Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

“ PENCEMARAN AIR ”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
ADINDA RAHMANNITA (P21345119002)
BERLIANA YUNI DWI YANTI (P21344119016)
DINDA DWI MU’ARIFFAH (P21345119020)
FALIHAH RUKMAWATI JASMINE (P21345119024)
FILDZAH NATASYA (P21345119027)
IPAN (P21345119041)

1D3A KESEHATAN LINGKUNGAN

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta atas izin-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai pada waktunya untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Pencemaran Lingkungan.
Kami menyadari makalah ini tidak bisa tersusun sendiri, tentunya atas
bantuan dari seluruh pihak mulai dari berbagai sumber yang menjadi bahan acuan
materi, teman-teman kelompok yang telah bekerja sama dengan baik dan kompak,
teman-teman sekelas yang mendukung, serta dosen mata kuliah
Pencematan Lingkungan yang membantu pengarahan materi. Maka dari itu, kami
juga ingin mengucapkan banyak rasa terima kasih kami kepada seluruh pihak
yang telah membantu demi terselesaikannya makalah ini. Semoga apa yang telah
diberikan bisa menjadi amal kebaikan bagi masing-masing pihak.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan
dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik positif yang
bersifat membangun sehingga makalah ini ataupun makalah selanjutnya bisa
mengalami kemajuan dan perbaikan.
Besar harapan kami semoga dengan disusunnya makalah ini bisa
memberikan manfaat dan kegunaan kepada para pembaca. Aamiin.

Jakarta, Februari 2020


(Kelompok 3)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3. Tujuan Masalah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1............................................................................................................Kuali
tas Air Baku ................................................................................. 3
2.2............................................................................................................Sumb
er Pencemar pada Air .................................................................. 6
2.3...................................................................................................................P
arameter Pencemaran Air ................................................................... 8
2.4...................................................................................................................D
ampak Dan Pengendalian Pencemaran Pada Mutu Air Baku ........... 12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 18
3.2 Saran ..................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Secara umum kualitas air menunjukkan mutu atau kondisi air yang
dikaitkan dengan kegiatan atau keperluan tertentu. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar
makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya didalam air. Pencemaran air
adalah memasukannya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya (Peraturan Pemerintah No. 82, Tahun 2001). Sungai
merupakan suatu sistem yang dinamis dengan segala aktivitas yang berlangsung
antara komponen-komponen lingkungan yang terdapat didalamnya. Adanya
dinamika tersebut akan menyebabkan suatu sungai berada dalam keseimbangan
ekologis sejauh sungai itu tidak menerima bahan-bahan asing dari luar. Pada
batas-batas kisaran tertentu pengaruh bahan asing ini masih dapat ditolerir dan
kondisi keseimbangan masih tetap dapat dipertahankan. Hal ini berkaitan dengan
aktivitas mikroorganisme yang terdapat didalam air yang mampu menguraikan
berbagai senyawa organik (Barus, 2004). Beragamnya aktivitas manusia
sepanjang aliran sungai menyebabkan sungai banyak mendapatkan beban
pencemaran yang berasal dari industri, pertanian, rumah sakit, maupun limbah
domestik. Hal tersebut terjadi karena saat ini masih ada anggapan bahwa air
sungai merupakan tempat pembuangan limbah
Yang mudah dan murah, serta pengaturan penggunaan sungai belum
memadai dan berjalan sebagaimana mestinya (Astirin dkk., 2002). Di daerah
aliran sungai biasanya banyak terdapat aktivitas pemandian, pembuangan limbah
PDAM dan adanya industri kuningan di sekitar sungai tersebut. Adanya berbagai
aktivitas yang terdapat di sungai tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas

1
perairan dan biota perairan yang tinggal didalamnya. Perubahan kualitas perairan
berpengaruh terhadap keberadaan jenis dan jumlah biota air seperti plankton.
1.2. Rumusan Masalah
1. Mengapa pencemaran air harus dikendalikan sebagaimana dalam Peraturan
Pemerintah No.82 tahun 2001 ?
2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari pencemaran air ?
3. Bagaimana parameter dalam pencemaran air.

