5% RH.
setidaknya selama 24 jam.
4. Setelah dikondisikan, timbang setiap filter dan catat bobot filter dengan nomor identifikasi
filter.
5. Pasang filter yang telah ditimbang sebelumnya dalam sampler dengan mengikuti instruksi
yang diberikan dalam manual instruksi pabrik pembuat sampler.
6. Nyalakan sampler dan biarkan untuk adaptasi dengan suhu lingkungan. Catat pembacaan
indikator aliran, suhu lingkungan, dan tekanan barometrik. Tentukan laju aliran sampler
(m3/menit aktual) sesuai dengan instruksi yang diberikan dalam manual instruksi pabrik
pembuat sampler. (Catatan: Pengukuran suhu atau tekanan di lokasi tidak diperlukan jika
indikator aliran pengambil sampel tidak memerlukan koreksi suhu atau tekanan atau jika
suhu rata-rata musiman dan tekanan udara rata-rata untuk lokasi pengambilan sampel
dimasukkan ke dalam kalibrasi sampel. Jika suhu dan tekanan koreksi individu atau harian
diperlukan, suhu lingkungan dan tekanan barometrik dapat diperoleh dengan pengukuran
di tempat atau dari stasiun cuaca terdekat. Pembacaan tekanan barometrik yang diperoleh
dari bandara harus tekanan stasiun, tidak dikoreksi ke permukaan laut, dan mungkin perlu
dikoreksi untuk perbedaan elevasi antara lokasi pengambilan sampel dan bandara.
7. Jika laju aliran berada di luar kisaran yang dapat diterima yang ditentukan oleh pabrikan,
periksa kebocoran, dan jika perlu, sesuaikan laju aliran ke setpoint yang ditentukan.
Hentikan pengambil sampel.
8. Atur timer untuk memulai dan menghentikan sampler pada waktu yang tepat. Atur
pengukur waktu yang telah berlalu ke nol atau catat pembacaan meter awal.
9. Catat informasi sampel (lokasi lokasi atau nomor identifikasi, tanggal sampel, nomor
identifikasi filter, dan model sampel serta nomor seri).
10. Lakukan sampling selama 24 ±1 jam.

10
11. Tentukan dan catat laju aliran rata-rata (Q̄a) dalam m3/menit aktual untuk periode
pengambilan sampel sesuai dengan instruksi yang diberikan dalam manual instruksi pabrik
pembuat sampel. Catat pembacaan akhir pengukur waktu yang telah berlalu dan, jika
diperlukan, suhu lingkungan rata-rata dan tekanan udara untuk periode pengambilan
sampel.
12. Lepaskan filter dengan hati-hati dari sampler, dengan mengikuti instruksi manual dari
produsen sampler. Sentuh hanya tepi luar filter.
13. Tempatkan filter dalam wadah atau wadah pelindung (cawan petri, amplop kaca, atau
folder manila).
14. Catat setiap faktor seperti kondisi meteorologi, aktivitas konstruksi, kebakaran atau badai
debu, dll., yang mungkin terkait dengan pengukuran pada rekaman informasi filter.
15. Pindahkan filter sampel yang terbuka ke lingkungan pengkondisian filter sesegera mungkin
untuk keseimbangan dan penimbangan selanjutnya.
16. Setarakan filter yang terpapar di lingkungan pengkondisian selama setidaknya 24 jam di
bawah kondisi suhu dan kelembaban yang sama yang digunakan untuk keseimbangan filter
sebelum pengambilan sampel
17. Setelah tercapai kesetimbangan, segera timbang kembali filter dan catat bobot pasca
sampling dengan nomor identifikasi filter.

II.7 Pemeliharaan Sampler

Pemeliharaan sampler biasanya dilakukan sesuai intruksi pabrikan yang diberikan. Namun, (US
EPA, 1999) memberikan contoh pemeliharaan yang dilakukan pada sampler sebagai berikut.

