Oleh:
Rafika Ratik Srimurni
F351150191
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas udara dilingkungan semakin menurun disebabkan oleh aktivitas
sektor industri di Indonesia yang semakin meningkat. Perkembangan industri
yang pesat dapat meningkatkan taraf hidup dan pencemaran udara akibat proses
pengolahan atau hasil industri tersebut. Berbagai zat dapat mencemari udara
seperti debu, zat-zat kimia, gas beracun, dan lain-lain.
Debu merupakan salah satu jenis partikel pencemar di udara. Partikel
merupakan polutan yang paling berbahaya. Sedangkan yang paling rendah
toksisitasnya adalah karbonmonoksida. Teknik untuk mengontrol emisi partikel
semua didasarkan pada penangkapan partikel sebelum dilepaskan ke atmosfer.
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dipengaruhi oleh ukuran
partikel.
Debu dan asap yang tersuspensi di udara dapat dihilangkan dari aliran udara
dengan menggunakan beberapa alat pengendali. Terdapat tiga buah alat yang
dapat menyisihkan partikulat dari udara, yaitu : Cyclonee, Electrostatic
Precipitator, dan Baghouse Filter. Ketiga alat diatas memiliki spesifikasi dan
efisiensi yang berbeda-beda, sehingga digunakan untuk keperluan dan keadaan
yang berbeda-beda disesuaikan dengan karakteristik alat tersebut. Cyclonee
merupakan alat mekanis sederhana yang digunakan untuk menyisihkan partikulat
(debu) dari aliran gas.
B. Tujuan
1. Mengetahui teknik pengendalian pencemaran debu dengan metode cyclone.
2. Mengetahui perkembangan teknologi pengendalian pencemaran debu
menggunakan metode cyclone.
3. Mengetahui desain cyclone yang paling tepat dan efisien dalam mengendalikan
pencemaran debu.
4. Mengetahui model cyclone dalam mengendalikan pencemaran debu.
A. Partikel Debu
1. Pengertian Debu
Menurut Sarudji (2010), debu (partikulat) adalah bagian yang besar dari
emisi polutan yang berasal dari berbagai macam sumber sepeti mobil, truk,
pabrik baja, pabrik semen, dan pembuangan sampah terbuka. Ukuran partikel
debu yang dihasilkan dari suatu proses sangatlah bervariasi. Ukuran partikel
yang besar akan tertinggal pada permukaan benda atau turun kebawah
(menetap sementara diudara) dan ukuran partikel yang kecil akan terbang atau
tersuspensi diudara. Debu umumnya dalam ukuran micron, sebagai
pembanding ukuran rambut adalah 50-70 micron.
Menurut Wardhana (2001), debu sebagai pencemar udara mempunyai
waktu hidup, yaitu pada saat partikel masih melayang-layang sebagai pencemar
di udara sebelum jatuh ke bumi. Waktu hidup partikel berkisar antara beberapa
detik sampai beberapa bulan. Sedangkan kecepatan pengendapannya
tergantung pada ukuran partikel, massa jenis partikel serta arah dan kecepatan
angin yang bertiup. Partikel yang sudah mati karena jatuh mengendap di bumi,
dapat hidup kembali apabila tertiup oleh angin kencang dan melayang-layang
lagi di udara.
2. Sifat Debu
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1994 dalam Sitepu (2002),
sifat-sifat debu adalah sebagai berikut:
1) Sifat Pengendapan
Sifat pengendapan adalah sifat debu yang cenderung selalu mengendap
karena gaya gravitasi bumi. Namun karena kecilnya ukuran debu, kadangkadang debu ini relatif tetap berada di udara.
2) Sifat Permukaan Basah
Sifat permukaan debu akan cenderung selalu basah, dilapisi oleh lapisan air
yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu dalam tempat
kerja.
