Kelompok 3 (2D4)
Jl. Hang Jebat III Blok F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Perencanaan Unit Pengolahan Limbah Cair II”. Sebagai tugas dan bahan diskusi, yang
diberikan oleh dosen Mata Kuliah Pengelolaan Limbah Cair – B. kami menyadari bahwa
makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Oleh Karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis haturkan permohonan maaf atas segalah kekurangan, bila penyusunan
Makalah ini dianggap kurang berkenan, terutama oleh pihak dianggap dirugikan dan lain-lain.
Oleh karena itu keritikan yang bersikap konstruktis senantiasa kami harapkan, baik dari
pembimbing maupun yang membaca Makalah ini agar kami dapat memperbaiki diri.
Oleh sebab itu akibat segalah kekurangan isi Makalah kami, kami ucapkan banyak
terimakasih jika ada segalah kritik dan saran dari berbagai pihak pembaca. Semoga Tuhan yang
Maha Esa senantiasa membalas kebaikan yang telah diperbuat dan memaafkan setiap kekeliruan
yang telah kami lakukan.
Kami menyadari bahwah Makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh sebab itu kami akan
sangat berterima kasih sekiranya mendapatkan masukan untuk menyempurnakan.
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
3.1 Kesimpulan................................................................................................................18
DAFTAR ISI............................................................................................................................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami mengenai Perencanaan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik.
2. Mengetahui dan memahami mengenai Desain IPAL Domestik.
3. Mengetahui dan memahami mengenai Debit Limbah dan Waktu Tinggal.
4. Mengetahui dan memahami mengenai Perencanaan Perhitungan Kapasitas Tanki.
5. Mengetahui dan memahami mengenai Perencanaan Perhitungan Kapasitas Aerator.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.2 Desain IPAL Domestik
Seluruh air limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik yaitu air limbah dapur, air
limbah kamar mandi, air limbah pencucian, air limbah wastafel, air limpasan dari tangki
septik tank dan air limbah lainnya, seluruhnya dialirkan ke sebuah sistem pengolahan
terpusat dengan sistem biofilter anaerob-aerob.
a. Bak Pemisah Lemak
Bak pemisah lemak atau grease removal berfungsi untuk memisahkan lemak
atau minyak yang berasal dari kegiatan dapur, serta untuk mengendapkan kotoran
pasir, tanah atau senyawa padatan yang tak dapat terurai secara biologis.
Bak pemisah lemak atau grease removal yang direncanakan adalah tipe gravitasi
sederhana. Bak terdiri dari dua buah ruang yang dilengkapi dengan bar screen pada
bagian inletnya. Dimensi bak pemisah lemak dapat dihitung dengan rumus :
rt
hari x Q
60 menit x 24 jam
Dimana :
rt = retention time (waktu tunggu)
Q = Debit air limbah
a. Bak Ekualisasi
Bak ekualisasi adalah bak penampungan yang berfungsi untuk meminimumkan
dan mengendalikan fluktuasi aliran limbah cair baik kuantitas maupun kualitas yang
berbeda dan menghomogenkan konsentrasi limbah cair. Dimensi bak ekualisasi dapat
dihitung dengan rumus :
rt
hari x Q
24 jam
Dimana :
rt = retention time (waktu tunggu)
Q = Debit air limbah
6
dan penampung lumpur. Dimensi bak pengendapan awal dapat dihitung dengan
rumus :
rt
hari x Q
24 jam
Dimana :
rt = retention time (waktu tunggu)
Q = Debit air limbah
c. Biofilter Anaerob
Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari bahan
plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari dua buah
ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri
anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan
media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang
akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.
Dimensi media yang diperlukan untuk biofilter anaerob dapat dihitung dengan
rumus :
BOD Masuk
BOD Standar
d. Biofilter Aerob
Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media khusus dari bahan plastik
tipe sarang tawon, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro-
organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta
tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dimensi media yang diperlukan untuk
biofilter aerob dapat dihitung dengan rumus :
BOD Masuk
BOD Beban
7
rt
hari x Q
24 jam
Dimana :
rt = retention time (waktu tunggu)
Q = Debit air limbah
8
Contoh hasil Survey
yang dilakukan tentang
perilaku penggunaan air
dalam kehidupan sehari–
hari terlihat seperti pada
tabel. Berdasarkan tabel,
diambil kesimpulan perilaku
penggunaan air terbesar
perhari terjadi pada pukul
6.00 sampai 9.00 dengan
persentase penggunaan
sebesar 60%. Jam puncak
penggunaan air terjadi pada
pukul 06.00–10.00 dengan
durasi 4 jam dan persentasi
sebesar 60%.
Maka debit air yang dihasilkan
pada jam puncak penggunaan air
adalah :
Contoh :
Desain Bak Pemisah Lemak/Minyak Bak pemisah lemak atau grease removal yang
direncanakan adalah tipe gravitasi sederhana. Bak terdiri dari dua buah ruang yang
dilengkapi dengan bar screen pada bagian inletnya.
Kapasitas pengolahan : 180 m3/ hari
: 7,5 m3/jam
: 125 liter/menit
Kriteria Perencanaan :
30 3 3
Volume bak yang diperlukan= hari x 180 m =3,75 m
60 x 24
Dimensi Bak :
10
Panjang =2m
Lebar = 1,5 m
b. Bak Ekualisasi
Bak ekualisasi adalah bak penampungan yang berfungsi untuk
meminimumkan dan mengendalikan fluktuasi aliran limbah cair baik kuantitas
maupun kualitas yang berbeda dan menghomogenkan konsentrasi limbah cair.
