MULTIPARAMETER
DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
2.4.1 Suhu.........................................................................................................5
2.4.2 Salinitas....................................................................................................6
2.4.3 TDS..........................................................................................................6
2.4.4 DHL.........................................................................................................7
2.4.5 pH............................................................................................................7
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM...........................................................8
3.1 Alat dan Bahan...............................................................................................8
3.1.1 Alat..........................................................................................................8
3.1.2 Bahan.......................................................................................................8
3.2.1 Kalibrasi Alat...........................................................................................9
3.2.2 Cara Kerja..............................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................11
4.1 Hasil Praktikum............................................................................................11
4.2 Pembahasan..................................................................................................12
BAB V PENUTUP...............................................................................................15
5.1 Kesimpulan......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
DAFTAR TABEL
Gambar 3. 1 Multiparameter....................................................................................8
Gambar 3. 2 Sampel Sungai.....................................................................................8
Gambar 3. 3 Kalibrasi Alat......................................................................................9
Gambar 3. 4 Cara Kerja.........................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
2. Salinitas
Salinitas adalah parameter untuk menentukan jumlah garam terlarut, dan
tingkat salinitas juga bisa ditunjukkan melalui nilai TDS. Tubuh kita terdiri dari
80% air, maka air memiliki peranan yang sangat penting untuk menjaga
kesehatan. Salinitas adalah jumlah kandungan garam yang terdapat dalam satuan
massa larutan. Satuan umumnya adalah ppt (part per thousand) atau ppm (part
per million). Beberapa satuan lain yang sering digunakan adalah persen atau gram
per liter. Pengertian dari satuan ini adalah jika suatu larutan garam memiliki
salinitas 5%, berarti dalam 100 bagian larutan, 5 bagiannya adalah garam dan 95
lainnya air (pelarut). Maka jika ada 1 kg larutan maka didalamnya terkandung 50
gr garam. Hal ini sama artinya dengan 50 ppt atau 50000 ppm. Salinitas air laut
berkisar antara 32-37 ppt (Hapsari and Chaidir, 2016). Jenis-jenis perairan
3
berdasarkan salinitasnya meliputi perairan air tawar, air laut, air payau, dan
perairan hypersaline.
a. Perairan tawar (fresh water), adalah semua air yang terdapat diatas dan
dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil merupakan perairan
yang mempunyai salinitas antara 0-5ppt seperti air sungai.
b. Perairan payau (brakish water), adalah air yang berasal dari instrusi laur
sehingga mempunyai kadar garam yang sedit tinggi hal merupakan perairan
yang mempunyai salinitas berkisar antara 5 – 30 ppt, seperti pada muara
sungai.
c. Perairan laut (saline water) adalah air yang berada di laut lepas dimana dalam
hal ini merupakan perairan yang mempunyai salinitas berkisar antara 30 – 50
ppt. contohnya laut lepas (Triyulianti et al., 2018)
d. Perairan hipersaline (brine water) merupakan perairan yang mempunyai
salinitas > 50 ppt. contohnya laut yang dekat kutub (Triyulianti et al., 2018).
3. TDS
TDS merupakan padatan yang terdiri dari senyawa organik dan anorganik
yanglarut dalam air, mineral dan garam-garamnya (Sasongko, Widyastuti and
Priyono, 2014). Banyak diantara kita hanya mengetahui bahwa air yang layak
konsumsi adalah air yang bebas bakteri dan virus, pada hal kualitas air yang layak
konsumsi adalah lebih dari itu. Salah satu faktor yang sangat penting dan
menentukan bahwa air yang layak konsumsi adalah kandungan TDS (Total
Dissolved Solid) atau total zat padat terlarut. Menurut Permenkes RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990 nilai baku mutu TDS adalah sebesar 1000 mg/l untuk air
bersih dan 500 mg/l untuk air minum.
4. DHL
Conductivity adalah parameter untuk mengetahui daya hantar listrik (DHL).
Satuannya sangat kecil, maka digunakan satuan mikrosiemen (µS/cm) atau
mikromhos (µmhos/cm). Daya hantar listrik ini diukur pada suhu standart yaitu
pada 250C. Konduktivitas air bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per
volumenya dan mobilitas ion-ion tersebut. Satuannya adalah (µmho/cm, 25 0C).
