Anda di halaman 1dari 16

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR SECARA FISIK

Oleh :
Kelompok I

NAMA NIM
Dinda
Mia Rahmawati 2113201048
Ranitulah Dasti 2013201031
Salsabila Fiani 2113201062

Dosen Pembimbing:

Nurdin, SKM, MPH

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS FORT DE KOCK

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esaa atas limpahan
rahmat dan nikmatNya kepada penulis sehingga penulisan dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Pengelolaan Limbah Cair Secara Fisik. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas makalah individu mata kuliah Pengelolaan Air Limbah

Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dalam hal
menambah wawasan kita. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang
telah memberikan ilmu pengetahuan kepada kami sehingga makalah ini dapat di selesaikan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penulis menyampaikan permohonan maaf atas kekurangan yang ditemui dalam makalah ini.

Bukittinggi, 23 September 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i


DAFTAR ISI .........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah ....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Filtrasi Cake...........................................................................................................3
B. Mikrofiltrasi...........................................................................................................3
C. Ultrafiltrasi.............................................................................................................4
D. .................................................................................................................................
E. .................................................................................................................................
F. .................................................................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah tersebut dapat
berupa limbah padat, limbah cair, maupun limbah gas. Jenis limbah ini bisa dikeluarkan
oleh satu industri dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan nilai ekonomisnya, limbah
dibedakan menjadi limbah yang mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang tidak
memiliki nilai ekonomis. Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah dengan cara
melalui unit suatu proses lanjut akan memberikan suatu nilai tambah, sedangkan limbah
non-ekonomis yaitu suatu limbah walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara
apapun tidak akan memberi nilai tambah kecuali sekedar mempermudah sistem
pembuangan.

Dalam upaya mengurangi bahaya limbah cair pada lingkungan saat dibuang maka
pengetahuan tentang karakeristik limbah sangat penting. Karakteristik limbah umumnya
dikelompokkan dalam karakteristik fisik, kimia, dan biologis. Karakteristik fisik
mencakup suhu, warna, bau, dan kekeruhan. Karakteristik kimia mencakup BOD, COD,
kesadahan, PH, dan sebagainya sedangkan karakteristik biologis adalah ragam organisme
yang ada pada limbah tersebut (Hidayat, 2016).

Kualitas air yang buruk berisiko bagi kesehatan masyarakat, keamanan makanan serta
layanan dan fungsi ekosistem lainnya. Air limbah domestik yang tidak diolah mengandung
patogen, organik, dan nutrisi, sedangkan air limbah dari industri dan perusahaan lain,
selain muatan organik, mungkin juga mengandung berbagai zat berbahaya, termasuk
logam berat. Kontak air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu dapat merusak
lingkungan, menyebabkan penyakit tersebar luas dan keruskan ekosistem. Akhirnya,
pencemaran air membatasai kesempatan untuk penggunaan yang aman dan produktif dan
penggunaan kembali sumber air untuk menambah pasokan air tawar, terutama di daerah
yang sulit air (World Health Organization and UN-Habitat, 2018).

Sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya Instalasi Pengelolaan
Air Limbah (IPAL) yang bertujuan untuk mengolah air limbah terlebih dahulu sebelum
dibuang ke saluran umum atau lingkungan. Peraturan Mentri Lingkungan Hidup RI

1
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah dan Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Dari
masing-masing peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa Instalasi Pengelolaan Air
Limbah (IPAL) yang penting keberadaannya dan wajib dimiliki oleh setiap kegiatan
industri yang mengharuskan mengolah air limbahnya sampai standar yang diijinkan.
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) merupakan upaya untuk mengelola dan
mengolah limbah cair industri yang mengandung bahan-bahan berbahaya supaya limbah
yang dibuang ke lingkungan tidak mencemari lingkungan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengolahan limbah cair secara fisik dengan menggunakan filtrasi cake ?
2. Bagaimana pengolahan limbah cair secara fisik dengan menggunakan Mikrofiltrasi ?
3. Bagaimana pengolahan limbah cair secara fisik dengan menggunakan Ultrafiltrasi ?
4. Bagaimana pengolahan limbah cair secara fisik dengan menggunakan Reverse
Osmosis ?
5. Bagaimana pengolahan limbah cair secara fisik dengan menggunakan Peralatan
Sesparasi Membran ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengolahan Limbah Cair Secara Fisik

2) Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengolahan limbah cair secara fisik dengan menggunakan
filtrasi cake ?
b. Untuk mengetahui pengolahan limbah cair secara fisik dengan menggunakan
Mikrofiltrasi ?
c. Untuk mengetahui pengolahan limbah cair secara fisik dengan menggunakan
Ultrafiltrasi ?
d. Untuk mengetahui pengolahan limbah cair secara fisik dengan menggunakan
Reverse Osmosis ?
e. Untuk mengetahui pengolahan limbah cair secara fisik dengan menggunakan
Peralatan Sesparasi Membran ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filtrasi Cake

Ketika cairan mengandung padatan yang tinggi, penyaringan cake (kue) sering
digunakan sebagai teknologi penyaringan fisik. Cairan melewati media filter sementara
padatan membentuk lapisan di permukaannya. Selama siklus filtrasi, lapisan ini menahan
partikel lain dan menjadi lebih tebal, menciptakan ‘kue filter’. Setelah partikel mulai
menjembatani dan membangun media filter, mereka menjadi penghalang untuk retensi
partikel lebih lanjut.

Media filter menjadi pembawa filter yang sebenarnya kue filter dan penyaringan kue
terjadi melalui ini. Jika padatan yang ada tidak dapat membentuk lapisan awal pertama,
maka bantuan filter dapat digunakan untuk melapisi filter terlebih dahulu. Alat bantu filter
juga dapat ditambahkan selama filtrasi untuk mempertahankan struktur terbuka,
memastikan filter cake tetap permeabel dan fluks yang sesuai dan ketebalan cake tercapai.
Alat bantu filter yang umum termasuk selulosa, tanah diatom (Kieselguhr) dan perlit.
Penyaringan kue biasanya digunakan dalam proses di mana cairan telah dibawa ke dalam
kontak dengan bahan aktif, seperti karbon aktif, bleaching atau katalis.

B. Mikrofiltrasi

Mikrofiltrasi adalah proses menghilangkan secara fisik padatan tersuspensi dari air,
melalui membran. Mikrofiltrasi sering digunakan bersamaan dengan proses pemisahan
lain seperti ultrafiltrasi dan reverse osmosis. Filter yang digunakan dalam mikrofiltrasi

3
memiliki ukuran pori sekitar 0,1 mikron (kecil). Bakteri dan padatan tersuspensi adalah
satu-satunya elemen yang dapat dihilangkan melalui mikrofiltrasi.

Penggunaan tipikal untuk sistem ultrafiltrasi dapat berupa:

a. Perawatan awal untuk proses pengolahan air lainnya


b. Jenis pengolahan limbah tertentu
c. Aplikasi pemisahan oli dan air tertentu
d. Mengolah air limbah
e. Mensterilkan minuman dan obat-obatan tanpa mengorbankan rasa

C. Ultrafiltrasi

Ultrafiltrasi sebagai suatu metoda penyaringan dengan menggunakan membran


banyak digunakan pada saat ini. Ultrafiltrasi adalah suatu proses filtrasi melalui membran
ukuran porinya berkisar antara 0,001–0,02 μm. Metode ini umumnya digunakan untuk
memisahkan koloid, mengurangi konsentrasi, pemurnian dan fraksionasi makromolekul
seperti protein, zat warna dan bahan-bahan polimerik lainnya. Teknologi membran dengan
menggunakan metode ultrafiltrasi memiliki prospek yang baik pada pengolahan limbah
diantaranya adalah untuk pengolahan limbah cair berminyak yang dilakukan oleh Mira
widyasmara(2013) di Semarang.

D. Reverse Osmosis

a. Pengertian Reverse Osmosis (Ro)

Reverse osmosis adalah kebalikan dari fenomena osmosis. Osmosis merupakan


fenomena pencapaian kesetimbangan dua larutan yang memiliki perbedaan konsentrasi zat
terlarut, dimana kedua larutan ini berada pada suatu bejana dan di pisahkan oleh lapisan
semipermeable. Kesetimbangan terjadi akibat perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki

4
konsentrasi zat terlarut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi.
( D.Ariyanti, IN.Widiasa 2011).

