OLEH:
KELOMPOK 5
DOSEN:
YOMMI DEWILDA, M.T
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karunia-Nya,
makalah yang berjudul ”Makalah Teknik Pemrosesan Akhir Sampah Pemilihan
Lokasi Landfill Menurut Metoda Hagerty” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Meskipun banyak hambatan yang dialami dalam proses pengerjaannya, namun
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada banyak pihak terutama keluarga dan
teman-teman yang telah banyak memberikan bantuan, baik materi maupun non-
materi demi kelancaran penyusunan makalah ini.
Makalah yang berjudul “Makalah Teknik Pemrosesan Akhir Sampah Pemilihan
Lokasi Landfill Menurut Metoda Hagerty” ini disusun untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Teknik Pemprosesan Akhir Sampah oleh Ibu Yommi Dewilda, MT.
Makalah ini akan mendeskripsikan bagaimana pemilihan lokasi Tempat
Pemprosesan Akhir Sampah menurut metoda Hagerty.
Tiada hal yang sempurna di dunia ini, hanyalah Tuhan Yang Maha Esa
yang memiliki segala kesempurnaan. Perlu disadari bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
a) Apa saja hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA)?
b) Bagaimana tata cara pemilihan lokasi TPA menurut metode Hagerty?
c) Bagaimana analisa terhadap studi kasus pemilihan lokasi TPA?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
a) Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi
TPA;
b) Mengetahui tata cara atau prosedur pemilihan lokasi TPA menurut
metode Hagerty;
c) Mengetahui analisa yang tepat terhadap studi kasus pemilihan lokasi
TPA yang ada.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara ideal, pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi sebuah landfill adalah
didasarkan atas berbagai aspek, terutama (Damanhuri, 2008):
1. Kesehatan masyarakat;
2. Lingkungan hidup;
3. Biaya; dan
4. Sosio-ekonomi
Pertimbangan utama yang harus selalu dimasukkan dalam penentuan lokasi site
adalah (EPA 530-R-95-023):
3
Di samping aspek-aspek lain yang sangat penting, seperti aspek politis dan legal
yang berlaku disuatu daerah atau negara. Aspek kesehatan masyarakat berkaitan
langsung dengan manusia, terutama kenaikan mortalitas (kematian), morbiditas
(penyakit), serta kecelakaan karena operasi sarana tersebut. Aspek lingkungan
hidup terutama berkaitan dengan pengaruhnya terhadap ekosistem akibat
pengoperasian sarana tersebut, termasuk akibat transportasi dan sebagainya.
Aspek biaya berhubungan dengan biaya spesifik antara satu lokasi dengan lokasi
yang lain, terutama dengan adanya biaya ekstra pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan. Aspek sosio-ekonomi berhubungan dengan dampak sosial dan
ekonomi terhadap penduduk sekitar lahan yang dipilih. Walaupun dua lokasi yang
berbeda mempunyai pengaruh yang sama dilihat dari aspek sebelumnya, namun
reaksi masyarakat setempat dengan dibangunnya sarana tersebut bisa berbeda
(Damanhuri, 2008).
1. penyaringan awal;
2. penyaringan individu; dan
3. penyaringan final.
Penyaringan awal biasanya bersifat regional biasanya dikaitkan dengan tata guna
dan peruntukan yang telah digariskan di daerah tersebut. Secara regional, daerah
tersebut diharapkan dapat mendefinisikan secara jelas lokasi-lokasi mana saja
yang dianggap tidak/kurang layak untuk lokasi pengurugan limbah. Pada taraf ini
parameter yang digunakan hanya sedikit.
Tahap kedua dari tahap penyisihan ini adalah penentuan lokasi secara individu,
kemudian dilakukan evaluasi dari tiap individu. Pada tahap ini tercakup kajian-
kajian yang lebih mendalam, sehingga lokasi yang tersisa akan menjadi sedikit.
4
Parameter beserta kriteria yang diterapkan akan menjadi lebih spesifik dan
lengkap. Lokasi-lokasi tersebut kemudian dibandingkan satu dengan yang lain,
misalnya melalui pembobotan.
Tahap terakhir adalah tahap penentuan. Penyaringan final ini diawali dengan
pematangan aspek-aspek teknis yang telah digunakan di atas, khususnya yang
terkait dengan aspek sosio-ekonomi masyarakat dimana lokasi calon berada.
Tahap ini kemudian diakhiri dengan aspek penentu, yaitu oleh pengambil
keputusan suatu daerah. Aspek ini bersifat politis, karena kebijakan pemerintah
daerah/pusat akan memegang peranan penting. Kadangkala pemilihan akhir ini
dapat mengalahkan aspek teknis yang telah disiapkan sebelumnya (Damanhuri,
2008).
Evaluasi dengan metode ini mengandalkan pada tiga karakteristik umum dari
sebuah lahan, yaitu (Damanhuri, 2008):
5
4. Parameter-parameter yang mewakili faktor-faktor lain, dikenal sebagai
prioritas keempat, seperti jarak potensi cemaran, arah angin dan populasi
penduduk. Nilai maksimum adalah 5 SRP.