3) Sifat Penggumpalan
1) Respirable Dust
Respirable dust adalah debu atau partikel yang cukup kecil yang dapat
masuk kedalam paru-paru bagian dalam. Partikel yang masuk kebagian
paru-paru bagian dalam secara umum akan tinggal selama-lamanya didalam
paru-paru.
2) Inhalable Dust
Inhalable dust yaitu debu yang bisa masuk kedalam tubuh akan tetapi
terperangkap atau tertahan di hidung, tenggorokan atau sistem pernapasan
bagian atas, ukuran inhalable dust berdiameter kira-kira 10 mikron.
3) Total Dust
Total dust adalah semua airborne partikel tanpa mempertimbangkan ukuran
dan komposisinya.
5. Nilai Ambang Batas untuk Debu
Nilai ambang batas adalah kadar tertinggi suatu zat dalam udara yang
diperkenankan, sehingga manusia dan makhluk lainnya tidak mengalami
gangguan penyakit atau menderita karena zat tersebut (Agusnar, 2008). Kadar
debu yang melampaui ambang batas yang ditentukan dapat mengurangi
penglihatan, menyebabkan endapan pada mata, hidung, dan telinga dan dapat
juga mengakibat kerusakan pada kulit. Nilai ambang batas kadar debu di udara
berdasarkan Permenakertrans RI Nomor 13 tahun 2011 tentang Nilai Ambang
Batas Bahan Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, bahwa kadar debu di udara
tidak boleh melebihi 3,0 mg/m3. Konsentrasi polutan di udara dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Konsentrasi polutan di udara.
Level Toleransi
Polutan
Ppm
g/m3
CO
32
40.000
HC
19.300
Sox
0.50
1.430
Nox
0.25
514
Partikel
375
Sumber: Bobcock (1971) dalam Ratnani, R.D (2008).
Toksisitas
Relatif
1.00
2.07
28.0
77.8
106.7
PEMBAHASAN
pengurangan kadar debu atau kadar debu dan gas. Metoda pemisahan ini
diterapkan dalam berbagai rancangan alat pemisah debu dari aliran gas atau udara.
Alat pemisah debu ini dapat dipilah dalam pemisahan secara mekanis, cara
penapisan, cara basah, dan pemisahan secara elektrostatik.
B. Cyclone
Cyclone merupakan salah satu peralatan yang paling umum digunakan
untuk mengendalikan emisi debu dari aliran gas pada proses industri.
Perkembangan rekayasa teknologi tentang cyclone semakin pesat, diantaranya
yaitu cyclone saat ini telah memungkinkan untuk mengaplikasikan cyclone
sebagai pengering dan reaktor. Cyclone dapat menyisihkan partikulat kasar
dengan diameter >10 mm. Prinsip penyisihan partikulat dari aliran gas pada alat
ini adalah dengan memanfaatkan gaya sentrifugal. Aliran gas berdebu akan masuk
dengan sudut tertentu kemudian berputar dengan cepat. Gaya sentrifugal yang
dihasilkan dari aliran yang berputar akan membuat partikel debu terbuang ke
dinding. Debu akan jatuh ke hopper yang lokasinya di bawah. Jika gaya
sentrifugalnya besar maka efisiensi penyisihan partikulat juga akan tinggi
(Nurelyza H, et al 2014).
Kelebihan Cyclone yaitu desainnya sederhana, tidak mahal, biaya
pemeliharaan rendah, dan kemampuan beradaptasi untuk berbagai kondisi operasi
seperti pada suhu dan tekanan tinggi. (Swamee et al, 2009). Kekurangan dari
cyclone adalah efisiensi rendah dan biaya operasi tinggi karena tingginya pressure
drop. Cyclone digunakan sebagai pengumpul awal (pre-collector), pelindung alat
pengendali partikulat efisiensi tinggi (seperti fabric filter, electrostatic
precipitator). Tidak cocok digunakan bagi industri yang mengemisikan partikulat
basah, karena dapat terkumpul di dinding cyclone atau di inlet (inlet spinner
vanes). Jenis-jenis cyclone yaitu sebagai berikut:
1. Hydrocyclone
Hydrocyclone adalah suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan
padatan atau gas dari cairan berdasarkan perbedaan gravitasi setiap komponen.
