DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2/3A
Anggi Dwi Andriani (2118798)
Dwiana Nurul Latifa (2118840)
Fanisa Kusuma Wardani (2118854)
Puja Apriliani (2118953)
Rizkyana Risa Damayanti (2118978)
Muhammad Ghibran Alfarizi (2118923)
M. Fadil Rizki Maulana (2118920)
Savira Raihany Permana (2118987)
Sidiq Kuncoro Jati (2118992)
Yusuf Aji Darmawan (2119017)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karuniaNya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah mata kuliah Kimia Lingkungan ini dengan tepat waktu. Kami
juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah dan berbagai sumber yang telah kami pakai
sebagai data dan fakta pada makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya. Fungsinya bagi kehidupan tidak akan dapat digantikan
oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia
membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi), membersihkan ruangan
tempat tinggal, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-
aktivitas lainnya. Di dalam tubuh manusia terdiri dari 60-70% air. Transportasi zat-
zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Selain
itu, hara-hara dalam tanah hanya dapat diserap oleh akar dalam bentuk larutan. Oleh
karena itu, kehidupan ini tidak mungkin dapat dipertahankan tanpa air
(Achmad,2004). Di Indonesia, akses terhadap air bersih masih menjadi masalah.
Sebagian besar air tawar yang digunakan berasal dari air sungai, danau, waduk dan
sumur. Pencemaran oleh mikroorganisme terhadap badan air maupun dalam suplai
air minum merupakan kasus yang sering terjadi, dan saat ini pencemaran dari faktor
kimia dan fisika misalnya pencemaran oleh senyawa polutan mikro yang bersifat
mutagenik dan/atau yang menyebabkan kanker perlu diwaspadai. Pesatnya
pembangunan wilayah Indonesia dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
membutuhkan air dalam jumlah yang banyak yang sering kali tidak tersedia untuk
penduduk, dan juga akibat penggunaan teknologi produksi yang mana sering tidak
atau kurang ramah terhadap lingkungan atau kesehatan masyarakat. Meskipun
demikian telah terbukti bahwa penyediaan air bersih untuk masyarakat memainkan
peran penting dalam hal meningkatkan kesehatan lingkungan dan kesehatan
masyarakat, yakni mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita
penyakit, khususnya yang berhubungan dengan air dan berperan dalam
meningkatkan standar atau taraf kualitas hidup masyarakat.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pengolahan air limbah deterjen secara fisika dengan metode
filtrasi?
2. Bagaimana proses filtrasi pengolahan air dengan alat penjernih air sederhana?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Syarat Kesehatan Air
2.2.1 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Keperluan
6
Higiene Sanitasi (Permenkes No.32 Tahun 2017)
7
pengolahan air limbah secara fisika ini adalah untuk menghilangkan padatan yang
tersuspensi pada air (Riffat, 2012). Pengolahan secara fisika dilakukan dengan
memanfaatkan sifat mekanis dari air, contohnya dengan melakukan pengendapan,
filtrasi (penyaringan), adsorpsi (penyerapan) tanpa adanya penambahan bahan
kimia.
1. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses dimana partikel yang tersuspensi pada air akan
dipisahkan. Dimana massa jenis padatan tersebut melebihi nilai dari massa jenis air.
Proses ini bertujuan memisahkan partikel yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi
terhadap larutan yang digunakan (Carlsson, 1998).
2. Penyaringan
Proses penyaringan dalam pengolahan air limbah merupakan tahap pengolahan
tersier yang biasanya dilakukan setelah melewati proses pengolahan sekunder.
Proses filtrasi dapat memisahkan sebagian besar partikel yang tersuspensi sehingga
tahap desinfeksi menjadi lebih efektif (Hamoda dkk., 2004). Material yang biasanya
dapat digunakan untuk proses ini adalah seperti batu gamping, pasir, abu layang
dan dolomit.
8
Dalam penyediaan air bersih di Indonesia umumnya menggunakan metode
pengolahan secara fisika dan kimiawi. Metode ini sering disebut dengan istilah IPA
(Instalasi Pengolahan Air). Pada dasarnya, terdapat 3 unit penting dalam sistem
pengolahan air bersih di berbagai daerah di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Intake Building
Air yang telah berada di bak besar dalam intake building kemudian dipompa ke
WTP. WTP merupakan bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya terdapat
5 bagian yang terdapat dalam bangunan ini yang membuat air menjadi layak untuk
digunakan. Bagian-bagian tersebut yaitu:
Setelah air berada di unit koagulasi, selanjutnya air melalui proses pengadukan
perlahan (slow mixing) agar tawas/pac yang tercampur dalam air dapat mengikat
partikel kotoran dan membentuk flok yang lebih besar agar nantinya kotoran lebih
mudah mengendap.
Dalam unit ini, flok yang telah terbentuk (biasanya berbentuk lumpur) akan terpisah
dengan air dan secara otomatis akan mengendap di dasar bak.
Air yang telah terpisah dari lumpur, selanjutnya disaring agar benar-benar bersih.
Proses ini dilakukan dengan bantuan gaya gravitasi.
9
Untuk menghindari adanya potensi kuman dan bakteri yang terkandung dalam air,
maka dilakukan proses tambahan yaitu berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV,
pemanasan, dll.
3. Reservoir
10
BAB III
METODOLOGI
3.1 Pengolahan air limbah deterjen secara Fisika dengan metode Filtrasi
3.1.1 Waktu dan Tempat
Alat : Bahan :
1. Corong 1. Pasir
2. Kapas 2. Ca(OH)2
3. Gelas kimia 3. Air deterjen 0,5%
4. Gelas ukur
11
3.2 Pengolahan air dengan Proses Filtrasi dengan Alat Penjernih Air
Sederhana
3.2.1 Waktu dan Tempat
Alat : Bahan :
1. Pengaduk 1. Air sungai
2. Botol air mineral bekas 2. Kerikil sedang
3. Multiparameter 3. Kerikil kecil
4. Turbidimeter 4. Arang
5. Ember/wadah 5. Kapas
6. Spons (bagian kuningnya saja)
7. Pasir
8. Air demineral
12
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
Sebelah kiri (setelah disaring) - Sebelah kanan (sebelum disaring)
Tabel 2. Data Pengamatan Hasil Pengolahan Air Sungai dengan Proses Filtrasi
dengan Alat Penjernih Air Sederhana.
15
3 DHL 134 μS 470 μS 250,74
4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan, dilakukan pengamatan pada dua sampel air secara
fisika, sampel air deterjen dan air sungai. mula-mula sampel diukur pH universal,
DHL, TDS, dan kekeruhannya, kemudian dilakukan filtrasi menggunakan
rangkaian alat dan komponen yang sudah ditetapkan. Pada sampel air deterjen
disaring menggunakan corong yang berisi kapas, kapur , dan pasir, sedangkan untuk
sampel air sungai disaring menggunakan botol 1,5 L yang berisi kapas, spons
(bagian kuningnya saja), pasir, kerikil, dan arang. setelah disaring sampel diukur
16
kembali pH, DHL, TDS, dan kekeruhannya untuk mengetahui apakah ada
perubahan atau tidak setelah dilakukan filtrasi.
17
4.2.2 Sampel Air Sungai
Air sungai merupakan salah satu sumber mata air yang digunakan oleh
masyarakat indonesia. Namun tidak semua air di sungai dapat langsung digunakan,
salah satu upayanya ialah dengan melakukan filtrasi. Upaya agar air sungai tersebut
dapat digunakan untuk kebutuhan minum sehari-hari. Pengukuran pertama ialah
nilai pH didapat nilai pH air sungai terjadi penurunan setelah dilakukan proses
filtrasi yaitu dari 8,14 menjadi 7,73 dengan nilai efisiensi 5,03%, hal tersebut
dikarenakan bahan yang digunakan dapat mengurangi pH.
Nilai TDS (Total Partikel Terlarut) dan DHL (Daya Hantar Listrik)
menunjukkan kenaikan setelah dilakukan proses filtrasi, untuk TDS mengalami
kenaikan dari 68 ppm menjadi 235 ppm dengan nilai efisiensi 245,58%. Besarnya
nilai daya hantar listrik digunakan sebagai indikator tingkat kesuburan perairan.
Tingginya daya hantar listrik menandakan banyaknya jenis bahan organik dan
mineral yang masuk sebagai limbah ke perairan. Sedangkan untuk DHL mengalami
kenaikan dari 134 μS menjadi 470 μS dengan nilai efisiensi 250,74. Hasil tersebut
tidak sesuai dengan yang seharusnya. Kami berasumsi bahwa hal tersebut
dikarenakan penggunaan bahan baku filtrasi yang kurang bagus atau masih terdapat
kotoran di setiap bahan filtrasi sehingga membuat proses penyaringan senyawaan
organik dan anorganik tidak maksimal. Selanjutnya ialah nilai kekeruhan
menunjukan penurunan setelah dilakukan proses filtrasi,yaitu dari 17,82 ntu
menjadi 17,02 ntu dengan nilai efisiensi 4,48%. Hal tersebut sesuai karena salah
satu tujuan filtrasi ialah menurunkan kekeruhan pada air. Semakin jernih air
tersebut semakin layak digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Kekeruhan pada air
mempengaruhi ekosistem didalamnya, kekeruhan mengakibatkan terhalangnya
cahaya matahari yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis.
Berdasarkan PP RI. Nomor 22 tahun 2021 Lampiran 6 bagian baku mutu air
sungai dan sejenisnya untuk sampel air sungai parameter pH memenuhi syarat
keberterimaan yaitu 6-9 dan parameter TDS juga memenuhi syarat keberterimaan
yaitu maks. 1000 ppm. Untuk nilai DHL pada kondisi normal, perairan memiliki
nilai DHL berkisar antara 20 - 1500 µS/cm (Boyd, 1979), yang berarti air sungai
18
tersebut masih memenuhi syarat. sedangkan untuk kekeruhan tidak dipersyaratkan
karena air sungai yang dipakai adalah sungai untuk perairan.
19
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
Permen LHK No 68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
PP RI. Nomor. 22 tahun 2021. Lampiran 6 bagian baku mutu air sungai
dan sejenisnya.
21
LAMPIRAN
Pembuatan Susunan
larutan Penyaring
detergen 0,5% Air deterjen
22
PERTANYAAN
1. Mengapa sampel air sungai harus pH, DHL, TDS, dan kekeruhannya
sebelum diolah?
Jawab : untuk mengetahui baik atau buruknya kualitas air sungai. Jika kita
mengkonsumsi air dengan kualitas buruk, dapat meningkatkan resiko
terkena penyakit yang diakibatkan oleh bakteri dan padatan yang
terkandung dalam air. Dengan pengukuran beberapa parameter , seperti pH,
DHL, TDS, dan kekeruhan kita juga dapat mengetahui tercemar atau tidak
nya air sungai tersebut dengan cara membandingkan pada standar mutu atau
syarat keberterimaan dari parameter tersebut.
3. Mengapa air yang setelah diberi tawas dan disaring lebih jernih
dibandingkan sebelum disaring?
Jawab : Tawas merupakan koagulan yang berfungsi untuk menggumpalkan
partikel terlarut dalam air kotor, dengan menghilangkan muatan pada
partikel atau menetralkan partikel agar dapat mengendap, sehingga kotoran
di air akan lebih mudah disaring.
23