Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling

Praktikum mengenai pengukuran partikulat pengambilan sampel dilakukan di


parkiran Teknik Industri-Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Andalas pada hari Jumat,17 Maret 2023 pukul 08.54 WIB. Lokasi sampling
berada pada koordinat 00º54’40” Lintang Selatan dan 100º27’40” Bujur Timur.
Elevasi tempat pengambilan sampel adalah 273 meter di atas permukaan laut
(mdpl). Kondisi pada saat sampling dalam keadaan cerah dengan suhu 28,7ºC.
Kondisi pada wilayah sampling yang menjadi sumber partikulat di lokasi tersebut
berasal dari aktivitas manusia yang melewati area tersebut seperti kendaraan
bermotor dan mobil, dan juga berasal dari asap rokok satpam.

2.2 Umum

Pencemaran udara merupakan masalah yang selalu terjadi. Pencemaran udara ini
terjadi akibat dari pengaruh dampak pencemaran udara. Perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan serta kebakaran hutan. Meningkatnya
jumlah aktivitas manusia pada zaman modern saat ini, sehingga
memerlukan peningkatan teknologi. Peningkatan teknologi dengan semakin
banyaknya pabrik-pabrik industri, pembangkit listrik dan kendaraan
bermotor yang setiap harinya menghasilkan zat polutan sebagai pencemar
udara. Alhasil udara bersih yang sebagai sumber pernapasan menjadi tercemar
yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia dan juga dapat
merusak lingkungan ekosistem (Abidin & Hasibuan, 2019).

Berbagai masalah lingkungan salah satunya adalah pencemaran udara. Salah satu
pencemar udara berbahaya yang sering ditemukan adalah Total Suspended
Particulate (TSP). Masalah polusi yang disebabkan oleh TSP merupakan masalah
yang berbahaya bagi kehidupan manusia baik yang beraktivitas di dalam maupun
di luar ruangan. TSP telah memicu berbagai penyakit seperti infeksi pernapasan
dan juga gangguan pada penglihatan (Rahayu & Siahaan, 2018).
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
2.3 Total Suspended Particulate (TSP)

2.3.1 Pengertian Total Suspended Particulate (TSP)

Total Suspended Particulate (TSP) merupakan partikel-patikel yang disebabkan


oleh penghancuran, pelembutan, pengolahan, pengepakan dan lain-lain dari
bahan-bahan organik maupun anorganik, misalnya batu, biji logam, arang batu,
kayu, butir-butir zat padat dan sebagainya. TSP (Total Suspended Particulate)
umumnya berasal dari gabungan secara mekanik dan material yang berukuran
kasar yang berada di udara, dalam konsentrasi tertentu dapat berbahaya bagi
manusia. Partikulat merupakan partikulat-partikulat kecil padatan seperti debu dan
droplet cairan misalnya kabut. Beberapa partikulat dalam berbagai bentuk dapat
melayang di udara (Af’idah, 2019).

Karakteristik fisik partikulat yang paling utama adalah ukuran dan distribusinya.
Secara umum partikulat berdasarkan ukurannya dibedakan atas dua kelompok,
yaitu partikel halus (fine particles, ukuran 2,5 μm) dan partikel kasar (coarse
particles, ukuran > 2,5 μm). Perbedaan antara partikel halus dan partikel kasar
terletak pada sumber, asal pembentukan, mekanisme penyisihan, sifat optiknya,
dan komposisi kimianya. Partikel halus dan partikel kasar ini dikelompokkan ke
dalam partikel tersuspensi yang dikenal dengan Total Suspended Particulate
(TSP) yaitu partikel dengan ukuran partikel < 100 μm. Selain itu, juga dikenal
PM10 yaitu partikel dengan ukuran < 10 μm yang berhubungan langsung dengan
kesehatan manusia (Af’idah, 2019).

Total Suspended Particulate (TSP) merupakan partikel-partikel yang disebabkan


oleh penghancuran, pelembutan, pengolahan, pengepakan, dan lain-lain dari
bahan-bahan organik maupun anorganik misalnya batu, biji logam, arang batu,
kayu, butir-butir zat padat, dan sebagainya. Total Suspended Particulate (TSP)
umumnya berasal dari gabungan secara mekanik dan material yang berukuran
kasar yang berada di udara, dalam konsentrasi tertentu dapat berbahaya bagi
manusia. Partikulat merupakan partikulat-partikulat kecil padatan seperti debu dan
droplet cairan misalnya kabut. Beberapa partikulat dalam berbagai bentuk dapat
melayang di udara (Af’idah, 2019).

