Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

“Pemeriksaan Air dan Badam Air, Konsep self


Purification Dan Euthrofication”

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Kelas 1 D3 A
1. Bias Pijar Islami
2. Diah Ayu Nastiti
3. Irsyad Prasetyo N
4. Kamaliyah Nurul Habibah

PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JAKARTA II
Jalan Hang Jebat III/F3. Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga makalah kimia lingkungan dengan judul
“Pemeriksaan Air dan Badam Air, Konsep self Purification Dan
Euthrofication” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas makalah ini khususnya rekan-rekan yang senantiasa mendukung dan
memotivasi serta memberi masukan positif sehingga makalah ini dapat
disusun .
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kimia Lingkungan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
mengetahui Pemeriksaan Air dan Badam Air, Konsep self Purification Dan
Euthrofication, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Pemeriksaan Air
dan Badam Air, Konsep self Purification Dan Euthrofication.
Namun dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami
harapkan dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun
makalah.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
baik itu penulis terlebih kepada pembacanya.

Jakarta , 5 November 2018

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................2


DAFTAR ISI ..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
1.1. Latar Belakang ...................................................................4
1.2. Tujuan.................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................6


2.1. Pemeriksaan Air dan Badan Air .........................................6
2.2. Self Purification................................................................15
2.3. Euthrofikation...................................................................17

BAB III PENUTUP ......................................................................................25


2.4. Kesimpulan.......................................................................25
2.5. Saran .................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................26

3
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan substansi kimia dengan rumus kimia H2O:


satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat
secara kovalen pada satu atom oksigen.Airbersifat tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar,yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15
K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting,
yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia
lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik.

Air organik adalah istilah untuk air yang sama sekali tidak
mengandung unsur kimia lain selain H2O (air) itu sendiri.
Kandungan dalam air yang bersih dialam sangat banyak oleh
standar kualitas tertentu dan dapat digolongangkan beberapa
golongan.yakkni golongan A,golongan B,golongan C,golongan
D,serta golongan E.

Dalam Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang


kesehatan pada pasal 22 ayat 23 mengatakan bahwa Penyehatan
Air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk
berbagai kebutuhan hidup manusia.

Upaya penyehatan air bertujuan untuk menjamin


tersedianya air minum ataupun air bersih yang memenuhi
persyaratan kesehatan bagi seluruh masyarakat baik perkotaan
maupun pedesaan. Untuk menjamin tersedianya kualitas air yang
memenuhi persyaratan tersebut, berbagai upaya telah
dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat, seperti

4
5

pembangunan dan perbaikan sarana air bersih/air minum, Upaya


pengawasan kualitas air dan penyuluhan–penyuluhan mengenai
hubungan kesehatan dengan tersedianya air yang memenuhi
persyaratankesehatan.

Salah satu aspek yang sangat esensial untuk terjaminnya


kualitas air yang memenuhi persyaratan tersebut adalah
tersedianya suatu perangkat yang dapat nengatur dan mengawasi
pihak yang memproduksi air dan pihak konsumen, yang meliputi
hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing demi
terjaminnya kuantitas dan kualitas air.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum:


Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas
dari matakuliah kimia lingkungan tentang Pemeriksaan Air
dan Badam Air, Konsep self Purification Dan
Euthrofication.
1.2.2. Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui pengertian Pemeriksaan Air dan Badam
Air.
b. Untuk mengetahui pengertian self Purification Dan
Euthrofication.

5
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pemeriksaan Air dan Badan Air


2.1.1. Pengertian Air
Air adalah salah satu unsur penting yang ada di bumi
yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan dan semua jenis
makhluk hidup. Oleh karena itu air ini sendiri sering disebut
sebagai sumber kehidupan yang dimana ada air maka disitu
pula terdapat kehidupan. Tidak hanya itu, air juga memiliki
fungsi lain seperti untuk penyembuhan penyakit. Contohnya
adalah air milagros, yang merupakan air alkali super stabil
dengan pH > 9,8. Kandungan dalam air milagros tersebut
mendekati kandungan air zam-zam.
Menurut SK menteri Kependudukan Lingkungan
Hidup no. 02/MENKLH/1988. “Pencemaran air adalah masuk
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan / atau
berubahnya tatanan (komposisi air) oleh kegiatan manusia dan
proses alam sehingga kualitas air menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukanya.”
Pencemaran air sungagi terjadi apabila dalam sungai tersebut
terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya perubahan yang
tidak di harapkan baik yang bersifat fisik, kimiawi, maupun
biologis sehingga air sungai tersebut kualitasnya menurun dan
berkurang nilai gunanya yang dapat mempengaruhi kehidupan
makhluk hidup di sekitarnya.
Menurut Diryanto (2004:73) pencemaran merupakan
sebuah siklus yang selalu berputar dan saling mempengaruhi
satu dengan lainnya. Pada hakikatnya antara aktifitas manusia
dan timbulnya pencemaran terdapat hubungan melingkar
berbentuk siklus. Agar dapat hidup dengan baik manusia

