DISUSUN OLEH
NAMA : DINDA NATALISA BR. GURUSINGA (4211131024 )
GEBY SAGINA SIHOMBING ( 4213331001 )
JUWITA MARINE EGYA ( 4211131015 )
PASION TARIGAN ( 4213131053 )
KELAS : PSPK 2021 A
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah berjudul Pengolahan Air Minum Dan Limbah Cair
sebagai pemenuhan tugas dalam mengikuti perkuliahan pada mata kuliah Kimia Lingkungan.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Nurfajriani M.Si . Selaku
dosen mata kuliah Kimia Lingkungan yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
pembuatan makalah ini.
Adapun, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan dan tentu terdapat kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran pembaca dalam tugas ini, agar di lain waktu penulis mampu menyelesaikan
tugas dengan lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR .................................................................................................... i
1. 3 Tujuan .............................................................................................................. 2
3. 2 SARAN ............................................................................................................ 14
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengatahui Proses pengolahan air minum ?
2. Mengatahui Cara Menghilangkan zat padat dari air ?
3. Mengatahui Cara Menghilangkan kesadahan air ?
4. Mengatahui Cara Menghilangkan bakteri patogen ?
5. Mengatahui Pengolahan limbah cair ?
2
BAB II PEMBAHASAN
Pada umumnya kualitas air sumur atau air tanah mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan kualitas air permukaan atau sungai. Air tanah pada umumnya jernih namun sering
mengandung mineral mineral atau garam-garam yang cukup tinggi, sebagai akibat dari
pengaruh batuan di bawah tanah yang dilalui oleh air tanah. Pada air tanah dangkal, kualitas
dan kuantitasnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di permukaannya, dalam hal kuantitas
sangat dipengaruhi oleh curah hujan setempat, sementara kualitasnya dipengaruhi oleh kondisi
sanitasi di sekitarnya. Teknologi pengolahan air tanah melaui beberapa tahapan yaitu :
1. Penyaringan
Proses pengelolaan air bersih di Indonesia yang pertama adalah penyaringan yang
berguna untuk melindungi unit utama dari instalasi pengolahan dan membantu operasinya yang
efisien, perlu menggunakan saringan untuk menghilangkan padatan besar yang mengapung dan
tersuspensi yang ada di aliran. Bahan-bahan ini termasuk daun, ranting, kertas, kain lap, dan
kotoran lainnya yang dapat menghalangi aliran melalui pabrik atau merusak peralatan.
Saringan terbuat dari batang baja tahan korosi dengan jarak 5–15 cm, yang digunakan
untuk mencegah material kasar memasuki pabrik pengolahan. Saringan diposisikan pada sudut
60º untuk memudahkan pembuangan material yang terkumpul dengan pengaduk mekanis.
Saringan halus, yang muncul setelah saringan kasar, mencegah material yang dapat
menghalangi pekerjaan pipa di pabrik. Mereka terdiri dari batang baja yang berjarak 5-20 mm.
Variasi saringan halus adalah saringan mikro, yang terdiri dari drum berputar dari jaring baja
tahan karat dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil. Materi tersuspensi sekecil alga dan
plankton, organisme mikroskopis yang mengapung bersama arus dalam air dapat terperangkap.
Padatan yang terperangkap dikeluarkan dari kain dengan jet air bertekanan tinggi
menggunakan air bersih dan dibuang.
2. Aerasi
Aerasi merupakan istilah lain dari tranfer gas dengan penyempitan makna, lebih
dikhususkan pada transfer gas (khususnya oksigen) dari fase gas ke fase cair. Fungsi utama
3
aerasi dalam pengolahan air adalah melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar
oksigen terlarut dalam air, dalam campuran tersuspensi lumpur aktif dalam bioreaktor dan
melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut dalam air, serta membantu pengadukan air.
Tujuan transfer gas dalam pengolahan air adalah : 1. Untuk mengurangi konsentrasi
bahan penyebab rasa dan bau, seperti hidrogen sulfida dan beberapa senyawa organik, dengan
jalan penguapan atau oksidasi. 2. Untuk mengoksidasi besi dan mangan. 3. Mengurangi rasa
dan bau. 4. Untuk melarutkan gas ke dalam air (seperti penambahan oksigen ke dalam air tanah
dan penambahan karbon dioksida setelah pelunakan air).