1.3. Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pentingnya pengendalian air yang sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001.
2. Untuk mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan dari pencemaran air.
3. Untuk mengetahui kondisi kualitas perairan Sungai Sunggal dilihat dari jenis
plankton sebagai bioindikator.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kualitas Air Baku


Air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan
air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku
untuk air minum. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18, 2007)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/IX/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri, air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan
sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila
dimasak. (Kepmenkes RI No. 1405, 2002)
Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan
parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologis(Masduqi,2009).
Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji
kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas
air adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan
sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi
alamiahnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum
aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis,
kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter
tambahan.

3
2.1.1. Persyaratan Kualitas Air Baku Bersih
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air
bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis, dan radiologis.
1) Syarat – syarat Fisik
a. Bau, air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Air yang berbau tidak
akan disukai oleh masyarakat.
b. Rasa, air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak
tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan.
c. Warna, air sebaiknya tidak berwarna dan untuk mencegah keracunan
dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna
pun dapat berasal dari buangan industri.
d. Suhu, air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
perlarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat
membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam
saluran/pipa, mikro organisme patogen tidak mudah berkembang biak
dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.
e. Jumlah zat padat terlarut Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) biasanya
terdiri atas zat oorganik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS
bertambah maka keadaan akan naik pula.
f. Kekeruhan, disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik maupun yang organik. Zat organik, biasanya berasal
dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal
dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga
merupakan sumber kekeruhan.
2) Syarat – syarat Kimia
Kandungan zat kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari
hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti yang

4
tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990.
a. Besi (Fe), Kadar besi yang melebihi ambang batas (1,0 mg/l)
menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru dan menimbulkan rasa,
warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri
besi, dan kekeruhan.
b. Konsentrasi Ion Hidrogen (pH) air sebaiknya tidak memiliki keasaman
dan tidak basa. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6-9.
c. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) sebenarnya diperlukan pada perkembangan tubuh
manusia. Tetapi untuk dosis tinggi dapat menyebabkan gejala ginjal,
hati, muntaber, pusing kepala, lemah, anemia,dan lainnya bahkan dapat
meninggal dunia.
d. Klorida, adalah senyawa halogen klor (Cl), dalam jumlah yang banyak
klor (Cl) akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem
penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu klor (Cl) dalam
penyediaan air 14 sengaja dipelihara tetapi (Cl) ini dapat terikat pada
senyawa organik dan membentuk halogen – hidrokarbon (Cl – HC)
banyak diantarannya dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik.
Kadar maksimum klorida yang diperbolehkan dalam air bersih adalah
600 mg/l.
e. Seng (Zn), dapat menimbulkan warna air menjadi opalascent dan bila
dimasak akan timbul endapan seperti pasir. Kadar maksimum seng (Zn)
yang diperbolehkan di dalam air bersih adalah 15 mg/l
f. Mangan (Mn), merupakan metal kelabu-kemerahan keracunan seringkali
bersifat khronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam.
3) Syarat – syarat Mikrobiologis
Pada umumnya sumber – sumber air yang terdapat di alam bumi ini
mengandung bakteri. Oleh karena itu, air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari haruslah bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan coli bukan merupakan

5
bakteri golongan patogen, namun bakteri ini merupakan indikator dari
pencemaran air oleh bakteri patogen.

4) Syarat – syarat Radiokativitas


Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama dilihat dari segi
parameternya, yakni dapat menimbulkan kerusakan pada sel-sel yang terpapar.
Kerusakan dapat berupa kematian, dan juga perubahan komposisi genetik.
Kematian sel dapat diganti kembali apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan
genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi.
5) Syarat – syarat Bakteriologis
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit dan juga tidak
boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit dan juga tidak boleh mengandung
bakteri-bakteri coli yang telah melebihi batas tertentu yaitu 1 coliper 100 ml air.
Bakteri golongan ini berasal dari usus besar dan tanah. Bakteri patogen yang
mungkin terdapat didalam air, misalnya :
a. Bakteri Typosium
b. Vibrio Colerae
c. Bakteri Dysentriae
d. Entamoeba Hystolotica
e. Bakteri Enteristis (penyakit perut)

2.2. Sumber Pencemar pada Air


Pencemaran pada air tentunya tidaklah hadir dengan sendirinya, terdapat
banyak faktor pendukung dan sumber-sumber pencemar yang menjadi
penyebabnya.

