TEKNIK PENYEHATAN
Disusun oleh :
Kelompok 7
1. Aryanthi Puteri Kirana Pythaloka Puspaning Arti (2120503075)
2. Ahnaf Hafid Musyaffa (2120503083)
3. Arron Chistoper Binsar Yohanes (2140503105)
TEKNIK SIPIL 03
UNIVERSITAS TIDAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga laporan kegiatan dengan judul “Pengoalahan Air Sungai menjadi Air Baku di PDAM
Tirta Perwitasari Purworejo” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan laporan kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah Teknik Penyehatan. Selain itu, pembuatan laporan kegiatan ini juga bertujuan agar
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan kegiatan ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan kegiatan ini. Akhir kata,
semoga laporan kegiatan ini berguna bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dari gambaran permasalahan mengenai air minum, sangat penting untuk melakukan
kunjungan tentang bagaimana “Proses Pengolahan Air PDAM Tirta Perwitasari
Purworejo”.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses filtrasi pada air sungai
menjadi air bersih/air baku dan mahasiswa mampu mengetahui alur proses filtrasi dari
tahap awal hingga proses akhir.
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum filtrasi yaitu mengetahui alat yang digunakan untuk
menghasilkan air baku/air bersih yang berasal dari air sungai yang kotor, dan mendapatkan
sampel air baku yang menggunakan proses filtrasi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Pengendapan
Rongga antara butir-butir pasir akan berlaku sebagai ruang sedimentasi bagi partikel
tersuspensi yang sampai ke tempat tersebut dan akan tetap melekat pada butir karena
adanya gaya adhesi.
c. Proses Biologis
Bahan organik seperti gangang dan plankton yang terdapat dalam air memungkinkan
adanya kehidupan mikroorganisme dalam media filter. Bahan organik ini akan membentuk
suatu lapisan biologis (biological film) pada permukaan atas media saringan. Mikro
organisme yang hidup pada lapisan ini bertindak sebagai media filtrasi secara biologis.
d. Proses Elektrolisa
Proses ini berlangsung sebagai akibat tertahannya partikel ionik setelah dinetralisir
muatan listriknya oleh muatan listrik yang dikandung oleh butir-butir pasir.
2
Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring
benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam sebuah
bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu WTP – Water Treatment
Plant (Deriansyah, 2014).
Menurut Deriansyah (2014) juga, Water Treatment Plant atau lebih populer dengan
akronim WTP adalah bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri
dari 4 bagian, yaitu: bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi.
a. Koagulasi
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. Pada proses koagulasi
ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air
kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di
dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa
tawas/PAC, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat),
hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang
pengaduk).
b. Flokulasi
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi. Unit
ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah dengan
dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).
c. Sedimentasi
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan unit
flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi. Unit ini
berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh
unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel koloid
(biasanya berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Dalam bak sedimentasi,
akan terpisah antara air dan lumpur.
d. Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini, sesuai
dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media berbutir ini
biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica denga ketebalan berbeda
dilakukan secara gravitasi.
3
rumus Alm(OH)nCl(3m-n). PAC mempunyai derajat polimerisasi yang tinggi, suatu
bentuk polimer anorganik dengan bobot molekul yang besar. PAC sangat baik digunakan
untuk air yang mempunyai alkalinitas rendah yang membutuhkan penghilangan warna dan
waktu reaksi cepat. Bentuk PAC dapat berupa cairan jernih kekuningan atau serbuk
berwarna kekuningan. PACmengandung Al2O3 sebanyak 10-12% dan kandungan basa
minimal 50%.
b. Kaporit
Kaporit merupakan desinfektan yang umum digunakan dalam segala bentuk baik
bentuk kering / kristal dan bentuk basah / larutan. Dalam bentuk kering, biasanya kaporit
berupa serbuk atau butiran, tablet atau pil. Dalam bentuk basah biasanya kristal yang ada
dilarutkan dengan aquadest menurut kebutuhan desinfeksi. Berdasarkan uji kaporit dalam
laboratorium disebutkan bahwa kaporit terdiri lebih dari 70% bentuk klorin. Kaporit dalam
bentuk butiran atau pil dapat cepat larut dalam air dan penyimpanannya ditempat kering
yang jauh dari bahan kimia yang mengakibatkan korosi, dalam kondisi atau temperature
rendah, relatif stabil. Kaporit merupakan bahan yang mudah dicari, mudah
penggunaannya, terjangkau oleh masyarakat umum (Tchobanoglous, G, 1991).
Kelemahan klorinasi adalah adanya korelasi positif antara kaporit dengan senyawa
organohalogen yang merupakan hasil reaksi antara klor dengan senyawa organik
berhalogen (CHCl) yang terdapat dalam limbah. Salah satu senyawa organohalogen adalah
trihalometan (THM). Semakin tinggi konsentrasi kaporit, semakin tinggi pula probilitas
terbentuknya THM. Trihalomentan bersifat karsinogenik dan mutagenic (Sururi, dkk.
2008). Untuk mengeliminasi terbentuknya THM, penentuan titik breakpoint clorination
(BPC) menjadi penting sebelum aplikasi kaporit di lapangan. BPC adalah jumlah klor aktif
(ion OCl- dan HOCl) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi semua bahan organic dan
bahan anorganik yang terlarut dalam limbah dan kemudian sisa klor aktifnya berfungsi
sebagai disinfektan (Lestari, dkk., 2008; Sururi, 2008; Brooks, 1999; Alaert dan Sumestri,
1984).
4
BAB III
METODOLOGI
NO. PENGOLAHAN
1. Intake
5
2. Koagolasi -
Flokulasi
6
3. Bak Sedimentasi
7
4. Filtrasi
5. Reservoir Tank
8
2. Unit Pengolahan 2 (Kerucut)
NO. UNIT GAMBAR
PENGOLAHAN
1. Intake
2. Koagulasi - Flokulasi
9
3. Bak Sedimentasi
4. Filtrasi
10
5 Reservoir Tank
1. Reservoir
(penampungan air bersih
dari 2 pengolahan)
2. Reservoir
(penampungan air bersih)
Siap di distribusikan ke
masyarakat Kabupaten
Purworejo
11
3.3. Gambar Senyawa Kimia
NO. NAMA OBAT GAMBAR
1. PAC
2. KAPORIT
12
BAB IV
Air dari sungai masuk ke dalam bangunan awal dan sampah yang berukuran besar
disaring oleh bar screen sebelum ditampung. Kemudian air dialirkan ke bak pembagi.
b. Koagulasi
Setelah Dari bak pembagi dialirkan ke koagulator dan flokulator untuk menjalani
proses koagulasi dan flokulasi. Pada proses koagulasi digunakan untuk destabilisasi
partikel dengan bantuan PAC (Polyaluminium Chloride), proses ini memanfaatkan
terjunan air sehingga terjadi rapid mixing.
c. Flokulasi
Pada proses flokulasi dilakukan 2 tahap, yang pertama flokulasi mekanis dengan
menggunakan paddle stirring dimana terdapat motor penggerak baling-baling untuk
mengaduk air hingga terpisah dari lumpur. Tahap kedua dilakukan menggunakan baffle
channel dengan prinsip hidraulik. Proses flokulasi dan sedimentasi di PDAM Tirta
Perwitasari ini dilakukan pada bak yang sama.
d. Filtrasi
Pada Dari proses koagulasi dan flokulasi, air dialirkan menuju bangunan filtrasi
untuk menyaring kotoran yang tersisa setelah proses sebelumnya.
e. Reservoir Tank
Air yang telah melewati seluruh pengolahan ditampung pada reservoir tank dan siap
untuk didistribusikan ke seluruh kota Purworejo.
13
ini sesuai dengan pendapat Wantini et al. (2018) yang menyatakan bahwa medium PDA
adalah bahan semi sintetik yang mengandung bahan alami yaitu kentang serta bahan
sintesis yaitu agar-agar dan dextrose. PDA memiliki pH rendah sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Cappucino (2014) yang menyatakan
bahwa PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk pertumbuhan jamur
di laboratorium karena memiliki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH
7,0, dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30 °C.
14
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
PDAM Tirta Perwitasari Purworejo sebagai penyuplai kebutuhan air masyarakat Kabupaten
Purworejo pada umumnya yang bersumber dsri air sungai. Adapun tahap proses pengolahan airnya adalah
:
5.2. Saran
Adapun saran yang ingin saya berikan yaitu agar pihak PDAM tetap menjaga
kelestarian sumber air yang ada agar pasokannya tetap mencukupi untuk berbagai
macam kebutuhan. Selain itu juga tetap menjaga kualitas air mulai dari sumbernya sampai
nanti ke tangan pelanggan, agar pelanggan puas denganpelayanan yang di berikan
15
Daftar Pustaka
Affandi,H.,M. Zaki, dan Azmeri. 2017. Pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan
pelanggan pada perusahaan daerah air minum (PDAM) Tirta Mon Pase kabupaten Aceh
Utara. Jurnal Teknik sipil Universitas Syah Kuala. 6(3): 297-308.
Kencanawati, M. 2017. Analisis pengolahan air bersih pada WTP PDAM Prapatan Kota
Balikpapan. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil TRANSUKMA. 2(2): 103-117.
Rahaja, P.T. 2018. Standar operasi air baku dan operasi. Diambil kembali dari standar
operasional dan prosedur (SOP) bidang Teknik.
Sutardi, M. C. 2019. Penelitian air berish di PT. Summit Plast Cikarang. Jurnal Teknik
Sipil. 8(2): 133-141.
Asmadi. 2017. Teknologi Pengolahan Air Minum. Gosyen Publishing. Yogyakarta.
16