Sumber air baku Kota Padang Panjang yang dipilih adalah air sungai yakni Sungai Talang dan
Sungai Sikalambai. Sumber air baku merupakan air permukaan. Air sungai mempunyai debit
air yang cukup besar, kuantitas yang stabil baik di musim hujan maupun di musim kemarau,
dan berfluktuasi meski kualitas air relatif kurang baik dan membutuhkan pengolahan yang
kompleks.
Bangunan penangkap air yang akan digunakan adalah intake. Intake adalah bangunan berupa
bak yang berada di dekat sungai yang berfungsi sebagai penangkap air untuk selanjutnya
dengan menggunakan pompa atau secara gravitasi dialirkan menuju BPAM. BPAM Kota
Padang Panjang direncanakan dibangun pada ketinggian 750 mdpl, sehingga digunakan sistem
pengaliran secara gravitasi untuk mengalirkan air baku dari intake menuju badan penangkap
air.
Lokasi pembangunan intake haruslah dipilih secermat mungkin untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi pembangunan intake:
1. Pilihlah lokasi yang berarus relatif tenang untuk menghindari kerusakan konstruksi intake;
2. lokasi pembangunan intake memiliki tanah yang stabil;
3. lokasi intake mudah dicapai;
4. lokasi intake terletak di bagian hulu sungai;
5. lokasi intake memiliki air yang cukup baik kualitasnya.
1. Jalur I
a. Pipa Inlet
1) Kecapatan aliran (v) = 1,8 m/dtk (rentang kecepatan dalam kriteria desain 0,6 m/dtk – 3
m/dtk);
2) Kriteria kecepatan aliran desain 0,6 m/det – 3 m/dtk (Al–layla 1978) diasumsikan
kecepatan 2 m/detik;
3) Debit maksimum:
Tahun 2026 = Qmd = 0,157 m3/dtk
Tahun 2031 = Qmd = 0,175 m3/dtk
Tahun 2036 = Qmd = 0,195 m3/dtk
4) Luas Pipa Inlet:
Q 0,195 m3 /dtk
A= = = 0 ,108 m2
V 1,8 m/dtk
Diameter pipa inlet
1 2
A= πd
4
4A 4 (0,108)
D=√ =√
π 3,14
D = 0,371 m = 400 mm
b. Pipa Outlet
Pipa outlet didesain berada pada saat debit minimum sehingga air tetap dapat mengalir
meskipun debit minimum;
1) Debit maksimum:
Tahun 2026 = Qmd = 0,157 m3/dtk
Tahun 2031 = Qmd = 0,175 m3/dtk
Tahun 2036 = Qmd = 0,195 m3/dtk
Luas Pipa Outlet:
Q 0,195 m3 /dtk
A= = = 0,108 m2
V 1,8 m/dtk
Diameter pipa outlet
1 2
A= πd
4
4A 4 (0,108)
D=√ =√
π 3,14
D = 0,371 m = 400 mm
2) Cek perhitungan
1
A = πd2
4
1
A = (3,14)(0,400)2
4
A = 0,126 m2
2. Jalur 2
a. Pipa Inlet
1) Kecepatan aliran (v) = 1,8 m/dtk (rentang kecepatan dalam kriteria desain 0,6 m/dtk – 3
m/dtk);
2) Kriteria kecepatan aliran desain 0,6 m/det – 3 m/dtk (Al–layla 1978) diasumsikan
kecepatan 2 m/detik;
3) Debit maksimum:
Tahun 2026 = Qmd = 0,157 m3/dtk
Tahun 2031 = Qmd = 0,175 m3/dtk
Tahun 2036 = Qmd = 0,195 m3/dtk
4) Luas Pipa Inlet:
Q 0,195 m3 /dtk
A= = = 0,108 m2
V 1,8 m/dtk
Diameter pipa inlet
1 2
A= πd
4
4A 4 (0,108)
D=√ =√
π 3,14
D = 0,371 m = 400 mm
b. Pipa Outlet
Pipa outlet didesain berada pada saat debit minimum sehingga air tetap dapat mengalir
meskipun debit minimum;
1) Debit maksimum:
Tahun 2026 = Qmd = 0,157 m3/dtk
Tahun 2031 = Qmd = 0,175 m3/dtk
Tahun 2036 = Qmd = 0,195 m3/dtk
Luas Pipa Outlet:
Q 0,195 m3 /dtk
A= = = 0,108 m2
V 1,8 m/dtk
Diameter pipa outlet
1 2
A= πd
4
4A 4 (0,108)
D=√ =√
π 3,14
D = 0,371 m = 400 mm
2) Cek perhitungan
1 2
A= πd
4
1
A = (3,14)(0,400)2
4
A = 0,126 m2
Pipa transmisi pada Kota Padang Panjang menggunakan diameter yang sama yaitu 400 mm,
diameter ini sama dengan diameter pipa outlet pada intake. Elevasi pipa diletakkan ± 50-100
cm di bawah permukaan tanah. Pipa pada tikungan atau belokan dilengkapi dengan Bend
sedangkan di awal pipa transmisi (dari intake) dan pada akhir pipa transimisi (ke reservoir)
dilengkapi dengan Gate Valve untuk menjaga kestabilan aliran. Selain itu di awal sistem
transmisi juga digunakan Check Valve untuk menjaga agar air dalam pipa hisap tidak balik.
