Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

PROSES PENGOLAHAN AIR SECARA FISIKA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2/3A
Anggi Dwi Andriani (2118798)
Dwiana Nurul Latifa (2118840)
Fanisa Kusuma Wardani (2118854)
Puja Apriliani (2118953)
Rizkyana Risa Damayanti (2118978)
Muhammad Ghibran Alfarizi (2118923)
M. Fadil Rizki Maulana (2118920)
Savira Raihany Permana (2118987)
Sidiq Kuncoro Jati (2118992)
Yusuf Aji Darmawan (2119017)

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK AKA BOGOR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karuniaNya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah mata kuliah Kimia Lingkungan ini dengan tepat waktu. Kami
juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah dan berbagai sumber yang telah kami pakai
sebagai data dan fakta pada makalah ini.

Penulisan makalah berjudul “Proses Pengolahan Air secara Fisika”


dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah
ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai lingkungan khususnya
proses pengolahan air secara fisika. Kami menyadari makalah ini masih
memerlukan penyempurnaan dan menerima segala bentuk kritik dan saran
pembaca demi penyempurnaan makalah.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah


Kimia Lingkungan ini dapat bermanfaat.

Bogor, 28 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 6
2.1 Definisi Air Bersih .................................................................................................... 6
2.2 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Syarat Kesehatan Air.................... 6
2.3 Pengolahan Air Secara Fisika ................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI ............................................................................................... 11
3.1 Pengolahan air limbah deterjen secara Fisika dengan metode Filtrasi.................... 11
3.2 Pengolahan air dengan Proses Filtrasi dengan Alat Penjernih Air Sederhana ........ 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 14
4.1 Hasil Pengamatan.................................................................................................... 14
4.2 Pembahasan............................................................................................................. 16
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 20
5.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 21
LAMPIRAN..................................................................................................................... 22
PERTANYAAN............................................................................................................... 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya. Fungsinya bagi kehidupan tidak akan dapat digantikan
oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia
membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi), membersihkan ruangan
tempat tinggal, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-
aktivitas lainnya. Di dalam tubuh manusia terdiri dari 60-70% air. Transportasi zat-
zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Selain
itu, hara-hara dalam tanah hanya dapat diserap oleh akar dalam bentuk larutan. Oleh
karena itu, kehidupan ini tidak mungkin dapat dipertahankan tanpa air
(Achmad,2004). Di Indonesia, akses terhadap air bersih masih menjadi masalah.
Sebagian besar air tawar yang digunakan berasal dari air sungai, danau, waduk dan
sumur. Pencemaran oleh mikroorganisme terhadap badan air maupun dalam suplai
air minum merupakan kasus yang sering terjadi, dan saat ini pencemaran dari faktor
kimia dan fisika misalnya pencemaran oleh senyawa polutan mikro yang bersifat
mutagenik dan/atau yang menyebabkan kanker perlu diwaspadai. Pesatnya
pembangunan wilayah Indonesia dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
membutuhkan air dalam jumlah yang banyak yang sering kali tidak tersedia untuk
penduduk, dan juga akibat penggunaan teknologi produksi yang mana sering tidak
atau kurang ramah terhadap lingkungan atau kesehatan masyarakat. Meskipun
demikian telah terbukti bahwa penyediaan air bersih untuk masyarakat memainkan
peran penting dalam hal meningkatkan kesehatan lingkungan dan kesehatan
masyarakat, yakni mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita
penyakit, khususnya yang berhubungan dengan air dan berperan dalam
meningkatkan standar atau taraf kualitas hidup masyarakat.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pengolahan air limbah deterjen secara fisika dengan metode
filtrasi?
2. Bagaimana proses filtrasi pengolahan air dengan alat penjernih air sederhana?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui prinsip pengolahan air limbah deterjen secara fisika.


2. Mengetahui prinsip pengolahan air limbah secara fisika dengan metode filtrasi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Air Bersih


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih
adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun
persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping dan telah diatur dalam Permenkes No.
492/MENKES/PER/IV/2010.

2.2 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Syarat Kesehatan Air
2.2.1 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Keperluan

Higiene Sanitasi (Permenkes No.32 Tahun 2017) Standar Baku Mutu


Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa parameter wajib
dan parameter tambahan. Parameter wajib merupakan parameter yang harus
diperiksa secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, sedangkan parameter tambahan hanya diwajibkan untuk diperiksa
jika kondisi geohidrologi mengindikasikan adanya potensi pencemaran
berkaitan dengan parameter tambahan. Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
tersebut digunakan untuk pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi
dan sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan
pakaian. Selain itu Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi dapat digunakan
sebagai air baku air minum.