2.2.1. Sumber Air


Sebelum mengetahui mengenai apa saja yang menjadi sumber pencemar
pada air, perlu diketahui juga sumber-sumber air yang ada, diantaranya.
1) Air Atmosfer

6
Air atmosfer terjadi dari proses evaporasi air permukaan dan
evapotranspirasi dari tumbuhan oleh bantuan sinar matahari melalui proses
kondensasi kemudian jatuh ke bumi dalambentuk hujan, salju ataupun embun.
2) Air Laut
Air laut mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar
garam dalam air laut kurang lebih 3%. Air laut jarang digunakan sebagai air baku
untuk air minum karena pengolahan untuk menghilangkan kadar garamnya
membutuhkan biaya yang cukup besar.
3) Air Permukaan
Air permukaan merupakan air hujan yang mengalir dipermukaan bumi.
Pada umumnya air ini akan mengalami pengotoran selama pengalirannya.
Macam-macam air permukaan antara lain : (a) Air Sungai, dan (b) Air Rawa.
4) Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah. (Undang-undang RI No. 7, 2004). Air tanah lebih baik dan
lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah terbagi atas :
(a) Air Tanah Dangkal, (b) Air Tanah Dalam, dan (c) Mata Air Mata air,

2.2.2. Sumber Pencemar Air


Sumber pencemar pada air dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu:
1) Sumber langsung
Sumber langsung adalah sumber pencemaran yang secara langsung
melepaskan limbah dan produk sampingan berbahaya ke sumber air terdekat tanpa
pengolahan. Contoh: limbah pabrik, fasilitas pengelolaan limbah, dan lain-lain.
2) Sumber tidak langsung
Sumber tidak langsung yaitu polutan atau bahan pencemar yang masuk ke
badan air melalui air tanah, tanah, atau atmosfer seperti hujan asam.

Beberapa bahan yang mencemari air, memiliki kandungan yang tidak dapat
dibersihkan oleh air itu sendiri. Dilihat dari bentuk dan bahannya, sumber
pencemar air adalah diantaranya :

7
1) Limbah rumah tangga. Rumah atau gedung yang berada di sekitar
sungai, selalu membuang limbah di sungai, seperti air sabun dan
sampah.
2) Industri adalah salah satu sumber pencemaran air tersebar. Pabrik-
pabrik akan membuang hasil limbah ke sungai, sehingga sungai
menjadi tercemar.
3) Pertanian yang memakai pupuk kimia dan pestisida, akan membuat
tanah menjadi tercemar. Tanah yang tercemar, juga akan
mecemarkan air yang berada di dalam tanah.
4) Peternakan yang membuang limbah darah dari hasil pemotongan
hewan, dapat membuat air tercemar. Tetapi, pencemaran air oleh
darah dapat dibersihkan oleh air sendiri.
5) Transportasi yang membuang limbah oli, limbah bahan bakar ke
sungai dapat membuat air menjadi tercemar.
6) Pengolahan sampah yang buruk, juga dapat menyebabkan air
menjadi tercemar.
7) Penggundulan hutan dapat mencemarkan air. Karena jumlah air
bersih yang tersimpan di tanah akan semakin habis, karena tidak
adanya pohon yang mengikat air tanah.
8) Pertambangan juga menyebabkan air menjadi tercemar, dan
mengurangi pasokan air bersih. Pertambangan minyak pasir,
menyebabkan air tanah menjadi tercemar, serta pertambangan batu
kapur pada pegunungan karst menyebabkan semakin hilangnya
pasokan air bersih.