Aksesoris juga digunakan pada sistem perpipaan transmisi ini, peletakan dari aksesoris tersebut
adalah:
1. Bend
Bend digunakan pada tiap pembelokan pipa, beberapa kemiringan Bend 11,250, 22,50, dan
450 dan lain-lain.
2. Valve
Valve dapat berupa Gate Valve yang diletakkan di awal pipa transmisi (dari intake) dan ujung
sistem perpipaan (ke reservoir) yang berfungsi sebagai penstabilan aliran air atau pengatur
debit aliran yang masuk ke dalam pipa. Air valve diletakkan pada jembatan pipa berfungsi
untuk mengeluarkan udara dari dalam pipa. Check Valve diletakkan di awal sistem perpipaan
transmisi yang berfungsi sebagai pencegah aliran balik dalam pipa.
Headloss mayor dan Headloss minor dihitung dengan rumus berikut (Al-Layla,1977):
v2
Headloss minor = K × …………………….………….…..…….………………………(5.1)
2g
L V2
Headloss mayor = f × × ………………………………….………………………….(5.2)
D 2g
∆H total = Headloss minor + Headloss mayor ......................................................(5.3)
Keterangan:
Headloss minor = kehilangan energi akibat aksesoris (m)
K = koefisien aksessoris
v = kecepatan (m/s)
g = percepatan gravitasi; 9,81 (m/s2)
Headloss mayor = kehilangan energi akibat gesekan sepanjang pipa (m)
f = faktor gesekan, 0,02
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
Tahap III
Panjang total pipa = 145,98 m
Kecepatan aliran = 1,548 m/s
Diameter pipa = 0,40 m
Tabel 5.1 Rekapitulasi Panjang Pipa dan Aksesoris Pipa Transmisi Jalur I
No. Jalur I Panjang (m) Aksesoris n
Gate Valve 1
1. 0-A 54,54
Kontraksi 1
2, A-B 39,18 Bend 11,25 1
3. B-C 30,57 Bend 11,25 1
Bend 11,25 1
4. C-R 21,69 Gate Valve 1
Ekspansi 1
1. Headloss Mayor
1) Titik 0-A
Panjang total pipa = 54,54 m
Kecepatan aliran = 1,548 m/s
Diameter pipa = 400 mm = 0,40 m
L V2
Hmayor =f× ×
D 2g
54,54 (1,548)2
= 0,02 × ×
0,40 2 × 9,81
= 0,333 m
2) Titik A-B
Panjang total pipa = 39,18 m
Kecepatan aliran = 1,548 m/s
Diameter pipa = 400 mm = 0,40 m
L V2
Hmayor =f× ×
D 2g
39,18 (1,548)2
= 0,02 × ×
0,40 2 × 9,81
= 0,239 m
3) Titik B-C
Panjang total pipa = 30,57 m
Kecepatan aliran = 1,548 m/s
Diameter pipa = 400 mm = 0,40 m
2. Headloss Minor
1) Titik 0-A
V2
H minor Gate Valve =K×
2g
(1,548)2
= 0,120 ×
2 ×9,81
= 0,015 m
V2
H minor Konstraksi =K×
2g
(1,548)2
= 0,143 ×
2 ×9,81
= 0,017 m
Total = 0,015 + 0,017
= 0,032 m
4. Total Headloss
Total Headloss jalur I = ∑ Headloss Mayor + ∑ Headloss Minor
= 0,891 + 0,099
= 0,990 m
Tahap III
Panjang total pipa = 67,84 m
Kecepatan aliran = 1,548 m/s
Diameter pipa = 0,40 m
Tabel 5.2 Rekapitulasi Panjang Pipa dan Aksesoris Pipa Transmisi Jalur II
No. Jalur I Panjang (m) Aksesoris n
Pompa 1
Gate Valve 1
1. 0-A 12,27
Check Valve 1
Kontraksi 1
2, A-B 11,09 - -
3. B-C 14,87 Bend 11,25 1
4. C-D 16,34 - -
Gate Valve 1
5. D-R 13,27
Ekspansi 1
2. Headloss Minor
1) Titik 0-A
V2
H minor Gate Valve =K×
2g
(1,548)2
= 0,120 ×
2 ×9,81
= 0,015 m
V2
H minor Check Valve = K ×
2g
(1,548)2
= 0,750 ×
2 ×9,81
= 0,092 m
V2
H minor Konstraksi =K×
2g
(1,548)2
= 0,143 ×
2 ×9,81
= 0,017 m
Total = 0,015 + 0,092 + 0,017
= 0,124 m
2) Titik A-B