Cyclone ini biasanya digunakan pada industri pengolahan batubara.
Keunggulan dari hydrocyclone yaitu biaya yang dikeluarkan relatif lebih
murah, tidak memerlukan sumber energi yang terpisah, biaya perawatan yang
(a)
(b)
Gambar 2. (a) hydrocyclone, dan (b) cara kerja hydrocyclone.
C. Desain Cyclone
Pada umumnya cyclone dirancang dengan kesamaan geometris dimana
perbandingan dimensinya bersifat konstan untuk berbagai diameter (Diameter
body = Do). Nilai perbandingan ini akan menentukan apakah cyclone tersebut
termasuk jenis konvensional, efisiensi tinggi atau high throughput. Dapat dilihat
pada Tabel 2 berikut ini perbandingan dimensi untuk cyclone.
Tabel 2. Standar pendimensian cyclone.
Dimensi
Diameter casing (D/D)
Tinggi saluran inlet (H/D)
Lebar saluran inlet (W/D)
Diameter keluaran gas (De/D)
Tinggi vortex (S/D)
Tinggi casing (Lb/D)
Tinggi kerucut (Lo/D)
Diameter keluaran debu (Dd/D)
Efisiensi Tinggi
1
2
1
1
0.5
0.44
0.2
0.21
0.5
0.4
0.5
0.5
1.5
1.4
2.5
2.5
0.375
0.4
Tipe Cyclone
Konvensional
3
4
1
1
0.5
0.5
0.25
0.25
0.5
0.5
0.625
0.6
2
1.75
2
2
0.25
0.4
High Throuhput
5
6
1
1
0.75
0.8
0.375
0.35
0.75
0.75
0.875
0.85
1.5
1.7
2.5
2
0.375
0.4
Bentuk dasar dan fungsi dari cyclone debu tidak banyak berubah selama 100
tahun. Jenis cyclone yang paling awal yaitu desain "Pot-Bellied" atau desain
tekanan rendah (Low-Pressure) merupakan desain dengan fisiensi tinggi yang
lebih kecil dengan diameter relatif terhadap aliran gas inlet volumetrik. Desain
efisiensi tinggi ini mempunyai persentase yang lebih besar dari partikel yang
masuk karena aliran gas (dan partikel) kecepatan mereka lebih tinggi. Kecepatan
tinggi juga mengakibatkan peningkatan penurunan tekanan (Funk, P.A and K.D.
Barker 2013).
Faktor penentu desain cyclone antara lain kecepatan inlet gas, diameter
partikel, dan perbandingan ukuran bagian-bagian cyclone. Desain cyclone yang
paling penting adalah ketinggian bagian silinder dan kerucut serta diameter
silinder. Perubahan desain cyclone secara umum dapat dilihat pada Gambar 4.
[ 9 Bc /2 N v i ( p ) ]
Dimana:
0,5
= densitas partikel
Ei = 1-e[-2(c)^1/(2n+2)]
Dimana: c = faktor dimensi cyclone ; = parameter impaksi; n = eksponen
vortex .
D. Kinerja Cyclone
Mekanisme kerja utama cyclone yaitu gaya sentrifugal, gaya gravitasi, dan
gerakan spiral.
a) Gaya sentrifugal, aliran yang masuk akan bergerak berputar secara spiral,
karena adanya gaya momentum dan inersia menyebabkan partikulat terlepas
dari aliran gas dan mengenai dinding cyclone yang menyebabkan partikulat
jatuh ke hopper.
b) Gaya gravitasi, partikulat yang telah menumbuk dinding cyclone, karena berat
sendiri partikulat secara gravitasi akan jatuh ke dalam hopper.
c) Gerakan spiral dari aliran gas bergerak sepanjang dinding cyclone, berputar
beberapa kali secara spiral kearah bawah hingga mencapai dasar cyclone.
