Anda di halaman 1dari 23

KONSEP NEGARA

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2

D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 2

E. Metode Penulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3

A. Negara dan Teori-Teori Pembentuknya ......................................... 3

B. Unsur-Unsur Negara dan Sifatnya .................................................. 8

C. Tujuan dan Fungsi Negara ............................................................. 13

D. Suprastruktur dan Infrastruktur Pendukung ................................... 16

E. Masalah-Masalah Kenegaraan di Indonesia ................................... 22

BAB III PENUTUP .................................................................................. 23

A. Simpulan ........................................................................................ 23

B. Rekomendasi .................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1
Berdirinya Negara ini tidak hanya ditandai oleh Proklamasi dan keinginan
untuk bersatu bersama, akan tetapi hal yang lebih penting adalah adanya UUD
1945 yang merumuskan berbagai masalah kenegaraan. Atas dasar UUD 1945
berbagai struktur dan unsur Negara mulai ada. Bagaimana sebuah negara disebut
sebuah negara dan mengenai fungsi serta sifatnya tentu perlu kiranya dipahami
sebagai seorang mahasiswa dan warga negara Indoensia. Keberadaan sebuah
negara bangsa tentu tidak terlepas dari sebuah konstitusi yang mengaturnya di
Indonesia kita mengenalnya dengan Undang Undang.

Undang-undang dibuat harus sesuai dengan keperluan dan harus peka


zaman, artinya aturan yang dibuat oleh para DPR kita sebelum di sahkan menjadi
undang-undang sebelumnya harus di sosialisasikan dahulu dengan rakyat, apakah
tidak melanggar norma-norma adat atau melanggar hak-hak asasi manusia. Dalam
praktek bernegara, pembagian kekuasaan dalam negara (sharing of power)
merupakan suatu hal yang tak terelakan.

B. Rumusan Masalah

Mengacu pemaparan latar belakang, ditetapkan beberapa rumusan masalah


sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep dan teori pembentukan negara?

2. Bagaimana unsur-unsur pembentukan negara serta sifat-sifat khusus negara?

3. Bagaimana tujuan pendirian negara dan fungsi-fungsinya?

4. Bagaimana suprastruktur dan infrastruktur pendukung kedudukan negara?

5. Bagaimana gambaran permasalahan kenegaraan di Indonesia?

2
C. Tujuan Penulisan

Sebagaimana rumusan masalah yang ditetapkan, maka tujuan penulisan


makalah ini, yaitu:

1. Menjelaskan berbagai konsep negara dan teori-teori pembentukannya.

2. Menguraikan unsur-unsur negara dan sifat-sifat khususnya.

3. Mendeskripsikan tujuan pendirian negara dan fungsi-fungsi negara.

4. Mendeskripsikan suprastrutktur dan infrastruktur pendukung negara.

5. Mengambarkan masalah-masalah kenegaraan di Indonesia.

D. Manfaat Penulisan

Setelah mengetahui tujuan dari penulisan makalah, diharapkan nantinya

akan bermanfaat bagi:

1. Penulis; sebagai pemenuhan tugas yang dipersyaratkan untuk kelulusan mata


kuliah Konstitusi, HAM, dan Demokrasi.

2. Pembaca; bahan bacaan untuk menambah wawasan mengenai konsep negara


baik pengertian, sifat, tujuan, fungsi, suprastruktur, dan infrastruktur. Demikian
juga tentang masalah-masalah kenegaraan di Indonesia.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam menulis makalah adalah studi kepustakaan,


dimana secara berkelompok penulis mengkaji berbagai literatur yang relevan
dengan topik pembahasan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Negara dan Teori-Teori Pembentuknya

1. Pengertian

Negara berasal dari kata dalam bahasa latin “status” atau “statum” yang
berarti keadaan tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat tegak dan tetap.
Kata “status” atau “statum” diserap ke dalam bahasa Inggris “standing” atau
“station” yang berarti kedudukan --berhubungan dengan kedudukan persekutuan
hidup manusia sebagaimana istilah “status civitatis” atau “status republicae”--.
Beberapa abad sebelum Masehi, para filsuf Yunani seperti Socrates, Plato, dan
Aristoteles sudah memperkenalkan teori tentang negara. Sejak kata “negara”
diterima secara umum yang menunjukkan organisasi teritorial suatu bangsa yang
memiliki kedaulatan. Negara pun mengalami berbagai pemahaman tentang
hakikat dirinya. Secara etimologi, negara adalah organisasi tertinggi diantara satu
kelompok masyarakat pada suatu wilayah yang mempunyai cita-cita untuk
bersatu, kekuatan politik, dan berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan
nasionalnya (KBBI, 2007:777; Martasuta, 2018; Windi et.al., 2017:6). Kelsen
(dalam Starke, 1989:128)

