Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH CAIR (B)

“Perencanaan Unit Pengolahan Limbah Cair II”

Dosen Mata kuliah :


Syarifuddin, SKM., M.Kes
Zulfia Maharani, ST., MSi
Disusun Oleh :

Kelompok 3 (2D4)

Ady Bachruddinsyah P21335119004

Dewan Muhammad Raihan P21335119015


Fika Humaira P21335119022
Farah Nurfitria R P21335119017
Lestari Caniago P21335119027
Shepia Maulidia Permata P21335119040

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III Blok F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120

Tahun Ajaran 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat  dan Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Perencanaan Unit Pengolahan Limbah Cair II”. Sebagai tugas dan bahan diskusi, yang
diberikan oleh dosen Mata Kuliah Pengelolaan Limbah Cair – B. kami menyadari  bahwa
makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Oleh Karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis haturkan permohonan maaf atas segalah kekurangan, bila penyusunan
Makalah ini dianggap kurang berkenan, terutama oleh pihak dianggap dirugikan dan lain-lain.
Oleh karena itu keritikan yang bersikap konstruktis senantiasa kami harapkan, baik dari
pembimbing maupun yang membaca Makalah ini agar kami dapat memperbaiki diri.
Oleh sebab itu akibat segalah kekurangan isi Makalah kami, kami ucapkan banyak
terimakasih jika ada segalah kritik dan saran dari berbagai pihak pembaca. Semoga Tuhan yang
Maha Esa senantiasa membalas kebaikan yang telah diperbuat dan memaafkan setiap kekeliruan
yang telah kami lakukan.
Kami menyadari bahwah Makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh sebab itu kami akan
sangat berterima kasih sekiranya mendapatkan masukan untuk menyempurnakan.

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3

1.3 Tujuan..........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

2.1 Perencanaan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik............................................5

2.2 Desain IPAL Domestik................................................................................................6

2.3 Debit Limbah dan Waktu Tinggal...............................................................................8

2.4 Perencanaan Perhitungan Kapasitas Tanki..................................................................9

2.5 Perencanaan Perhitungan Kapasitas Aerator.............................................................13

BAB III Penutup......................................................................................................................18

3.1 Kesimpulan................................................................................................................18

DAFTAR ISI............................................................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningkatnya arus pembangunan di kota-kota besar memberikan dampak yang cukup
besar pada pertumbuhan penduduk. Peningkatan jumlah penduduk tersebut selalu
berbanding lurus dengan pertumbuhan di berbagai sektor penunjang kehidupan lainnya
seperti sektor pemukiman dan perumahan yang tumbuh semakin cepat. Perkembangan
sektor perumahan dan pemukiman tersebut menuntut adanya pembangunan infrastruktur
dasar pelayanan publik yang lebih baik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pelayanan
prasarana lingkungan seperti infrastruktur air bersih dan sistem sanitasi, penyediaan
rumah dan transportasi yang baik untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan kota dapat
menjadi penyebab utama timbulnya berbagai masalah di kota-kota pada negara
berkembang (Nurmadi, 1999).
Kurang memadainya sarana dan prasarana kebersihan di suatu wilayah pemukiman
akan sangat berdampak besar pada kualitas lingkungan dan kesehatan di wilayah tersebut.
Hal ini disebabkan keberadaan prasarana lingkungan merupakan kebutuhan yang paling
penting yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Artinya prasarana dasar dalam satu unit lingkungan adalah
syarat bagi terciptanya kenyamanan hunian (Claire, 1973). Tingkat kenyamaman
seseorang dalam bertempat tinggal ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan, termasuk
juga prasarana lingkungan, karena prasarana lingkungan merupakan kelengkapan fisik
dasar suatu lingkungan perumahan diantaranya tersedianya sarana dan prasarana sanitasi
lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Perencanaan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik?
2. Apa yang dimaksud dengan Desain IPAL Domestik ?
3. Apa yang dimaksud dengan Debit Limbah dan Waktu Tinggal?
4. Apa yang dimaksud dengan Perencanaan Perhitungan Kapasitas Tanki?
5. Apa yang dimaksud dengan Perencanaan Perhitungan Kapasitas Aerator?

