Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAGEMEN KUALITAS AIR

DI BUAT OLEH :

NAMA : FANNY FEBIANTI

NPM : 18090010

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PROF . DR . HAZAIRIN , SH

BENGKULU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Taufik-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Hidayah dan
Rahmat-Nya kepada kami secara khusus dan masyarakat secara umum agar senantiasa mensyukuri akan
ilmu, iman, dan amal yang di berikan pada kita semua. Semoga dengan adanya makalah “ Managemen
Kualitas Air ” khususnya membahas tentang Manajemen Kualitas Air.Makalah ini disusun dengan
berbagai literature khususnya matakuliah ini, buku-buku yang dianggap relevan,  serta pengetahuan dari
penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik sesuai yang diharapkan.Akhir kata dengan
segala kerendahan hati, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kulia ini, yang telah
memberikan pengarahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Saya menyadari bahwa makalah ini
masih perlu perbaikan, olehnya itu sumbang saran dari pembaca sangat saya harapkan

Bengkulu , 3 Februari 2021

                                                                                                Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang................................................................................................ 4

1.2  Tujuan.............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Manajemen Kualitas Air.................................................................................. 5

2.2  Parameter Kualitas Air.................................................................................... 6

2.2.1        Di Lihat Dari Sifat Fisik...................................................................... 6

2.2.2        Di Lihat Dari Sifat Kimia................................................................... 10

2.2.3        Sifat Biologis...................................................................................... 18

2.2.4        Bakteri................................................................................................ 19

2.3. Pencemaran Air ......................................................................................... 20

2.4 . Limbah ....................................................................................................... 20

2.5 . Penanggulangan Pencemaran Air ..............................................................21

BAB III PENUTUP

3.1  Kesimpulan..................................................................................................... 22

3.2  Saran............................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Indonesia memiliki potensial akuakultur yang luar biasa, yang berupa daratan yang
membentang dari Sabang sampai Merauke dengan ribuan perairan sungai, danau, dan rawa di
dalamnya. Dengan adanya perairan-perairan tersebut, baik air tawar, payau, maupun laut, sudah
barang tentu menjanjikan sumber penghasilan yang besar pula. Selain itu dengan adanya sumber
perairan yang sangat luas, tentu saja bisa dikembangkan menjadi salah satu tempat
dilaksankannya suatu budidaya. Menurut Djoko Suseno (2000), di Indonesia pertama kali ikan
karper berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budi
daya yang sangat penting.

Kualitas lingkungan perairan adalah suatu kelayakan lingkungan perairan untuk


menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme air yang nilainya dinyatakan dalam suatu
kisaran tertentu. Sementara itu, perairan ideal adalah perairan yang dapat mendukung kehidupan
organisme dalam menyelesaikan daur hidupnya.

Beberapa faktor kualitas air seperti oksigen terlarut, suhu, dan ammonia dapat
menyebabkan kematian pada ikan. Lainnya, seperti pH, alkalinitas, kekerasan dan kecerahan
mempengaruhi ikan, tetapi biasanya ikan tidak sampai mengalami kematian. Setiap faktor
kualitas air berinteraksi dan saling berpengaruh terhadap parameter lain. Pada situasi tertentu
reaksi antar parameter akan menyebabkan racun pada air dan dapat mematikan. Sehingga sangat
penting adanya monitoring kualitas air secara intensif selama masa pemeliharaan dari sistim
produksi budidaya.

1.2    Tujuan

Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana kondisi air dan semua parameter yang ada
di perairan sekitar dan mengetahui tentang pencemaran air.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Manajemen Kualitas Air

Manajemen dalam bahasa inggris “to manage” diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu
mengurus, mengemudikan, mengelolah, menjalankan, mengatur, dan memimpin. Sedangkan
dalam bahasa latin “mantis” yang berarti tangan, dan “agree” yang berarti melakukan, dan
digabung “managere” artinya menangani. Jadi manajemen kualitas air adalah suatu proses
dimana seorang pembudidaya melakukan pengaturan/pengelolaan agar perairan tersebut layak
dilakukan budidaya.Kualitas pada air sangatlah penting diperhatikan, karena air yang bersih
sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan yang akan dibudidayakan .

2.2    Parameter kualitas air

2.2.1         Sifat Fisik

a)      Suhu Air

Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam
pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja untuk
mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi juga dengan kaitannya kehidupan hewan
atau tumbuhan. Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi. Suhu air
dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor metereolohi yang berperan
disini adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan
radiasi matahari.
            Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme
baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan
meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan
menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)(Kordi dan Andi,2009).
b)       Kecerahan dan kekeruhan air

Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada
suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari
yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula sebaliknya(Erikarianto,2008).

Kekeruhan air dapat dianggap sebagai indikator kemampuan air dalam meloloskan
cahaya yang jatuh kebadan air, apakah cahaya tersebut kemudian disebarkan atau diserap oleh
air. Semakin kecil tingkat kekeruhan suatu perairan, semakin dalam cahaya dapat masuk
kedalam badan air, dan demikian semakin besar kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk
melakukan proses fotosintesis (Asdak, 2007).

c )      Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan. Pengertian
salinitas yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu
perairan. Hal ini dikarenakan salinitas ini merupakan gambaran tentang padatan total didalam air
setelah  menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh chlorida dan semua bahan
organik telah dioksidasi. Pengertian salinitas yang lainnya adalah jumlah segala macam garam
yang terdapat dalam 1000 gr air contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada
umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan
lainlain. Salinitas dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan
Refraktometer atau salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per
kilogram (ppt) atau promil (o/oo). Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara
0–5 ppt, perairan payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar antara 30–
35 ppt.

2.2.2         Sifat Kimia

a.      Oksigen

Mnurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, makin
tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut, oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis
fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat memungkinkan
untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada
proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik
sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20.

b.      Karbondioksida

Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik
maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis. Meskipun peranan karbondioksida
sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun kandungannya yang berlebihan sangat
menganggu, bahkan menjadi racu secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan
ditambak(Kordi dan Andi,2009).

c.       pH Air

 Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari


jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+dan
OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak banyak ion
OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan
alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph
antara 7 – 9 sangat memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana
air dasar tambak memiliki potensi keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.

d) Amonia

            Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat, sebab
sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul (NH3) lebih
beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk molekul dapat bagian
membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan Andi,2009).
            Menurut Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam adalah eksresi amonia
oleh  ikan dan crustacea. Jumlah amonia yang dieksresikan oleh ikan bisa diestimasikan dari
penggunaan protei netto( Pertambahan protein pakan- protein ikan) dan protein prosentase dalam
pakan dengan rumus :
Amonia – Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0- NPU)(protein+6,25)(1000)
Keterangan :  NPU : Net protein Utilization /penggunaan protein netto
                        Protein : protein dalam pakan
                        6,25 : Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.

e) Nitrat nitrogen

            Menurut Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae memanfaatkan
senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber nitrogen yang berasal dari senyawa
nitrogen-organik. Beberapa bentuk senyawa nitrogen (organik dan anorganik) yang terdapat
dalam perairan konsentrasinya lambat laun akan berubah bila didalamnya ada faktor yang
mempengaruhinya sehingga antara lain akn menyebabkan suatu permasalahan tersendiri dalam
perairan tersebut.
            Menurut Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di perairan yang tidak terpolusi
sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen tinggi pada kolam yang diberi
pupuk daripada yang hanya biberi pakan. Nitrogen juga mengandung bahan organik terlarut.
Konsentrsi organik nitrogan umumnya dibawah 1mg/liter pada perairan yang tidak polutan. Dan
pada perairan yang planktonya blooming dapat meningkat menjadi 2-3 mg/liter.

f) Orthophospat

            Menurut Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah tesedia bagi tanaman,
tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum ditentukan dengan pasti. Konsentrasi fosfor dalam
air sangat rendah : konsentasi ortophospate yang biasanya tidak lebih dari 5-20mg/liter dan
jarang melebihi 1000mg/liter. Fosfat ditambahkan sebagai pupuk dalam kolam, pada awalnya
tinggi orthophospat yang terlarut dalam air dan konsentrasi akan turun dalam beberapa hari
setelah perlakuan.
            Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter biolagi yang erat
hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton disuatu
perairan tergantung tergantung pada kandungan zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat
hara lainnya, kandungan fosfat dan nitrat disuatu perairan, secara alami terdapat  sesuai dengan
kebutuhan organisme yang hidup diperairan tersebut.
2.2.3        Sifat Biologi