2.2.3. Komponen Pencemaran Air


Menurut Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang berasal dari
industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai
bahan buangan:
1. padat
2. cairan berminyak
3. organic dan olahan bahan makanan

8
4. berupa panas
5. anorganik
6. zat kimia

2.3. Parameter Pencemaran Air


Air dapat tercemar karena masuknya atau dimasukannya mahluk hidup atau
zat yang membahayakan bagi kesehatan. Air dikatakan tercemar apabila
kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa
digunakan sesuai peruntukannya. Penyebaran dari sebuah air yang telah tercemar,
bergantung terhadap arus air, bahan yang mencemari, sifat bahan yang
mencemari, serta kualitas dari badan air.
Menurut Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum, dikatakan
stansar baku mutu kesehatan lingkungan untuk media air dapat berupa parameter
wajib dan parameter tambahan. (a) Parameter wajib merupakan parameter yang
harus diperiksa secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, sedangkan (b) parameter tambahan hanya diwajibkan untuk diperiksa
jika kondisi geohidrologi mengindikasikan adanya potensi pencemaran berkaitan
dengan parameter tambahan.
Ditinjau dari jenisnya, berikut beberapa jenis parameter pada air dan apabila
melebihi ataupun tidak memenuhi parameter yang ditentukan, maka dapat
dikatakan juga sebagai parameter pencemaran.

2.3.1. Parameter Kimia


1) DO (Dissolved Oxygen)
Yang dimaksud dengan DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di
dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen

9
diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan
hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri.
Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/
liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan
akan mati, tetapi bakteri yang berkebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari
5 ppm akan berkembang.

2) BOD (Biochemical Oxygent Demand)


BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global
proses mikrobiologis yang benar -benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD
diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk
mendesain sistem pengolahan secara biologis. Sehingga makin banyak bahan
organik dalam air, makin besar B.O.D nya sedangkan D.O akan makin rendah.
Air yang bersih adalah yang B.O.D nya kurang dari 1 mg/l atau 1ppm, jika B.O.D
nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.
3) COD (Chemical Oxygent Demand)
COD adalah jumlah oksigen (O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-
zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K 2,Cr2,O7
digunakan sebagai sumber oksigen. Pengujian COD pada air limbah memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan pengujian BOD yaitu : Sanggup menguji air
limbah industri yang beracun yang tidak dapat diuji dengan BOD karena bakteri
akan mati dan waktu pengujian yang lebih singkat, kurang lebih hanya 3 jam
4) TSS (Total suspended Solid)
TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam
limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.
Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-
garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah. Selain
jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran dan juga berguna
untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air .
5) Konsentrasi Ion Hidrogen (pH)

10
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH.
Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang
mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan
industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota
akuatik.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahab pH dan menyukai
pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan ,
misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah.
Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat
bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas
acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan algae Euglena pada pH 1,6.
6) Total organik karbon (TOC) , Total Carbon (TC), dan Inorganic
Carbon (IC)
TOC adalah jumlah karbon yang terikat dalam suatu senyawa organik dan
sering digunakan sebagai indikator tidak spesifik dari kualitas air atau kebersihan
peralatan pabrik. Total Carbon (TC) – semua karbon dalam sample, Total
Inorganic Carbon (TIC) – sering disebut sebagai karbon anorganik (IC), karbonat,
bikarbonat, dan terlarut karbon dioksida (CO 2); suatu material yang berasal dari
sumber non-hidup. Dalam menganalisa TOC, TC, dan IC kita bisa menggunakan
TOC analyzer.
7) Parameter Logam
Spektroskopi penyerapan atom adalah teknik untuk menentukan konsentrasi
elemen logam tertentu dalam sampel. Teknik ini dapat digunakan untuk
menganalisa konsentrasi lebih dari 70 jenis logam yang berbeda dalam suatu
larutan. beberapa logam yang berbahaya diantaranya : Hg (merkuri) , Ar (arsen),
Cd (kadmium), Pb (timbal)

2.3.2. Parameter Fisika


Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah yaitu:
padatan, warna kekeruhan, bau, temperatur, dan daya hantar listrik.