3
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami mengenai Perencanaan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik.
2. Mengetahui dan memahami mengenai Desain IPAL Domestik.
3. Mengetahui dan memahami mengenai Debit Limbah dan Waktu Tinggal.
4. Mengetahui dan memahami mengenai Perencanaan Perhitungan Kapasitas Tanki.
5. Mengetahui dan memahami mengenai Perencanaan Perhitungan Kapasitas Aerator.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik


Masalah air limbah di Indonesia baik limbah domestik maupun air limbah industri
sampai saat ini masih menjadi masalah yang serius. Di dalam proses pengolahan air
limbah khususnya yang mengandung polutan senyawa organik, teknologi yang
digunakan sebagian besar menggunakan aktifitas mikro-organisme yang menguraikan
senyawa polutan organik tersebut. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan secara
alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah
biasanya dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi. Kolam stabilisasi merupakan
kolam yang digunakan untuk mengelolah air limbah secara alamiah. Kolam stabilisasi
sangat direkomendasikan untuk pengelolaah air limbah di daerah tropis dan negara
berkembang sebab biaya yang diperlukan untuk membuatnya relatif murah tetapi
membutuhkan area yang luas retention time (waktu tinggal) yang cukup lama (20-50
hari). Kolam stabilisasi yang umum digunakan adalah kolam anaerobik (anaerobic pond),
kolam fakultatif (facultative pound) dan kolam maturasi (anaerobic/maturation pound).

Kolam anaerobik biasanya digunakan untuk mengelolah air limbah dengan


kandungan bahan organik yang sangat pekat, sedangkan kolam maturasi biasanya
digunakan untuk memusnakan mikro-organisme di dalam air limbah. Hal-hal yang
menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan sistem pengolahan air limbah domestik
menurut pedoman pengolaha air limbah perkotaan departemen kimpraswil tahun 2003
didasarkan pada faktor–faktor kepadatan penduduk, sumber air yang ada, kedalaman
muka air tanah, dan kemampuan membiayai.
Berdasarkan faktor–faktor tersebut kemudian dilakukan pemilihan sistem
pengolahan air limbah dengan mempertimbangkan kondisi tersebut terhadap
kemungkinan penerapan sistem pengolahan terpusat (Off Site System) ataupun sistem
pengolahan setempat (On Site System).

5
2.2 Desain IPAL Domestik
Seluruh air limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik yaitu air limbah dapur, air
limbah kamar mandi, air limbah pencucian, air limbah wastafel, air limpasan dari tangki
septik tank dan air limbah lainnya, seluruhnya dialirkan ke sebuah sistem pengolahan
terpusat dengan sistem biofilter anaerob-aerob.
a. Bak Pemisah Lemak
Bak pemisah lemak atau grease removal berfungsi untuk memisahkan lemak
atau minyak yang berasal dari kegiatan dapur, serta untuk mengendapkan kotoran
pasir, tanah atau senyawa padatan yang tak dapat terurai secara biologis.
Bak pemisah lemak atau grease removal yang direncanakan adalah tipe gravitasi
sederhana. Bak terdiri dari dua buah ruang yang dilengkapi dengan bar screen pada
bagian inletnya. Dimensi bak pemisah lemak dapat dihitung dengan rumus :
rt
hari x Q
60 menit x 24 jam
Dimana :
rt = retention time (waktu tunggu)
Q = Debit air limbah

a. Bak Ekualisasi
Bak ekualisasi adalah bak penampungan yang berfungsi untuk meminimumkan
dan mengendalikan fluktuasi aliran limbah cair baik kuantitas maupun kualitas yang
berbeda dan menghomogenkan konsentrasi limbah cair. Dimensi bak ekualisasi dapat
dihitung dengan rumus :
rt
hari x Q
24 jam
Dimana :
rt = retention time (waktu tunggu)
Q = Debit air limbah

b. Bak Pengendapan Awal


Bak pengendapan awal berfungsi untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan
kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai
bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, Sludge (pengurai lumpur)