4
Konduktivitas bertambah dengan jumlah yang sama dengan bertambahnya
salinitas. Secara umum, faktor yang lebih dominan dalam perubahan
konduktivitas air adalah temperatur. Untuk mengukur konduktivitas digunakan
konduktivitimeter.
Menurut Marasabessy et al. (2018) nilai daya hantar listrik untuk setiap jenis
air berbeda-beda. Untuk menentukan nilai tersebut, dilakukan pengukuran daya
hantar listrik dalam μmho/cm pada suhu 25 0C menunjukkan klasifikasi air sebagai
berikut:
5
2.4 Dampak Kesehatan
2.4.1 Suhu
Bila suhu air terlalu tinggi ataupun terlalu rendah itu tidak baik bagi kehidupan
maupun kesehatan. Hal ini karena sumber air minum yang terpapar suhu tinggi
dapat memicu pertumbuhan mikroorganisme dan membuat air minum tercemar.
Contohnya adalah beberapa jenis bakteri Coliform yang dapat tumbuh dan
berkembang saat air minum berada pada suhu 37°C. Sementara itu, jumlah bakteri
E. Coli dapat meningkat pada air yang bersuhu 44.2°C.
2.4.2 Salinitas
Kadar garam (salinitas) yang melebihi ambang batas dapat meningkatkan
kandungan sodium dalam tubuh yang dapat memicu efek buruk terhadap
kesehatan. Seperti, hipertensi, gangguan kardiovaskuler, stroke, hipertrofi
ventrikel kiri dan pembengkakan jantung, peningkatan cairan tubuh, gangguan
sistem pencernaan, dan lain-lain.
2.4.3 TDS
Air merupakan bahan yang sangat vital yang tidak dapat dipisahkan dari
seluruh aktivitas kehidupan mahkluk hidup di bumi ini. Keseluruhan jumlah dari
40 juta mil2 air yang berada di palnet bumi ini, baik yang di dalam atau di
permukaan ternyata hanya 0,5% atau 0,2 juta mil2 yang secara langsung dapat
digunakan. Sisanya, yaitu 97% berbentuk air laut dan 2,5% berbentuk salju dan es
abadi yang dalam keadaan cair baru dapat digunakan (Suriawiria, 2005).
Padatan terlarut dapat menghasilkan air dengan kesadahan tinggi, yang
meninggalkan endapan pada peralatan rumah tangga, pipa air dan lain-lain. Hal ini
juga dapat dibuktikan pada sabun dan detergen yang tidak akan menghasilkan
busa yang banyak apabila kandungan TDS terlalu tinggi pada air yang digunakan.
Namun, walaupun TDS sendiri mungkin hanya faktor estetis dan teknis, kadar
padatan yang tinggi juga merupakan indikator bahwa kontaminan berbahaya.
Pengujian lebih lanjut tentang kandungan padatan terlarut dalam air lebih
disarankan jika realitanya air yang digunakan banyak menyebabkan penyakit di
6
sekitar atau di wilayah yang dilaluinya, dan terdapat endapan berwarna pada
peralatan rumah tangga.
Begitupun air dengan kadar TDS nol. Sampai sekarang, masih terjadi
perdebatan tentang apakah air yang memiliki kadar TDS 0 (nol) atau sama sekali
tidak mempunyai kandungan mineral di dalamnya adalah yang terbaik bagi
kesehatan. Namun WHO sebagai Organisasi Kesehatan Dunia yang diakui saat ini
mempunyai pandangan lain terhadap kualitas air minum tersebut. Menurut WHO,
dengan meminum air tanpa mineral (seperti air hasil penyulingan yang diolah oleh
teknologi RO (Reverse Osmosis) bisa mengakibatkan beberapa hal ini pada tubuh
manusia yang mengkonsumsinya, yaitu di antaranya:
1. Kekurangan kadar kalium dalam badan, di mana tanpa kalium saraf tidak
berfungsi dengan optimal.
2. Kekurangan zat kalsium (Ca), akan menyebabkan gejala sebagai berikut:
banyak keringat, gelisah, sesak napas, menurunnya daya tahan tubuh,
penurunan nafsu makan, sembelit, susah buang air, insomnia (susah tidur),
kram, dan sebagainya.
3. Kekurangan kadar Magnesium (Mg), di mana kekurangan magnesium dapat
memicu: kekakuan atau kejang pada salah satu pembuluh koroner arteri,
sehingga mengganggu peredaran darah dan dapat menyebabkan serangan
jantung.
