Anda di halaman 1dari 42

1.

1 Latar Belakang
Menurut Jurnal Konstitusi Luthfi Volume 7, Nomor 3 2010 dalam
kepustakaan Belanda, diadakan pembedaan antara pengertian undang-undang
dasar (grandwet) dan konstitusi (constitutie). Undang-undang dasar adalah bagian
tertulis dari suatu konstitusi bisa dalam bentuk tertulis atau tidak.
Penjelasan UUD 1945 sebelum perubahan pun menyatakan Undang-Undang
Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar negara itu. Undang-
Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-
Undang Dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara
meskipun tidak ditulis.
Terkait dengan itu, C.F.Strong mentakan bahwa pembedaan konstitusi yang
tertulis dan tidak tertulis merupakan hal yang sungguh-sungguh keliru, karena
tidak ada konstitusi yang benar-benar tertulis dan tidak ada pula konstitusi yang
benar-benar tidak tertulis. Walau begitu, pembedaan tersebut terkadang
diperlukan, tetapi harus diingat bahwa konstitusi tertulis adalah konstitusi yang
terdokumentasi, sedangkan konstitusi tak tertulis adalah konstitusi yang tidak
terdokumentasi.
Hal tersebut terkait dengan definisi konstitusi menurut C.F.Strong, yang
merupakan suatu kerangka masyarakat politik (negara)yang diorganisir dengan
dan melalui hukum yang menetapkan adanya lembaga-lembaga permanen dengan
fungsi yang telah diakui dan hak-hak yang telah ditetapkan.
Konstitusi merupakan hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara, sehingga dalam konsttusi memang terdapat aturan-
aturan hukum yang mengatur organ-organ dalam negara, tata cara pembentukan
organ-organ tersebut, tata hubungan sesamanya, dan lingkup kerja masing-
masing, serta berisi aturan-aturan hukum mengenai tata hubungan timbal balik
antara negara dan warga negara, serta penduduknya.
Pengakuan adanya konstitusi atau undang-undang dasar negara baik tertulis,
maupun tidak tertulis dapat memberikan suatu pembatasan moril pada kekuasaan
badan legislatif. Sebab, konstitusi merupakan sumber hukum bagi semua
peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara yang bersangkutan.

1
Dengan kata lain, konstitusi berguna untuk menentukan pembatasan terhadap
kekuasaan sebagai satu fungsi konstitusionalisme dan memberikan legitimasi
terhadap kekuasaan pemerintahan.
Menurut Hamdan Zoelvan dalam Jurnal Konstitusi Volume 7, Nomor 3 2010
salah satu muatan paling penting dari suatu undang-undang dasar (konstitusi)
adalah bagaimana penyelenggaraan ekuasaan negara itu dijalankan oleh organ-
organ negara yang menjalankan kekuasaan itu. Organ-organ atau lembaga-
lembaga negara yang menyelenggarakan kekuasaan negara merupakan subsistem
dari keseluruhan sistem penyelenggaraan kekuasaan negara. Karena itu, Hamdan
Zoelva berpendapat, sistem penyelenggaraan kekuasaan negara adalah
menyangkut mekanisme dan tata kerja antar organ-organ negara itu sebagai satu
kesatuan yang utuh untuk menjalankan kekuasaan negara.
Sistem penyelenggaraan kekuasaan negara tersebut kemudian akan
menggambarkan secara uuh cara bekerjanya lembaga-lembaga negara yang diberi
kekuasaan untuk mencapai tujuan negara.

1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang diulas dalam makalah ini ialah kita ketahui
bahwa dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan pemerintahan banyak individu
yang tidak mengerti apa itu suatu negara dan konstitusi yang mengikatnya. Oleh
karena itu timbullah masalah-masalah yang kurang menghargai negara maupun
konstitusi negaranya. Banyak warga negara yang mempelajari tentang konstitusi
dan norma. Akan tetapi, mereka tidak memahami apa makna konstitusi tersebut
dalam kehidupan bernegara. Masalah-masalah yang terjadi di Negara Indonesia
saat ini ialah seperti masalah terorisme yang semakin merajalela dan meresahkan
masyarakat dan pemerintah. Selain itu, banyak warga Negara yang tidak mau tahu
tentang konstitusi yang berlaku di Indonesia. Dengan permasalahan yang terjadi
demikian maka dikajilah materi negara dan konstitusi ini dalam mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan untuk mempererat jiwa berbangsa dan bernegara
berdasarkan konstitusi.

2
1.3. Kajian Teori
1.3.1 Pengertian Negara
Istilah Negara pertama kali dikenal di Yunani dengan istilah polis yang
artinya Negara kota, Negara digambarkan dengan sebuah kota kecil yang sudah
melaksanakan kepemimpinan yang demokratis. Lalu di Romawi dikenal dengan
istilah civitas, kemudian setelah beberapa abad kemudian mulai digunakan kata
stato, status atau statum dalam bahasa latin artinya ngara. Dalam menggunakan
istilah Negara, setiap bangsa mempunyai perbedaan misalnya: der staat, state
(bahasa jerman), de staat, staa (bahasa belanda), the state (bahasa inggris), detat
(bahasa perancis).
Logenman mendefinisikan Negara sebagai suatu organisasi kemasyarakatan
yang bertujuan dengan kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan sesuatu
masyarakat. Negara dianggap sebagai suatu gejala social dan politik. Negara
merupakan organisasi antara sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang
bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya suatu
pemerintahan yang mengurus tatatertib dan keselamatan sekelompok atau
beberapa kelompok manusia. Menurut Sumarsono (2000) dalam Setiawan (2017),
bahwa para pakar kenegaraan memberikan titik terang tentang pengertian Negara
sebagai berikut :
1. Kraneburg, Negara adalah organisasi yang didirikan atas dasar kehendak
suatu golongan atau bangsanya sendiri.
2. George Jellinek, Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok
manusia yang telah mendiami wilayah tertentu.
3. Roger F.Soltau, Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
4. Miriam Budiarjo, Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah dapat
memaksakan kekuasaanya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan
lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama
itu.
5. Soekarno, Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah
tertentu dimana kekuasaan Negara berlaku sepenuhnya sebagai suatu
kedaulatan.

3
Dari beberapa definisi di atas, terlihat bahwa Negara merupakan organisasi
dari sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan diorganisir oleh
pemerintahan yang sah dan mempunyai kedaulatan. Dalam sejarah Indonesia,
istilah Negara sebetulnya sudah dikenal sebelum berdirinya Negara Indonesia. Hal
ini terlihat dari kata Negara/nagara sudah digunakan sejak kerajaan Tarumanegara
pada abad ke-5 yang merupakan suatu negara (kerajaan) yang meliputi daerah
lembah sungai Citarum di Jawa Barat yang dipimpin oleh raja Purnawarman.
Demikian pula, nama raja-raja telah dikaitkan dengan kata Negara, yaitu
Jayanegara (Raja Majapahit 1309-1389) dan Kartanegara (Raja Singosari 1266-
1292). Jika kita membahas Negara, maka tidak akan terlepas dari pembahasan
bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bangsa adalah orang-orang
yang bersamaan asal, keturunan adat, bahasa, dan sejarahnya serta
berpemerintahan sendiri. Mengenai pengertian bangsa dikemukakan juga oleh
para pakar kenegaraan seperti :
1. Otto Bauer (Jerman), bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai
persamaan karakter. Karakteristik tumbuh karena adanya persamaan nasib.
2. Ernest Renan (Prancis), bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk
hidup bersama (hasrat bersatu) dengan perasaan setia kawan yang agung.
3. F.Ratzel (Jerman) bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat
itu terbentuk karena adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat
tinggal.
4. Hans Kohn (Jerman), bangsa adalah buah hasil hidup manusia dalam
sejarah.
Suatu bangsa merupakan golongan yang beranekaragam yang tidak
dirumuskan secara eksak. Kebanyakan bangsa memiliki factor-faktor objektif
tertentu yang membedakannya dengan bangsa lain. Faktor-faktor itu berupa
persamaan keturunan, wilayah, bahasa, adat istiadat ,politik, perasaan, dan agama.
Dari beberapa defines tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
bangsa terbentuk atas dasar kesamaan, baik dari segi keturunan, tempat, sejarah,
adat, bahasa, dan tujuan yang dimiliki satu dengan yang lainnya (Setiawan, 2014
hal:38-40).

4
1.3.2. Pengertian Konstitusi
Kata konstitusi secara literal berasal dari bahasa Perancis constituir, yang
berarti membentuk. Dalam konteks ketatanegaraan, konstitusi dimaksudkan
sebagai pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara.
Konstitusi juga dapat berarti peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan suatu
negara.
Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan istilah grandwet
yang berarti undang-undang dasar (grand = dasar, wet = undang-undang). Di
Jerman, istilah konstitusi juga dikenal dengan istilah grundgesetz yang juga
berarti undang-undang dasar (grund = dasar dan gesetz = undang-undang).
Mencermati dikotomi istilah grandwet (undang-undang dasar) dan
constitution, L.J. Van Apeldoorn telah membedakan keduanya secara jelas.
Grandwet (undang-undang dasar) adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi,
sedangkan constitution (konstitusi) memuat baik peraturan tertulis maupun yang
tidak tertulis.
Penyamaan pengertian antara konstitusi dan undang-undang dasar
sesungguhnya sudah dimulai sejak Oliver Cromwell (Lord Protector Republik
Inggris 1649 1660) yang menamakan undang-undang dasar itu sebagai
instrumen of government, yaitu bahwa undang-undang dasar dibuat sebagai
pegangan untuk memerintah dan disinilah timbul identifikasi pengertian konstitusi
dan undang-undang dasar. Sementara itu, dalam kepustakaan Belanda (misalnya
L.J. Van Apeldoorn) diadakan pembedaan antara pengertian undang-undang dasar
dan konstitusi.
Istilah konstitusi dan undang-undang dasar, secara sederhana dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengertian konstitusi meliputi konstitusi tertulis dan tidak
tertulis. Undang-undang dasar merupakan konstitusi yang tertulis. Adapaun
batasan-batasannya dapat dirumuskan ke dalam pengertian sebagai berikut :
1. Suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-pembatasan
kekuasaan kepada para penguasa;
2. Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya pada
suatu sistem politik;
3. Suatu deskripsi lembaga-lembaga negara;

5
4. Suatu deskripsi yang menyangkut masalah hak-hak asasi manusia.
Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa konstitusi adalah
hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara.
Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut undang-undang
dasar dan dapat pula tidak tertulis (Winanrno, 2014).

1.3.3. Hukum Dasar Tertulis


Secara umum konstitusi berperan penting sebagai hukum dasar bagi sebuah
negara. Konstitusi merupakan referensi terpenting bagi kehidupan dan mekanisme
ketatanegaraan. Pada umumnya, konstitusi berisikan latar belakang hasrat
bernegara, landasan filosofis kenegaraan, tujuan negara, struktur organisasi, dan
mekanisme pemerintahan negara yang diinginkan oleh bangsa yang mendirikan
dan mempertahankan negara itu. Oleh sebab itu, berbicara tentang organisasi
negara, tidak bisa dilepaskan dari pembicaraan tentang konstitusi. Tidak ada
negara yang tidak mempunyai konstitusi. Menurutnya, negara dan konstitusi
merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
UUD 1945 sebagai konstitusi indonesia diyakini sebagai konstitusi normatif
yang menjiwai dan mendasari gerak dan arah pembangunan nasional. UUD 1945
merupakan konsep dasar sistem pengelolaan kehidupan nasional.
Terkait hal itu ada dua pertanyaan yang relevan sekali untuk diketengahkan
dan kedua-duanya merupakan satu keterkaitan yang erat, yaitu (1) sejauh man
UUD 1945 seharusnya berfungsi sebagai suatu kontitusi tertulis untuk melandasi
pengelolaan kehidupan berbangsa dan bernegara; (2) sejauh nama UUD 1945
telah berfungsi untuk melandasi pengelolaan kehidupan nasional tersebut.
Pertama, fungsi dan peran UUD 1945 secara konsepsional tercermin dalam
berfungsinya pancasila sebagai landasan filosofi bangsa, berfungsinya sistem
presidensil secara konstitusional sebagai landasan struktural yang tertuang dalam
UUD, dan berfungsinya tujuan nasional yang terimplementasi dalam kebijakan
politik bangsa.
Kedua, fungsi dan peranan UUD 1945 secara operasional artinya apa yang
telah tercermin di dalam peranan UUD 1945 secara konsepsional benar-benar

6
dapat terealisasi secara nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
(Setiawan, 2014).

1.3.4. Hukum Dasar Tidak Tertulis


Konvensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun
sifatnya tidak tertulis. (Payerli,2016) Convensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Merupakan kebiasan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek
penyelanggaraan negara
2. Tidak bertentangan dengan undang-undang dasar dan berjalan sejajar
3. Diterima oleh seluruh rakyat
4. Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan
dasar yang tidak terdapat dalam Undang-Undang Dasar.

1.3.5 Amandemen UUD 1945 dan Hasil-hasilnya


Ada lima dasar pemikiran yang melatarbelakangi dilakukannya amandemen
atau perubahan terhadap Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945
yaitu sebagai berikut :
1. Kekuasaan tertinggi ditangan majelis.
Menurut UUD 1945, MPR ditetapkan sebagai lembaga kekuasaan
tertinggi, pemegang kedaulatan rakyat. Penempatan majelis seperti itu
berakibat pada tidak terjadinya saling mengawasi dan saling mengimbangi
(check and balance) dalam institusi ketatanegaraan.
2. Kekuasaan yang besar pada presiden.
UUD 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besra kepada presiden
sebagai kepala eksekutif. Dominasi eksekutif yang berada ditangan
presiden terpusat kekuasaannya dalam menjalankan pemerintahan dengan
dilengkapi berbagai hak konstitusional yang lazim disebut hak prerogatif.
3. Pasal-pasal yang terlalu luwes sehingga melahirkan multitafsir.
Misalnya, pasal 7 sebelum diamandemen berbunyi presiden dan wakil
presiden memegang jabatannya selama lima tahun dan sesudahnya dapat

7
dipilih kembali. Dengan adanya pasal ini presiden dan wakil presiden
dalam setiap lima tahun dapat dipilih secara terus menerus.
4. UUD 1945 terlalu banyak memberikan kewenangan kekuasaan kepada
presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan undang-undang. Presiden
memegang kekuasaan legislatif sehingga presiden dapat merumuskan hal-
hal penting sesuai kehendaknya dalam undang-undang.
5. Ketentuan dalam undang-undang yang memuat aturan dasar tentang
kehidupan bernegara tidak cukup mendukung semangat penyelenggaraan
negara menuju negara yang demokratis, supermasi hukum, pemberdayaan
rakyat, penghormatan hak asasi manusia (HAM) dan otonomi daerah.
Atas dasar argumentasi di atas, dapat dikatakan bahwa UUD 1945 itu
diamandemen karena roh dan pelaksanaan konstitusinya jauh dari paham
konstitusi itu sendiri (Winarno,2014:143-145).

1.3.6 Negara Indonesia adalah Negara Hukum


Negara hukum merupakan istilah yang meskipun kelihatan sederhana, namun
mengandung muatan sejarah pemikiran yang relatif panjang. Negara hukum
adalah istilah Indonesia yang terbentuk dari dua suku kata negara dan hukum.
Perdana kata ini menunjukkan bentuk dan sifat yang saling mengisi antara negara
di satu pihak dan pihak lain. Tujuan negara adalah untuk memelihara ketertiban
hukum. Oleh karena itu negara membutuhkan hukum dan sebaliknya pula hukum
dijalankan dan ditegakkan melahirkan otoritas negara.
Indonesia menggunakan istilah rechtsstaat untuk menyebut dirinya sebagai
negara hukum. Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan pasal 1 dan 2 UUD 1945
ditegaskan bahwa negara Indonesia berdasar atas hukum, tidak berdasarkan
kekuasaan belaka. (Jimly, 2007)

1.4 Hasil dan Pembahasan


1.4.1 Asal Mula Negara
Dua teori tentang asal-usul Negara dapat digolongkan dalam dua aliran besar.
Pertama teori-teori yang spekulatif dan kedua teori-teori historis atau teori-teori

8
yang evolusionistis. Dalam buku Ilmu Negara (Hassan,2014) Teori-teori tersebut
diantaranya adalah:
a. Teori-teori Spekulatif
1. Teori Perjanjian Masyarakat
Teori ini sering dikenal sebagai teori kontrak social, yaitu menganggap
perjanjian sebagai dasar Negara dan masyarakat. Negara dan masyarakat yang
dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat adalah teori asal mula
Negara. Jadi terbentuknya Negara karena adanya anggoota masyarakat
mengadakan kontrak social untuk membentuk Negara. Dalam hal ini
masyarakatlah sebagai sumber kewenangan.
2. Teori Teokratis
Teori ini menggangap bahwa Negara sebagai buatan ilahi karena terjadinya
atas kuasa kehendak Tuhan. Jadi, dalam teori ini sumber kewenangan adalah
Tuhan. Penguasa atau pemerintah bertanggung jawab kepada Tuhan, bukan
pada rakyat.
3. Teori Kekuatan
Teori ini mengandung pengertian bahwa siapa yang kuat dialah yang
berkuasa. Artinya, kuasa digunakan untuk menentukan dan mengatur mereka
yang dikuasainya. Sumber kewenangan dalam teori ini adalah kekuatan itu
sendiri, karena kekuatan itulah yang membenarkan kekuasaan dan
kewenangan.
4. Teori Naturalis
Teori ini menyatakan bahwa Negara ciptaan alam. Kodrat manusia
membenarkan adanya Negara karena manusia pertama-tama adalah makhluk
politik dan kemudian makhluk social. Karena kodrat itulah manusia
ditakdirkan untuk hidup bernegara.
5. Teori Idealis
Teori ini dikenal dengan teori mutlak, atau lebih lazim disebut teori
metafisis. Teori ini bersifat idealistis karena merupakan pemikiran tentang
Negara sebagaimana Negara itu seharusnya ada, Negara sebagai ide.

9
b. Teori Historis atau Teori yang Evolusioner
Teori ini mengangap lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, tidak tumbuh
secara social yang diperuntukkan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan
manusia, maka lembaga itu tidak luput dari pengaruh tempat waktu dan
tuntutan-tuntutan zaman.
Mengenai unsur pemerintahan dari Negara, kini pun tujuan adanya Negara
diarahkan agar tetap ada pemerintahan yang berwibawa. Disinilah ada
berlainan pendapat yang dikeluarkan oleh para cendekiawan sepanjang masa.
Tujuan Negara dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu pendekatan teoritis
dan konstitusional. Pendektan teoritis dengan melihat hal nyata dalam
kehidupan kenegaraan dan pendekatan konstitusi apat dilihat dari nilai
konstitusinya yang ada dalam pembukaan. Adapun teori-teori tujuan Negara
yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh dijelaskan sebagai berikut:
1. Teori Montesquieu
Montesquieu ini memandang tujuan utama Negara adalah kemerdekaan an
kehidupan warga Negara yang aman dan sentosa. Tujuan utama Negara tidak
lain adalah memberi kebebasan kepada setiap warga negaranya untuk bergerak
menurut jiwanya masing-masing. Tujuan yang lain yaitu tercapainya suatu
kekuasaan sebanyak mungkin, artinya perlu dibuat hokum Negara, kekuasaan
harus dipisahkan guna memiliki keutuhan Negara.
2. Teori Lord Shang
Tujuan Negara menurut Lord Shang adalah kekuasaan yang sebenar-
benarnya bagi Negara, maka harus dibentuk militer yang kuat. Kebudayaaan
adalah merugikan bagi Negara. Karenanya raja tidak dapat mengerahkan
tenaga rakyat dan akan timbul bencana. Tujuan utama pemerintah adalah
berkuasa penuh atas rakyatnya.
3. Teori Niccolo Machiavelli
Menurut Machiavelli tujuan utama Negara dalah terciptanya kemakmuran
rakyat dan kesejahteraan Negara dan rakyat. Maka menurutya, Negara dapat
menindas setiap perlawanan terhadap pemerintah.

10
4. Teori Aristoteles
Tujuan Negara tidaklah tunggal, tetapi beragam. Aristoteles mengatakan
timbulnya Negara untuk keperluan kehidupan dan ia hidup untuk keperluan
kehidupan yang baik, bagus dan harmonis. Jadi, tujuan Negara pada
hakekatnya adalah mengembangkan moral warganya untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik. Untuk pencapaian hal itu perlu adanya supremasi
hukum.
5. Teori Dante Aligheri
Dalam bukunya Die Monarchia menjelaskan tujuan Negara adalah
menciptakan perdamaian dunia, tujuan tersebut dapat tercapai dengan jalan
menciptakan undang-undang yang mengatur bagi seluruh umat manusia
ditangan satu orang saja.
6. Teori Immanueel Kant
Tujuan Negara menurut Immanuel Kant adalah menegakkan hak dan
kebebasan warga negaranya. Rakyat hidup berdasarkan hak-hak kekuatan
sendiri. Jadi tujuan Negara membentuk dan mempertahankan hukum yang
mejamin kedudukan hokum individu dalam masyarakat, dalam hal ini
membentuk dan memelihra warga Negara.

1.4.2 Konsep Negara Hukum : Tujuan dan Unsur-unsur


Sekalipun terdapat perbedaan pandangan, tetapi terdapat kesepakatan
berkenaan dengan tujuan dan unsur-unsur dari konsep Negara Hukum. Secara
umum konsep Negara Hukum memiliki tiga tujuan utama, yakni:
a) negara hukum harus melindungi masyarakat dari anarki dan kekacauan;
b) negara hukum memberikan kesempatan kepada rakyat untuk merencanakan
urusan-urusan mereka berdasarkan pertimbangan rasional bahwa mereka
dapat mengetahui konsekuensi legal dari segala aktivitas yang akan
dilakukannya;
c) negara hukum harus memberikan jaminan kepada masyarakat dari segala
macam bentuk kesewenang-wenangan

11
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, umumnya konsep negara hukum modern
menekankan pada lima unsur yang menentukan negara hukum dapat
dilaksanakan:
a) kapasitas aturan-aturan, standar-standar, atau prinsip-prinsip hukum untuk
memandu masyarakat dalam melaksanakan urusan-urusannya. Masyarakat
harus mengetahui hukum dan mematuhinya.
b) efektivitas hukum. Dalam ungkapan Joseph Raz, rakyat harus diperintah
oleh hukum dan mematuhinya (People should be ruled by law and obey it);
c) stabilitas hukum. Hukum harus memungkinkan stabilitas,agar dapat
memfasilitasi perencanaan dan mengkoordinasikan berbagai tindakan. .
sepanjang waktu;
d) supremasi otoritas hukum. Hukum harus mengatur parapejabat, termasuk
hakim dan para penegak hukum, maupun masyarakat biasa;
e) pengadilan yang tidak memihak. Pengadilan harus disediakan untuk
menegakan hukum dan harus melaksanakan prosedur yang jujur dan adil

1.4.3 Negara Republik Indonesia


Ditinjau dari unsur-unsur yang membentuk negara, (wilayah, rakyat,
pemerintah yang berdaulat, serta pengakuan dari negara lain) hampir semua
Negara memiliki kesamaan. Berbeda halnya jika Negara ditinjau dari proses
tumbuh dan berkembangnya serta susunannya, setiap Negara di dunia ini
memiliki spesifikasi serta cirri khas masing-masing.
Disadari atau tidak disadari, bangsa dan negara Republik Indonesia terbentuk
melalui suatu proses yang sangat panjang, mulai masa sebelum bangsa asing
menjajah bangsa Indonesia (masa kejayaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan
kerajaan-kerajaan lainnya). Datangnya bangsa asing ke Indonesia mendorong
bangsa Indonesia untuk membulatkan tekad untuk membentuk suatu persekutuan
hidup yang disebut bangsa, sebagai unsur pokok negara melalui sumpah pemuda
28 Oktober 1928. Sumpah pemuda merrupakan suatu tekad untuk mewujudkan
unsur-unsur Negara yaitu :satu nusa (wilayah), satu bangsa (rakyat), satu bahasa
sebagai bahasa pengikat dan komunikasi antar warga Negara, dan dengan

12
sendirinya setelah kemerdekaan kemudian dibentuklah suatu pemerintahan
Negara. (Prayerli,2016)
Hal yang tidak kalah penting dari Negara Republik Indonesia sendiri adalah
warga Negara Indonesia itu sendiri. Di dalam UUD Negara Republik Indonesia
1945 pasal 26 dijelaskan sebagai berikut:
1. Yang menjadi warga Negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga Negara.
2. Penduduk ialah warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia.
3. Hal-hal mengenai warga Negara dan penduduk diatur dengan undang-
undang.
Kemudian Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 menjelaskan bahwa warga
Negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok status Negara. Status
kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbalbalik antara warga Negara
dengan negaranya. Setiap warga Negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap
negaranya. Sebaliknya, Negara mempunyai kewajiban memberikan perlindungan
terhadap warga negaranya.
Selain mengkaji tentang warganegara, Negara Republik Indonesia memiliki
suatu konsep Negara yaitu sebagai Negara hukum. Konsep Negara hukum
menurut UUD 1945 setelah diamandemen adalah tidak dijiwai oleh pemikiran-
pemikiran Barat yang lahir sebagai reaksi atas pemerintahan absolute dan
pemerkosaan terhadap hak-hak asasi manusia. Akan tetapi, merupakan Negara
hukum yang dijiwai oleh nilai-nilai pancasila sebagai falsafah dan pandangan
hidup bangsa Indonesia.

1.4.4 Konstitusi
Kata konstitusi secara literal berasal dari bahasa Perancis constituer, yang
berarti membentuk. Dalam konteks ketatangeraan, konstitusi dimaksudkan
sebagai pembentukan suatu Negara atau menyusun dan menyatakan sebuah
negara.Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan istilah grondwet
yang berarti Undang-Undang Dasar (Grand=dasar, wet= undang-undang).

13
Mencermati istilah grondwet (Undang-Undang Dasar) dan constitution, L.J. Van
Apeldoorn telah membedakan keduanya secara jelas. Grondwet (Undang-Undang
Dasar) adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi, sedangkan constitution
(konstitusi) memuat baik peraturan tertulis maupun yang tidak tertulis .
(Winarno,2014)
Secara sederhana pengertian konstitusi meliputi konstitusi tertulis dan tidak
tertulis. Undang-Undang Dasar merupakan konstitusi yang tertulis. Sehingga
dapat dikatakan bahwa konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan
dalam penyelenggaran suatu negara. Konstitusi mempunyai kedudukan yang
penting dalam negara. Karena setiap Negara senantiasa memerlukan suatu system
pengaturan yang dijabarkan dalam suatu konstitusi. Dalam kaitan ini konstitusi
diperlukan untuk menciptakan tertib pemerintahan yang teratur sehingga mampu
membatasi dan mengendalikan dinamika negara.
Konstitusi pada prinsipnya adalah suatu aturan yang mengandung norma-
norma pokok, yang berkaitan kehidupan negara. Konstitusi dapat mengalami
perubahan sesuai dinamika kehidupan masyarakat. Perubahan meliputi hal-hal
berkaitan dengan aturan tentang anatomi struktur kekuasaan, pembatasan
kekuasaan, jaminan perlindungan hak asasi manusia, kekuasaan kehakiman, dan
pertanggung jawaban kekuasaan kepada rakyat, dan sebagainya. (Aldri,2005)
Dizaman modern ini yang menjamin tegaknya konstitusi pada umumnya
dipahami berdasarkan tiga elemen kesepakatan yaitu:
1. Cita-cita bersama yang sangat menentukan tegaknya konstitusionalisme
dan konstitusi dalam suatu negara. Karena cita-cita itulah mencerminkan
bahkan melahirkan kesamaan-kesamaan kepentingan diantara sesame
warga masyarakat.
2. Kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan pada aturan hokum
dan konstitusi.
3. Berkenaan dengan (a) bangunan organ Negara dan prosedur-prosedur yang
mengatur kekuasaan, (b) hubungan-hubungan antar organ Negara itu satu
sama lain (c) hubungan antar organ-organ Negara itu dengan warganegara.
Dengan adanya kesepakatan tersebut, maka isi konstitusi dapat dengan mudah
dirumuskan karena benar-benar mencerminkan keinginan bersama, berkenaan

14
dengan institusi kenegaraan dan mekanisme ketatanegaraan yang hendak
dikembangkan dalam rangka kehidupan Negara berkonstitusi.

1.4.5 Konstitusi Tertulis (Undang-Undang Dasar)


Hukum dasar meliputi dua macam, yaitu hukum dasar tertulis (Undang-
Undang Dasar) dan hukum dasar tidak tertulis yang disebut convensi.
Berdasarkan sifat dan fungsinya Undang-Undang Dasar adalah naskah yang
memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan
suatu Negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut.
Sifat konstitusi tertulis dituangkan dalam bentuk Undang-Undang Dasar pada
suatu negara, sedangkan konstitusi disamping memuat aspek hukum juga memuat
aspek politik yang lebih banyak lagi, yaitu politik pada masa tertentu suatu
negara. Pada suatu negara selalu mengalami perkembangan politik, dengan
demikian konstitusipun juga selalu mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan politik suatu bangsa, demikian pula Indonesia telah mengalami
perkembangan konstitusi sejalan dengan perkembangan politik sejak
kemerdekaan (Agus, 2013).
Secara umum, Undang-Undang Dasar menentukan bagaimana kekuasaan
bekerjasama. Selain itu, Undang-Undang Dasar juga mengatur hubungan-
hubungan kekuasaan dalam satu negara. Setiap Undang-Undang Dasar memuat
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a) Organisasi negara
b) Hak azasi manusia
c) Prosedur mengubah Undang-Undang Dasar
d) Larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang-Undang Dasar.
Adapun sifat-sifat Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut:
1. Karena tertulis, maka rumusannya jelas, merupakan suatu hokum positif
yang sifatnya mengikat pemerintah sebagai penyelenggara negara, maupun
mengikat bagi setiap warga negara.
2. Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa
Undang-Undang Dasar 1945 bersifat singkat dan supel, memuat aturan-

15
aturan pokok dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman, serta
memuat hak-hak asasi manusia.
3. UUD 1945 dalam tertib hokum Indonesia merupakan peraturan hokum
positif yang tertinggi.
A. Nilai Dasar, Nilai Instrumental & Nilai Praktis
a. Nilai Dasar
Nilai dasar adalah nilai-nilai yang mempunyai sifat tetap (tidak berubah)
.Nilai-nilai ini terdapat pada dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.
b. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar secara
kreatif dan dinamis dalam bentuk Undang-Undang Dasar 1945 dan
Peraturan Perundang-Undangan lainnya. Nilai instrumental ini dapat
berubah atau diubah.

c. Nilai Praktis
Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya yang dilakukan pada
kehidupan nyata dalam keseharian baik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Nilai praktis ini juga dapat diubah atau dirubah.
Nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praktis dapat ditunjukkan pada
Undang-Undang Dasar 1945 pada Pancasila, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
a) Nilai Dasar
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta.
Dengan nilai ini menyatakan bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
religious bukan bangsa yang ateis. Nilai Ketuhanan juga memiliki arti adanya
pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati
kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif
antarumat beragama.
b) Nilai Instrumental
Pada Pasal 29, yaitu:

16
1. Negara Berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
c) Nilai Praksis
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaannya terhadap
Tuhan yang Maha Esa .
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
a. NilaiDasar
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap
dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar
tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana
mestinya.
b. Nilai Instrumental
Pasal 26, yaitu:
1. Yang menjadi warga Negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga Negara.
2. Penduduk ialah warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di
Indonesia.
3. hal-hal yang mengenai warga Negara dan penduduk diatur dengan undang-
undang.
c. Nilai Praksis
Mengakui perlakuan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk tuhan yang maha Esa .
3. Persatuan Indonesia
a. Nilai Dasar
Nilai persatuan Indonesia mengandung makna usaha kearah bersatu dalam
kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai
sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia..
b. Nilai Instrumental

17
Pasal 1, yaitu: Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk
Republik..
c. Nilai Praktis
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan Negara dan bangsa apabila
diperlukan.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
a. Nilai Dasar
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat
melalui lembaga-lembaga perwakilan.
b. Nilai Instrumental
Pasal 1 ayat 2 Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar.
c. Nilai Praksis
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Nilai Dasar
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna
sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia
Yang Adil dan Makmur secara lahiriah ataupun batiniah.
b. Nilai Instrumental
Pasal 27
1. Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
2. Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
3. Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.

18
c. Nilai Praksis
1. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
2. Menjaga keseimbangan antar hak dan kewajiban
3. Menghormati hak orang lain.

B. Keterkaitan Konstitusi Dengan Terorisme


Pancasila sebagai ideologi bangsa, saat ini dihadapakan pada masalah
terorisme. Kurangnya pemahaman nilai-nilai pancasila di tengah masyarakat ini
yang memunculkan terorisme di Indonesia. Tindakan teror yang kian marak dan
mengancam menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi semua orang yang
menghancurkan pilar-pilar peradaban bangsa Indonesia.
Aksi terorisme di Indonesia menjadi topik hangat pembicaraan setelah
terjadinya kasus Bom Bali baik yang pertama maupun yang kedua. Dua aksi
terorisme ini menjadi salah satu aksi terbesar yang pernah terjadi di Indonesia,
bahkan di dunia. Aksi terorisme di Indonesia tidak berhenti hanya sampai disitu,
serentetan aksi lain terjadi beberapa kota lain diantaranya Bom JW Marriot, Bom
di Bursa Efek Jakarta, Bom di beberapa gereja, hingga yang baru-baru ini terjadi
di Solo yakni aksi terorisme yang menjadikan polisi sebagai sasaran utamanya.
Sebenarnya, beberapa tokoh atau dalang dari aksi terorisme di Indonesia
sudah ditangkap seperti Amrozi, Ali Imron, Dr. Azhari serta Ali Gufron, namun
kasus-kasus terorisme justru semakin marak dan gerakannya semakin sulit untuk
ditebak.
Pengertian terorisme menurut wikepedia adalah serangan-serangan
terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap
sekelompok masyarakat. Aksi terorisme mengandung makna bahwa serangan
teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi,
dan oleh karena itu pelakunya (teroris) layak mendapatkan pembalasan yang
kejam. Terorisme mempunyai tujuan untuk membuat orang lain merasa ketakutan
sehingga dengan demikian dapat menarik perhatian orang, kelompok atau suatu
bangsa. Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk menciptakan
suasan panik, tidak menentu serta menciptakan ketidakpercayaan masyarakat
terhadapa kemampuan pemerintah.

19
Terorisme kian jelas menjadi momok bagi peradaban modern. Sifat tindakan,
pelaku, tujuan strategis, motivasi, hasil yang diharapakan serta dicapai, target-
target serta metode terorisme kini semakin luas dan bervariasi. Sehingga semakin
jelas bahwa teror merupakan kejahatan terhadap perdamaian dan keamanan umat
manusia. Oleh karena itu, terorisme merupakan kejahatan luar biasa yang sudah
semestinya harus dibasmi dan ditindak secara tegas pelakunya, sebab telah
membahayakan stabilitas negara Indonesia.
Terorisme dapat berkembang disebabkan oleh berbagai faktor. Secara umum,
masalah-masalah yang bisa menyebabkan adanya pertumbuhan aksi terorisme
adalah karena kondisi politik, masalah transnasional, ekonomi, sosial, budaya,
politik, bahkan ideologi. Realitasnya, mereka mengatasnamakan terorisme untuk
memperjuangkan ideologi agama.
Pancasila adalah ideologi dasar yang menjadi falsafah bagi Indonesia.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangasa dan bernegara
bagi bangsa Indonesia, tentunya diharapakan mampu menyelesaikan persoalana
terorisme di Indonesia. Pancasila adalah petunjuk hidup manusia untuk bertindak
dan berbuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Persoalan munculnya terorisme di Indonesia disebabkan pula karena
kurangnya penguatan pemahaman nilai-nilai luhur Pancasila dan Bhineka Tunggal
Ika, yang sesunggahnya mempunyai nilai moral positif sebagai upaya pencegahan
terorisme. Pancasila tidak pernah diamalkan sehingga menumbuhkan pelaku teror.
Cara teror atau kekerasan itulah yang menimbulkan disintegrasi bangsa Indonesia.
Apabila masyarakat mampu memahami nilai-nilai luhur Pancasila, maka tidak
mungkin terciptanya aksi terorisme. Pancasila adalah alat pemersatu bangsa
Indonesia, sesuai semboyan Bhinneka Tunggal Ika yaitu biarpun kita berbeda-
beda tetapi tetap satu jua.
Pancasila bukan sebuah wacana saja, tetapi nilai-nilai Pancasila perlu
diamalkan dalam setiap tindakan dan perbuatan manusia. Penanaman dan
pemahaman Pancasila itu harus dilakukan untuk memerangi aksi terorisme yang
kian marak. Pelaku terorisme saat ini telah menyalahi Pancasila sila pertama,
Ketuhanan Yang Maha Esa. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, hormat-menghormati dan

20
bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang
berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup perlu dilakukan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan tujuan untuk menghindari praktik
aksi terorisme dan kekerasan atas nama agama dengan tujuan menciptakan
kerukunan antar umat manusia.
Dalam sila kedua, Kemanusian yang adil dan beradap. Nilai-nilai yang
terkandung dalam sila kedua tersebut, yaitu mengakui persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia, saling mencintai sesama manusia,
tidak semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
sehingga tidak boleh berbuat tercela bahkan melakukan teror yang merugikan
banyak orang.
Menempatkan kesatuan , persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan
negara diatas kepentingan pribadi atau golongan, memajukan persatuan dan
kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika sesuai dengan sila ketiga
Persatuan Indonesia, sehingga aksi terotisme dapat diatasi dan dicegah sesuai
pemahaman tersebut.
Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan terorisme di Indonesia, dapat
dilakukan dengan jalan mencegah melalui pilar-pilar kebangsaan yaitu melalui
nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, serta UUD 1945. Masyarakat harus
banyak mengamalkan dan penghayatan nilai-nilai Pancasila, menumbuhkan rasa
kebengsaan karena Pancasila memuat makna keberagaman dan kebersamaan yang
dapat mencegah aksi terorisme, sehingga akan terciptanya ketentraman dan
kedamaian bagi setiap manusia.

1.4.6 Konstitusi tak tertulis


Konstitusi tidak tertulis / konvensi (non-documentary constitution) adalah
berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul. Konstitusi tidak tertulis
merupakan suatu aturan yanga harus ditaati oleh permerintah namun tidak
berbentuk undang-undang yang tertulis. Konstitusi tidak tertulis disebut juga
sebagai gerunds-norm atau norma dasar atau hukum dasar (basic principles). Dan
tentunya norma-norma yang tidak tertulis ini merupakan norma hukum tata negara
yang dianggap ideal sebagai norma konstitusi yang juga mengikat dalam
penyelenggaraan kegiatan bernegara. Nilai dan norma yang dimaksud dapat

21
berupa pikiran-pikiran kolektif dan dapat pula berupa kenyataan-kenyataan
perilaku yang hidup dalam masyarakat negara yang bersangkutan. Sehingga yang
terpenting dalam hal ini adalah kebiasaan, praktek, dan kelaziman yang secara
moral dianggap baik.
Salah satu contoh konstitusi tidak tertulis adalah adanya pidato kenegaraan
yang dilakukan presiden setiap tanggal 17 Agustus sejak masa orde lama hingga
saat ini. Pada masa presiden Soekarno pidato tersebut merupakan hal yang bersifat
simbolik sebagai bentuk pertanggungjawaban Soekarno sebagai pemimpin
tertinggi revolusi kepada rakyat, sehingga pidato tersebut dilakukan di depan
rakyat secara langsung. Pada masa orde baru, pidato kenegaraan berubah menjadi
hal yang bersifat teknis karena dilakukan di depan rapat paripurna DPR yang
dikaitkan dengan penyampaian nota keuangan dalam pengajuan APBN.

1.4.7 Pengertian Negara Hukum


Terdapat beberapa istilah yang sering dipakai dalam arti yang sama dengan
Negara hukum. Di Amerika serikat, terkenal istilah government under law. Di
jerman, dikenal istilah der rechsstaat dan di prancis dikenal istilah le principle de
la legalite. Sedangkan paham Anglo-Saxon menggunakan istilah rule of law,
yang ternyata istilah ini kemudian menjadi lebih popular di kalangan Negara-
negara dunia, istilah rule of law semakin popular, setelah istilah tersebut
dimasukkan ke dalam Piagam Universal tentang hak-hak asasi manusia (
Universal Declaration of Human Rights), yang telah dierima oleh PBB pada 10
Desember 1948. (Irsyad,2013:161)
Ada beberapa istilah asing selain rule of law yang dipergunakan sebagai
pengertian Negara Hukum yaitu rechtsstaat, dan etat de droit. Menurut catatan
Jimly Asshidiqie, seperti yang dikemukakan oleh Hamid S.Attamimi, kata
rechtsstaat dalam bahasa jerman berarti Negara yang berdasar atas hukum,
sementara etat de droid merupakan sama artinya dengan rule of law, yaitu dalam
bahasa prancis.

22
1.4.8 Dasar-Dasar Indonesia Sebagai Negara Hukum
Negara Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, jauh-jauh
sebelumnya sudah dirancang sebagai Negara hukum.Hal ini terlihat pada Undang-
Undang dasar 1945 yang telah dirancang sebelum proklamasi kemerdekaan.
Namun demikian, Negara hukum Indonesia berbeda dengan Negara hukum
menurut konsepsi Negara-negara lain, hal ini karena latar belakang sosio cultural
yang berbeda. Negara hukum Indonesia bukan lahir sebagai manifetasi dari
tuntutan kebebasan lawan absolitisme, akan tetapi terdorong oleh keinginan
bangsa Indonesia untuk membina kehidupan Negara yang lebih baik menuju
terwujudnya cita-cita nasional yang telah disepakati bersama. (Irsyad,2013:159-
160)
Bukti lain yang mendasari Indonesia sebagai Negara hukum adalah yaitu
dalam system pemerintahannya, Negara Indonesia berdasarkan atas rechtsstaat,
bukan machtsstaat. Hal ini mengandung arti bahwa Negara, termasuk di dalamnya
pemerintahan dan lembaga-lembaga Negara lainnya dalam melaksanakan
tindakan apapun, harus dilandasi oleh peraturan hukum atau harus dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum (rechtsstaat), bukan atas kekuasaan belaka
(machtsstaat).Tekanan pada hukum (recht) disini diharapkan pada kekuasaan
(macht).
Pengertian Negara hukum bagi Negara Indonesia dapat mengandung dua arti
sesuai dengan semangat dan ketegasan UUD 1945, yaitu:
1. Arti Formal, yang berarti melindungi seluruh warga dan seluruh tumpah
darah, dan juga;
2. Arti Material, yaitu Negara harus bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan dan kecerdasan seluruh warganya.
Dengan landasan dan semangat Negara hukum dalam arti material itu, setiap
tindakan Negara haruslah mempertimbangkan dua kepentingan atau landasan,
yaitu kegunaanya (doelmathiged) dan landasan hukumnya (rechtmatighed).

23
1.4.9 Lembaga Tinggi Negara
1. Pengertian Lembaga Negara
Istilah "Lembaga-Lembaga Negara" tidak dijumpai dalam UUD 1945.
Konstitusi RIS 1949 secara eksplisit menyebut Presiden, menteri-menteri, Senat,
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Mahkamah Agung (MA), dan Dewan
Pengawas Keuangan sebagai "alat-alat perlengkapan negara RIS (Konstitusi RIS
1949 Bab III). UUDS 1950 juga menegaskan bahwa "alat-alat perlengkapan
negara" mencakup Presiden dan Wakil Presiden (Wapres), menteri-menteri, DPR,
MA, dan Dewan Pengawas Keuangan (UUDS 1950 Pasal 4).
Istilah "Lembaga-Lembaga Negara" dikukuhkan penggunaannya dalam
Ketetapan No. XX/MPRS/ 1966 (lihat TAP MPR No. VI/MPR/1976 dan TAP
MPR No. III/MPR/ 1978). Lembaga-lembaga negara yang dimaksud adalah
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Presiden, Dewan Pertimbangan Agung
(DPA), dan Mahkamah Agung(Agustiwi, 2014 Vol:8 No.1).
2. Tujuan Dibentuknya Lembaga-lembaga Negara

a) Selain untuk menjalankan fungsi negara juga untuk menjalankan fungsi


pemerintahan secara actual
b) Lembaga-lemabaga negara juga harus membentuk suatu kesatuan proses
yang satu sama yang lain saling berhubungan dalam rangka
penyelenggaraan fungsi Negara atau istilah yang digunakan Prof. Sri
Soemantri adalah actual governmental processes. Jadi, meskipun dalam
prakteknya tipe lembaga-lembaga Negara yang diadopsi setiap negara bisa
berbeda, secara konsep lembaga-lembaga tersebut harus berkerja dan
memiliki relasi sedemikian rupa sehingga membentuk suatu kesatuan untuk
merealisasikan secara praktis fungsi negara dan secara ideologis
mewujudkan negara dalam jangka panjang(Agustiwi, 2014 Vol:8 No.1).
3. Lembaga Negara Berdasarkan Hasil Amandemen UUD 1945
Negara sebagai suatu organisasi yang menjalankan berbagai aktivitas
kenegaraman memerlukan lembaga atau organ negara. Organ Negara adalah siapa
saja yang menjalankan suatu fungsi yang ditentukan oleh suatu tatahukum. Selain

24
itu. organ negara dapat dijadikan sebagai jabatan yang ditentukan oleh hukum
yang fungsinya untuk menciptakan norma atau bersifat menjalankan norma.
Lembaga Negara atau organ Negara sering disebut sebagai lembaga
pemerintahan, lembaga tersebut ada yang dibentuk berdasarkan UUD, PP, atau
perayuran lainnya. Lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan UU termasuk
organ undan-undang. Lembaga yang dibentuk berdasarkan keputusan presiden
juga merupakan organ Kepres. Kedudukan lembaga tersebut tidak sama
tergantung pada peraturan pembentuknya(Awaliyah, 2011 Th:24 No:2).
Dari segi hierarkinya lembaga-lembaga negara tersebut dapat dibagi dalam
tiga tingkatan, yaitu : (1) lembaga tinggi negara, (2) lembaga negara, (3) lembaga
daerah. Lembaga tinggi negara tingkat pertama adalah lembaga tinggi negara yang
dibentuk berdasarkan konstitusi.
Lembaga tinggi negara tergambar dalam bagan berikut:

Gambar 1. Lembaga-Lembaga Negara sesuai dengan UUD 1945 sebelum


Amandemen.

Gambar 2. Lembaga-Lembaga Negara sesuai dengan UUD 1945 setelah


Amandemen.

