Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH : LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN


“PEMERIKSAAN PARAMETER KUALITAS UDARA: KADAR DEBU”

Dosen Pengampu :
Tri Marthy Mulyasari, SST, M.KL

Oleh :
Ulfah Faoziah
P1337433220074
Alih Jenjang D-IV Sanitasi Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN PROGRAM DIPLOMA IV
TAHUN 2021
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN

Pertemuan : 4
ke-
Materi : Pemeriksaan Parameter Fisik Udara (Debu Total) dengan Alat Dust Trak
Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan praktik pemeriksaan parameter fisik
udara yaitu debu total dengan menggunakan alat dust trak

A. Dasar Teori
Persyaratan kesehatan lingkungan kerja merupakan nilai atau pedoman yang harus
dipenuhi dan dilaksanakan di tempat kerja. Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisik/kimia
adalah intensitas/konsentrasi rata-rata pajanan bahaya fisik/kimia yang dapat diterima
oleh hampir semua pekerja tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan atau penyakit
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam perhari dan 40 jam
perminggu, yang terdiri dari Time Weighted Average/TWA, Short Term Exposure
Limit/STEL, dan Ceiling (Permenkes RI Nomor 70, 2016).
Debu adalah butiran-butiran padat yang dihasilkan oleh proses mekanisme seperti
penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, pengolahan dan lain-lain
dari bahan organik dan anorganik, contohnya debu kayu, logam, arang batu, batu, butir-
butir zat dan sebagainya (Suma’mur, 2014). Paparan debu yang masuk ke saluran
pernapasan dalam waktu yang lama dapat menimbulkan gangguang saluran pernapasan.
Faktor yang mempengaruhi debu terhadap gangguan saluran pernapasan, antara lain:
1. Jenis debu
Faktor utama yang mengakibatkan gangguan saluran pernapasan merupakan jenis
debu.
2. Konsentrasi debu
Efek terjadinya gangguan pernapasan adalah konsentrasi debu yang semakin tinggi.
3. Ukuran partikel debu
Gangguan pada saluran pernapasan yang sebabkan oleh ukuran partikel debu adalah
yang menentukan lokasi terdepositnya debu di dalam saluran pernapasan. Debu yang
berukuran 5-10 µ akan tertahan pada saluran pernapasan bagia atas, untuk ukuran 3-5
µ akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah yaitu pada trakea dan
bronkhiolus, untuk ukuran 103 µ akan mengendap di permukaan alveoli, dan debu
yang berukuran di bawah 0,1 µ akan bergerak keluar masuk alveoli karena debu
tersebut tidak mengalami pengendapan. Jadi semakin kecil ukuran partikel pada debu
akan semakin berdampak buruk terhadap system pernapasan (Suma’mur, 2011).
4. Durasi Paparan
Semakin lama dusrasi terpapar debu akan semakin berdampak buruk terhadap
saluran pernapasan.
Menurut Aditya Surya Atmaja et. al, 2017, di lingkungan kerja, debu berpotensi
menimbulkan berbagai dampak, diantaranya yaitu :
1. Gangguan kesehatan, antara lain gangguan hidung dan tenggorokan yang dapat
mengakibatkan selesma dan infeksi lain atau kanker hidung, gangguan paru akibat
bronchitis, emphysema, pneumoconiosis, asma atau kanker.
2. Peledakan, jenis debu yang termasuk antara lain debu tepung, karet batubara dan debu
metal, misalnya aluminium, bisa meledak jika berada dalam ruang terbatas.
3. Pengaruh terhadap produktivitas kerja dan menyebabkan kerusakan produk. Tempat
kerja yang berdebu menyebabkan pelaksanaan kerja menjadi lebih sulit dan bisa
merusak produk atau mesin. Berbagai debu industri seperti debu yang berasal dari
pembakaran arang batu, semen, keramik, besi, penghancuran logam dan batu, asbes
dan silika dengan ukuran 3-10 µ akan ditimbun di paru. Efek yang lama dari paparan
ini menyebabkan paralysis cilia, hipersekresi dan hipertrofi kelenjar mucus. Keadaan
ini meyebabkan saluran napas rentan terhadap infeksi dan timbul gejala batuk
menahun yang produktif (Yunus, 1991).
Alat yang dapat digunakan untuk pengukuran kadar debu udara total di lingkungan
kerja salah satunya yaitu dengan menggunakan alat Portable Handled Dust (Dust trak).
Dust trak merupakan alat yang digunakan untuk mengukur konsentrasi debu di udara,
dengan impactor untuk PM1, PM2.5, PM10 (respirable), dan Total Suspended
Particulate/ TSP. Pengukuran dilakukan secara simultan dalam sekali pengukuran.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Portable handled dust (dust trak)
b. Alat tulis
2. Bahan
a. Udara lingkungan ruang laboratorium fisika Kampus VII Poltekkes Kemenkes
Semarang