ZAHIDAH AULIYATUNNISA 2110942028


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
2.3.2 Sumber Total Suspended Particulate (TSP)

Partikulat secara alamiah berasal dari debu tanah kering yang terbawa oleh
angin atau dari kegiatan vulkanik seperti letusan gunung berapi. Pembakaran
yang tidak sempurna dari bahan bakar yang digunakan manusia memiliki
kandungan senyawa karbon murni atau dapat juga bercampur dengan gas-gas
organik. Partikel debu melayang atau Suspended Particulate Matter (SPM) juga
dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna. Hasil pembakaran
ini membentuk aerosol kompleks. Jika dibandingkan pembakaran batu bara,
pembakaran minyak dan gas umumnya menghasilkan SPM yang lebih sedikit
(Af’idah, 2019).

Materi partikulat ini dapat berasal dari banyak sumber, misalnya sumber diam
seperti letusan gunung berapi, industri, konstruksi, jalan tanpa aspal dan lain-lain.
Aktivitas manusia juga berperan dalam penyebaran partikulat, misalnya dalam
bentuk partikulat-partikulat debu dan asbes dari bahan bangunan, abu terbang dari
proses peleburan baja dan asap dari proses pembakaran tidak sempurna, terutama
dari batu arang. Selain itu, terdapat pula sumber bergerak yaitu kendaraan
bermotor terutama yang bermesin diesel (Af’idah, 2019).

2.3.3 Dampak Total Suspended Particulate (TSP)

Debu dapat mengakibatkan dampak negatif bagi tenaga kerja yaitu gangguan
pernapasan. Gangguan pernapasan timbul sebagai akibat dari pajanan bahan
pencemar udara atau emisi yang dihasilkan selama proses produksi seperti debu.
Debu yang terdapat di lingkungan kerja berpotensi menimbulkan gangguan
kesehatan pada hidung dan tenggorokan yang dapat mengakibatkan selesma dan
infeksi lain. Debu (Total Suspended Particulate) memiliki risiko kesehatan non
karsinogenik yaitu dapat menyebabkan gangguan pernapasan khususnya
pneumokoniosis. Pneumokoniosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
adanya partikel debu yang masuk dan mengendap di paru-paru (Siswati &
Khuliyah, 2017).

ZAHIDAH AULIYATUNNISA 2110942028


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
2.3.4 Baku Mutu Total Suspended Particulate (TSP)

Menurut Lampiran VII Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22


Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menetapkan bahwa kadar baku mutu udara untuk Total
Suspended Particulate (TSP) adalah dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Baku Mutu Total Suspended Particulate (TSP)


Waktu Baku Sistem
No Parameter
Pengukuran Mutu Pengukuran
Partikulat debu < 100
1 µm (TSP) 24 Jam 230 µg/m3 Aktif manual

Sumber: Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021

2.3.5 Pengukuran dan Analisis

Total Suspended Particulate (TSP) dianalisis dengan metode gravimetri dengan


menggunakan alat high volume air sampler untuk menentukan konsentrasi debu
yang ada di udara dengan menggunakan pompa hisap. Udara yang terhisap ini
akan disaring dengan menggunakan filter, sehingga debu yang ada di udara
akan menempel pada filter tersebut. Berdasarkan jumlah udara yang terhisap
dan berat filter yang terdapat debu, maka akan diketahui konsentrasi debu yang
ada di udara (Af’idah, 2019).

Berdasarkan SNI 16-7058-2004 mengenai Metode Pengujian Kadar Partikel


Debu di Udara secara Gravimetri dijelaskan bahwa metode analisis TSP
dilakukan dengan metode gravimetri pada alat High Volume Air Sampler
(HVAS). Metode analisis gravimetri ini merupakan suatu metode analisis yang
didasarkan pada pengukuran berat, yang melibatkan pembentukan, isolasi, dan
pengukuran berat dari suatu endapan. Kegunaan dari metode gravimetri ini agar
diperolehnya besar partikel debu di udara (SNI 16-7058-2004).