a)      Plankton

Plankton sebagai organisme perairan tingkat rendah yang melayang-layang di air dalam
waktu yang relatif lama mengikuti pergerakan air. Plankton pada umumnya sangat peka terhadap
perubahan lingkungan hidupnya (suhu, pH, salinitas, gerakan air, cahaya matahari dll) baik untuk
mempercepat perkembangan atau yang mematikan. Berdasarkan ukurannya, plankton
dapatdibedakan sebagai berikut :
1.      Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/tanpa pertolongan
mikroskop).
2.      Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net yang mata
netnya 0,03 – 0,04 mm).
3.      Nannoplankton atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net diatas).
Berdasarkan tempat hidupnya dan daerah penyebarannya, plankton dapat merupakan :
1.      Limnoplankton (plankton air tawar/danau)
2.      Haliplankton (hidup dalam airmasin)
3.      Hypalmyroplankton (khusus hidup di air payau)
4.      Heleoplankton (khusus hidup dalam kolam-kolam)
5.      Petamoplankton atau rheoplankton (hidup dalam air mengalir, sungai)

b)     Bakteri

Sudjarwo, (2007) Pada ekosistem perairan alami bakteri memiliki peran sebagai
reduktor/dekomposer yang mengontrol proses komponen organik misalnya polimer protein atau
karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana, secara umum bakteri berdasarakan cara
mendapatkan oksigen dibagi menjadi dua yaitu bakteri aerob dan anaerob. Kelompok aerob
memerlukan oksigen bebas dalam mengoksidasi nutrien (misalnya glukosa) untuk memperoleh
energi contohnya : Azotobacter, Nitrosomonas, Nitrococcus dan Nitrobacter. Silalahi (2001),
menyatakan dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai peranan yang menguntungkan dan
merugikan pada dunia akuakultur bakteri yang menguntungkan contohnya :Basillus spp,
Nitrosomonas, Nitrobacter  bakteri tersebut berperan dalam proses dekomposisi bahan organik
dasar tambak dan berperan dalam proses nitrifikasi.

2.3.  Pencemaran Air

Menurut Rian (2010), Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup,
zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan
oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia
ataupun disebabkan oleh alam. Pencemaran lingkungan tidak dapat dihindari. Yang dapat
dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan
kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkungan.
Bentuk Pencemaran berdasarkan asal:
1. Pencemaran Udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil
pembakaran,SO,SO2,CFC,CO.
2. Pencemaran Tanah, disebabkan oleh sampah-sampah rumah tangga, pasar, industri,kegiatan
pertanian,

3. Pencemaran Air, disebabkan oleh limbah pertanian, limbah rumah tangga dan limbah industri.

2.3.1 . Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Dampak yang ditimbulkan limbah sangat bervariasi tergantung dari
jeni slimbah , volume, jenis industri dan penggunaan produk oleh masyarakat, limbah industri
merupakan sumber utama yang menyebabkan pencemaran air pada saat ini dan banyak fakta
menunjukkan peningkatan polusi setiap tahun terutama oleh  Negara-Negara  yang maju
industrinya, tingkat pembuangan limbah domestik dan  industri sangat berfariasi serta jumlah
besar yang tidak diproses lebis lanjut menyebabkan kualitas perairan menjadi tidak stabil serta
kemampuan badan air tidak mampu mengencerkan terutama limbah cair sehingga ketersedian
kuantitas  yang cukup dan kuantitas air yang memadai menjadi terancam. Regulasi
yang  dihasilkan limbah industri mengejar hasil dan keuntungan yang tinggi tanpa
memperhatikan kaidah-kaidah keseimbangan dan keberlanjutan ekologi yang pada  akhirnya
menimbulkan bahaya kesehatan terhadap organisme dan manusia    odumosu , 1992. Ogedengbe
dan akinbile, 2004. Sangodoin, 1991.

2.3. 2. Dampak dari pencemaran Air Limbah


Banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran air antara lain :

1) Membahayakan kesehatan manusia


         Penggunaan air sungai untuk konsumsi, seperti minum, memasak, dam sebagainya,
termasuk membuang kotoran biologis maupun kotoran non-biologis memicu tumbuh
kembangnya kuman penyebab penyakit, seperti diare, demam berdarah, dan penyakit-panyakit
kulit seperti kudis, gatal-gatal, dan sebagainya. Berdasarkan penelitian balai teknik kesehatan
lingkungan Banjarmasin pada Bulan Mei 2004, menunjukkan adanya kuman penyebab penyakit
diare pada bahan air sungai maupun air bersih yang menjadi obyek penelitian.

2) Membahayakan kehidupan hewan dan tumbuh-tumbuhan


Pencemaran air juga membawa dampak pada kehidupan air. Hewan seperti ikan, udang,
siput, atau ketam akan mati serta tumbuhan seperti ganggang dan lain-lainnya juga mati dengan
tumpahan minyak, pembuangan sampah, sisa-sisa air sabun dan sisa toksid.
        Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen
terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang
membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat
pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan
tumbuhan air.

3) Terganggunya lingkungan
         Dengan adanya pencemaran air yang menyebabkan air menjadi keruh/tidak jernih,
membuat hilangnya pemandangan yang asri dan indah pada aliran sungai dan sekitarnya.
Semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut
akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan
yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat
mengurangi estetika.Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi
licin. Sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat
banyak. Inipun juga dapat mengurangi estetika.

4) Dampak terhadap kualitas air tanah


         Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi
dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta.
Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

2.3.3. Parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas

1.    Air Yang Tercemar > DO/ Dissolved Oxygen (Oksigen Terlarut) Yang dimaksud adalah
oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis
tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang,
kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Agar ikan dapat hidup, air
harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar
oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya
lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.

2.    Air Yang Tercemar > BOD (Biochemical Oxygen Demand)

         BOD (Biochemical Oxygen Demand) artinya kebutuhan oksigen biokimia yang
menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga
makin banyak bahan organik dalam air, makin besar B.O.D nya sedangkan D.O akan makin
rendah. Air yang bersih adalah yang B.O.D nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika B.O.D nya di
atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.

3.    Air Yang Tercemar > COD (Chemical Oxygen Demand) COD (Chemical Oxygen Demand)
sama dengan BOD, yang menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi kimia oleh
bakteri.
4.    Air Yang Tercemar > Zat Padat Terlarut

         Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-garam yang
terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah
yang berasal dari industri pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan
meningkat. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya
pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran.

Air yang bersih adalah jika tingkat D.O nya tinggi, sedangkan B.O.D dan zat padat terlarutnya
rendah.Pencemaran air disebabkan oleh aktifitas manusia sehari hari yang dapat mengakibatkan
adanya perubahan pada kualitas air tersebut.Pencemaran air ini terjadi di sungai, lautan, danau
dan air bawah tanah.

2.2 4 . Penanggulangan pencemaran air

Untuk mencegah atau paling tidak mengurangi segala akibat yang ditimbulkan oleh limbah
berbahaya maka dilakukalah Penanggulangan pencemaran air, dengan cara :

a. Limbah harus diolah lagi sehingga menghasilkan zat-zat yang tidak menyebabkan pencemaran
lingkungan.

b. Membersihkan air limbah industri yang mengandung berbagai polutan terlebih dahulu
sebelum meninggalkan kompleks industri.

c. Membuang bahan buangan ke tempat-tempat khusus, agar secara semi natural akan
dihancurkan oleh organisme dari alam.

d. Air yang tercemar dibersihkan secara mekanik. Secara kimia dengan diberi bahan-bahan
tertentu dan secara biologi dengan memberi tumbuhan yang berguna sehingga senyawa yang
berbahaya dapat terambil oleh air.
BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

1. Dari hasil makalah ini maka penyusun dapat menyimpulkan bahwa Kualitas air yaitu sifat
air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas
air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian
yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi atau uji kenampakan (bau dan
warna). Kualitas air dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika
(suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen
terlarut, BOD, COD dan sebagainya) dan parameter biologi (keberadaan plankton,
bakteri dan sebagainya)
2. Pencemaran Air Menurut Rian (2010), Pencemaran adalah masuknya atau
dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan
atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ain Churun Dkk, 2014:Pengaruh Limbah Cair Tahu Terhadap Kelimpahan Makrobenthos Di
Sungai Elo Magelang,Universitas Diponegoro, Semarang
Arianty Gandika Dkk, 2012: Karakteristik Dan Kualitas Air Di Muara Sungai Hitam Provinsi
Bengkulu Dengan Software Som Toolbox 2,Universitas Bengkulu, Bengkulu
Lusiana Dan Bambang 2012. Penentuan Kualitas Air Tanah Dangkal Dan Arahan Pengelolaan
(Studi Kasus Kabupaten Sumenep,Universitas Brawijaya ,Malang
Rompas Robert, dkk 2013:Studi Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau
Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa, Paleloan, Tondano
Yuliana Emma Dkk, 2014: Analisa Status Mutu Air Dan Daya Tampung Beban Pencemaran
Sungai Wanggu Kota Kendari, Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur Indonesia
Zulfikar Andi, dkk 2013:Study Of Organic Content To Bakau Shell Abundance (Telescopium
Telescopium) In Riau Gulf Tanjungpinang, Fikp Umrah, Riau

Anda mungkin juga menyukai