11
Tabel 3 Pemeliharaan Sampler

(Sumber: US EPA, 1999)

II.8 Analisis Data

1. Menentukan Q Standar

Q̄ std = Q̄ a × (Pav/Tav)(Tstd/Pstd)

Keterangan:

Q̄std = laju aliran rata-rata pada kondisi referensi EPA, std m3/menit;

Q̄a = laju aliran rata-rata pada kondisi sekitar, m3/menit;

Pav = tekanan udara rata-rata selama periode pengambilan sampel atau tekanan udara rata-
rata untuk lokasi pengambilan sampel, kPa (atau mm Hg);

Tav = suhu lingkungan rata-rata selama periode pengambilan sampel atau suhu lingkungan
rata-rata musiman untuk lokasi pengambilan sampel, K;

Tstd = suhu standar, didefinisikan sebagai 298 K;

12
Pstd = tekanan standar, didefinisikan sebagai 101,3 kPa (atau 760 mm Hg).

2. Menentukan Total Volume Sampling

Vstd = Q̄ std × t
Keterangan:
Vstd = total udara yang diambil sampelnya dalam satuan volume standar, std m3;
t = waktu pengambilan sampel, min.
3. Menentukan Konsentrasi PM10

PM10 = (Wf − Wi) × 106 /Vstd

Keterangan:

PM10 = konsentrasi massa PM10, g/std m3;

Wf, Wi = berat akhir dan awal filter yang mengumpulkan partikel PM10, g;

106 = konversi g ke 𝜇g.

III. Prosedur Pemantauan Kualitas Udara Parameter NOx

Pemantauan kualitas udara parameter NOx dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti
metode Griess-Saltzman dan Chemiluminescence. Prosedur pemantauan NOx didapatkan dari
ISO 6768 dan SNI 7119-2:2017 untuk Metode Griess-Saltzman dan ISO 7996 untuk Metode
Chemiluminescence. Namun, untuk prosedur umum, seperti penempatan sampler didasarkan
pada (US EPA, 1987) terkait Ambient Monitoring Guidelines for Prevention of Significant
Deterioration (PSD) dan SNI 19-7119.6 – 2005 tentang Penentuan Lokasi Pengambilan
Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien sebagai berikut.

III.1 Persyaratan Penempatan Sampler

Penempatan sampler atau probe pada pemantauan NOx untuk udara ambien dilakukan pada
ketinggian 3 – 15 meter dari dasar tanah. Sedangkan jarak antara probe dengan struktur
pendukungnya harus dijaga kurang lebih 1 meter, baik secara vertikal maupun horizontal.

13
Selain itu, sampler juga harus diberikan jarak dari berbagai gangguan, seperti gedung, pohon,
dan lain-lain yang dapat mengganggu pengukuran NOx. Dengan demikian, untuk menghindari
berbagai interferensi tersebut, maka tinggi probe harus diletakan kurang lebih dua kali dari
tinggi gangguan di sekitarnya. Demikian pula, inlet probe harus memiliki ketinggian minimal
20 meter dari dripline pohon dan harus setidaknya 10 meter dari dripline pohon yang menonjol.
Jika probe terletak di sisi bangunan, diperlukan jarak 180°.

Sedangkan, berdasarkan SNI 19-7119.6 – 2005 ditetapkan persyaratan penempatan peralatan


pengambil contoh uji sebagai berikut.

1. Peralatan pengambilan contoh uji harus ditempatkan di tempat yang aman.


2. Penempatan pengambilan contoh uji di atap bangunan lebih baik untuk daerah dengan
kepadatan penduduk/bangunan menengah sampai tinggi.
3. Penempatan pengambilan contoh uji di atap bangunan harus bersih dan tidak dipengaruhi
oleh emisi gas buang dari dapur, insinerator, atau sumber lokal lainnya.

Untuk penempatan probe, SNI 19-7119.6:2005 memiliki persyaratan yang cukup serupa
dengan (US EPA, 1987), yaitu probe ditempatkan minimal 15 meter dari jalan raya, ketinggian
probe kurang lebih 3 – 6 meter untuk stasiun tetap dan 1,5 meter untuk pengambilan manual,
pengambilan contoh uji minimal 2 meter di atas permukaan tanah datar, jarak probe dengan
pengganggu minimal 15 meter dan ditempatkan minimal 2 kali ketinggian gedung terdekat.

III.2 Metode Chemiluminescence

Berdasarkan ISO 7996, prosedur pemantauan NOx dengan metode chemiluminescence adalah
sebagai berikut.

III.2.1 Prinsip

Aliran udara sampel melalui filter pada laju aliran konstan ke dalam ruang reaksi penganalisis,
di dalam ruang reaksi dicampur dengan kelebihan ozon. Penyaringan radiasi yang dipancarkan,
sebanding dengan jumlah nitrogen monoksida yang ada dalam sampel udara, melalui
penyaring optik selektif dan konversi radiasi disaring menjadi sinyal listrik oleh tabung
pengganda foto (photo multiplier). Sedangkan, pengukuran nitrogen dioksida dilakukan
dengan mereduksi menjadi nitrogen monoksida dengan melalui konverter memasuki ruang

14
reaksi. Sinyal listrik yang diperoleh sebanding dengan jumlah total nitrogen oksida dan
nitrogen dioksida dihitung dari perbedaan antara nilai NO tersebut dengan yang diperoleh
hanya untuk nitrogen monoksida, ketika sampel udara tidak melewati konverter.

III.2.2 Peralatan Sampler

1. Garis Sampel
Pengambilan Sampel harus terdiri dari corong kecil terbalik yang terhubung ke saluran
sampel. Keduanya harus terbuat dari bahan yang inert terhadap nitrogen monoksida dan
nitrogen dioksida. Bahan terbaik yang dapat digunakan adalah polytetrafluoro ethylene
(PTFE) atau per-fluoro(ethylene/propylene) (FEP). Untuk menghindari gangguan nitrogen
monoksida-nitrogen keseimbangan dioksida-ozon yang disebabkan oleh berkurangnya
intensitas siang hari di baris sampel, waktu tinggal di baris sampel harus menjadi sesingkat
mungkin. Garis sampel cukup dipanaskan untuk menghindari kondensasi.
2. Filter
Filter partikel harus menahan semua partikel yang mungkin mengubah kinerja alat analisa.
Pada saat yang sama, penyangganya harus dibuat dari bahan yang tidak akan menahan
nitrogen monoksida atau nitrogen dioksida, misalnya PTFE atau baja tahan karat. Filter
partikel harus diganti atau dibersihkan secara berkala.
3. Konverter
Konverter harus terdiri dari tungku pemanas yang dijaga pada suhu konstan dan terbuat
dari stainless steel, topper, molibdenum, tungsten atau karbon murni secara spektroskopi.
Konverter harus mampu mengubah setidaknya 95% nitrogen dioksida menjadi nitrogen
monoksida pada suhu tidak melebihi 400oC.
4. Ruang Reaksi
Ruang reaksi harus dibangun dari bahan inert. Dimensinya menentukan karakteristik waktu
tinggal reaksi chemiluminescence, (waktu tinggal, kecepatan reaksi). Ruang reaksi dapat
dipanaskan sedikit untuk menghindari kondensasi. Reaksi umumnya dilakukan pada
tekanan yang diturunkan untuk meminimalkan efek pendinginan dan meningkatkan
sensitivitas.
5. Filter Optik

15
Filter optik harus menghilangkan semua radiasi pada panjang gelombang di bawah 600
nm, sehingga dapat mengurangi interferensi yang dihasilkan oleh reaksi luminesensi kimia
dengan hidrokarbon tak jenuh yang terpancar pada panjang gelombang tersebut.
6. Tabung Photomultiplier
Hasil dari analisis sangat dipengaruhi oleh karakteristik tabung photomultiplier. Untuk
mengurangi kebisingan latar belakang dan efek perubahan suhu, tabung biasanya
ditempatkan dalam wadah berpendingin yang dikontrol secara termostatik.
7. Ozon Filter
Alat ini berfungsi untuk menyisihkan ozon pereaksi dengan melewatkannya pada filter
yang terbuat dari karbon aktif.

III.2.3 Prosedur

Pengoperasian peralatan akan bervariasi dari satu ke yang lain. Dengan demikian, ikuti
petunjuk pabrikan mengenai pengaturan operasi, dan laju aliran sampel udara dan ozon.
Frekuensi kalibrasi akan bervariasi dari satu peralatan ke peralatan lainnya, tetapi kalibrasi
harus dilakukan sesering mungkin. Namun terdapat diagram alir prosedur operasi metode
chemiluminescence yang sering dijumpai pada manual instruksi dari pabrikan sebagai berikut.

Gambar 3 Diagram Alir Automated Chemiluminescence


(Sumber: US EPA, 1975)

16
Gambar 4 Skematik Diagram Chemiluminescence Analyzer
(Sumber: ISO 7996, 1985)
III.2.4 Prosedur Kalibrasi

Untuk mendapatkan presisi dan akurasi maksimum, semua saluran harus diatur ke kisaran
yang sama. Ganti katup untuk melampiaskan aliran dari sel permeasi dan sesuaikan laju aliran
udara pengencer untuk memberikan udara nol pada manifold outlet. Untuk akurasi tertinggi
perlu nol penganalisis dengan ozon yang mengalir. Hal tersebut paling baik dicapai dengan
menggunakan bejana "pra-reaktor" yaitu bejana yang memiliki volume 2 hingga 3 kali lipat
dari ruang reaksi. Ozon bereaksi dengan nitrogen monoksida yang ada di pra-reaktor,
memastikan bahwa tidak ada nitrogen monoksida yang mencapai ruang reaksi. Pada saat yang
sama, teknik ini mempertahankan ozon di ruang reaksi dalam konsentrasi yang sama seperti
selama pengukuran udara ambien normal. Dengan demikian, udara nol sejati dihasilkan dan
sinyal buatan yang disebabkan oleh reaksi ozon dengan reaksi permukaan ruang dihilangkan.
Ketika respon dari analyzer telah stabil, sesuaikan kontrol nol analyzer.

II.2.5 Pembacaan Data Pengukuran

Pembacaan data pengukuran dikonversi menjadi satuan konsentrasi menggunakan grafik


kalibrasi yang sesuai dan hasilnya dinyatakan dalam mikrogram per meter kubik. Hasil
pengujian, setidaknya harus terdiri dari identifikasi sampel, hasil, referensi terhadap standar
internasional, dan fitur-fitur yang tidak dapat dicatat dalam pengukuran.

17
III.3 Metode Griess-Saltzman

Berdasarkan SNI 7119-2:2017, prosedur pemantauan NOx dengan metode Griess-Saltzman


adalah sebagai berikut.

III.3.1 Prinsip

Gas nitrogen dioksida dijerap dalam larutan Griess-Saltzman sehingga membentuk suatu
senyawa azo dye berwarna merah muda. Konsentrasi larutan ditentukan segera (kurang dari 1
jam) secara spektrofotometri pada panjang gelombang 550 nm.

III.3.2 Bahan

a. Hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H);


b. Larutan asam asetat glasial (CH3COOH pekat);
c. Air bebas mineral;
d. Natrium nitrit (NaNO2)
e. Larutan induk N-(1-naftil)-etilendiamin dihidroklorida (NEDA, C12H16Cl2N2);
1. Larutkan 0,1 g NEDA dengan air bebas mineral ke dalam labu ukur 100 mL,
kemudian encerkan dengan air bebas mineral sampai tanda tera lalu homogenkan;
2. Larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan simpan di lemari pendingin.
CATATAN Larutan ini stabil selama 1 bulan yang disimpan dalam lemari
pendingin.
f. Aseton (C3H6O);
g. Larutan penyerap Griess – Saltzman:
1. Larutkan 5 g asam sulfanilat anhidrat (H2NC6H4SO3H) atau 5,5 g asam
sulfanilatmonohidrat dalam gelas piala 1.000 mL dengan 140 mL asam asetat glasial,
aduk secara hati-hati dengan stirrer sambil ditambahkan dengan air bebas mineral
hingga kurang lebih 800 mL;
2. pindahkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 1.000 mL;
3. tambahkan 20 mL larutan induk NEDA, dan 10 mL aseton, tambahkan air bebas
mineral hingga tanda tera, lalu homogenkan.

18
CATATAN Pembuatan larutan penyerap ini tidak boleh terlalu lama kontak dengan
udara. Masukkan larutan penyerap tersebut ke dalam botol berwarna gelap dan
simpan dalam lemari pendingin. Larutan ini stabil selama 2 bulan.
h. Larutan induk nitrit (NO2 - ) 2.000 µg/mL;
1. Keringkan natrium nitrit (NaNO2) dalam oven selama 2 jam pada suhu 105 °C, dan
dinginkan dalam desikator;
2. Timbang 0,246 g natrium nitrit yang tersebut diatas, kemudian larutkan ke dalam
labu ukur 100 mL dengan air bebas mineral, tambahkan air bebas mineral hingga
tanda tera, lalu homogenkan;
3. Pindahkan larutan tersebut ke dalam botol gelap dan simpan di lemari pendingin.
CATATAN 1 Larutan ini stabil selama 3 bulan.
CATATAN 2 Dapat digunakan larutan standar nitrit siap pakai yang tersedia secara
komersial
a) larutan standar nitrit (NO2 - ) 20 µg/mL.
b) masukkan 10 mL larutan induk natrium nitrit ke dalam labu ukur 1.000 mL,
tambahkan air bebas mineral hingga tanda tera, lalu homogenkan.

III.3.3 Peralatan Sampler

1. Sampling Probe
Sampling probe terbuat dari borosilikat, stainless steel atau tabung polytetrafluoroethylene
yang memiliki diameter dalam sebesar 6 mm dan panjang tidak lebih dari 2 meter yang
serta disertai dengan intake udara dari bawah (donward facing air intake) (ISO 6768).
2. Fritted Bubbler
Wadah tempat pengambil contoh uji yang dilengkapi dengan ujung pipa gelas berkaca
masir yang berada di dasar labu dengan maksimum porositas 60 µm (mikrometer) yang
berguna untuk mengefisiensikan penyerapan gas nitrogen dioksida ke dalam larutan
penyerap
3. Pompa Sampling dan Sistem Kontrol
Dapat melewatkan udara dengan debit aliran sebesar 0,4 – 0,6 L/menit selama periode
sampling (ISO 6768).

III.3.3.1 Peralatan

19
1. Peralatan pengambilan contoh uji NO2 seperti Gambar 6 atau Gambar 7 (setiap unit
peralatan disambung dengan selang silikon dan pastikan tidak mengalami kebocoran);
2. Labu ukur 25 mL, 100 mL, dan 1.000 mL;
3. Pipet mikro atau buret mikro;
4. Gelas ukur 100 mL;
5. Gelas piala 100 mL, 500 mL dan 1.000 mL;
6. Spektrofotometer sinar tampak dilengkapi kuvet;
7. Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
8. Oven;
9. Botol berwarna gelap;
10. Barometer;
11. Termometer;
12. Desikator; dan
13. Kaca arloji.

Gambar 5 Fritted Bubbler


(Sumber: SNI 7119-2:2017)

III.3.4 Prosedur

Prosedur pengambilan contoh uji dengan metode Griess-Saltzman dapat dilakukan berdasarkan
SNI 7119-2:2017 sebagai berikut.

20
1. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada Gambar 6 atau Gambar 7
2. Masukkan larutan penyerap Griess-Saltzman sebanyak 10 mL ke dalam botol penyerap;
atur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung;
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4 L/menit, setelah stabil catat
laju alir awal dan pantau laju alir udara sekurang-kurangnya 15 menit sekali;
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan tekanan udara;
5. Setelah 1 jam matikan pompa penghisap;
6. Tepatkan volume larutan yang berada di botol penyerap sampai volume tertentu (Vl)
7. Lakukan analisis di lapangan segera setelah pengambilan contoh uji (maksimum 1 jam
setelah pengambilan contoh uji).

Gambar 6 Rangkaian Peralatan Pengambil Contoh Uji NO2 Menggunakan Flow Meter
(Sumber: SNI 7119-2:2017)
Keterangan:

A adalah botol penyerap (fritted bubbler); B adalah perangkap uap (mist trap); C adalah
desiccant; D adalah flow meter yang dapat mengukur laju alir 0,4 L/menit; E adalah kran
pengatur; dan F adalah pompa.

21
Gambar 7 Rangkaian Peralatan Pengambil Contoh Uji NO2 Menggunakan Dry Gas Meter
(Sumber: SNI 7119-2:2017)
Keterangan:

A adalah inlet; B adalah botol penyerap (fritted bubbler); C adalah perangkap uap (mist trap);
D adalah temperature gauge; E adalah dry gas meter; F adalah pompa; dan G adalah
manometer.

III.3.5 Persiapan Pengujian

III.3.5.1 Pembuatan kurva kalibrasi

a. optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat;


b. buat deret larutan kerja dalam labu takar 25 mL dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3
(tiga) kadar yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran,
dimana standar larutan kerja terendah mendekati nilai LoQ (limit of quantitation)
merupakan limit deteksi metode;
c. tambahkan larutan penyerap sampai tanda tera. Kocok dengan baik dan biarkan selama
15 menit agar pembentukan warna sempurna;
d. ukur serapan masing-masing larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 550 nm;
e. buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah NO2 (µg).

III.3.5.2 Pengujian contoh uji

22
a. masukkan larutan contoh uji ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu ukur intensitas
warna merah muda yang terbentuk pada panjang gelombang 550 nm;
b. baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan menggunakan kurva
kalibrasi;
c. lakukan langkah-langkah dari poin a) sampai b) untuk larutan penyerap yang diukur
sebagai larutan blanko.

III.3.6 Analisa Data

III.3.6.1 Konsentrasi NO2 dalam Larutan Standar

Jumlah NO2 (µg) tiap 1 mL larutan standar yang digunakan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:

𝑎 46 1 10
𝑁𝑂2 = × × × × 106
100 69 𝑓 1000

keterangan:

NO2 adalah jumlah NO2 dalam larutan standar NaNO2(µg/mL);

a adalah berat NaNO2 yang ditimbang(g);

46 adalah berat molekul NO2;

69 adalah berat molekul NaNO2;

f adalah faktor yang menunjukkan jumlah mol NaNO2 yang menghasilkan warna yang setara
dengan 1 mol NO2 (nilai f = 0,82);

10/1000 adalah faktor pengenceran dari larutan induk NaNO2;

106 adalah konversi dari gram ke µg.

III.3.6.2 Volume Contoh Uji Udara yang Diambil

𝑛 1 𝑃𝑎 298
𝑉=∑ 𝑄𝑖 × ×𝑡 × ×
𝑖=1 𝑛 𝑇𝑎 760

23
Keterangan:

V adalah volume udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal 25°C,760 mmHg (Nm3);

Qi adalah pencatatan laju alir ke – i (Nm3/menit);

n adalah jumlah pencatatan laju alir;

t adalah durasi pengambilan contoh uji (menit)

Pa adalah tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg);

Ta adalah temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji dalam Kelvin (K);

298 adalah konversi temperatur pada kondisi normal (25 °C) ke dalam Kelvin (K);

760 adalah tekanan udara standar (mmHg).

CATATAN Jika menggunakan alat pengukur volume otomatis, catat volume dan konversikan ke

volume pada keadaan standar.

III.3.6.3 Konsentrasi NO2 di Udara Ambien

Konsentrasi NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑏 𝑉1
𝐶= × × 1000
𝑉𝑢 25

Keterangan:

C adalah konsentrasi NO2 di udara (µg/Nm3);

B adalah jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (µg);

Vu adalah volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25°C, 760mmHg (Nm3);

Vl adalah volume akhir larutan penyerap (mL);

25 adalah volume larutan standar dalam labu ukur;

1000 adalah konversi liter ke m3.

24
III.3.7 Jaminan Mutu dan Pengendalian Mutu

III.3.7.1 Jaminan mutu

a) Gunakan bahan kimia berkualitas murni (p.a.).


b) Gunakan alat gelas yang terkalibrasi dan bebas kontaminasi.
c) Gunakan alat ukur laju alir (flow meter), termometer, barometer, dan alat spektrofotometer
yang terkalibrasi.
d) Untuk menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan dari larutan penyerap dalam botol
penyerap, maka gunakan aluminium foil atau wadah pendingin sebagai pelindung terhadap
matahari.
e) Hindari pengambilan contoh uji pada saat hujan.

III.3.7.2 Pengendalian mutu

Linearitas kurva kalibrasi

Koefisien korelasi (r) lebih besar atau sama dengan 0,995 dengan intersepsi lebih kecil atau sama
dengan batas deteksi.

III.3.8 Pelaporan

Catat minimal hal-hal sebagai berikut pada lembar kerja:

1. Parameter yang dianalisis.


2. Nama dan tanda tangan analis.
3. Tanggal analisis.
4. Batas deteksi.
5. Perhitungan.
6. Data pengambilan contoh uji.
7. Hasil pengukuran contoh uji.
8. Kadar NO2 dalam contoh uji.

25
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional (2005). SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 6:
Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien.

Badan Standardisasi Nasional. (2017). SNI 7119-2:2017 tentang Udara ambien – Bagian 2: Cara
uji kadar nitrogen dioksida (NO2) dengan metode Griess-Saltzman menggunakan
spektrofotometer.

ISO 6768. (1998). Ambient air - Determination of mass concentration of nitrogen dioxide -
Modified Griess-Saltzman method.

ISO 7996. (1985). Ambient air - Determination of the mass concentration of nitrogen oxides -
Chemiluminescence method.

Nurjanah, KL. Mufid, A. (2014). Gangguan Fungsi Paru dan Kadar Continine pada Urin
Karyawan yang Terpapar Asap Rokok Orang Lain. Jurnal Kemas 10 (1).

Saxena, Pallavi., Naik, Vaishali. (2019). Air Pollution: Sources, Impact, and Control, CABI,
United Kingdom.

United States Environmental Protection Agency. (1987). Ambient Monitoring Guidelines for
Prevention of Significant Deterioration (PSD), Environmental Monitoring Systems
Laboratory Office of Research and Development, US Environmental Protection Agency
Research Triangle Park, NC.

United States Environmental Protection Agency. (1988). Code of Federal Regulations. Title 40,
Chapter I, Subchapter C, Part 50, Appendix J, Office of the Federal Register, Washington,
D.C.

United States Environmental Protection Agency. (1999). Compendium Method IO-2.1 Sampling
of Ambient Air for Total Suspended Particulate Matter (SPM) and PM10 using High
Volume Sampler, Center for Environmental Research Information Office of Research and
Development, U.S. Environmental Protection Agency, Cincinnati, OH.

26
United States Environmental Protection Agency. (1997). Terms of Environment: Glossary,
Abbreviations and Acronyms, US EPA.

United States Environmental Protection Agency. (2022). Basic Information about NO2, diakses
dari: Basic Information about NO2 | US EPA

United States Environmental Protection Agency. (2022). Particulate Matter (PM) Basics, diakses
dari: Particulate Matter (PM) Basics | US EPA

Wight, Gregory D. (1994). Fundamentals of Air Sampling, Lewis Publisher, Tokyo.

27

Anda mungkin juga menyukai