Lingkup pengujian penentuan partikel tersuspensi total mencakup (SNI 19-


7119.3-2005):
a. Cara pengambilan contoh uji pada jumlah volum udara yang besar pada
atmosfer, menggunakan nilai rata-rata laju alir pompa vakum 1,13 hingga
1,70 m3/menit menggunakan laju alir ini maka diperoleh partikel tersuspensi

ZAHIDAH AULIYATUNNISA 2110942028


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
kurang dari 100 μm (diameter ekivalen) yang bisa dikumpulkan. Adapun buat
efesiensi partikel berukuran lebih besar dari 20 μm akan berkurang sesuai
menggunakan kenaikan berukuran partikel, sudut dari angin, atap sampler,
serta kenaikan kecepatan;
b. penggunaan filter serat kaca bisa mengumpulkan partikel menggunakan
kisaran diameter 100 μm hingga 0,1 μm (efesiensi 99,95 % untuk ukuran
partikel 0,3 μm);
c. jumlah minimum partikel yang terdeteksi oleh metode ini artinya 3 mg
(tingkat kepercayaan 95%) pada waktu alat dioperasikan menggunakan laju
alir rata- rata 1,7 m3/menit selama 24 jam,maka berat massa yang dihasilkan
antara 1 hingga 2 μg/m3.

2.4 Particulate Matter 2,5 (PM2,5)

2.4.1 Pengertian Particulate Matter 2,5 (PM2,5)

Partikulat diidentifikasi sebagai polutan mayoritas dalam ruangan. Berbeda


dengan outdoor, sumber partikulat pada indoor lebih bervariasi. Particulate
matter (PM) atau bahan partikulat disebut juga debu adalah benda padat atau cair
berupa asap, debu, atau uap yang akan tetap berada di atmosfer dalam waktu
yang lama. Partikel besar yang terhirup akan bertahan lama di saluran
pernapasan bagian atas, dan jika dapat dihirup akan masuk ke paru-paru dan
merusak pernapasan. Partikel kecil, yaitu partikel yang lebih kecil dari 10 μm.
Particulate matter 2,5 (PM2,5) merupakan penyebab utama kematian yang
disebabkan oleh jantung dan paru-paru (Sari et al, 2019).

Particulate matter (PM) itu sendiri adalah campuran dari beberapa senyawa
(misalnya, organik dan unsur karbon, logam transisi, nitrat dan sulfat) mulai dari
ukuran beberapa nanometer sampai yang berdiameter > 10 mm. Particulate
matter (PM) adalah salah satu parameter polutan udara. Particulate matter 2,5
(debu partikulat 2,5) adalah partikel dengan diameter aerodinamik lebih kecil
dari 2,5 μm. Unsur partikulat ini dapat mempengaruhi kesehatan manusia
sebagai reseptor terutama menyebabkan gangguan pada sistem respirasi (Ahmad,
2017).

ZAHIDAH AULIYATUNNISA 2110942028


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
2.4.2 Sumber Particulate Matter 2,5 (PM2,5)

Partikulat berasal dari antropogenik dan alami baik primer (utama) maupun
sekunder yaitu (Cholianawati, 2019):
1. Sumber antropogenik;
Sumber utama antropogenik partikulat berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil untuk produksi energi serta pemanasan domestik, pembakaran limbah
industri logam, asap knalpot, abrasi, ban dan debu rem, dan suspensi ulang
partikel yang terendap. Gas reaktif buatan manusia seperti SO 2, SO3, NO X,
NH3 dan gas organik dilepaskan ke atmosfer serta membentuk partikel
melalui koagulasi, berdampak pada inti kondensasi dan reaksi kimia (sumber
antropogenik sekunder).
2. sumber alami.
Sumber alam primer adalah gunung berapi, kebakaran hutan, lautan, erosi
tanah, abrasi batuan dan bahan tanaman (plant materials). Sumber alami
sekunder terdiri dari emisi gas dari sumber alami yang dapat membentuk PM.
PM dari sumber yang berbeda memiliki komposisi yang berbeda dan sering
berbeda toksisitasnya.