6
7

beradaptasi dengan lingkunganya dan untuk memenuhi


kebutuhan hidupnya manusia mengembangkan teknologi,
akibat sampingan dari pengembangan teknologi adalah bahan
pencemaran yang menyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan. Pencemaran lingkungan ini merupakan stimulus
agar manusia menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Pada
saat ini pencemaran terhadap lingkungan berlangsung
dimana-mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini
beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat
dengan masukya logam berat.
2.1.2. Pemeriksaan Air Secara Kimia
(a) Metode fenantroline dapat digunakan untuk mengukur
kandungan besi di dalam air, kecuali terdapat fosfat atau
logam berat yang mengganggu. Metode ini dilakukan
berdasarkan kemampuan 1,10-phenantroline untuk
membentuk ion kompleks setelah berikatan dengan Fe2+.
Warna yang dihasilkan sesuai dengan hukum Beer dan
dapat diukur secara visual menggunakan
spektrofotometer.
(b) Metode Titrasi EDTA merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk mengukur kesadahan di dalam air
menggunakan EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic
Acid) atau garam natriumnya sebagai titran. EDTA
membentuk ion kompleks yang sangat stabil dengan Ca2+
dan Mg2+, juga ion-ion logam bervalensi dua lainnya.
Indikator Eriochrome Black T (EBT) merupakan indikator
yang sangat baik untuk menunjukkan bahwa ion penyebab
kesadahan sudah terkompleksasi
(c) Metode Mohr (Argentometric) dapat digunakan untuk
pemeriksaan klorida menggunakan larutan perak nitrat
(0,0141 N) untuk mentitrasi sehingga dapat bereaksi

7
8

dengan larutan N/71 dimana setiap mm ekivalen dengan


0,5 mg ion klorida.
(d) Penetapan nitrogen nitrat merupakan analisa yang sulit
dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Berdasarkan Standard Methods, metode yang digunakan
adalah metode Asam Phenoldisulfat dan Metode Brusin.
Brusin merupakan senyawa kompleks organik yang
bereaksi dengan nitrat pada kondisi asam dan peningkatan
temperatur di alam menghasilkan warna kuning. Metode
Brusin mempunyai kelebihan dari metode phenoldisulfat,
dimana klorida dalam konsentrasi normal tidak
mengganggu, tetapi warna yang dihasilkan tidak
mengikuti hukum Beer’s.
(e) Metode turbidimeter merupakan salah satu metode
analisa yang digunakan untuk mengukur sulfat dengan
prinsip barium sulfat terbentuk setelah contoh air
ditambahkan barium khlorida yang berguna untuk
presipitasi dalam bentuk koloid dengan bantuan larutan
buffer asam yang mengandung MgCl, potassium nitrat,
sodium asetat, dan asam asetat.
(f) Pada penetapan zat organik dengan metode Titrasi
Permanganometri, digunakan KMnO4 untuk
membedakan antara zat organik dan zat anorganik.
KMnO4 dapat mengoksidasi zat-zat anorganik jauh lebih
cepat daripada zat organik, selain itu proses reduksi zat
organik oleh KMnO4 memerlukan temperatur yang lebih
tinggi. Penetapan zat organik hanya dapat dilakukan
setelah seluruh reduktor (KMnO4) telah habis bereaksi
dengan zat anorganik. Zat organik dioksidasi oleh KMnO4
berlebih dalam suasana asam dan panas. Kelebihan
KMnO4 akan direduksi oleh asam oksalat berlebih dan

8
9

kelebihan asam oksalat akan dititrasi kembali oleh


KMnO4. Hal ini dapat juga dilakukan menggunakan
Hexane-Extractable pada air tesuspensi. Prinsipnya adalah
adsorbsi dan flokulasi dengan hidroksida aluminium dari
materi organik tersuspensi. Kandungan materi organik
dalam air dapat dijadikan indikator pencemar bila
konsentrasinya cukup tinggi, karena zat organik dapat
diuraikan secara alami oleh bakteri sehingga kadar DO
menurun.
(g) Air yang banyak mengandung CO2 akan bersifat korosif
karena dapat melarutkan logam yang terdapat pada pipa
penyaluran air sehingga dapat terjadi korosi pada pipa
distribusi air minum. Korosi disebabkan air mempunyai
pH rendah, yang disebabkan adanya kandungan CO2
agresif yang tinggi. Beberapa metode penentuan CO2
agresif yang dapat dilakukan antara lain:
a. Metode nomografik
Dilakukan menggunakan grafik Mudlein-
Frankfurt dan Langlier Index dengan satuan
mg/l. Parameter yang harus diketahui bila
menggunakan metode ini adalah CO2 bebas
(ditetapkan sesuai prosedur penetapan asiditas
dan alkalinitas) dan HCO3– (kesadahan
sementara). Jika hasilnya berada di atas
kesetimbangan, maka terdapat CO2 agresif dan
jika hasilnya berada di bawah kestimbangan,
maka tidak terdapat CO2 agresif. Index CO2
dikatakan agresif jika konsentrasi CO2 dalam
air dan konsentrasi CO2 seimbang.

9
10

b. Teoritis
Metode ini dilakukan dengan menggunakan pH
dan kadar HCO3 dalam air, berdasarkan
kemampuan air dalam melarutkan marmer.
c. Metode Titrasi
Metode ini dapat dilakukan baik secara
potensiometri maupun dengan indikator.

Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk menghilangkan


CO2 agresif dalam air antara lain:

 Aerasi. Metode ini dilakukan dengan cara


mengeluarkan CO2 dalam air dengan memasukkan
O2 agar CO2 yang ada dalam air kembali ke
atmosfer.
 Penambahan zat kimia yaitu kapur (CaO) dan batu
marmer (CaCO3) untuk menaikkan pH air sampai
8,3.

Agar memperoleh hasil yang baik, perlu diperhatikan


pengumpulan, penanganan, dan analisa CO2. Dibandingkan di
dalam air, tekanan parsial CO2 lebih besar di atmosfer, oleh
karena itu pengukuran CO2 di udara harus dihindari dengan cara
menutup rapat kontainer yang digunakan.

(h) Alkalinitas ditetapkan melalui titrasi asam basa. Asam


kuat seperti asam sulfat dan asam klorida dapat
menetralkan zat-zat alkaliniti yang bersifat basa sampai
titk akhir titrasi (titik ekivalensi) kira-kira pada pH 8,3 dan
4,5. Titik akhir ini dapat ditentukan oleh jenis indikator
yang dipilih dan perubahan nilai pH pada pHmeter waktu
titrasi asam basa.

10
11

2.1.3. Badan Air


Badan air berarti kumpulan air yang besarnya antara
lain bergantung pada relief permukaan bumi, kesarangan
batuan pembendungnya, curah hujan, suhu, dan sebagainya,
misalnya sungai, rawa, danau,laut, dan Samudra. (KBBI)
Badan air merupakan kumpulan air yang besarnya
bergantung kepada bentuk relief permukaan bumi, suhu, curah
hujan, kesarangan batuan pembendungnya, dll.
Karakteristik Badan Air :
Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu
komponen hidrologi, komponen fisika-kimia, dan komponen
biologi. Penilaian kualitas suatu badan air harusmencakup
ketiga komponen tersebut, yaitu :
1. Air Permukaan
Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air
permukaan dan air tanah. Air permukaan adalah air
yang berada di sungai, danau, waduk, rawa, dan
badan air lain,yang tidak mengalami infiltrasi ke
bawah tanah. Sekitar 69% air yang masuk ke sungai
berasal dari hujan, pencairan es/salju, dan sisanya
berasal dari air tanah.
Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air
permukaan memiliki kadar bahan-bahan terlarut atau
unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya
besifat asam dengan nilai pH sekitar 4,2. Hal ini
disebabkan air hujan melarutkan gas-gas yang
terdapat di atmosfer. Setelah jatuh ke permukaan
bumi, air hujan mengalami kontak dengan tanah dan
melarutkan bahan-bahan yang terkandung di dalam
tanah. Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi

11
12

dua kelompok utama, yaitu badan air tergenang dan


badan air mengalir.
a. Perairan Tergenang
Perairan tergenang meliputi danau, kolam,
waduk, rawa, dan sebagainya. Perairan
tergenang, khususnya danau, biasanya
mengalami stratifikasi secara vertikal akibat
perbedaan intensitas cahya dan perbedaan suhu
pada kolom air yang terjadi secara vertikal. Arus
air danau dapat bergerak ke berbagai arah.
Paerairan danau biasanya memiliki stratifikasi
kualitas air secara vertikal. Stratifikasi ini
tergantung pada ke dalaman dan musim.
Berdasarkan intensitas cahaya yang masuk ke
perairan, stratifikasi vertikal kolom air pada
perairan tergenang dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu :
a. Lapisan eufotik, yaitu lapisan yang masih
mendapatkan cukup cahaya matahari.
b. Lapisan kompensasi, yaitu lapisan dengan
intensitas cahaya sebesar 1% dari intensitas
cahaya permukaan.
c. Lapisan profundal, yaitu lapisan di bawah
lapisan kompensasi, dengan intensitas cahaya
sangat kecil atau bahkan tidak ada cahaya
(afotik). Tiupan aingin dan perubahan musim
yang mengakibatkan perubahan intensita cahaya
matahari dan perubahan suhu dapat mengubah
atau menghancurkan stratifikasi vertikal kolom
air. Fenomena perubahan stratifikasi vertikal ini
dapat diamati dengan jelas pada perairan

12
13

tergenang yang terdapat di wilayah ugahari yang


memiliki empat musim.
b. Perairan Mengalir
Salah satu contoh perairan mengalir adalah
sungai. Sungai dicirikan oleh arus yang searah
relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara
0,1 – 1,0 m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh
waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan
sungai, biasanya terjadi percampuran massa air
secara menyeluruh dan tidak terbentuk
stratifikasi vertical kolom air seperti pada
perairan tergenang. Kecepatan arus, erosi, dan
sedimentasi. merupakan fenomena yang biasa
terjadi di sungai sehingga kehidupan flora dan
fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel
tersebut.
2. Air Tanah
Air tanah merupakan air yang berada di bawah
permukaan tanah. Air tanah ditemukan pada akifer.
Pergerakan air tanah sangat lambat; kecepatan arus
berkisar antara 10-10 – 10 -3 Air tanah biasanya
memiliki kandungan besi relatif tinggi. Jika air
tanah mengalami kontak dengan udara dan
mengalami oksigenasi, ion ferri pada ferri m/detik
dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari
lapisan tanah, dan pengisian kembali air.
Karakteristik utama yang membedakan air tanah
dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat
lambat dan waktu tinggal yang sangat lama, dapat
mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena
pergerakan yang lama tersebut, air tanah akan sulit

13
14

untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran.


Jika laju pengambilan air tanah pada akifer
melebihi laju pengisiannya maka akan terjadi
penurunan volume air tanah dan penambahan
volume udara yang besarnya setara dengan volume
air yang dikeluarkan dari akifer. Kondisi ini
memunkinkan terjadinya penurunan muka tanah.
Pengambilan air tanah akan mengubah aliran air
tanah. Bersamaan dengan keluarnya air dari akifer,
tekanan hidrostatik air tanah mengalami penurunan
sehingga aliran air tanah dari arah laut akan
mengisi daerah yang disedot airnya tersebut. Air
tanah yang berasal dari lapisan deposit pasir
memiliki kandungan karbondioksida tinggi dan
kandungan bahan terlarut rendah. Air tanah yang
berasal dari lapisan deposit kapur juga memiliki
kadar karbondioksida yang rendah, namun
memiliki nilai TDS yang tinggi.
Air tanah biasanya memiliki kandungan besi
relatif tinggi. Jika air tanah mengalami kontak
dengan udara dan mengalami oksigenasi, ion ferri
pada ferri Hidroksida [Fe(OH)3] yang banyak
terdapat dalam air tanah akan teroksidasi menjadi
ion ferro, dan segera mengalami presipitasi serta
membentuk warna kemerahan pada air. Oleh
karena itu, sebelum digunakan untuk nernagai
kebutuhan, sebaiknya air tanah yang baru disedot
didiamkan terlebih dahulu selama beberapa saat
untuk mengendapkan besi (Effendi,H.2003 ).