11
1) Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang
larut, mengendap maupun suspensi.
2) Warna timbul akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air,
di samping adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung
logam berat. Warna ini juga bisa menghasilkan kekeruhan.
3) Bau disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, fospor,
protein, sulfur, amoniak, hidrogen sulfida, carbon disulfida dan zat organik lain.
4) Temperatur air limbah akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia
serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimiawi
biologis pada benda padat dan gas dalam air.
5) Pengukuran daya hantar listrik ini untuk melihat keseimbangan
kimiawi dalam air dan pengaruhnya terhadap kehidupan biota.
2.3.3. Parameter Biologi
Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya pencemaran secara biologi
berupa mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus, bentos, dan plankton. jenis-
jenis mikroorganisme di air yang tercemar seperti : Escherichia coli, Entamoeba
coli, dan Salmonella thyposa

2.4. Dampak dan Pengendalian Pencemaran pada Mutu Air Baku


Pencemaran yang terjadi pada air tentunya memiliki dampak yang
merugikan, oleh sebab itu juga perlu dilakulan pengendalian.

2.4.1. Dampak Pencemaran Air


Banyak badan air seperti sungai atau saluran air dekat daerah perkotaan
yang saat ini kondisinya sangat tercemar. Pencemaran air ini terjadi salah satunya
karena pembuangan sampah yang dilakukan oleh manusia. Selain itu, bahan kimia
berbahaya yang secara legal atau ilegal dibuang oleh industri manufaktur, pusat
kesehatan, sekolah, dan pasar juga. Adapun beberapa dampak pencemaran air
yang menjadi akibat dari perilaku demikian misalnya kematian biota air,
kerusakan rantai makanan, timbulnya wabah penyakit, dan kerusakan ekosistem
perairan. Selain itu juga terdapat dampak lainnya, yaitu.

12
1) Kematian Biota Air.
Masalah utama yang disebabkan oleh dampak pencemaran air adalah
terbunuhnya kehidupan yang tergantung pada badan air tersebut. Ikan,
kepiting, burung camar dan banyak hewan lain terbunuh karena adanya
polutan berbahaya yang meracuni habitat mereka. Contoh sederhana dari
dampak ini adalah hilangnya populasi ikan di badan sungai daerah
perkotaan.

2) Kerusakan Rantai Makanan.


Dampak pencemaran air juga merusak tatanan rantai makanan alami yang
selama ini berlangsung dalam ekosistem air. Polutan seperti timbal yang
dimakan oleh ikan kecil, akan terbawa pada tingkat trofik selanjutnya. Ikan-
ikan besar, kerang, dan tingkat trofik di atasnya juga akan ikut merasakan
dampak dari polutan yang dimakan oleh si ikan kecil.
3) Wabah Penyakit
Wabah penyakit hepatitis bisa timbul akibat konsumsi makanan laut yang
teracuni polutan, wabah kolera timbul karena pengolahan air minum yang
buruk dari sumber perairan yang tercemar, dan masih banyak lagi.
4) Kerusakan Ekosistem.
Pencemaran air mengakibatkan kerusakan ekosistem yang berarti interaksi
antar makhluk hidup di suatu tempat akan berubah.  Banyak daerah yang
sekarang jadi terkena pencemaran air karena kelalaian manusia dalam
menjaga kelestarian lingkungannya, dan di masa yang akan datang daerah-
daerah yang tercemar ini tentu akan membuat manusia mengalami banyak
kesulitan.
5) Timbulnya Endapan, Koloid dan Bahan Terlarut.
Endapan, koloid dan bahan terlarut berasal dari bahan-bahan buangan
industri, obat-obatan, dan pupuk pertanian. Bahan tersebut dapat
menghalangi cahaya matahari ke perairan sehingga proses fotosintesis
tumbuhan air terganggu. Jika bahan industri berupa logam berat, seperti air
raksa, kadmium, dan timbel, maka logam tersebut dapat diserap oleh

13
tumbuhan air. Di dalam tubuh tumbuhan, logam tersebut tidak dapat
diuraikan dan menumpuk di dalam jaringan lemak tubuh. 
6) Perubahan Tingkat Keasaman (pH).
Tingkat keasaman (pH) optimal untuk kehidupan organisme antara 6,5-7,5.
Limbah industri, rumah tangga, dan pertanian di perairan akan
memengaruhi konsentrasi ion-ion hidrogen sehingga pH air akan berubah.
Mungkin di atas 7,5 atau dibawah 6,5. Hal ini akan mengganggu kehidupan
organisme akuatik. 
7) Perubahan Warna, Bau, dan Rasa.
Syarat air yang dapat dimanfaatkan manusia adalah tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa. Dengan adanya buangan limbah industri yang
terlarut dalam air maka air di perairan menjadi berwarna, berbau, dan
berasa. Sering kali limbah industri yang berwarna dan berbau itu
mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi organisme akuatik. Selain
itu, bau juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang yang tinggal
di sekitar perairan yang tercemar. 
8) Eutrofikasi.
Limbah pertanian (pupuk) dan peternakan (kotoran hewan) dapat
mengakibatkan pengayaan nutrien di lingkungan perairan (misalnya sungai
dan danau) yang disebut eutrofikasi. Eutrofikasi dapat meningkatkan
kesuburan tumbuhan air. Karena melimpahnya tumbuhan air, maka banyak
yang tidak termakan oleh konsumen dan akhirnya mati mengendap di dasar
perairan dan menyebabkan pendangkalan. Detritivora menggunakan
sebagian besar oksigen untuk menguraikan sisa-sisa tumbuhan air yang
mati, sehingga biota air, termasuk ikan, akan mati karena kekurangan
oksigen. 

2.4.2. Pengendalian Pencematan pada Mutu Air Baku


1) Gunakan air dengan bijaksana. Kurangi penggunaan air untuk kegiatan
yang kurang berguna dan gunakan dalam jumlah yang tepat.

14
2) Kurangi penggunaan detergen. Sebisa mungkin pilihlah detergen yang
ramah lingkungan dan dapat terurai di alam secara cepat.
3) Kurangi konsumsi obat-obatan kimia berbahaya. Obat-obatan kimia yang
berbahaya seperti pestisida, dan obat nyamuk cair merupakan salah satu penyebab
rusaknya ekosistem air
4) Tidak menggunakan sungai untuk mencuci mobil, truk, dan sepeda
motor.
5) Tidak menggunakan sungai untuk wahana memandikan hewan ternak
dan sebagai tempat kakus.
6) Jangan membuang sampah rumah tangga di sungai/danau. Kelola sampah
rumah tangga dengan baik dan usahakan menanam pohon di pinggiran
sungai/danau.
7) Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau
mengeksploitasi sumber mata air agar tidak tercemar. 
8) Mengoptimalkan pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis yang bertujuan
untuk meningkatkan konservasi air bawah tanah
9) Menanggulangi kerusakan lahan bekas pembuangan limbah B3.
10) Mengolah limbah cair industri sebelum di buang ke perairan
11) Tidak membuang sampah ke perairan atau sekolah 
12) Tidak membuang sisa pestisida ke perairan 
13) Secara rutin membersihkan perairan
14) Menggunakan sabun dan detergen yang dapat terurai di lingkungan. 
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air,
dinyatakan sebagai berikut.
Bahwa untuk melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan kualitas
air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperlihatkan
kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis.
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas
air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjadi agar kualitas air tetap
dalam kondisi alamiahnya.

15
o Pasal 1 :
 Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk
menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air; Mutu air adalah
kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-
parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
 Menteri adalah menteri yang ditugasi untuk mengelola lingkungan hidup
dan pengendalian dampak lingkungan.
o Pasal 2 :
(1) Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
diselengarakan secara terpadu dengan pendekatan ekosistem.
(2) Keterpaduan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan pada
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.”
o Pasal 4 :
(2) Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin kualitas air
agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan
pencemaran air serta pemulihan kualitas air.
o Pasal 18
(1) Pemerintah melakukan pengendalian pencemaran air pada sumber air
yang lintas Propinsi dan atau lintas batas negara.
(2) Pemerintah Propinsi melakukan pengendalian pencemaran air pada
sumber air yailg lintas Kabupaten / Kota.
(3) Pemerintah Kabupaten / Kota melakukan pengendalian pencemaran air
pada sumber air yang berada pada Kabupaten / Kota.
o Pasal 19
Pemerintah dalam melakukan pengendalian pencemaran air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dapat menugaskan Pemerintah propinsi atau
Pemerintah Kabupaten / Kota yang bersangkutan.
o Pasal 20

16
Pemerintah dan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten / Kota sesuai
dengan kewenangan masing-masing dalam rangka pengendalian pencemaran air
pada sumber air berwenang:
a. menetapkan daya tampung beban pencemaran;
b. melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar;
c. menetapkan persyaratan air Iimbah untuk aplikasi pada tanah;
d. menetapkan persyaratan pembuangan air Iimbah ke air atau
sumber air;
e. memantau kwalitas air pada sumber air; dan
f. memantau faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air.

o Pasal 22
Berdasarkan hasil inventarisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(3), Menteri menetapkan kebijakan nasional pengendalian pencemaran air.
o Pasal 23
(1) Dalam rangka upaya pengendalian pencemaran air ditetapkan daya.
tampunng beban pencemmaran air pada sumber air.
(2) Penetapan daya tampung beban pencemaran sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan secara berkala sekurangkurangnya 5 (Iima) tahun sekali.
(3) Daya tampung beban pencemaran sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dipergunakan untuk
a. pemberian izin lokasi;
b. pengelolaan air dan sumber air ;
c. penetapan rencana tata ruang ;
d. pemberian izin pembuangan air limbah;
e. penetapan mutu air sasaran dan program kerja
f. pengendalian pencemaran air.
(4) Pedoman penetapan daya tampung beban pencemaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
o Pasal 24

17
(1) Setiap orang yang membuang air Iimbah ke prasarana dan atau sarana
pengelolaan air Iimbah yang disediakan oleh Pemerintah Kabupatenl / Kota
dikenakan retribusi.
(2) Retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Kabupaten / Kota.
o Pasal 25
Setiap usaha dan atau kegiatan wajib membuat rencana penanggulangan
pencemaran air pada keadaan darurat dan atau keadaan yang tidak terduga
lainnya.

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air
bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis, dan radiologis.
Sumber pencemar pada air dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu:
Sumber langsung, dan Sumber tidak langsung
Beberapa aktifitas yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, yang
diantaranya adalah; Limbah rumah tangga, Industri, Pertanian yang memakai
pupuk kimia dan pestisida, Peternakan yang membuang limbah darah dari hasil
pemotongan hewan, Transportasi yang membuang limbah oli, Pengolahan
sampah yang buruk, Penggundulan hutan, Pertambangan.
beberapa dampak pencemaran air yang menjadi akibat dari perilaku
demikian misalnya kematian biota air, kerusakan rantai makanan, timbulnya
wabah penyakit, dan kerusakan ekosistem perairan. Selain itu juga dapat berupa ;
Kematian Biota Air, Kerusakan Rantai Makanan, Wabah Penyakit, Kerusakan
Ekosistem, Timbulnya Endapan, Koloid dan Bahan Terlarut, Perubahan Tingkat
Keasaman (pH), Eutrofikasi, serta Perubahan Warna, Bau, dan Rasa.
Dalam mengendalikan pencemaran air ada beragam tindakan lain selain
tindakan preventif yang bisa kita lakukan, ada juga tindakan yang dilakukan oleh
masyarakat sebagai upaya pengendalian pencemaran air.

3.2. Saran
Kami mengharapkan makalh ini bias dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Selain itu kami juga mengharapkan adanya perkembangan dan kajian lebih lanjut
yang mendukung teori dan konsep dalam pencemaran air. Diharapkan apabila ada
yang tertarik lebih lanjut bias melakukan penelitian yang mendukung teori yang
telah disampaikan.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.polsri.ac.id/3388/3/3.%20Bab%20II.pdf
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/sumber-sumber-pencemaran-air
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/15/170000969/pencemaran-air--
pengertian-penyebab-dampak-pencegahan?page=all
http://umum-pengertian.blogspot.com/2016/04/dampak-pencemaran-air-upaya-
mengatasi.html

20

Anda mungkin juga menyukai