PM2,5 dengan mudah ditemukan di berbagai tempat. PM2,5 mudah memasuki


sistem pernapasan manusia. Hal ini yang menyebabkan PM 2,5 menjadi partikel
udara paling mematikan bagi manusia secara pelan-pelan tanpa korban sadari.
PM2,5 yang menumpuk di paru-paru dan organ lain bisa menyebabkan
munculnya penyakit pernapasan, asma, hingga penyakit jantung. PM2,5 juga
ampuh untuk membuat penyakit-penyakit tersebut makin parah hingga bisa
memicu kematian dini. Dalam catatan Departemen Kesehatan New York, asal
PM2,5 bisa dibagi menjadi outdoor (di luar ruangan) dan indoor (di dalam
ruangan). Dalam kategori outdoor, PM2,5 ada di polusi asap mobil, truk, bus, dan
kendaraan bermotor lain, termasuk hasil pembakaran kayu, minyak, batu bara,
atau akibat kebakaran hutan dan padang rumput. PM2,5 juga dihasilkan secara
masif oleh cerobong asap pabrik. Sedangkan yang dari dalam ruangan, PM2,5
terkandung di asap rokok, asap memasak (goreng-bakar), membakar lilin atau
minyak lampu, atau dari asap perapian (Ahmad, 2017).

ZAHIDAH AULIYATUNNISA 2110942028


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
2.4.3 Dampak Particulate Matter 2,5 (PM2,5)

Berdasarkan penelitian, paparan PM2,5 dalam waktu singkat berdampak pada


peningkatan risiko sistem kardiovaskular dan beberapa gangguan fisiologis pada
sistem pernapasan. Salah satu contohnya adalah penurunan fungsi paru-paru, serta
mengganggu rongga pernapasan seseorang yang memiliki riwayat penyakit asma.
Menurut WHO (2010), PM2,5 juga dapat mengakibatkan infeksi saluran
pernapasan (ISPA), kanker paru-paru, penyakit kardiovaskular, kematian dini dan
penyakit paru-paru obstruktif kronis. Jenis partikulat yang saat ini banyak diteliti
karena sifatnya yang dapat menembus sampai bagian paru paling dalam dan
kandungannya yang dapat beredar dalam aliran darah adalah PM2,5 (partikulat
berukuran < 2,5 μm. PM2,5 dapat menembus pertahanan sistem saluran pernapasan
manusia sehingga dapat terikat oleh darah manusia melalui pertukaran udara pada
alveolus di paru-paru. Partikulat dapat mengendap dalam saluran pernafasan
melalui beragam mekanisme fisik antara lain sedimentasi, impaksi, difusi,
intersepsi, dan elektronik presipitasi (Sembiring, 2020).

Ukuran partikulat sangat berpengaruh terhadap organ pernapasan yang dapat


dicapai partikulat tersebut. Partikulat yang berukuran lebih dari 5 mikron akan
tertahan di saluran pernapasan bagian atas. Partikulat dengan ukuran 3-5 mikron
akan tertahan di saluran pernapasan bagian tengah. Ukuran yang lebih kecil lagi
yaitu 1-3 mikron akan menempel di permukaan atau selaput lendir paru-paru
mulai dari bronkiolus sampai alveoli, sedangkan ukuran kurang dari 1 mikron
akan bergerak keluar masuk alveoli sesuai dengan gerak Brown (Ahmad, 2017).

Beberapa gangguan kesehatan akibat terhirupnya particulate matter yaitu


(Ahmad, 2017):
a. Gangguan pernafasan kronis (bronchitis);
b. infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA);
c. asma;
d. penurunan fungsi paru-paru;
e. kanker paru-paru;
f. kematian dini.

ZAHIDAH AULIYATUNNISA 2110942028


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
2.4.4 Baku Mutu Particulate Matter 2,5 (PM2,5)

Menurut lampiran VII Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22


Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menetapkan bahwa kadar baku mutu udara untuk Mutu
Particulate Matter 2,5 (PM2,5 ) adalah dalam Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Baku Mutu Particulate Matter 2,5 (PM2,5)


Waktu Baku Sistem
No Parameter
Pengukuran Mutu Pengukuran
Aktif kontinu
24 Jam 55 µg/m3
Partikulat debu < 2,5 µm
1 Aktif manual
(PM2,5)
3
1 Tahun 15 µg/m Aktif kontinu
Sumber: Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021