14
15

2.2. Self Purification


Self Purification merupakan suatu proses alami dimana
sungai mempertahankan kondisi asalnya melawan bahan – bahan
asing yang masuk kedalam sungai atau suatu kejadian/aktivitas
dari badan air itu sendiri untuk membersihkan kualitas air yang
semulanya turun (tercemar) kembali ke kondisi semula (sebelum
tercemar).
(self purification) adalah proses penguraian bahan organik,
maupun kontaminan lainnya yang ada didalamnya secara alamiah
melalui proses fisik, kimia dan biologis. Beberapa proses yang
terjadi, diantaranya adalah proses pengenceran (proses terjadinya
pengurangan kadar kontaminan dalam air karena adanya
penambahan jumlah air didalamnya), pengendapan (proses
terjadinya pengendapan partikel padatan yang ada dalam air
sungai karena gaya gravitasi bumi), dan penyaringan (proses
meresapnya air ke dalam tanah).
Kemampuan badan air untuk membersihkan dirinya
sendiri dari pencemar. Penghilangan bahan organik, nutrisi
tanaman, atau pencemar lainnya dari suatu danau atau sungai oleh
aktivitas biologis dari komunitas yang hidup didalamnya.
Mikroorganisme didalam air menggunakan bahan biodegradable
yang masuk ke badan air sedikit demi sedikit sehingga secara
alami dapat menurunkan tingkat pencemar. Bila penambahan
pencemar di hilir sungai tidak berlebihan, air akan membersihkan
diri dengan sendirinya self-cleansing. Proses ini tidak berlaku
untuk pencemar yang senyawa organik non biodegradabel atau
logam.

2.2.1. Tahapan dalam self purification

15
16

Tahapan Self Purification


Seperti yang terlihat dalam Gambar terdapat beberapa tahap
dalam mekanisme self purification:
1. Clean Zone
2. Decomposition Zone
3. Septic Zone
4. Recovery Zone
Kondisi oksigen terlarut pada zona bersih berada pada
8 ppm, yang merupakan konsentrasi normal DO di perairan
dan BOD pada kondisi yang rendah. Pada zona ini hewan –
hewan air yang membutuhkan oksigen dalam konsentrasi
normal tumbuh dengan baik. Hewan hewan ini akan mati bila
konsentrasi oksigen menurun.
Dengan adanya pencemar yang memasuki badan air,
peningkatan BOD terjadi seiring dengan penurunan
konsentrasi oksigen. Zona ini disebut dengan zona
dekomposisi dimana terjadi dekomposisi bahan organik oleh
bakteri. Populasi bakteri di zona ini meningkat. Hewan yang
dapat tumbuh adalah hewan dengan kebutuhan oksigen yang
rendah, seperti beberapa jenis ikan dan lintah.
Zona septik terjadi pada saat keberadaan oksigen
dibawah 2 ppm. Ikan akan menghilang atau pindah dari zona
ini karena ketidaksesuaian dengan kebutuhan oksigennya.
Pada beberapa bagian kehidupan yang terdapat pada zona ini
adalah cacing lumpur, jamur dan bakteri anaerobik. Bakteri
berada pada populasi yang tinggi pada zona ini.

16
17

Seiring dengan waktu dan jarak dari lokasi


pencemaran. Sungai mengalami peningkatan konsentrasi
oksigen yang berasal dari penangkapan udara oleh air, aerasi
dan tanaman air. Selain itu bahan organik mengalami
penurunan setelah mengalami dekomposisi sehingga BOD
menurun. Zona ini disebut zona recovery, pada zona ini hewan
hewan yang tidak membutuhkan oksigen tinggi kembali dapat
ditemui dan hidup disini dan populasibakteri menurun.
Zona bersih kembali tercapai setelah recovery selesai. Hewan
– hewan air dapat tumbuh kembali dengan baik.

2.3. Euthrofikation
2.3.1. Pengertian Euthrofication
Eutrofikasi merupakan masalah lingkungan hidup
yang diakibatkan oleh limbah fosfat (PO43-), khususnya
dalam ekosistem air tawar. Definisi dasarnya adalah
pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient
yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Air dikatakan
eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air
berada dalam rentang 35-100 µg/L. Selengkapnya, eutrofikasi
merupakan sebuah proses alamiah di mana danau mengalami
penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi
tumbuhnya biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk
sampai pada kondisi eutrofik. Proses alamiah ini, oleh
manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak
disadari dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade
atau bahkan beberapa tahun saja. Maka tidaklah
mengherankan jika eutrofikasi menjadi masalah di hampir
ribuan danau di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat
fenomena algal bloom.
2.3.2. Jenis Eutrofikasi

