A. Simpulan ........................................................................................ 23
B. Rekomendasi .................................................................................. 24
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdirinya Negara ini tidak hanya ditandai oleh Proklamasi dan keinginan
untuk bersatu bersama, akan tetapi hal yang lebih penting adalah adanya UUD
1945 yang merumuskan berbagai masalah kenegaraan. Atas dasar UUD 1945
berbagai struktur dan unsur Negara mulai ada. Bagaimana sebuah negara disebut
sebuah negara dan mengenai fungsi serta sifatnya tentu perlu kiranya dipahami
sebagai seorang mahasiswa dan warga negara Indoensia. Keberadaan sebuah
negara bangsa tentu tidak terlepas dari sebuah konstitusi yang mengaturnya di
Indonesia kita mengenalnya dengan Undang Undang.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Negara berasal dari kata dalam bahasa latin “status” atau “statum” yang
berarti keadaan tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat tegak dan tetap.
Kata “status” atau “statum” diserap ke dalam bahasa Inggris “standing” atau
“station” yang berarti kedudukan --berhubungan dengan kedudukan persekutuan
hidup manusia sebagaimana istilah “status civitatis” atau “status republicae”--.
Beberapa abad sebelum Masehi, para filsuf Yunani seperti Socrates, Plato, dan
Aristoteles sudah memperkenalkan teori tentang negara. Sejak kata “negara”
diterima secara umum yang menunjukkan organisasi teritorial suatu bangsa yang
memiliki kedaulatan. Negara pun mengalami berbagai pemahaman tentang
hakikat dirinya. Secara etimologi, negara adalah organisasi tertinggi diantara satu
kelompok masyarakat pada suatu wilayah yang mempunyai cita-cita untuk
bersatu, kekuatan politik, dan berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan
nasionalnya (KBBI, 2007:777; Martasuta, 2018; Windi et.al., 2017:6). Kelsen
(dalam Starke, 1989:128)
4
memudahkan memahami istilah negara, maka pengertian negara dikelompokkan
dalam beberapa tinjauan, yaitu:
(dalam Busroh, 1990:25-26) dan Harold J. Laski (dalam Kusnadi dan Saragi,
5
bagian dari negara, sehingga kekuasan tertinggi terletak pada negara. Ini
mengisyaratkan bahwa negara berhak mengatur tata tertib dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, sedangkan individu yang menghuninya tidak
dapat berbuat sesuai kehendaknya sendiri.
b. Teori golongan (kelas); negara merupakan alat dari suatu golongan yang
lain yang kedudukan ekonominya lebih lemah. Teori ini diinspirasi oleh
integral, era antara semua golongan, semua bagian dari seluruh anggota
6
2. Teori-Teori Pembentukan Negara
Sebuah negara tidak serta merta berdiri, terdapat proses yang dilalui untuk
mendirikan atau membentuk suatu negara. G. Jellinek (dalam Johan, 2018:39)
memaparkan bahwa terdapat dua tahapan pembentukan negara, yaitu primer dan
sekunder. Pada tahap primer, negara terbentuk dimulai dari adanya persekutuan
antar kelompok membentuk masyarakat hukum yang sederhana, kemudian
bertransformasi menjadi negara modern --tidak dihubungkan dengan negara yang
telah ada sebelumnya--. Lebih lanjut, Jellinek menguraikan beberapa fase
terjadinya negara, antara lain (a) Persekutuan masyarakat (Genootscahft), di sini
masyarakat hidup berkelompok atau membentuk persekutuan dengan kedudukan
yang sama untuk mengurus kepentingan bersama atas dasar persamaan, dipimpin
oleh seseorang yang dipilih secara primus interpares atau yang utama dari lainnya;
(b) Kerajaan, pada fase ini kelompok-kelompok masyarakat yang telah terbentuk
saling menaklukkan satu sama lain dan memperluas lingkup wilayahnya, yang
kalah kemudian akan menjadi bagian dari kelompok pemenang, lama-kelamaan
kelompok pemenang semakin besar dan pemimpinnya diangkat menjadi raja
sehingga muncul kerajaan, telah memiliki kesadaran untuk mengikuti sang
pemimpin atau raja yang memiliki hak milik dan hak atas tanah atau wilayah; (c)
Negara bersifat diktator, di sini pemerintah pusat mampu menundukkan daerah-
daerah dalam satu kekuasaan atau tersentralisasi, raja memegang kekuasaan
mutlak dan rakyat hanya tunduk terhadap perintah raja; dan (d) Negara demokrasi,
fase ini lahir atas reaksi rakyat terhadap kekuasaan raja yang sewenang-wenang,
rakyat kemudian berusaha mengambil bagian dalam mengendalikan
pemerintahan, memilih pemimpin, dan berdaulat.
revolusi, intervensi dan penaklukan atas negara yang sebelumnya telah ada.
Pengakuan dari negara lain dibagi menjadi tiga, yaitu (a) De facto, (b) De jure, (c)
Pengakuan terhadap pemerintahan de facto,
7
Terdapat dua teori mengenai asal mula pembentukan negara yang masing-
masingnya membawahi beberapa teori, yakni teori klasik dan teori modern. Teori
klasik terbagi menjadi tiga, antara lain:
kenyataan, antara lain (a) Penaklukkan, pembentukan negara di suatu daerah atau
wilayah yang sebelumnya kosong; (b) Peleburan, penggabungan dua negara atau
lebih menjadi satu negara baru yang berdaulat; (c) Penyerahan, suatu wilayah
yang sebelumnya milik suatu negara, kemuadian diserahkan kepada negara lain
berdasarkan perjanjian tertentu; (d) Penarikan, wilayah yang dijadikan hunian
oleh sekelompok masyarakat, wilayah ini terbentuk akibat naiknya daratan lumpur
sungai; (f) Proklamasi atau perjuangan, negara muncul karena adanya perlawanan
dan perjuangan bangsa yang tanah airnya dicaplok oleh bangsa lain dan
memproklamirkan negara baru; (g) Pendudukan, hal ini terjadi terhadap wilayah
yang berpenduduk, namun belum memiliki pemerintahan; (h) Pemisahan atau
separatis, artinya sebuah negara terbentuk karena memisahnya bagian wilayah
dari negeri lama dan membentuk pemerintahan baru; dan (i) Pencaplokan, artinya
suatu negara berdiri dengan menguasai wilayah negara lain tanpa reaksi yang
berarti.
8
hasil Konvensi Montevideo-Uruguay1 tahun 1993, terdapat dua unsur
pembentukan negara, yaitu unsur konstitutif dan deklaratif. Secara umum, unsur
unsur tersebut diuraik an sebagai berikut.
Pertama, penduduk yang menetap atau disebut warga negara ialah orang-orang
yang berdasarkan hukum menjadi anggota suatu negara (Markijar, 2019).
9
organisasi yang diberikan hak untuk melaksanakan kekuasaan yang
berdaulat.
b. Dalam artian luas, pemerintah adalah sesuatu yang lebih besar daripada
kabinet. Pemerintah dalam pengertian ini tidak hanya terdiri dari
Presiden atau Perdana Menteri dan jajarannya, melainkan juga aparatur
di luar lingkungan pemerintah.
c. Pengertian yang lebih luas lagi, pemerintah meiputi kekuatan militer,
kekuasaan legislatif, kekuasaan finansial, dan kekuasaan penegakan
hukum yang dibentuk atas nama negara. Atau secara singkat dinyatakan
sebagai kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudisial.
Keempat, ialah pengakuan dari negara lain. Unsur ini bersifat tambahan
yang menerangkan adanya pendirian suatu negara baru yang merdeka didasarkan
hukum internasional. Melihat dari sudut hukum internasional, pengakuan
merupakan fakto penting, sebab (a) tidak mengasingkan suatu kumpulan manusia
dari hubungan-hubungan internasional, (b) menjamin kelanjutan hubungan
tersebut dengan jalan mencegah kekosongan hukum yang merugikan, baik
kepentingan individu maupun hubungan antar negara. Dengan demikian, dapat
10
diketahui bahwa dalam unsur ini diperlukan kemampuan negara untuk
mengadakan hubungan dengan negara lain (Parthiana, 1990:57).
Secara umum, pengakuan dari negara lain terbagi menjadi dua, yaitu de
facto dan de jure. De facto diartikan sebagai pengakuan terbentuknya suatu negara
baru dikarenakan pada kenyataannya memang telah berdiri baik belum maupun
sudah sesuai dengan prosedur hukum internasional.
11
Starke (1988:25) mengatakan bahwa tindakan pemberian pengakuan dapat
dilakukan melalui 2 (dua) hal, yaitu secara tegas dan secara tidak tegas. Secara
tegas (expressed), artinya pengakuan dinyatakan secara resmi baik berupa nota
diplomatik, pesan pribadi kepala negara maupun melalui menteri luar negeri,
peryataan parlemen, atau melalui traktat. Sedang tindakan tidak tegas (implied),
yaitu pengakuan yang ditampakkan melalui hubungan tertentu antara negara yang
mengakui dengan negara atau pemerintahan baru.
2. Sifat-Sifat Negara
12
1. Tujuan Negara
Beberapa tokoh yang menganut teori tujuan negara klasik ialah Shang
Yang, Niccolo Macchiavelli, dan Dante Allegheire. Shang Yang adalah
Menteri Tiongkok yang hidup tahun 523-428 SM. Shang Yang dalam
bukunya ‘A Classic of the Chinese School of Law’ menjelaskan bahwa di
dalam setiap negara terdapat subyek yang selalu berhadapan dan bertentangan,
yaitu pemerintah dan rakyat.
13
Teori tujuan negara modern dianut oleh beberapa sarjana, antara lain
Immanuel Kant, Jacobsen dan Lipman, dan J. Barent. Immanuel Kant adala
seorang filsuf Jerman yang hidup tahun 1724-1804 Masehi melalui bukunya
berjudul ‘Metaphysische Afangsrunde’ mengatakan bahwa manusia dilahirkan
sederajat dan segala kehendak, kemauan dalam masyarakat negara harus
berdasarkan pada undang-undang. Peraturan hukum harus dirumuskan secara
tertulis dan menjadi dasar pelaksanaan pemerintahan. Selain itu, perlu juga
adanya pemisahan kekuasaan dalam negara yang memiliki kedudukan
sederajat dan saling berhubungan satu sama lain. Menurut Kant, negara
bertujuan untuk menegakkan hak-hak dan kebebasan warga negara atau
kemerdekaan individu. Lebih lanjut, J. Barent dalam bukunya ‘De
Wetenschap der Politiek’ mengklasifikasikan tujuan negara menjadi dua,
yaitu:
2. Fungsi Negara
Negara sebagai bagian dari institusi terbesar memiliki fungsi yang besar pula
dalam mewujudkan tatanan sistem yang dibangunnya agar berjalan maksimal.
Keberadaan negara, seperti organisasi, didirikan guna memudahkan anggotanya
(rakyat) dalam mencapai tujuan bersama atau cita-citanya. Lebih lanjut, Rifai
(2010:14) menguraikan beberapa fungsi negara, yaitu:
14
c. Pertahanan dan keamanan. Negara harus bisa memberi rasa aman serta
menjaga dari segala macam gangguan dan ancaman yang datang dari dalam
maupun dari luar.
d. Menegakkan keadilan. Negara membentuk lembaga-lembaga peradilan
sebagai tempat warganya meminta keadilan disegala bidang kehidupan.
Sistem kenegaraan tentu tidak bisa dipisahkan dengan adanya sistem politik
mengenai hal tersebut jika mengutif dari pendapat Soemantri (2014:3), bahwa
sistem politik adalah kelembagaan dari hubungan antar manusia yang berupa
hubungan antara suprastruktur dan infrastruktur politik.
15
politiknya. Sesuai dengan paham demokrasi atau kedaulatan rakyat, rakyat
harus mampu menjalankan tugas partisipasi.
b. Mempertemukan kepentingan yang beranekaragam dan nyata-nyata hidup
dalam masyarakat. Masyarakat mempunyai pandangan, pendapat,dan
kepentingan yang berbeda-beda tergantung pada keadaan atau lingkungan
yang mempengaruhinya. Pendapat, aspirasi, pandangan yang berbeda-beda
tersebut, diusahakan dapat ditampung dan digabungdengan aspirasi dan
pendapat yang senada.
c. Sebagai agregasi kepentingan, yaitu menyalurkan segala hasrat/aspirasi
dan pendapat masyarakat kepada pemegang kekuasaan atau pemegang
kekuasaan yang berwenang agar tuntutan atau dukungan menjadi perhatian
dan menjadi bagian dari keputusan politik.
d. Menyeleksi kepemimpinan dengan menyelenggarakan pemilihan
pemimpin atau calon pemimpin bagi masyarakat. Penyelenggaraan seleksi
ini dilakukan secara terencana dan teratur berdasarkan hukum
kemasyarakatan dan norma serta harapan masyarakat.
e. Sebagai komunikasi politik dengan menghubungkan pikiran politik yang
hidup dalam masyarakat, baik pikiran intra golongan, institusi, asosiasi,
ataupun sektor kehidupan politik masyarakat dengan sector pemerintah.
a. Partai Polotik
16
b. Kelompok Kepentingan (Interest Group)
d. Media Massa
Media massa adalah jenis media komunikasi massa yang secara khusus
didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan
sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media. Media massa modern
antara lain berbentuk koran (surat kabar), majalah, tabloit, liflet, radio,
televisi, film layer lebar, dan sebagainya. Media massa dibedakan antara
media cetak dan media elektronik.
Lebih lanjut, setidaknya terdapat 6 (enam) peran dasar media sebagai suatu
sub sistem infrastruktur politik, antara lain:
17
3) Penghubung pemerintah dan rakyat; merupakan salah satu jembatan
penghubung antara pemerintah dengan rakyat serta sebaliknya antara
rakyat dengan pemerintah.
4) Umpan balik; sarana memberikan umpan balik kepada apa yang menjadi
kebijakan pemerintah. Melalui media rakyat dapat memberikan tanggapan
atas kebijakan yang dikeluarkan apakah merugikan bagi rakyat ataukah
menguntungkan rakyat.
5) Sosialisasi politik; menjadi agen sosialisasi politik bagi rakyat. Bahwa
media sosialisasi politik dapat memberikan edukasi dan sosialisasi kepada
rakyat secara luas terkait dengan kebijakan ataupun problema dan isu
politik tertentu. Seperti saat pesta demokrasi atau pemilu media memiliki
peranan yang sangat penting dalam memberikan sosialisasi kepada
masyarakat secara luas.
6) Kontrol sosial; bersama dengan rakyat sebagai pihak yang ikut memberi
pengawasan, kritik, dan memberi masukan kepada pemerintah.
18
terhadap kelangsungan negara, sebab mampu merusak perekonomian
negara, demokrasi dan kesejahteraan umum.
3. Cyber war; diterjemahkan sebagai perang yang terjadi dalam dunia
internet. Isu ini dimasukkan dalam permasalahan kenegaraan Indonesia
dengan pertimbangan bahwa dengan memasuki dunia internet maka
membuat NKRI menjadi negara tanpa tapal batas.
19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Teori tujuan negara umumnya digolongkan menjadi dua, yaitu teori tujuan
negara klasik dan teori tujuan negara modern. Kunci teori tujuan negara klasik
ialah “kekuasaan” penuh berada ditangan pemerintah, rakyat dituntut untuk
mematuhi pemerintahan. Sedangkan dalam teori tujuan negara modern, kuncinya
20
ialah aturan atau undang-undang yang mengatur kehidupan bernegara, sehingga
memberikan batas kepada penguasa untuk berbuat sewenang-wenang.
Sistem kenegaraan tentu tidak bisa dipisahkan dengan adanya sistem politik
yang mendukungnya menjalankan negara. Sistem-sistem pendukung tersebut
terbagi menjadi dua, yaitu suprastruktur dan insfrastruktur. Suprastruktur adalah
struktur pemerintahan yang memiliki kewenangan untuk mengambil kebijakan,
terdiri atas eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sedangkan infrastruktur ialah segala
sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang dalam aktivitasnya dapa mempengaruhi, baik langsung maupun tidak
langsung kepada lembaga-lembaga kenegaraan dalam menjalankan fungsi serta
kekuasaannya masing-masing.
B. Rekomendasi
21
DAFTAR PUSTAKA
Rajawali Press.
Busroh, H. Abu Daud. 1990. Ilmu Negara, Cetakan pertama. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
22
han yang mungkin akan timbul untuk menghancurkan negara.
23