6
dan penampung lumpur. Dimensi bak pengendapan awal dapat dihitung dengan
rumus :
rt
hari x Q
24 jam
Dimana :
rt = retention time (waktu tunggu)
Q = Debit air limbah

c. Biofilter Anaerob
Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari bahan
plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari dua buah
ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri
anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan
media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang
akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.
Dimensi media yang diperlukan untuk biofilter anaerob dapat dihitung dengan
rumus :
BOD Masuk
BOD Standar

d. Biofilter Aerob
Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media khusus dari bahan plastik
tipe sarang tawon, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro-
organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta
tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dimensi media yang diperlukan untuk
biofilter aerob dapat dihitung dengan rumus :
BOD Masuk
BOD Beban

e. Bak Pengendapan Akhir


Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung mikro-organisme diendapkan
dan sebagian air dipompa kembali kebagian bak pengendapan awal dengan pompa
sirkulasi lumpur. Dimensi bak pengendapan akhir dapat dihitung dengan rumus :

7
rt
hari x Q
24 jam
Dimana :
rt = retention time (waktu tunggu)
Q = Debit air limbah

2.3 Debit Limbah dan Waktu Tinggal


Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 1995, Debit limbah
maksimum adalah debit tertinggi yang masih boleh dibuang ke lingkungan. Untuk
pengolahan air limbah domestik teknologi yang digunakan adalah kombinasi proses
biofilter anaerob-aerob, membutuhkan waktu tinggal yang berbeda pada setiap bagian
pengolahannya untuk mendapatkan hasil pengolahan atau penurunan BOD yang
maksimal. Waktu yang diperlukan pada setiap bagian pengolahannya adalah Bak Pemisah
Lemak ± 30 menit, Bak Ekualisasi / Bak Penampungan Air 4-8 jam, Bak pengendapan
awal 2–4 jam, Biofilter anaerob 4-8 jam, Biofilter Aerob 4-8 jam, bak pengendapan akhir
2-4 jam.
Untuk mengetahui kapasitas air limbah yang dihasilkan sebagai acuan untuk
menentukan dimensi bak pengolahan air limbah yang akan direncanakan maka diperlukan
survey terlebih dahulu atau diperlukan data. Karena air limbah yang di hasilkan
berhubungan dengan air bersih yang digunakan untuk kebutuhan sehari–hari.
Contoh
Jika, Jumlah penduduk = 1927 orang
Limbah cair yang dihasilkan = 120 liter/orang/hari
Maka
Total limbah cair = Jumlah penduduk x limbah cair per orang
= 1927 orang x 120 liter/per orang/hari
= 231.240 liter/hari.
Untuk menentukan dimensi bak pengolahan air limbah harus diketahui terlebih
dahulu jam puncak penggunaan air bersih, karena dengan jam puncak penggunaan air
bersih tersebut akan diketahui debit maksimum yang akah dihasilkan.

8
Contoh hasil Survey
yang dilakukan tentang
perilaku penggunaan air
dalam kehidupan sehari–
hari terlihat seperti pada
tabel. Berdasarkan tabel,
diambil kesimpulan perilaku
penggunaan air terbesar
perhari terjadi pada pukul
6.00 sampai 9.00 dengan
persentase penggunaan
sebesar 60%. Jam puncak
penggunaan air terjadi pada
pukul 06.00–10.00 dengan
durasi 4 jam dan persentasi
sebesar 60%.
Maka debit air yang dihasilkan
pada jam puncak penggunaan air
adalah :

Persentase jam puncak =


60%
Total limbah cair = 385.400
liter/hari
Jumlah limbah cair yang
dihasilkan pada jam puncak
adalah
= Persentase jam puncak x Total limbah cair
= 60% x 231.240 liter/hari
= 138.774 liter (dalam waktu 4 jam)

2.4 Perencanaan Perhitungan Kapasitas Tanki


9
Untuk perhitungan kapasitas tanki khususnya dalam pengelolaan air limbah domestik
seluruh air limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik yaitu air limbah dapur, air
limbah kamar mandi, air limbah pencucian, air limbah wastafel, air limpasan dari tangki
septik tank dan air limbah lainnya, seluruhnya dialirkan ke sebuah sistem pengolahan
terpusat dengan sistem biofilter anaerob-aerob.

a. Bak Pemisah Lemak


Bak pemisah lemak atau grease removal berfungsi untuk memisahkan lemak
atau minyak yang berasal dari kegiatan dapur, serta untuk mengendapkan kotoran
pasir, tanah atau senyawa padatan yang tak dapat terurai secara biologis.
Bak pemisah lemak atau grease removal yang direncanakan adalah tipe
gravitasi sederhana. Bak terdiri dari dua buah ruang yang dilengkapi dengan bar
screen pada bagian inletnya.
Dimensi bak pemisah lemak dapat dihitung dengan rumus :
rt
hari x Q
60 menit x 24 jam
rt : retention time (waktu tunggu)
Q : Debit air Limbah

Contoh :
Desain Bak Pemisah Lemak/Minyak Bak pemisah lemak atau grease removal yang
direncanakan adalah tipe gravitasi sederhana. Bak terdiri dari dua buah ruang yang
dilengkapi dengan bar screen pada bagian inletnya.
Kapasitas pengolahan : 180 m3/ hari
: 7,5 m3/jam
: 125 liter/menit

Kriteria Perencanaan :

retention time = ± 30 menit.

30 3 3
Volume bak yang diperlukan= hari x 180 m =3,75 m
60 x 24

Dimensi Bak :

10
Panjang =2m

Lebar = 1,5 m

Kedalaman Air =1,5 m

Ruang Bebas = 0,5 m

Volume efektif = 4,5 m 3

Konstruksi = Beton K300

Tebal dinding =20 cm

b. Bak Ekualisasi
Bak ekualisasi adalah bak penampungan yang berfungsi untuk
meminimumkan dan mengendalikan fluktuasi aliran limbah cair baik kuantitas
maupun kualitas yang berbeda dan menghomogenkan konsentrasi limbah cair.
Dimensi bak ekualisasi dapat dihitung dengan rumus:
rt
hari x Q
24 jam
rt : retention time (waktu tunggu)
Q : Debit air Limbah
Contoh:
Desain Bak Ekualisasi/Bak Penampungan Air Waktu tinggal di dalam bak ( HRT ) =
4-8 jam. Ditetapkan waktu tinggal dalam bak ekualisasi adalah 5 jam.
Jadi :
5 3 3
Volume bak yang diperlukan= hari x 1 80 m =37,5 m
24
Ditetapkan Dimensi Bak :
Panjang : 4,5 m
Lebar : 4,5 m
Kedalaman Air :2m
Ruang Bebas : 0,5 m
Volume efektif : 40,5 m 3

11
Konstruksi : Beton K300
Tebal dinding : 20 cm

c. Bak Pengendapan Awal


Bak pengendapan awal berfungsi untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir
dan kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi
sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, Sludge (pengurai
lumpur) dan penampung lumpur.
Dimensi bak pengendapan awal dapat dihitung dengan rumus :
rt
hari x Q
24 jam
rt : retention time (waktu tunggu)
Q : Debit air Limbah

d. Biofilter Anaerob

Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari
bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari dua buah
ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh
bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada
permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme
inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak
pengendap.
Dimensi media yang diperlukan untuk biofilter anaerob dapat dihitung
dengan rumus :
BOD Masuk
BOD Standar
e. Biofilter Aerob
Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe
sarang tawon, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro-organisme
yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan
menempel pada permukaan media.
Dimensi media yang diperlukan untuk biofilter aerob dapat dihitung dengan
rumus :
12
BOD Masuk
BOD Standar
f. Bak Pengendapan Akhir
Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung mikro-organisme diendapkan
dan sebagian air dipompa kembali kebagian bak pengendapan awal dengan pompa
sirkulasi lumpur.
Dimensi bak pengendapan akhir dapat dihitung dengan rumus :

rt
hari x Q
60 menit x 24 jam

rt : retention time (waktu tunggu)

Q : Debit air Limbah

2.5 Perencanaan Perhitungan Kapasitas Aerator


Parameter ini menujukkan jumlah zat organik (BOD) yang dihilangkan dibagi dengan
jumlah massa mikroorganisme di dalam bak aerasi atau reaktor. Besarnya nilai F/M ratio
umunya ditunjukkan dalam kilogram BOD per kilogram MLLSS per hari (Curds dan
Hawkes, 1983; Nathanson, 1986). F/M dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