Kemudian gerakan akan berputar ke arah berlawanan dan menuju kepusat
tabung dan bergerak ke atas keluar melalui vortex.
Kinerja cyclone dapat diketahui oleh efisiensi cyclone. Efisiensi cyclone
dipengaruhi oleh viskositas gas, lebar saluran inlet, kecepatan gas inlet, densitas
antara partikel dan gas, dan diameter partikel.
1. Ukuran partikel, semakin besar ukuran partikel, maka efisiensi cyclone akan
semakin meningkat karena berdasarkan Hukum Stokes, diameter partikel
berbanding lurus dengan terminal settling velocity.
Dan efisiensi keseluruhan dari alat cyclone merupakan rerata untuk seluruh
rentang ukuran partikel yaitu:
o = jmj
Performa cyclone juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun
factor-faktor yang dapat mengurangi performa cyclone antara lain: kerusakan
mekanik dari cyclone, penyumbatan unit disebabkan endapan debu, dan
penggunaan yang berlebihan (biasanya disebabkan oleh abrasi).
E. Model Cyclone
Menurut Suyitno (2005), model perhitungan matematik cyclone dapat
dihitung dengan model tubulen, Spalart-Allmaras Model dan RNG k- model.
1. Model Turbulen
Turbulen akan terjadi ketika gaya inersia dalam fluida menjadi sangat
dominan dibandingkan gaya viskos (dicirikan dengan tingginya Reynolds, Re).
Terdapat 3 pendekatan utama dalam pemodelan turbulen, yaitu RANS
(Reynolds Averaged Navier Stokes), LES (Large Eddy Simulation) dan DNS
(Direct Numeric Simulation). Turunan dari model RANS adalah EVM (Eddy
Viscosity Model) dan RSM (Reynolds Stress Models). EVM juga mempunyai
turunan dari Zero Equation Model, Half Equation Model, One Equation
Model, dan Two Equation Model. Two Equation Model mempunyai turunan k-
model, k- model, k- model dan v2-f model. k- model mempuyai turunan k-
standar model, RNG k- model dan Realizable k- model. Spalart-Allmaras
model merupakan salah satu dari one equation model. Untuk aliran fluida yang
stabil dan incompressible dalam siklon, berikut persamaan kontinuitas dan
Reynolds-rata Navier-Stokes untuk aliran gas yang bekerja:
Salah satu karakterisasi partikel padatan dapat ditinjau dari distribusi ukuran
partikel menggunakan metode distribusi Rosin-Rammler seperti pada
persamaan 10.
n
( DnD )
R= e
(10)
(11)
2. Spalart-Allmaras Model
Spalart-Allmaras model merupakan model turbulen sederhana karena
tidak perlu menghitung skala panjang (length scale). Spalart-Allmaras efektif
untuk memodelkan turbulen pada Re yang rendah. Persamaan yang terlibat
dalam model Spalart-Allmaras dapat dilihat dari Persamaan 12 sampai 20.
1
v`
v` 2
v` 2
`
( v` )+ ( v` u i )=C b 1 S v` +
( + v` )
+C b2
Cw 1 f w
+ Sv
t
x
p xj
x j
xj
d
[ (
( )]
()
(12)
Dimana p, Cb1 dan Cb2 adalah konstanta. v adalah viskositas kinematik
molekular. Sv adalah sumber yang didefinisikan oleh pengguna.
= ~v f
t
v1
(13)
Dimana fv1 adalah fungsi redaman viskos.
~v 3
v
f v1 = ~ 3 3
( v /v ) +C v 1
()
(14)
~
v
v
( )
()
()
~
~
v
S=S + 2 2 1 ~
v
K d
f
v v1
(15)
Dimana d adalah jarak dari dinding. S adalah ukuran skalar dari tensor
deformasi.
