Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyehatan
Air yang diampu oleh Dosen:
1. Pak Syarifuddin, SKM, MKes
2. Pak Atang Saputra,SKM, MMedSc(PH)
KELAS 2 D3 B
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
untuk memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Penyehatan Air dengan Judul
“Pemeriksaan Kualitas Parameter Air”. Kami juga berterima kasih kepada Dosen Pak
Syarifuddin, SKM, MKes, dan Pak Atang Saputra, SKM, MMedSc(PH), selaku Dosen
Mata Kuliah Penyehatan Air yang sudah memberi arahan untuk membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan materi, saran dan kritik sehingga makalah
ini dapat selesai dibuat.
Kami menyadari, bahwa Makalah yang kami buat masih jauh dari sempurna baik
dari segi penyusunan dan penulisannya. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami sebagai
penulis bisa menjadi lebih baik lagi masa yang akan datang. Semoga Makalah ini bisa
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca serta bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
B. 2.2 Pemeriksaan Kualitas Parameter Suhu
Pengukuran suhu air limbah juga dilakukan di lapangan secara langsung dengan
menggunakan termometer batang. Ujung termometer dicelupkan dalam air.
Pengukuran suhu dilakukan dengan mencelupkan termometer ke dalam perairan selama
± (5--10) detik, kemudian termometer diangkat dari air. Selanjutnya, nilai suhu perairan
dapat ditentukan dari angka yang tertera pada termometer tersebut.
Dari keduanya, asam hipoklorit adalah yang paling efektif. Jumlah setiap
senyawa yang ada dalam air tergantung pada tingkat pH air sebelum penambahan
klorin. Pada tingkat pH yang lebih rendah, asam hipoklorit akan mendominasi.
Kombinasi asam hipoklorit dan ion hipoklorit membentuk apa yang disebut 'korin
bebas' atau free chlorine.
6
Klorin bebas memiliki potensi oksidasi yang tinggi dan merupakan disinfektan
yang lebih efektif daripada bentuk klorin lainnya, seperti kloramin. Potensi oksidasi
adalah ukuran seberapa mudah suatu senyawa akan bereaksi dengan yang lain. Potensi
oksidasi yang tinggi berarti banyak senyawa yang berbeda dapat bereaksi dengan
senyawa tersebut. Ini juga berarti bahwa senyawa akan tersedia untuk bereaksi dengan
senyawa lain.
Jumlah klorin yang diperlukan untuk mendisinfeksi air tergantung pada kotoran
dalam air yang perlu diolah. Banyak kotoran di dalam air membutuhkan sejumlah besar
klorin untuk bereaksi dengan semua kotoran yang ada. Klorin yang ditambahkan
pertama-tama harus bereaksi dengan semua kotoran di dalam air sebelum ada sisa
klorin. Jumlah klorin yang diperlukan untuk memenuhi semua pengotor disebut
'permintaan klorin'.
Jika klorin ditambahkan cukup, akan ada beberapa yang tersisa di dalam air
setelah semua organisme dihancurkan, ini disebut klorin bebas. Klorin bebas akan tetap
berada di dalam air sampai habis untuk menghancurkan kontaminasi baru. Oleh karena
itu, jika kita menguji air dan menemukan bahwa masih ada sisa klorin bebas, ini
membuktikan bahwa organisme paling berbahaya di dalam air telah dihilangkan dan
aman untuk diminum. Inilah yang disebut dengan pengukuran residu klorin.
Pengukuran Residu Klorin
Mengukur residu klorin dalam pasokan air adalah metode sederhana namun
penting untuk memeriksa apakah air yang dialirkan aman untuk diminum. Jumlah
residu klorin berubah pada siang dan malam hari. Dengan asumsi jaringan pipa berada
di bawah tekanan sepanjang waktu, akan cenderung lebih banyak sisa klorin dalam
sistem pada siang hari daripada pada malam hari.
Hal ini karena air berada dalam sistem lebih lama di malam hari (saat permintaan
lebih rendah) sehingga ada lebih banyak kesempatan untuk air terkontaminasi yang
akan menghabiskan sisa klorin.
Residu klorin harus diperiksa secara teratur. Jika sistem baru atau telah
direhabilitasi maka periksa setiap hari sampai Anda yakin bahwa proses klorinasi
berjalan dengan baik. Setelah itu, lakukan pengecekan minimal seminggu sekali.
Klorin memiliki sifat tidak stabil dalam air, kandungan klorin dalam sampel akan
berkurang seiring waktu. Oleh karena itu, klorin harus diukur segera setelah
pengambilan sampel dan untuk sampel yang dikumpulkan dalam sistem distribusi,
sebaiknya dilakukan analisis di lapangan dengan menggunakan alat uji lapangan (field
7
test kit). Kit uji lapangan didasarkan pada metode kolorimetri untuk mengukur residu
klorin dalam air. Metode kolorimetri yang digunakan yaitu N,N-diethyl-p-
phenylenediamine (DPD, dimana metode DPD kolorimetri ini paling banyak digunakan
untuk residu klorin dan sudah disetujui oleh United States Environmental Protection
Agency (USEPA).
Gambar: Contoh Alat Uji Lapangan Parameter Residu Klorin pada Air
D. 2.4 Pemeriksaan Kualitas Parameter Besi
Air sungai pada umumnya mengandung besi (iron, Fe) dan mangan (Mn).
Kandungan besi dan mangan dalam air berasal dari tanah yang memang mengandung
banyak kandungan mineral dan logam yang larut dalam air tanah. Besi larut dalam air
dalam bentuk fero-oksida. Kedua jenis logam ini, pada konsentrasi tinggi menyebabkan
bercak noda kuning kecoklatan untuk besi atau kehitaman untuk mangan, yang
mengganggu secara estetika. Kandungan kedua logam ini meninggalkan endapan coklat
dan hitam pada bak mandi, atau alat-alat rumah tangga.
Gambar: Spektrofotometer
8
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
darispektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjanggelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikanatau yang diabsorpsi.
Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjanggelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah
panjang gelombangdari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma,grating ataupun celah optis.
Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yangdiinginkan diperoleh
dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasimelewatkan
trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkindiperoleh
panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang
gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar
terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma.Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,monokromator,
sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untukmengukur
perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding.
Senyawa kompleks berwarna merah-orange yang dibentuk antara besi (II)
dan1,10-phenantrolin (ortophenantrolin) dapat digunakan untuk penentuan kadar besi
dalam air yang digunakan sehari hari. Reagen yang bersifat basa lemah dapat bereaksi
membentuk ion phenanthrolinium, phen H+ dalam medium asam.
Cara Kerja:
1. 1 ml larutan standar baku Fe(II) 100 ppm dipipet dan dimasukkan kedalam labu
ukur 100 ml. satu tetes Na-asetat 0,2 M, 5ml larutanhidroksilaminklorida 10%,
dan 5 ml larutan o-phenantrolin 0,25%ditambahkan ke dalam labu ukur tersebut.
Kemudian larutan di dalamlabu ukur tersebut diencerkan sampai tanda batas.
2. Dengan cara yang sama, larutan dengan volume larutan besi 0, 2, 3, dan 4ml
dibuat. Jumlah tetes larutan Na-asetat disesuaikan dengan volume besi yang
dipipet, selanjutnya, 5 ml larutan o-phenantrolin 0,25%, 5 ml
larutanhidroksilaminklorida ditambahkan ke dalam labu ukur dan
campurantersebut diencerkan hingga tanda batas.
9
3. Dengan cara yang sama juga dilakukan terhadap larutan sampel air yangada. 25
ml sampel air dipipet ke dalam labu takar 100 ml. 1 tetes Na-asetat 0,2 M, 5 ml
larutan hidroksilaminklorida 10% dan 5 ml larutan o- phenantrolin 0,25%
ditambahkan ke dalam labu ukur dan kemudianlarutan diencerkan sampai tanda
batas.
4. Pengukuran panjang gelombang maksimum dilakukan dengan melakukan
perbandingan pengukuran antara larutan blanko dan salah satu larutanyang
sudah dibuat sebelumnya.
5. Keenam larutan tersebut diukur pada panjang gelombang maksimumyang
diperoleh.
6. Grafik absorban terhadap panjang gelombang dan grafik A terhadap berbagai C
dibuat.
10
BAB III
PENUTUP
A. 3.1 Kesimpulan
• Pengukuran Derajat Keasaman (pH) Pengukuran pH dilakukan di lapangan
secara langsung dengan menggunakan pH meter untuk mengukur derajat
keasamannya, ujung pH meter dicelupkan dalam air , maka angka akan tertera
secara digital pada layar pH meter.
• Pengukuran suhu air limbah juga dilakukan di lapangan secara langsung dengan
menggunakan termometer batang. Ujung termometer dicelupkan dalam air.
Pengukuran suhu dilakukan dengan mencelupkan termometer ke dalam perairan
selama ± (5--10) detik, kemudian termometer diangkat dari air. Selanjutnya,
nilai suhu perairan dapat ditentukan dari angka yang tertera pada termometer
tersebut.
• Kit uji lapangan didasarkan pada metode kolorimetri untuk mengukur residu
klorin dalam air. Metode kolorimetri yang digunakan yaitu N,N-diethyl-p-
phenylenediamine (DPD, dimana metode DPD kolorimetri ini paling banyak
digunakan untuk residu klorin dan sudah disetujui oleh United States
Environmental Protection Agency (USEPA).
• Pemeriksaan kadar besi pada air menggunakan Spektrofotometer, sesuai dengan
namanya adalah alat yang terdiri darispektrometer dan fotometer. Senyawa
kompleks berwarna merah-orange yang dibentuk antara besi (II) dan1,10-
phenantrolin (ortophenantrolin) dapat digunakan untuk penentuan kadar besi
dalam air yang digunakan sehari hari.
B. 3.2 Saran
Dari pembahasan dan kesimpulan diatas kami berharap agar makalah yang kami buat
dapat bermanfaat bagi pembaca serta menambah wawasan pembaca mengenai
pemeriksaan kualitas parameter air. Kami juga berharap agar pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami
selanjutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
CDC. 2020. Chlorine Residual Testing. Centers for Disease Control and Prevention
Chlorine Residual Testing Fact Sheet, CDC SWS Project, safewater@cdc.go
(www.ehproject.org/PDF/ehkm/cdc-chlorineresidual-updated.pdf)
Reed, Bob. 2004. How to measure chlorine residual in water. Technical Note No.11 of WHO.
Loughborough University, Leicestershire, UK.
Bangkit Dana Setiawan. 2012. Laporan Praktikum Kimia Analitik Modul 2- Penentuan Kadar
Besi dalam Air Rumah Tangga. Sumber:
https://www.academia.edu/5350214/PENENTUAN_KADAR_BESI_DALAM_AIR .
Diakses pada tanggal: 4 November 2023
Anonim. Sumber:
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/4624/7.%20BAB%20III%20L
andasan%20Teori.pdf?sequence=7&isAllowed=y . Diakses pada tanggal: 4 November
2023
12