2.4.5 Pengukuran dan Analisis

Peralatan yang digunakan untuk mengukur PM2,5 adalah LVS (small volume
sampler) yang dapat digunakan untuk mengukur udara ambien. Metode ini
menggunakan kertas saring berbentuk bulat dengan porositas 0,3-0,45 mikron,
dan kecepatan pompa digunakan untuk menangkap suspensi partikulat 20-30
rpm. Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggunakan prinsip adsorpsi.
Partikel-partikel yang ada di udara akan tetap berada pada kertas saring
kemudian ditimbang untuk mendapatkan konsentrasi partikel di udara. Nilai
terukur dari parameter PM2.5 diperoleh dengan metode gravimetri. Metode ini
digunakan untuk mengetahui ukuran partikel debu di udara. Apabila bahan
pencemar di udara telah sepenuhnya memenuhi persyaratan (kuantitas, durasi
atau potensi bahaya), maka mekanisme pencemaran udara akan terjadi,
kemudian pencemar tersebut disebut pencemar atau pencemar yang dapat
menimbulkan pencemaran. Mekanisme pemaparan pencemar udara merupakan
suatu sistem yang terdiri dari tiga komponen dasar yaitu sumber emisi, atmosfer
dan dampak terhadap reseptor (Ahmad, 2017).

2.5 Lokasi Pemantauan Kualitas Udara


Penentuan lokasi sampling disesuaikan dengan SNI 19-7119.6-2005 yaitu
Pengambilan sampel dilakukan di tempat terbuka dan jauh dari gedung-gedung

ZAHIDAH AULIYATUNNISA 2110942028


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
tinggi yang berdekatan dan pepohonan karena dapat memengaruhi keberadaan
partikel pencemar. Menurut SNI Nomor 19-7119-6.2005 kriteria yang dapat
dipakai dalam penentuan lokasi pemantauan kualitas udara ambien antara lain
(SNI 19-7119.6-2005):
1. Area dengan konsentrasi pencemar tinggi. Daerah yang didahulukan untuk
dipantau hendaknya daerah-daerah dengan konsentrasi pencemar yang
tinggi. Satu atu lebih stasiun pemantau mungkin dibutuhkan di sekitar daerah
yang emisinya besar;
2. area dengan kepadatan penduduk tinggi. Daerah-daerah dengan kepadatan
penduduk yang tinggi, terutama ketika terjadi pencemaran yang berat;
3. di daerah sekitar lokasi penelitian yang diperuntukkan untuk kawasan studi
maka stasiun pengambil contoh uji perlu ditempatkan di sekeliling
daerah/kawasan;
4. di daerah proyeksi, untuk menentukan efek akibat perkembangan
mendatang di lingkungannya, stasiun perlu ditempatkan di daerah-daerah
yang diproyeksikan;
5. mewakili seluruh wilayah studi, informasi kualitas udara di seluruh wilayah
studi harus diperoleh agar kualitas udara di seluruh wilayah dapat dipantau
(dievaluasi).

Berdasarkan SNI Nomor 19-7119-6.2005 persyaratan yang dapat digunakan


sebagai petunjuk dalam pemilihan titik sampling pengambilan contoh uji adalah
(SNI 19-7119.6-2005):
1. Hindari tempat yang dapat mengubah konsentrasi akibat adanya absorpsi
atau adsorpsi (seperti dekat dengan gedung-gedung atau pohon-pohonan);
2. hindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap bahan pencemar yang
akan diukur dapat terjadi, emisi dari kendaraan bermotor yang dapat
mengotori pada saat mengukur ozon, amoniak dari pabrik refrigerant yang
dapat mengotori saat mengukur gas-gas asam;

3. hindari tempat dimana pengganggu fisika dapat menghasilkan suatu hasil


yang mengganggu pada saat mengukur debu (particulate matter) tidak boleh
dekat dengan insenarator baik domestik maupun komersial, gangguan listrik

ZAHIDAH AULIYATUNNISA 2110942028


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
terhadap peralatan pengambil contoh uji dari jaringan listrik tegangan tinggi;
4. letakkan peralatan di daerah dengan gedung/bangunan yang rendah dan
saling berjauhan;
5. apabila pemantauan bersifat kontinu, maka pemilihan lokasi harus
mempertimbangkan perubahan kondisi peruntukan pada masa datang.

Mendukung pemantauan kualitas udara ambien, perlu dilakukan pemantauan


kondisi meteorologis yang meliputi arah angin, kecepatan angin, kelembaban
dan temperatur. Penetapan lokasi pemantauan meteorologis diatur dalam SNI
Nomor 19- 7119-6.2005 sebagai berikut (SNI 19-7119.6-2005):
1. Ketentuan lokasi stasiun pemantau yang relatif dekat dengan bangunan atau
pohon tertinggi:
a. Tinggi probe alat pemantau minimal 2,5 kali dari tinggi bangunan atau
pohon tertinggi dan membentuk sudut 30 0 terhadap bangunan atau pohon
tertinggi;
b. minimal 2 meter lebih tinggi dari bangunan atau pohon tertinggi di
sekitarnya;
c. tinggi lokasi stasiun pemantau kondisi meteorologis minimal 10 meter dari
permukaan tanah.
2. ketentuan lokasi pemantauan yang relatif jauh dari bangunan atau pohon
tertinggi (jarak stasiun ke bangunan atau pohon tertinggi minimal 10 kali tinggi
bangunan atau pohon tertinggi:
a. Tinggi probe pemantau 2,5 kali dari tinggi bangunan atau pohon tertinggi;
b. tinggi lokasi untuk penempatan stasiun pemantau kondisi meteorologis
minimal 10 meter dari permukaan tanah.

2.6 Faktor Meteorologi

Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari masalah atmosfer, misalnya, suhu,


udara, cuaca, angin, dan berbagai sifat fisika dan kimia atmosfer lainnya yang
digunakan untuk keperluan prakiraan cuaca. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, meteorologi didefiniskan sebagai cabang ilmu geografi yang
mempelajari tentang ciri-ciri fisik dan kimia atmosfer untuk meramalkan
keadaan cuaca di suatu tempat secara khusus dan di seluruh dunia
ZAHIDAH AULIYATUNNISA 2110942028
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
secara umum. Pengertian meteorologi yang lain adalah bahwa meteorologi yaitu
ilmu yang mempelajari proses fisis dan gejala cuaca yang terjadi di dalam
atmosfer terutama pada lapisan bawah yaitu troposfer. Faktor meteorologi yang
mempengaruhi penyebaran pencemaran udara adalah sebagai berikut (Septiadi,
2016):
1. Arah angin;
Dalam menentukan arah angin, biasanya digunakan windrose. Windrose
dapat meringkas frekuensi angin berdasarkan variasi arah dan kecepatan
pada suatu lokasi. Secara normal memetakan angin dari arah datangnya
angin, misalnya angin dari barat berhembus ke timur.
2. kecepatan angin;
Kecepatan angin meningkat bersamaan dengan peningkatan elevasi, waktu,
troposfer karena pergeseran bumi dapat memperlambat hembusan angin.

3. inversi suhu;
Inversi suhu adalah kondisi suhu yang tidak normal pada batas kedua lapisan
udara. Inversi suhu memiliki pengaruh signifikan terhadap meteorologi
pencemaran udara. Jika terjadi inversi, udara stabil menolak untuk bergerak
naik hal ini disebabkan polutan terkumpul di dalam atmosfer yang lebih
rendah dan tidak menyebar. Stabilitas atmosfer juga mengurangi perubahan
energi angin di antara lapisan udara di sekitar tanah dan lapisan angin yang
lebih tinggi, jadi dispersi pencemar secara horizontal maupun vertikal
dihalangi.

4. intensitas penyinaran matahari


Intensitas penyinaran matahari merupakan salah satu indikator yang penting
di dalam klimatologi. Sinar matahari akan menggerakkan reaksi-reaksi
fotokimia di atmosfer (misalnya reaksi pembentukan ozon), menghasilkan
uap air yang sangat dibutuhkan untuk terjadinya hujan, menjaga agar suhu
atmosfer tetap hangat, dan lain sebagainya.

ZAHIDAH AULIYATUNNISA 2110942028


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, J., & Hasibuan, F. A. (2019). Pengaruh Dampak Pencemaran Udara


terhadap Kesehatan untuk Menambah Pemahaman Masyarakat Awam
tentang Bahaya dari Polusi Udara. Pekanbaru: Universitas Graha Nusantara.

Af’idah, N. (2019). Analisis Hubungan Konsentrasi Total Suspended Particulate


(TSP) di Dalam dan di Luar Ruangan dan Faktor-Faktor yang
Berhubungan. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

Ahmad, A. (2017). Studi Reduksi PM2,5 Udara Ambien Oleh Ruang Terbuka
Hijau di Kawasan Industri PT Petrokimia Gresik. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.

Cholinawati, N. (2019). Partikulat Halus (PM2,5) dan Dampak Terhadap


Kesehatan Manusia. Vol. 20 (1). Jakarta: Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional.

Rahayu, R. W. N. P. D., & Siahaan, J. S. (2018). Efektivitas Vegetasi Sebagai


Penjerap Total Suspended Particulate (TSP) Di Kawasan SD Negeri 24
Pontianak Utara. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 6(1), 001-010.
Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Republik Indonesia. (2021). Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021


tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Jakarta: Sekretariat Negara.

Rochimawati, N. R. (2014). Pendugaan Bangkitan Konsentrasi Total Suspended


Particulate (TSP) di Udara Ambien dari Permukaan Tanah.Bandung: ITB.

Sari, I. R. J., Fatkhurrahman, J. A., & Andriani, Y. (2019). Pola Sebaran Polutan
PM2.5 dan PM10 Harian Terhadap Faktor Suhu dan Kelembaban. Prosiding
SNST Fakultas Teknik, 1(1). Semarang: Universitas Wahid Hasyim.

Sembiring, E. T. J. (2020). Risiko Kesehatan Pajanan PM2,5 di Udara Ambien


bagi Pedagang Kaki Lima di Bawah Flyover Pasar Pagi Asemka Jakarta.
Jurnal Teknik Lingkungan. Vol 26 (1):101-120. Jakarta: Universitas Agung
Podomoro.

Septiadi, D. (2016). Kajian Meteorologi untuk Memenuhu Persyaratan dan


Kriteria Keselamatan dari Tahap Awal Penentuan Tapak, Desain, dan
Konstruksi. Banten: STMKG.

Siswati, & Khuliyah, C. D. (2017). Analisis Risiko Pajanan Debu (Total


Suspended Particulate) di Unit Packer PT. X. Surabaya: Universitas
Airlangga.

SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat


Kerja. Indonesia: BSN.

SNI 19-7119.6-2005 tentang Udara Ambien – Bagian 6: Penentuan Lokasi


Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien. Indonesia:
BSN.
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
4.3 Pembahasan

Praktikum mengenai pengukuran partikulat pengambilan sampel dilakukan di


parkiran Teknik Industri-Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Andalas pada hari Jumat,17 Maret 2023 pukul 08.54 WIB. Lokasi sampling
berada pada koordinat 0º54’40” Lintang Selatan dan 100º27’40” Bujur Timur.
Elevasi tempat pengambilan sampel adalah 273 meter di atas permukaan laut
(mdpl). Kondisi pada saat sampling dalam keadaan cerah dengan suhu 28,7ºC.
Kondisi pada wilayah sampling yang menjadi sumber partikulat di lokasi tersebut
berasal dari aktivitas manusia yang melewati area tersebut seperti kendaraan
bermotor dan mobil, dan juga berasal dari asap rokok satpam.

Hasil konsentrasi partikulat tersuspensi dan PM2,5 saat melakukan sampling


selama satu jam adalah 56,94 µg/Nm3 dan 2.037 µg/Nm3, sedangkan jika
dikonversikan kedalam 24 jam didapat data konsentrasi partikulat dan PM2,5
adalah 30,16 µg/Nm3 dan 1.079,2 µg/Nm3. Standar baku mutu konsentrasi Total
Suspended Particulate (TSP) dan Particulate Matter 2,5 (PM2,5) di udara ambien
selama 24 jam berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup adalah sebesar 230 µg/Nm3 dan 55 µg/Nm3. Dimana nilai dari TSP
memenuhi baku mutu yang ditetapkan sedangkan PM2,5 tidak memenuhi baku
mutu yang ditetapkan sehingga dibutuhkan pengendalian pencemaran PM2,5 di
udara.

Lokasi pengukuran partikulat pada praktikum kali ini dilakukan di parkiran


Teknik Industri-Teknik Lingkungan dan sudah sesuai dengan syarat-syarat lokasi
pengambilan sampel berdasarkan SNI Nomor 19-7119.6-2005. Syarat yang
terpenuhi yaitu lokasi pengambilan sampel terletak jauh dari gedung Departemen
Teknik Lingkungan dan tidak terdapat pohon sehingga memenuhi syarat yang
ditetapkan. Tempat pengambilan contoh uji juga jauh dari sumber tegangan listrik
sehingga tidak mengganggu kinerja alat pengukur partikulat dan sesuai dengan
syarat lokasi pengambilan contoh uji.