Tabel 1. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk


Keperluan

6
Higiene Sanitasi (Permenkes No.32 Tahun 2017)

2.2.2 Syarat Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi

1. Air dalam keadaan terlindung dari sumber pencemaran, binatang pembawa


penyakit,
dan tempat perkembangbiakan vektor.
a. Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan binatang pembawa
penyakit.
b. Jika menggunakan kontainer sebagai penampung air harus dibersihkan
secara
berkala minimum 1 kali dalam seminggu.

2. Aman dari kemungkinan kontaminasi


a. Jika air bersumber dari sarana air perpipaan, tidak boleh ada koneksi silang
dengan pipa air limbah di bawah permukaan tanah.
b. Jika sumber air tanah non perpipaan, sarananya terlindung dari sumber
kontaminasi baik limbah domestik maupun industri.
c. Jika melakukan pengolahan air secara kimia, maka jenis dan dosis bahan
kimia harus tepat.

2.3 Pengolahan Air Secara Fisika

Proses pengolahan secara fisika merupakan metode yang menggunakan cara


sedimentasi, filtrasi, screening dan beberapa cara lainnya. Prinsip utama dari

7
pengolahan air limbah secara fisika ini adalah untuk menghilangkan padatan yang
tersuspensi pada air (Riffat, 2012). Pengolahan secara fisika dilakukan dengan
memanfaatkan sifat mekanis dari air, contohnya dengan melakukan pengendapan,
filtrasi (penyaringan), adsorpsi (penyerapan) tanpa adanya penambahan bahan
kimia.

1. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses dimana partikel yang tersuspensi pada air akan
dipisahkan. Dimana massa jenis padatan tersebut melebihi nilai dari massa jenis air.
Proses ini bertujuan memisahkan partikel yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi
terhadap larutan yang digunakan (Carlsson, 1998).

2. Penyaringan
Proses penyaringan dalam pengolahan air limbah merupakan tahap pengolahan
tersier yang biasanya dilakukan setelah melewati proses pengolahan sekunder.
Proses filtrasi dapat memisahkan sebagian besar partikel yang tersuspensi sehingga
tahap desinfeksi menjadi lebih efektif (Hamoda dkk., 2004). Material yang biasanya
dapat digunakan untuk proses ini adalah seperti batu gamping, pasir, abu layang
dan dolomit.

3. Absorpsi dan Adsorpsi

Absorpsi merupakan proses penyerapan bahan-bahan tertentu. Dengan penyerapan


tersebut air menjadi jernih karena zat-zat di dalamnya diikat oleh absorben.
Absorpsi umumnya menggunakan bahan absorben dari karbon aktif. Pemakaiannya
dengan cara membubuhkan karbon aktif bubuk kedalam air olahan atau dengan cara
menyalurkan air melalui saringan yang medianya terbuat dari aktif kasar. Adsorpsi
merupakan penangkapan/pengikat ion-ion bebas yang ada di dalam air oleh
adsorben. Contoh zat yang digunakan untuk proses adsorpsi
adalah zeolit dan resin yang merupakan polimerisasi dari polihidroksi fenol dengan
formaldehid.

8
Dalam penyediaan air bersih di Indonesia umumnya menggunakan metode
pengolahan secara fisika dan kimiawi. Metode ini sering disebut dengan istilah IPA
(Instalasi Pengolahan Air). Pada dasarnya, terdapat 3 unit penting dalam sistem
pengolahan air bersih di berbagai daerah di Indonesia, yaitu sebagai berikut:

1. Intake Building

Intake building merupakan sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat


pertama kalinya air dari sumber air masuk. Bangunan ini dilengkapi dengan screen
bar yang berfungsi untuk menyaring benda-benda asing yang ikut tergenang dalam
air. Air yang berada di intake building ini selanjutnya akan masuk ke dalam bak
besar yang nantinya akan di pompa ke bangunan selanjutnya.

2. Water Treatment Plant (WTP)

Air yang telah berada di bak besar dalam intake building kemudian dipompa ke
WTP. WTP merupakan bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya terdapat
5 bagian yang terdapat dalam bangunan ini yang membuat air menjadi layak untuk
digunakan. Bagian-bagian tersebut yaitu:

Pada proses koagulasi, dilakukan proses destabilisasi partikel koloid/kotoran yang


terkandung dalam air. Proses ini dilakukan secara kimia dengan menambahkan zat
tawas/pac (aluminium sulfat) atau secara fisika dengan melakukan rapid mixing
(pengadukan cepat), dan hidrolis (terjunan atau hydrolic jump).

