DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
ANIK ARINI NAWANG SARI (P21345221009)
AULIA DIAH SAFITHRI (P21345121014)
DEVA ANANDA PUTRA (P21345121019)
DINDA SUCI DININGTYAS (P21345121022)
DYAH GAYATRI AS SIFA (P21345121024)
FARAH JULIA (P21345121025)
FERRY FEBRIASNYAH (P21345121027)
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bunyi dalam ilmu fisika yaitu sebuah gelombang longitudinal yang merambat
melewati suatu medium tertentu, bunyi terjadi karena adanya suatu getaran
sehingga mewujudkan suatu metode bunyi yang membuat bunyi tersebut dapat
didengar oleh indra pendengaran manusia. Adapun pengertian bunyi menurut
kamus besar bahasa indonesia yakni sesuatu yang terdengar atau didengar oleh alat
pendengaran. Setiap bunyi memiliki karakteristik tertentu, dipandang dari
frekuensi, amplitudo, cepat rambat, waktu dengung, dan lain lain. Setiap sel dalam
tubuh setiap orang, batu dan pohon juga memiliki frekuensi resonansi natural yang
idealnya serasi dengan segala kesatuannya. Setiap bunyi,mulai dari yang lembut
seperti nada-nada musik yang murni hingga dengan nada kasar seperti tembakan
pistol, mengelurakan gelombang energy. Bunyi dapat dikategoriakan kedalam
bentuk tipe bunyi positif dan tipe bunyi negatif yang dapat memberi pengaruh
makhluk hidup.Ragam bunyi positif telah banyak ilmuwan yang meniliti perihal
efek bunyi tersebut yang dimanfaatkan terhadap psikologi, kesehatan dan makna-
makna lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari bunyi?
2. Jelaskan ruang lingkup bunyi (kebisingan)
3. Jelaskan ruang lingkup getaran (vibration)
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian tentang bunyi
2. Memahami ruang lingkup bunyi (kebisingan)
3. Memahami ruang lingkup getaran (vibration)
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ketika merambat pada medium yang homogen, bunyi akan merambat ke segala
arah dengan kecepatan rambat yang tetap. Meskipun persamaan di atas seolah-
olah menunjukkan bahwa kecepatan rambat bunyi bergantung pada frekuensi
dan panjang gelombang, sesungguhnya ini tidak benar. Kecepatan rambat bunyi
bergantung pada kerapatan partikel zat medium yang dilaluinya. Sementara itu,
kerapatan partikel ditentukan pula oleh susunan partikel, temperatur dan
kandungan partikel lain dalam zat, seperti misalnya kandungan titik-titik air
dalam zat gas (tingkat kelembaban relatif). Bunyi merambat lebih cepat pada
medium dengan partikel yang stabil, dan sebaliknya. Pada zat dengan susunan
partikelnya stabil, sentuhan antar partikel lebih mudah terjadi dan lebih teratur,
sehingga perambatan gelombang yang terjadi lebih cepat. Oleh karena itu bunyi
merambat lebih cepat pada medium padat, dibandingkan dengan medium cair
dan gas .
B. Kekuatan Bunyi
Bunyi yang kuat bebeda dengan bunyi yang tinggi. Kekuatan bunyi
tidak ditentukan oleh frekuensi bunyi, tetapi oleh hal-hal yang lain, khususnya;
amplitudo, resonansi, dan jarak. Amplitudo adalah lebar getar atau simpang getar
yang dibuat oleh sumber bunyi. Semakin lebar getaranya, semakin kuat pula
bunyinya.
Resonansi berarti ikut bergetar sejalan getaran bunyi. Biasanya
dilakukan oleh benda atau bagian terdekatnya. Dan sedikit banyak kejadian ini
akan menambah kekuatan getar sumberbunyi. Contoh gitar, walaupun sumber
bunyinya pada senar, namun kekuatannya bunyinya lebih berasal dari kotak
kayunya. Sebab, udara di dalam kotak itulah pelaku resonansi, yang justru lebih
kuat daripada sumber bunyi. Sehingga kotak tersebut dinamakan kotak resonator.