Setelah penyaringan, proses pengelolaan air bersih di Indonesia selanjutnya adalah air
akan diangin-anginkan dengan melewatkannya melalui serangkaian langkah untuk mengambil
oksigen dari udara. Proses ini membantu dalam mengeluarkan gas larut seperti karbon dioksida
dan hidrogen sulfida (keduanya bersifat asam, sehingga proses ini membuat air kurang korosif)
dan mengeluarkan senyawa organik gas rasa yang tidak diinginkan pada air. Aerasi juga
menghilangkan besi atau mangan dengan oksidasi zat-zat ini menjadi bentuk yang tidak larut.
Besi dan mangan dapat menyebabkan rasa yang aneh dan dapat menodai pakaian. Setelah
dalam bentuk yang tidak larut, zat ini dapat dihilangkan dengan penyaringan.
Dalam kasus tertentu, kelebihan alga dalam air mentah dapat menyebabkan
pertumbuhan alga menghalangi saringan pasir lebih jauh dalam proses pengolahan. Dalam
situasi seperti itu, klorinasi digunakan sebagai pengganti, atau sebagai tambahan, aerasi untuk
membunuh alga, yang disebut pra-klorinasi. Proses pengolahan air ini datang sebelum tahap
utama dalam pengolahan air. Pra-klorinasi juga mengoksidasi senyawa penyebab rasa dan bau.
Proses koagulasi dilakukan dengan cara mencampurkan koagulan dengan air limbah
dalam suatu wadah atau tempat kemudian di aduk secara cepat agar diperoleh cairan yang
homogen sehingga terbentuk gumpalan atau flok yang homogen pula. Kemudian dilanjutkan
4
dengan proses flokulasi dimana flok-flok yang terbentuk pada proses koagulasi menyatu
menjadi flok yang lebih besar. Pemisahan partikel koloid pada proses koagulasi terjadi karena
adanya penambahan elektrolit yang kemudian diserap oleh partikel koloid sehingga muatan
partikel menjadi netral. Penetralan muatan partikel dipengaruhi oleh konsentrasi muatan
partikel yang cukup kuat sehingga terjadinya gaya tarik menarik antar partikel koloid. Proses
flokulasi dilakukan dengan pengadukan air limbah secara lambat sehingga terbentuknya flok-
flok dengan ukuran yang besar dan mudah diendapkan. Efektivitas proses ini tergantung dari
jenis koagulan dan flokulan yang digunakan, konsentrasi, pH dan suhu.
4. Sedimentasi
Setelah flok besar terbentuk, proses pengelolaan air bersih di Indonesia adalah
menyelesaikan hal tersebut, dan ini terjadi dalam proses yang disebut sedimentasi (ketika
partikel jatuh ke lantai tangki pengendapan). Air (setelah koagulasi dan flokulasi) disimpan
dalam tangki selama beberapa jam agar sedimentasi terjadi. Bahan yang terakumulasi di bagian
bawah tangki disebut lumpur; ini akan dihilangkan untuk dibuang.
5. Filtrasi
Filtrasi adalah proses pengelolaan air bersih di Indonesia yang merupakan pemisahan
padatan dari cairan. Dalam pengolahan air, padatan yang tidak terpisahkan dalam tangki
sedimentasi dihilangkan dengan melewatkan air melalui lapisan pasir dan kerikil. Dengan laju
aliran 4-8 meter kubik per meter persegi permukaan filter per jam, filter gravitasi berlangsung
cepat.
Ketika filter penuh dengan padatan yang terperangkap, mereka dicuci kembali. Dalam
proses ini, air bersih dan udara dipompa kembali ke filter untuk mengeluarkan kotoran yang
terperangkap, dan air yang membawa kotoran (disebut sebagai backwash) dipompa ke sistem
sewerage jika ada. Atau, mungkin dibuang kembali ke sungai sumber setelah tahap penurunan
di tangki sedimentasi untuk menghilangkan padatan.
6. Klorinasi
Proses pengelolaan air bersih di Indonesia selanjutnya adalah air didesinfeksi untuk
menghilangkan mikroorganisme patogen yang tersisa. Desinfektan yang paling umum
digunakan (bahan kimia yang digunakan untuk desinfeksi) adalah klorin, cairan (seperti
5
natrium hipoklorit, NaOCl), atau gas. Ini relatif murah dan mudah digunakan. Ketika klorin
ditambahkan ke air, ia bereaksi dengan polutan apa pun yang ada, termasuk mikroorganisme,
selama periode waktu tertentu, yang disebut sebagai waktu kontak.
Jumlah klorin yang tersisa setelah ini disebut sisa klorin. Ini tetap berada di dalam air
melalui sistem distribusi, melindunginya dari mikroorganisme apa pun yang mungkin masuk
hingga air mencapai konsumen.
7. Perawatan Tambahan
Proses pengelolaan air bersih di Indonesia yang terakhir ini merupakan peralatan
tambahan yang mungkin diperlukan untuk kepentingan populasi. Salah satu contohnya adalah
fluoridasi air, di mana fluorida ditambahkan ke air. Telah dinyatakan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia bahwa ‘fluoridasi persediaan air, jika memungkinkan, adalah tindakan
kesehatan masyarakat yang paling efektif untuk pencegahan kerusakan gigi. Tingkat fluoride
yang optimal adalah sekitar 1 mg per liter air (de Galiza Barbosa et al., 2022).
Dengan menggunakan proses biofilter tercelup dapat menghilangkan zat padat tersuspensi
dengan efektif. Proses pengolahan air limbah dengan proses biofilm atau biofilter tercelup
dilakukan dengan cara mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis yang di dalamnya
diisi dengan media penyangga untuk pengebang-biakan mikroorganisme dengan atau tanpa
aerasi. Untuk proses anaerobik dilakukan tanpa pemberian udara atau oksigen. Posisi media
biofilter tercelup di bawah permukaan air. Media biofilter yang digunakan secara umum dapat
berupa bahan material organik atau bahan material anorganik. Untuk media biofilter dari bahan
organik misalnya dalam bentuk tali, bentuk jaring, bentuk butiran tak teratur (random packing),
6
bentuk papan (plate), bentuk sarang tawon dan lain-lain. Sedangkan untuk media dari bahan
anorganik misalnya batu pecah (split), kerikil, batu marmer, batu tembikar, batu bara (kokas)
dan lainnya. Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilter tercelup aerobik,
sistem suplai udara dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Di dalam proses biofilter dengan sistem aerasi merata, lapisan mikroorganisme yang
melekat pada permukaan media mudah terlepas, sehingga seringkali proses menjadi tidak
stabil. Tetapi di dalam sistem aerasi melalui aliran putar, kemampuan penyerapan oksigen
hampir sama dengan sistem aerasi dengan menggunakan difuser, oleh karena itu untuk
penambahan jumlah beban yang besar sulit dilakukan. Berdasarkan hal tersebut diatas
belakangan ini penggunaan sistem aerasi merata banyak dilakukan karena mempunyai
kemampuan penyerapan oksigen yang besar.
Biasanya untuk media biofilter dari bahan anaorganik, semakin kecil diameternya luas
permukaannya semakin besar, sehingga jumlah mikroorganisme yang dapat dibiakkan juga
menjadi besar pula. Salah Satu contoh media biofilter yang banyak digunakan yakni media
dalam bentuk sarang tawon (honeycomb tube) dari bahan PVC.
Gambar 2.1 Kalsifikasi cara pengolahan air limbah dengan proses film mikro-biologis (proses
biofilm).
7
1. Pemanasan
Untuk membebaskan air dari kesadahan tetap, tidak dapat dengan jalan pemanasan
melainkan harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan
zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat, yaitu Na 2CO3(aq) atau
K2CO3(aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan atau
Mg2+.
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah terbebas
dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas dari kesadahan.
3. Pengenceran
Cara yang paling baik untuk menurunkan kesadahan adalah dengan menggunakan
reverse osmosis (RO) atau deioniser (DI). Celakanya metode ini termasuk dalam metode yang
mahal. Hasil reverse osmosis akan memiliki kesadahan = 0, oleh karena itu air ini perlu
dicampur dengan air keran sedemikian rupa sehingga mencapai nilai kesadahan yang
diperlukan (Andika et al., 2020).
8
5. Penggunaan asam-asam organic
Penurunan secara alamiah dapat pula dilakukan dengan menggunakan jasa asam-asam
organik (humik/fulvik) , asam ini berfungsi persis seperti halnya yang terjadi pada proses
deionisasi yaitu dengan menangkap ion-ion dari air pada gugus-gugus karbonil yang terdapat
pada asam organik (tanian). Beberapa media yang banyak mengandung asam-asam organik ini
diantaranya adalah gambut yang berasal dari Spagnum (peat moss), daun ketapang, kulit pohon
Oak, dll.
Proses dengan gambut dan bahan organik lain biasanya akan menghasilkan warna air
kecoklatan seperti air teh. Sebelum gambut digunakan dianjurkan untuk direbus terlebih
dahulu, agar organisme-organisme yang tidak dikehendaki hilang.
Resin pelunak air komersial dapat digunakan dalam skala kecil, meskipun demikian
tidak efektif digunakan untuk sekala besar. Resin adalah zat yang punya pori yang besar dan
bersifat sebagai penukar ion yang berasal dari polysterol, atau polyakrilat yang berbentuk
granular atau bola kecil dimana mempunyai struktur dasar yang bergabung dengan grup
fungsional kationik, non ionik/anionik atau asam.
Dalam prosoes ini natrium (Na) pada umumnya digunakan sebagai ion penukar,
sehingga pada akhirnya natrium akan berakumulasi pada hasil air hasil olahan. Kelebihan
natrium (Na) dalam air akuarium merupakan hal yang tidak dikehendaki.
7. Penggunaan Zeolit
Zeolit adalah aluminosilikat berhidrat, alami atau buata, dengan struktur Kristal
berdimensi tiga terbuka, yang di dalam kisinya terdapat molekul air. Air dapat diusir lewat
pemanasan dan zeolit kemudian dapat menyerap molekul lain yang ukurannya cocok. Zeolit
digunakan untuk memisahkan campuran lewat penyerapan terpilih (selektif).
Berikut adalah langkah-langkah atau cara untuk menghilangkan kuman dan bakteri
sehingga membuat air menjadi bersih serta aman dari bakteri berbahaya:
9
1. Rebus Air Hingga Mendidih
Air yang di masak hingga mendidih juga merupakan cara mudah yang dapat
memberikan rasa aman pada air karena kuman dan bakteri yang terkandung di dalamnya dapat
mati dengan cepat. Dan air rebusan yang biasa kita minum pastilah sangat aman apalagi air
tersebut kita rebus sendiri. Lama waktu yang digunakan untuk merebus atau memanaskan air
biasanya dibutuhkan adalah berkisar 10-20 menit agar semua bakteri/kuman yang hidup dalam
air akan mati.
Untuk merebusnya sendiri biasanya kita pasti menggunakan bahan bakar seperti kayu
bakar, gas dan bahan bakar sperti minyak. Dan ini butuh waktu yang lama dan memerlukan
biaya yang lumayan (Yohannes et al., 2019).
Cairan penjernih air dapat di beli atau di dapatkan di apotik atau toko material yang
biasa kita jumpain. Cairan ini biasa di gunakan untuk penelitian maupun dalam rumah tangga
yang biasa di pakai untuk tambahan penjernih air. Cara ini juga mampu untuk membunuh
bakteri dan kuman yang terkandung di dalam air, Namun cara ini memiliki efek samping atau
pengaruh terhadap air yang kita campurkan cairan yaitu menimbulkan rasa air yang kurang
sedap dan tidak enak pada air seperti rasa pahit.
Cara ini biasa digunakan dengan membutuhkan beberapa alat maupun benda-benda
alami sperti batu , kerikil, ijuk, sabutkelapa, dan juga pasir halus serta diperlukan juga wadah
untuk menyusun filter dan tempat untuk penampung air . Bahan tersebut akan kita susun
sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan air yang jernih dan sehat.
Tapi untuk penyaringan air dengan cara seperti ini hanya dapat memberikan dan
menghasilkan air yang bersih dan sehat. Namun belum tentu semua dapat kita konsumsi secara
bertahap, karena bakteri dan virus yang ada didalam air tidak dapat mudah kita hilangkan.
Untuk yang sering menggunakan penampung air sebagai kebutuhan sehari-hari ada
baiknya menggunakan beberapa bahan kimia yang khusus mampu menghilangkan virus dan
kuman yang terkandung di dalam air.
10
5. Filter Air (saringan air ) dan Sinar UV
Cara ini merupakan cara terbaik dan aman untuk memberikan rasa aman pada air yang
ingin kita konsumsi setiap hari,karena filter mampu mensterilisasikan air dari bakteri dan
mikroorganisme. Sinar UV ( Ultraviolet ) mampu membunuh mikroorgsnisme dan bakteri yang
berbahaya bagi manusia. Dengan adanya dua hal ini dapat lah mampu memfilter zat-zat
berbahaya.