Hminor =-
4. Total Headloss
Tahap III
1. Titik 0
HGL0 = Elevasi Titik 0
= 850 m
EGL0 = HGL0 + V2/2g
= 850 m + 0 m = 850 m
Sisa Tekan = HGL0 – Elevasi 0
= 850 m – 850 m =0m
2. Titik 0-A
HGLA = HGL0 – HLtotal 0-A
= 850 m – 0,365 m = 849,635 m
EGLA = HGLA + V2/2g
= 849,635 m + (1,5482/(2 x 9,81)) = 849,757 m
Sisa Tekan = HGLA – Elevasi A
= 849,635 m – 825 m = 24,635 m
Headloss Statis = elevasi pipa di titik akhir jalur transmisi – elevasi pipa di titik awal jalur
transmisi
= 924,5 m – 799,5 m
= 125 m
= 125,716 m
Pompa yang digunakan yaitu pompa sentrifugal, karena pompa sentrifugal paling umum
digunakan sebagai pompa air. Selain itu, pompa sentrifugal memiliki beberapa keuntungan,
yaitu ekonomis, hanya memerlukan ruang yang kecil untuk perletakannya, biaya operasi yang
rendah, gangguan operasional sedikit, dan arus air yang mengalir konstan (Al- Layla, 1978).
× g × Q ×H
Pw= …………………………………………………………………………(5.4)
= 300.610,528 W = 300,610 kW
Berdasarkan hasil referensi, pompa dengan daya 300,610 kW tidak ada di pasaran, sehingga
pompa yang digunakan adalah pompa dengan daya 350 kW
350 kW = (1000kg/m3 x 9,81 m/det2 x 0,195 m3/det x H)/0,8
H = 146,371 m
1. Titik 0
EGL0 = Head pompa + Elevasi
= 146,371 m + 800 m = 946,371 m
HGL0 = EGL0 – V2/2g
= 946,371 m + 0,122 m = 946,249 m
Sisa Tekan = HGL0 – Elevasi 0
= 946,249 m – 800 m = 146,249 m
Perencanaan penyediaan air minum Kota Padang Panjang disediakan dalam satu alternatif jalur
pipa transmisi. Alternatif yang dipakai yaitu menggunakan bangunan penangkap air yaitu
intake berada pada elevasi 850 m dan BPAM berada pada elevasi 750 m.Oleh karena itu, jalur
transmisi dialirkan dari intake menuju BPAM dengan bantuan gaya gravitasi . Jalur alternatif
tersebut sudah memenuhi kriteria baik dari aspek hidrolis, konstruksi, ekonomis, serta
perlengkapan yang digunakan.
Gambaran tentang jalur transmisi, perbesaran jalur transmisi, dan profil memanjang dapat
dilihat pada Gambar 5.1, Gambar 5.2, Gambar 5.3, Gambar 5.4, dan Gambar 5.5. Tabel
5.9 berikut ini menyajikan informasi mengenai jalur alternatif tersebut:
Untuk menentukan jalur pipa mana yang akan dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Aspek hidrolis
Jalur pipa transmisi yang terpilih adalah jalur dengan total kehilangan tekan paling
minimum.
2. Aspek konstruksi
Aspek konstruksi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan proses pemasangan dan
pemeliharaan pipa transmisi. Dalam pemilihan jalur transmisi, jalur terpilih adalah jalur yang
paling mudah dalam proses konstruksi dan pemeliharaannya.
3. Aspek peralatan
Jalur dengan peralatan perpipaan yang lebih sedikit akan menghemat pengeluaran serta
memudahkan dalam perawatan.
4. Aspek ekonomis
Biaya awal pada pembangunan sistem transmisi mencakup biaya pembelian pipa, aksesoris
pipa, pembebasan lahan, biaya kontruksi, biaya pompa dan pembelian bangunan pelepas
tekanan sedangkan biaya rutin terdiri dari biaya operasional dan pemeliharaan. Jalur tepilih
haruslah jalur dengan investasi awal dan biaya rutin paling minimum.