3
Namun kotak resonatornya hanya berlaku pada gitar accostic. Pada gitar elektrik
resonansi dibuat oleh proses elektrik.
4
Karena bunyi merupakan gelombang maka bunyi mempunyai cepat
rambat yang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
▪ Kerapatan partikel medium yang dilalui bunyi. Semakin rapat susunan
partikel medium maka semakin cepat bunyi merambat, sehingga bunyi
merambat paling cepat pada zat padat.
• Suhu medium, semakin panas suhu medium yang dilalui maka semakin
cepat bunyi merambat. Hubungan ini dapat dirumuskan kedalam
persamaan matematis (v = v0 + 0,6.t) dimana v0 adalah cepat rambat
pada suhu nol derajat dan t adalah suhu medium.
D. Pemantulan Bunyi
Pada suhu udara 15 derajat selsius bunyi dapat merambat di udara bebas
pada kecepatan 340 meter per detik. Rumus cepat rambat bunyi adalah v = S/t
yaitu jarak tempuh dibagi waktu tempuh. Suhu udara yang lebih panas atau lebih
dingin memengaruhi kecepatan bunyi di udara. Semakin rendah suhu udara
makan cepat rambat bunyi semakin cepat karena partikel udara lebih banyak.
Bunyi pantul dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
• Bunyi pantul memperkuat bunyi asli yaitu bunyi pantul yang dapat
memperkuat bunyi asli. Biasanya terjadi pada keadaan antara sumber
bunyi dan dinding pantul jaraknya tidak begitu jauh (kurang dari 10 meter)
• Gaung adalah bunyi pantul yang terdengar hampir bersamaan dengan
bunyi asli. Biasanya terjadi pada jarak antara 10 sampai 20 meter.
Sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas. Timbulnya gaung didalam
gedung sangat merugikan sehingga gaung harus diredam atau di serap,
bahan yang biasa digunakan untuk dapat mencegah terjadinya gaung
adalah gabus, busa,dan kapas.
• Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli. Biasanya
terjadi pada jarak lebih dari 20 meter. Gema terjadi jika bunyi dipantulkan
oleh suatu permukaan, seperti tebing pegunungan, dan kembali kepada
kita segera setelah bunyi asli dikeluarkan. Meskipun suara yang
dihasilkan lebih lemah dari bunyi
5
2.2 RUANG LINGKUP BUNYI (KEBISINGAN)
A. Pengertian Kebisingan
Kebisingan adalah suara atau bunyi dapat dirasakan oleh indra
pendengaran akibat adanya rangsangan getaran yang datang melalui media yang
berasal dari benda yang bergetar. Definisi kebisingan menurut Kepmenaker
(1999) adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.
Kebisingan dinyatakan dalam suatu logaritma yaitu desibel (dB).
Melalui intensitas (desibel) dapat ditentukan apakah bunyi tersebut bising atau
tidak. Melalui ukuran tersebut maka dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyi
tersebut dapat diterima atau tidak dapat diterima.
Melalui ukuran tersebut maka dapat diklasifikasikan seberapa jauh
bunyi tersebut dapat diterima atau tidak dapat diterima seperti yang tertuang
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Skala Intensitas Kebisingan dan Sumbernya
Intensitas
Skala
Kebisingan Sumber Kebisingan
Kebisingan
(dBA)
Halilintar
Menulikan 100-120 Meriam
Mesin uap
Jalan hiruk pikuk
Perusahaan sangat
Sangat hiruk 80-100
gaduh
Peluit polisi
Perkantoran bising
Jalanan pada
Kuat 60-80 umumnya
Radio
Perusahaan
Rumah gaduh
Kantor pada
Sedang 40-60 umumnya
Percakapan kuat
Radio
Rumah tenang
Kantor perorangan
Tenang 20-40
Auditorium
Percakapan
Suara daun
Sangat tenang 0-20
Percakapan berbisik
6
B. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan
Setiap parameter lingkungan memiliki Nilai Ambang Batas (NAB). NAB
kebisingan merupakan nilai yang mengatur tentang tekanan bising rata-rata atau
level kebisingan berdasarkan durasi pajanan bising yang mewakili kondisi
individu yang terpajan tanpa menimbulkan gangguan pendengaran. NAB pajanan
kebisingan untuk durasi pajanan tertentu dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Nilai Ambang Batas Kebisingan
7
Catatan : Pajanan bising tidak boleh melebihi level 140 dBA walaupun
hanya sesaat.