1. Infiltrasi
Ip + Lp + Fc + Ac + Oc + Bc + Td + Gv + Wp + Pf
dimana :
Fc = kapasitas filtrasi
Ac = kapasitas adsorpsi
Pf = faktor penduduk
dimana:
FC = kapasitas penahan air bervariasi antara 0,05 (pasir) sampai 0,40 (liat)
6
H = ketebalan tanah penutup (inch)
dimana:
K = koefisien permeabilitas (cm/det)
dimana:
Or = kandungan organik tanah (% berat kering)
5. Kapasitas organik dalam air tanah (Oc) dihitung dengan (Damanhuri, 2008):
Oc = 0,2 BOD
dimana:
BOD = kebutuhan oksigen secara biokimia (mg/L)
dimana:
Nme = nilai terkecil kebutuhan asam atau basa untuk menurunkan pH air
sampai 4,5 atau sampai 8,5 (mev)
7
7. Potensi jarak tempuh cemaran (Td) dihitung seperti Tabel 3.4 di bawah ini
(Damanhuri, 2008):
Tabel 2.4: Jarak tempuh cemaran
Jarak diukur dari dari lokasi lahan-urug ke muka air tanah di bawahnya, atau ke
air permukaan lainnya.
dimana :
S = kemiringan hidrolis (ft/mil)
K = permeabilitas (cm/det)
dimana :
Ai = sudut arah angin potensial terhadap populasi
Pi = populasi di setiap kuadran (jiwa) dalam jarak 40 km
8
2.3 Kelebihan dan Kelemahan Metoda Hagerty
1. Memerlukan biaya lebih mahal dari pada metoda SNI T-11-1991-03, karena
selain pengukuran di lapangan juga perlu dilakukan analisis laboratorium
untuk pengukuran contoh tanah dan air tanah masing-masing lokasi;
2. Lokasi yang dikaji merupakan lokasi hasil dari tahap regional dengan metoda
SNI T-11-1991-03, metoda ini tidak mempunyai kajian pendahuluan seperti
pada tahap regional yang terdapat dalam metoda SNI T-11-1991-03;
3. Dalam analisis terhadap arah angin, arah angin yang digunakan adalah arah
angin regional. Arah angin ini dirasakan tidak mewakili keadaan yang
sebenarnya di lokasi usulan karena terlalu global. Selain itu populasi yang
diperhitungkan adalah pada radius 40 km. Hal ini dianggap terlalu besar,
karena diperkirakan konsentrasi cemaran yang terbawa angin akan semakin
kecil sehingga tidak mengganggu. Tingkat keterganggguan yang paling besar
9
yang mungkin terjadi adalah pada populasi yang berada di sekitar lokasi
TPA;
4. Pada metoda Hagerty tidak terdapat kajian tentang batas administrasi dari
lokasi, kapasitas lahan dan jalan menuju lokasi.
10
BAB III
METODOLOGI
11
BAB IV
PEMBAHASAN
- Parameter-parameter yang mewakili kondisi awal dari air tanah dikenal sebagai
prioritas ketiga. Nilai maksimum adalah 10 SRP.
=Ip + Lp + Fc + Ac + Oc + Bc + Td + Gv + Wp + Pf
dimana :
12
Ip = potensi infiltrasi
Fc = kapasitas filtrasi
Ac = kapasitas adsorpsi
Pf = faktor penduduk
i
Ip =
(FC)H
dimana:
i = infiltrasi ( % dari rata-rata hujan tahunan)
FC = kapasitas penahan air bervariasi antara 0,05 (pasir) sampai 0,40 (liat)
H = ketebalan tanah penutup (inch)
1000 K1/3
Lp =
T
dimana:
K = koefisien permeabilitas (cm/det)
T = ketebalan dasar (ft)
13
Kapasitas filtrasi (Fc) dihitung dengan:
2,5 x 10-5
Fc = 4 log
φ
10(Or)
Ac =
(log KTK) 1
dimana:
Oc = 0,2 BOD
dimana:
Bc = 10 - Nme
dimana:
Nme = nilai terkecil kebutuhan asam atau basa untuk menurunkan pH air sampai
4,5 atau sampai 8,5 (mev).
14
Potensi jarak tempuh cemaran (Td) dihitung seperti Tabel 3.4 di bawah ini:
Jarak Nilai
0 - 500 ft 0
500 - 4000 ft 1
4000 ft - 2 mil 2
2 - 20 mil 3
20 - 50 mil 4
Lebih besar dari 50 mil 5
Jarak diukur dari dari lokasi lahan-urug ke muka air tanah di bawahnya, atau ke
air permukaan lainnya.
S
Gv =
log (2/K)
dimana :
K = permeabilitas (cm/det)
dimana :
Pf = log p
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan makalah yang telah dibuat adalah
pemerintah dan masyarakat hendaknya berpartisipasi dan bekerja sama dalam
mengatasi masalah-masalah tersebut dan memahami metode pemilihan lokasi
TPA yang ada, sehingga dapat menentukan pembuatan lokasi TPA yang baik dan
benar sesuai dngan prosedur yang telah diterapkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri. 2008. Diktat Landfilling Limbah Versi 2008. ITB: Bandung
Wahyono, Sri. 2001. Pengolahan Sampah Organik dan Aspek Sanitasi. Jurnal
Teknologi Lingkungan BPPT: Jakarta
17