Rasio F/M dapat dikontrol dengan cara mengatur laju sirkulasi lumpur aktif dari bak
pengendapan akhir yang disirkulasi ke bak aerasi. Lebih tinggi laju sirkulasi lumpur aktif
lebih tinggi pula rasio F/M-nya. Untuk pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif
konvensional atau standar, rasio F/M adalah 0,2 - 0,5 kg BOD5 per kg MLSS per hari, tetapi
dapat lebih tinggi hingga 1,5 jika digunakan oksigen murni (Hammer, 1986). Rasio F/M yang

13
rendah menujukkan bahwa mikroorganisme dalam tangki aerasi dalam kondisi lapar, semakin
rendah rasio F/M pengolah limbah semakin efisien.

A. Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeration System)

Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package
treatmet) dengan beberapa ketentuan antara lain :

1. Waktu aerasi lebih lama (sekitar 30 jam) dibandingkan sistem konvensional. Usia lumpur
juga lebih lama dan dapat diperpanjang sampai 15 hari.

2. Limbah yang masuk dalam tangki aerasi tidak diolah dulu dalam pengendapan primer.

3. Sistem beroperasi dengan F/M ratio yang lebih rendah (umumnya < 0,1 kg BOD/ per kg
MLSS per hari) dibandingkan dengan sistem lumpur aktif konvensional (0,2 - 0,5 kg BOD
per kg MLSS per hari).

4. Sistem ini membutuhkan sedikit aerasi dibandingkan dengan pengolahan konvensional dan
terutama cocok untuk komunitas yang kecil yang menggunakan paket pengolahan.

B. Proses Dengan Sistem Oksidasi Parit (Oxidation Ditch)

Sistem oksidasi parit terdiri dari bak aerasi berupa parit atau saluran yang berbentuk oval
yang dilengkapi dengan satu atau lebih rotor rotasi untuk aerasi limbah. Saluran atau parit
tersebut menerima limbah yang telah disaring dan mempunyai waktu tinggal hidraulik
(hidraulic retention time) mendekati 24 jam. Proses ini umumnya digunakan untuk
pengolahan air limbah domestik untuk komunitas yang relatif kecil dan memerlukan luas
lahan yang cukup besar.

14
15
C. Sistem Aerasi Bertingkat (Step Aeration)

Limbah hasil dari pengolahan primer (pengendapan) masuk dalam tangki aerasi melalui
beberapa lubang atau saluran, sehingga meningkatkan distribusi dalam tangki aerasi dan
membuat lebih efisien dalam penggunaan oksigen. Proses ini dapat meningkatkan
kapasitas sistem pengolahan

16
D. Sistem Aerasi Dengan Pencampuran Sempurna

Pada sistem ini limbah hanya diaerasi dalam tangki aerasi secara merata. Sistem ini dapat
menahan shock load dan racun.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perencanaan untuk IPAL harus dilakukam dengan baikdan sesuai dengan kapasitas
yang dibutuhkan, sehingga saat pembangunan tidak terjadi kekeliruan yang menyebabkan
pengolahan tidak berjalan dengan baik, sehingga menyebabkan dampak buruk pada
kondisi lingkungan/ badan air dimana limbah yang diolah itu dialirkan. Selain itu dalam
pengolahan juga perlu diperhatikan jumlah kandungan yang akan ditambahkan ke air
limbah agar proses pengolahan dapat berjalan dengan semestinya dan tidak menimbulkan
hal – hal yang merugikan seperti timbulnya bau.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirLimbahDomestikDKI/
BAB11CONTOH150M3PERHARI.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/130323-ID-perencanaan-sistem-pengolahan-air-
limbah.pdf

https://www.academia.edu/7223342/
TUGAS_MAKALAH_PERENCANAAN_PENGOPERASIAN_DAN_PEMELIHARAA
N_INSTALASI_PENGOLAHAN_AIR_LIMBAH

https://media.neliti.com/media/publications/212028-perencanaan-pengolahan-air-limbah-
sistem.pdf

Buku AirLimbah Domestik DKI. BAB 11- CONTOH PERENCANAAN DAN


PEMBANGUNAN IPAL DOMESTIK KAPASITAS 150 M 3 PER HARI.
www.kelair.bppt.go.id

19

Anda mungkin juga menyukai