Sistem air tawar (Domestic fresh water system) merupakan salah satu system di kapal yang
berfungsi untuk memenuhi semua kebutuhan air tawar di kapal yang mana air tawar di kapal
digunakan untuk makan, minum, mandi, mencuci baju, pendinginan mesin dan kebutuhan
lainnya di kapal. Air yang digunakan adalah air yang baik, bersih dan menyehatkan sehingga
peningkatan kualitan air sangat penting di kapal .

b. Sejarah Reverse Osmosis


Proses osmosis melalui membrane semipermeable pertama kali di amati pada tahun 1748
oleh Jean Antoine Nollet. Selama 200 tahun berikutnya osmosis hanya sebuah fenomena
yang di amati di laboratorium. In 1949 the Univercity of California at los Angeles (UCLA).
Pada tahun 1949 di Univercity of California at Los Angeles (UCLA) menyelidiki pertama
desalinasi air laut dengan menggunakan membrane semipermeable. Para peneliti dari ketua
UCLA dan Univercity of Florida Berhasil di produksi air tawar dari air laut pada pertengahan
1950-an, tetapi fluks terlalu rendah untuk komersial. Pada tahun 2001, sekitar 15.200
tanaman desalinasi di operasi atau dalam tahap perencanaan di seluruh dunia.
Semipermeabel membrane kumparan digunakan desalinization. Secara formal, reverse

5
osmosis adalah proses memaksa pelarut dari konsentrasi zat terlarut tinggi melalui membrane
semipermeable kepada daerah konsentrasi terlarut rendah dengan menerapkan tekanan yang
melebihi tekanan osmotic. Selaput digunakan untuk reverse osmosis memiliki lapisan

penghalang yang padat dalam matriks polimer di mana sebagian besar terjadi pemisahan.
Dalam kebanyakan kasus, membran ini di rancang untuk hanya mengijinkan air melewati
lapisan padat ini sementara mencegah bagian zat terlarut (misalnya garam ion). Osmosis
menggambarkan bagaimana pelarut bergerak antara dua solusi yang di pisahkan oleh
membrane semipermeable untuk mengurangi konsentrasi perbedaan antara solusi. Ketika dua
larutan dengan konsentrasi yang berbeda terlarut dicampur, jumlah total zat terlarut dalam
dua solusi akan terdistribusi secara merata di jumlah total pelarut dari kedua solusi. Alih-alih
mencampur dua 7 solusi bersama-sama, mereka dapat di letakan dalam dua kompartemen
dimana mereka dipisahkan dari satu sama lain dengan membran semipermeable. Membrane
semipermeable tidak membolehkan zat terlarut untuk berpindah dari satu kompartemen ke
yang lain, tetapi memungkinkan pelarut untuk bergerak. Karena kesetimbangan tidak dapat
dicapai oleh pergerakan zat terlarut dari kompartemen dengan konsentrasi terlarut tinggi
kepada orang dengan konsentrasi terlarut rendah, itu bukan dicapai dengan pergerakan
pelarut dari daerah-daerah konsentrasi terlarut rendah ke daerah-daerah konsentrasi zat
terlarut tinggi. Ketika pelarut bergerak jauh dari daerah konsentrasi rendah, hal itu
menyebabkan daerah ini menjadi lebih terkonsentrasi. Di sisi lain ketika pelarut bergerak ke
daerahdaerah konsentrasi tinggi, konsentrasi terlarut akan berkurang. Dalam reverse osmosis,
dalam setiap yang sama seperti yang di osmosis, tekanan diberikan ke kompartemen dengan
konsentrasi tinggi dapat di letakan dalam dua kompartemen dimana mereka dipisahkan dari
satu sama lain dengan membran semipermeable. Membrane semipermeable tidak
membolehkan zat terlarut untuk berpindah dari satu kompartemen ke yang lain, tetapi
memungkinkan pelarut untuk bergerak.

c. Teori Dasar Reverse Osmosis

Bila dalam bejana dimasukkan dua larutan yang berbeda konsentrasi dan dipisahkan oleh
suatu sekat yang dapat dilalui oleh cairan (membrane semi permeable), maka akan terjadi
perpindahan cairan dari konsentrasi rendah menuju konsentrasi yang lebih tinggi.
Perpindahan akan berlangsung hingga tercapai kesetimbangan, hal ini dapat terlihat dengan
adanya perbedaan tinggi larutan sebelum dan sesudahnya. Peristiwa ini disebut osmosis.
Besarnya tekanan untuk menghasilkan perbedaan tinggi disebut tekanan osmosis atau

6
osmotic pressure (π). Tekanan osmosis spesifik untuk setiap cairan (larutan), tergantung dari
konsentrasi dan jenis larutan.

Untuk memperoleh larutan dengan konsentrasi lebih rendah maka diperlukan driving force
untuk melawan tekanan osmosis tersebut, agar terjadi aliran balik atau osmosa balik (Inggris
= Reverse Osmosis). Sehingga dalam sistem ini diperlukan tekanan yang cukup tinggi,
hingga mencapai 60 kg/cm2. Membran RO terbuat dari lembaran-lembaran yang berbeda
pada setiap lapisannya. Dengan ukuran pori-pori terkecil hingga 0,0001 micron, membuat
membrane mampu menyaring partikel besar maupun kecil hingga seukuran bakteri dalam air.

Komponen-komponen akan terpisah berdasarkan ukuran dan bentuknya, dengan bantuan


tekanan dan selaput semi-permeable. Hasil pemisahan berupa retentate (bagian dari campuran
yang tidak melewati membran) dan permeate (bagian dari campuran yang melewati
membran). Bahan membran yang digunakan biasanya adalah selulosa asetat, komposit, poliamida,
dan lainlain, dengan modul tubular, spiral wound, flat sheet, , atau hollow fiber.

Desalinasi dengan teknologi RO menggunakan bahan kimia antara lain Asam Sulfat
(H2SO4), Anti scalant, SMBS (Sodium Meta Bi-Sulfit), NaOCl, dan Sodium Hidroksida
(NaOH) untuk membantu pengaturan pH, penghilang kerak, dan pembunuh bakteri, alga,
serta microorganisme.

d. Komponen Utama Sistem Reverse Osmosis

1. High Pressure Pump

Fungsi utama high pressure pump atau pompa tekanan tinggi adalah untuk memenuhi
distribusi air pada lokasi dengan jarak atau ketinggian tertentu yang secara teknis sulit di
jangkau, Pompa air high pressure juga di fungsikan sebagai penambah tekanan air dari sea
chest menuju pipa-pipa distribusi.

7
2. Sand Filter

Filtrasi pasir adalah proses di mana pengolahan air diwujudkan dengan sifat 'berpori' dari
lapisan pasir yang memerangkap partikel yang ada dalam air. Berbagai proses fisik / biologis
lainnya juga terjadi dalam saringan pasir yang selanjutnya menghilangkan air dari berbagai
zat (deferrisasi, demanganisasi, penghilangan amonium).

3. Fine Filter

Menurut (Alam,2008,p.36-38). Fine filter berfungsi untuk penyaringan flock-flock melayang


(haxlus) yang tersuspensi didalam air, karena tidak menutup kemungkinan air hasil
penyaringan pada filter konvensional masih mengandung flock-flock halus. Pada sistem
Reverse Osmosis air hasil penyaringan dari filter konvensional masih harus melalui proses
penyaringan dengan media sediment,media ini berfungsi untuk penyaringan flock - flock
melayang yang tersuspensi didalam air, karena tidak menutup kemungkinan air hasil
penyaringan pada filter konvensional masih mengandung flock – flock yang tersuspensi.

8
4. Membran

Membran RO atau biasa disebut Membran Reverse Osmosis adalah membran yang terbuat
dari selaput semipermeable yang dapat diisi ulang yang berfungsi untuk menyaring atau
memfilter air dari kandungan logam, virus atau bakteri sehingga menghasilkan air murni
bebas dari pencemaran. Membran ini dapat menurunkan tds (total dissolved solid) karena
mempunyai ukuran pemfilteran yang sangat halus yaitu mencapai 1/ mikron atau setara
dengan sehelai rambut di bagi satu juta. Dengan ukuran sekecil ini maka virus, bakteri dan
kandungan logam akan tersaring dimana ukuran membran ro jauh lebih kecil dari ukuran
virus, bakteri dan kandungan logam.

9
E. peralatan seprasi membran

1. Definisi separasi membran

Proses separasi membrane didasarkan pada prinsip pemisahan komponen


berdasarkan perbedaan berat dan molekul komponen melalui membran semi permeabel. Pada
kasus ini metode separasi membran yang digunakan adalah ultrafikasi.

Membran didefinisikan sebagai suatu media berpori, berbentuk film tipis, bersifat
semipermeabel yang berfungsi untuk memisahkan partikel dengan ukuran molekuler (spesi)
dalam suatu sistem larutan. Spesi yang memiliki ukuran yang lebih besar dari pori membran
akan tertahan sedangkan spesi dengan ukuran yang lebih kecil dari pori membran akan lolos
menembus pori membran. Proses pemisahan dengan membran dapat terjadi karena adanya
perbedaan ukuran pori, bentuk, serta struktur kimianya. Membran demikian biasa disebut
sebagai membran semipermiable, artinya dapat menahan spesi tertentu, tetapi dapat
melewatkan spesi yang lainnya. Fasa campuran yang akan dipisahkan disebut umpan (feed),
hasil pemisahan disebut sebagai permeat.

