Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

”WARGA NEGARA, NEGARA & DEMOKRATISASI : KONSEP


NEGARA”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

Dosen Pengampu : Indah Restianty, SKM., M.Kes.

Disusun oleh :

KELOMPOK 7

ALISYA DHEKANI. N (P21335123007)


ANNISA ZASKYA (P21335123013)
DAFFA SYAHZILDAN (P21335123020)
FAUZIYYAH RAHMA (P21335123030)
KHANSA KAMILIYA (P21335123041)

PROGRAM SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
nikmat iman, kesehatan, serta kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Selawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya hingga pada umatnya hingga akhir zaman.

Rasa terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Indah Restianty, SKM. M.Kes.
selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya
sehinga makalah yang berjudul “Warga Negara, Negara & demokratisasi : Konsep
Negara” yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
ini dapat disusun dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam Menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan. Penulis berharap agar
makalah ini memberikan banyak manfaat bagi para pembaca. Untuk itu, kami
mengharapkan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Jakarta, Oktober 2023

Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

A. Latar belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan masalah......................................................................................... 2

C. Tujuan........................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

A. Definisi negara ............................................................................................. 3

B. Bentuk-bentuk Negara ................................................................................. 4

C. Teori terbentuknya Negara ........................................................................... 6

D. Fungsi Negara .............................................................................................. 9

E. Peranan Negara .......................................................................................... 10

BAB III.................................................................................................................. 13

A. Kesimpulan ................................................................................................ 13

B. Saran........................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Konsep negara dapat ditelusuri kembali ke pemikiran klasik seperti


Plato dan Aristotle. Plato, dalam karyanya "The Republic," menggambarkan
negara ideal yang dipimpin oleh filsuf-raja. Negara ini didasarkan pada
konsep keadilan mutlak dan pembagian tugas sesuai dengan kemampuan
alamiah setiap individu. Aristotle, dalam karya-karyanya seperti "Politik"
dan "Nikomachean Ethics," mengembangkan konsep "polis" atau kota-
negara. Ia membahas berbagai bentuk pemerintahan dan merinci kelebihan
dan kekurangan masing-masing.
Pemikiran Pencerahan di abad ke-17 dan ke-18 membawa gagasan
tentang hak asasi manusia, kemerdekaan, dan pemisahan kekuasaan. John
Locke menekankan hak-hak individu, Montesquieu mengembangkan ide
pemisahan kekuasaan, dan Rousseau menyumbang ide demokrasi. Revolusi
Amerika dan Perancis pada abad ke-18 memperkuat dan menyebarkan
konsep demokrasi dan hak asasi manusia. Deklarasi Kemerdekaan Amerika
Serikat dan Hak Asasi Manusia Perancis menjadi panduan utama bagi
perkembangan konsep negara modern.
Konsep hukum alam, yang ditegaskan oleh banyak filsuf, menjadi
landasan untuk memahami bahwa hak asasi manusia bukanlah hak
pemberian negara, tetapi hak inheren yang diberikan oleh eksistensi
manusia itu sendiri. Di sisi lain, negara memiliki kewajiban untuk
melindungi hak-hak tersebut. Pasca-Perang Dunia II, proses decolonization
membawa pembentukan negara-negara baru. Konsep negara menjadi pusat
pembentukan identitas nasional dan pemerintahan bagi banyak negara yang
baru merdeka.
Era globalisasi membawa tantangan baru bagi konsep negara,
dengan pertukaran informasi global, perubahan ekonomi, dan isu-isu lintas
batas. Perkembangan teknologi informasi juga telah mengubah cara negara
berinteraksi dengan warganya dan dunia.

1
2

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan negara?


2. Apa saja bentuk negara?
3. Apa saja teori terbentuknya sebuah negara?
4. Apa fungsi dari sebuah negara?
5. Apa peran dari sebuah negara?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi negara.