17
18

Menurut Goldmen dan Horne (1938), eutrofikasi perairan danau


dapat terjadi secara :
1. Cultural Eutrophication
Yang dimaksud dengan cultural eutrophication adalah
eutrofikasi yang disebabkan karena terjadinya proses
peningkatan unsur hara di perairan oleh aktivitas manusia.
Aktivitas manusia yang menyebabkan eutrofikasi banyak
sekali macamnya. Menurut Morse et al (The Economic and
Environment Impact of Phosporus Removal from Wastewater
in the European Community, 1993) 10 persen berasal dari
proses alamiah di lingkungan air itu sendiri (background
source), 7 persen dari industri, 11 persen dari detergen, 17
persen dari pupuk pertanian, 23 persen dari limbah manusia,
dan yang terbesar, 32 persen, dari limbah peternakan. Paparan
statistik di atas (meskipun tidak persis mewakili data di Tanah
Air) menunjukkan bagaimana berbagai aktivitas masyarakat di
era modern dan semakin besarnya jumlah populasi manusia
menjadi penyumbang yang sangat besar bagi lepasnya fosfor
ke lingkungan air. Dari data statistic di atas juga dapat
diketahui bahwa 90 % penyebab eutrofikasi adalah berasal dari
aktivitas manusia. Hal ini menunjukkan bahwa eutrofikasi
cultural lebih banyak terjadi daripada eutrofikasi alami.
Akhirnya, yang harus dimengerti dan disadari adalah
bahwa karena Indonesia merupakan negara tropis yang
mendapatkan cahaya Matahari sepanjang tahun, maka
blooming (dalam arti biomasa alga tinggi) dapat terjadi
sepanjang tahun. Artinya kapan saja (asal tidak
mendung/hujan) dan dari manapun asalnya kalau konsentrasi
nutrien dalam badan air meningkat maka akan meningkat pula
aktifitas fotosintesa fitoplankton yang ada, dan jika
peningkatan nutrien cukup besar atau lama akan terjadi

18
19

blooming. Fenomena itulah yang menyebabkan badan-badan


air (waduk, danau dan pantai) di Indonesia yang telah menjadi
hijau warnanya tidak pernah atau jarang sekali menjadi jernih
kembali; tidak seperti di negeri 4 musim seperti Kanada dan
Jepang yang blooming hanya terjadi di akhir musim semi dan
panas.
2. Natural Eutrophication
Yang dimaksud oleh natural eutrophication adalah
eutrofikasi alami yaitu peningkatan unsure hara di dalam
perairan bukan karena aktivitas manusia melainkan oleh
aktivitas alami. Setiana ( 1996 ) menyatakan bahwa proses
masuknya unsure hara ke badan perairan dapat melaui dua
cara, yaitu :
• Penapisan air drainase lewat pelepasan hara tanaman terlarut
dari tanah
• Lewat erosi permukaan tanah atau gerakan partikel tanah
halus masuk ke system drainase
Proses terjadinya pengkayaan perairan danau oleh unsure hara
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, kecuali proses
tersebut dipercepat oleh berbagai aktivitas manusia di sekitar
perairan danau.
Eutrofikasi mempunyai dampak yang buruk bagi ekosistem
air, diantaranya
sebagai berikut :
• Anoxia (tidak tersedianya oksigen) yang dapat membunuh
ikan dan invertrebata lain yang juga dapat memicu terlepasnya
gas-gas berbahaya yang tidak diinginkan
• Algal blooms dan tidak terkontrolnya pertumbuhan dari
tumbuhan akutaik
yang lain

19
20

• Produksi substansi beracun oleh beberapa spesies blue-green


algae
• Konsentrasi tinggi bahan-bahan organic yang jika dicegah
dengan menggunakan klorin akan dapat menyebabkan
terciptanya bahan-bahan karsinogen yang dapat menyebabkan
kanker
• Pengurangan nilai keindahan dari danau atau waduk karena
berkurangnya
kejernihan air
• Terbatasnya akses untuk memancing dan aktivitas berekreasi
disebabkan
terakumulasinya tumbuhan air di danau atau waduk
• Berkurangnya jumlah spesies dan keanekaragaman
tumbuhan dan hewan
(biodiversity)
• Berubahnya komposisi dari banyaknya spesies ikan yang ada
menjadi sedikit
spesies ikan (dalam hubungannnya dengan ekonomi dan
kandungan protein)
• Deplesi oksigen terutama di lapisan yang lebih dalam dari
danau atau waduk
• Berkurangnya hasil perikanan dikarenakan deplesi oksigen
yang signifikan di badan air
2.3.3. Penyebab Terjadinya Euthrofikasi
Problem eutrofikasi baru disadari pada dekade awal
abad ke-20 saat alga banyak tumbuh di danau-danau dan
ekosistem air lainnya. Problem ini disinyalir akibat langsung
dari aliran limbah domestik. Hingga saat itu belum diketahui
secara pasti unsur kimiawi yang sesungguhnya berperan besar
dalam munculnya eutrofikasi ini. Melalui penelitian jangka
panjang pada berbagai danau kecil dan besar, para peneliti

20
21

akhirnya bisa menyimpulkan bahwa fosfor merupakan elemen


kunci di antara nutrient utama tanaman (karbon (C), nitrogen
(N), dan fosfor (P)) di dalam proses eutrofikasi.
Eutrofikasi dapat dikarenakan beberapa hal di
antaranya karena ulah manusia yang tidak ramah terhadap
lingkungan. Hampir 90 % disebabkan oleh aktivitas manusia
di bidang pertanian. Para petani biasanya menggunakan
pestisida atau insektisida untuk memberantas hama tanaman
agar tanaman tidak rusak. Akan tetapi botol – botol bekas
pestisida itu dibuang secara sembarangan baik di sekitar lahan
pertanian atau daerah irigasi. Hal inilah yang mengakibatkan
pestisida dapat berada di tempat lain yang jauh dari area
pertanian karena mengikuti aliran air hingga sampai ke sungai
– sungai atau danau di sekitarnya. Mengacu pada buku
Phosphorus Chemistry in Everyday Living, manusia memang
berperan besar sebagai penyumbang limbah fosfat. Secara
fisiologis, jumlah fosfat yang dikeluarkan manusia sebanding
dengan jumlah yang dikonsumsinya. Limbah organik adalah
sisa atau buangan dari berbagai aktifitas manusia seperti
rumah tangga, industri, pemukiman, peternakan, pertanian dan
perikanan yang berupa bahan organik; yang biasanya tersusun
oleh karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur dan
mineral lainnya (Polprasert, 1989). Limbah organik yang
masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan yang terendap,
koloid, tersuspensi dan terlarut. Pada umumnya, yang dalam
bentuk padatan akan langsung mengendap menuju dasar
perairan; sedangkan bentuk lainnya berada di badan air, baik
di bagian yang aerob maupun anaerob.
2.3.4. Akibat Eutrofikasi
Kondisi eutrofik sangat memungkinkan alga,
tumbuhan air berukuran mikro, untuk tumbuh berkembang

21
22

biak dengan pesat (blooming) akibat ketersediaan fosfat yang


berlebihan serta kondisi lain yang memadai. Hal ini bisa
dikenali dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tak
sedap, dan kekeruhannya yang menjadi semakin meningkat.
Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawa-rawa dan
danau-danau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan
ini. Akibatnya, kualitas air di banyak ekosistem air menjadi
sangat menurun. Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut,
bahkan sampai batas nol, menyebabkan makhluk hidup air
seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik
sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya
dalam mata rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya
keseimbangan ekosistem air. Permasalahan lainnya,
cyanobacteria (blue-green algae) diketahui mengandung
toksin sehingga membawa risiko kesehatan bagi manusia dan
hewan. Algal bloom juga menyebabkan hilangnya nilai
konservasi, estetika, rekreasional, dan pariwisata sehingga
dibutuhkan biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk
mengatasinya.
2.3.5. Penanganan Eutrofikasi

Persoalan eutrofikasi tidak hanya dikaji secara lokal


dan temporal, tetapi juga menjadi persoalan global yang rumit
untuk diatasi sehingga menuntut perhatian serius banyak pihak
secara terus-menerus. Eutrofikasi merupakan contoh kasus
dari problem yang menuntut pendekatan lintas
disiplin ilmu dan lintas sektoral.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan


penanggulangan terhadap masalah ini sulit membuahkan hasil
yang memuaskan. Faktor-faktor tersebut adalah
aktivitas peternakan yang intensif dan hemat lahan, konsumsi

22
23

bahan kimiawi yang mengandung unsur fosfat yang


berlebihan, pertumbuhan penduduk Bumi yang semakin
cepat, urbanisasi yang semakin tinggi, dan
lepasnya senyawa kimia fosfat yang telah lama terakumulasi
dalam sedimen menuju badan air.