2. Karakteristik membran

Untuk memahami proses pemisahan dengan membran, akan ditentukan karakteristik


membran yang dalam hubungannya dengan sifat dan struktur membran seperti kandungan air,
uuran pori, jumlah pori, luas membran, dan ketebalan membran.

- Kandungan air

Kandungan air merupakan tingkat kemampuan polimer untuk menyerap air. Sifat ini
ditunjukan oleh adanya gugus yang bersifat hidrofilik dalam rantai polimer. Polimer yang
banyak mengandung gugus hidroksil akan bersifat hidrofilik. Kandungan air ini akan
mempengaruhi difusivitas penetran melalui membran karena semakin banyak yang erikat
dengan membran, akan menyebabkan rantai polimer b ebas bergerak, sehingga molekul
semakin mudah menembus membran polimer melewati ruang kosong antara rantai polimer
dengan rantai lainnya.

10
- Ukuran dan Jumlah pori

Pada proses pemisahan menggunakan membran ukuran dan jumlah pori merupakan faktor
yang harus dipertimbangkan agar memenuhi standar ultrafiltrasi. Ukuran pori akan
menentukan sifat selektifitas membran, yaitu kemampuan dari membran untuk menahan
molekul-molekul zat terlarut, sehingga tidak ada yang lolos menembus pori membran.
Sedangkan jumlah pori menentukan sifat permeabilitas membran yaitu kemudahan membran
untuk melewatkan molekul-molekul air, dimana jika permeabilitas membran yang dihasilkan
tinggi, maka membran layak digunakan.

3. Ketebalan Membran

Ketebalan membran merupakan salah satu karakterisasi membran yang diukur untuk
mengetahui laju permeasi membran. Ketebalan membran polysulfon diukur dengan
menggunakan mikrometer. Ukuran ketebalan membran menurut standar ultrafiltrasi adalah
50-150 (Rautenbach, 1997).

4. Luas Membran

Luas membran yang telah dibuat disesuaikan dengan luas modul membran dari rancangan
alat, dimana pengukuran panjang dan lebar membran ini dilakukan secara manual dengan
menggunakan mistar.

5. Prinsip Pemisahan dengan Membran

Proses Pemisahan dengan menggunakan media membran dapat terjadi karena membran
mempunyai sifat selektifitas yaitu kemampuan untuk memisahkan suatu partikel dari
campurannya. Hal ini dikarenakan partikel memiliki ukuran lebih besar dari pori membran.
Prinsip proses pemisahan dengan membran adalah pemanfaatan sifat membran, di mana
dalam kondisi yang identik, jenis molekul tertentu akan berpindah dari satu fasa fluida ke
fasa lainnya di sisi lain membran dalam kecepatan yang berbeda-beda, sehingga membran
bertindak sebagai filter yang sangat spesifik, di mana satu jenis molekul akan mengalir
melalui membran, sedangkan jenis molekul yang berbeda akan “tertangkap” oleh membrane .
Driving forceyang memungkinkan molekul untuk menembus membran antara lain adanya
perbedaan suhu, tekanan atau konsentrasi fluida. Driving force ini dapat dipicu antara lain
dengan penerapan tekanan tinggi, atau pemberian tegangan listrik.

11
Terdapat dua faktor yang menentukan efektivitas proses filtrasi dengan membran : faktor
selektivitas dan faktor produktivitas. Selektivitas adalah keberhasilan pemisahan komponen,
dinyatakan dalam parameter Retention (untuk sistem larutan), atau faktor pemisahan [alpha]
(untuk sistem senyawa organic cair atau campuran gas). Produktivitas didefinisikan sebagai
volume/massa yang mengalir melalui membran per satuan luas membran dan waktu, dan
dinyatakan dalam parameter flux, dan Nilai selektivitas dan produktivitas sangat bergantung
pada jenis membran.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/3861/3/BAB%20II.pdf

https://www.aeroengineering.co.id/2021/08/teori-filtrasi/

http://eprints.ums.ac.id/18697/2/03._BAB_I.pdf

https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-NonDegree-22413-BAB1.Image.Marked.pdf

https://anugrahgalon.com/?p=20537

https://www.academia.edu/36634207/
POTENSI_MEMBRAN_MIKROFILTRASI_DAN_ULTRAFILTRASI_UNTUK_PENGOL
AHAN_LIMBAH_CAIR_BERMINYAK

http://scholar.unand.ac.id/3326/2/BAB%20I.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai