Anda di halaman 1dari 21

Makalah Teknologi Pembesaran Ikan

MANAJEMEN KUALITAS AIR DAN HAMA PENYAKIT

PADA KOLAM BUDIDAYA IKAN

Oleh :

Meurah Maulidia Elfira


1911102010133

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
APRIL
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pembesaran Ikan
dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan dan penyusunan makalah ini merupakan serangkaian
aktivitas terpadu dan komprehensif dalam mencapai sasaran pembelajaran agar tercapai secara
maksimal dan optimal.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan karena keterbatasan kemampuan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing dalam mata kuliah ini.

Kami berharap dengan Rahmat Allah SWT semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun
dengan terbuka kami terima untuk meningkatkan kualitas makalah ini.

Banda Aceh, April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Manajemen Kualitas Air ................................................................................................... 3
2.2 Konsep Kualitas Air ............................................................................................................................ 3
2.3 Parameter Baku Mutu ......................................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan di
bumi. Sumber air tersebut ada yang diperoleh dari air tanah, mata air, air sungai,
danau, dan air laut. Sumber air di bumi tersebut berasal dari suatu siklus air dimana
tenaga matahari merupakan sumber panas yang mampu menguapkan air. Air baik
yang berada didarat maupun d laut akan menguapa oleh panas matahari. Uap
kemudian naik berkumpul menjadi awan. Awan mengalami kondensasi dan
pendinginan akan membentuk titik-titik air dan akhirnya akan menjadi hujan. Air
hujan jatuh ke bumi sebagian mengalir meresap kedalam tanah menjadi air tanah dan
mata air, sebagian mengalir melalui saluran yang disebut air sungai, sebagian lagi
terkumpul dalam danau/rawa dan sebagian lagi kembali ke laut.

Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan
muara. Sumber Daya Air dikelola berdasarkan asas kelestarian, kesimbangan,
kemanfaat umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta
transparansi dan akuntabilitas

Menurut UU.No 7 Tahun 2004 menyebutkan bahwa, Pengelolaan Sumber


Daya Air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
pelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air. Secara umum, Pengelolaan Sumber Daya Air meliputi ;
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengkoordinasian, pengendalian,
pengawasan, penganggaran dan keuangan.

Pengeloaan Sumber Daya Air juga dapat didefinisikan sebagai aplikasi dari
cara struktural dan non-struktural, untuk mengendalikan system sumber daya air alam
dan buatan manusia untuk kepentingan/manfaat manusia dan tujuan-tujuan
lingkungan. Tindakan-tindakan struktur (structural measure) untuk pengelolaan air
adalah fasilitas-fasilitas terbangun (constructed facilities) yang digunakan untuk

1
mengendalikan aliran air baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Tindakan-tindakan
non-struktural (non-structual measure) untuk pengelolaan air adalah program-
program atau aktifitas-aktifitas yang tidak membutuhkan fasilitas-fasilitas terbangun.
(Grigg, 1996)

Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai


kualitas yang diinginkan sesuai fungsi peruntukannya untuk menjamin agar kualitas
air tetap dalam kondisis alamiahnya. Pengendalian pencemaran air adalah upaya
pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk
menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.

Tindakan-tindakan pengelolaan dalam upaya pengaturan kualitas air


menurut Brooks dkk, (1994), dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : pengaturan, fiscal,
dan pengelolaan serta investasi public secara langsung. Dalam pengaturan hal-hal
yang berkaitan dengan kualitas air meliputi zooning, regulasi, peraturan-peraturan
spesifik tentang air dan tanah, pengendalian, perijinan, larangan dan lisensi. Untuk
kategori fiscal meliputi harga, pajak, subsidi, denda, dan bantuan. Sedangkan yang
masuk dalam kategori pengelolaan dan investasi publik antara lain bantuan teknis,
riset, pendidikan dan pengelolaan tanah dan air, instansi dan infrstuktur.

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah Manajemen Kualitas Air ini adalah untuk mengetahui
parameter - parameter yang ada untuk mengukur suatu kualitas pada perairan serta
membandingkan berbagai parameter perairan utamanya kimia dan fisika untuk
keperluan analisis dalam manajemen kualitas air dan mempelajari pencemaran yang
ada pada perairan dan hubungannya dengan tingkat pertumbuhan manusia.
1.3 Manfaat
Maksud dari pembelajaran Manajemen Kualitas Air adalah untuk mengetahui
kualitas yang baik pada perairan dan parameter-parameter yang berperan pada suatu
perairan baik fisika, kimia, dan biologi sehingga memungkinkan organisme yang
hidup didalamnya bisa terus tumbuh dan berkembang.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Kualitas Air
Air merupakan media internal dan eksternal bagi organisme di perairan.
Dalam dunia budidaya, kualias air didefinisikan sebagai kesesuaian air untuk
kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisme perairan. Pengelolaan kualitas air
dimaksudkan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas air agar layak bagi
kehidupan organisme yang dibudidayakan.
Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air.
Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis (Masduqi,2009).
Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia,
fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah
upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.
Jadi, Manajemen kualitas air adalah Suatu usaha untuk menjaga kondisi air tetap
dalam kondisi baik untuk budidaya ikan dengan memperhatikan faktor fisik, kimia
dan biologinya. Fisika meliputi : Suhu, Cahaya, Kecerahan, Warna air, Kekeruhan,
Padatan tersuspensi, Kimia meliputi : pH, DO (oksigen terlarut), amonia, CO2 dan
Nitrogen, dan Biologi meliputi Plankton dan bakteri
2.2 Konsep Kualitas Air
Identifikasi kualitas air dengan melakukan pengukuran dan analisis kualitas
air dapat dilakukan dengan pemahaman yang baik pada konsep dasar fisika tentang
resistivitas dan konduktivitas, serta konsep dasar kimia tentang larutan asam, basa,
garam, larutan buffer, dan hidrolisis garam. Korelasi nilai hambatan dengan kualitas
air menggunakan konsep sifat air sangat murni (ultrapure water) yang dikembangkan
oleh Bevilacqua.

3
Nilai resistivitas atau nilai hambatan adalah nilai kemampuan air untuk
menghambat arus listrik sedangkan nilai konduktivitas atau nilai hantaran adalah nilai
kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik. Nilai resistivitas dan nilai
konduktivitas merupakan nilai yang saling berbanding terbalik dimana makin besar
nilai resistivitas, makin kecil nilai konduktivitas, dan sebaliknya makin kecil nilai
resistivitas, makin besar nilai konduktivitas. Nilai resistivitas maupun
konduktivitas sangat dipengaruhi oleh kandungan ion-ion yang terlarut dalam air.
Ion-ion yang terlarut dalam air memberikan pengaruh pada sifat kimia air apakah air
bersifat masam, basis, atau netral. Menurut Arrhenius, senyawa asam merupakan
senyawa yang melepas ion H+ saat terjadi ionisasi sedangkansenyawa basa adalah
senyawa yang melepas ion OH- saat terjadi ionisasi.
Berdasarkan pemahaman tersebut maka air menurut Arrhenius memiliki sifat
dualisme yaitu bersifat asam maupun basa karena saat terjadi ionisasi, air melepas ion
H+ dan OH-. Menggunakan konsep Arrhenius tersebut dan konsep air sangat murni
(ultrapure water) maka air memiliki dua potensi yang seimbang untuk menjadi asam
maupun basa. Karena dua potensi yang seimbang tersebut maka masing-masing ion
memiliki nilai beda potensial yang sama. Air sangat murni yang diteliti oleh
Bevilacqua masih memiliki nilai hambatan, walau hambatan nilai air sangat murni
besar sekali namun air sangat murni tersebut untuk kajian kajian mendalam tentang
sifat-sifat semi konduktor belum dapat dianggap memiliki hambatan yang tak hingga.
Mengacu pada konsep air sangat murni maka semakin besar nilai resistivitas akan
menunjukkan kemurnian air yang semakin tinggi sedangkan semakin kecil nilai
resistivitas akan menunjukkan tingkat kemurnian air yang semakin rendah.
Berdasarkan penelitian Anthony C Bevilacqua, penyebab ketidakmurnian air dunia
pada umumnya adalah adanya campuran dari tiga macam senayawa yaitu HCl untuk
senyawa asam, NaOH untuk senyawa basa, dan NaCl untuk senyawa garam.
Pendekatan secara fisika untuk menduga kandungan kimia air dapat dilakukan
melalui penggunaan konsep asam-basa Bronsted-Lowry. Konsep asam-basa
Bronsted-Lowry adalah konsep asam-basa yang digunakan pada ilmu kimia modern
dimana konsep ini juga memberikan penjelasan tentang dua sifat netral air yang dapat

4
berasa asin maupun berasa tawar. Sifat air yang diukur dengan parameter pH untuk
sifat air dapat berarti bahwa air tersebut murni tidak mengadung zat asam-basa atau
pun tidak murni yaitu air dapat mengandung asam, basa, ataupun keduanya. Menurut
Bronsted-Lowry, Asam merupakan senyawa yang melepaskan ion H+ sedangkan
basa adalah senyawa yang menangkap ion H+. Senyawa asam yang melepas ion H+
disebut dengan basa konjugasi sedangkan senyawa basa yang menangkap ion H+
disebut asam konjugasi. Baik asam maupun basa memiliki sifat elektrolit yang
berbeda-beda. Asam atau basa yang menghantarkan listrik dengan baik disebut
dengan asam atau basa kuat sedangkan asam atau basa yang menghantarkan listrik
dengan lemah disebut asam atau basa lemah. Air yang mengandung senyawa asam
dan basa sekaligus akan memiliki sifat-sifat yang berbeda yang bergantung pada
kekuatan asam atau basa yang terlarut. Air yang mengandung senyawa asam kuat dan
basa kuat akan memiliki sifat netral dengan rasa yang asin. Air yang mengandung
senyawa asam kuat dan basa lemah akan memiliki sifat masam dengan rasa asam. Air
yang mengandung senyawa basa kuat dan asam lemah akan memiliki sifat basis
dengan rasa basa. Air yang mengandung senyawa asam lemah dan basa lemah akan
memiliki sifat dan rasa yang dikontrol oleh dominasi kekuatan asam atau basa yang
terlarut. Pengukuran pH, nilai hambatan, dan analisis lingkungan perairan akan dapat
digunakan untuk menganalisis kemungkinan kandungan kimia pada air.
2.3 Parameter Baku Mutu
Dalam kasus-kasus pencemaran perairan, baik itu laut, sungai, danau maupun
waduk, seringkali diberitakan bahwa nilai BOD dan COD perairan telah melebihi
baku mutu. Atau sebaliknya, pada kasus pencemaran lainnya yang mendapat protes
dari masyarakat sehubungan dengan adanya limbah industri, ditanggapi dengan dalih
bahwa nilai BOD dan COD perairan masih memenuhi baku mutu. Dalam salah satu
harian (Kompas edisi Senin, 12 Desember 1994) juga terdapat suatu berita dengan
judul “Sebaiknya, parameter BOD dan COD tak dipakai penentu baku mutu limbah”
yang kurang lebih merupakan pendapat dari salah satu pakar bioremediasi lingkungan
dari Universitas Sriwijaya, Palembang. Menurut pakar tersebut, dalam banyak kasus
kesimpulan yang hanya didasarkan pada hasil analisis BOD dan COD (juga pH)

5
belum merupakan jawaban ada tidaknya pencemaran lingkungan oleh suatu industri.
Di sisi lain, BOD dan COD adalah parameter yang menjadi baku mutu berbagai air
limbah industri selain beberapa parameter kunci lainnya. Nampaknya terdapat
persepsi pada sementara kalangan yang menempatkan BOD dan COD agak
berlebihan dari yang seharusnya. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam tulisan ini
akan dikaji apa itu sebenarnya BOD dan COD, bagaimana cara atau prinsip
pengukurannya, dan apakah memang sebaiknya tidak dipakai sebagai penentu baku
mutu air limbah.
Pengertian BOD dan COD
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991). Ditegaskan lagi
oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah
bahan organik yang siap terdekomposisi (readily decomposable organic matter).
Mays (1996) mengartikan BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan
oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap
masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari pengertianpengertian ini dapat
dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk
mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai
(biodegradable organics) yang ada di perairan.
Sedangkan COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd,
1990). Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan
menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan
katalisator perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segala macam
bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan
teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan
gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai

6
BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD
menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.
2.3.1 Parameter Kualitas Air
a. Parameter Fisika
1) Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya
tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula
sebaliknya(Erikarianto,2008).
Menurut Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya yang
diteruskan kedalam air dan dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari
untuk tembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air.
Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana
masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah
yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau
keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan dan udang
budidaya.
2) Suhu
Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat
perhatian dalam pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan
bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi juga dengan
kaitannya kehidupan hewan atau tumbuhan. Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk
pengkajian meteorologi. Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi.
Faktor- faktor metereolohi yang berperan disini adalah curah hujan, penguapan,
kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan radiasi matahari.
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran
organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan
tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air.
Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat

7
menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila
peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)(Kordi dan Andi,2009).
3) Kekeruhan
Kekeruhan air dapat dianggap sebagai indikator kemampuan air dalam
meloloskan cahaya yang jatuh kebadan air, apakah cahaya tersebut kemudian
disebarkan atau diserap oleh air. Semakin kecil tingkat kekeruhan suatu perairan,
semakin dalam cahaya dapat masuk kedalam badan air, dan demikian semakin besar
kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk melakukan proses fotosintesis (Asdak, 2007).
4) Kepadatan (density/berat jenis)
Pada suhu 4 oC-(3,95oC ) air murni mempunyai kepadatan yang maksimum
yaitu 1 (satu), sehingga kalau suhu air naik, lebih tinggi dari 4oC kepadatan/berat
jenisnya akan turun, demikian juga kalau suhunyanlebih rendah dari 4 oC. Sifat air
yang demikian itu, maka akan terjadi pelapisan-pelapisan suhu air padandanau atau
perairan dalam, yaitu pada lapisan dalam suatu perairan suhu air makin rendah
disbanding pada permukaan air. Akan tetapi bila air membeku jadi es, es tersebut
akan terapung. Akibat dari sifat tersebut akan menimbulkan pergolakan/perpindahan
massa air dalam perairan tersebut, baik secara vertikal maupun horizontal. Sifat air ini
mengakibatkan pada perairan didaerah yang beriklim dingin yang membeku
perairannya hanya pada bagian atasnya saja sedangkan pada bagian bawahnya masih
berupa cairan sehingga kehidupan organisme akuatik masih tetap berlangsung. Selain
itu keuntungan adanya gerakan air ini dapat mendistribusikan/ menyebarkan berbagai
zat ke seluruh perairan, sebagai sumber mineral bagi fitoplankton dan fitoplankton
sebagai makanan ikan maupun hewan air lainnya.
Dasar perairan adalah merupakan akumulasi pengendapan mineral-mineral
yang merupakan persediaan “nutrient” yang akan dimanfaatkan oleh mahluk hidup
(yang pada umumnya tinggal didaerah permukaan air karena mendapatkan sinar
matahari yang cukup). Pada perairan yang oligotrof (cukup banyak mengandung
mineral), aliran vertikal tidak banyak membawa keberuntungan, justru sebaliknya
dapat mengendapkan mineral-mineral yang datang dari tempat lain kedasar perairan,
mineral-mineral tersebut akan di absorbsi oleh dasar perairan .Sedangkan kerugian

8
adanya aliran air ini adalah terutama aliran air yang vertikal sering menimbulkan
“upwalling” pada danau-danau, sehingga menyebabkan keracunan dan kematian ikan
secara masal. Hal ini disebabkan kondisi air yang anaerob (oksigen rendah) dan zat-
zat beracun dari dasar perairan akan naik kepermukaan air.
5) Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan.
Pengertian salinitas yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang
terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas ini merupakan gambaran
tentang padatan total didalam air setelah menjadi oksida, semua bromida dan iodida
digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Pengertian
salinitas yang lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat dalam 1000
gr air contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah
Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan
lainlain. Salinitas dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat yang
disebut dengan Refraktometer atau salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas
adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (o/oo). Nilai salinitas untuk
perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt, perairan payau biasanya berkisar
antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt.
b. Parameter Kimia
1) pH
Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur
dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari
ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak
banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan
demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+makin rendah PH dan
cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat memadai kehidupan bagi air
tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana air dasar tambak memiliki potensi
keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.
pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi
kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh

9
hewan budidaya. Pada pH rendah (keasaman tinggi), kandungan oksigan terlarut
akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan
selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas
dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 –
9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan Andi,2009).
2) Oksigan Terlarut / DO
Mnurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh
suhu, makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut, oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan
dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan
oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi
kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana
oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga
terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20.
Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam
air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya
didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas biota
akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua
aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif
yang terandung pada metabolisme ikan(Kordi dan Andi,2009).
3) CO2
Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-
tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis.
Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun
kandungannya yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi racu secara
langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak(Kordi dan Andi,2009).
Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi
keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana karbondioksida
memiliki kelarutan yang relatif banyak.

10
4) Amonia
Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat,
sebab sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul
(NH3) lebih beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk
molekul dapat bagian membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan
Andi,2009).
Menurut Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam adalah eksresi
amonia oleh ikan dan crustacea. Jumlah amonia yang dieksresikan oleh ikan bisa
diestimasikan dari penggunaan protei netto( Pertambahan protein pakan- protein ikan)
dan protein prosentase dalam pakan dengan rumus :
Amonia – Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0- NPU)(protein+6,25)(1000)
Keterangan : NPU : Net protein Utilization /penggunaan protein netto
Protein : protein dalam pakan
6,25 : Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.

5) Nitrat nitrogen
Menurut Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae
memanfaatkan senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber nitrogen
yang berasal dari senyawa nitrogen-organik. Beberapa bentuk senyawa nitrogen
(organik dan anorganik) yang terdapat dalam perairan konsentrasinya lambat laun
akan berubah bila didalamnya ada faktor yang mempengaruhinya sehingga antara lain
akn menyebabkan suatu permasalahan tersendiri dalam perairan tersebut.
Menurut Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di perairan yang tidak
terpolusi sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen tinggi pada
kolam yang diberi pupuk daripada yang hanya biberi pakan. Nitrogen juga
mengandung bahan organik terlarut. Konsentrsi organik nitrogan umumnya dibawah
1mg/liter pada perairan yang tidak polutan. Dan pada perairan yang planktonya
blooming dapat meningkat menjadi 2-3 mg/liter.

11
6) Orthophospat
Menurut Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah tesedia
bagi tanaman, tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum ditentukan dengan pasti.
Konsentrasi fosfor dalam air sangat rendah : konsentasi ortophospate yang biasanya
tidak lebih dari 5-20mg/liter dan jarang melebihi 1000mg/liter. Fosfat ditambahkan
sebagai pupuk dalam kolam, pada awalnya tinggi orthophospat yang terlarut dalam
air dan konsentrasi akan turun dalam beberapa hari setelah perlakuan.
Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter
biolagi yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya
kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung pada kandungan zat
hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat dan nitrat
disuatu perairan, secara alami terdapat sesuai dengan kebutuhan organisme yang
hidup diperairan tersebut.
C. Parameter Biologi
Parameter biologi dari kualitas air yang biasa dilakukan pengukuran untuk
kegiatan budidaya ikan adalah tentang kelimpahan plankton, benthos dan perifiton
sebagai organisme air yang hidup di perairan dan dapat digunakan sebagai pakan
alami bagi ikan budidaya.

a) Plankton
Plankton sebagai organisme perairan tingkat rendah yang melayang-layang di
air dalam waktu yang relatif lama mengikuti pergerakan air. Plankton pada umumnya
sangat peka terhadap perubahan lingkungan hidupnya (suhu, pH, salinitas, gerakan
air, cahaya matahari dll) baik untuk mempercepat perkembangan atau yang
mematikan. Berdasarkan ukurannya, plankton dapatdibedakan sebagai berikut :
1. Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/tanpa
pertolongan mikroskop).
2. Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton
net yang mata netnya 0,03 – 0,04 mm).
3. Nannoplankton atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net diatas).

12
Berdasarkan tempat hidupnya dan daerah penyebarannya, plankton dapat merupakan
:
1. Limnoplankton (plankton air tawar/danau)
2. Haliplankton (hidup dalam airmasin)
3. Hypalmyroplankton (khusus hidup di air payau)
4. Heleoplankton (khusus hidup dalam kolam-kolam)
5. Petamoplankton atau rheoplankton (hidup dalam air mengalir, sungai)

b) Bakteri
Sudjarwo, (2007) Pada ekosistem perairan alami bakteri memiliki peran
sebagai reduktor/dekomposer yang mengontrol proses komponen organik misalnya
polimer protein atau karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana, secara
umum bakteri berdasarakan cara mendapatkan oksigen dibagi menjadi dua yaitu
bakteri aerob dan anaerob. Kelompok aerob memerlukan oksigen bebas dalam
mengoksidasi nutrien (misalnya glukosa) untuk memperoleh energi contohnya
: Azotobacter, Nitrosomonas, Nitrococcus dan Nitrobacter. Silalahi (2001),
menyatakan dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai peranan yang
menguntungkan dan merugikan pada dunia akuakultur bakteri yang menguntungkan
contohnya :Basillus spp, Nitrosomonas, Nitrobacter bakteri tersebut berperan dalam
proses dekomposisi bahan organik dasar tambak dan berperan dalam proses
nitrifikasi.

2.3 Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Dampak yang ditimbulkan limbah sangat
bervariasi tergantung dari jeni slimbah , volume, jenis industri dan penggunaan
produk oleh masyarakat, limbah industri merupakan sumber utama yang
menyebabkan pencemaran air pada saat ini dan banyak fakta menunjukkan
peningkatan polusi setiap tahun terutama oleh Negara-Negara yang maju
industrinya, tingkat pembuangan limbah domestik dan industri sangat berfariasi serta

13
jumlah besar yang tidak diproses lebis lanjut menyebabkan kualitas perairan menjadi
tidak stabil serta kemampuan badan air tidak mampu mengencerkan terutama limbah
cair sehingga ketersedian kuantitas yang cukup dan kuantitas air yang memadai
menjadi terancam. Regulasi yang dihasilkan limbah industri mengejar hasil dan
keuntungan yang tinggi tanpa memperhatikan kaidah-kaidah keseimbangan dan
keberlanjutan ekologi yang pada akhirnya menimbulkan bahaya kesehatan terhadap
organisme dan manusia odumosu , 1992. Ogedengbe dan akinbile, 2004.
Sangodoin, 1991.
Pengelolaan air dan pembuangan limbah industri merupakan faktor
membutuhkan biaya yang signifikan dan aspek penting dalam menjalankan sebuah
industri. Limbah industri meningkatkan konsentrasi polutan baik air maupun
sedimen. Polutan pada konsentrasi yang tinggi dapat menjadi racun bagi organime
yang berbeda, efluen juga menimbulkan dampak negatif yang besar terhadap kualitas
air yang diperuntukkan untuk kepentingan manusia, maupun organisme. Sehingga
setiap efluan dianjukan untuk mentritmen limbah terlebih dahulu agar dapat
meminimalisir dampak, oleh karena itu setiap industri yang membuang limbah tanpa
melalui tritmen maka dikenakan sangsi berupa pengenaan biaya langsung,
pemantauan dan pengawasan sangat penting untuk menjamin perlindungan
sumberdaya air dan degradasi lebih lanjut. Setiap negara mencoba membuang limbah
dengan biaya rendah, sedangkan peraturan yang terapkan oleh pemerintah di perketat.
Konsumsi air di pada setiap Negara tidak hanya memperhatikan faktor ekonomi,
akan tetapi faktor pengelolaan limbah yang terkait dengan proses dan kinerja alat
sangat perperan dalam penurunan konsentrasi limbah sebelum dibuang ke
lingkungan. Selain itu, posisi industri yang menghasilkan produk alami, menjaga
citra mereka dalam memasarkan hasil produksinya dan kebijakan pengelolaan limbah
yang tepat dan sesuai dengan ketetapan pemerintah.

14
2.4 Hubungan Kualitas Air Dengan Tingkat Pertumbuhan Manusia
Lebih kurang perempat bagian dari permukaan bumi tertutup oleh air. Dari
segi ekosistem air dapat di bedakan menjadi air tawar, asin, laut, dan air payau. Dari
beberapa air tersebut yang tersebar adalah air laut dan air payau, sisanya adalah air
tawar yang justru dibutuhkan oleh manusia dan banyak jasad hidup lainnya untuk
keperluan hidup. Air bukanlah produk dari suatu hasil komersialisasi seperti halnya
barang yang lain, namun lebih condong disebut sebagai warisan yang harus
dilindungi, dipertahankan, dan diperlakukan dengan benar
Air merupakan hajat hidup kita. Kita meminumnya untuk mempertahankan
hidup. Kita mencuci dengan air. Air pula adalah hal yang utama bagi pertanian dalam
hal pengairan persa-wahan, dan juga bagi peternakan. Air dalam perindustrian
digunakan selain sebagai bagian dari proses produksi juga dipakai sebagai pendingin.
Selain itu, air menyediakan habitat hidup bagi ikan dan binatang air lainnya.
Disamping itu memiliki peran psikologis yang penting dalam hal menyediakan area
rekreasi juga bagi keindahan alam. Sebagai tambahan, air memiliki peran yang sangat
penting pula dalam proses dan membuang limbah yang berasal dari domestik atau
perindustrian. Pembua-ngan limbah padat atau cair ke perairan dapat menimbulkan
pencemaran air. Pencemaran air dapat muncul dalam berbagai macam cara. Bahan-
bahan seperti limbah kotoran domestik, bahan kimia, deterjen adalah pencemaran
yang umum dibuang ke perairan apakah itu disengaja atau tidak disengaja.. Perta-nian
juga salah satu penyebab utama dalam pencemaran air dalam hal penggunaan
pestisida atau pupuk yang berbahan kimia, disamping limbah industri, yaitu sisa
produksi yang ber-bentuk zat cair yang dibuang melalui pipa-pipa perusahaan ke
saluran air umum. Akibat pencemaran air pada saluran air ini dapat menyebabkan
kerusakan atau timbul penyakit bagi binatang serta tetumbuhan air, termasuk
manusia.
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk
hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan
seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka

15
bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk
keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihansanitasi kota,
maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Menurut O-fish(2010), kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air
yang dikaitkan dengan suatu kagiatan atau keperluan tertentu. Dewasa ini, air menjadi
masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik
sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah
banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia.
Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula
secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus
meningkat.
Jadi, hubungan antara kualitas air dan tingkat pertumbuhan manusia adalah
semakin banyak lingkungan perairan yang baik kualitasnya, maka banyak manusia
yang mengkonsumsi air tersebut sehingga air dengan kualitas yang baik yang
diminum dapat menjaga kesehatan tubuh yang seceara otomatis juga meningkatnya
pertumbuhan manusia, begitu pula sebalikanya semakin buruk kualitas suatu perairan
yang diakibatkan oleh pencemaran, maka banyak manusia yang secara tidak langsung
mengkonsumsinya berdampak pada tubuhnya dan bisa menimbulkan kematian.
Kualitas air pada perairan juga berdampak pada organisme yang ada di perairan
tersebut, air yang sudah tercemar oleh zat beracun pada tubuh ikan dan secara tidak
lansgung, ikan yang dikonsumsi oleh manusia dan akan berdampak pada tubuhnya.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapa ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Manajemen kualitas air adalah Suatu usaha untuk menjaga kondisi air tetap dalam
kondisi baik untuk budidaya ikan dengan memperhatikan faktor fisik, kimia dan
biologinya.

2. Parameter yang berperan dalam kualitas pada perairan yaitu, pada fisika meliputi :
Suhu, Cahaya, Kecerahan, Warna air, Kekeruhan, Padatan tersuspensi, Kimia
meliputi : pH, DO (oksigen terlarut), amonia, CO2 dan Nitrogen, dan Biologi

meliputi : Plankton dan bakteri

3. Identifikasi kualitas air dengan melakukan pengukuran dan analisis kualitas air
dapat dilakukan dengan pemahaman yang baik pada konsep dasar fisika tentang
resistivitas dan konduktivitas, serta konsep dasar kimia tentang larutan asam, basa,
garam, larutan buffer, dan hidrolisis garam

4. BOD dan COD adalah parameter yang menjadi baku mutu berbagai air limbah
industri selain beberapa parameter kunci lainnya.

5. Peran kualitas air sangat penting dalam mendukung kehidupan di muka bumi,
semua mahluk hidup sangat tergantung terhadap air , Kualitas dan Kuantitas Air.

3.2 Saran
Air merupakan salah satu komponen terpenting di muka bumi ini, sudah
seharusnya kita sebagai makhluk hidup untuk menjaga kebersihan dan kualitas pada
perairan demi kepentingan bersama.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fillaudeau L., Blanpain A. P,Daufin., 2006. Water, Wastewater and Waste


Management in Brewing Industries. Journal of Cleaner Production,Vol 14.
ISSN 463-471.

Salmin., 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana,
Volume XXX, Nomor 3,2005:21-26. ISSN 0216 1877.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Huda. 2009. Hubungan Antara Total Suspended Solid dengan turbidity dan dissolved
oxygen. http://thorik.staff.uii.ac.id. Dikases pada tanggal 20 Maret 2013.

Idris, M. 2013. Diktat Kuliah Manajemen Kualitas Air. Jurusan Perikana, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo. Kendari.

18

Anda mungkin juga menyukai