Dalam perencanaan sistem distribusi terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan antara
lain:
1. Air harus sampai ke konsumen dalam kondisi memenuhi standar kualitas yakni tidak boleh
terkontaminasi;
2. air tersedia dalam jumlah yang cukup (24 jam);
3. kebocoran seminimal mungkin dalam sistem perpipaan dengan cara memilih pipa dengan
mutu baik dan peralatan yang efisien;
4. tekanan cukup supaya pengaliran berjalan normal.
Perencanaan reservoar terdiri dari perhitungan volume reservoar yang ditentukan berdasarkan
kebutuhan air per hari dan volume kebakaran. Asumsi pemakaian air bersih ditetapkan menurut
waktu dan jumlah jam pemakaian serta suplai air setiap jam. Untuk merencanakan volume dari
reservoar ditambahkan dengan debit kebakaran di Kota Padang Panjang. Karena apabila terjadi
insiden kebakaran di Kota Padang Panjang, sumber air yang digunakan berasal dari pelayanan
oleh PDAM, sehingga diharapkan walaupun terjadi kebakaran suplai air untuk konsumen tidak
terganggu.
Dimana:
Qmd = Debit maksimum
A% = Nilai fluktuasi pemakaian air
141.071 141.071
= 3.860 √ × (1 − 0.01 × √ )
1000 1000
= 40.389,639 L/menit
Reservoar yang direncanakan untuk SPAM Kota Padang Panjang memiliki 6 kompartemen,
maka dapat ditentukan volume 1 kompartemen yang digunakan pada SPAM adalah :
9.504
Volume 1 Kompartemen = = 1.584 m3
6
Dimensi reservoar ditentukan dari hasil perhitungan volume reservoar yang diperoleh. Untuk
memenuhi kebutuhan volume tersebut, maka direncanakan reservoar dengan perhitungan
sebagai berikut:
1. Perbandingan panjang reservoar dan lebar reservoar =3:1
2. Asumsi tinggi muka air pada reservoar = 5,5 m (belum termasuk freeboard)
Reservoar tersebut direncanakan akan ditempatkan pada ketinggian (elevasi) 850 meter di atas
permukaan laut, sehingga akan dapat diterapkan sistem pengaliran menggunakan gravitasi.
Reservoar ini akan dilengkapi oleh:
1. Pipa inlet dan outlet
a. Posisi dan jumlah outlet ditentukan berdasarkan bentuk dan struktur tangki reservoar;
b. Pipa outlet diletakkan 10 cm diatas dasar lantai bak atau pada permukaan air minimum;
c. pipa outlet dilengkapi dengan screen dan gate valve;
d. pipa inlet dan outlet dilengkapi dengan gate valve.
2. Ambang bebas dan dasar bak
a. Ambang bebas minimal 10 cm;
b. dasar bakminimum 15 cm dari muka air minimum;
c. kemiringan dasar bak 1/500 - 1/100 kearah pipa penguras.
3. Pipa penguras (drain) dan pipa peluap (over flow)
a. Mempunyai diameter yang sanggup mengeluarkan debit maksimum secara sistem
gravitasi pada pipa inlet;
b. penguras yang dilengkapi dengan gate valve.
4. Ventilasi dan manhole
a. Ventilasi harus mampu memberikan sirkulasi udara yang baiksesuai dengan volume;
b. ukuran manhole disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia sehingga memudahkan dalam
pengecekan/pemeriksaan aliran;
c. manhole harus kedap air.
Perencanaan reservoar:
1. Pipa inlet
Pipa inlet reservoar memiliki diameter yang sama dengan pipa outlet intake yaitu sebesar
400 mm.
4A 4 (0,177)
D=√ =√
π 3,14
D = 0,475 m = 500 mm
e. Cek perhitungan
1 2
A= πd
4
1
A = (3,14)(0,500)2
4
A = 0,196 m2
Q 0,214 m3 /dtk
V1 = = = 1,092 m/dtk……ok! (v = 0,6 m/dtk – 3 m/dtk)
A 0,196 m2
Q 0,239 m3 /dtk
V2 = = = 1,219 m/dtk……ok! (v = 0,6 m/dtk – 3 m/dtk)
A 0,196 m2
Q 0,266 m3 /dtk
V3 = = = 1,357 m/dtk……ok! (v = 0,6 m/dtk – 3 m/dtk)
A 0,196 m2
Denah reservoar dan potongannya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.6 dan
Gambar 5.7
Perpipaan distribusi membentuk jaringan pipa yang terdiri dari pipa utama, pipa cabang dan
pipa service. Pipa utama merupakan pipa distribusi pada jaringan terluar yang menghubungkan
blok-blok pelayanan dalam kota dari reservoir ke seluruh jaringan utama. Pipa cabang adalah
pipa yang digunakan untuk menyadap air langsung dari pipa induk untuk dialirkan ke suatu
blok pelayanan. Pipa cabang ini berhubungan dengan pipa service dimana diameternya
ditentukan berdasarkan banyaknya pipa service yang berhubungan dengan pipa cabang tersebut.