2. Menguraikan tentang bentuk-bentuk negara.
3. Menjelaskan tentang teori-teori terbentuknya negara.
4. Untuk mengetahui fungsi dari sebuah negara
5. Menjelaskan tentang peran sebuah negara.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi negara

Istilah negara ialah terjemahan dari beberapa kata luar: state


(Inggris), staat (Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis). Secara
terminologi, negara dimaksud sebagai organisasi tertinggi di antara satu
kelompok masyarakat yang memiliki tujuan untuk bersatu, hidup di dalam
suatu kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian
ini mengandung nilai konstitutif yang pada galibnya dimiliki oleh suatu
negara berdaulat: masyarakat (rakyat), wilayah, dan pemerintahan yang
berdaulat. Ketiga unsur ini perlu ditunjang dengan unsur lainnya seperti
adanya konstitusi dan pengakuan dunia internasional yang oleh Mahfud
M.D. disebut dengan unsur deklaratif.
Rakyat dalam pengertian keberadaan suatu negara adalah
sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh persamaan dan bersama-sama
mendiami suatu wilayah tertentu. Tidak bisa dibayangkan jika ada suatu
negara tanpa rakyat. Hal ini mengingat rakyat atau warga negara adalah
substratum personel dari negara.
Adapun wilayah adalah unsur negara yang harus terpenuhi karena
tidak mungkin ada negara tanpa batas-batas teritorial yang jelas. Secara
umum, wilayah dalam sebuah negara biasanya mencakup daratan, perairan
(samudra, laut, dan sungai), dan udara. Dalam konsep negara modern
masing-masing batas wilayah tersebut diatur dalam perjanjian dan
perundang-undangan internasional.
Sedangkan pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang
bertugas memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan bersama
didirikannya sebuah negara. Pemerintah, melalui aparat dan alat-alat negara,
yang menetapkan hukum, melaksanakan ketertiban dan keamanan,
mengadakan perdamaian dan lainnya dalam rangka mewujudkan
kepentingan warga negaranya yang beragam. Untuk mewujudkan cita-cita
bersama tersebut dijumpai bentuk-bentuk negara dan pemerintahan. Pada

3
4

umumnya, nama sebuah negara identik dengan model pemerintahan yang


dijalankannya, misalnya, negara demokrasi dengan sistem pemerintahan
parlementer atau presidensial. Ketiga unsur ini dilengkapi dengan unsur
negara lainnya, konstitusi.
Unsur pengakuan oleh negara lain hanya bersifat menerangkan
tentang adanya negara. Hal ini hanya bersifat deklaratif, bukan konstutif,
sehingga tidak bersifat mutlak. Ada dua macam pengakuan suatu negara,
yakni pengakuan de facto dan pengakuan de jure. Pengakuan de facto ialah
pengakuan atas fakta adanya negara. Pengakuan ini didasarkan adanya fakta
bahwa suatu masyarakat politik telah memenuhi tiga unsur utama negara
(wilayah, rakyat, dan pemerintah yang berdaulat). Adapun pengakuan de
jure merupakan pengakuan akan sahnya suatu negara atas dasar
pertimbangan yuridis menurut hukum. Dengan memperoleh pengakuan de
jure, maka suatu negara mendapat hak-haknya di samping kewajiban
sebagai anggota keluarga bangsa sedunia. Hak dan kewajiban dimaksud
adalah hak dan kewajiban untuk bertindak dan diberlakukan sebagai suatu
negara yang berdaulat penuh di antara negara-negara lain.

B. Bentuk-bentuk Negara

Negara sendiri memiliki bentuk yang berbeda-beda. Secara umum,


dalam konsep teori modern, negara terbagi ke dalam dua bentuk: negara
kesatuan (unitarianisme) dan negara serikat (federasi).
Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan
berdaulat, dengan satu pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur
seluruh daerah. Namun dalam pelaksanaannya, negara kesatuan ini terbagi
ke dalam dua macam sistem pemerintahan: sentral dan otonomi.
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah sistem pemerintahan
yang langsung dipimpin oleh pemerintah pusat, sementara pemerintah
daerah di bawahnya melaksanakan kebijakan pemerintah pusat. Model
pemerintahan Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto
adalah salah satu contoh sistem pemerintahan model ini
5

b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi adalah kepala daerah


diberikan kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan
pemerintah di wilayahnya sendiri. Sistem ini dikenal dengan istilah
otonomi daerah atau swatantra. Sistem pemerintahan negara Malaysia
dan pemerintahan pasca-Orde Baru di Indonesia dengan sistem otonomi
khusus dapat dimasukkan ke model ini

Negara serikat atau federasi merupakan bentuk negara gabungan yang


terdiri dari beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Pada
mulanya negara-negara bagian tersebut merupakan negara yang merdeka,
berdaulat, dan berdiri sendiri. Setelah menggabungkan diri dengan negara
serikat, dengan sendirinya negara tersebut melepaskan sebagian dari
kekuasaannya dan menyerahkannya kepada negara serikat.

Di samping dua bentuk ini, dari sisi pelaksana dan mekanisme


pemilihannya, bentuk negara dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok:
monarki, oligarki, dan demokrasi.

Pemerintahan monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai oleh


raja atau ratu. Dalam praktiknya, monarki memiliki dua jenis: monarki
absolut dan monarki konstitusional. Monarki absolut adalah model
pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan satu orang raja atau ratu.
Termasuk dalam kategori ini adalah Arab Saudi. Adapun, monarki
konsitusional adalah pemerintahan yang kekuasaan kepala
pemerintahannya (perdana menteri) dibatasi oleh ketentuan-ketentuan
konstitusi negara. Praktik monarki konstitusional ini adalah yang paling
banyak dipraktikkan di beberapa negara, seperti, Malaysia, Thailand,
Jepang, dan Inggris. Dalam model monarki konstitusional ini, kedudukan
raja hanya sebatas simbol negara.

Model pemerintahan oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan oleh


beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.
6

Pemerintahan model demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang


bersandar pada kedaulatan rakyat atau mendasarkan kekuasaannya pada
pilihan dan kehendak rakyat melalui mekanisme pemilihan umum (pemilu).

C. Teori terbentuknya Negara

a. Teori Kontrak Sosial


Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat beranggapan
bahwa negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat dalam
tradisi sosial masyarakat. Teori ini meletakkan negara untuk tidak
berpotensi menjadi negara tirani, karena keberlangsungannya bersandar
pada kontrak-kontrak sosial antara warga negara dengan lembaga negara.
Penganut mazhab pemikiran ini antara lain Thomas Hobbes, John Locke,
dan J.J. Roussae.
Menurut Hobbes, kehidupan manusia terpisah dalam dua zaman,
yakni keadaan selama belum ada negara, atau keadaan alamiah (status
naturalis, state of nature), dan keadaan setelah ada negara. Bagi Hobbes,
keadaan alamiah sama sekali bukan keadaan yang aman dan sejahtera, tetapi
sebaliknya, keadaan alamiah merupakan suatu keadaan sosial yang kacau,
tanpa hukum, tanpa pemerintah, dan tanpa ikatan-ikatan sosial antar-
individu di dalamnya. Karenanya, menurut Hobbes, dibutuhkan kontrak
atau perjanjian bersama individu-individu yang tadinya hidup dalam
keadaan alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak-hak kodrat yang
dimilikinya kepada seseorang atau sebuah badan yang disebut negara.
Berbeda dengan Hobbes yang melihat keadaan alamiah sebagai
suatu keadaan yang kacau, John Locke melihatnya sebagai suatu keadaan
yang damai, penuh komitmen baik, saling menolong antar individuindividu
di dalam sebuah kelompok masyarakat. Sekalipun keadaan alamiah dalam
pandangan Locke merupakan suatu yang ideal, ia berpendapat bahwa
keadaan ideal tersebut memiliki potensial terjadinya kekacauan lantaran
tidak adanya organisasi dan pimpinan yang dapat mengatur kehidupan
mereka. Di sini, unsur pimpinan atau negara menjadi sangat penting demi
7

menghindari konflik di antara warga negara bersandar pada alasan inilah


negara mutlak didirikan.
Namun demikian, menurut Locke, penyelenggara negara atau
pimpinan negara harus dibatasi melalui suatu kontrak sosial. Dasar
pemikiran kontrak sosial antar negara dan warga negara dalam pandangan
Locke ini merupakan suatu peringatan bahwa kekuasaan pemimpin
(penguasa) tidak pernah mutlak, tetapi selalu terbatas. Hal ini disebabkan
karena dalam melakukan perjanjian individu-individu warga negara tersebut
tidak menyerahkan seluruh hak-hak alamiah mereka. Menurut Locke,
terdapat hak-hak alamiah yang merupakan hak-hak asasi warga negara yang
tidak dapat dilepaskan, sekalipun oleh masing-masing individu.
Berbeda dengan Hobbes dan Locke, menurut Roussaeu keberadaan
suatu negara bersandar pada perjanjian warga negara untuk meningkatkan
diri dengan suatu pemerintah yang dilakukan melalui organisasi politik.
Menurutnya, pemerintah tidak memiliki dasar kontraktual, melainkan hanya
organisasi politiklah yang dibentuk melalui kontrak. Pemerintah sebagai
pimpinan organisasi negara dan ditentukan oleh yang berdaulat dan
merupakan wakil-wakil dari warga negara. Yang berdaulat adalah rakyat
seluruhnya melalui kemauan umumnya. Pemerintah tidak lebih dari sebuah
komisi atau pekerja yang melaksanakan mandat bersama tersebut.
Melalui pandangannya ini, Roussaeu dikenal sebagai peletak dasar
bentuk negara yang kedaulatannya berada di tangan rakyat melalui
perwakilan organisasi politik mereka. Dengan kata lain, ia juga sealigus
dikenal sebagai penggagas paham negara demokrasi yang bersumberkan
pada kedaulatan rakyat, yakni rakyat berdaulat dan penguasa-penguasa
negara hanyalah merupakan wakil-wakil rakyat pelaksana mandat mereka.

b. Teori Ketuhanan
Teori ketuhanan dikenal juga dengan istilah dokrin teokritis. Teori
ini ditemukan di Timur maupun di belahan dunia Barat. Teori ketuhanan ini
memperoleh bentuknya yang sempurna dalam tulisan-tulisan para sarjana
8

Eropa pada Abad Pertengahan yang menggunakan teori ini untuk


membenarkan kekuasaan mutlak para raja.
Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak memerintah yang
dimiliki para raja berasal dari Tuhan. Mereka mendapat mandat Tuhan
untuk bertakhta sebagai penguasa. Para raja mengklaim sebagai wakil
Tuhan di dunia yang mempertanggungjawabkan kekuasaannya hanya
kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Praktik kekuasaan model ini
ditentang oleh kalangan monarchomach (penentang raja). Menurut mereka,
raja tiran dapat diturunkan dari mahkotanya, bahkan dapat dibunuh. Mereka
beranggapan bahwa sumber kekuasaan adalah rakyat.
Dalam sejarah tata negara Islam, pandangan teokritis serupa pernah
dijalankan raja-raja Muslim sepeninggal Nabi Muhammad saw. Dengan
mengklaim diri mereka sebagai wakil Tuhan atau bayang-bayang Allah di
dunia (khalifatullah fi al-ard, dzilullah fi al-ard), raja-raja Muslim tersebut
umumnya menjalankan kekuasaannya secara tiran. Serupa dengan para raja-
raja di Eropa Abad Pertengahan, raja-raja Muslim merasa tidak harus
mempertanggungjawabkan kekuasaannya kepada rakyat, tetapi langsung
kepada Allah. Paham teokrasi Islam ini pada akhirnya melahirkan doktrin
politik Islam sebagai agama sekaligus kekuasaan (dien wa dawlah).
Pandangan ini berkembang menjadi paham dominan bahwa Islam tidak ada
pemisahan antara agama dan negara. Sama halnya dengan pengalaman
teokrasi di Barat, penguasa teokrasi Islam menghadapi perlawanan dari
kelompok-kelompok anti-kerajaan.

c. Teori Kekuatan
Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk
karena adanya dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini,
kekuatan menjadi pembenaran (raison d’etre) dari terbentuknya sebuah
negara. Melalui proses penaklukan dan pendudukan oleh suatu kelompok
(etnis) atas kelompok tertentu dimulailah proses pembentukan suatu negara.
Dengan kata lain, terbentuknya suatu negara karena pertarungan kekuatan
9

di mana sang pemenang memiliki kekuatan untuk membentuk sebuah


negara.
Teori ini berawal dari kajian antropologis atas pertikaian di kalangan
suku-suku primitif, di mana sang pemenang pertikaian menjadi penentu
utama kehidupan suku yang dikalahkan. Bentuk penaklukan yang paling
nyata di masa modern adalah penaklukan dalam bentuk penjajahan Barat
atas bangsa-bangsa Timur. Setelah masa penjajahan berakhir di awal abad
ke-20, dijumpai banyak negara-negara baru yang kemerdekaannya banyak
ditentukan oleh penguasa kolonial. Negara Malaysia dan Brunei
Darussalam bisa dikategorikan ke dalam jenis ini.

D. Fungsi Negara

Fungsi negara mencakup sejumlah tugas dan tanggung jawab kunci


yang ditujukan untuk menjaga keseimbangan, keadilan, dan kesejahteraan
masyarakat di dalam wilayahnya. Meskipun fungsi-fungsi negara dapat
bervariasi antara berbagai negara dan sistem politik, beberapa fungsi
umumnya termasuk:
a. Melaksanakan Penertiban
Fungsi ini menempatkan negara sebagai stabilisator. Negara harus
melaksanakan penertiban demi mencapai tujuan bersama dan mencegah
kericuhan dalam masyarakat.
b. Mengusahakan Kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya
Fungsi ini sangat penting, terutama bagi negara baru. Negara harus
mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya dengan
berbagai cara, termasuk mengelola sumber daya yang ada.
c. Pertahanan
Fungsi ini diperlukan untuk menjaga keutuhan negara dari serangan
pihak luar. Untuk menjalankan fungsi ini, negara harus dilengkapi
dengan alat pertahanan.
d. Menegakkan keadilan
Fungsi ini sangat dibutuhkan suatu negara dan seluruh rakyatnya.
Penegakan keadilan dijalankan oleh badan-badan peradilan.
10

e. Pengelolaan Ekonomi
Negara memiliki peran dalam mengelola dan mengawasi kegiatan
ekonomi. Ini mencakup regulasi ekonomi, pajak, dan kebijakan fiskal
untuk mencapai tujuan ekonomi nasional seperti pertumbuhan ekonomi
dan pengurangan ketidaksetaraan.
f. Penyelenggaraan Kehidupan Politik
Negara menyelenggarakan kehidupan politik melalui pemilihan umum,
pembentukan dan fungsi lembaga-lembaga pemerintahan seperti
parlemen atau kongres, serta partisipasi dalam kebijakan politik.a
g. Pengelolaan Sumber Daya Alam
Negara memiliki tanggung jawab untuk mengelola sumber daya alam di
wilayahnya. Ini melibatkan regulasi dan perlindungan lingkungan,
pengelolaan sumber daya alam seperti hutan dan air, dan pembuatan
kebijakan untuk pembangunan berkelanjutan.
h. Hubungan International
Negara terlibat dalam hubungan internasional, baik melalui diplomasi,
perjanjian perdagangan, atau kerja sama internasional untuk
mempromosikan kepentingan nasional dan memperkuat hubungan
dengan negara-negara lain.
i. Pemberdayaan dan Pembangunan Masyarakat
Negara berupaya untuk membangun masyarakatnya melalui
pendidikan, pelatihan, dan program-program pemberdayaan
masyarakat. Ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan
kesejahteraan warga negara.

Fungsi-fungsi negara ini saling terkait dan menciptakan kerangka


kerja untuk menjaga stabilitas dan kemajuan masyarakat. Meskipun fungsi-
fungsi ini mendasar, implementasinya dapat bervariasi berdasarkan sistem
politik, budaya, dan nilai-nilai yang ada di suatu negara.

E. Peranan Negara

Peran negara dalam masyarakat adalah sangat penting dan


mencakup sejumlah fungsi dan tanggung jawab yang krusial. Meskipun
11

peran negara dapat bervariasi antar negara dan dapat berubah seiring waktu,
beberapa peran umum negara melibatkan:
a. Pengatur dan Pembentuk kebijakan
Negara memiliki peran utama dalam mengatur kehidupan masyarakat
melalui pembuatan kebijakan dan regulasi. Ini mencakup kebijakan
ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan berbagai aspek lainnya yang
memengaruhi warganya.
b. Penegak Hukum
Sebagai penegak hukum utama, negara memiliki tanggung jawab untuk
membuat, menegakkan, dan menjalankan hukum. Ini mencakup
perlindungan hak asasi manusia, penanganan kejahatan, dan
menegakkan keadilan di dalam masyarakat.
c. Perlindungan dan keamanan
Negara bertanggung jawab untuk melindungi wilayah dan warganya
dari ancaman baik dari dalam maupun dari luar. Ini melibatkan
keberadaan kekuatan militer dan penegakan hukum untuk menjaga
ketertiban dan keamanan.
d. Pengelola Sumber Daya dan Infrastruktur
Negara memiliki peran dalam mengelola sumber daya alam dan
infrastruktur di wilayahnya. Ini mencakup pengelolaan tanah, air,
energi, serta pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur seperti jalan,
jembatan, dan listrik.
e. Pemeliharaan Kesejahteraan Sosial
Negara sering kali terlibat dalam program-program kesejahteraan sosial
untuk membantu kelompok yang rentan dan memastikan bahwa
kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi. Ini bisa termasuk layanan
kesehatan, pendidikan, dan bantuan sosial.
f. Pembangunan Ekonomi
Negara memiliki peran dalam mengelola ekonomi dan menciptakan
kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan
lapangan kerja, dan mengurangi ketidaksetaraan ekonomi.
g. Pemberdayaan Masyarakat
12

Negara dapat memainkan peran dalam memberdayakan masyarakat


dengan memberikan akses ke pendidikan, pelatihan, dan kesempatan
ekonomi. Ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam
berpartisipasi dan memberikan kontribusi pada pembangunan.

h. Penyelenggaraan Pemilihan Umum


Negara memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan pemilihan
umum dan memastikan bahwa proses demokratisasi berlangsung
dengan baik. Ini termasuk pengawasan pemilihan, pembuatan undang-
undang pemilihan, dan pengelolaan institusi demokratis.
i. Pendanaan Publik
Negara mengelola pendanaan publik melalui pemungutan pajak dan
alokasi dana untuk berbagai program dan proyek. Ini mencakup
penyediaan dana untuk layanan publik, proyek infrastruktur, dan
kebutuhan pemerintahan lainnya.

Penting untuk diingat bahwa peran negara dapat bervariasi


tergantung pada sistem politik, nilai-nilai budaya, dan tuntutan masyarakat.
Sementara negara dapat memberikan layanan dan perlindungan, juga
penting untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara keterlibatan negara
dan kebebasan individu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

bahwa negara adalah entitas politik yang memiliki kedaulatan,


wilayah, pemerintahan, dan rakyat. Konsep negara telah berkembang
seiring dengan perubahan zaman, budaya, dan pemikiran filosofis.
Pembentukan negara melibatkan berbagai teori, termasuk kontrak sosial, di
mana rakyat memberi mandat kepada pemerintah untuk menjalankan urusan
negara.
Negara memiliki berbagai bentuk, termasuk republik, monarki, dan
demokrasi, serta sistem pemerintahan seperti federal, unitaris, dan otoriter.
Faktor-faktor seperti sejarah, budaya, dan geografi mempengaruhi
pembentukan dan struktur negara. Selain itu, globalisasi juga telah
memainkan peran penting dalam mengubah dinamika negara-negara di era
modern, menghadirkan tantangan dan peluang baru.
Pentingnya negara dalam menjaga ketertiban sosial, ekonomi, dan
politik tidak dapat disangkal. Negara bertanggung jawab untuk melindungi
hak-hak warganya, menjaga keamanan, dan memfasilitasi pembangunan
ekonomi. Melalui sistem politiknya, negara menetapkan kebijakan-
kebijakan yang memengaruhi kehidupan sehari-hari warganya.

B. Saran

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali


kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
Dan disarankan kepada pembaca untuk lebih banyak lagi mencari-cari
sumber atau bacaan mengenai Warga Negara, Negara & demokratisasi :
Konsep Negara.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ubaedillah A, Abdul rozak, 2012, Pendidikan Kewarga[negara]an. Jakarta:


Kencana.

Mahmodin, Mohammad Mahfud, 2001, Dasar dan Struktur Kenegaraan, Jakarta:


PT Rineka Cipta

Kaelani, 1999, Pendidikan Pancasila : Yuridis kenegaraan,Yogyakarta :


Paradigma.

Prasetyo, Dossy Iskandar,Bernard L, 2005, Tanya, Ilmu Negara, Surabaya:


Srikandi.

Nurrahman, Agung, 2020, Peran Pemerintah untuk Mencapai Tujuan Bangsa


dengan Pemanfaatan Teknologi, Jurnal Teknologi dan komunikasi
Pemerintahan. (2) : 1-15.

14

Anda mungkin juga menyukai