Lalu apa solusi yang mungkin diambil? Menurut


Forsberg , yang utama adalah dibutuhkan kebijakan yang kuat
untuk mengontrol pertumbuhan penduduk (birth control).
Karena apa? Karena sejalan dengan populasi
warga Bumi yang terus meningkat, berarti akan meningkat
pula kontribusi bagi lepasnya fosfat ke lingkungan air dari
sumber-sumber yang disebutkan di atas. Pemerintah juga
harus mendorong para pengusaha agar produk detergen tidak
lagi mengandung fosfat. Begitu pula produk makanan dan
minuman diusahakan juga tidak mengandung bahan aditif
fosfat. Disamping itu, dituntut pula peran pemerintah di
sektor pertanian agar penggunaan pupuk fosfat tidak
berlebihan, serta perannya dalam pengelolaan sektor
peternakan yang bisa mencegah lebih banyaknya lagi fosfat
lepas ke lingkungan air. Bagi masyarakat dianjurkan untuk
tidak berlebihan mengonsumsi makanan dan minuman yang
mengandung aditif fosfat.

Di negara-negara maju masyarakat yang sudah


memiliki kesadaran lingkungan (green consumers) hanya
membeli produk kebutuhan rumah sehari-hari yang
mencantumkan label "phosphate free" atau "environmentally
friendly".

Negara-negara maju telah menjadikan problem


eutrofikasi sebagai agenda lingkungan hidup yang harus
ditangani secara serius. Sebagai contoh, Australia sudah

23
24

mempunyai program yang disebut The National


Eutrophication Management Program, yang didirikan untuk
mengkoordinasi, mendanai, dan menyosialisasi aktivitas riset
mengenai masalah ini. AS memiliki organisasi seperti North
American Lake Management Society yang menaruh perhatian
besar terhadap kelestarian danau melalui aktivitas sains,
manajemen, edukasi, dan advokasi.

Selain itu, mereka masih mempunyai American


Society of Limnology and Oceanography yang menaruh
bidang kajian pada aquatic sciences dengan tujuan
menerapkan hasil pengetahuan di bidang ini untuk
mengidentifikasi dan mencari solusi permasalahan yang
diakibatkan oleh hubungan antara manusia dengan
lingkungan.

24
25

BAB III
PENUTUP

2.4. Kesimpulan
Pemeriksaan Air seca kimia menggunakan beberapa metode yaitu
metode fenatroline, metode titrasi EDTA, metode mohr, penerapan
nitrogen nitrat, metode turbidimeter, metode titrasi permaganometri,
karena korosif menghasilkan beberapa metode lainnya dan terakhir
metode alkalanitas.
Badan air berarti kumpulan air yang besarnya antara lain
bergantung pada relief permukaan bumi, kesarangan batuan
pembendungnya, curah hujan, suhu, dan sebagainya, misalnya sungai,
rawa, danau,laut, dan Samudra. (KBBI) Badan air merupakan kumpulan
air yang besarnya bergantung kepada bentuk relief permukaan bumi,
suhu, curah hujan, kesarangan batuan pembendungnya, dll.
Self Purification merupakan suatu proses alami dimana sungai
mempertahankan kondisi asalnya melawan bahan – bahan asing yang
masuk kedalam sungai atau suatu kejadian/aktivitas dari badan air itu
sendiri untuk membersihkan kualitas air yang semulanya turun (tercemar)
kembali ke kondisi semula (sebelum tercemar).
Eutrofikasi merupakan masalah lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh limbah.Atau pencemaran air yang disebabkan oleh
munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air.

2.5. Saran
Makalah dengan tema ini untuk mengetahui apakah air yang kita
pakai setiap hari itu termasuk ke dalam air yang berish dan sesuai dengan
ketentuan kita dapat memeriksanya secara kimia, badan air, serta konsep-
konsep seperti self purification dan euthrofication.

25
26

DAFTAR PUSTAKA

https://irlanode.wordpress.com/2010/12/16/makalah-kimia-air-
pengolongan-dan-klasifikasi-air/
https://id.wikipedia.org/wiki/Eutrofikasi
https://kharistya.wordpress.com/2006/06/24/self-purification-in-water-
bodies/
SYARWAN BDP.2011.Eutrofikasi Perairan.
http://syarwanhamdu.blogspot.com/2011/08/euterofikasi-perairan.html.
Diakses pada tanggal 11 November 2018
file:///E:/Downloads/S1-2013-284530-chapter1.pdf
file:///E:/Downloads/anzdoc.com_bab-2-tinjauan-pustaka-badan-air-
dicirikan-oleh-ti.pdf
https://www.astalog.com/9769/pemeriksaan-air-secara-kimia.htm
https://www.mallardsgroups.com/air/

26

Anda mungkin juga menyukai