Pipa service merupakan pipa yang melayani langsung ke rumah-rumah.
Perhitungan dimensi pipa distribusi membutuhkan data luas daerah distribusi yakni dalam
bentuk blok-blok pelayanan, ekivalensi penduduk yang akan dilayani serta total kebutuhan air
di daerah distribusi yang kemudian akan dikalikan dengan faktor puncak untuk menentukan
debit pengaliran.
Sebelum menentukan blok pelayanan, terlebih dahulu harus ditentukan luas daerah dan
ekivalensi penduduk yang akan dilayani oleh sistem penyediaan air minum ini. Menentukan
ekivalensi penduduk membutuhkan data jumlah penduduk dan persen pelayanan pada akhir
periode desain yakni tahun 2035. Luas daerah pelayanan diketahui dari peta topografi yang ada.
Sedangkan blok-blok pelayanan ditentukan berdasarkan peta admistrasi.
1. Tahap I (2026)
Jumlah penduduk total pada tahap I tahun 2026 adalah 62.696 jiwa
Tingkat pelayanan = 85 %
Jumlah penduduk yang terlayani = 62.696 jiwa x 85 % = 53.292 jiwa
Kepadatan penduduk tiap blok adalah sebagai berikut:
Tabel 5.11 Kepadatan Penduduk Tahap I Kota Padang Panjang
Total Jumlah Persebaran Jumlah Pendd Luas Daerah Kepadatan Pendd
Blok
Pendd (Jiwa) Pendd (%) (Jiwa) (Ha) (Jiwa/Ha)
A 21,2 11.298 577 20
B 17,1 9.113 234 39
C 13,9 7.408 92 81
53.292
D 15,5 8.260 306 27
E 15 7.994 216 37
F 17,3 9.219 875 11
Total 100 53.292 2.300
Kebutuhan air domestik masing-masing blok di daerah pelayanan ditentukan oleh persen
pengguna Sambungan Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU) di daerah pelayanan pada setiap
periode desain yaitu pada tahap I, tahap II, dan tahap III. Persen Pengguna SR dan HU pada
tahap I adalah 92% dan 8%, pada tahap II adalah 94% dan 6%, dan pada tahap III adalah 97%
dan 3%. Kebutuhan air domestik pada masing-masing blok dapat dilihat pada Tabel 5.10,
Tabel 5.11, dan Tabel 5.12.
Berikut perhitungan kebutuhan air domestik di Kota Padang Panjang pada Tahap III Blok A:
a. % Pengguna SR = % rumah permanen + (2/3 x % rumah semi permanen)
= 95 % + (2/3 x 3 %)
= 97 %
Jumlah pengguna SR = % pengguna SR x jumlah penduduk terlayani
= 97 % x 15.246 jiwa
= 14.789 jiwa
Kebutuhan air untuk SR = 14.789 jiwa x 100 L/jiwa/hari/86.400 det
= 17,117 x 10-3 m3/det
Tabel 5.14 Rekapitulasi Penduduk Domestik (SR dan HU) Kota Padang Panjang Tahap I
Jumlah Kebutuhan
Penduduk yang Kebutuhan Air Kebutuhan Air
Blok Pendd Domestik
Terlayani (Jiwa) (L/o/h) (x 10-3 m3/s)
(Jiwa) (x 10-3 m3/s)
SR HU SR HU SR HU
A 11.298 10.394 904 12,030 0,314 12,344
B 9.113 8.384 729 9,704 0,253 9,957
C 7.408 6.815 593 7,888 0,206 8,094
100 30
D 8.260 7.599 661 8,795 0,230 9,025
E 7.994 7.355 639 8,513 0,222 8,735
F 9.219 8.482 737 9,817 0,256 10,073
53.292 49.029 4.263 56,747 1,481 58,228
Tabel 5.16 Rekapitulasi Penduduk Domestik (SR dan HU) Kota Padang Panjang Tahap III
Jumlah Kebutuhan
Penduduk yang Kebutuhan Air Kebutuhan Air
Blok Pendd Domestik
Terlayani (Jiwa) (L/o/h) (x 10-3 m3/s)
(Jiwa) (x 10-3 m3/s)
SR HU SR HU SR HU
A 15.246 14.789 457 17,117 0,159 17,276
B 12.298 11.929 369 13,807 0,128 13,935
C 9.996 9.696 300 11,222 0,104 11,326
100 30
D 11.147 10.813 334 12,515 0,116 12,631
E 10.787 10.463 324 12,110 0,113 12,223
F 12.442 12.069 373 13,969 0,130 14,099
71.916 69.759 2.157 80,740 0,750 81,490