4. Sering buang air kecil dan dalam jumlah yang banyak karena badan kita tidak
bisa menyerap air yang tidak mengandung mineral.
5. Kurangnya kemampuan tubuh memproduksi darah.
2.4.4 DHL
Terhadap Kesehatan masyarakat, apabila mengkonsumsi air dengan nilai DHL
tinggi (kandungan kegaraman tinggi), akan mempengaruhi citra rasa air,
mempengaruhi keseimbangan kandungan elektrolit/garam dalam darah sehingga
akan mempengaruhi system sirkulasi darah dalam tubuh, akan mempengaruhi
tingkat Kesehatan tubuh secara menyeluruh.
7
2.4.5 pH
Jika pH dalam air minum terlalu rendah maka air akan terasa asam atau bahkan
pahit, dan jika pH terlalu tinggi maka air berasa tidak enak ketika diminum.
Banyak ahli kesehatan, yang mengatakan bahwa air alkali/basa adalah air yang
baik untuk mencegah berbagai macam penyakit degeneratif seperti kanker.
Pernyataan itu sepenuhnya dibantah EPA, yang menganjurkan untuk meminum
air dengan standar kadar pH air minum yakni 6,5 hingga 8,5, tidak lebih dan tidak
kurang. Apabila air yang dikonsumsi terlalu asam akan menyebabkan kerusakan
mokusa sehingga menimbulkan penyakit asam lambung.
8
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Gambar 3. 1 Multiparameter
3.1.2 Bahan
a. Aquabides
b. Larutan Buffer
c. Sampel air sungai Pasar Indralaya
9
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Kalibrasi Alat
10
3.2.2 Cara Kerja
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Salinitas
Hasil praktikum pada air sungai Pasar Indralaya terhadap besarnya
kandungan salinitas pada air dengan waktu 3 detik/pengukuran menggunakan alat
digital multiparameter didapatkan data hasil praktikum salinitas pada air sungai
Pasar Indralaya dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4. 2 Hasil pengukuran salinitas pada air sungai Pasar Indralaya.
Jenis Air Hasil Uji Hasil Uji 2 Hasil Uji 3 Hasil Rata- NAB
1 (ppt) (ppt) (ppt) Rata
Air sungai Pasar 5,64 5,58 5,50 5,57 0-5
Indralaya
3. TDS
Hasil praktikum pada air sungai Pasar Indralaya terhadap besarnya
kandungan TDS pada air dengan waktu 3 detik/pengukuran menggunakan alat
digital multiparameter didapatkan data hasil praktikum TDS pada air sungai Pasar
Indralaya dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4. 3 Hasil pengukuran TDS pada air sungai Pasar Indralaya.
Jenis Air Hasil Uji Hasil Uji 2 Hasil Uji 3 Hasil Rata- NAB
1 (mg/l) (mg/l) (mg/l) Rata (mg/l)
Air sungai Pasar 7,39 7,36 7,34 7,36 500
Indralaya
12
4. DHL
Hasil praktikum pada air sungai Pasar Indralaya terhadap besarnya
kandungan DHL pada air dengan waktu 3 detik/pengukuran menggunakan alat
digital multiparameter didapatkan data hasil praktikum DHL pada air sungai Pasar
Indralaya dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4. 4 Hasil pengukuran DHL pada air sungai Pasar Indralaya.
Jenis Air Hasil Uji ( Hasil Uji ( Hasil Uji Hasil NAB
μS /cm) μS /cm) ( μS /cm) Rata-Rata
Air sungai Pasar 328 329 324 327 0-2000
Indralaya
5. pH
Hasil praktikum pada air sungai Pasar Indralaya terhadap besarnya
kandungan pH pada air dengan waktu 3 detik/pengukuran menggunakan alat
digital multiparameter didapatkan data hasil praktikum pH pada air sungai Pasar
Indralaya dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4. 5 Hasil pengukuran pH pada air sungai Pasar Indralaya.
Jenis Air Hasil Uji NAB
Air sungai Pasar Indralaya 7,66 6,5-8,5
4.2 Pembahasan
Praktikum Multiparameter dilakukan di Ruang Kelas B1.01 Gedung
Perkuliahan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya yang berada di
Indralaya. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2021 pukul 09.00-10.15
WIB, parameter yang diukur ialah suhu, salinitas, TDS, DHL, dan pH. Adapun
pembahasan dari hasil uji dari 5 parameter tersebut.
A. Suhu
Air yang baik harus memiliki temperatur yang sama dengan temperatur udara
(24-30 0C), air yang sudah tercemar mempunyai temperature di atas atau dibawah
temperatur udara. Pada tabel 4.1 didapatkan hasil pada air sungai Pasar Indralaya
didapatkan suhu sebesar 26,50C. Hasil pengujian ini menunjukkan sampel
memenuhi syarat air baku air minum sesuai kriteria mutu air kelas 1 berdasarkan
peraturan pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran temperatur udara.
13
B. Salinitas
Salinitas adalah parameter untuk menentukan jumlah garam terlarut.
Berdasarkan tabel 4.2 untuk hasil pengukuran salinitas sendiri,dilakukan
pengujian hingga 3 kali dengan sampel yang sama. Setelah dilakukan pengujian
sebanyak 3 kali,hasil tersebut ditambahkan secara keseluruhan kemudian dirata-
ratakan. Pengujian salinitas dengan 3 sampel ini dilakukan selama 3 detik. Hasil
yang didapat terhadap sampel air sungai Pasar Indralaya berturut-turut yaitu 5,64
ppt, 5,58 ppt, 5,50 ppt, dan hasil rata-rata dari sampel ini ialah 5,57 ppt. Kadar
maksimum untuk air saline tidak diatur dalam Permenkes RI No 32 tahun 2017,
namun dalam Novita Fitriani, Widyaningrum & Umiatin (2019), menjelaskan
bahwa salah satu syarat air yang dapat dimanfaatkan menjadi air bersih adalah air
yang memiliki nilai salinitas 13 ≤0,5 ppt. Jadi salinitas pada sampel ini melebihi
ambang batas. Air yang memiliki salinitas tinggi (≥ 0,5 ppt) dapat menyebabkan
gangguan kesehatan seperti dehidrasi, diare, dan penyakit kulit. Sehingga perlu
diperhatikan dari hasil pengukuran tersebut apakah sudah memenuhi syarat air
yang dapat dimanfaatkan sebagai air bersih.
C. TDS
TDS merupakan padatan yang terdiri dari senyawa organik dan anorganik yang
larut dalam air, mineral dan garam-garamnya (Sasongko, Widyastuti and Priyono,
2014). Berdasarkan tabel 4.3 untuk hasil pengukuran TDS sendiri,dilakukan
pengujian hingga 3 kali dengan sampel yang sama. Setelah dilakukan pengujian
sebanyak 3 kali,hasil tersebut ditambahkan secara keseluruhan kemudian dirata-
ratakan, hasil yang didapatkan untuk air sungai Pasar Indralaya berturut-turut
ialah 7,39 mg/l, 7,36 mg/l, 7,34 mg/l, dan hasil rata-rata dari sampel ini ialah 7,36
mg/l. Berdasarkan dengan Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990
nilai baku mutu TDS adalah sebesar 1000 mg/l untuk air bersih dan 500 mg/l
untuk air minum hasil uji TDS masih dalam kategori aman. Sampel air ini aman
digunakan untuk air bersih maupun air minum.
D. DHL
Konduktivitas atau daya hantar listrik adalah ukuran kemampuan air untuk
menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, nilai konduktivitas hanya
14
menunjukkan konsentrasi ion total dalam air Jumlah ion dalam air juga
dipengaruhi oleh padatan terlarut dalam larutan, sehingga konduktivis ini
merupakan salah satu faktor parameter fisik kualitas. Dari konduktivitas ini maka
akan mempengaruhi faktor-faktor lain seperti semakin tinggi kandungan
konduktivitas berarti air tersebut juga memiliki salinitas yang tinggi begitupun
sebalik selain itu faktor yang saling mempengarui adalah pH, total padatan terlarut
dan parameter fisik lainnya. Dengan berbanding lurus nilai ini maka jika ada air
untuk keperluan sehari-hari atau juga air digunakan sebagi air minum yang akan
mengkonsumsi air tersbut akan berefek samping seperti mual, pusing (efek
rinngan) serta bisa gangguan pencernaan, seperti tekanan darah tinggi atau
gangguan ginjal (efek berat) (Irwan and Afdal, 2016). Pada tabel 4.4 untuk hasil
pengukuran DHL sendiri,dilakukan pengujian hingga 3 kali dengan sampel yang
sama. Setelah dilakukan pengujian sebanyak 3 kali,hasil tersebut ditambahkan
secara keseluruhan kemudian dirata-ratakan, hasil yang didapatkan untuk air
sungai Pasar Indralaya berturut-turut ialah 328 µS/cm, 329 µS/cm, 324 µS/cm,
dan hasil rata-rata sampel ialah 327 µS/cm. Sampel pada praktikum ini masih
masuk ke kategori baik, jadi sampel ini layak untuk air minum maupun air bersih.
E. pH
Ion hidrogen merupakan faktor utama untuk mengerti reaksi kimiawi dalam
ilmu teknik penyehatan karena H+ selalu ada dalam kesimbangan dinamis dengan
air, yang menbentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan
masalah pencemaran air dimana sumber ion hidrogen tidak pernah habis. Derajat
keasaman (pH) air yang lebih kecil dari 6,5 atau PH asam meningkatkan
korosifitas pada benda-benda logam, menimbulkan rasa tidak enak dan dapat
menyebabkan beberapa bahan kimia menjadi racun yang mengganggu Kesehatan
serta juga tidak boleh lebih dari 8,5. Hasil pengujian sampel air berdasarkan tabel
4.5 didapatkan air sungai Pasar Indralaya 7,66. Hasil pengujian ini menunjukkan
bahwa sampel memenuhi syarat air baku dan air minum sesuai kriteria mutu air
kelas 1 berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktifitas
biologi sehingga akan membentuk O2 lebih banyak lagi.. Suhu air hendaknya
dibawah sela udara (250-300 C) Hasil pengukuran suhu pada sampel air Sungai
Pasar Indralaya masih memenuhi syarat air baku air minum sesuai kriteria
mutu air kelas 1 berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 82 tahun 2001
tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran temperatur
udara. Yaitu hasil yang didapat adalah 26,50C.
2. Salinitas adalah jumlah kandungan garam yang terdapat dalam satuan massa
larutan. Pada sampel air Sungai Pasar Indralaya nilai rata-rata yang didapatkan
adalah 5,57 ppt. Air yang dapat dimanfaatkan menjadi air bersih adalah air
yang memiliki nilai salinitas 13 ≤0,5 ppt. Jadi salinitas pada sampel ini
melebihi ambang batas. Air yang memiliki salinitas tinggi (≥ 0,5 ppt) dapat
menyebabkan gangguan kesehatan seperti dehidrasi, diare, dan penyakit kulit.
3. TDS merupakan padatan yang terdiri dari senyawa organik dan anorganik
yang larut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Pada praktikum ini
didapakan hasil rata-rata dari sampel ini ialah 7,36 mg/l. Nilai baku mutu TDS
adalah sebesar 1000 mg/l untuk air bersih dan 500 mg/l , jadi untuk air minum
hasil uji TDS masih dalam kategori aman.
4. Konduktivitas atau daya hantar listrik adalah ukuran kemampuan air untuk
menghantarkan arus listrik. Pada praktikum ini hasil rata-rata sampel ialah 327
µS/cm. Sampel pada praktikum ini masih masuk ke kategori baik, jadi sampel
ini layak untuk air minum maupun air bersih.
5. Ion hidrogen merupakan faktor utama untuk mengerti reaksi kimiawi dalam
ilmu teknik penyehatan. Pada praktikum ini didapatkan air sungai Pasar
Indralaya 7,66. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa sampel memenuhi
syarat air baku dan air minum sesuai kriteria mutu air kelas 1 berdasarkan
peraturan pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air.
16
DAFTAR PUSTAKA
Asongko, E. B., Widyastuti, E. & Priyono, R. E., 2014. Kajian Kualitas Air Dan
Penggunaan Sumur Gali Oleh. Jurnal Ilmu Lingkungan, pp. 72-72.
Noviana, S., Arisanty, D. & Normelani, E. 2018. Pemanfaatan Air Sungai Kanal.
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Suriawiria, U. 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung:
PT Alumni.
Triyulianti, I., Radiarta, I., Yunanto, A., et al. 2018. Sistem Karbon Laut Di
Perairan Laut Maluku Dan Laut Sulawesi. Journal of Fisheries and
Marine Research, 2, 192-207.
17