Anda di halaman 1dari 38

BAB IV

NILAI DAN NORMA


KONSTITUSIONAL UUD NRI 1945
DAN KONSTITUSIONALITAS
KETENTUAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI BAWAH UUD
BAGAIMANA
PELAKSANAAN
KONSTITUSI DI
INDONESIA ?
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam
Kehidupan Berbangsa-Negara
Dalam Bahasa Latin,
Konstitusi merupakan
gabungan dari kata
“cume” dan
“statuere”.

Di Jerman dikenal
BAHASA PERANCIS dengan istilah
“grundgezets”
“CONSTITUER”
“grund” dasar dan
MEMBENTUK “gezets” undang –
undang.

KONSTITUSI
Dalam ilmu politik, Constitution merupakan suatu
yang lebih luas, yaitu keseluruhan dari peraturan-
peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur secara mengikat cara-cara
bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan
dalam masyarakat.
 Konstitusi adalah seperangkat aturan/hukum yang berisi
ketentuan tentang bagaimana pemerintah diatur dan
dijalankan.
 Konstitusi adalah suatu kerangka negara yang
diorganisasikan melalui dan dengan hukum, yang
menetapkan lembaga-lembaga yang tetap dengan mengakui
fungsi-fungsi dan hak-haknya (Lord James Bryce).
 Konstitusi adalah satu kumpulan asas-asas mengenai
kekuasaan pemerintah, hak-hak yang diperintah dan
hubungan antara keduanya (pemerintah dan yang diperintah
dalam konteks HAM) (C.F. Strong )
Herman Heller
• Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat
yang selanjutnya dijadikan satu kesatuan kaidah hukum
• Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang
tinggi yang berlaku dalam suatu negara.

K.C Wheare
• Keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara, berupa kumpulan
peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah daalm pemerintahan
suatu negara.

Sri Soemantri
• Suatu naskah yang memuat suau bangunan negara dan sendi-sendi sistem
pemerintahan negara.
Sebagai
Hukum
Dasar

Kedudukan
formal
konstitusi
Sebagai
Hukum
Tertinggi
Fungsi konstitusi
1. Sebagai landasan konstitusionalisme.
Landasan konstitusionalisme adalah
landasan berdasarkan konstitusi
(konstitusi dalam arti luas maupun
konstitusi dalam arti sempit).
- Konstitusi dalam arti luas meliputi
undang-undang organik, peraturan-
undangan lain dan konvensi. Gambar. UUD NRI 1945
- Konstitusi dalam arti sempit berupa sebagai konstitusi negara
Indonesia
UUD (Astim Riyanto, 2009).
2. Membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
3. Membatasi/mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam
menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap
rakyatnya.
4. Memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan
masyarakat yang dicita-citakan tahap berikutnya.
5. Dijadikaan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu
sistem ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh
semua warga negaranya.
6. Menjamin hak-hak asasi warga negara.
B. Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-
Negara Indonesia
 Konstitusi diperlukan agar dapat membatasi
kekuasaan pemerintah atau penguasa negara.
 Konstitusi negara, di satu sisi dimaksudkan
untuk menjamin hak-hak dasar warga negara.
 untuk membagi kekuasaan dalam negara.
C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis dan Politik tentang
Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia
 Menurut Thomas Hobbes (1588-1879), manusia pada status naturalis
bagaikan “serigala”. Hingga timbul istilah homo homini lupus (man is a
wolf to (his fellow) man), artinya yang kuat mengalahkan yang lemah.
 Pandangan bellum omnium contra omnes (perang semua lawan semua).
Hidup dalam suasana demikian pada akhirnya menyadarkan manusia
untuk membuat perjanjian antara sesama manusia, yang dikenal dengan
istilah factum unionis.
 Timbul perjanjian rakyat menyerahkan kekuasaannya kepada penguasa
untuk menjaga perjanjian rakyat yang dikenal dengan istilah factum
subjectionis.
 Contoh raja yang berkuasa secara mutlak adalah
Louis XIV, raja Perancis yang dinobatkan pada
14 Mei 1643 dalam usia 5 tahun (baru mulai
berkuasa penuh umur 18 tahun). Louis XIV
dijuluki sebagai Raja Matahari (Le Roi
Solei/Louis yang Agung) (Louis le Grand/le
Grand Monarque). Ia memerintah Prancis
selama 72 tahun, masa kekuasaan terlama
monarki di Perancis dan bahkan di Eropa.
 Gagasan untuk membatasi kekuasaan raja
dikenal dengan istilah konstitusionalisme yang
mengandung arti bahwa penguasa perlu dibatasi
kekuasaannya dan karena itu kekuasaannya Gambar. Raja Louis
XIV bertindak absolut
harus diperinci secara tegas.
 Menurut Riyanto (2009), seorang ahli konstitusi berkebangsaan
Jepang Naoki Kobayashi mengemukakan bahwa UUD membatasi
dan mengendalikan kekuasaan politik untuk menjamin hak-hak
rakyat.
 Melalui fungsi ini, UUD dapat memberi sumbangan kepada
perkembangan dan pembinaan tatanan politik yang demokratis.

Ada beberapa aturan dasar UUD NRI 1945 yang melakukan


pembatasan kekuasaan pemerintah/penguasa negara yakni:
1. Pedoman bagi Presiden dalam memegang kekuasaan pemerintahan
(Pasal 4 Ayat 1).
2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon Presiden dan calon
Wakil Presiden (Pasal 6 Ayat 1).
3. Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 7).
4. Pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya
(Pasal 7A dan 7B).
5. Presiden tidak dapat membekukan dan/ membubarkan DPR (Pasal 7C).
6. Pernyataan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara
lain (Pasal 11 Ayat 1, Ayat 2 dan Ayat 3).
7. Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12).
8. Mengangkat dan menerima duta negara lain (Pasal 13 Ayat 1, Ayat 2 dan
Ayat 3).
9. Pemberian grasi dan rehabilitasi (Pasal 14 Ayat 1).
10. Pemberian amnesti dan abolisi (Pasal 14 Ayat 2).
11. Pemberian gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan (Pasal 15).
12. Pembentukan dewan pertimbangan (Pasal 16).
Materi Muatan Konstitusi
 J.G. Steenbeek mengemukakan bahwa sebuah konstitusi sekurang-kurangnya
bermuatan hal-hal sebagai berikut (Soemantri, 1987):
a. Adanya jaminan terhadap HAM dan warga negara.
b. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental.
c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas kenegaraan yang bersifat
fundamental.

 K.C. Wheare menegaskan bahwa dalam sebuah negara kesatuan yang perlu diatur
dalam konstitusi pada asasnya hanya 3 masalah pokok berikut (Soemantri, 1987):
a. Struktur umum negara, seperti pengaturan kekuasaan eksekutiif, kekuasaan
legislatif dan kekuasaan yudisial.
b. Hubungan kekuasaan satu sama lain.
c. Hubungan antara kekuasaan dengan rakyat/warga negara.
 A.A.H. Struycken menyatakan bahwa konstitusi dalam
sebuah dokumen formal berisikan (Soemantri, 1987):
a. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.
b. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan
bangsa.
c. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak
diwujudkan.
d. Suatu keinginan tentang perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa.
Philips Hood dan Jackson menegaskan bahwa materi muatan konstitusi
adalah (Asshiddiqie, 2002):
“Suatu bentuk aturan, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang
menentukan susunan dan kekuasaan organ-organ negara yang mengatur
hubungan-hubungan di antara berbagai organ negara itu satu sama lain,
serta hubungan ogan-organ negara itu dengan warga negara”.

Miriam Budiardjo (2003) mengemukakan bahwa setiap UUD memuat


ketentuan-ketentuan mengenai:
a. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,
eksekutif dan yudikatif.
b. HAM.
c. Prosedur mengubah UUD.
d. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD.
Hal-hal yang dimuat dalam konstitusi/UUD
a. Organisasi negara, (Pembagian kekuasaan antara badan
legislatif, eksekutif dan yudikatif)
b. HAM, dalam UUD NRI 1945 (BAB XA, pasal 28A
sampai Pasal 28J)
c. Prosedur mengubah UUD, dalam UUD NRI 1945 ( BAB
XVI, Pasal 37 tentang Perubahan UUD)
d. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat
tertentu dari UUD. Dalam UUD NRI 1945 (Pasal 37 ayat
5)
e. Memuat cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara.
Kaitan dengan hal tersebut Pembukaan UUD NRI 1945 menyatakan:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan berbangsa yang bebas, maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
 Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis (UUD) dan
tidak tertulis (konvensi).
 Tidak semua negara memiliki konstitusi tertulis/UUD.
Misalnya: Kerajaan Inggris, Israel, Selandia Baru.
 Atas dasar kenyataan demikian, maka konstitusi adalah
“seperangkat peraturan tertulis dan tidak tertulis yang
bertujuan membangun kewajiban-kewajiban,
kekuasaan-kekuasaan dan fungsi-fungsi dari berbagai
institusi pemerintah, meregulasi hubungan antara
mereka dan mendefinisikan hubungan antara negara
dan warga negara/individu”.
Konstitusi mempunyai 2 macam pengertian, yaitu:

a. Dalam arti sempit, konstitusi merupakan suatu


dokumen/seperangkat dokumen yang berisi aturan-aturan
dasar untuk menyelenggarakan negara.
b. Dalam arti luas, konstitusi merupakan peraturan, baik
tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan
bagaimana lembaga negara dibentuk dan dijalankan.
 Jika mengartikan konstitusi secara sempit, maka Kerajaan
Inggris tidak memiliki konstitusi.
 Konstitusi Inggris adalah himpunan hukum dan prinsip-
prinsip Inggris yang diwujudkan dalam bentuk tertulis,
dalam undang-undang keputusan pengadilan dan
perjanjian.
 Konstitusi Inggris juga memiliki sumber tidak tertulis
lainnya, termasuk parlemen, konvensi konstitusional dan
hak-hak istimewa kerajaan.
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan
Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia

Perjalanan sejarah Indonesia merdeka


 Satu hari setelah proklamasi kemerdekaan, UUD NRI
1945 mulai berlaku sebagai hukum dasar yang mengatur
kehidupan ketatanegaraan Indonesia dengan segala
keterbatasannya.
 Pada awal era reformasi (pertengahan 1998), muncul
berbagai tuntutan reformasi di masyarakat yakni:
a. Mengamandemen UUD NRI 1945.
b. Menghapus doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata
RI.
c. Menegakkan supremasi hukum, penghormatan HAM,
serta pemberantasan KKN.
d. Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil
antara pusat dan daerah.
e. Mewujudkan kebebasan pers.
f. Mewujudkan kehidupan demokrasi.
 Fokuskan perhatian pada tuntutan untuk
mengamandemenkan UUD NRI 1945.
 UUD NRI 1945:
1) Belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang
demokratis, pemberdayaan rakyat dan penghormatan
HAM,
2) Dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal yang
menimbulkan penafsiran beragam/lebih dari 1
tafsir/multitafsir dan membuka peluang bagi
penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik,
tertutup dan berpotensi tumbuhnya praktik KKN.
 Berdasarkan hal itu MPR hasil Pemilu 1999, sesuai
dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal 37 UUD
NRI 1945 melakukan perubahan secara bertahap dan
sistematis dalam 4 kali perubahan, yakni:
1) Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999.
2) Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000.
3) Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001.
4) Perubanan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR
2002.
PROSES PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
3. Latar Belakang 4. Tujuan Perubahan
Perubahan
Menyempurnakan aturan dasar,
1. Tuntutan Reformasi 2. Sebelum Perubahan • Kekuasaan tertinggi di tangan
MPR mengenai:
• Kekuasaan yang sangat besar • Tatanan negara
Antara lain: • Pembukaan pada Presiden • Kedaulatan Rakyat
• Batang Tubuh • Pasal-pasal yang terlalu “luwes” • HAM
• Amandemen UUD 1945
sehingga dapat menimbulkan • Pembagian kekuasaan
• Penghapusan doktrin Dwi - 16 bab multitafsir • Kesejahteraan Sosial
Fungsi ABRI - 37 pasal • Kewenangan pada Presiden • Eksistensi negara demokrasi
- 49 ayat untuk mengatur hal-hal penting dan negara hukum
• Penegakan hukum, HAM, dengan undang-undang
- 4 pasal Aturan Peralihan • Hal-hal lain sesuai dengan
dan pemberantasan KKN • Rumusan UUD 1945 tentang
- 2 ayat Aturan Tambahan perkembangan aspirasi dan
semangat penyelenggara
• Otonomi Daerah • Penjelasan negara belum cukup didukung kebutuhan bangsa
• Kebebasan Pers ketentuan konstitusi
• Mewujudkan kehidupan
demokrasi 6. Kesepakatan Dasar
7. Sidang MPR 5. Dasar Yuridis
• Tidak mengubah Pembukaan
8. Hasil Perubahan • Sidang Umum MPR 1999 UUD 1945
• Pasal 3 UUD 1945
Tanggal 14-21 Okt 1999 • Tetap mempertahankan
• Pembukaan Negara Kesatuan Republik • Pasal 37 UUD 1945
• Pasal-pasal: • Sidang Tahunan MPR 2000 Indonesia
• Mempertegas sistem • TAP MPR NO.VIII/MPR/1998
- 21 bab Tanggal 7-18 Agt 2000
- 73 pasal presidensiil • TAP MPR No.IX/MPR/1999
• Sidang Tahunan MPR 2001 • Penjelasan UUD 1945 yang
- 170 ayat • TAP MPR No.IX/MPR/2000
Tanggal 1-9 Nov 2001 memuat hal-hal normatif
- 3 pasal Aturan Peralihan akan dimasukan ke dalam
• Sidang Tahunan MPR 2002 • TAP MPR No.XI/MPR/2001
- 2 pasal Aturan Tambahan pasal-pasal
Tanggal 1-11 Agt 2002 • Perubahan dilakukan dengan
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Konstitusi
dalam Kehidupan Berbangsa-Negara
 Perubahan UUD NRI 1945, dalam perjalanannya menjadi
kebutuhan seluruh komponen bangsa.
 Hasil perubahan UUD NRI 1945:
a. Perubahan Pertama UUD NRI 1945 dihasilkan pada
Sidang Umum MPR 1999 (14-21 Oktober 1999).
b. Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dihasilkan pada
Sidang Tahunan MPR 2000 (7-18 Agustus 2000).
c. Perubahan Ketiga UUD NRI 1945 dihasilkan pada
Sidang Tahunan MPR 2001 (1-9 November 2001).
d. Perubahan Keempat UUD NRI 1945 dihasilkan pada
Sidang Tahunan MPR 2002 (1-11 Agustus 2002).