S= 2 ij ij
(16)
ij =
1 ui uj
2 xi xi
(17)
1+ C6w 3
f w =g 6 6
g + Cw 3
1/ 6
(18)
6
~
~v
~v
v
g= ~ 2 2 +C w2 ~ 2 2 ~ 2 2
SK d
SK d
SK d
{(
) (
)}
(19)
Konstanta yang digunakan dalam persamaan model Spalart dan Allmaras
adalah:
Cb1 = 0,1355, Cb2 = 0,622, p = 2/3,
Cv1
7,1,
(20)
Cw2 = 0,3, Cw3 = 2,0, K = 0,4187
Cw1
C b 1 ( 1+C b 2 )
+
2
,
p
K
3. RNG k- model
Model RNG (Renormalized Group) k- merupakan model dua persamaan
dimana energi kinetik turbulen (k) dan laju disipasi ( ) dimodelkan. Viskositas
Eddy dihitung dari hubungan k dan . Model RNG k- mempunyai respon yang
lebih baik terhadap pengaruh regangan dan sudut garis arus yang cepat dibanding
model k- standar. Persamaan yang berlaku dalam model RNG k- dapat dilihat
pada Persamaan 21 sampai 24. Persamaan k:
k
( k ) + ( k ui )=
k eff
ui u j j g i 1
2 M 21+ S k
t
xi
xj
xi
xi
Pr1 x i
(21)
Persamaan :
3
uj
t
2 C ( 1
( ) +
( ui ) = x eff x +C 1 k ui u j x +C3 g i Pr x C 2 k
t
xi
1+ 3
i
j
i
t
i
(22)
t =C
k2
(23)
(24)
F. Hasil Penelitian
Penelitian mengenai cyclone sudah banyak berkembang, mulai dari desain
ukuran cyclone sampai pada aplikasi cyclone pada motor bakar. Sebagai contoh
yaitu penelitian Yusuf, M et al mengenai penggunaan cyclone untuk efisiensi
motor bakar; serta penelitian Widayana, G (2013) mengenai penggunaan IFC2SW
(Internal Flow Cyclone generasi kedua dengan dua dinding efektif) untuk
memperbesar rambatan karateristik medan kecepatan aliran.
IV.
A. Kesimpulan
1. Perkembangan teknologi mengenai cyclone semakin pesat, aplikasi utama
cyclone tetap pada bidang pengendalian pencemaran udara dimana efisiensi
yang tinggi diperlukan untuk memenuhi peraturan yang diterapkan.
2. Desain cyclone pada umumnya dirancang dengan kesamaan geometris dimana
perbandingan dimensinya bersifat konstan untuk berbagai diameter (Diameter
body = Do). Secara umum terdapat dua bentuk utama dari cyclone adalah axial
dan tangensial cyclone.
3. Kinerja cyclone dapat diketahui oleh efisiensi cyclone. Efisiensi cyclone
dipengaruhi oleh viskositas gas, lebar saluran inlet, kecepatan gas inlet,
densitas antara partikel dan gas, dan diameter partikel.
4. Model perhitungan matematik cyclone dapat dihitung dengan model tubulen,
Spalart-Allmaras Model dan RNG k- model.
5. Perkembangan teknologi mengenai cyclone semakin pesat seperti untuk kontrol
emisi, recovery produk, proses atau peningkatan pembakaran, pemanas,
pengeringan semprot, sumber sampling dan monitoring, bahkan pembersih
vakum rumah tangga.
B. Saran
Penelitian mengenai desain dan manfaat cyclon dapat dikembangkan lebih
luas lagi serta dapat ditingkatkan efisiensi penggunaannya. Pencemaran debu juga
dapat dikurangi dengan produksi bersih yang harus dilakukan oleh sektor industri
maupun untuk transportasi sehingga pembentukkan debu dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA