Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN MANAJEMEN KUALITAS AIR

PENGELOLAAN PARAMETER FISIKA DAN KIMIA

KUALITAS AIR

Dosen Pengampu : Muhammad Aidil Huda J,S.Tr., M.Tr.Pi

Disusun Oleh
:
Leonardo / 21020006

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN MATAULI
PANDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat
dan karunianya saya dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul
Pengelolaan kualitas air tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Manajemen Kualitas Air. Selain itu, Makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang materi Kualitas Air bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Aidil Huda,
J,S.Tr.,M.Tr.Pi selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni. ini.
Saya menyadari, Makalah saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan Makalah ini.

Sabtu, 26 November 2022

TIM PENULIS

i
DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... ii
1.1 Latar Belakang................................................................................ ii
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... ii
BAB II...................................................................................................... ii
PEMBAHASAN..................................................................................... ii
2.1 Pengertian Manajemen Kualitas Air............................................... ii
2.2 Konsep Kualitas Air....................................................................... ii
2.3 Parameter Baku Mutu..................................................................... ii
BAB III PENUTUP................................................................................ ii
3.1  Kesimpulan.................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. ii

ii
DAFTAR TABEL

Isi Halaman

Tabel Pengaruh Oksigen Terhadap Ikan ................................................ 10

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelolaan kualitas air adalah ilmu yang mempelajari tentang upaya
pemeliharaan kualitas air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya.
Dalam kegiatan budidaya perairan, yang dimaksud dengan pengelolaan kualitas
air meliputi program kegiatan yang mengarahkan perairan budidaya pada
keseimbangan ekosistem perairan dalam suatu wadah yang terbatas, agar tercipta
suatu kondisi perairan yang menyerupai habitat alami biota air yang
dibudidayakan, baik dari segi sifat, tingkah laku, maupun secara ekologinya.
Air merupakan media kehidupan biota air yang sangat menentukan berhasil
tidaknya dalam suatu usaha budidaya perairan. Faktor penentu ini dikarenakan
seluruh kehidupan biota air sangat bergantung pada kondisi air, antara lain; untuk
kebutuhan respirasi, keseimbangan cairan tubuh, proses fisiologis serta ruang
gerak. Kebutuhan kondisi air ini sangat berpengaruh pada pengkondisian kualitas
yang sesuai dengan kebutuhan biota air.
Kualitas air pada kegiatan budidaya perairan mudah sekali berfluktuasi yang
dipengaruhi oleh aktifitas kehidupan biota air itu sendiri maupun oleh lingkungan
sekitarnya. Kecenderungan akibat pengaruh ini seringkali dapat menurunkan
kualitas air yang dapat menyebabkan terganggunya fisiologis biota air.Untuk
memudahkan pengelolaan dalam kualitas air, maka parameter kualitas air
dibedakan dalam 3 bagian yaitu berdasarkan fisika, kimia dan biologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kualitas air?
2. Apa yang menjadi hal pengukur peenentu kualitas air
3. Apa saja konsep konsep kualitas air?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Kualitas Air


            Air merupakan media internal dan eksternal bagi organisme di perairan.
Dalam dunia budidaya, kualias air didefinisikan sebagai kesesuaian air untuk
kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisme perairan. Pengelolaan kualitas
air dimaksudkan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas air agar layak
bagi kehidupan organisme yang dibudidayakan.
Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan
parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologis.
            Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji
kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas
air adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan
sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi
alamiahnya.
Jadi, Manajemen kualitas air adalah Suatu usaha untuk menjaga kondisi
air tetap dalam kondisi baik untuk budidaya ikan dengan memperhatikan faktor
fisik, kimia dan biologinya.
Fisika meliputi : Suhu, Cahaya, Kecerahan, Warna air, Kekeruhan, Padatan
tersuspensi, Kimia meliputi : pH, DO (oksigen terlarut), amonia, CO2 dan
Nitrogen, dan Biologi meliputi:
Plankton dan bakteri.