Saat ini, pajanan bising yang diterima pekerja di tempat produksi kompos
adalah sebesar 87 dB(A) sedangkan jam kerja tidak menentu (menyesuaikan
capaian target/pesanan). Hal ini akan berdampak buruk bagi kesehatan individu
yang terpajan. Pajanan bising yang melampaui NAB dapat mengakibatkan
ketulian sementara, apabila pajanan tersebut terakumulasi dapat mengakibatkan
ketulian permanen dalam kurun waktu tertentu.
C. Sumber Kebisingan
Secara umum sumber kebisingan dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Bising industri, adalah kebisingan di dalam lingkungan pabrik, bengkel
dan sejenisnya yang dirasakan oleh karyawan maupun masyarakat di
sekitar industri.
2) Bising rumah tangga, adalah bising yang disebabkan oleh alat rumah
tangga dan mempunyai intensitas kebisingan yang tidak terlalu tinggi.
3) Bising spesifik, adalah bising yang disebabkan oleh kegiatan khusus,
misalnya pemasangan tiang pancang tol atau bangunan.
Berdasarkan sifatnya sumber kebisingan dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Sumber kebisingan statis (tetap/tidak bergerak)
Yaitu sumber kebisingan yang menetap pada suatu titik. Biasanya dalam
bentuk bangunan atau benda mati yang sulit digerakkan misalnya pabrik,
mesin dan sebagainya.
2) Sumber kebisingan dinamis (bergerak)
Yaitu sumber kebisingan yang dapat bergerak dari satu titik ke titik yang
lain. Biasanya dalam bentuk benda hidup atau benda mati yang mudah
digerakkan misalnya orang, mobil dan sebagainya.
8
D. Jenis Kebisingan
Jenis kebisingan dibagi menjadi tiga yaitu:
2) Impact/Impulse Noise
Impact/Impulse Noise adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh sumber tunggal
atau bunyi yang pada saat tertentu terdengar secara tiba-tiba. Contoh bunyi yang
ditimbulkan oleh ledakan. Sedangkan impulsive berulang terjadi pada mesin
produksi di industri.
3) Intermitten/Interuted Noise
Intermitten/Interuted Noise adalah kebisingan dimana suara terus mengeras dan
kemudian melemah secara perlahan. Sebagai contoh kebisingan yang
ditimbulkan oleh kendaraan lalu lintas atau pesawat udara yang tinggal landas.
E. Pengukuran Kebisingan
Pengukuran kebisingan bertujuan untuk memperoleh data terkait
intensitas kebisingan di suatu tempat serta menggunakan data tersebut untuk
berupaya mengurangi intensitas kebisingan agar tidak menimbulkan gangguan
bagi masyarakat.
Alat yang digunakan untuk pengukuran intensitas kebisingan adalah
Sound Level Meter (SLM). Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengukuran
intensitas kebisingan adalah sebagai berikut:
1) Fungsi baterai diperiksa terlebih dahulu sebelum digunakan apakah masih
baik atau tidak.
2) Kalibrasi SLM dengan kalibrator.
3) Letakkan SLM sepanjang tangan pengukur (minimal 0,5 m dari tubuh
pengukur). Bila ada gunakan tripot untuk meminimalisir kesalahan
pengukuran.
9
4) Pengukuran diluar gedung dilakukan pada ketinggian 1,2 – 1,5 meter
diatas permukaan tanah.
5) Hindari pengukuran terlalu dekat dengan sumber bunyi.
10
c) Ketulian permanen (Permanent Threshold Shift/PTS)
PTS adalah gangguan pendengaran yang terjadi apabila seseorang
mengalami TTS dan kemudian terpajan kembali sebelum pemulihan
secara lengkap sehingga akan terjadi akumulasi sisa ketulian TTS.