Dimensi bak ekualisasi dapat dihitung dengan rumus:
rt
hari x Q
24 jam
rt : retention time (waktu tunggu)
Q : Debit air Limbah
Contoh:
Desain Bak Ekualisasi/Bak Penampungan Air Waktu tinggal di dalam bak ( HRT ) =
4-8 jam. Ditetapkan waktu tinggal dalam bak ekualisasi adalah 5 jam.
Jadi :
5 3 3
Volume bak yang diperlukan= hari x 1 80 m =37,5 m
24
Ditetapkan Dimensi Bak :
Panjang : 4,5 m
Lebar : 4,5 m
Kedalaman Air :2m
Ruang Bebas : 0,5 m
Volume efektif : 40,5 m 3
11
Konstruksi : Beton K300
Tebal dinding : 20 cm
d. Biofilter Anaerob
Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari
bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari dua buah
ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh
bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada
permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme
inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak
pengendap.
Dimensi media yang diperlukan untuk biofilter anaerob dapat dihitung
dengan rumus :
BOD Masuk
BOD Standar
e. Biofilter Aerob
Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe
sarang tawon, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro-organisme
yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan
menempel pada permukaan media.
Dimensi media yang diperlukan untuk biofilter aerob dapat dihitung dengan
rumus :
12
BOD Masuk
BOD Standar
f. Bak Pengendapan Akhir
Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung mikro-organisme diendapkan
dan sebagian air dipompa kembali kebagian bak pengendapan awal dengan pompa
sirkulasi lumpur.
Dimensi bak pengendapan akhir dapat dihitung dengan rumus :
rt
hari x Q
60 menit x 24 jam
Rasio F/M dapat dikontrol dengan cara mengatur laju sirkulasi lumpur aktif dari bak
pengendapan akhir yang disirkulasi ke bak aerasi. Lebih tinggi laju sirkulasi lumpur aktif
lebih tinggi pula rasio F/M-nya. Untuk pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif
konvensional atau standar, rasio F/M adalah 0,2 - 0,5 kg BOD5 per kg MLSS per hari, tetapi
dapat lebih tinggi hingga 1,5 jika digunakan oksigen murni (Hammer, 1986). Rasio F/M yang
13
rendah menujukkan bahwa mikroorganisme dalam tangki aerasi dalam kondisi lapar, semakin
rendah rasio F/M pengolah limbah semakin efisien.
Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package
treatmet) dengan beberapa ketentuan antara lain :
1. Waktu aerasi lebih lama (sekitar 30 jam) dibandingkan sistem konvensional. Usia lumpur
juga lebih lama dan dapat diperpanjang sampai 15 hari.
2. Limbah yang masuk dalam tangki aerasi tidak diolah dulu dalam pengendapan primer.
3. Sistem beroperasi dengan F/M ratio yang lebih rendah (umumnya < 0,1 kg BOD/ per kg
MLSS per hari) dibandingkan dengan sistem lumpur aktif konvensional (0,2 - 0,5 kg BOD
per kg MLSS per hari).
4. Sistem ini membutuhkan sedikit aerasi dibandingkan dengan pengolahan konvensional dan
terutama cocok untuk komunitas yang kecil yang menggunakan paket pengolahan.
Sistem oksidasi parit terdiri dari bak aerasi berupa parit atau saluran yang berbentuk oval
yang dilengkapi dengan satu atau lebih rotor rotasi untuk aerasi limbah. Saluran atau parit
tersebut menerima limbah yang telah disaring dan mempunyai waktu tinggal hidraulik
(hidraulic retention time) mendekati 24 jam. Proses ini umumnya digunakan untuk
pengolahan air limbah domestik untuk komunitas yang relatif kecil dan memerlukan luas
lahan yang cukup besar.
14
15
C. Sistem Aerasi Bertingkat (Step Aeration)
Limbah hasil dari pengolahan primer (pengendapan) masuk dalam tangki aerasi melalui
beberapa lubang atau saluran, sehingga meningkatkan distribusi dalam tangki aerasi dan
membuat lebih efisien dalam penggunaan oksigen. Proses ini dapat meningkatkan
kapasitas sistem pengolahan
16
D. Sistem Aerasi Dengan Pencampuran Sempurna
Pada sistem ini limbah hanya diaerasi dalam tangki aerasi secara merata. Sistem ini dapat
menahan shock load dan racun.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perencanaan untuk IPAL harus dilakukam dengan baikdan sesuai dengan kapasitas
yang dibutuhkan, sehingga saat pembangunan tidak terjadi kekeliruan yang menyebabkan
pengolahan tidak berjalan dengan baik, sehingga menyebabkan dampak buruk pada
kondisi lingkungan/ badan air dimana limbah yang diolah itu dialirkan. Selain itu dalam
pengolahan juga perlu diperhatikan jumlah kandungan yang akan ditambahkan ke air
limbah agar proses pengolahan dapat berjalan dengan semestinya dan tidak menimbulkan
hal – hal yang merugikan seperti timbulnya bau.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirLimbahDomestikDKI/
BAB11CONTOH150M3PERHARI.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/130323-ID-perencanaan-sistem-pengolahan-air-
limbah.pdf
https://www.academia.edu/7223342/
TUGAS_MAKALAH_PERENCANAAN_PENGOPERASIAN_DAN_PEMELIHARAA
N_INSTALASI_PENGOLAHAN_AIR_LIMBAH
https://media.neliti.com/media/publications/212028-perencanaan-pengolahan-air-limbah-
sistem.pdf
19