2
2.2 Konsep Kualitas Air
Identifikasi kualitas air dengan melakukan pengukuran dan analisis
kualitas air dapat dilakukan dengan pemahaman yang baik pada konsep dasar
fisika tentang resistivitas dan konduktivitas, serta konsep dasar kimia tentang
larutan asam, basa, garam, larutan buffer, dan hidrolisis garam. Korelasi nilai
hambatan dengan kualitas air menggunakan konsep sifat air sangat murni
(ultrapure water) yang dikembangkan oleh Bevilacqua.
Nilai resistivitas atau nilai hambatan adalah nilai kemampuan air untuk
menghambat arus listrik sedangkan nilai konduktivitas atau nilai hantaran adalah
nilai kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik. Nilai resistivitas dan nilai
konduktivitas merupakan nilai yang saling berbanding terbalik dimana makin
besar nilai resistivitas, makin kecil nilai konduktivitas, dan sebaliknya makin kecil
nilai resistivitas, makin besar nilai konduktivitas. Nilai resistivitas maupun
konduktivitas sangat dipengaruhi oleh kandungan ion-ion yang terlarut dalam air.
Ion-ion yang terlarut dalam air memberikan pengaruh pada sifat kimia air apakah
air bersifat masam, basis, atau netral. Menurut Arrhenius, senyawa asam
merupakan senyawa yang melepas ion H+ saat terjadi ionisasi sedangkansenyawa
basa adalah senyawa  yang melepas ion OH- saat terjadi ionisasi.
Berdasarkan pemahaman tersebut maka air menurut Arrhenius memiliki
sifat dualisme yaitu bersifat asam maupun basa karena saat terjadi ionisasi, air
melepas ion H+ dan OH-. Menggunakan konsep Arrhenius tersebut dan konsep air
sangat murni (ultrapure water) maka air memiliki dua potensi yang seimbang
untuk menjadi asam maupun basa. Karena dua potensi yang seimbang tersebut
maka masing-masing ion memiliki nilai beda potensial yang sama. Air sangat
murni yang diteliti oleh Bevilacqua masih memiliki nilai hambatan, walau
hambatan nilai air sangat murni besar sekali namun air sangat murni tersebut
untuk kajian kajian mendalam tentang sifat-sifat semi konduktor belum dapat
dianggap memiliki hambatan yang tak hingga. Mengacu pada konsep air sangat
murni maka semakin besar nilai resistivitas akan menunjukkan kemurnian air
yang semakin tinggi sedangkan semakin kecil nilai resistivitas akan menunjukkan
tingkat kemurnian air yang semakin rendah.

3
Berdasarkan penelitian Anthony C Bevilacqua,  penyebab ketidakmurnian
air dunia pada umumnya adalah adanya campuran dari tiga macam senayawa
yaitu HCl untuk senyawa asam, NaOH untuk senyawa basa, dan NaCl untuk
senyawa garam. Pendekatan secara fisika untuk menduga kandungan kimia air
dapat dilakukan melalui penggunaan konsep asam-basa Bronsted-Lowry. Konsep
asam-basa Bronsted-Lowry adalah konsep asam-basa yang digunakan pada ilmu
kimia modern dimana konsep ini juga memberikan penjelasan tentang dua sifat
netral air yang dapat berasa asin maupun berasa tawar. Sifat air yang diukur
dengan parameter pH untuk sifat air dapat berarti bahwa air tersebut murni tidak
mengadung zat asam-basa atau pun tidak murni yaitu air dapat mengandung asam,
basa, ataupun keduanya. Asam merupakan senyawa yang melepaskan ion
H+ sedangkan basa adalah senyawa yang menangkap ion H+. Senyawa asam yang
melepas ion H+ disebut dengan basa konjugasi sedangkan senyawa basa yang
menangkap ion H+ disebut asam konjugasi. Baik asam maupun basa memiliki
sifat elektrolit yang berbeda-beda. Asam atau basa yang menghantarkan listrik
dengan baik disebut dengan asam atau basa kuat sedangkan asam atau basa yang
menghantarkan listrik dengan lemah disebut asam atau basa lemah. Air yang
mengandung senyawa asam dan basa sekaligus akan memiliki sifat-sifat
yang  berbeda yang bergantung pada kekuatan asam atau basa yang terlarut. Air
yang mengandung senyawa asam kuat dan basa kuat akan memiliki sifat netral
dengan rasa yang asin. Air yang mengandung senyawa asam kuat dan basa lemah
akan memiliki sifat masam dengan rasa asam. Air yang mengandung senyawa
basa kuat dan asam lemah akan memiliki sifat basis dengan rasa basa. Air yang
mengandung senyawa asam lemah dan basa lemah akan memiliki sifat dan rasa
yang dikontrol oleh dominasi kekuatan asam atau basa yang terlarut. Pengukuran
pH, nilai hambatan, dan analisis lingkungan perairan akan dapat digunakan untuk
menganalisis kemungkinan kandungan kimia pada air.

2.3.1 Parameter Kualitas Air


a. Parameter Fisika
1) Kecerahan

4
            Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan
daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula
sebaliknya.
            Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan
dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari untuk tembus sampai
kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Dengan mengetahui
kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada
kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang
tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau
keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan dan udang
budidaya.

2) Suhu 
            Suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam
pengkajian-pengkajian kaelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja
untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi juga dengan kaitannya
kehidupan hewan atau tumbuhan. Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk
pengkajian meteorologi. Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi
meteorologi. Faktor- faktor metereolohi yang berperan disini adalah curah hujan,
penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan radiasi matahari.
            Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu
penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu
perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan
biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan
suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian
bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)(Kordi dan Andi,2009).
Suhu sangat berpengaruh pada proses metabolisme ikan. Suhu perairan yang
optimal (sesuai kebutuhan ikan didaerah tropis) adalah 27 – 31oC. Pada suhu
perairan dibawah 250C dapat menurunkan kecepatan metabolisme ikan, sehingga
ikan akan terhambat pertumbuhannya. Sedangkan bila suhu perairan di atas 350C
dapat menyebabkan kematian ikan.

5
3) Kekeruhan
Kekeruhan air dapat dianggap sebagai indikator kemampuan air dalam
meloloskan cahaya yang jatuh kebadan air, apakah cahaya tersebut kemudian
disebarkan atau diserap oleh air. Semakin kecil tingkat kekeruhan suatu perairan,
semakin dalam cahaya dapat masuk kedalam badan air, dan demikian semakin
besar kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk melakukan proses fotosintesis.

4) Zat Padatan Terlarut (density/berat jenis/TDS)


Pada suhu 4 oC-(3,95oC ) air murni mempunyai kepadatan yang maksimum
yaitu 1 (satu), sehingga kalau suhu air naik, lebih tinggi dari 4 oC kepadatan/berat
jenisnya akan turun, demikian juga kalau suhunyanlebih rendah dari 4oC. Sifat air
yang demikian itu, maka akan terjadi pelapisan-pelapisan suhu air padandanau
atau perairan dalam, yaitu pada lapisan dalam suatu perairan  suhu air makin
rendah disbanding pada permukaan air. Akan tetapi bila air membeku jadi es, es
tersebut akan terapung. Akibat dari sifat tersebut akan menimbulkan
pergolakan/perpindahan massa air dalam perairan tersebut, baik secara vertikal
maupun horizontal. Sifat air ini mengakibatkan pada perairan didaerah yang
beriklim dingin yang membeku perairannya hanya pada bagian atasnya saja
sedangkan pada bagian bawahnya masih berupa cairan sehingga kehidupan
organisme akuatik masih tetap berlangsung. Selain itu keuntungan adanya gerakan
air ini dapat mendistribusikan/ menyebarkan berbagai zat ke seluruh perairan,
sebagai sumber mineral bagi fitoplankton dan fitoplankton sebagai makanan ikan
maupun hewan air lainnya.
Dasar perairan adalah merupakan akumulasi pengendapan mineral-mineral
yang merupakan persediaan “nutrient” yang akan dimanfaatkan oleh mahluk
hidup (yang pada umumnya tinggal didaerah permukaan air karena mendapatkan
sinar matahari yang cukup). Pada perairan yang oligotrof (cukup banyak
mengandung mineral), aliran vertikal tidak banyak membawa keberuntungan,
justru sebaliknya dapat mengendapkan mineral-mineral yang datang dari tempat
lain kedasar perairan, mineral-mineral tersebut akan di absorbsi oleh dasar
perairan .Sedangkan kerugian adanya aliran air ini adalah terutama aliran air yang

6
vertikal sering menimbulkan “upwalling” pada danau-danau, sehingga
menyebabkan keracunan dan kematian ikan secara masal. Hal ini disebabkan
kondisi air yang anaerob (oksigen rendah) dan zat-zat beracun dari dasar perairan
akan naik kepermukaan air.

b. Parameter Kimia
1) pH
pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen
menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+dan OH- dalam
jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak banyak ion
OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian
disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+makin rendah PH dan cairan
tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat memadai kehidupan bagi air
tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana air dasar tambak memiliki potensi
keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.
  pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi
kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat
membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi),  kandungan
oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun,
aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada
suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik
dalam air dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan
Andi,2009).

2) Oksigan Terlarut / DO
Konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, makin tinggi suhu,
makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut, oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan dari hasil proses
fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut
ini sangat memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan
organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen
diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga terbentuk
energi yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20.

7
 Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam
air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya
didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas biota
akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua
aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif
yang terandung pada metabolisme ikan (Kordi dan Andi,2009).
DO atau kelarutan oksigen dalam air merupakan faktor kritis bagi budidaya
ikan. Oksigen merupakan kebutuhan pokok bagi biota air pada umumnya. Udara
di atmosfir mengandung oksigen sebanyak 20,95% dari volume udara. Sedangkan
dalam air kelarutan oksigen diukur dalam mg / liter air atau berat oksigen (mg)
per juta mg air (ppm). Kelarutan oksigen tergantung pada;
1. Suhu air
2. Tekanan udara
3. Tekanan uap air.

Proses oksigen masuk dalam darah ikan


Oksigen masuk ke haemoglobin diatur oleh tekanan oksigen. Pada insang
tekanan oksigen dalam air lebih tinggi dibanding dalam darah, sehingga oksigen
dapat masuk dalam haemoglobin darah. Dalam jaringan oksigen digunakan sangat
cepat, menyebabkan tekanan oksigen dalam jaringan lebih rendah dibanding
dalam darah, sehingga haemoglobin melepaskan oksigen dari darah ke dalam
jaringan.
Tabel Pengaruh Oksigen Terhadap Ikan
Dissolved Oxygen (DO) dalam Efek pada ikan
mg/liter air (ppm)
<5 Ikan cepat mati
1-5 Ikan dapat hidup tetapi reproduksi
rendah dan pertumbuhan lambat
>5 Pertumbuhan dan reproduksi normal

Peningkatan suhu 1°C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%.


Untuk mempertahankan hidupnya, maka makhluk hidup yang tinggal di air baik
tanaman maupun hewan tergantung pada kadar oksigen terlarut. Oksigen

8
berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman tergantung pada pencampuran
(miksin) dan prgerakan (turbulensi) massa air, aktifitas fotosintesis respirasi dan
limbah (effluent) yang masuk ke badan air. Di perairan air tawar, kadar oksigen
terlarut antara 15 mg/l pada suhu 0º C dan 8 mg/l pada suhu 25ºC.
Oksigen sangatlah diperlukan bagi ekosistem yang dibudidayakan. Adanya
oksigen sangatlah berpengaruh pada tingkat ketahanan Ekosistem (ikan) itu
sendiri untuk bisa mempertahankan hidup. Kadar oksigen terlarut dalam suatu
wadah budidaya ikan sebaiknya berkisar antara 7-9 ppm. Konsentrasi oksigen
terlarut ini sangat menentukan dalam aquakultur.
Kadar osigen terlarut dalam wadah budidaya ikan dapat ditentukan dengan
dua cara yaitu dengan cara titrasi dan dengan menggunakan alat yang disebut
dengan DO meter (dissolved oxygen).

3) Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan.
Pengertian salinitas yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang
terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas ini merupakan
gambaran tentang padatan total didalam air setelah  menjadi oksida, semua
bromida dan iodida digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah
dioksidasi. Pengertian salinitas yang lainnya adalah jumlah segala macam garam
yang terdapat dalam 1000 gr air contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau
air laut pada umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa
pahit pada air laut, KNO3 dan lainlain. Salinitas dapat dilakukan pengukuran
dengan menggunakan alat yang disebut dengan Refraktometer atau salinometer.
Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau
promil (o/oo). Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5
ppt, perairan payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar
antara 30–35 ppt.

4) Alkalinitas

Untuk menjaga pH air tetap stabil pada kisaran 6,8 maka perlu suatu proses
kimia yang dinyatakan dalam alkalinitas. Alkalinitas adalah kemampuan pem-

9
bufffer-an dari ion bikarbonat, ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion
tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga dapat
menurunkan keasaman atau menaikkan pH. Alkalinitas merupakan besaran yang
menunjukkan kandungan ion bikarbonat (HCO3 - ) dan karbonat (CO3 = ) di
dalam air. Dalam perairan tawar, pada kisaran pH netral, ion bikarbonat lebih
dominan, sedangkan pada perairan laut, ion karbonat lebih berperan.
Secara alami air banyak mengandung bikarbonat (HCO3ˉ) yaitu; 1. Hasil
ionisasi asam karbonat (H2CO3), bila perairan jenuh akan CO2. 2. Selain itu CO2
dapat bereaksi dengan bebatuan juga menghasilkan bikarbonat (HCO3ˉ). Pada air
yang jenuh dengan CO2 maka keseimbangan kimia terjadi sebagai berikut:

(a) H2O + CO2  H2CO3  H + + HCO3ˉ


(b) 2HCO3ˉ  CO2 + CO3 = + H2O
(c) CO3 = + H2O  HCO3ˉ + OHˉ

Pada air yang mengandung zat kapur (CaCO3) maka keseimbangan kimia
terjadi sebagai berikut:

(a) CaCO3 + CO2 + H2O  Ca++ + 2 HCO3ˉ


(b) 2HCO3ˉ  CO2 + CO3 = + H2O
(c) Ca++ + CO3 =  CaCO3

Alkalinitas umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat


(CaCO3).
Nilai alkalinitas berkaitan dengan jenis perairan. Jika perairan dengan nilai
alkalinitas kurang dari 40 mg/liter CaCO3 disebut sebagai perairan lunak (soft
water). Sedangkan perairan yang alkalinitasnya lebih dari 40 mg/liter CaCO3
disebut dengan perairan keras (hard water). Perairan dengan nilai alkalinitas yang
tinggi lebih produktif daripada perairan dengan nilai alkalinitas yang rendah.
Perairan dengan alkalinitas yang rendah. Pada umumnya lingkungan yang baik
bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas di atas 20 ppm.

10
Perairan mempunyai kemampuan untuk menjaga kestabilan pH sampai
batas tertentu yaitu dapat bertahan terhadap berbagai perubahan pH. 12
Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan pH dikenal dengan istilah
kapasitas pem-buffer-an pH.
Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan melalui alkalinitas dengan
proses sbb:
CO2 + H2O  H2CO3  H + + HCO3ˉ  CO3 = + 2H+ CO3 = (ion karbonat)
pada keseimbangan kimia di atas, maka dinyatakan sebagai alkalinitas air.
Sedangkan H+ (ion H) merupakan sumber keasaman. Proses keseimbangan di
atas merupakan reaksi bolak-balik, artinya reaksi dapat berjalan ke arah kanan
(menghasilkan H+ ) atau ke arah kiri (menghasilkan CO2).
Oleh karena itu, apabila masuk dalam perairan tersebut asam (ion H+ ),
maka H+ tersebut akan segera diikat oleh ion CO3 dan reaksi bergerak kekiri
menghasilkan CO2, (CO2 lepas ke udara). Pada saat asam baru ditambahkan, pH
akan terukur rendah, tapi setelah beberapa waktu kemudian, ketika reaksi mulai
bergerak ke kiri, pH akan kembali bergerak ke angka semula.
Dengan demikian bila akan menghendaki penurunan pH pada perairan yang
mengandung kapur tinggi, tidak akan efektif kalau hanya dilakukan dengan
penambahan asam saja.
Bila hanya dengan penambahan asam saja maka jumlah yang diberikan
harus dalam jumlah lebih banyak yaitu untuk mengatasi alkalinitasnya terlebih
dahulu, seperti ditunjukkan pada reaksi di atas. Oleh karena itu perlu menurunkan
alkalinitas dahulu dengan mendidihkan air atau dengan melalukan air pada
gambut. Sedangkan untuk menaikkan alkalinitas dengan menambahkan kalsium
karbonat (CaCO3).

5) Salinitas
Salinitas air adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan.
Pengertian salinitas air yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam
yang terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas air ini merupakan
gambaran tentang padatan total didalam air setelah semua karbonat dikonversi
menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh chlorida dan semua

11
bahan organik telah dioksidasi.Pengertian salinitas air yang lainnya adalah jumlah
segala macam garam yang terdapat dalam 1000 gr air contoh. Garam-garam yang
ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang
menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan lain-lain.
Salinitas air dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat yang
disebut dengan refraktometer atau salinometer (Alat Pengukur Salinitas Air).
Satuan untuk pengukuran salinitas air adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau
promil (°/оо). Nilai salinitas air untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5
ppt (Salinitas air Tawar), perairan payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt
(Salinitas air Payau) dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt. (Salinitas air
Laut).

12
13
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini ialah, anatara lain :
1.      Manajemen kualitas air adalah Suatu usaha untuk menjaga kondisi air tetap
dalam kondisi baik untuk budidaya ikan dengan memperhatikan faktor fisik,
kimia dan biologinya.
2.      Parameter yang berperan dalam kualitas pada perairan yaitu, pada fisika
meliputi : Suhu, Cahaya, Kecerahan, Warna air, Kekeruhan, Padatan tersuspensi,
Kimia meliputi : pH, DO (oksigen terlarut), amonia, CO2 dan Nitrogen, dan
Biologi
meliputi : Plankton dan bakteri
3.      Identifikasi kualitas air dengan melakukan pengukuran dan analisis kualitas
air dapat dilakukan dengan pemahaman yang baik pada konsep dasar fisika
tentang resistivitas dan konduktivitas, serta konsep dasar kimia tentang larutan
asam, basa, garam, larutan buffer, dan hidrolisis garam
4.      BOD dan COD adalah parameter yang menjadi baku mutu berbagai air
limbah industri selain beberapa parameter kunci lainnya.
5.      Peran kualitas air sangat penting  dalam mendukung kehidupan di muka bumi,
semua mahluk hidup sangat tergantung terhadap air , Kualitas dan Kuantitas Air.

14
DAFTAR PUSTAKA

Acehpedia. 2010. Fungsi Unsur Hara. Diakses dari http://acehpedia.org/ Fungsi


Unsur Hara. Diakses 25 Mei 2016
Kordi, M.G. dan Andi, B. T. 2009.Pengolahan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Effendi, H. (2000). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius

15

Anda mungkin juga menyukai