Setelah air berada di unit koagulasi, selanjutnya air melalui proses pengadukan
perlahan (slow mixing) agar tawas/pac yang tercampur dalam air dapat mengikat
partikel kotoran dan membentuk flok yang lebih besar agar nantinya kotoran lebih
mudah mengendap.

Dalam unit ini, flok yang telah terbentuk (biasanya berbentuk lumpur) akan terpisah
dengan air dan secara otomatis akan mengendap di dasar bak.

Air yang telah terpisah dari lumpur, selanjutnya disaring agar benar-benar bersih.
Proses ini dilakukan dengan bantuan gaya gravitasi.

9
Untuk menghindari adanya potensi kuman dan bakteri yang terkandung dalam air,
maka dilakukan proses tambahan yaitu berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV,
pemanasan, dll.

3. Reservoir

Sebelum didistribusikan, air yang telah selesai diolah dimasukkan ke tempat


penampungan sementara. Biasanya reservoir ini terletak di tempat dengan elevasi
lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi,

Selanjutnya untuk mendistribusikan air bersih tersebut, digunakan pipa-pipa


dengan berbagai macam ukuran hingga air bersih dapat sampai di rumah maupun
bangunan di sekitar kita.

10
BAB III
METODOLOGI

3.1 Pengolahan air limbah deterjen secara Fisika dengan metode Filtrasi
3.1.1 Waktu dan Tempat

Waktu : Pukul 08:00 WIB Rabu, 22 November 2023


Tempat : Laboratorium Lingkungan, Gedung D Politeknik AKA Bogor

3.1.2 Alat dan Bahan

Alat : Bahan :
1. Corong 1. Pasir
2. Kapas 2. Ca(OH)2
3. Gelas kimia 3. Air deterjen 0,5%
4. Gelas ukur

3.1.3 Cara Kerja

11
3.2 Pengolahan air dengan Proses Filtrasi dengan Alat Penjernih Air
Sederhana
3.2.1 Waktu dan Tempat

Waktu : Pukul 08:00 WIB pada hari Rabu 22 November 2023


Tempat : Laboratorium Lingkungan, Gedung D Politeknik AKA Bogor

3.2.2 Alat dan Bahan

Alat : Bahan :
1. Pengaduk 1. Air sungai
2. Botol air mineral bekas 2. Kerikil sedang
3. Multiparameter 3. Kerikil kecil
4. Turbidimeter 4. Arang
5. Ember/wadah 5. Kapas
6. Spons (bagian kuningnya saja)
7. Pasir
8. Air demineral

3.2.3 Cara Kerja


Penyusunan Alat filtrasi

12
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Berdasarkan percobaan yang pengolahan air limbah deterjen 0,5% secara
fisika dengan metode filtrasi diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Data Pengamatan Hasil Pengolahan Limbah Detergen 0,5% Secara Fisika

NO Perubahan yang terjadi Penyaringan Efisiensi (%)


pada parameter
Sebelum Sesudah

1 pH 10,14 11,61 14,49

2 TDS 2199 ppm 2556 ppm 16,23

3 DHL 4564 μS 5144 μS 12,70

4 Kekeruhan 177,0 ntu 107,8 ntu 39,09

14
Sebelah kiri (setelah disaring) - Sebelah kanan (sebelum disaring)

Tabel 2. Data Pengamatan Hasil Pengolahan Air Sungai dengan Proses Filtrasi
dengan Alat Penjernih Air Sederhana.

NO Perubahan yang terjadi Penyaringan Efisiensi


pada parameter
Sebelum Sesudah

1 pH 8,14 7,73 5,03

2 TDS 68 ppm 235 ppm 245,58

15
3 DHL 134 μS 470 μS 250,74

4 Kekeruhan 17,82 ntu 17,02 ntu 4,48

Sebelah kiri (sebelum penyaringan) - Sebelah kanan(setelah penyaringan)

4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan, dilakukan pengamatan pada dua sampel air secara
fisika, sampel air deterjen dan air sungai. mula-mula sampel diukur pH universal,
DHL, TDS, dan kekeruhannya, kemudian dilakukan filtrasi menggunakan
rangkaian alat dan komponen yang sudah ditetapkan. Pada sampel air deterjen
disaring menggunakan corong yang berisi kapas, kapur , dan pasir, sedangkan untuk
sampel air sungai disaring menggunakan botol 1,5 L yang berisi kapas, spons
(bagian kuningnya saja), pasir, kerikil, dan arang. setelah disaring sampel diukur

16
kembali pH, DHL, TDS, dan kekeruhannya untuk mengetahui apakah ada
perubahan atau tidak setelah dilakukan filtrasi.

4.2.1. Sampel Detergen


Limbah detergen merupakan limbah yang umum berasal dari aktivitas
rumah tangga, biasanya limbah ini dihasilkan dari kegiatan mencuci. Berdasarkan
percobaan dan pengukuran yang dilakukan, sampel detergen didapatkan pH yang
meningkat setelah dilakukan filtrasi, yaitu 10,14 menjadi 11,61 dengan nilai
efisiensi 14,49% hal ini dikarenakan kapur yang digunakan dalam proses filtrasi
adalah kapur CaO yang merupakan oksida basa.
Nilai TDS dan DHL menunjukkan kenaikan untuk nilai TDS mengalami
kenaikan dari 2199 ppm menjadi 2556 ppm dengan nilai efisiensi 16,23%
sedangkan untuk DHL dari 4564 μS menjadi 5144 μS dengan nilai efisiensi
12,70%, hal ini disebabkan partikel organik dan anorganik yang terlarut dalam air
akan mempengaruhi jumlah ion-ion yang terdapat dalam air, semakin banyak ion
maka semakin tinggi pula kemampuan air tersebut dalam menghantarkan listrik.
Kami berasumsi bahwa naiknya nilai TDS dan DHL ini disebabkan oleh kapur yang
digunakan yaitu CaO yang mengandung ion Ca2+ dan O2- yang merupakan ion-
ion yang dapat menghantarkan listrik dan akan meningkatkan nilai TDS dan DHL
dari limbah deterjen.
Kekeruhan pada sampel detergen menunjukkan penurunan dari 177,0 ntu
menjadi 107,8 ntu dengan nilai efisiensi 39,09%, hal ini membuktikan bahwa ada
suspensi yang hilang karena tersaring di corong.
Hasil penyaringan pada percobaan kali ini bisa dibilang tidak baik karena
ada parameter yang tidak masuk ke rentang keberterimaan yang sudah ditetapkan.
Parameter pH tidak masuk rentang keberterimaan yang tertera pada Permen LHK
No 68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu 6-9 sedangkan
sampel setelah disaring didapatkan pH 11,61. Pada parameter TDS juga tidak
memasuki rentang keberterimaan yang ditetapkan pada lampiran XXIV Peraturan
Kementrian Kesehatan Lingkungan No.5 tahun 2014 yang mana nilai maksimum
TDS adalah 2000 ppm sedangkan hasil penyaringan mempunyai TDS sebesar 2556
ppm.

17
4.2.2 Sampel Air Sungai
Air sungai merupakan salah satu sumber mata air yang digunakan oleh
masyarakat indonesia. Namun tidak semua air di sungai dapat langsung digunakan,
salah satu upayanya ialah dengan melakukan filtrasi. Upaya agar air sungai tersebut
dapat digunakan untuk kebutuhan minum sehari-hari. Pengukuran pertama ialah
nilai pH didapat nilai pH air sungai terjadi penurunan setelah dilakukan proses
filtrasi yaitu dari 8,14 menjadi 7,73 dengan nilai efisiensi 5,03%, hal tersebut
dikarenakan bahan yang digunakan dapat mengurangi pH.
Nilai TDS (Total Partikel Terlarut) dan DHL (Daya Hantar Listrik)
menunjukkan kenaikan setelah dilakukan proses filtrasi, untuk TDS mengalami
kenaikan dari 68 ppm menjadi 235 ppm dengan nilai efisiensi 245,58%. Besarnya
nilai daya hantar listrik digunakan sebagai indikator tingkat kesuburan perairan.
Tingginya daya hantar listrik menandakan banyaknya jenis bahan organik dan
mineral yang masuk sebagai limbah ke perairan. Sedangkan untuk DHL mengalami
kenaikan dari 134 μS menjadi 470 μS dengan nilai efisiensi 250,74. Hasil tersebut
tidak sesuai dengan yang seharusnya. Kami berasumsi bahwa hal tersebut
dikarenakan penggunaan bahan baku filtrasi yang kurang bagus atau masih terdapat
kotoran di setiap bahan filtrasi sehingga membuat proses penyaringan senyawaan
organik dan anorganik tidak maksimal. Selanjutnya ialah nilai kekeruhan
menunjukan penurunan setelah dilakukan proses filtrasi,yaitu dari 17,82 ntu
menjadi 17,02 ntu dengan nilai efisiensi 4,48%. Hal tersebut sesuai karena salah
satu tujuan filtrasi ialah menurunkan kekeruhan pada air. Semakin jernih air
tersebut semakin layak digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Kekeruhan pada air
mempengaruhi ekosistem didalamnya, kekeruhan mengakibatkan terhalangnya
cahaya matahari yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis.
Berdasarkan PP RI. Nomor 22 tahun 2021 Lampiran 6 bagian baku mutu air
sungai dan sejenisnya untuk sampel air sungai parameter pH memenuhi syarat
keberterimaan yaitu 6-9 dan parameter TDS juga memenuhi syarat keberterimaan
yaitu maks. 1000 ppm. Untuk nilai DHL pada kondisi normal, perairan memiliki
nilai DHL berkisar antara 20 - 1500 µS/cm (Boyd, 1979), yang berarti air sungai

18
tersebut masih memenuhi syarat. sedangkan untuk kekeruhan tidak dipersyaratkan
karena air sungai yang dipakai adalah sungai untuk perairan.

19
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


hasil dari kedua sampel belum menunjukkan hasil yang belum maksimal, hal itu
disebabkan masih terdapat faktor pengganggu seperti komponen filtrasi yang tidak
bersih dan bahan yang tidak sesuai. Dari kedua uji yang dilakukan diperoleh hasil
bahwa air sungai masih memenuhi baku mutu syarat keberterimaan. Sedangkan
pada sampel air detergen tidak memenuhi baku mutu syarat keberterimaan yang
berlaku.

20
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset.

Alaerts, G dan Santika SS. 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya :


Usaha Nasional.

Asmadi, Khayan, Kasjono, HS . 2011. Teknologi Pengolahan Air


Minum.Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Lampiran XLIV Peraturan Kementrian Kesehatan Lingkungan No.5 tahun


2014 tentang baku mutu air limbah.

Permen LHK No 68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

PP RI. Nomor. 22 tahun 2021. Lampiran 6 bagian baku mutu air sungai
dan sejenisnya.

Rosmeiliyana, Rosmeiliyana. 2021. TA: ANALISIS KUALITAS AIR


DAN STRATEGI PENGENDALIAN PENCEMARAN SUNGAI
CISANGKAN, KOTA CIMAHI. Skripsi thesis, Institut Teknologi
Nasional Bandung.

Tresnanda, Mega. 2015. Pengolahan Air Secara Fisika. Scribd.


https://www.scribd.com/doc/251621314/Pengolahan-Air-Secara-Fisika-
docx

21
LAMPIRAN

Gambar Keterangan Gambar Keterangan

Sampling Air Penimbanga


Sungai n Detergen
0,5 % 250
mL

Pembuatan Susunan
larutan Penyaring
detergen 0,5% Air deterjen

Penyaringan Filtrasi Air


detergen sungai

22
PERTANYAAN

1. Mengapa sampel air sungai harus pH, DHL, TDS, dan kekeruhannya
sebelum diolah?
Jawab : untuk mengetahui baik atau buruknya kualitas air sungai. Jika kita
mengkonsumsi air dengan kualitas buruk, dapat meningkatkan resiko
terkena penyakit yang diakibatkan oleh bakteri dan padatan yang
terkandung dalam air. Dengan pengukuran beberapa parameter , seperti pH,
DHL, TDS, dan kekeruhan kita juga dapat mengetahui tercemar atau tidak
nya air sungai tersebut dengan cara membandingkan pada standar mutu atau
syarat keberterimaan dari parameter tersebut.

2. Jelaskan perbedaan hasil pengukuran air sebelum dan sesudah penyaringan


Jawab : Berdasarkan hasil pengukuran sebelum penyaringan dan sesudah
penyaringan, diperoleh hasil untuk air sebelum penyaringan memiliki nilai
pH, DHL TDS dan kekeruhan lebih tinggi dibandingkan setelah
penyaringan. Hal ini disebabkan karena setelah dilakukan penyaringan
banyak partikel-partikel serta mineral mineral yang terjerap di dalam lapisan
penyaring sehingga air tersebut lebih jernih dan nilai pH ,DHL,TDS serta
kekeruhan yang diperoleh lebih kecil.

3. Mengapa air yang setelah diberi tawas dan disaring lebih jernih
dibandingkan sebelum disaring?
Jawab : Tawas merupakan koagulan yang berfungsi untuk menggumpalkan
partikel terlarut dalam air kotor, dengan menghilangkan muatan pada
partikel atau menetralkan partikel agar dapat mengendap, sehingga kotoran
di air akan lebih mudah disaring.

23

Anda mungkin juga menyukai