Bilamana hal ini berlangsung secara berulang dalam periode waktu yang
panjang maka sifat ketuliannya akan berubah menjadi permanen. PTS
sering disebut dengan NIHL (Noise Induced Hearing Loss) yang
umumnya terjadi setelah 10 tahun atau lebih terpajan.
a) Gangguan komunikasi
e) Stress
11
2.3 RUANG LINGKUP GETARAN (VIBRATION)
A. Pengertian Getaran
Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam surat keputusannya mencan
tumkan bahwa getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan
setimbang terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan getaran
mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan
manusia (Kep.MENLH No: KEP-49/MENLH/11/1996).
Pendapat tersebut ditegaskan dalam buku saku Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dari Sucofindo (2002) yang
menyatakan bahwa getaran ialah gerakan ossillatory/bolak-balik suatu massa
melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik tertentu. Dalam kesehatan
kerja, getaran yang terjadi secara mekanis dan secara umum terbagi atas:
1. Getaran seluruh badan,
2. Getaran tangan-lengan.
12
Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang
mengenai tubuh:
A. 3 . 9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.
B. 6 . 10 Hz :
Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung, pemakaian
O2dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2 gram
terlihat banyakperubahan sistem peredaran darah.
C. 10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan
beresonansi.
D. 13 . 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.
E. < 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot
menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.
B. Jenis Getaran
1. Getaran Seluruh Tubuh
Getaran seluruh tubuh biasanya dialami pengemudi kendaraan; traktor, b
us, helikopter, atau bahkan kapal. Efek yang timbul tergantung
kepada jaringan manusia, seperti: (Sucofindo, 2002)
1. 3 . 6 Hz untuk bagian thorax (dada dan perut),
2. 20-30 Hz untuk bagian kepala,
3. 100-150 Hz untuk rahang.
13
Menurut buku saku K3 Sucofindo tahun 2002 efek getaran pada tangan ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kelainan pada peredaran darah dan persyarafan (vibration white finger),
2. Kerusakan pada persendian dan tulang-tulang.
Efek getaran pada tangan lengan ini lebih mudah dijelaskan daripada me
nguraikan patofisiologisnya. Efek ini disebut sebagai sindroma getaran tangan
lengan (Hand Vibration Arm Syndrome = HVAS) yang terdiri atas:
1. Efek vaskuler
pemucatan episodik pada buku jari ujung yang bertambah parah p
ada suhu dingin (fenomena raynaud),
2. Efek neurologik-buku jari ujung mengalami kesemutan total dan baal.
14
20 < 20 20-40 > 40-85 > 85
25 < 7 17-30 > 30-50 > 50
31,5 < 2 12-20 > 20-30 > 30
40 < 9 9-15 > 15-20 > 20
50 < 8 8-12 > 12-15 > 15
63 < 6 6-9 > 9-12 > 12
Konversi :
Kecepatan = 2 pf x simpangan
P = 3,14
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak akan pernah bisa lepas yang ada
kaitannya dengan bunyi. Bunyi merupakan gelombang longitudinal yang dihasilkan
dari benda-benda yang bergetar. bunyi memiliki sifat-sifat dan karakteristik tertentu.
Dalam perambatannya bunyi memerlukan waktu dan medium untuk merambat dari satu
benda menuju benda yang lainnya. Tiap medium memiliki waktu yang berbeda dalam
perambatannya. Perambatan bunyi tidak dipengaruhi oleh frekuensi. Dengan adanya
bunyi, kehidupan manusia dapat terbantu.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://riyn.multiply.com/journal/item/47/Gelombang
http://nilasari.blog.uns.ac.id/2009/09/26/gelombang/ http://www.infolinks.com/search.html?
q-ultrasonic&pid=17149&wsid
http://www.scribd.com/doc/34671196/AplikasiGelombangBunyi
http://www.google.co.id/imglanding?
http://eprints.umsida.ac.id/1729/1/GETARAN%2C%2028-02-2018.pdf
https://www.academia.edu/36619692/MAKALAH_BUNYI
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/833/4/4%20Chapter2.doc.pdf
http://eprints.ums.ac.id/18503/2/BAB_II.pdf
17