 Perubahan UUD NRI 1945, sebelum diubah terdiri atas 16


Bab, 37 Pasal, 49 Ayat dan 4 Pasal Aturan Peralihan, serta
2 Ayat Aturan Tambahan. Setelah diubah, UUD NRI 1945
terdiri atas 21 Bab, 37 Pasal, 170 Ayat dan 3 Pasal Aturan
Peralihan, serta 2 Pasal Aturan Tambahan.
 Menurut Hamid S. Attamimi, bahwa pentingnya suatu
konstitusi/UUD adalah sebagai pemberi pegangan dan
pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara
harus dijalankan.
 UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia memiliki
kedudukan sebagai hukum tertinggi dan hukum dasar negara.
 Sebagai hukum tertinggi negara, UUD NRI 1945 menduduki
posisi paling tinggi dalam jenjang norma hukum di Indonesia.
 Sebagai hukum dasar, UUD NRI 1945 merupakan sumber
hukum bagi pembentukan peraturan perundang-undangan di
bawahnya.
 Sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi negara, maka
peraturan perundangan di bawah UUD NRI 1945, isinya
bersumber dan tidak boleh bertentangan dengannya.
 UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara menjadi batu uji
apakah isi peraturan di bawahnya bertentangan/tidak.
 UU pada dasarnya adalah pelaksana daripada norma-
norma yang terdapat dalam UUD.
 Lembaga negara yang berwenang menguji
konstitusionalitas UU terhadap UUD NRI 1945 dalam
sistem hukum di Indonesia adalah Mahkamah Konstitusi
(MK).
 Pengujian konstitusionalitas UU itu baik dari segi
formal/material terhadap UUD.
Uji material menyangkut pengujian UU yang berkenaan
dengan materi muatan dalam ayat, pasal dan/ bagian UU yang
dianggap bertentangan dengan UUD NRI 1945.
Uji formal menyangkut pengujian UU yang berkenaan
dengan proses pembentukan UU dan hal-hal lain yang tidak
termasuk pengujian material.
 Warga negara baik secara perorangan/kelompok dapat
mengajukan pengujian konstitusionalitas suatu UU yang
dianggap bertentangan dengan UUD NRI 1945 ke MK
Misalnya: Hasil perubahan konstitusi yang sangat penting
bagi upaya penyediaan dana pembangunan nasional yaitu
dalam hal pajak (Pasal 23A) berbunyi “Pajak dan pungutan
lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang”.

 Pasal ini menegaskan pentingnya pajak bagi


keberlangsungan kehidupan negara-bangsa, sehingga
setiap warga negara hendaknya menyadari atas
kewajibannya dalam membayar pajak.
 Lembaga: Direktoral Jenderal Pajak (DJP) untuk “Pajak
Pusat” dan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset
Daerah (DPPKAD) untuk “Pajak Daerah”.
 Pembayaran pajak ke Kantor Pos/bank-bank yang ditunjuk
oleh Pemerintah.
 Hasil pajak untuk membiayai program kerja yang dikelola
oleh Pemerintah Pusat maupun Pemda.
 Program kerja pemerintah pusat dibiayai melalui skema
Daftar Isian Pelaksanaan Kegiatan (DIPA) masing-masing
Kementerian dan Lembaga Negara.
 Alokasi untuk Pemerintah Daerah, dijalankan melalui
skema “Transfer ke Daerah” melalui Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil.
 Skema subsidi Pemerintah Pusat yang tujuannya untuk
mengurangi beban masyarakat.
 Pendapatan negara yang didominasi penerimaan perpajakan
berarti pula bahwa aktivitas ekonomi berjalan dengan baik.
 Masyarakat sebenarnya sudah menikmati uang pajak yang mereka
bayarkan, tanpa diketahui sebelumnya.
 Pemerintah sampai saat ini masih memberikan subsidi untuk sektor-
sektor tertentu yang sangat mempengaruhi hajat hidup orang banyak,
yaitu subsidi BBM, listrik, pupuk, BLSM, raskin, jamkesmas,
pembangunan sarana umum, dll.
 Orang yang mampu membayar pajak akan tetapi lalai terhadap
kewajibannya membayar pajak disebut pendompleng
pembangunan/free rider.
 Sebagai WNI yang baik harus menjaga keseimbangan antara
pelaksanaan kewajiban dan penuntutan hak kepada negara.
 Para mahasiswa bahkan harus menjadi pelopor sebagai wajib pajak
yang baik untuk mengeduksi masyarakat taat pajak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai