Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI

“PENCEMARAN AIR SUNGAI


DI DESA NGLONGSOR”

KELAS X.9

TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Anggota :
1. Dini Ekawati Setyaputri (12)
2. Muhammad Naufal Muafiy (20)
3. Muthiah Syahidah (21)
4. Naufal Juliandra Rahadian (24)
5. Rista Dwi Putri Nur Cahyati (28)

SMA NEGERI 2 TRENGGALEK

Jalan Soekarno-Hatta Gang Siwalan Telp./Fax. (0355) 791628 Trenggalek


sman2tglk@yahoo.co.id

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pencemaran air sungai di Desa
Nglongsor ini dengan baik. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tanganterbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini . Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Penyusun
Kelompok 2

2
DAFTAR ISI
Judul/Cover..........................................................................................................................................1
Kata Pengantar.....................................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................................3
BAB I: Pendahuluan............................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian................................................................................................................5
BAB II: Landasan Teori......................................................................................................................6
A. Pengertian Pencemaran Air...................................................................................................6
B. Sumber Pencemar.................................................................................................................6
C. Bahan Pencemar (Polutan)....................................................................................................6
D. Parameter Kualitas Air..........................................................................................................7
E. Ciri-ciri Air Yang Tercemar .................................................................................................8
BAB III: Metodologi....................................................................................................................... 10
A. Obyek Penelitian.................................................................................................................10
B. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................................10
C. Instrumen Penelitian...........................................................................................................10
BAB IV: Analisis Data......................................................................................................................11
A. Survey Pencemaran Air Sungai di Desa Nglongsor...........................................................11
B. Dampak Pencemaran Air Sungai di Desa Nglongsor.........................................................13
C. Cara Mencegah Pencemaran Air Sungai di Desa Nglongsor.............................................13
BAB V: Simpulan Dan Saran............................................................................................................15
Daftar Pustaka...................................................................................................................................16

BAB I
3
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Menurut
Kodoatie (2008) “air merupakan sumber kehidupan. Semua makhluk membutuhkan air. Untuk
kepentingan manusia, makhluk hidup dan kepentingan lainnya, ketersediaan air dari segi kualitas
maupun kuantitas mutlak diperlukan”. Air di Indonesia sangat melimpah, hal ini karena Indonesia
merupakan negara kepulauan. Akan tetapi, hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh
masyarakat Indonesia. Sebaliknya, masyarakat kebanyakan menyalahgunakan kelebihan ini dengan
mencemarinya.
Padahal di Indonesia sendiri, air sungai sering dimanfaatkan sebagai sumber untuk PDAM
yang biasa digunakan untuk kegiatan sehari hari baik untuk mencuci, masak, minum, dan berbagai
kegiatan lainnya. Air sungai yang bersih dapat mewujudkan lingkungan yang sehat yang dapat
memenuhi harapan agar rakyat Indonesia, yakni hidup dalam kondisi yang sejahtera seperti yang
termuat di dalam UUD 1945 Alinea 4 yang berbunyi "memajukan kesejahteraan umum".
Membahas tentang pencemaran air sungai, penyebab utamanya tentu adalah berbagai
tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab terutama pembuangan limbah dan sampah ke
daerah aliran sungai. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan daerah aliran sungai
masih terbilang rendah, akibatnya masalah pencemaran air sungai ini masih menjadi problem
lingkungan yang makin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, penelitian mengenai pencemaran air
sungai masih sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat maupun
generasi muda agar problem lingkungan ini dapat segera diatasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa penyebab pencemaran air sungai di desa Nglongsor?
2. Apa dampak pencemaran air sungai di desa Nglongsor?
3. Bagaimana cara mengatasi pencemaran air sungai di desa Nglongsor?

C. TUJUAN PENELITIAN

4
Tujuan penulisan makalah ini yaitu diharapkan pembaca maupun penulis mampu mengetahui :
1. Penyebab pencemaran air sungai di desa Nglongsor
2. Dampak pencemaran air sungai di desa Nglongsor
3. Cara mengatasi pencemaran air sungai di desa Nglongsor

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pencegahan dan minimalisasi
pencemaran air sungai.
2. Penelitian ini diharapkan bisa mengedukasi masyarakat untuk menjaga kebersihan air
sungai dan memanfaatkan air limbah tahu menjadi produk yang bermanfaat bagi
masyarakat.

BAB II

5
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pencemaran Air


Pencemaran air merupakan kondisi yang diakibatkan adanya masukan beban
pencemar/limbah buangan yang berupa gas, bahan yang terlarut, dan partikulat pencemar yang
masuk ke dalam badan perairan, dapat dilakukan melalui atmosfer, tanah, limpasan/run off dari
lahan pertanian, limbah domestik, perkotaan, industri, dan lain-lain (Effendi, 2003).
Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya
perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi, maupun biologis. Menurut PP
82 tahun 2001, pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan
atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air menurun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

B. Sumber Pencemar
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan menjadi
2 (dua), yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung:
1. Sumber langsung (point source). Sumber langsung merupakan sumber pencemaran yang
berasal dari titik tertentu yang ada di sepanjang badan air penerima dengan sumber lokasi
yang jelas. Titik lokasi pencemaran terutama berasal dari pipa pembuangan limbah industri
yang tidak mengolah limbahnya maupun pembuangan hasil pengolahan limbah di IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang masuk ke badan air penerima (Sarminingsih dkk,
2014).
2. Sumber tidak langsung (non-point source). Sumber tak langsung merupakan sumber yang
berasal dari kegiatan pertanian, peternakan, industri kecil/menengah, dan domestik yang
berupa penggunaan dari barang konsumsi (Irsanda dkk, 2014). 8 Institut Teknologi Nasional.

C. Bahan Pencemar (Polutan)


Bahan pencemar (polutan) merupakan bahan-bahan yang berasal dari alam atau yang bersifat
asing memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga peruntukan ekosistem tersebut terganggu. Sumber
pencemaran yang masuk ke badan perairan dibedakan atas pencemaran yang disebabkan oleh alam
(polutan alamiah) dan pencemaran karena kegiatan manusia (polutan antropogenik). Polutan
alamiah adalah polutan yang memasuki suatu lingkungan (misal badan air) secara alami, misalnya
akibat letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, dan fenomena alam yang lain. Polutan jenis ini
biasanya sukar dikendalikan (Effendi, 2003). Polutan antropogenik adalah polutan yang disebabkan
6
oleh aktivitas manusia, misalnya kegiatan domestik (perumahan), kegiatan perkotaan, maupun
kegiatan industri. Intensitas polutan antropogenik dapat dikendalikan dengan cara mengontrol
aktivitas yang menyebabkan timbulnya polutan tersebut.
Berdasarkan sifat toksiknya, polutan/pencemar dibedakan menjadi dua, yaitu polutan toksik (toxic
pollutans) dan polutan tidak toksik (non-toxic pollutans) (Effendi, 2003).
1. Polutan toksik.
Polutan toksik biasanya berupa bahan-bahan yang bukan bahan alami, misalnya pestisida.
detergen, dan bahan artifisial Iainnya. Polutan berupa bahan yang bukan alami dikenal dengan
istilah xenobiotik (polutan artificial), yaitu polutan yang diproduksi oleh manusia (man-made
substances). Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan kematian
(sub-lethal), misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku, dan karakteristik morfologi
berbagai organisme akuatik. Polutan yang berupa bahan-bahan kimia bersifat stabil dan tidak
mudah mengalami degradasi sehingga bersifat persisten di alam dalam kurun waktu yang lama.
2. Polutan Tidak Toksik
Polutan tak toksik terdiri atas bahan-bahan tersuspensi dan nutrien. Polutan/pencemar tak
toksik biasanya telah berada pada ekosistem secara alami. Sifat destruktif pencemar ini muncul
apabila berada dalam jumlah yang berlebihan sehingga dapat mengganggu kesetimbangan
ekosistem melalui perubahan proses fisika-kimia perairan. Bahan tersuspensi dapat
mempengaruhi sifat fisika perairan, antara lain meningkatkan kekeruhan sehingga menghambat
penetrasi cahaya matahari. Dengan demikian. intensitas cahaya matahari pada kolom air menjadi
lebih kecil dan intensitas yang dibutuhkan untuk melangsungkan proses fotosintesis. Keberadaan
nutrien/unsur hara yang berlebihan dapat memacu terjadinya pengayaan (eutrofikasi) perairan
dan dapat memicu pertumbuhan mikroalga dan tumbuhan air secara pesat (blooming), yang
selanjutnya dapat mengganggu kesetimbangan ekosistem akuatik secara keseluruhan.

D. Parameter Kualitas Air


Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut.
Sehat atau tidaknya suatu daerah aliran sungai (DAS) dapat dilihat dari kualitas air sungai yang
merupakan salah satu komponen dan indikator dari lingkungan DAS. Perkembangan jumlah
penduduk disertai dengan meningkatnya kegiatan masyarakat dan industri mengakibatkan
perubahan fungsi lingkungan.
Tingkat penurunan kualitas air akan mempengaruhi kelestarian sumberdaya air yang tersedia
untuk penggunaan yang bermanfaat, dan pada gilirannya akan membatasi tata guna lahan produktif.
Untuk menguji kualitas air dapat dilakukan dengan uji fisika, kimia, dan biologi (Setyowati, 2016).

7
Salah satu parameter yang harus diukur untuk menentukan kualitas air adalah parameter
fisika. Beberapa parameter fisika yang digunakan untuk menentukan kualitas air adalah suhu,
kekeruhan, warna, daya hantar listrik (DHL), jumlah zat padat terlarut ( TDS), rasa, dan bau.
( Effendi, 2003)
Sedangkan parameter kimia meliputi pH ( derajat keasaman), DO ( Disolved Oxigent),
Biological Oxygent Demand ( BOD), Chemical Oxygent Demand ( COD), Karbondioksida ( CO2)
terlarut, salinitas, nitrat, nitrit, sulfat, kesadahan dan logam terlarut.

E. Ciri-Ciri Air yang Tercemar


Adapun ciri – ciri air yang tercemar adalah sebagai berikut:
1. Adanya bahan pelarut atau endapan. Bahan pelarut atau endapan dapat membuat air
berbau, memiliki derajat keasaman yang tinggi, memiliki rasa dan berwarna.
2. Berbau. Air yang sehat tidak akan berbau. Jika sudah tercemar oleh zat polutan, air tersebut
akan menimbulkan bau busuk dan menyengat.
3. Derajat keasaman tidak netral. Secara normal, derajat keasaman air adalah 7. Jika
melebihi atau kurang dari 7, maka air tersebut dikategorikan tercemar.
4. Mikroorganisme yang berlebihan. Limbah atau sampah yang ada di dalam air akan
diuraikan oleh mikroorganisme. Untuk menguraikannya, mikroorganisme membutuhkan
pasokan oksigen. Semakin banyak limbah atau sampah, akan membuat jumlah
mikroorganisme dan pasokan oksigen yang dibutuhkan juga semakin banyak. Hal ini
membuat kandungan oksigen dalam air akan berkurang sehingga hewan dan tumbuhan yang
hidup didalamnya akan kekurangan oksigen.
5. Memiliki rasa. Jika air memiliki rasa baik itu asam, manis atau pahit, maka keadaan air
tersebut bisa dikategorikan tercemar.
6. Radioaktivitas meningkat. Jumlah zat radioaktif sangat banyak. Radioaktivitas air akan
meningkat jika air tersebut tercemar. Jika tidak segera ditangani, maka zat-zat yang berasal
dari aktivitas manusia dan aktivitas mesin ini dapat merusak lingkungan.
7. Suhu air berubah. Dalam kondisi normal, suhu air lebih rendah dibandingkan dengan suhu
lingkungan. Karena itu air akan terasa dingin jika disentuh. Jika dalam kondisi normal, suhu
air terus berubah maka dipastikan air tersebut tercemar.
8. Berwarna. Air bersih tidak akan berwarna dan terlihat bening. Jika zat polutan sudah
mencemarinya, maka air akan berubah warna.

8
BAB III
METODOLOGI

A. OBYEK PENELITIAN

9
Obyek penelitian yang kita ambil adalah sungai di Desa Nglongsor Kecamatan Tugu
Kabupaten Trenggalek.

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data dilakukan melalui survey/ wawancara ke sejumlah responden dan
dengan pendekatan deskriptif kualitatif.

C. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian tentang pencemaran air sungai di Desa Nglongsor yaitu alat tulis,
panduan wawancara, alat rekam dan dokumen.

10
BAB IV
ANALISIS DATA

A. SURVEY PENCEMARAN AIR SUNGAI DI DESA NGLONGSOR


Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan survey terhadap warga masyarakat terdampak
limbah tahu di Desa Nglongsor Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. Tim penyusun makalah
penelitian berhasil mengunjungi beberapa warga di sekitar sentra industri tahu di kawasan
tersebut. Tim melakukan wawancara dengan warga masyarakat di berbagai radius sekitar
wilayah sentra tahu.
Salah satu warga bernama Ibu Yuni, yang bertempat tinggal sekitar 500 meter dari lokasi
pembuangan limbah menyebutkan bahwa home industry tahu di Desa Nglongsor didirikan
sejak tahun 1982 oleh seorang warga bernama Bapak Yanimin. Kegiatan produksi tahu tersebut
terus berkembang hingga saat ini dan sudah mencapai sekitar 40 rumah yang melakukannya.
Dari sisi limbah, memang masih dibuang ke sungai begitu saja dan tidak ada solusi dari
pemerintah setempat. Kualitas air sumur atau air tanah di wilayah warga terwawancara masih
tetap segar dan jernih. Dan warga tidak merasa terganggu dengan aktivitas produksi tahu
tersebut. Oleh karena itu belum ada upaya warga masyarakat ataupun pemerintah setempat
untuk membicarakan solusi pengelolaan limbah tahu tersebut.
Berikutnya adalah wawancara tim dengan seorang warga bernama Bapak Parno, yang
tempat tinggalnya lebih dekat yaitu radius kurang dari 100 meter dengan lokasi daerah aliran
sungai tempat pembuangan limbah tahu. Dalam wawancara dengan beliau dan beberapa
warga sekitar disampaikan bahwa memang benar limbah tahu di wilayah itu dibuang begitu
saja ke sungai. Sebagian besar warga di radius tersebut merasa terganggu dengan bau yang
menyengat dari air sungai, hanya saja karena sudah terbiasa dengan pencemaran tersebut,
warga tidak terlalu mempermasalahkan. Namun bagi warga yang tidak biasa tinggal di wilayah
tersebut, keberadaan polutan tersebut sangat mengganggu dan berbau menyengat. Warna air
di sungainya pun menjadi hitam pekat, berbusa dan keruh meskipun masih dalam taraf lokal.
Untuk aliran sungai yang lebih jauh dari lokasi produksi masih cukup baik dan jernih.

11
Dibawah ini adalah ilustrasi kondisi sungai yang tercemar limbah produksi tahu di Desa
Nglongsor Kecamatan Tugu:

Dari hasil survey ini menunjukkan bahwa pencemaran air sungai akibat limbah tahu di Desa
Nglongsor tersebut disebabkan adanya polutan yakni limbah dari sumber langsung ( sentra
industri tahu) dan termasuk jenis polutan antropogenik yakni hasil dari kegiatan manusia.
Pencemaran air bisa dilihat dari parameter fisika meliputi warna yang keruh dan hitam, serta
12
bau yang menyengat dan berbusa atau berbuih, namun kadar polusi masih bersifat lokal dan
dapat ditoleransi oleh masyarakat setempat. Namun demikian, pencemaran air sungai tersebut
jika tidak segera ditangani akan berdampak lebih luas karena industri tahu terus berkembang
dan meluas sehingga makin banyak warga masyarakat yang beroperasi di sektor industri tahu.

B. DAMPAK PENCEMARAN AIR SUNGAI DI DESA NGLONGSOR


Pencemaran air sungai di Desa Nglongsor Kecamatan Tugu menimbulkan berbagai dampak
negatif bagi lingkungan sekitarnya diantaranya adalah:
1. Menimbulkan bau yang tidak sedap dan menyengat di kawasan sekitar sungai.
2. Air sungai menjadi berwarna kehitaman / keruh dan berbusa.
3. Pada sebagian warga masyarakat merasakan ketidaknyamanan terhadap dampak
pencemaran, terutama warga yang tinggal pada radius sekitar 100 meter dari lokasi
terjadinya pencemaran.
4. Terjadinya penurunan konsentrasi oksigen yang terlarut dalam air yang menyebabkan
banyak biota air mati.
5. Rusaknya keindahan lingkungan akibat adanya sungai yang tercemar limbah.

C. CARA MENCEGAH DAN MENGATASI PENCEMARAN AIR SUNGAI DI DESA NGLONGSOR


Pencemaran air sungai di Desa Nglongsor memang masih pada taraf lokal dan bisa
ditoleransi oleh warga masyarakat. Namun dengan perkembangan kebutuhan masyarakat
dan pemasaran produk tahu, kemungkinan makin banyaknya limbah yang dibuang ke
sungai juga makin besar. Oleh karena itu perlu adanya upaya preventif dan kuratif terhadap
penanganan limbah tahu ini agar pencemaran tidak terus berlanjut atau dapat
diminimalisasi.
Limbah cair yang dihasilkan dari setiap proses pembuatan tahu mempunyai debit
yang cukup besar. Untuk setiap 1 kg bahan baku kedelai dibutuhkan rata rata 45 liter air
dan akan dihasilkan limbah cair berupa whey tahu sebanyak 43,5 liter ( Nuraida dalam Amir
Husin, 2008). Limbah cair tahu mengandung bahan organik tinggi, suhu mencapai 40 hingga
46 derajat celcius, kadar BOD 5, COD (7500 – 14.000 mg/l), TSS dan pH yang cukup tinggi
pula. Upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi dampak limbah tahu antara lain:
1. Mengubah limbah tahu menjadi biogas, pakan ikan dan ternak. Pembuatan biogas ini
memerlukan instalasi pengolah limbah ( IPAL). Air limbah mengandung gas CO2 dan gas

13
metana ( CH4) yang bisa diubah menjadi energi alternatif biogas yang bisa disalurkan
kembali ke penduduk sebagai bahan bakar domestik yang lebih hemat energi dan
menguntungkan. Setelah selesai proses pengolahan, kemudian air dialirkan ke sumur
sumur resapan.
2. Sinergi antara warga masyarakat dan pemerintah dalam penanganan limbah secara
berkelanjutan dan gerakan edukasi masyarakat sadar limbah agar ikut berpartisipasi
dalam menyukseskan program pengelolaan limbah tahu di Desa Nglongsr Kecamatan
Tugu.

14
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
1. Penyebab pencemaran air sungai di Desa Nglongsor Kecamatan Tugu adalah
pembuangan limbah tahu yang tidak diolah terlebih dahulu ke sungai oleh warga
masyarakat yang mengoperasikan industri tahu
2. Dampak pencemaran limbah tahu di Desa Nglongsor adalah air sungai menjadi
berbau menyengat, berwarna hitam, keruh dan berbusa, rusaknya keindahan
lingkungan dan terganggunya kenyamanan warga masyarakat
3. Upaya untuk mengatasi persoalan limbah tahu yang mencemari sungai adalah
dengan membangun instalasi pengolah air limbah ( IPAL) yang mengubah limbah
tahu menjadi energi alternatif biogas, mengubah limbah menjadi pakan ikan dan
ternak, dan sisa pengolahan dialirkan ke sumur sumur resapan. Disamping itu
sinergi antar waga dan pemerintah setempat harus terjalin untuk melaksanakan
program tersebut agar berjalan lancar dan berkesinambungan

B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca untuk di jadikan inspirasi pembuatan tugas serupa dan
menambah pengetahuan pembaca tentang lingkungan. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.
Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian
penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mitigasi Implementasi Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL Industri Tahu dalam
http://ditjenppi.menlkh.go.id/kcpi/index.php
Effendy, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta. Penerbit Kanisius
Kodoatie, RJ. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.Penerbit CV.Andi Offset

16

Anda mungkin juga menyukai