Dampak yang ditimbulkan oleh parameter pencemaran udara berupa partikulat


apabila berada di udara ambien dalam konsentrasi yang melebihi baku mutu akan
ZAHIDAH AULIYATUNNISA 2110942028
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
berdampak negatif bagi makhluk hidup. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam
paru-paru dan mengendap di alveoli, sehingga menyebabkan gangguan saluran
pernapasan dan iritasi. Selain itu juga dapat menyebabkan iritasi mata dan
menghalangi daya tembus pandang mata. Sedangkan bagi ekosistem akan dapat
mempengaruhi pola perubahan iklim dan juga mengganggu proses fotosintesis
bagi tanaman.

Pengendalian terhadap jumlah atau konsentrasi partikulat di udara dapat dilakukan


dengan berbagai cara. Debu atau partikulat di udara dapat dihilangkan dari aliran
udara dengan menggunakan beberapa alat pengendali. Salah satu cara yang
bisa dilakukan dengan menggunakan bantuan air/cairan, diantaranya adalah
penembakan bom air, membuat hujan buatan, dan wet scrubber. Prinsip yang
digunakan, partikel yang terdapat di udara akan ikut meluruh ke bawah ketika
cairan/air ditembakkan ke udara, sedangkan untuk wet scrubber partikel yang
melekat pada benda akan dihilangkan dengan pembersih menggunakan bantuan
air/cairan.

Seorang Sarjana Teknik Lingkungan hendaknya mengetahui baku mutu dari udara
ambien serta dampak jika melebih baku mutu yang ada. Peran dari sarjana Teknik
Lingkungan hendaknya dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat
bagaimana dampak pencemaran dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
serta pembakaran yang tidak diperlukan. Jika didapatkan kondisi udara melebihi
baku mutu, maka dapat dilakukan pencegahan terhadap dampak yaitu dengan
pembagian masker terhadap masyarakat untuk menghindari dampak kesehatan
yang diakibatkan partikel tersebut.

ZAHIDAH AULIYATUNNISA 2110942028


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:


1. Praktikum pengukuran konsentrasi partikulat dilakukan di parkiran Teknik
Industri-Teknik Lingkungan pada hari Jumat, 17 Maret 2023 pada pukul 08.54
WIB dengan elevasi 273 mdpl dan titik koordinat 0º54’40” LS dan
100º27’40” BT dengan suhu 28,7ºC di lokasi sampling;
2. hasil konsentrasi partikulat tersuspensi dan PM2,5 saat melakukan sampling
jika dikonversikan ke dalam 24 jam didapat data konsentrasi partikulat dan
PM2,5 adalah 30,16 µg/Nm3 dan 1.079,2 µg/Nm3. Hasil tersebut jika
dibandingkan dengan baku mutu pada Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2021 konsentrasi TSP memenuhi baku mutu karena tidak melewati baku mutu
sebesar 230 µg/Nm3 dan konsentrasi PM2,5 tidak memenuhi baku mutu karena
melewati batas baku mutu yaitu 55 µg/Nm3;
3. lokasi pengambilan sampel berada di parkiran Teknik Industri-Teknik
Lingkungan dan memenuhi syarat pemilihan lokasi pengambilan sampel
sesuai SNI 19-7119.6-2005;
4. partikulat yang banyak terdapat di udara akan memberikan dampak negatif
terhadap makhluk hidup, diantaranya yaitu dapat masuk ke dalam paru-paru
dan menyebabkan gangguan saluran pernapasan serta iritasi;
5. pengolahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah partikel yaitu
dengan bantuan air/cairan berupa bom air, hujan buatan, dan wet scrubber;
6. sarjana Teknik Lingkungan hendaknya mengetahui baku mutu udara ambien
dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang dampak pencemaran
udara dan cara mengatasinya.

5.2 Saran

Saran yang dapat praktikan berikan setelah melakukan praktikum ini adalah:
1. Praktikan diharapkan lebih teliti saat melakukan praktikum dan lebih berhati-
hati saat melakukan praktikum;
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
2. masyarakat diharapkan mampu mengurangi penggunaan alat dan kendaraan
yang menghasilkan pencemar udara;
3. pemerintah lebih memperketat aturan untuk pencemaran udara terutama
partikulat pada tempat-tempat umum dan fasilitas sekolah;
4. mahasiswa diharapkan mampu membuat inovasi alat untuk mengurangi kadar
pencemaran di udara yang ramah lingkungan.

ZAHIDAH AULIYATUNNISA 2110942028

Anda mungkin juga menyukai