C. Prosedur Kerja
1. Tekan tombol power
2. Tunggu beberapa saat, pilih set up
3. Pasang zero filter untuk kalibrasi alat
4. Pilih zero cal
5. Tekan start
6. Tunggu selama 1 menit
7. Setelah selesai kalibrasi, lepas kembali zero filter
8. Tekan main
9. Pasang inlet cup
10. Pilih run mode
11. Pilih test length: 00:00:15 dd:mm:hh
12. Atur waktu pengukuran (selama15 menit)
13. Tekan save
14. Pilih main
15. Tekan start
16. Setelah 15 menit pengukuran, akan muncul hasil pengukuran pada layar monitor.
17. Baca dan catat hasil pengukuran kadar debu (Mass Concentration, MAX, MIN,
AVG, dan TWA).

D. Hasil
Kami telah melaksanakan praktikum pemeriksaan kadar debu total dengan
menggunakan alat dust trak pada hari Senin, 22 Maret 2021 di ruang laboratorium
fisika Kampus VII Poltekkes Kemenkes Semarang. Pemaparan dilakukan selama 15
menit. Hasil pengukuran kadar debu total di laboratorium fisika adalah sebesar 1.08
mg/m3, dengan rincian sebagai berikut :
1. Kadar minimum(MIN) sebesar 0,900 mg/m3
2. Kadar maksimum(MAX) sebesar 1,74 mg/m3
3. Rata-rata(AVG) 0,964 mg/m3
4. Jumlah konsentrasi rata-rata yang diperkenankan untuk pemaparan selama 8 jam/
hari(TWA) adalah sebesar 0,000 mg/m3

E. Pembahasan
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja bahwa nilai
ambang batas untuk kadar debu total di tempat kerja adalah sebesar 10 mg/m3. Jika
dibandingkan dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 2018 tersebut, hasil pengukuran kadar debu total yang diperoleh yaitu
sebesar 1.08 mg/m3 tidak melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu, kadar debu total di udara lingkungan tersebut telah memenuhi syarat.
Udara lingkungan untuk parameter kadar debu total di laboratorium tersebut
aman/ tidak akan mengakibatkan pencemaran lingkungan maupun gangguan
kesehatan khusunya sistem pernafasan.

F. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Hasil pengukuran kadar debu total di laboratorium fisika Kampus VII
Poltekkes Kemenkes Semarang yang diperoleh telah memenuhi syarat nilai
ambang batas yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 sehingga, sudah tidak perlu dilakukan
pengendalian khusus untuk pengendalian pencemaran kadar debu total di udara.
2. Saran
a. Sebaiknya sebelum dilakukan pengukuran paraemeter kadar debu total,
tentukan terlebih dahulu titik pengukurannya.
b. Sebaiknya parameter yang akan diukur dan alat pengukuran yang digunakan
disesuaikan dengan lokasi pengukuran.
c. Membersihkan laboratorium secara rutin, agar kadar debu total selalu
memenuhi nilai ambang batas yang ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai