Anda di halaman 1dari 35

Chapter 4 NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL UUD NRI 1945 DAN

KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI


BAWAH UUD (Negara dan Konstitusi)
A. Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa dan Negara
1. Istilah dan pengertian negara
2. Terjadinya negara
3. Tujuan dan fungsi negara
4. Unsur-unsur negara
5. Bentuk negara
6. Bentuk pemerintahan
7. Kedaulatan dalam negara
8. Pemisahan kekuasaan
B. Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara
1. Konsep dan fungsi konstitusi
2. Definisi Konstitusi
3. Teori untuk menilai sebuah konstitusi
4. Sifat Konstitusi
5. Cara Perubahan konstitusi
6. Hubungan negara dengan konstitusi
C. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Konstitusi dalam Kehidupan
Berbangsa-Negara Indonesia
D. Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Konstitusi dalam Kehidupan
Berbangsa-Negara Indonesia
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan
Berbangsa-Negara
A. Latar Belakang

Tujuan konstitusi adalah untuk membatasi kesewenangan tindakan pemerintah,


untuk menjamin hak-hak yang diperintah, dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan
yang berdaulat. Oleh karena itu, setiap konstitusi senantiasa memiliki dua tujuan, yaitu
untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik dan untuk
membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa serta menetapkan batas-
batas kekuasaan bagi penguasa.
Tiga tingkatan nilai konstitusi, yaitu nilai normatif, nilai nominal, dan nilai
semantik. Nilai normatif berarti konstitusi sebagai hukum tertinggi sebuah bangsa
benar-benar dipatuhi oleh penguasa maupun masyarakat secara murni dan konsekuen.
Nilai nominal berarti konstitusi berlaku secara hukum, namun dalam implementasinya
belum bisa dijalankan secara maksimal. Sedangkan nilai semantik mengartikan
konstitusi tetap berlaku, namun hanya formalitas semata dan digunakan dalam
menjalankan kekuasaan politik.
Nilai-nilai konstitusi idealnya harus dilaksanakan secara normatif, karena akan
memengaruhi tercapai atau tidaknya tujuan sebuah bangsa yang tercantum di dalam
konstitusi, dalam konteks Indonesia, tujuan bangsa Indonesia, di antaranya, dapat
dilihat pada Alinea Keempat UUD 1945. Memang bukanlah hal yang mudah untuk
mewujudkannya, seperti kondisi sekarang ini di mana pendidikan, perekonomian,
kesehatan dan keadilan hukum yang belum sesuai dengan apa yang diamanatkan
konstitusi. Maka, negara harus benar-benar hadir untuk memenuhi apa yang menjadi
hak warga negara, dan warga negara harus melaksanakan apa yang menjadi
kewajibannya. Hal ini semata-mata untuk mengimplementasikan nilai konstitusi secara
normatif agar tujuan negara tercapai. Dalam chapter ini kita akan membahas

1. Apa yang dimaksud dengan negara?


2. Apa saja fungsi negara?
3. Apa yang dimaksud konstitusi?
4. Bagaimana argumen dinamika konstitusi dalam kehidupan berbangsa di Indonesia?
5. Apa esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
PEMBAHASAN

NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL UUD NRI 1945 DAN


KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BAWAH
UUD (Negara dan Konstitusi)

A. Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa dan Negara


1. Istilah dan pengertian negara

Negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni state (bahasa


inggris), staat (bahasa belanda dan jerman) dan etat (bahasa prancis) kata
state,staat,etat diambil dari bahasa latin status atau statum yang berarti tegak dan tetap
atau sesuatu yang memiliki sifat tegak dan tetap. Secara terminologi negara adalah
suatu organisasi dari kelompok atau beberapa kelompok manusia yang mempunyai
cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah tertentu dan mempunyai pemerintah yang
berdaulat.

Secara etimologis istilah “negara” merupakan terjemahan dari kata-kata asing,


yaitu state (bahasa Inggris), staat (bahasa Jerman dan Belanda), dan etat (bahasa
Prancis). Kata state, staat, dan etat itu diambil oleh orang-orang Eropa dari bahasa
Latin pada abad ke-15, yaitu dari kata statum atau status yang berarti keadaan yang
tegak dan tetap, atau sesuatu yang bersifat tetap dan tegak.

Istilah negara ini muncul bersamaan dengan munculnya istilah Lo Stato yang
dipopulerkan Niccolo Machiavelli lewat bukunya II Principe. Saat itu, Lo Stato
didefinisikan sebagai suatu sistem tugas dan fungsi publik dan alat perlengkapan yang
teratur dalam wilayah tertentu.

Di Indonesia sendiri, istilah “Negara” berasal dari bahasa Sansekerta nagara


atau nagari, yang berarti kota. Sekitar abad ke-5, istilah negara sudah dikenal dan
dipakai di Indonesia. Hal ini dibuktikan oleh adanya penamaan Kerajaan
Tarumanegara di Jawa Barat. Selain itu, istilah negara juga dipakai sebagai penamaan
kitab Majapahit Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca. Jadi, istilah “negara”
sudah dipakai terlebih dahulu di Indonesia jauh sebelum bangsa Eropa.
Negara adalah suatu kumpulan orang yang telah mempunyai kehendak/tujuan
yang sama untuk membangun masa depan bersama-sama. Kelompok masyarakat
tersebut memiliki rasa senasib dan sepenanggungan untuk menjalankan hidup
bersama- sama di dalam suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik
politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya. membentuk organisasi
masyarakat dan memiliki pemerintahan yang sah untuk mengatur warga atau
masyarakatnya.

Pengertian Negara Menurut Para Ahli

Di dalam suatu negara minimal terdapat unsur-unsur negara seperti rakyat,


wilayah, pemerintah yang berdaulat serta pengakuan dari negara lain. Adapun
pengertian negara juga memiliki arti lain menurut beberapa para ahli yang diantaranya
yaitu:

Menurut Harold J. Laski

Pengertian negara menurut pandangan Harold J. Laski negara ialah suatu


masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa
dan yang secara sah lebih agung dari pada individu atau kelompok yang merupakan
bagian masyarakat itu.

Menurut Rogert H. Soltau

Pengertian negara ialah alat atau wewenang yang mengatur atau


mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.

Menurut Max Weber

Pengertian negara yaitu suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam


penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.

Menurut Robert M. Maclver

Pengertian negara ialah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam


suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberikan
kekuasaan memaksa.

Menurut John Locke

1) Fungsi legislatif adalah untuk membentuk undang-undang / peraturan


2) Fungsi eksekutif adalah untuk melaksanakan undang-undang / peraturan
3) Fungsi federatif adalah untuk hubungan luar negeri

Menurut Monte Sigeu

1) Fungsi legislatif adalah fungsi membentuk undang – undang


2) Fungsi eksekutif adalah fungsi membentuk undang – undang
3) Fungsi federatif adalah untuk mengawasi pelaksanaan undang – undang

Menurut Charles E Merriam

1) Keamanan ekstern, artinya bertugas melindungi warga negaranya terhadap


ancaman dari luar.
2) Pemeliharaan ketertiban intern artinya dalam masyarakat terdapat pembagian
kerja dan tanggung jawab pelaksanaan peraturan-peraturan.
3) Keadilan
4) Kesejahteraan meliputi, keamanan, ketertiban, keadilan dan kebebasan.

Menurut Montesquieu

1) fungsi legislatif: membuat undang-undang.


2) fungsi eksekutif: melaksanakan undang-undang.
3) fungsi yudikatif: mengawasi agar semua peraturan dilaksanakan dengan baik.

Menurut Van Vollenhoven

1) Regeling: membuat peraturan.


2) Bestuur: menyelenggarakan pemerintahan.
3) Rechtspraak: fungsi mengadili.

Menurut Goodnow
1) Policy making: membuat kebijakan negara pada waktu tertentu untuk seluruh
masyarakat.
2) Policy executing: melaksanakan kebijakan yang sudah ditentukan.

2. Terjadinya negara

Sejarah terbentuknya negara dimulai dari asal usul dan juga berbagai teori-
teori terbentuknya negara dari berbagai pendapat ahli. Setiap negara mengalami
pengalam yang berbeda dari terjadinya hingga diakui oleh negara lain. Ada beberapa
cara untuk mengetahui asal mula terjadinya suatu negara yang terbagi dalam beberapa
pandangan- pandangan dalam asal mula terjadinya negara seperti secara faktual,
secara teoritis, dan berdasarkan proses pertumbuhan.

a. Asal Mula Terjadinya Negara Secara Faktual/Kenyataan

Secara faktual adalah cara mengetahui asal mula terjadinya negara


berdasarkan dari fakta nyata yang diketahui menurut sejarah lahirnya suatu negara.
Dalam terjadinya suatu negara digolongkan dalam berbagai istilah antara lain sebagai
berikut..

 Occupatie (pendudukan) adalah suatu daerah atau wilayah yang tidak bertuan
dan belum dikuasai oleh suku atau kelompok tertentu. Contohnya liberia
diduduki oleh budak-budak Negro dan dimerdekakan pada tahun 1947.
 Cessie (penyerahan) adalah suatu wilayah diserahkan pada negara lain
berdasarkan atas suatu perjanjian tertentu. Conohnya, Wilayah Sleeswijk
diserahkan oleh Austria pada Prusia (jerman) karena adanya perjanjian atas
negara yang kala dalam perang harus memberikan negara yang dikuasainya
pada negara yang menang. Austria adalah salah satu negara yang kalah dalam
Perang Dunia I.
 Accesie (penaikan) adalah suatu wilayah akibat penaikan lumpur sungai atau
timbul dari dasar laut (delta). Wilayah yang dihuni oleh sekelompok orang
sehingga terbentuklah sebuah negara. Contohnya pada wilayah negara Mesi
yang terbentuk dari del Sungai Nil.
 Fusi (peleburan), Beberapa negara mengadakan peleburan (fusi) dan
membentuk satu negara baru. Contohnya pada bersatunya Jerman Barat dan
Jerman Timur pada tahun 1990
 Proklamasi adalah penduduk pribumi daru suatu wilayah yang diduduki oleh
bangsa lain dengan mengadakan suatu perjuangan (perlawanan) sehingga
berhasil dalam merebut wilayahnya kembali dan menyatakan
kemerdekaannya. Kemerdekaan Negara RI pada 17 Agustus 1945 dari
penjajahan Jepang dinyatakan dengan proklamasi
 Innovatioan (pembentukan baru) adalah munculnya suatu negara baru diatas
wilayah suatu negara yang pecah dan lenyap karena atas suatu hal. Contohnya
pada lenyapnya negara Uni Soviet. Di wilayah negara tersebut muncul suatu
negara baru misalnya Chechnya, Uzbekistan, dan Rusia.
 Anexatie (pencaplokan/penguasaan) adalah suatu negara dapat berdiri di suatu
wilayah yang dikuasai (dicaplok) oleh bangsa lain tanpa reaksi berarti. Negara
Israel terbentuk dengan mencaplok daerah Palestina, Mesir, Suriah dan
Yordania.

b. Asal Mula Terjadinya Negara Secara Teoritis

Secara teoritis adalah cara dalam mengetahui asal mula terjadinya negara
menurut/berdasarkan kajian teoritis yang dikenal dengan teori terbentuknya
negara. Teori-Teori Terbentuknya Negara adalah sebagai berikut..

 Teori Ketuhanan, adalah teori yang didasarkan pada kepercayaan dari segala
sesuatu terjadi atas kehendak Tuhan. Negara dengan sendirinya juga terjadi atas
kehendak Tuhan. Teori ini mendapat dukungan dari tokoh Kranenburg, Thomas
Auinas, dan Agustinus.
 Teori Kekuasaan, adalah teori terbentuk negara yang berdasar dalam dasar
kekuasaan dimana kekuasaan adalah ciptaan orang yag paling kuat dan berkuasa.
Teori mendapat dukungan dari Karl Marx, Leon Duguit, dan Harold J. Laski
 Teori Pernajian Masyarakat (Kontrak Sosial), adalah teori yang didasarkan
karena adanya perjanjian masyarakat. Semua negara mengikat diri dalam suatu
perjanjian bersama untuk mendirikan suatu organisasi yang bisa melindungi dan
menjamin kelangsungan hidup bersama. Teori ini juga didukung oleh
Monstequieu, Thomas Hobbes, John Locke, J.J.Rousseau.
 Teori Hukum Alam, adalah teori yang didasarkan pada hukum alam bukan buatan
negara, melainkan kekuasaan alam yang berlaku dalam setiap waktu dan tempat,
serta bersifat universal dan tidak berubah.
c. Asal Mula Terjadinya Negara Berdasarkan Proses Pertumbuhan

Berdasarkan proses pertumbuhan adalah cara dalam mengetahui tahap-tahap


perkembangan negara, mulai dari asal mula terjadinya, proses pertumbuhannya,
hingga mencapai bentuk yang kita kenal sekarang. Berdasarkan cara ini, asal mula
terjadinya negara dapat dibedakan dalam dua proses antara lain sebagai berikut.

Secara primer. Terjadinya negara dimulai dari masyarakat hukum yang


paling sederhana yang kemudian berevolusi ke tingkat yang lebih maju Tahap-tahap
pertumbuhannya adalah sebagai berikut..

 Suku/persekutuan masyarakat (genootschaft) adalah kehidupan manusia yang


diawali dari keluarga, kemudian kelompok-kelompok masyarakat hukum
(sukum). Satu suku berkembang menajdi dua suku, tiga suku, dan seterusnya
hingga menjadi besar dan kompleks. Perkembangan tersebut bisa terjadi karena
faktor alami atau karena penaklukan-penaklukan antarsuku.
 Kerajaan (rijk) adalah tahap yang dimulai dari kepala suku yang semula berkuasa
di masyarakat hukumnya mengadakan ekspansi dengan melakukan penaklukan-
penaklukan kepada daerah lain.
 Negara rasional adalah tahap yang dimulai dari negara nasional yang diperintah
oleh raja yang absolut dengan sistem pemerintahan tersentralisasi. Semua rakyat
yang dipaksa mematuhi kehendak dan perintah raja. Hanya ada satu identitas
kebangsaan. fase ini disebut dengan fase nasional dalam terjadinya sebuah negara
 Negara demokrasi adalah tahap dimana adanya kekuasaan raja yang absolut
dengan menimbulkan keinginan rakyat untuk memegang pemerintahan sendiri.
Artinya, kedaulatan/kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat. Rakyat yang berhak
memilih pemimpinnya yang dianggap mampu dalam mewujudkan aspirasinya.
Hal tersebut mendorong lahirnya negara demokrasi.

Secara Sekunder. Teori terjadinya negara secara sekunder yang didasarkan


bahwa negara telah ada sebelumnya. Namun karena adanya revolusi, intervensi, dan
penaklukan, timbullah negara yang menggantikan negara yang telah ada tersebut.
Karena revolusi di Uni Soviet. Cheechnya, dan Uzbekistan menjadi sebuah negara
yang merdeka. Indonesia merdeka dari Jepang setelah Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945.

3. Tujuan dan fungsi negara


a. Tujuan

Tujuan negara secara umum dapat dilihat pada perwujudan beberapa unsur,
seperti keadilan, kemakmuran, keamanan, dan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan
banyak teori yang ada, secara umum ada lima tujuan negara yang paling utama di
antaranya, yaitu sebagai berikut:

1) Menciptakan keadaan agar rakyat bisa mencapai keinginan-keinginannya


secara maksimal.
2) Memajukan kesusilaan manusia sebagai individu dan sebagai makhluk
sosial.
3) Mencapai penghidupan dan kehidupan yang aman dan tenteram dengan
taat kepada Tuhan. Pemimpin negara dalam menjalankan kekuasaannya
berdasarkan kekuasaan Tuhan.
4) Berusaha menyelenggarakan ketertiban, keamanan, dan ketenteraman agar
tercapai tujuan negara yang tertinggi, yaitu kemakmuran bersama.
5) Memelihara dan menjamin terlaksananya hak-hak asasi manusia.
Kemudian kekuasaan penguasa dibatasi oleh hak-hak asasi manusia.

Sebagai satu di antara negara berdaulat, Indonesia juga memiliki tujuan


negara. Tujuan negara Republik Indonesia tercantum dalam teks pembukaan UUD
1945 alinea keempat. Berikut merupakan bunyi tujuan negara Indonesia pada
selengkapnya.

1) Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.


2) Memajukan kesejahteraan umum.
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

b. Fungsi
Fungsi-fungsi negara secara umum:

1) Melaksanakan ketertiban

Fungsi negara yang pertama adalah fungsi pengaturan dan ketertiban.


Fungsi ini sangat penting, terutama untuk mencegah bentrokan-bentrokan
maupun pertikaian antar warga.

Fungsi pelaksanaan ketertiban ini hadir untuk mengatur masyarakat


agar tercipta kehidupan bernegara yang baik sesuai dengan tujuan dan cita-cita
negara.

2) Fungsi kemakmuran dan kesejahteraan

Fungsi ini makin penting seiring berjalannya waktu, terutama bagi


negara yang menganut paham negara kesejahteraan (welfare staat). Dalam hal
ini, negara berupaya agar masyarakat dapat hidup dan sejahtera, terutama
dibidang ekonomi dan sosial masyarakat.

Untuk itu, negara melakukan berbagai macam upaya seperti


pembangunan di segala bidang, serta berusaha untuk selalu menciptakan
kondisi perekonomian yang selalu stabil.

3) Fungsi pertahanan

Fungsi pertahanan menjadi satu di antara fungsi yang sangat penting.


Fungsi ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya serangan dari
luar.

Jadi, negara wajib mampu melindungi rakyat, wilayah dan


pemerintahannya dari berbagai ancaman, tantangan, serangan dan gangguan
baik dari dalam maupun dari luar negeri. Maka dari itu, penting bagi setiap
negara mempunyai alat-alat pertahanan serta personel keamanan yang terlatih
dan tangguh.

4) Fungsi keadilan
Fungsi negara ini dilaksanakan oleh badan penegak hukum, khususnya
badan-badan peradilan. Negara harus dapat menegakkan hukum secara tegas
dan tanpa adanya unsur kepentingan tertentu.

Negara memiliki fungsi untuk menegakkan keadilan bagi seluruh


warganya meliputi seluruh aspek kehidupan lewat badan-badan peradilan di
bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, keamanan, dan lain-lain.

4. Unsur-unsur negara
a. Rakyat

Rakyat adalah semua orang yang menjadi penghuni suatu negara. Leacock
mengatakan bahwa, "Negara tidak akan berdiri tanpa adanya sekelompok orang yang
mendiami bumi ini". Jumlah penduduk untuk membuat suatu negara membutuhkan
5040 penduduk atau orang menurut Plato. Rakyat terdiri dari penduduk dan bukan
penduduk. Penduduk adalah semua orang yang ingin menetap di sebuah wilayah atau
negara tertentu.

Mereka yang ada dalam wilayah yang bertujuan tidak ingin menetap, tidak
dapat disebut penduduk. Misalnya orang yang ingin berkunjung karena wisata. Dan
ada juga beberapa istilah yang erat dengan pengertian rakyat yaitu:

1) Rumpun (ras)

Rumpun diartikan sebagai sekumpulan manusia yang merupakan suatu


kesatuan karena mempunyai ciri - ciri jasmani yang sama, seperti warna kulit
warna rambut, dan lainnya. Karena persamaannya ciri-ciri jasmani itu maka
penduduk dunia dibagi dalam macam-macam rumpun, seperti rumpun melayu,
rumpung kuning, rumpun putih, dan sebagainya.

2) Bangsa (volks)

Bangsa diartikan sebagai kumpulan manusia yang merupakan satu


kesatuan karena mempunyai perasaan kebudayaan. Misalnya : bahasa adat
kebiasaan, agama dan sebagainya.
3) Nazi (natie)

Natie juga sering disebut sebagai bangsa akan tetapi mempunyai ciri-
ciri yang berbeda. Natie diartikan sebagai sekumpulan manusia yang
merupakan suatu kesatuan karena mempunyai kesatuan politik yang sama. Ciri
jasmaniah maupun kebudayaan bukan syarat mutlak bagi terbentuknya suatu
bangsa (natie). Oleh karena itu disebut sebagai nasional oleh karena, negara
didirikan atas keadaan nasional.

Warga negara memiliki empat hal berikut:

1) Status Positif ialah memberi hak kepadanya untuk menuntut tindakan


positif daripada negara mengenai perlindungan atas jiwa, raga, milik,
kemerdekaan dan lain sebagainya.
2) Status Negatif seorang warga negara akan memberi jaminan kepadanya
bahwa negara tidak boleh campur tangan terhadap hak-hak asasi warga
negaranya. Namun dalam keadaan tertentu negara dapat melanggar hak-
hak tersebut jika tindakannya untuk kepentingan umum.
3) Status Aktif memberi hak kepada setiap warga negaranya untuk ikut serta
dalam pemerintahan. Untuk mewujudkan hak ini setiap warga negaranya
diberi hak untuk memilih dan dipilih sebagai anggota dalam Dewan
Perwakilan Rakyat.
4) Status Pasif merupakan kewajiban bagi setiap warga negara untuk mentaati
dan tunduk kepada seluruh perintah warga negaranya.

b. Wilayah

Wilayah tertentu adalah batas wilayah dimana kekuasaan negara itu tidak
berlaku diluar batas wilayahnya karena bisa menimbulkan sengketa internasional,
walaupun sebagai pengecualian dikenal apa yang disebut daerah eksteritorial yang
artinya kekuasaan negara bisa berlaku diluar daerah kekuasaannya sebagai
pengecualian misalnya di tempat kediaman kedutaan asing berlaku kekuasaan negara
asing itu.
Mengenai batas wilayah negara itu orang tidak dapat melihat dalam Undang-
Undang Dasar Negara, tapi merupakan perjanjian (traktat) antara dua negara atau
lebih yang berkepentingan dan biasanya merupakan negara tetangga. Jika hanya
antara dua negara maka perjanjian tersebut bersifat bilateral.

Jika lebih maka sifat perjanjian tersebut multilateral. Wilayah/teritorial


mempunyai arti luas yang meliputi: Udara, Darat dan Laut. Ketiganya ditentukan oleh
perjanjian internasional. Karakteristik wilayah bisa berupa kondisi alam, ekonomi,
demografi, dan sosial-budaya.

Beberapa contoh wilayah yang ada di permukaan bumi antara lain:

1) Wilayah hutan hujan tropis (region alamiah)


2) Amerika latin (region budaya)
3) Kepulauan Wallacea (region fauna)
4) Corn belt (region pertanian)
5) Zona dataran rendah Jakarta (region fisiografi)

Secara umum suatu wilayah terbagi menjadi dua,

yaitu:

1) Wilayah formal

Wilayah ini identik dengan definisi wilayah secara umum, yaitu suatu
daerah atau kawasan di muka bumi yang memiliki karakteristik yang khas
sehingga dapat dibedakan dari wilayah lain di sekitarnya.

2) Wilayah fungsional

Suatu kawasan yang terdiri atas beberapa pusat wilayah yang berbeda
fungsinya. Contoh jelas dari wilayah fungsional adalah perkotaan. Dilihat dari
konsepnya, wilayah perkotaan terdiri atas tiga komponen, yaitu:

1) Nodus atau inti, yang merupakan pusat kota.


2) Internal area (hinterland), wilayah sekitar kota yang fungsinya memasok
kebutuhan harian kota tersebut.
3) Area, merupakan jalur penghubung antara kota wilayah pemasok
kebutuhan kota tersebut.
c. Pemerintah
1) Pengertian Pemerintah

Pemerintah merupakan alat bagi negara dalam menyelenggarakan


segala kepentingan warganya dan merupakan alat dan juga dalam
mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan. Pemerintah harus diartikan luas
yang mencakup semua badan-badan negara. Yang penting adalah pemerintah
yang berkuasa harus diakui oleh rakyatnya karena pada hakikatnya pemerintah
merupakan pembawa suara dari rakyat sehingga pemerintah dapat berdiri
stabil.

Demikian pula pengakuan dari luar ata negara lain. Pemerintah adalah
sekelompok orang atau organisasi yang diberikan kekuasaan untuk
memerintah serta memiliki kewenangan dalam membuat dan menerapkan
hukum di suatu wilayah. Pemerintah merupakan lembaga atau badan publik
yang bertugas mewujudkan tujuan negara. Lembaga itu juga diberikan
kewenangan untuk melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan
serta pembangunan masyarakat dari berbagai lembaga dimana mereka
ditempatkan.

2) Fungsi
a) Pelayanan, meliputi pelayanan publik dan pelayanan sipil yang
mengedepankan kesetaraan. Pelayanan yang dilakukan pemerintah
pusat mencakup masalah luar negeri, peradilan, keuangan, agama,
pertahanan dan keamanan.
b) Pengaturan, yakni membuat peraturan perundang-undangan yang
mengatur hubungan manusia di dalam masyarakat agar kehidupan
berjalan lebih harmonis dan dinamis.
c) Pembangunan, yakni pemerintah sebagai pemacu pembangunan, baik
di baik itu infrastruktur maupun pembangunan SDM di wilayahnya.
d) Pemberdayaan, yakni pemerintah berperan mendukung otonomi daerah
sehingga masing-masing daerah dapat mengelola sumber daya secara
maksimal.

3) Tujuan Pemerintahan
Suatu pemerintahan dibentuk pasti dengan beberapa tujuan. Yang pasti
pemerintah harus bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Adapun
beberapa tujuan pemerintahan adalah sebagai berikut:

a) hak asasi manusia, kebebasan, kesetaraan, perdamaian, dan keadilan


bagi seluruh rakyatnya.
b) konstitusi sehingga setiap warga negara diperlakukan dengan adil.
c) perdamaian dan keamanan di dalam masyarakat dengan menerapkan
hukum secara adil.
d) melindungi kedaulatan bangsa dari berbagai unsur yang mengancam,
baik dari dalam maupun dari luar.
e) membuat dan menjaga sistem moneter sehingga memungkinkan
perdagangan domestik dan internasional berjalan dengan baik.
f) menarik pajak dan menetapkan APBN secara bijak sehingga
pengeluaran negara tepat sasaran.
g) membuka dan menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya
sehingga kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik.
h) menjaga hubungan diplomatik dengan negara lain dengan cara
membangun kerjasama di berbagai bidang.

Saat ini banyak negara memberlakukan pemerintahan demokrasi


seperti contohnya Indonesia Selain demokrasi ada banyak lagi jenis
pemerintahan, diantaranya:

1) Monarki 6) Teknokrasi
2) Tirani 7) Timokrasi
3) Aristokasi 8) Kleptokrasi
4) Oligarki 9) Oklokrasi
5) Demokrasi 10) Plutokrasi

5. Bentuk Negara

Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia Menurut Konstitusi Negara


Indonesia yang menganut bentuk negara kesatuan. Hal ini dapat dipahami dalam Pasal
1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Indonesia adalah negara kesatuan
yang
berbentuk Republik”. Oleh karena itu telah tercermin bentuk negara Indonesia dari
pasal tersebut: Pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang rinci sesuai dengan
ketentuan pemerintah pusat yang diatur dengan undang-undang, sedangkan kekuasaan
pemerintah pusat sangat luas.

Bentuk negara kesatuan Indonesia akan melahirkan strategi dalam pembagian


kekuasaan antara pusat dan daerah guna mewujudkan tujuan dari negara sebagaimana
di atur dalam aline keempat Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia. Sebagai
langkah untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakanlah sistem desentralisasi dan
dekonsentrasi.

Adapun bentuk ketetkaitan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah


sebagai perwujudan bentuk Negara Republik Indonesia ditegaskan pada Pasal 18
UUDNRI ayat (1) “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota, yang setiap provinsi,
kabupaten, dan kota mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-
undang”. Ayat (2) “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan”. Kemudian dinyatakan pada ayat (5) juga ditegaskan bahwa
“Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah
Pusat”.

6. Bentuk pemerintahan

Indonesia menerapkan bentuk pemerintahan republik konstitusional sebagai


bentuk pemerintahan. Dalamkonstitusi Indonesia Undang-undang Dasar 1945 pasal 1
ayat(1) disebutkan "Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk
Republik". Bentuk pemerintahan republik sebenarnya masih dapat dibedakan
menjadi republik absolut, republik parlementer dan republik konstitusional. Bentuk
Pemerintahan Republik Konstitusional yang diterapkan di Indonesia memiliki ciri
pemerintahan dipegang oleh Presiden sebagai kepala pemerintahan yang dibatasi oleh
konstitusi (UUD). Pasal 4 ayat(1) UUD 1945 dijelaskan "Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar."
Presiden dibantu oleh wakil presiden saat menjalankan tugas dan kewajiban Di
negara yang menggunakan bentuk pemerintahan republik konstitusional, kekuasaan
presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan tidak diwariskan. Terdapat
masa jabatan tertentu dan ketika masa jabatan tersebut habis, untuk menentukan
presiden selanjutnya dilakukan melalui cara tertentu sesuai konstitusi yang berlaku. Di
Indonesia cara memilih presiden adalah secara langsung melalui Pemilihan
Umum(PEMILU). Presiden dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan yang
diusung partai politik atau koalisi parpol.

7. Kedaulatan dalam negara

Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum. Jean Bodin


menyatakan kedaulatan memiliki sifat tunggal, asli, abadi dan tidak dapat dibagi-bagi.
Menentukan letak kedaulatan suatu Negara, dapat dilihat dari siapa yang memiliki
kekuasaan tertinggi dalam menentukan hukum. Apabila kekuasaan tertinggi itu
ditentukan oleh rakyat, maka kedaulatan tersebut berada ditangan rakyat dan disebut
dengan kedaulatan rakyat begitu seterusnya.

Kedaulatan negara mempengaruhi pentingnya peranan negara dalam


masyarakat dan hukum internasional. Negara dikatakan berdaulat atau sovereign
karena kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri hakiki negara. Dimana negara
berdaulat adalah negara yang mempunyai kekuasaan tertinggi bebas dari kekuasaan
negara lain, bebas dalam arti seluas-luasnya baik ke dalam maupun ke luar.

Indonesia juga merupakan negara kesatuan yang berbentuk Republik,


berdasarkan atas hukum, yang kekuasaan tertinggi dalam negara berada di tangan
rakyat. Kedaulatan yang sesungguhnya berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat (demokrasi). Pelaksanaan kedaulatan rakyat tersebut disalurkan dan
diselenggarakan menurut prosedur konstitusional, yang diatur di dalam Undang
Undang Dasar 1945, sebagai peraturan dasar atau konstitusi yang merumuskan dan
mengatur sistem ketatanegaraan dan tata cara pelaksanaan pemerintahan di Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Setelah UUD 1945 mengalami perubahan sebanyak
empat tahap, sistem ketatanegaraan Republik Indonesia juga mengalami perubahan.
Perubahan terjadi dalam beberapa lembaga negara, baik mengenai hubungan antara
lembaga negara, penambahan nama lembaga negara baru, dan mengenai pembubaran
lembaga negara yang ada

8. Pemisahan kekuasaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak


menganut sistem pemisahan kekuasaan, tetapi menganut sistem pembagian
kekuasaan. Prof. Ismail Sunny, Guru besar Universitas Indonesia, juga
mengemukakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak
menganut pemisahan kekuasaan dalam arti materiel (separation of power), tetapi
pemisahan kekuasaan dalam arti formil (division of power) atau pembagian
kekuasaan.

Sistem pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas tiga lembaga, yaitu


legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga lembaga negara di Indonesia tidak
dipisahkan secara mutlak, tetapi antara lembaga satu dan lainnya terdapat hubungan
kekuasaan dan keterkaitan. Sistem Ini sangat dipengaruhi oleh teori Trias Politica dari
Montesquieu, tetapi dalam pelaksanaannya tidak diterapkan secara murni dan mutlak.
Adanya dinamika dalam kehidupan ketatanegaraan di Indonesia mengakibatkan
sistem pembagian kekuasaan negara juga mengalami perkembangan. Dalam sistem
pembagian kekuasaan di negara Republik Indonesia, kekuasaan negara dibagi dalam
empat lembaga negara, yaitu lembaga legislatif, lembaga eksekutif, lembaga
yudikatif, dan lembaga eksaminatif.

B. Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara


1. Konsep dan fungsi konstitusi

Secara umum, konstitusi memiliki beberapa fungsi, diantaranya yaitu:

1) Konstitusi berfungsi untuk memberikan pembatasan kepada kekuasaan suatu


pemerintahan agar tidak terjadi pemerintahan yang bertindak sewenang-wenang
sehingga hak-hak bagi warga negara dapat terjamin, terlindungi, dan tersalurkan.
2) Konstitusi memiliki fungsi sebagai piagam atas lahirnya suatu negara
3) Konstitusi memiliki fungsi sebagai sumber hukum tertinggi
4) Konstitusi memiliki fungsi sebagai alat untuk melakukan pembatasan terhadap
kekuasaan dari suatu pemerintahan
5) Konstitusi memiliki fungsi sebagai sebuah identitas nasional dan lambang negara
6) Konstitusi memiliki fungsi sebagai salah satu cara untuk memberikan
perlindungan terhadap hak asasi manusia sekaligus jaminan kebebasan untuk
warga dari suatu negara.

Menurut Jimly Asshiddiqie, terdapat 10 fungsi konstitusi bagi sebuah negara.


Adapun fungsi konstitusi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Fungsi penentu serta pembatas kekuasaan organ negara


2) Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara
3) Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan masyarakat
negara tersebut
4) Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun
kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara
5) Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli atau
rakyat kepada organ negara
6) Fungsi simbolik sebagai pemersatu
7) Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas serta keagungan kebangsaan
8) Fungsi simbolik sebagai pusat upacara (ceremony)
9) Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat. Baik dalam arti sempit hanya di
bidang politik maupun dalam arti luas yang mencakup bidang sosial serta ekonomi
10) Fungsi sebagai sarana perekayasaan serta pembaharuan masyarakat. Baik dalam
arti sempit maupun dalam arti luas

2. Definisi Konstitusi

Pengertian konstitusi secara umum adalah asas-asas dasar serta hukum suatu
bangsa, negara atau kelompok sosial. Di mana yang menentukan kekuasaan, tugas
pemerintah dan menjamin hak-hak tertentu bagi warganya. bagi sebuah negara,
konstitusi merupakan kumpulan doktrin serta praktik yang membentuk prinsip
pengorganisasian fundamental.

Paham konstitusionalisme dapat didefinisikan sebagai sebuah paham yang


menganut prinsip di mana perwujudan hukum tertinggi yang harus dipatuhi oleh
seluruh komponen negara termasuk rakyat dan pemerintah adalah konstitusi.
K. C. Wheare: Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu
negara yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk dan mengatur/memerintah
dalam pemerintahan suatu negara. Herman Heller: konstitusi lebih luas daripada
UUD. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.

3. Teori Untuk Menilai Sebuah Konstitusi

Memahami Konstitusi adalah jaminan paling efektif bahwa kekuasaan negara


tidak disalahgunakan dan bahwa hak asasi manusia / hak-hak sipil tidak dilanggar.
Konstitusi sangat penting bagi suatu negara karena mengatur dan membatasi
kekuasaan di suatu negara. Konstitusi atau Undang-undang Dasar dalam negara
adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara
biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal
yang terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar
bagi peraturan-peraturan lainnya.

Fungsi dari konstitusi.

1) Konstitusi berfungsi sebagai landasan konstitusionalisme. Landasan


konstitusionalisme adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi dalam
arti luas maupun konstitusi dalam arti sempit.
2) Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa,
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang- wenang. Dengan
demikian, diharapkan hak-hak warga negara akan lebih terlindungi.
3) Konstitusi berfungsi : a) membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar
dalam menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya; b)
memberi suatu kerangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang dicita
citakan tahap berikutnya; c) dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut
suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga
negaranya; d) menjamin hak-hak asasi warga negara.

Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tapa konstitusi, negara tidak mungkin
terbentuk, maka konstitusi menempati posisi yang penting dalam kehidupan suatu
negara. Konstitusi merupakan pemberi pegangan, pemberi batas sekaligus tentang
bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan (Thaib, 1999:37).
Dalam prakteknya, sering terjadi suatu konstitusi yang tertulis tidak berlaku
secara keseluruhan atau sempurna. Artinya, ada pasal yang ternyata tidak dijalankan
lagi atau konstitusi hanya berlaku untuk suatu golongan dalam masyarakat. Berkenaan
dengan hal tersebut, Karl Lowenstein berpendapat, terdapat tiga jenis penilaian
konstitusi sebagai berikut.

1) Konstitusi yang mempunyai nilai Normatif

Suatu konstitusi yang telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka
konstitusi tersebut bukan hanya berlaku dalam arti hukum, akan tetapi juga
merupakan suatu kenyataan yang hidup dalam ari sepenuhnya diperlukan dan efektif.
Dengan kata lain, konstitusi dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Contohnya
konstitusi Amerika Serikat.

2) Konstitusi yang mempunyai nilai Nominal

Artinya secara hukum konstitusi itu berlaku tetapi kenyataannya kurang


sempurna. Hal ini karena pasal-pasal tertentu dari konstitusi itu dalam kenyataannya
tidak berlaku. Sebagai contoh, konstitusi bekas Uni Soviet pasal 125 yang menjamin
adanya kemerdekaan berbicara, pers, tapi dalam praktek pelaksanaan pasal itu
tergantung pada kemauan penguasa.

3) Konstitusi yang mempunyai nilai Semantik

Suatu konstitusi disebut mempunyai nilai semantik, jika konstitusi tersebut


secara hukum tetap berlaku, namun dalam kenyataannya adalah sekedar untuk
memberikan bentuk dan tempat yang telah ada serta dipergunakan untuk
melaksanakan kekuasaan politik. Jadi konstitusi tersebut hanya sekedar suatu istilah
belaka, sedangkan dalam pelaksanaannya hanya dimaksudkan untuk kepentingan
pihak penguasa (Thaib, 1999: 41-42).

4. Sifat Konstitusi

Konstitusi memiliki dua sifat yakni luwes (flexible) atau kaku (rigid), dan
tertulis atau tidak tertulis. Sifat luwes atau kakunya sebuah konstitusi dapat dilihat
dari kemampuannya dalam mengikuti atau menyesuaikan perkembangan jaman.
Undang-Undang Dasar 1945 dapat memiliki dua sifat yakni luwes dan kaku.
Dikatakan kaku karena untuk mengubahnya terbilang cukup sulit, ini disebabkan
Pasal 37 ayat 1 UUD 1945 mengharuskan bahwa perubahan baru dapat terjadi jika
disepakati minimal 2/3 anggota MPR yang hadir. Sedangkan dikatakan luwes karena
terbukti bahwa MPR telah melakukan perubahan (Amandemen) sebanyak empat kali.
UUD 1945 hanya berisi hal-hal pokok saja dimana peraturan atau hal-hal yang lebih
rinci diatur oleh perundang-undangan yang derajatnya lebih rendah ( Baca juga:
Penyimpangan Konstitusi di Indonesia ).

Sifat lainnya yakni konstitusi tertulis dan tidak tertulis. Dikatakan sebagai
konstitusi tertulis jika ditulis dalam suatu naskah. Sedangkan dinyatakan tidak tertulis
yakni jika konstitusi tidak tertulis dalam suatu naskah melainkan dalam suatu
konvensi atau Undang-Undang biasa. Yang menerapkan konstitusi tidak tertulis
adalah negara Inggris.

5. Cara Perubahan konstitusi

Konstitusi bukan hanya sebagai kumpulan norma-norma dasar statis yang


merupakan sumber ketatanegaraan, tapi juga memberi ruang untuk mengikuti
perkembangan masyarakat yang terjadi dalam suatu negara. Sejalan dengan dinamika
perkembangan masyarakat pada suatu negara, maka konstitusi dapat pula mengalami
perubahan. Namun, untuk melakukan perubahan tersebut tiap-tiap konstitusi
mempunyai cara-cara atau prosedur tertentu. Menurut Thaib (2003 :50), terdapat dua
sistem perubahan sistem konstitusi yaitu : Sistem yang pertama, bahwa apabila suatu
Undang-Undang Dasar atau konstitusi diubah, maka yang berlaku adalah Undang-
Undang Dasar atau konstitusi yang baru secara keseluruhan. Hal ini pernah dialami di
Indonesia yaitu perubahan (pergantian) konstitusi dari UUD 1945 menjadi Konstitusi
RIS (27 Desember 1949 ± 17 Agustus 1950), dan perubahan (pergantian) dari
Konstitusi RIS menjadi UUDS 1950 (17 Agustus 1950 ± 5 Juli 1959), serta dari UUDS
1950 kembali menjadi UUD 1945 ( 5 Juli 1959 ± 1999).

Sistem kedua, bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi asli
yang tetap berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan amandemen
dari konstitusi yang asli tadi. Perubahan konstitusi yang menggunakan sistem pertama
berarti terjadinya pergantian suatu konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) yang
lama dengan adanya konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang baru. Perubahan
konstitusi yang menggunakan sistem kedua yang berarti dilakukan amandemen dari
konstitusi atau Undang-Undang Dasar juga pernah dialami di Indonesia, yaitu terjadi
amandemen terhadap UUD 1945, yaitu amandemen UUD 1945 yang pertama tahun
1999, yang kedua tahun 2000, yang ketiga tahun 2001, yang keempat tahun 2002.

Mengenai prosedur perubahan konstitusi, menurut C.F. Strong (Thaib, 2003:


51), bahwa cara perubahan konstitusi ada empat macam yaitu; (1) perubahan
konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif menurut pembatasan-
pembatasan tertentu, (2) perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui
suatu referendum,
(3) perubahan konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara-negara bagian yang
terdapat pada negara berbentuk Serikat, (4) perubahan konstitusi yang dilakukan
dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yang
dibentuk hanya untuk keperluan perubahan. Sejak bergulirnya gerakan reformasi,

UUD 1945 telah mengalami perubahan. Prosedur perubahan UUD 1945


tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 37 bahwa untuk merubah UUD 1945, harus
hadir sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota MPR, dan kemudian
keputusan diambil atas persetujuan sekurang kurangnya 2/3 dari anggota yang hadir.
Setelah Amandemen keempat, Pasal 37 UUD 1945 mengalami perubahan bahwa
untuk perubahan Pasal-Pasal UUD dapat dilakukan jika diajukan sekurang-kurangnya
oleh 1/3 anggota MPR. Keputusan tentang perubahan diambil jika Sidang MPR
dihadiri oleh sekurang kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR. Pada bagian ini
dibahas perubahan UUD 1945, perubahan pertama, kedua, ketiga dan keempat dengan
fokus substansi perubahan yang terjadi.

Pada perubahan pertama, substansi perubahan dimaksudkan untuk pembatasan


masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden, hanya dua periode masa jabatan saja.
Perubahan kedua, substansi perubahan dimaksudkan untuk mempertegaskan hal-hal
tentang Hak-hak Asasi Manusia dan memperkokoh eksistensi DPR sebagai lembaga
legislatif. Perubahan ketiga, substansi perubahan dimaksudkan untuk mengembalikan
kedaulatan rakyat dari MPR kepada rakyat, sehingga berimplikasi pada Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat. Perubahan ketiga juga
dimaksudkan untuk memperkokoh independensi kekuasaan kehakiman. Perubahan
keempat, substansinya dimaksudkan untuk penghapusan Dewan Pertimbangan
Agung,
dan mempertegas persyaratan pengisian dan tata cara pengisian Jabatan Presiden dan
Wakil Presiden.

6. Hubungan negara dengan konstitusi

Hubungan antara konstitusi dengan negara sangat erat. Negara dalam hal ini
pemerintah tidak dapat melaksanakan kekuasaan tanpa konstitusi. Demikian
sebaliknya, konstitusi tidak akan lahir tanpa adanya negara. Akan tetapi, kelahiran
sebuah konstitusi adalah kehendak dari rakyat, sebab rakyatlah yang memiliki
kedaulatan atas Negara. Dalam pandangan K.C. Wheare,
Konstitusi digambarkan sebagai sistem ketatanegaraan dari
suatu Negara dan kumpulan dari berbagai peraturan yang membentuk serta
mengatur pemerintahan. Tulisan ini mengkaji dan menganalisis secara yuridis
berbagai peraturan perundang-undangan berdasarkan teori untuk menjawab
permasalahan hubungan Konstitusi dan Negara dalam Paham
Konstitusionalisme.

C. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Konstitusi dalam Kehidupan


Berbangsa-Negara Indonesia
1. Secara historis

Secara historis, khususnya pada tahap embrionik, identitas nasional Indonesia


ditandai ketika munculnya kesadaran rakyat Indonesia sebagai bangsa yang sedang
dijajah oleh asing pada tahun 1908 yang dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional
(Bangsa). Rakyat Indonesia mulai sadar akan jati diri sebagai manusia yang tidak
wajar karena dalam kondisi terjajah. Pada saat itu muncullah kesadaran untuk bangkit
membentuk sebuah bangsa.

Kesadaran ini muncul karena pengaruh dari hasil pendidikan yang diterima
sebagai dampak dari politik etis (Ethische Politiek). Dengan kata lain, unsur
pendidikan sangatlah penting bagi pembentukan kebudayaan dan kesadaran akan
kebangsaan sebagai identitas nasional. Pembentukan identitas nasional melalui
pengembangan kebudayaan Indonesia telah dilakukan jauh sebelum kemerdekaan.

Menurut Nunus Supardi (2007) kongres kebudayaan di Indonesia pernah


dilakukan sejak 1918 yang diperkirakan sebagai pengaruh dari Kongres Budi Utomo
1908 yang dipelopori oleh dr. Radjiman Wedyodiningrat. Kongres ini telah
memberikan semangat bagi bangsa untuk sadar dan bangkit sebagai bangsa untuk
menemukan jati diri. Kongres Kebudayaan I diselenggarakan di Solo tanggal 5- 7 Juli
1918 yang terbatas pada pengembangan budaya Jawa.

Namun dampaknya telah meluas sampai pada kebudayaan Sunda, Madura,


dan Bali. Kongres bahasa Sunda diselenggarakan di Bandung tahun 1924. Kongres
bahasa Indonesia I diselenggarakan tahun 1938 di Solo. Peristiwa-peristiwa yang
terkait dengan kebudayaan dan kebahasaan melalui kongres telah memberikan
pengaruh positif terhadap pembangunan jati diri dan/atau identitas nasional. Setelah
proklamasi kemerdekaan, Kongres Kebudayaan diadakan di Magelang pada 20-24
Agustus 1948 dan terakhir di Bukittinggi Sumatera Barat pada 20-22 Oktober 2003.

Menurut Tilaar (2007) kongres kebudayaan telah mampu melahirkan


kepedulian terhadap unsur-unsur budaya lain. Secara historis, pengalaman kongres
telah banyak memberikan inspirasi yang mengkristal akan kesadaran berbangsa yang
diwujudkan dengan semakin banyak berdirinya organisasi kemasyarakatan dan
organisasi politik. Pada tahun 1920-1930-an pertumbuhan partai politik di nusantara
bagaikan tumbuhnya jamur di musim hujan.

Berdirinya sejumlah organisasi kemasyarakatan bergerak dalam berbagai


bidang, seperti bidang perdagangan, keagamaan hingga organisasi politik. Tumbuh
dan berkembangnya sejumlah organisasi kemasyarakatan mengarah pada kesadaran
berbangsa. Puncaknya para pemuda yang berasal dari organisasi kedaerahan
berkumpul dalam Kongres Pemuda ke2 di Jakarta dan mengumandangkan Sumpah
Pemuda.

Pada saat itulah dinyatakan identitas nasional yang lebih tegas bahwa “Bangsa
Indonesia mengaku bertanah air yang satu, tanah air Indonesia, berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Identitas
nasional Indonesia menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya nasional.

2. Sumber Sosiologis

Secara sosiologis, identitas nasional telah terbentuk dalam proses interaksi,


komunikasi, dan persinggungan budaya secara alamiah baik melalui perjalanan
panjang menuju Indonesia merdeka maupun melalui pembentukan intensif pasca
kemerdekaan.
Identitas nasional pasca kemerdekaan dilakukan secara terencana oleh Pemerintah dan
organisasi kemasyarakatan melalui berbagai kegiatan seperti upacara kenegaraan dan
proses pendidikan dalam lembaga pendidikan formal atau non formal.

Dalam kegiatan tersebut terjadi interaksi antar etnis, antarbudaya, antarbahasa,


antargolongan yang terus menerus dan akhirnya menyatu berafiliasi dan
memperkokoh NKRI. Apabila negara diibaratkan sebagai individu manusia, maka
secara sosiologis, individu manusia Indonesia akan dengan mudah dikenali dari
atribut yang melekat dalam dirinya. Atribut ini berbeda dari atribut individu manusia
yang berasal dari bangsa lain. Perbedaan antar individu manusia dapat diidentifikasi
dari aspek fisik dan psikis. Aspek fisik dapat dikenali dari unsur-unsur seperti tinggi
dan berat badan, bentuk wajah/muka, kulit, warna dan bentuk rambut, dan lain-lain.

Sedangkan aspek psikis dapat dikenali dari unsur-unsur seperti kebiasaan, hobi
atau kesenangan, semangat, karakter atau watak, sikap, dan lain-lain.

3. Sumber Politik

Secara politik, beberapa bentuk identitas nasional Indonesia yang dapat


menjadi penciri atau pembangun jati diri bangsa Indonesia meliputi: bendera negara
Sang Merah Putih, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa negara,
lambang negara Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Bentuk-
bentuk identitas nasional ini telah diatur dalam peraturan perundangan baik dalam
UUD maupun dalam peraturan yang lebih khusus.

Bentuk-bentuk identitas nasional Indonesia pernah dikemukakan pula oleh


Winarno (2013) sebagai berikut: (1) Bahasa nasional atau bahasa persatuan adalah
Bahasa Indonesia; (2) Bendera negara adalah Sang Merah Putih; (3) Lagu kebangsaan
adalah Indonesia Raya; (4) Lambang negara adalah Garuda Pancasila; (5) Semboyan
negara adalah Bhinneka Tunggal Ika; (6) Dasar falsafah negara adalah Pancasila; (7)
Konstitusi (Hukum Dasar) Negara adalah UUD NRI 1945; (8) Bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia; (9) Konsepsi Wawasan Nusantara; dan (10)
Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.

Semua bentuk identitas nasional ini telah diatur dan tentu perlu
disosialisasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Empat identitas nasional
pertama meliputi
bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan diatur dalam peraturan
perundangan khusus yang ditetapkan dalam Undang-Undang No.24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Dasar
pertimbangan tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan
Indonesia diatur dalam undang-undang karena (1) bendera, bahasa, dan lambang
negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas, dan
wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945; dan (2) bahwa bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah
perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam
mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D. Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Konstitusi dalam Kehidupan


Berbangsa-Negara Indonesia

Sudah terjadi banyak dinamika ketatanegaraan seiring berubahnya konstitusi


atau Undang-Undang Dasar yang diberlakukan. Setelah ditetapkan satu hari setelah
proklamasi kemerdekaan, UUD NRI 1945 mulai berlaku sebagai hukum dasar yang
mengatur kehidupan ketatanegaraan Indonesia dengan segala keterbatasannya.
Mengapa demikian, Bapak Soekarno sejak awal telah mengatakan bahwa UUD 1945
merupakan UUD kilat yang akan terus disempurnakan pada era yang akan datang.

Ada beberapa dinamika konstitusi yang terjadi di Indonesia adalah sebagai


berikut:

Konstitusi Masa Berlakunya

UUD NRI 1945 (Masa 18 Agustus 1945 sampai dengan Agustus 1950,
Kemerdekaan) dengan catatan, mulai 27 Desember 1949 sampai
dengan 17 Agustus hanya berlaku di wilayah RI
Proklamasi

Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950

UUDS 1950 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959

UUD NRI 1945 (Masa 5 Juli 1959 sampai dengan 1965


Orde Lama)

UUD NRI 1945 (Masa 1966 sampai dengan 1998


Orde Baru)

Pada pertengahan 1997, negara kita dilanda krisis ekonomi dan moneter yang
sangat hebat. Krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia ketika itu
merupakan suatu tantangan yang sangat berat. Akibat dari krisis tersebut adalah
harga- harga melambung tinggi, sedangkan daya beli masyarakat terus menurun.
Sementara itu nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, terutama Dolar Amerika,
semakin merosot. Menyikapi kondisi seperti itu, pemerintah berusaha
menanggulanginya dengan berbagai kebijakan.

Namun kondisi ekonomi yang tidak kunjung membaik. Bahkan semakin hari
semakin bertambah parah. Krisis yang terjadi meluas pada aspek politik. Masyarakat
sudah mulai tidak lagi mempercayai pemerintah. Oleh karena itu timbullah krisis
kepercayaan pada Pemerintah. Gelombang unjuk rasa secara besar-besaran terjadi di
Jakarta dan di daerah-daerah. Unjuk rasa tersebut digagasi oleh mahasiswa, pemuda,
dan berbagai komponen bangsa lainnya.
Pemerintah sudah tidak mampu lagi mengendalikan keadaan. Maka pada 21
Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya. Berhentinya
Presiden Soeharto menjadi awal era reformasi di tanah air.

Pada awal masa reformasi (pertengahan tahun 1998), muncul beberapa


tuntutan reformasi di masyarakat. Tuntutan tersebut diutarakan oleh berbagai
komponen bangsa, terutama oleh mahasiswa dan pemuda. Beberapa tuntutan
reformasi itu adalah sebagai berikut:

 Mengamandemen UUD NRI 1945,


 Menghapuskan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,
 Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM),
serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN),
 Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah,
 Mewujudkan kebebasan pers,
 mewujudkan kehidupan demokrasi

Mari kita pusatkan kembali perhatian kita kepada tuntutan untuk


mengamandemen UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Adanya tuntutan
tersebut didasarkan pada pandangan bahwa UUD 1945 belum cukup memuat
landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan
HAM. Selain itu, di dalam isi UUD 1945 juga terdapat pasal-pasal yang bisa
menimbulkan banyak penafsiran, atau lebih dari satu tafsir (multitafsir) dan membuka
dapat peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan
berpotensi tumbuhnya ruang praktik korupsi kolusi, dan nepotisme (KKN).

Penyelenggaraan negara yang demikian itulah yang menyebabkan timbulnya


kemerosotan kehidupan nasional. Terjadinya krisis dalam berbagai bidang kehidupan
(krisis multidimensional) merupakan Salah satu bukti tentang hal tersebut. Tuntutan
perubahan UUD NRI 1945 adalah suatu solusi yang sangat besar. Dikatakan solusi
yang sangat besar sebab pada era sebelumnya tidak dikehendaki adanya perubahan
tersebut.

Sikap politik pemerintah yang diperkuat oleh MPR berkehendak untuk tidak
mengubah UUD NRI 1945. Seandainya muncul juga kehendak untuk mengubah UUD
1945, terlebih dahulu harus dilakukan secara referendum (meminta pendapat rakyat)
dan dengan persyaratan yang sangat ketat. Karena persyaratannya yang sangat ketat
itulah maka kecil kemungkinan untuk berhasil melakukan perubahan UUD NRI 1945.

Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi


kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Berdasarkan hal tersebut Majelis
Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999, sesuai dengan kewenangannya yang
diatur di dalam Pasal 37 UUD 1945 melakukan perubahan secara bertahap dan
sistematis dalam 4 kali perubahan, yakni:

 Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999.


 Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000.
 Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001.
 Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.

Perubahan UUD NRI 1945 yang dilakukan oleh MPR, selain merupakan
perwujudan dari tuntutan reformasi, sebenarnya sejalan dengan pemikiran pendiri
bangsa (founding father) Indonesia. Ketua panitia Penyusun UUD NRI 1945, yakni Ir.
Sukarno dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 18 Agustus 1945, di
antaranya menyatakan sebagai berikut:

“...bahwa ini adalah sekedar Undang-Undang Dasar Sementara, Undang-Undang


Dasar Kilat, bahwa barang kali boleh dikatakan pula, inilah revolutie grondwet. Nanti
kita membuat Undang-Undang Dasar yang lebih sempurna dan lengkap”.

Hingga saat ini perubahan yang dilakukan terhadap UUD NRI 1945 telah
dilakukan sebanyak 4 kali yakni pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Perubahan
yang dilakukan bertujuan untuk menyesuaikan dengan tuntutan dan tantangan yang
dihadapi saat itu.

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-


Negara

Hasil perubahan UUD 1945 setelah melewati proses yang panjang, akhirnya
MPR RI berhasil melakukan perubahan UUD NRI 1945. Perubahan UUD NRI 1945
yang pada mulanya merupakan tuntutan reformasi, dalam perjalanannya telah menjadi
sebuah kebutuhan seluruh komponen bangsa.

Dalam empat (4) kali masa sidang MPR, UUD NRI 1945 mengalami
perubahan sebagai berikut: Hasil perubahan UUD 1945, yaitu:

 Perubahan Pertama UUD NRI 1945 dihasilkan pada Sidang Umum MPR
1999 (tanggal 14 sampai 21 Oktober 1999).
 Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dihasilkan pada Sidang Tahunan MPR
2000 (tanggal 7 sampai 18 Agustus 2000).
 Perubahan Ketiga UUD NRI 1945 dihasilkan pada Sidang Tahunan MPR
 2001 (tanggal 1 sampai 9 November 2001)
 Perubahan Keempat UUD NRI 1945 dihasilkan pada Sidang Tahunan MPR
2002 (tanggal 1 sampai 11 Agustus 2002).

Setelah disahkannya Perubahan Keempat UUD NRI 1945 pada Sidang


Tahunan MPR 2002, agenda reformasi konstitusi Indonesia untuk kurun waktu
sekarang ini dipandang telah tuntas. Perubahan UUD NRI 1945 yang berhasil
dilakukan mencakup 21 bab, 72 pasal, 170 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal
Aturan Tambahan. Terdapat 6 pasal yang tidak mengalami perubahan, yaitu Pasal 4,
Pasal 10, Pasal 12, Pasal 25, Pasal 29, dan Pasal 35.

Tabel - Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945

NO Perubahan Bab Pasal Ayat Aturan Pengalihan Aturan


Tambahan

1 sebelum 16 37 39 4 pasal 2 ayat

2 sesudah 21 73 170 3 pasal 2 pasal

Tabel di atas menunjukkan perubahan UUD NRI 1945 di mana sebelum diubah
terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 49 ayat, dan 4 pasal Aturan Peralihan, serta 2 ayat Aturan
Tambahan. Setelah diubah, UUD NRI 1945 terdiri atas 21 Bab, 73 pasal, 170 ayat, dan
3 pasal Aturan Peralihan, serta 2 pasal Aturan Tambahan.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, asal kata konstitusi dalam bahasa


Perancis adalah constituer yang berarti membentuk atau pembentukan. Yang
dimaksud dengan membentuk di sini adalah membentuk suatu negara. Oleh karena
itu, konstitusi berarti menjadi dasar pembentukan suatu negara.

Dengan demikian dapat dikatakan tanpa konstitusi, negara tidak mungkin


terbentuk. Konstitusi menempati posisi yang sangat krusial dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara. Hamid S. Attamimi, berpendapat bahwa pentingnya
suatu konstitusi atau Undang-Undang Dasar adalah sebagai pemberi pegangan dan
pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.

Dalam negara modern, penyelenggaraan kekuasaan negara dilakukan


berdasarkan hukum dasar (konstitusi). Dengan demikian konstitusi mempunyai
kedudukan atau derajat supremasi dalam suatu negara. Yang dimaksud dengan
supremasi konstitusi adalah konstitusi mempunyai kedudukan tertinggi dalam tertib
hukum suatu negara.

UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia memiliki kedudukan


sebagai hukum tertinggi dan hukum dasar negara. Sebagai hukum tertinggi negara,
UUD NRI 1945 menduduki posisi paling tinggi dalam jenjang norma hukum di
Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD NRI 1945 merupakan sumber hukum bagi
pembentukan peraturan perundang-undangan di bawahnya.

Jenjang norma hukum di Indonesia terwujud dalam tata urutan peraturan


perundangundangan. Tata urutan ini menggambarkan hierarki perundangan mulai dari
jenjang yang paling tinggi sampai yang rendah. Dalam sejarah politik hukum di
Indonesia, tata urutan peraturan perundang-undangan ini mengalami beberapa kali
perubahan, namun tetap menempatkan UUD NRI 1945 sebagai hukum tertinggi.
KESIMPULAN

Secara terminologi negara adalah suatu organisasi dari kelompok atau


beberapa kelompok manusia yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam
daerah tertentu dan mempunyai pemerintah yang berdaulat. Negara memiliki fungsi
umum melaksanakan ketertiban, kemakmuran dan kesejahteraan, pertahanan,dan
keadilan. Konstitusi secara umum adalah asas-asas dasar serta hukum suatu Bangsa,
Negara atau kelompok sosial. Konstitusi digambarkan sebagai sistem ketatanegaraan
dari suatu Negara dan kumpulan dari berbagai peraturan yang membentuk serta
mengatur pemerintahan.

Dinamika konstitusi dalam kehidupan berbangsa di Indonesia salah satu


diantaranya, pada pertengahan 1997, Negara kita dilanda krisis ekonomi dan moneter
yang sangat hebat. Krisis yang pada saat itu merupakan suatu tantangan yang sangat
berat. Akibat terjadinya krisi tersebut adalah harga-harga yang melambung tinggi.
Hasil perubahan UUD 1945 setelah melewati proses yang panjang, akhirnya MPR RI
berhasil melakukan perubahan UUD NRI 1945. Perubahan UUD NRI 1945 yang pada
mulanya merupakan tuntutan reformasi, dalam perjalanannya telah menjadi sebuah
kebutuhan seluruh komponen bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Himmawan Utomo. Konstitusi: Mata Kuliah Pengembangan


Kepribadian Pendidikan Kewarganegaran. Yogyakarta: Kanisius, 2007;

Astim Riyanto. Teori Konstitusi. Bandung: Yapemdo, 2000;

Kusnardi & Harmaily Ibrahim. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta:
Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
2010.

MLA Putri, Leni. "Unsur-unsur Negara." (2021).


APA Putri, L. (2021). Unsur-unsur Negara.
ISO 690 PUTRI, Leni. Unsur-unsur Negara. 2021.
BibTeX EndNote RefMan RefWorks

MLA Negara, Hakikat, et al. "Identitas Nasional."


APA Negara, H., Negara, U. U., Negara, S. S., & Negara, T. T.
Identitas Nasional.
ISO 690 NEGARA, Hakikat, et al. Identitas Nasional.
BibTeX EndNote RefMan RefWorks

Anomin. 2003. UUD 1945 dan Perubahannya.


Penabur Ilmu. Jakarta,

Samhis Setiawan, di posting pada 12 November 2022. Di akses melalui


https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-negara/

Zaenuddin, di posting pada 12 Oktober 2022. Di akses melalui


https://artikelsiana.com/asal-mula-terjadinya-negara-sejarah-teori-teori/

https://www.studocu.com/id/document/universitas-sriwijaya/teori-dan-hukum
konstitusi/teori-konstitusi/21491280
https://www.siswapedia.com/pengertian-dan-sifat-sifat-konstitusi/?amp
https://repository.uir.ac.id/3792/5/BAB II.pdfhttps://id.berita.yahoo.com/tujuan-dan-
fungsi-negara-secara-064032998.html

Anda mungkin juga menyukai