Biasanya metodi ini digunakan depot-depot air isi ulang yang ada di sekitar tempat
tinggal kita karena penggunaan yang mudah dan ini hanya membutuhkan peralatan khusus
sperti Filter air dan penggunaan sinar UV (Ultraviolet ). Oleh karena itu dengan menggunakan
filter sperti ini sangat cocok untuk rumahan maupun industrial
Pengolahan limbah cair adalah menjaga air yang keluar tetap bersih dengan menghilangkan
polutan yang ada dalam air limbah tersebut, atau dengan menguraikan polutan yang ada
didalam air limbah sehingga hilang sifat-sifat dari polutan tersebut. Sebelum melakukan
perencanaan dan pelaksanaan pengolahan limbah cair, industri harus memahami manajemen
pengelolaan limbah seperti menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan dan pengolahan
limbah, kebijakan untuk minimasi limbah sebelum menghasilkan dan mengolah limbah,
menetapkan personil yang bertanggung jawab terhadap penerapan prosedur pengelolaan dan
pengolahan limbah serta melakukan evaluasi penerapan prosedur pengelolaan dan
pengolahan limbah. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengolahan limbah
meliputi
Ada beberapa cara pengolahan limbah cair yang dapat dilakukan di industri yaitu:
11
perlakuan fisik. Prosesnya meliputi sedimentasi, floatasi, absorbs, dan penyaringan
(screening);
Sebelum membuang limbah cair ke badan air, sebaiknya industri harus memastikan
bahwa limbah cair yang dibuang telah aman bagi lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara pengambilan sampel limbah cair yang dilakukan di titik outlet pengolahan limbah cair
yaitu titik setelah pengolahan limbah cair selesai dilakukan namun sebelum dibuang ke badan
air. Pengujian sampel tersebut bisa dilakukan di laboratorium internal maupun laboratorium
eksternal yang telah terakreditasi. Hasil pengujian yang dikeluarkan sebaiknya dibandingkan
dengan baku mutu sesuai peraturan perundangan lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan yang masih berlaku. Baku mutu dapat didefinisikan sebagai ukuran batas atau
kadar unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang
atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan (Gufran & Mawardi, 2019).
12
BAB III PENUTUP
3. 1 KESIMPULAN
1) Penyaringan
2) Aerasi
3) Koagulasi dan Flokulasi
4) Sedimentasi
5) Filtrasi
6) Klorinasi
7) Perawatan Tambahan
2. Untuk Menghilangkan zat padat dari air dapat dilakukan dengan Biofilter Tercelup. Proses
pengolahan air limbah dengan proses biofilm atau biofilter tercelup dilakukan dengan cara
mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis yang di dalamnya diisi dengan media
penyangga untuk pengebang-biakan mikroorganisme dengan atau tanpa aerasi.
1) Pemanasan
2) Dengan cara kimia
3) Pengenceran
4) Reverse osmosis (RO) atau deioniser (DI)
5) Penggunaan asam-asam organic
6) Penggunaan resin pelunak air (penukar ion)
7) Penggunaan zeolite
4. Cara untuk menghilangkan kuman dan bakteri sehingga membuat air menjadi bersih serta
aman dari bakteri berbahaya:
13
5) Filter Air (saringan air ) dan Sinar UV
5. Ada beberapa cara pengolahan limbah cair yang dapat dilakukan di industri yaitu:
3. 2 SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam menghasilkan metode baru yang lebih baik
dalam pengolahan air, serta perlindungan dan pemeliharaan terhadap instalasi penyaluran air
pihak
limbah
benar-
Keseriusan
sangat
bersih.
industri
dari
dipeilukan
yang
semua
adaagar
14
BAB IV DAFTAR PUSTAKA
Andika, B., Wahyuningsih, P., & Fajri, R. (2020). Penentuan Nilai BOD dan COD Sebagai
Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air Limbah Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS) Medan. QUIMICA: Jurnal Kimia Sains Dan Terapan, 2(1), 14–22.
https://ejurnalunsam.id/index.php/JQ
de Galiza Barbosa, F., Galgano, S. J., Botwin, A. L., Lara Gongora, A. B., Sawaya, G., Baroni,
R. H., & Queiroz, M. A. (2022). Genitourinary imaging. In Clinical PET/MRI (pp. 289–
312). https://doi.org/10.1016/B978-0-323-88537-9.00012-X
Gufran, M., & Mawardi, M. (2019). Dampak Pembuangan Limbah Domestik terhadap
Pencemaran Air Tanah di Kabupaten Pidie Jaya. Jurnal Serambi Engineering, 4(1), 416.
https://doi.org/10.32672/jse.v4i1.852.
Said, N. (2000). TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES
BIOFILM TERCELUP. Jurnal Teknologi Lingkungan. 1(2): 101-113.
Yohannes, B. Y., Utomo, S. W., & Agustina, H. (2019). Kajian Kualitas Air Sungai dan Upaya
Pengendalian Pencemaran Air. IJEEM - Indonesian Journal of Environmental Education
and Management, 4(2), 136–155. https://doi.org/10.21009/ijeem.042.05
Wiyono, N., Faturrahman, A., dan Syauqiah, I. (2017). SISTEM PENGOLAHAN AIR
MINUM SEDERHANA (PORTABLE WATER TREATMENT ). Konversi. 6(1): 27-35.
15