Perhitungan EP Pengguna HU
= 137 jiwa
Tabel 5.17 EP Pengguna HU
Kode Jumlah Penduduk Standar Kebutuhan Kebutuhan Air
Satuan EP
Blok HU Air Domestik (l/o/h)
TAHAP I
A 904 Jiwa 271
B 729 Jiwa 219
C 593 Jiwa 178
30 100
D 661 Jiwa 198
E 639 Jiwa 192
F 737 Jiwa 221
Total EP Tahap I 1.279
TAHAP II
A 789 Jiwa 237
B 636 Jiwa 191
30 100
C 517 Jiwa 155
D 577 Jiwa 173
Kebutuhan air non domestik daerah pelayanan tergantung pada jumlah fasilitas yang terdapat
dalam setiap blok pelayanan. Keterangan lebih lanjut mengenai persebaran fasilitas dan
kebutuhan air non domestik daerah pelayanan pada masing-masing tahap dapat dilihat pada
table berikut.
Berikut perhitungan EP yang dilayani di Kota Padang Panjang pada Tahap III Blok A:
EP yang dilayani = Jumlah EP Non Domestik x Persentase Pelayanan
= 15.634 Jiwa x 95%
=14.852 Jiwa
Tabel 5.29 EP Non Domestik yang Dilayani
Jumlah EP Non Persentase Pelayanan EP yang Dilayani
Tahun Kode Blok
Domestik (%) (jiwa)
A 15.088 12.825
B 12.991 11.042
C 9.515 8.088
85
1 D 10.987 9.339
E 11.621 9.878
F 12.025 10.221
Total 72.227 61.393
A 15.310 13.779
B 13.150 11.835
C 9.707 8.736
90
II D 11.311 10.180
E 11.780 10.602
F 12.211 10.990
Total 73.469 66.122
A 15.634 14.852
B 13.309 12.644
C 9.734 9.247
95
III D 11.500 10.925
E 11.939 11.342
F 12.271 11.657
Total 74.387 70.667
Jumlah penduduk yang dilayani tiap tahap perencanaan akan mengalami peningkatan
berdasarkan perencanaan persentase tingkat pelayanan. Jumlah penduduk yang dilayani Kota
Padang Panjang pada tiap tahap dapat dilihat pada Tabel 5.25.
Tabel 5.30 Rekapitulasi Jumlah Penduduk Kota Padang Panjang yang Dilayani Tiap Tahap
Jumlah Penduduk Total Penduduk
Tahun Kode Blok
Domestik Non Domestik (Jiwa)
A 10.665 12.825 23.490
B 8.603 11.042 19.645
C 6.993 8.088 15.081
I D 7.797 9.339 17.136
E 7.547 9.878 17.425
F 8.703 10.221 18.924
Total 50.308 61.393 111.701
Proyeksi debit air minum dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani dan standar
pemakaian air minum. Standar penggunaan air minum yang digunakan dalam perancangan
sistem penyaluran air minum Kota Padang pada standar Direktorat Jendral Cipta Karya
Depatemen Pekerjaan Umum tahun 2004 untuk kota sedang yaitu rata-rata 100 l/o/h. Faktor
hari maksimum yang digunakan adalah 1,1 dan faktor jam puncaknya adalah 1,5 berdasarkan
Kriteria Perencanaan SPAM menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum Tahun 2004. Proyeksi debit air minum tiap-tiap blok dapat dilihat pada Tabel 5.26.
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi debit air minum pada akhir periode perencanaan, debit
air minum berkisar 0,177 m3/s dengan debit maksimum 0,195 m3/s dan debit air minum pada
jam puncak 0,266 m3/s. Berikut perhitungan kebutuhan air di Kota Padang Panjang pada Tahap
III Blok A:
Qtotal = Total Penduduk x Standar penggunaan air minum
= 29.778 jiwa x 100 L/jiwa/hari/86.400 det
= 34,465 10-3 m3/det
Perencanaan jalur distribusi Kota Padang Panjang dirancang menggunakan sistem loop. Jalur
distribusi Kota Padang Panjang direncanakan air didistribusikan ke seluruh penduduk yang
terlayani dengan menggunakan sistem loop. Perhitungan perpipaan distribusi dihitung dengan
menggunakan program epanet.
Perencanaan jalur distribusi alternatif 1 menggunakan sistem gravitasi karena reservoar berada
pada daerah dengan elevasi lebih tinggi dibanding daerah pelayanan. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 5.10 hingga Gambar 5.25 dan Tabel 5.27 hingga Tabel 5.32 berikut ini.
1. Alternatif 1 Tahap I
Gambar 5.10 Jalur Distribusi Kota Padang Panjang Alternatif 1 Tahap I Tanpa Fire Hydrant
(Program Epanet)
Tabel 5.32 Data Node Junction Alternatif 1 Tahap I Tanpa Fire Hydrant
Gambar 5.14 Jalur Distribusi Kota Padang Panjang Alternatif 1 Tahap II Tanpa Fire Hydrant
(Program Epanet)
Tabel 5.34 Data Node Junction Alternatif 1 Tahap II Tanpa Fire Hydrant
Tabel 5.35 Data Link Junction Alternatif 1 Tahap II Tanpa Fire Hydrant
Gambar 5.19 Jalur Distribusi Kota Padang Panjang Alternatif 1 Tahap III Tanpa Fire Hydrant
(Program Epanet)
Tabel 5.36 Data Node Junction Alternatif 1 Tahap III Tanpa Fire Hydrant
Tabel 5.37 Data Link Junction Alternatif 1 Tahap III Tanpa Fire Hydrant
Gambar 5.21 Profil Head Distribusi Alternatif 1 Tahap III Aliran Intake-R-B2-E1-F1-F2-D1
Gambar 5.22 Profil Head Distribusi Alternatif 1 Tahap III Aliran Intake-R-B2-B1-A1-A2-C1-
C2-F3-D1
Gambar 5.23 Profil Head Distribusi Alternatif 1 Tahap III Aliran Intake-R-B2-B1-A1-A2-C1-
C2-D1
Gambar 5.25 Profil Head Distribusi Alternatif 1 Tahap III Aliran Intake-R-B2-B1-C1-C2-D1
Perencanaan jalur distribusi alternatif 1 menggunakan sistem gravitasi karena reservoar berada
pada daerah dengan elevasi lebih tinggi dibanding daerah pelayanan. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 5.10 hingga Gambar 5.25 dan Tabel 5.27 hingga Tabel 5.32 berikut ini.
1. Alternatif 1 Tahap I
Gambar 5.26 Jalur Distribusi Kota Padang Panjang Alternatif 1 Tahap I dengan Fire Hydrant
(Program Epanet)
Tabel 5.39 Data Link Junction Alternatif 1 Tahap I dengan Fire Hydrant
2. Alternatif 1 Tahap II
Gambar 5.30 Jalur Distribusi Kota Padang Panjang Alternatif 1 Tahap II dengan Fire Hydrant
(Program Epanet)
Tabel 5.41 Data Link Junction Alternatif 1 Tahap II dengan Fire Hydrant
Gambar 5.35 Jalur Distribusi Kota Padang Panjang Alternatif 1 Tahap III dengan Fire Hydrant
(Program Epanet)
HAMIDAH ZULFERI (1910943019) V-70
Tabel 5.42 Data Node Junction Alternatif 1 Tahap III dengan Fire Hydrant
Tabel 5.43 Data Link Junction Alternatif 1 Tahap III dengan Fire Hydrant
Gambar 5.36 Profil Head Distribusi Alternatif 1 Tahap III Aliran Intake-R-B2-E1-F1-F2-F3-D1
Gambar 5.38 Profil Head Distribusi Alternatif 1 Tahap III Aliran Intake-R-B2-B1-A1-A2-
FireHydrant-C2-F3-D1
Gambar 5.39 Profil Head Distribusi Alternatif 1 Tahap III Aliran Intake-R-B2-B1-A1-A2-
FireHydrant-C2-D1
Gambar 5.40 Profil Head Distribusi Alternatif 1 Tahap III Aliran Intake-R-B2-B1-FireHydrant-
C2-F3-D1
Perencanaan jalur distribusi alternatif 2 menggunakan sistem pompa gravitasi karena reservoar
berada pada daerah dengan elevasi lebih rendah dibanding daerah pelayanan. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 5.26 hingga Gambar 5.41 dan Tabel 5.33 hingga Tabel 5.38.
1. Alternatif 2 Tahap I
Gambar 5.42 Jalur Distribusi Kota Padang Panjang Alternatif 2 Tahap I Tanpa Fire Hydrant
(Program Epanet)
Tabel 5.44 Data Node Junction Alternatif 2 Tahap I Tanpa Fire Hydrant
Gambar 5.46 Jalur Distribusi Kota Padang Panjang Alternatif 2 Tahap II Tanpa Fire Hydrant
(Program Epanet)
Tabel 5.46 Data Node Junction Alternatif 2 Tahap II Tanpa Fire Hydrant
Tabel 5.47 Data Link Junction Alternatif 2 Tahap II Tanpa Fire Hydrant
Gambar 5.51 Jalur Distribusi Kota Padang Panjang Alternatif 2 Tahap III Tanpa Fire Hydrant
(Program Epanet)
Tabel 5.48 Data Node Junction Alternatif 2 Tahap III Tanpa Fire Hydrant
Tabel 5.49 Data Link Junction Alternatif 2 Tahap III Tanpa Fire Hydrant
Gambar 5.53 Profil Head Distribusi Alternatif 2 Tahap III Aliran Intake-R-D1-F3-F2-F1-E1-
B2-B1
Gambar 5.54 Profil Head Distribusi Alternatif 2 Tahap III Aliran Intake-R-D1-F3-C2-C1-A2-
A1-B1
Gambar 5.55 Profil Head Distribusi Alternatif 2Tahap III Aliran Intake-R-D1-C2-C1-A2-A1-B1
Gambar 5.57 Profil Head Distribusi Alternatif 2 Tahap III Aliran Intake-R-D1-C2-C1-B1
Perencanaan jalur distribusi alternatif 2 menggunakan sistem pompa gravitasi karena reservoar
berada pada daerah dengan elevasi lebih rendah dibanding daerah pelayanan. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 5.26 hingga Gambar 5.41 dan Tabel 5.33 hingga Tabel 5.38.
1. Alternatif 2 Tahap I
Gambar 5.58 Jalur Distribusi Kota Padang Panjang Alternatif 2 Tahap I dengan Fire Hydrant
(Program Epanet)
Tabel 5.51 Data Link Junction Alternatif 2 Tahap I dengan Fire Hydrant
2. Alternatif 2 Tahap II
Gambar 5.62 Jalur Distribusi Kota Padang Panjang Alternatif 2 Tahap II dengan Fire Hydrant
(Program Epanet)
Tabel 5.53 Data Link Junction Alternatif 2 Tahap II dengan Fire Hydrant
Gambar 5.67 Jalur Distribusi Kota Padang Panjang Alternatif 2 Tahap III dengan Fire Hydrant
(Program Epanet)
Tabel 5.54 Data Node Junction Alternatif 2 Tahap III dengan Fire Hydrant
Tabel 5.55 Data Link Junction Alternatif 2 Tahap III dengan Fire Hydrant
Gambar 5.69 Profil Head Distribusi Alternatif 2 Tahap III Aliran Intake-R-D1-F3-F2-F1-E1-
B2-B1
Gambar 5.70 Profil Head Distribusi Alternatif 2 Tahap III Aliran Intake-R-D1-F3-C2-
FireHydrant-A2-A1-B1
Gambar 5.71 Profil Head Distribusi Alternatif 2Tahap III Aliran Intake-R-D1-C2-FireHydrant-
A2-A1-B1
Gambar 5.73 Profil Head Distribusi Alternatif 2 Tahap III Aliran Intake-R-D1-C2-C1-B1
Perencanaan penyediaan air minum kota Padang Panjang disediakan dua alternatif jalur pipa
distibusi dimana perletakan reservoir menjadi pembeda kedua alernatif tersebut. Kedua jalur
ini dialirkan dari reservoir menuju daerah pelayanan secara gravitasi. Kedua jalur tersebut akan
dibandingkan lalu dipilih satu dari dua jalur tersebut yng memnuhi kriteria berdasarkan aspek
teknis, diantaranya sebagai berikut:
1. Panjang Pipa
Jalur pipa distribusi yang terpilih adalah jalur pipa yang terpendek dengan head yang kecil.
2. Tinggi Reservoir
Reservoir terletak pada elevasi yang lebih tinggi dari elevasi daerah pelayanan sehingga
tidak memerlukan pompa dalam proses pendistribusiannya.
3. Diameter Pipa
Diameter pipa yang dipakai adalah diameter yang ada dipasaran, ekoomis dan sesuai
dengan kebutuhan.
Tabel 5.56 Alternatif Jalur Distribusi
Jalur Distribusi
Uraian
Alternatif 1 Alternatif 2
Panjang Pipa (m) 14.485,98 14.885,84
Tinggi Resservoar (m) 750 925
Diameter Pipa 200,300, 400, 700, 800 200, 400, 500, 600, 700, 800, 900, 1000