Para ahli dengan sudut pandangnya masing-masing memberikan


pengertian yang beragam mengenai konsep negara. Pemikiran yang beragam
tersebut tentunya memberikan tambahan wawasan dan khazanah pengetahuan
untuk memahami istilah negara. Ada yang memandang negara sebagai institusi
sosial dan kenyataan sosial, ada juga yang memandang secara organis, yakni
memandang negara sebagai organisasi yang hidup dan mempunyai kehidupan
sendiri yang dalam berbagai hal menunjukkan adanya persamaan dengan manusia
sebagai makhluk hidup, adapula yang memandang negara sebagai ikatan
kehendak dan golongan-golongan, negara dipandang sebagai sejumlah besar
kehendak yang diikat menjadi satu kehendak (Usman, 2015:3). Guna

4
memudahkan memahami istilah negara, maka pengertian negara dikelompokkan
dalam beberapa tinjauan, yaitu:

1. . Sebagai organisasi kekuasaan; pengertian ini dikemukakan oleh Logemann

(dalam Busroh, 1990:25-26) dan Harold J. Laski (dalam Kusnadi dan Saragi,

1985:48), menyatakan bahwa negara adalah organisasi kekuasaan yang

bertujuan mengatur masyarakatnya. Pada hakikatnya merupakan suatu tata

kerjasama untuk membuat suatu kelompok manusia berbuat atau bersikap

sesuai dengan kehendak negara.

2. Sebagai organisasi politik; Roger H. Soltou dalam bukunya “The Modern


State” mengatakan bahwa negara adalah persekutuan (asosiasi) manusia yang
menyelenggarakan penertiban masyarakat dalam suatu wilayah berdasarkan
sistem hukum yang diselenggarakan oleh pemerintah, dilengkapi dengan
kekuasaan yang memaksa. Lebih lanjut, R.M. Maclver (1959:38) memaparkan
bahwa walaupun negara merupakan persekutuan manusia, akan tetapi
mempunyai ciri khas yang digunakan untuk membedakan antara negara dengan
persekutuan manusia lainnya. Ciri khas tersebut adalah kedaulatan dan
keanggotaan negara bersifat mengikat da memaksa. Sebagai organisasi politik,
negara mempunyai 2 (dua) tugas, yaitu (a) mengendalikan dan mengatur
gejala- gejala kekuasaan yang asosial agar tidak menjadi antagonisme yang
membahayakan; dan (b) mengorganisir dan mengitegrasikan kegiatan manusia
dan golongan-golongan ke arah terciptanya tujuan masyarakat seluruhnya.
Dengan demikian, dari sudut pandang politik, negara merupakan integrasi dari
kekuasaan politik yang berfungsi sebagai alat untuk mengatur hubungan
antarmanusia dan sekaligus menertibkan serta mengendalikan gejala-gejala
kekuasaan yang muncul dalam masyarakat, melalui kekuasaan dan
wewenangnya hendak mewujudkan suatu tujuan demi kepentingan umum.

3. Sebagai organisasi kesusilaan; Friedrich Hegel mengemukakan, negara adalah

organisasi kesusilaan yang timbul sebagai sintesa antara kemerdekaan


universal dengan kemerdekaan individu, dimana setiap individu menjadi

5
bagian dari negara, sehingga kekuasan tertinggi terletak pada negara. Ini
mengisyaratkan bahwa negara berhak mengatur tata tertib dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, sedangkan individu yang menghuninya tidak
dapat berbuat sesuai kehendaknya sendiri.

4. Sebagai integritas antara pemerintah dan rakyat; tinjauan ini dikemukakan


oleh Prof. Soepomo. Beliau membagi pengertian negara dalam 3 (tiga)
teori, antara lain:

a. Teori perseorangan (individualistik); negara adalah suatu masyarakat

hukum yang terbentuk atas perjanjian antar individu yang menjadi

anggota masyarakat, diarahkan untuk mewujudkan kepentingan dan

kebebasan pribadi. Penganjur teori ini ialah Harold J. Laski, Herbert

Spencer, Jean Jacques Rousseau, John Locke, dan Thomas Hobbes.

b. Teori golongan (kelas); negara merupakan alat dari suatu golongan yang

mempunyai kedudukan ekonomi paling kuat untuk menindas golongan

lain yang kedudukan ekonominya lebih lemah. Teori ini diinspirasi oleh

Karl Frederich Engels, Karl Marx, dan Lenin.

c. Teori integralistik (persatuan); negara adalah susunan masyarakat yang

integral, era antara semua golongan, semua bagian dari seluruh anggota

masyarakat merupakan persatuan masyarakat yang organis. Negara

integralistik yang terbentuk hendaknya mengatasi paham perseorangan

ataupun golongan dan juga mengutamakan kepentingan umum sebagai

satu kesatuan. Teori ini diajarkan oleh Adam Muller, Benedictus de

Spinoza, dan Friedrich Hegel.

6
2. Teori-Teori Pembentukan Negara

Sebuah negara tidak serta merta berdiri, terdapat proses yang dilalui untuk
mendirikan atau membentuk suatu negara. G. Jellinek (dalam Johan, 2018:39)
memaparkan bahwa terdapat dua tahapan pembentukan negara, yaitu primer dan
sekunder. Pada tahap primer, negara terbentuk dimulai dari adanya persekutuan
antar kelompok membentuk masyarakat hukum yang sederhana, kemudian
bertransformasi menjadi negara modern --tidak dihubungkan dengan negara yang
telah ada sebelumnya--. Lebih lanjut, Jellinek menguraikan beberapa fase
terjadinya negara, antara lain (a) Persekutuan masyarakat (Genootscahft), di sini
masyarakat hidup berkelompok atau membentuk persekutuan dengan kedudukan
yang sama untuk mengurus kepentingan bersama atas dasar persamaan, dipimpin
oleh seseorang yang dipilih secara primus interpares atau yang utama dari lainnya;
(b) Kerajaan, pada fase ini kelompok-kelompok masyarakat yang telah terbentuk
saling menaklukkan satu sama lain dan memperluas lingkup wilayahnya, yang
kalah kemudian akan menjadi bagian dari kelompok pemenang, lama-kelamaan
kelompok pemenang semakin besar dan pemimpinnya diangkat menjadi raja
sehingga muncul kerajaan, telah memiliki kesadaran untuk mengikuti sang
pemimpin atau raja yang memiliki hak milik dan hak atas tanah atau wilayah; (c)
Negara bersifat diktator, di sini pemerintah pusat mampu menundukkan daerah-
daerah dalam satu kekuasaan atau tersentralisasi, raja memegang kekuasaan
mutlak dan rakyat hanya tunduk terhadap perintah raja; dan (d) Negara demokrasi,
fase ini lahir atas reaksi rakyat terhadap kekuasaan raja yang sewenang-wenang,
rakyat kemudian berusaha mengambil bagian dalam mengendalikan
pemerintahan, memilih pemimpin, dan berdaulat.

Tahap sekunder merupakan tahap dimana negara terbentuk karena adanya

revolusi, intervensi dan penaklukan atas negara yang sebelumnya telah ada.

Pengakuan dari negara lain dibagi menjadi tiga, yaitu (a) De facto, (b) De jure, (c)
Pengakuan terhadap pemerintahan de facto,

7
Terdapat dua teori mengenai asal mula pembentukan negara yang masing-
masingnya membawahi beberapa teori, yakni teori klasik dan teori modern. Teori
klasik terbagi menjadi tiga, antara lain:

1. Teori hukum alam; menyatakan bahwa negara lahir secara alami.


2. Teori ketuhanan (theokrasi); menyatakan bahwa negara terbentuk atas
kehendak tuhan, sama halnya dengan segala sesuatu yang terjadi di alam
3. Teori perjanjian (kontrak sosial); menyatakan bahwa negara terbentuk dari
hasil perserikatan rakyat yang memiliki kesamaan tujuan

Ditilik melalui teori modern, pembentukan negara didasarkan atas beberapa

kenyataan, antara lain (a) Penaklukkan, pembentukan negara di suatu daerah atau

wilayah yang sebelumnya kosong; (b) Peleburan, penggabungan dua negara atau

lebih menjadi satu negara baru yang berdaulat; (c) Penyerahan, suatu wilayah
yang sebelumnya milik suatu negara, kemuadian diserahkan kepada negara lain
berdasarkan perjanjian tertentu; (d) Penarikan, wilayah yang dijadikan hunian
oleh sekelompok masyarakat, wilayah ini terbentuk akibat naiknya daratan lumpur
sungai; (f) Proklamasi atau perjuangan, negara muncul karena adanya perlawanan
dan perjuangan bangsa yang tanah airnya dicaplok oleh bangsa lain dan
memproklamirkan negara baru; (g) Pendudukan, hal ini terjadi terhadap wilayah
yang berpenduduk, namun belum memiliki pemerintahan; (h) Pemisahan atau
separatis, artinya sebuah negara terbentuk karena memisahnya bagian wilayah
dari negeri lama dan membentuk pemerintahan baru; dan (i) Pencaplokan, artinya
suatu negara berdiri dengan menguasai wilayah negara lain tanpa reaksi yang
berarti.

B. Unsur-Unsur Negara dan Sifatnya

1. Unsur-Unsur Pembentuk Negara

Pada hakikatnya, negara merupakan organisasi yang meliputi beberapa unsur


sebagai persyaratan pembentukannya. Unsur-unsur negara adalah bagian-bagian
pokok atau elemen-elemen esensial yang harus ada agar negara itu ada. Mengacu

8
hasil Konvensi Montevideo-Uruguay1 tahun 1993, terdapat dua unsur
pembentukan negara, yaitu unsur konstitutif dan deklaratif. Secara umum, unsur
unsur tersebut diuraik an sebagai berikut.

a. Unsur konstitutif merupakan unsur pokok pembentuk negara (Daman,


1993:28; Windi et.al., 2017). Oppenhelmer Lauteroacht (dalam Sabon,
1992:15) memaparkan bahwa untuk dapat disebut sebagai negara, maka
secara konstitutif harus memenuhi syarat antara lain penduduk yang tetap,
wilayah, dan pemerintah yang berdaulat.
b. Unsur deklaratif merupakan unsur tambahan dari unsur-unsur pokok
pembentuk negara, mencakup pengakuan dari negara lain secara de
facto maupun de jure, tujuan negara, dan undang-undang dasar. Pada
masa sekarang unsur ini makin penting bagi negara.
Keempat unsur di atas yang tertuang dalam unsur konstitutif dan deklaratif
menjadi elemen dasar suatu negara.

Pertama, penduduk yang menetap atau disebut warga negara ialah orang-orang
yang berdasarkan hukum menjadi anggota suatu negara (Markijar, 2019).

Kedua, wilayah ialah teritorial tertentu sebagai tempat kedudukan suatu


negara, dimana kekuasann berlaku atas rakyat yang bertempat tinggal di wilayah
tersebut (Wahjono, 1982:52-54; Djokosutono, 1982: 34-35).

Ketiga, yaitu pemerintahan yang berdaulat. Pemerintah adalah terjemahan


kata dari bahasa Inggris “Government” yang berarti nahkoda kapal. Dalam arti
luas, pemerintah merupakan gabungan dari badan-badan ketatanegaraan, terdiri
atas eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang berkuasa memerintah di wilayah
suatu negara. C.F. Strong (2004:6) menerangkan istilah “Government” dalam
beberapa pengertian sebagai berikut :

a. Hakikatnya pemerintah adalah kekuasaan yang terorganisir atau suatu


1
Konvesi Montevideo adalah pertemuan yang diadakan di Montevideo (Ibukota Uruguay) pada 26
Desember 1993 antara negara-negara di kawasan Amerika. Melalui konvensi ini dihasilkan traktat
tentang hak dan tugas negara, termasuk didalamnya menjelaskan perihal unsur-unsur
pembentukan negara dan mencantumkan teori kenegaraan deklaratif. Sumber: Nurisya Egawati,
“Penerapan Pasal 1 Konvensi Motevideo 1993 Terhadap Pengakuan Atas Negara Palestina:
Tinjauan Menurut Hukum Internasional,” Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 1990, hh.
29-33; Lihat juga https://id.wikipedia.org/wiki/Konvensi_Montevideo.

9
organisasi yang diberikan hak untuk melaksanakan kekuasaan yang
berdaulat.
b. Dalam artian luas, pemerintah adalah sesuatu yang lebih besar daripada
kabinet. Pemerintah dalam pengertian ini tidak hanya terdiri dari
Presiden atau Perdana Menteri dan jajarannya, melainkan juga aparatur
di luar lingkungan pemerintah.
c. Pengertian yang lebih luas lagi, pemerintah meiputi kekuatan militer,
kekuasaan legislatif, kekuasaan finansial, dan kekuasaan penegakan
hukum yang dibentuk atas nama negara. Atau secara singkat dinyatakan
sebagai kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudisial.

Lebih lanjut, pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas


memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuannya. Hal ini
mengisyarakatkan bahwa pemerintah seringkali menjadi personifikasi sebuah
negara. Pemerintah menegakan hukum, mengadakan perdamaian dan
menyelaraskan kepentingan- kepentingan yang bertentangan. Setiap individu yang
tergabung dalam organisasi politik yang disebut negara, diatur oleh pemerintah
(Tim ICCE, 2004:47).

Pemerintah yang berdaulat memiliki arti bahwa pemerintah yang memegang


kekuasaan tertinggi dan tidak berada di bawah kekuasaan negara lain. Berkuasa
baik ke dalam maupun ke luar,maksudnya adalah:

a. Kekuasaan ke dalam, berarti seluruh rakyat dalam negara menghormati


dan mentaati kekuasaan pemerintah.
b. Kekuasaan ke luar, berarti pemerintah yang berkuasa di suatu negara
diakui dan dihormati oleh negara-negara lain.

Keempat, ialah pengakuan dari negara lain. Unsur ini bersifat tambahan
yang menerangkan adanya pendirian suatu negara baru yang merdeka didasarkan
hukum internasional. Melihat dari sudut hukum internasional, pengakuan
merupakan fakto penting, sebab (a) tidak mengasingkan suatu kumpulan manusia
dari hubungan-hubungan internasional, (b) menjamin kelanjutan hubungan
tersebut dengan jalan mencegah kekosongan hukum yang merugikan, baik
kepentingan individu maupun hubungan antar negara. Dengan demikian, dapat

10
diketahui bahwa dalam unsur ini diperlukan kemampuan negara untuk
mengadakan hubungan dengan negara lain (Parthiana, 1990:57).

Secara umum, pengakuan dari negara lain terbagi menjadi dua, yaitu de
facto dan de jure. De facto diartikan sebagai pengakuan terbentuknya suatu negara
baru dikarenakan pada kenyataannya memang telah berdiri baik belum maupun
sudah sesuai dengan prosedur hukum internasional.

Terdapat beberapa perbedaan perlakuan antara pengakuan secara de facto


dengan pengakuan secara de jure, yaitu:

a. Negara atau pemerintah dapat mengajukan mengklaim atas harta benda


yang berada dalam wilayahnya selama telah diakui secara de jure.
b. Wakil-wakil negara yang diakui secara de facto, secara hukum tidak
berhak atas kekebalan-kekebalan dan hak-hak istemewa diplomatik
secara penuh.
c. Sifatnya yang sementara membuat pengakuan de facto pada prinsipnya
dapat ditarik kembali.
d. Apabila suatu negara berdaulat yang diakui secara de jure memberikan
kemerdekaan kepada suatu wilayah jajahan, maka negara baru merdeka
tersebut juga diakui secara de jure.

Selain dua pengakuan langsung atas negara yang disebutkan di atas,


terdapat pula pengakuan atas pemerintahan de facto. Teori ini diciptakan oleh Van
Haller 12 yang merupakan sarjana Belanda ketika melihat pola proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia. Maksud dari pengakuan atas pemerintahan de
facto adalah pengakuan yang hanya ditujukan kepada pemerintahan, sedangkan
wilayah atau negara masih belum diakui (Rifai, 2010:63).

Pengakuan terhadap negara baru dalam kenyataannya didasarkan lebih


kepada pertimbangan politik daripada hukum. Hal ini karena pertimbangan politik
lebih berpengaruh, pengakuan itu merupakan tindakan bebas dari negara lain yang
mengakui eksistensi suatu wilayah tertentu yang terorganisasi secara politik, tidak
terikat dengan negara lain, dan berkemampuan menaati kewajiban-kewajiban
hukum iternasional dalam statusnya sebagai anggota masyarakat internasional.

11
Starke (1988:25) mengatakan bahwa tindakan pemberian pengakuan dapat
dilakukan melalui 2 (dua) hal, yaitu secara tegas dan secara tidak tegas. Secara
tegas (expressed), artinya pengakuan dinyatakan secara resmi baik berupa nota
diplomatik, pesan pribadi kepala negara maupun melalui menteri luar negeri,
peryataan parlemen, atau melalui traktat. Sedang tindakan tidak tegas (implied),
yaitu pengakuan yang ditampakkan melalui hubungan tertentu antara negara yang
mengakui dengan negara atau pemerintahan baru.

2. Sifat-Sifat Negara

Pada dasarnya negara sebagai organisasi mempunyai sifat-sifat khusus yang


merupakan cerminan dari kekuasaannya. Sifat-sifat ini hanya dimiliki oleh negara,
tidak dimiliki organisasi lainnya. Miriam Budiarjo (2006:79) membagi sifat-sifat
khusus tersebut sebagai berikut.:

a. Sifat memaksa; artinya negara memiliki kekuasaan untuk memaksa


masyarakatnya untuk tunduk kepada negara. Adanya sifat memaksa
terletak ketika negara membuat peraturan, kebijakan dan kodifikasi hukum
yang mengatur kehidupan masyarakat, dengan tujuan menjaga ketertiban.
Apabila aturan tersebut dilanggar oleh masyarakat, maka negara berhak
menjatuhkan sanksi sesuai hukum yang berlaku, bahkan secara sah dapat
menggunakan kekerasan fisik. Instrumen atau alat negara untuk memaksa
masyarakat tunduk antara lain polisi, tantara, dan berbagai penegak hukum
lainnya.
b. Sifat monopoli; artinya negara memiliki hak untuk menguasai segala
sesuatu yang berada pada teritorialnya sesuai dengan tujuan Bersama dari
masyarakat. Contohnya, sumber kekayaan alam yang terkandung diatas
maupun di dalam bumi dan laut.
c. Sifat mencakup semua (totalitas); artinya setiap perundang-undangan
berlaku secara menyeluruh tanpa kecuali.

C. Tujuan dan Fungsi Negara

12
1. Tujuan Negara

Setiap negara memiliki tujuannya masing-masing. Ini disesuaikan dengan


pandangan hidup rakyat dan landasan pandangan hidup yang bersumber pada
nilai-nilai luhur bangsa. Pada hakikatnya negara mempunyai tujuan
menyelenggarakan kesejahteraan dan kebahagiaan rakyatnya. Tujuan negara
merupakan pedoman dalam menyusun dan mengendalikan alat perlengkapan
negara serta mengatur kehidupan rakyatnya. Aristoteles, Plato, Soltau, dan Laski
(Windi et.al, 2017:36), memamparkan bahwa teori tujuan negara umumnya
digolongkan menjadi dua, yaitu teori tujuan negara klasik dan teori tujuan negara
modern.

a. Teori Tujuan Negara Klasik

Beberapa tokoh yang menganut teori tujuan negara klasik ialah Shang
Yang, Niccolo Macchiavelli, dan Dante Allegheire. Shang Yang adalah
Menteri Tiongkok yang hidup tahun 523-428 SM. Shang Yang dalam
bukunya ‘A Classic of the Chinese School of Law’ menjelaskan bahwa di
dalam setiap negara terdapat subyek yang selalu berhadapan dan bertentangan,
yaitu pemerintah dan rakyat.

Selanjutnya Niccolo Macchiavelli, seorang diplomat Italia yang hidup


tahun1429-1527 Masehi. Melalui bukunya berjudul ‘Il Principe’, ia
mengatakan bahwa14 negara bertujuan untuk memupuk kekuasaan guna
mencapai kemakmuran rakyat.Menurut Machiavelli, pemerintah harus selalu
bersama agar tetap berada diatas segala aliran yang ada, harus lebih berkuasa,
dan kadang-kadang harus bersikap sebagai sesuatu yang ditakuti rakyat. Yang
terakhir ialah Dante Allegheire, seorang filsuf dan penyair yang hidup tahun
1265-1321 Masehi. Melalui bukunya berjudul ‘Die Monarchia’ menjelaskan
bahwa tujuan utama negara adalah menciptakan perdamaian dunia, dengan
jalan menciptakan undang-undang yang seragam bagi seluruh umat manusia.
Kekuasaan sebaiknya berada ditangan raja/kaisar supayua perdamaian dan
keamanan terjamin.

b. Teori Tujuan Negara Modern

13
Teori tujuan negara modern dianut oleh beberapa sarjana, antara lain
Immanuel Kant, Jacobsen dan Lipman, dan J. Barent. Immanuel Kant adala
seorang filsuf Jerman yang hidup tahun 1724-1804 Masehi melalui bukunya
berjudul ‘Metaphysische Afangsrunde’ mengatakan bahwa manusia dilahirkan
sederajat dan segala kehendak, kemauan dalam masyarakat negara harus
berdasarkan pada undang-undang. Peraturan hukum harus dirumuskan secara
tertulis dan menjadi dasar pelaksanaan pemerintahan. Selain itu, perlu juga
adanya pemisahan kekuasaan dalam negara yang memiliki kedudukan
sederajat dan saling berhubungan satu sama lain. Menurut Kant, negara
bertujuan untuk menegakkan hak-hak dan kebebasan warga negara atau
kemerdekaan individu. Lebih lanjut, J. Barent dalam bukunya ‘De
Wetenschap der Politiek’ mengklasifikasikan tujuan negara menjadi dua,
yaitu:

1) Tujuan negara yang sebenarnya (asli dan utama), meliputi pemeliharaan


ketertiban dan keamanan serta pemeliharaan kesejahteraan umum.

2) Tujuan negara yang tidak sebenarnya, yaitu untuk mempertahankan


kedudukan kelas yang berkuasa.

2. Fungsi Negara

Negara sebagai bagian dari institusi terbesar memiliki fungsi yang besar pula
dalam mewujudkan tatanan sistem yang dibangunnya agar berjalan maksimal.
Keberadaan negara, seperti organisasi, didirikan guna memudahkan anggotanya
(rakyat) dalam mencapai tujuan bersama atau cita-citanya. Lebih lanjut, Rifai
(2010:14) menguraikan beberapa fungsi negara, yaitu:

a. Mensejahterakan serta memakmurkan rakyat. Negara yang sukses dan maju


adalah yang bisa membuat masyarakat bahagia secara umum dari sisi
ekonomi dan sosial kemasyarakatan.
b. Melaksanakan ketertiban. Untuk menciptakan suasana dan lingkungan yang
kondusif dan damai diperlukan pemeliharaan ketertiban umum yang
didukung penuh oleh masyarakat.

14
c. Pertahanan dan keamanan. Negara harus bisa memberi rasa aman serta
menjaga dari segala macam gangguan dan ancaman yang datang dari dalam
maupun dari luar.
d. Menegakkan keadilan. Negara membentuk lembaga-lembaga peradilan
sebagai tempat warganya meminta keadilan disegala bidang kehidupan.

D. Suprastruktur dan Infrastruktur Pendukung

Sistem kenegaraan tentu tidak bisa dipisahkan dengan adanya sistem politik
mengenai hal tersebut jika mengutif dari pendapat Soemantri (2014:3), bahwa
sistem politik adalah kelembagaan dari hubungan antar manusia yang berupa
hubungan antara suprastruktur dan infrastruktur politik.

Suprastruktur adalah struktur pemerintahan yang memiliki kewenangan untuk


mengambil kebijakan. Yang termasuk pada suprastruktur politik adalah lembaga
negara yang menjadi alat kelengkapan negara dan menyelanggarakan negara.
Montesquieu dengan teori Trias Politika membagi suprastruktur negara menjadi (a)
Legislatif yang berfungsi membuat peraturan, (b) Eksekutif yang berfungsi
melaksanakan peraturan, dan (c) Yudikatif yang berfungsi sebagai peradilan.

Dalam sistem kenegaraan, selain suprastruktur yang terdiri atas lembaga-


lembaga resmi pemerintahan, terdapat pula insfrastruktur politik. Secara harfiah
infrastruktur diartikan sebagai prasarana atau prasyarat agar sarana yang dimaksud
dapat berjalan. Infrastruktur juga diartikan sebagai struktur politik kemasyarakatan,
ini lebih mengarah kepada pengelompokkan warga negara sebagai kekuatan politik
dalam masyarakat. Selain itu, infrastruktur pun diartikan sebagai kehidupan politik
rakyat ke dalam berbagai macam golongan yang biasanya disebut kekuatan social
politik (Suprayogi et.al., tt:135).

Dalam kehidupan politik masyarakat, infrastruktur politik memiliki fungsi


antara lain:

a. Sebagai pendidikan politik untuk meningkatkan pengetahuan politik


rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem

15
politiknya. Sesuai dengan paham demokrasi atau kedaulatan rakyat, rakyat
harus mampu menjalankan tugas partisipasi.
b. Mempertemukan kepentingan yang beranekaragam dan nyata-nyata hidup
dalam masyarakat. Masyarakat mempunyai pandangan, pendapat,dan
kepentingan yang berbeda-beda tergantung pada keadaan atau lingkungan
yang mempengaruhinya. Pendapat, aspirasi, pandangan yang berbeda-beda
tersebut, diusahakan dapat ditampung dan digabungdengan aspirasi dan
pendapat yang senada.
c. Sebagai agregasi kepentingan, yaitu menyalurkan segala hasrat/aspirasi
dan pendapat masyarakat kepada pemegang kekuasaan atau pemegang
kekuasaan yang berwenang agar tuntutan atau dukungan menjadi perhatian
dan menjadi bagian dari keputusan politik.
d. Menyeleksi kepemimpinan dengan menyelenggarakan pemilihan
pemimpin atau calon pemimpin bagi masyarakat. Penyelenggaraan seleksi
ini dilakukan secara terencana dan teratur berdasarkan hukum
kemasyarakatan dan norma serta harapan masyarakat.
e. Sebagai komunikasi politik dengan menghubungkan pikiran politik yang
hidup dalam masyarakat, baik pikiran intra golongan, institusi, asosiasi,
ataupun sektor kehidupan politik masyarakat dengan sector pemerintah.

Infrastruktur politik memiliki bentuk bermacam-macam, antara lain partai


politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan, media massa, dan Lembaga
lembaga lainnya (Tim Pengembang Modul, 2017:3)

a. Partai Polotik

Partai Politik adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya


mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama (Budiardjo,
2006:160- 161). Carl J. Friedrich (dalam Tim Pengembang Modul, 2017:3)
menerangkan bahwa partai politik adalah sekelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut dan mempertahankan
penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan
penguasaan ini memberikan kepada anggota partai kemanfaatan yang bersifat
idiil maupun materi..

16
b. Kelompok Kepentingan (Interest Group)

Kelompok kepentingan adalah kelompok yang bertindak karena adanya


suatu kepentingan bagi kelompok tersebut. Dapat dipahami sebagai suatu
organisasi yang terdiri dari sekelompok individu yang mempunyai
kepentingan, tujuan, dan keinginan yang sama.

c. Kelompok Penekan (Pressure Group)

Kelompok penekan adalah suatu dalam masyarakat yang melakukan suatu


tindakan yang bertujuan untuk membuat pemerintah melakukan segala sesuatu
sebagaimana yang mereka tuntutkan (Bambang et.al., 2007:177). Kelompok
ini sangat penting peranannya di dalam negara demokrasi. Peran kelompok-
kelompok penekan pada dasarnya telah membuka wacana pendewasaan
politik yang riil, dengan tetap diiringi oleh kelompok-kelompok politik yang
lain, yang juga dapat berperan tidak hanya sebagai kekuatan penekan, tetapi
juga kendali sosial, pendidikan politik dan pembangunan kesadaran. yang
berasal dari beragam kalangan di masyarakat.

d. Media Massa

Media massa adalah jenis media komunikasi massa yang secara khusus
didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan
sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media. Media massa modern
antara lain berbentuk koran (surat kabar), majalah, tabloit, liflet, radio,
televisi, film layer lebar, dan sebagainya. Media massa dibedakan antara
media cetak dan media elektronik.

Lebih lanjut, setidaknya terdapat 6 (enam) peran dasar media sebagai suatu
sub sistem infrastruktur politik, antara lain:

1) Penyampai informasi; merupakan sarana penyampaian arus informasi


politik dari aktor politik maupun pemerintah kepada rakyat secara meluas.
2) Penyalur aspirasi; sebagai sarana penyampai aspirasi dari rakyat kepada
pemerintah, yakni dari individu bagian dari rakyat kepada pemerintah
yang juga dapat diketahui oleh rakyat secara luas.

17
3) Penghubung pemerintah dan rakyat; merupakan salah satu jembatan
penghubung antara pemerintah dengan rakyat serta sebaliknya antara
rakyat dengan pemerintah.
4) Umpan balik; sarana memberikan umpan balik kepada apa yang menjadi
kebijakan pemerintah. Melalui media rakyat dapat memberikan tanggapan
atas kebijakan yang dikeluarkan apakah merugikan bagi rakyat ataukah
menguntungkan rakyat.
5) Sosialisasi politik; menjadi agen sosialisasi politik bagi rakyat. Bahwa
media sosialisasi politik dapat memberikan edukasi dan sosialisasi kepada
rakyat secara luas terkait dengan kebijakan ataupun problema dan isu
politik tertentu. Seperti saat pesta demokrasi atau pemilu media memiliki
peranan yang sangat penting dalam memberikan sosialisasi kepada
masyarakat secara luas.
6) Kontrol sosial; bersama dengan rakyat sebagai pihak yang ikut memberi
pengawasan, kritik, dan memberi masukan kepada pemerintah.

E. Masalah-Masalah Kenegaraan di Indonesia

Indonesia yang merupakan negara republik dengan sistem pemerintahan


demokrasi memiliki berbagai masalah kenegearaan yang kompleks. Melalui
makalah ini kami paparkan beberapa permasalahan kenegaraan Indonesia versi
kami, dengan berdasarkan atas tinjauan dampak kelangsungan negara karena
permasalahan tersebut, sebagai berikut:

1. Disintegrasi bangsa; secara harfiah diartikan sebagai perpecahan suatu


bangsa menjadi bagian-bagian yang terpisah. Pada negara Indonesia,
kemungkinan terjadi disintegrasi cukup tinggi, ini disebabkan berbagai
macam etnis yang berada dalam lingkup Kebhinekaan Indonesia.
2. Korupsi; berasal dari bahasa Latin “corruptio” yang ditejermahkan dalam
bahasa Inggris “corruption”, artinya busuk; merusak; dan menyuap
(Mu’allifin, 2015:314). Bidari (tt:1) memaparkan bahwa korupsi adalah
penyelewengan tugas dan penggelapan uang negara atau perusahaan untuk
keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi memiliki dampak besar

18
terhadap kelangsungan negara, sebab mampu merusak perekonomian
negara, demokrasi dan kesejahteraan umum.
3. Cyber war; diterjemahkan sebagai perang yang terjadi dalam dunia
internet. Isu ini dimasukkan dalam permasalahan kenegaraan Indonesia
dengan pertimbangan bahwa dengan memasuki dunia internet maka
membuat NKRI menjadi negara tanpa tapal batas.

19
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Definisi negara prinsipnya bersifat dinamis. Berbagai ahli mengartikan negara


secara berbeda-beda menurut kondisi masanya masing-masing. Pemikiran yang
beragam tentunya memberikan tambahan wawasan dan khazanah pengetahuan
untuk memahami istilah negara. Namun secara universal, negara dapat diartikan
sebagai organisasi yang sangat besar meliputi wilayah, penduduk, dan
pemerintahan yang berdaulat; menguasasi dan mengatur setiap komponen
kehidupan masyarakatnya.

Terdapat dua tahapan pembentukan negara. Pada tahap primer, negara


terbentuk dimulai dari adanya persekutuan antar kelompok membentuk
masyarakat hukum yang sederhana, kemudian bertransformasi menjadi negara
modern. Sedang tahap sekunder, negara terbentuk karena adanya revolusi,
intervensi dan penaklukan atas negara yang sebelumnya telah ada.

Secara umum, unsur-unsur pembentukan negara terdiri atas unsur konstitutif


yang merupakan unsur pokok pembentuk negara; dan unsur deklaratif merupakan
unsur tambahan dari unsur-unsur pokok pembentuk negara, mencakup pengakuan
dari negara lain secara de facto maupun de jure, tujuan negara, dan undang-
undang dasar. Sedangkan sifat-sifat negara terbagi atas 1) sifat memaksa; artinya
negara memiliki kekuasaan untuk memaksa masyarakatnya untuk tunduk kepada
negara; 2) sifat monopoli artinya negara memiliki hak untuk menguasai egala
sesuatu yang berada pada teritorialnya sesuai dengan tujuan bersama dari
masyarakat; dan 3) sifat mencakup semua (totalitas); artinya setiap perundang
undangan berlaku secara menyeluruh tanpa kecuali.

Teori tujuan negara umumnya digolongkan menjadi dua, yaitu teori tujuan
negara klasik dan teori tujuan negara modern. Kunci teori tujuan negara klasik
ialah “kekuasaan” penuh berada ditangan pemerintah, rakyat dituntut untuk
mematuhi pemerintahan. Sedangkan dalam teori tujuan negara modern, kuncinya

20
ialah aturan atau undang-undang yang mengatur kehidupan bernegara, sehingga
memberikan batas kepada penguasa untuk berbuat sewenang-wenang.

Sistem kenegaraan tentu tidak bisa dipisahkan dengan adanya sistem politik
yang mendukungnya menjalankan negara. Sistem-sistem pendukung tersebut
terbagi menjadi dua, yaitu suprastruktur dan insfrastruktur. Suprastruktur adalah
struktur pemerintahan yang memiliki kewenangan untuk mengambil kebijakan,
terdiri atas eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sedangkan infrastruktur ialah segala
sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang dalam aktivitasnya dapa mempengaruhi, baik langsung maupun tidak
langsung kepada lembaga-lembaga kenegaraan dalam menjalankan fungsi serta
kekuasaannya masing-masing.

B. Rekomendasi

Sebagai warga negara, pemahaman akan negara sangatlah penting. Selain


menjadikan kita sebagai orang yang “sadar” untuk ikut berpartisipasi dalam
kehidupan bernegara. Kita juga dapat mengambil langkah antisipasi terhadap
berbagai permasala

21
DAFTAR PUSTAKA

Adolf, Huala. 1991. Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional. Jakarta:

Rajawali Press.

Busroh, H. Abu Daud. 1990. Ilmu Negara, Cetakan pertama. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Starke, J.G. 1988. Pengantar Hukum Internasional, terjemahan oleh Sumitro L. S.

Danuredjo. Jakarta: PT Aksara Persada Indonesia.

Windi, et.al. 2017. “Negara”, Makalah Pendidikan Kewarganegaraan. Manado:

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Manado.

22
han yang mungkin akan timbul untuk menghancurkan negara.

23

Anda mungkin juga menyukai