25
Berdasarkan bagan lembaga tinggi Negara tersebut struktur kekuasaan yang
terdapat dalam Negara dapat dibagi menjadi tiga, yaitu legislatif, eksekutif, dan
yudikatif. Lembaga legislatif adalah MPR & DPR, dan DPD. Lembaga eksekutif
yang memiliki peran untuk melaksanakan pemerintahan berdasarkan peraturan
yang telah dibuat adalah BPK, Presiden dan Wakil presiden. Lembaga Yudikatif
yang memiliki fungsi kehakiman dan pengawasan adalah Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial(Awaliyah, 2011 Th:24 No:2).
Perubahan UUD 1945 telah membawa implikasi terjadi perubahan terhadap
struktur kelembagaan tinggi negara. Perubahan ini mempunyai implikasi
terjadinya pergeseran kekuasaan lembaga negara, ada lembaga negara baru, dan
ada lembaga negara yang tetap ada serta ada lembaga negara yang dihapuskan.
Perubahan UUD 1945 tersebut dimaksudkan untuk terdapat check and balances
antara eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Berikut pembagian tugas lembaga Negara setelah amandemen:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Terdapat dua perubahan mendasar pada MPR setelah perubahan UUD, yaitu
perubahan susunan keanggotaan serta perubahan kewenangan MPR, yang
berimplikasi pada prubahan dalam tata hubungannya dengan lembaga-lembaga
negara yang lainnya(Agustiwi, 2014 Vol:8 No.1).
Pertama, secara keanggotaan, kini keanggotaan MPR terdiri dari anggota
DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum. Jika DPR dipilih
melalui pemilu berbasis partai, DPD merupakan wakil dari daerah-daerah yang
dipilih secara langsung dalam pemilu oleh rakyat didaerah yang bersangkutan.
Berati secara total, keanggotaan 550 anggota DPR dan 132 anggota
DPD(Agustiwi, 2014 Vol:8 No.1).
Kedua, implikasi pada kewenang Filosofi kewenangan MPR, sebagimana
tercermin dalam perubahan Pasal 1 ayat 2 yaitu kedaulatan ditanan rakyat dan
dijalankan menurut Undang-undang Dasar. Artinya, kewenangan MPR bukan
lagi sebagai pelaksaan rakyat sepenuhnya karena kedaulatan rakyat dilaksanakan-
menurut UUD 1945 melalui lembaga-lembaga Negara.
Kewenangan MPR dipertegas, yaitu pada ranah mengubah dan menetapkan
UUD, melantik Presiden dan wakil Presiden, memberhetikan Presiden dan/atau

26
wakil Presiden dalam masa jabatanya menurut UUD. MPR berwenang juga
memilih wakil presiden dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil presiden
dalam masa jabatanya(Agustiwi, 2014 Vol:8 No.1).
Tugas dan wewenang presiden setelah amandemen mengalami penurunan, hal
ini dapat dilihat pada tabel dibawah. Bebrapa perubahan tugas dan wewenang
MPR adalah sebelum amandemen MPR bertugas dan berwenang untuk memilih
dan mengangkat presiden dan wakil presiden, memberhentikan presiden dan wakil
presiden melalui sidang istimewa.

Tabel 1. Perbandingan Tugas dan Wewenang MPR sebelum dan sesudah UUD
1945 Amandemen
NO. UUD 1945 UUD 1945 Amandemen
1. Mengubah dan Menetapkan Mengubah dan Menetapkan UUD.
UUD.
2. Mengangkat Presiden dan Presiden dan Wakil Presiden
Wakil Presiden berdasarkan berdasarkan hasil pemilihan umum
hasil pemilihan dalam dalam Sidang Paripurna MPR.
Sidang Paripurna MPR
3. Memberhentikan Presiden Memutuskan Usul DPR berdsarkan
dan Wakil Presiden atai hasil keputusan MK untuk
Wapres melanggar hokum memberhentikan Presiden dan atau
atau GBHN. Wapres diberi kesempatan untuk
menyampaikan penjelasan dalam
Sidang Paripurna MPR.
(Awaliyah, 2011 Th:24 No:2)

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih
berdasarkan hasil pemilihan umum yang berjumlah 550 orang. Keanggotaan DPR
diresmikan dengan keputusan Presiden dengan masajabatan selama lima tahun.

27
DPR berkedudukan sebagai lembaga tinggi Negara yang memiliki fungsi legislasi,
anggaran dan pengawasan. Fungsi legislasi adalah kekuasaan untuk membentuk
undang-undang. Fungsi anggaran adalah menyusun Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara. Fungsi pengawasan adalah mengawasi jalannya pmerintahan
negara. Tugas dan wewenang DPR adalah:
a) membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.
b) membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang.
c) Menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang yang diajukan
DPD berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam
pembahasan.
d) memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang APBN
dan rancangan undnag-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan,
dan agama.
e) Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
undang-undang anggaran APBN serta kebijakan pemerintah(Awaliyah,
2011 Th:24 No:2)

3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


Sebagai lembaga negara DPD mempunyai fungsi mengajukan usul, ikut dalam
pembahasan dan memberikan pertimbanagan yang berkaitan dengan legislasi
tertentu. Tugas dan wewenang DPD berhubungan dengan perrgajuan usul adalah:
a) DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan pengelolaan sumber daya ekonomi lainnya, serta
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
b) DPD mengusulkan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 kepada DPR dan DPRmengundang DPD untuk membahas
sesuai tata tertib DPR.

28
c) Pembahasan rancangan undang-undang sebagaimana pada ayat 2
dilakukan sebelum DPR membahas rancangan undang-undang yang
dimaksud pada ayat (l) dengan pemerintah(Awaliyah, 2011 Th:24 No:2)
4. Presiden
Kekuasaan pemerintahan negara Indonesia dipegang oleh Presiden. Presiden
dalam menjalankan pemerintahan harus berdasar pada Undang-undang Dasar
1945. Dalam melaksanakan tugasnya Presiden dibantu oleh seorang Wakil
Presiden. Presiden dan wakil Presiden adalah satu kesatuanjabatan yang dapat
mengeluarkan perafuran-peraturan tertentu dalam kehidupan bermasyarakat.
Peraturan yang dikeluarkan lembaga kepresidenan dapat dibagi tiga yaitu:
a) peraturan yang dikeluarkan untuk melaksanakan peraturan yang lebih
tinggi, misalnya peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang.
b) peraturan yang ditetapkan secara mandiri, tidak untuk menjalankan
peraturan yang lebih tinggi, biasanya ditetapkan untuk penentuan policy
rules yang perlu dituangkan dalam peraturan tertulis.
c) putusan hukum yang bersifat penetapan administratif, misalnya
pengangkatan atau pemberhentian pejabat(Awaliyah, 2011 Th:24 No:2)
Prsiden dan wakil presiden dapat diberhentikan dari jabatannya jika melalukan
pelanggaran hokum yaitu:
a. pengkhianatan kepada Negara.
b. Korupsi, penyuapan
c. Tindak idana berat atau perbuatan tercela
d. Presiden dan Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
atau wakl Presiden.

5. Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)


Wewenang BPK menurut pasal 9 ayat (l) adalah sebagai berikut:
a) menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta
b) menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan,
c) meminta keterangan danlalat dokumen yang wajib diberikan oleh setiap
orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga

29
Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain
yang mengelola keuangan Negara
d) melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik
negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha
keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan
surat-surat bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar
lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan Negara.
e) menetapkan jenis dokumen, data serta informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada
BPK
f) menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi
dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara
menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara (Awaliyah, 2011 Th:24 No:2).

6. Mahkamah Agung (MA)


Lembaga yang memiliki kekuasaaan kehakiman adalah Mahkamah Agung
yang merupakan pengadilan negara tertinggi dari semua lingkungan pengadilan.
Mahkamah Agung bertugas dan berwenang untuk memeriksa dan memutus:
a) Permohonan kasasi,
b) sengketa tentang kewenangan mengadili, dan
c) permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap. Pada tingkat kasasi Mahkamah Agung
dapat membatalkan putusan atau penetapan pengadilan dari semua
lingkungan pengadilan karena:
i. tidak berwenang atau melampaui batas wewenang,
ii. salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku,
iii. lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan yang mengancam kelalian ifu dengan batalnya

30
keputusan yang bersangkutan (Tutik, 2010:86-87) dalam (Awaliyah,
2011 Th:24 No:2).

7. Mahkamah Konstitusi (MK)


Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara baru yang ada
setelah Amandemen UUD 1945. Kewajiban dan wewenang MK adalah:
a) mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji undangundang terhadap Undang-Undang Dasar
b) memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang
kewenangannyadiberikan oleh UUD 1945,
c) memutus pembubaran partai politik,
d) memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum
e) wajib memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan-dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden(Awaliyah, 2011 Th:24
No:2)

8. Komisi Yudisial (KY)


Anggota Komisi Yudisial berjumlah 7 orang yang ditetapkan melalui
Keputusan Pesiden. Komisi Yudisial memiliki kewenangan, mengusulkan
pengangkatan Hakim Agung dan wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim. Dalam
pengangkatan Hakim Agung Komisi Yudisial bertugas:
a) melakukan pendaftaran calon HakimAgung
b) melakukan seleksi terhadap Hakim Agung,
c) menetapkan calon Hakim Agung,
d) mengajukan calon Hakim Agung ke DPR(Awaliyah, 2011 Th:24 No:2)

1.4.10 Amandemen UUD 1945


a. Pengertian Amandemen
Amandemen adalah perubahan konstitusi yang mana perubahannya tidak
banyak, bersifat teknis prosedural yang tidak mempengaruhi paradigma pemikiran

31
Undang-Undang Dasar. Menurut Budiardjo, ada empat macam prosedur dalam
perubahan UUD baik dalam renewal maupun amandemen, yaitu:
1. Sidang legislatif dengan ditambah syarat, misal dapat ditetapkan kuoroum
untuk membicarakan usul perubahan undang-undang dasar dan jumlah
minimum anggota badan legislatif atau menerimanya;
2. Referendum, pengambilan keputusan dengan cara menerima atau menolak
usulan undang-undang;
3. Perubahan yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu
lembaga khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.
Sejak bergulirnya gerakan reformasi, UUD 1945 telah mengalami perubahan.
Prosedur perubahan UUD 1945 tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 37 bahwa
untuk merubah UUD 1945, harus hadir sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah
anggota MPR, dan kemudian putusan diambil atas persetujuan sekurang-
kurangnya 2/3 dari anggota yang hadir. Setelah Amandemen keempat, Pasal 37
UUD 1945 pengalami perubahan bahwa untuk perubahan Pasal-Pasal UUD dapat
dilakukan jika diajukan sekurang-kurangnya oleh 1/3 anggota MPR. Keputusan
tentang perubahan diambil jika Sidang MPR dihadiri oleh sekurang-kurangnya
2/3 dari jumlah anggota MPR.
Pada perubahan pertama, substansi perubahan dimaksudkan untuk
pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden, hanya dua periode masa
jabatan saja. Perubahan kedua, substansi perubahan dimaksudkan untuk
mempertegaskan hal-hal tentang Hak-hak Asasi Manusia dan memperkokoh
eksistensi DPR sebagai lembaga legislatif. Perubahan ketiga, substansi perubahan
dimaksudkan untuk mengembalikan kedaulatan rakyat dari MPR kepada rakyat,
sehingga berimplikasi pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara
langsung oleh rakyat. Perubahan ketiga juga dimaksudkan untuk memperkokoh
independensi kekuasaan kehakiman. Perubahan keempat, substansinya
dimaksudkan untuk penghapusan Dewan Pertimbangan Agung, dan mempertegas
persyaratan pengisian dan tata cara pengisian Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden.

32
b. Alasan Amandemen
Pada awal ditetapkanya UUD 1945 sudah banyak terdapat penyelewengan
kekuasan, baik pada masa Presiden Soekarno maupun Presiden Soeharto. Bahkan
pada masa orde baru, hanya merekalah (para pemimpin orba) yang boleh
menafsirkan UUD 1945 hanya mereka sendiri, sementara MPR hanya tinggal
mengesahkannya saja. Contoh pada pasal 6 dan 7 UUD 1945 yang berubah
menjadi presiden dan wakil presiden dipilih oleh majelis dengan suara mufakat,
dan calonnya harus tunggal. Hasilnya, Soeharto berhasil menjadi presiden
selama kurang lebih 35 tahun. Berawal dari situlah perubahan UUD 1945
dimulai.
Secara filosofis, karena UUD 1945 adalah moment opname dari berbagai
kekuatan politik dan ekonomi yang dominant pada saat dirumuskanya konstitusi
ini. Setelah beberapa tahun kemudian pasti terdapat berbagai perubahan baik di
tingkat nasional maupun internasional. Hal tersebut tentu belun terdapat didalam
UUD 1945 karena pada saat itu perubahan belum mampak. Kedua sesuai dengan
kodrat manusia bahwa manusia tidak ada yang sempurna jadi, semua yang
dikerjakannya pasti ada kesalahan dan kekurangannya.
Aspek historis, karena awalnya pembuatan UUD 1945 bersifat sementara,
sebagaimana yang dinyatakan oleh Ir.Soekarno, dalam rapat pertama tanggal 18
agustus 1945, yang menyatakan. tuan-tuan semuanya tentu mengerti bahwa
undang-undang dasar yang kita buat sekarang ini adalah undang-undang dasar
sementara. Kalau boleh saya memakai perkataan ini adalah undang-undang
daar kilat, nanti kalau kita telah bernegara dalan suasana yang lebih tenteram,
kita tentu akan mengumpulkan kembali MPR yang dapat membuat undang-
undang dasar yang lebih lengkap dan sempurna . Dari ungkapan Soekarno
tersebut dapat disimpulkan bahwa UUD 1945 dibuat dengan tergesa-gesa karena
untuk melengkapi kebutuhan berdirinya Negara baru yaitu Indonesia.
Secara subtansif, UUD 1945 banyak sekali mengandung kelemahan. Hal ini
dapat diketahui antara lain; pertama, kekuasaan eksekutif terlalu besar tanpa
disertai checks and balances, sehingga UUD 1945 biasa disebut executive heavy
dimana presiden memjadi pusat kekuasaan dengan berbagai hak prerogatif; kedua,
rumusan ketentuan UUD 1945 sebagian besar bersifat sederhana, umum, bahkan

33
tidak jelas sehigga menimbulkan multitafsir; ketiga, UUD 1945 terlalu
menekankan pada semangat atau iktikad baik orang yang menjadi penyelenggara
Negara. Ini dapat dilihat dari bunyi penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa
yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya Negara ialah
semangat, semangat para penyelenggara Negara ;keempat, UUD 1945 terlalu
banyak memberi atribut kewenangan kepada legislatif masalah-masalah penting
dalam UU seperti tentang lembaga-lembaga Negara, HAM, kekuasaan
kehakiman, pemerintahan daerah, dan sebagainya.
Secara yudiris, para perumus UUD 1945 sudah menunjukkan kearifan bahwa
apa yang mereka lalukan ketika UUD 1945 tentu akan berbeda kondisinya di
masa yang akan datang dan mungkin suatu saat akan mengalami perubahan. Hal
tersebut dapat ditinjau bahwa mereka (perumus UUD 1945) membuat pasal
tentang perubahan didalam UUD 1945, yaitu pasal 37.
Tujuan amandemen adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
Negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi Negara
demokrasi dan Negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan kesatuan atau selanjutnya dikenal dengan
NKRI, serta mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.

c. Amandemen I, II, III, dan IX


1. Amandemen Pertama
Perubahan pertama terhadap UUD 1945 terjadi pada tanggal 19 Oktober 1999
dalam sidang umum MPR yang berlangsung tanggal 14-21 Oktober 1999.
Perubahan itu meliputi pasal-pasal 5, 7, 8, 9, 13, 14, 15, 17, 20, dan 21. karena
pasal-pasal ini yang berkaitan dengan kekuasaan presiden yang sangat besar.
Untuk itu, prioritas pertama adalah mengurai dan membatasi kekuasaan presiden.

2. Amandemen Kedua
Perubahan kedua ini dilakukan pada tanggal 7-8 Agustus 2000. Perubahan
kedua UUD 1945 antara lain diarahkan untuk memperteguh otonomi daerah,

34
melengkapi pemberdayaan DPR, menyempurnakan rumusan HAM,
menyempurnakan pertahanan dan keamanan Negara, dan melengkapi atibut
Negara.
3. Amandemen Ketiga
Sidang tahunan MPR yang berlangsung 1-9 November 2001 telah
menghasilkan perubahan ketiga UUD 1945 terhadap 3 bab, 23 pasal, dan 64 ayat
ketentuan undang-undang dasar. Perubahan ketiga ini antara lain diarahkan untuk
menyempurnakan pelaksanaan kedaulatan rakyat, menyesuaikan wewenang MPR,
mengatur pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung, mengatur
impeachment terhadap presiden dan/ atau wakil presiden membentuk lembaga
DPD, mengatur pemilihan umum, meneguhkan kedudukan dan Badan Pemeriksa
Keuangan, serta meneguhkan kekuasaan kehakiman dengan lembaga baru yaitu
Mahkama Konstitusi (MK) dan Komosi Yudisial (KY).
4. Amandemen Keempat
Sidang tahunan MPR 2002 yang berlangsung 1-11 Agustus 2002. Perubahan
keempat UUD 1945 juga melengkapi kekurangan peraturan dalam pasal 8 ayat 1
dan 2 yang telah diputuskan dalam perubahan ketiga (tahun 2001), dengan
menambahkan ayat 3.

d. Hasil-Hasil Amandemen
1. Bentuk Kedaulatan
Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 (hasil amandemen) menyebutkan, kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD .Dengan demikian,
berdasarkan hasil amandemen UUD 1945, tidak ada lagi lembaga tertinggi negara
dalam ketatanegaraan kita. MPR yang sebelumnya merupakan lembaga tertinggi
negara serta sebegai penjelmaan dan pelaksana kedaulatan rakyat , sekarang
menjadi lembaga tinggi negara biasa yang setingkat dengan DPR, Mahkamah
Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Presiden.
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Di dalam Pasal 2 Ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa MPR terdiri atas
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) lagi memilih dan mengangkat presiden serta membuat garis-garis besar

35
haluan negara (GBHN). Wewenang MPR kini terbatas pada hal-hal berikut:
Mengubah dan menetapkan UUD; Melantik presiden dan wakil presiden; Atas
usulan DPR dan keputusan MK, memberhentikan presiden dan/atau wakil
presiden dalam masa jabatannya.
3. Kekuasaan Pemerintahan Negara
Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen , presiden dan wakil presiden
skarang dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu sehingga keduanya memiliki
legitimasi yang kuat. Dari segi kedudukan, presiden/wakil presiden juga tidak lagi
dibawah MPR, melainkan sederajat. Namun, masa jabatan presiden dan wakil
presiden sudah mendapat pembatasan yang jelas dan tegas.
Presiden dan wapres kini tak dapat lagi berkuasa lebih dari dua kali masa bakti
atau selama sepuluh tahun. Setelah memegang satu masa jabatan , presiden dan
wakil presiden hanya dapat dipilih kembali (daam jabatan yang sama) hanya
untauk satu kali masa jabatan. Satu kali masa jabatan dipegang selama lima tahun.
Jika melanggar konstitusi atau hukum atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
presiden, presiden dapat diberhentikan MPR atas usul DPR. Namun, sebelum
mengajukan usul itu kepada MPR, DPR harus lebih dahulu mengajukan
permintaan kepada Mahkamah Konstitusi (MK) untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus dugaan pelanggaran presiden itu. Jika MK memutuskan presiden
terbukti melakukan pelaggaran, barulah DPR mengadakansidang paripurna untuk
meneruskan usul pemberhetian presiden kepada MPR.
Adapun dalam soal pertimbangan, presiden kini tidak lagi memintanya kepada
Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Lembaga tinggi negara DPA kini sudah
dihapus. Sebagai gantinya, presiden membentuk suatu dewan pertimbangan
sendiri yang diberi tugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada presiden.
4. Pemerintah Daerah
UUD 1945 sebelum di amandemen membagi daerah di Indonesia menjadi
daerah besar dan daerah kecil. Namun, berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen,
daerah tersebut terbagi atas daerah provinsi, kabupaten,, dan kota. Setiap provinsi,
kabupaten, dan kota memiliki pemerintah daerah yang mengatur sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Daerah provinsi,

36
kabupaten, dan kota memiliki DPRD yang para anggotanya dipilih melalui
pemilihan umum.
Gubernur, bupati, dan walikota masing-masing merupakan kepala
pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota yang dipilih secara
demokratis. Pemerintah daerah menjalankan otnomi seluas-luasnya kecuali untuk
urusan pemerintahan yang menurut undang-undang ditentukan sebagai urusan
pemerintah pusat. Pemerintah daerah juga berhak menentukan peraturan daerah
(perda) dan peratura-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan.
5. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR sekarang memiliki kekuasaan untuk membentuk undang-undang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 memberikan kekuasaan ini kepada presiden,
tetapi presiden kini hanya berhak mengajukan rancangan undang-undang. D
engan diserahi kekuasaan membentuk undang-undang, DPR kini memiliki posisi
yang lebih aktif dalam menjalankan tugas pembentukan undang-undang.
Para anggota DPR dipilih lewat pemilihan umum. Fungsi dan hak DPR kini
disebut scara langsung dalam UUD 1945. DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan. Adapun hak-hak yang dimiliki DPRsecara
kelembagaanadalah hak interpelasi, hak angket, hak menyatakan pendapat.
Secara perseoranga, setiap anggota DPR mempunyai hak untuk mengajukan
pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta memiliki hak imunitas.
6. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
DPD adalah lembaga baru. UUD 1945 sebelum amandemen tidak mengatur
keberadaan lembaga perwakilan daerah berupa DPD ini. Para anggota DPD
dipilih dri setiap provinsi yang ada di Indonesia melalui pemilu.
DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang (RUU) yang
berkaitann dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan derah, pengelolaan sumber daya alam, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah. DPD ikut membahas RUU tentang hal-
hal tersebut serta memberikan pertimbangan kepaa DPR atas RUU APBN dan
RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama. DPD juga dapat
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang yang berkaitan

37
dengan berbagai masalah otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, serta hal-
hal lain seperti tersebut diatas.
Sebelum diamandemen, UUD 1945 memberikan kekuasaan ini kepada
presiden, tetapi presiden kini hanya berhak mengajukan rancangan undang-
undang. Dengan diserahi kekuasaan membentuk undang-undang, DPR kini
memiliki posisi yang lebih aktif dalam menjalankan tugas pembentukan undang-
undang.
7. Pemilihan Umum (Pemilu)
UUD 1945 hasil amandemen secara langsung juga mengatur perihal pemilihan
umum (pemilu). Pemilu dilaksanakan seara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil setiap lima tahun sekali. Pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota
DPR, DPD, DPRD, serta Presiden dan Wakil Presiden. Pemilu diselenggarakan
oleh sebuah komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
Peserta pemiluuntuk memilih anggota DPR dan DPRD adalah partai politik.
Peserta emilu untuk memilih anggota DPD adalah perseorangan.
8. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
BPK kini masuk dalam pengaturan tersendiri dalam UUD 1945 hasil
amandemen. BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Tugasnya,
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Hasil pemeriksaan
keuangan negara diserahkan kepada DPR dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya. BPK berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan
disetiap provinsi. Para anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD. Pimpinan BPK dipilih dari dan oleh para anggota BPK
sendiri. Dalam masa reformasi BPK memiliki peranan yang vital karena salah satu
agenda reformasi yang penting dan gencar digalakan adalah pemberantasan
korupsi.
9. Kekuasaan Kehakiman
Kekuasaan kehakiman diatur lebih tegas dan jelas dalam hal kemerdekaan dan
pelaksanaan tugas. Dalam kekuasan kehakiman, selain MA yang selama ini sudah
ada, ditambahkan dua lembaga baru yaitu Mahkamah Konstitusi (MK) dan
Komisi Yudisial (KY) untuk memperkuat upaya penegakan hukum dan keadilan.
Terkait dengan pelaksanaan kekuasaan kehakiman, hakim agung harus memiliki

38
integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman
dalam bidang hukum. Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial (KY)
kepada DPR untuk mendapat persetujuan dan seterusnya ditetapkan sebagai
hakim agung oleh preside. Komisi Yudisia sendiri bersifat mandiri dan berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim aguung dan mempuunyai wewenang lain
dalam rangaka menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim.
10. Hak Asasi Manusia
Pengaturan HAM yang cukup detail merupakan upaya untuk mencegah
terjadinya pelanggaran-pelanggaran HAM oleh pemerintah yang pada masa lalu
telah berulang-ulang menimpa warga negara. Selain itu, masalah HAM sendir
secara internasional makin menjadi isu penting yang dapat perhatian yang sangat
serius. Dapat dikatakan bahwa UUD 1945 hasil amandemen, masalah HAM
menjadi salah satu topik prioritas. HAM ditambahkan sebagai bab baru yang
dijabarkan kedalam sepuluh pasal.adapun jenis-jenis hak asasi yang diatur, antara
lain, sebagai berikut :
a. Hak hidup serta mempertahankan kehidupan
b. Hak untuk bebas dari perlakuan yang diskriminatif
c. Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan
d. Hak memeluk aga,ma dan beribadah menurut agama yang dipeluk
e. Hak untuk bebas dan berkumpul dan mengeluarkan pendapat
f. Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
g. Hak untuk bebas dari penyiksaan yang merendahkan martabat kemanusiaan
11. Pendidikan Dan Kebudayaan
Dalam UUD 1945 hasil amandemen,pendidikan dan kebudayaan juga
mendapat penambahan aturan yang cukup berarti. Selain sebagai hak, pendidikan
dasar kini menjadi kewajiban untuk diikuti warga negara. Disebutkan bahwa
setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemeritah wajib
membiayainya. Pemerintah menyelenggarakan sistem pendidikan nasinal yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal pendanaan, negara diharuskan
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN

39
dan dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggarakan pendidikan
nasional. Dalam bidang budaya, negara memajukan kebudayaan nasional
Indonesia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
engembangkan nilai-nilai budaya.
12. Perekonomian Nasional Dan Kesejahteraan Sosial
Kegiatan perekonomian sekarang dikaitkan dengan isu-isu penting nasional
dan internasional. Disebutkan, perekonomian nasional diselenggarakan berdasar
atas demokrasi ekonomi dengan prinsip keadilan, kebersamaan, efisiensi, dan
berkelanjutan. Selain itu, perekonomian juga harus dilakukan dengan berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional. Adapun dalam masalah kesejahteraan rakyat, ditambahkan
beberapa tanggug jawab yang harus dipikul negara. Antara lain, disebutkan,
negara mengembagkan sistem jaminan sosial bagi rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai martabat kemanusiaan. Negara
juga bertanggung jawab atas persediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.

40
1.5 Kesimpulan
Konstitusi pada prinsipnya adalah suatu aturan yang mengandung norma-
norma pokok, yang yang berkaitan dengan kehidupan negara. Konstitusi dapat
mengalami perubahan sesuai dinamika kehidupan masyarakat. Perubahan meliputi
hal-hal berkaitan dengan aturan tentang anatomi struktur kekuasaan, pembatasan
kekuasaan, jaminan perlindungan hak asasi manusia, kekuasaan kehakiman, dan
pertanggungjawaban kekuasaan kepada rakyat, dan sebagainya. Banyak kasus
yang terjadi di Indonesia hanya karena tidak memahami konstitusi itu sebenarnya
seperti semakin merajalelanya kasus terorisme. Oleh karena itu setelah
mempelajari Negara dan Konstitusi ini diharapkan dapat meminimaliskan kasus-
kasus yang terjadi termasuk terorisme.
Kebanyakan warga Negara Indonesia belum menyadari arti penting konstitusi
dalam kehidupan sehari-hari. Mereka hanya menganggap bahwa konstitusi hanya
berfungsi sebagai lambang dari peraturan belaka. Padahal, konstitusi sangat
penting diterapkan sebagai pedoman untuk menjalani kehidupan berbangsa dan
bernegara. Setelah penerapan konstitusi terlaksana, barulah kita bisa menjadi
Negara yang adil dan beradab, yang saling bersatu dan bermusyawarah dalam
mencapai mufakat dan mencapai tujuan bersama untuk membangun bangsa.

1.6 Saran
Sebagai warga Negara yang baik dan mencintai negaranya, tentunya kita
harus bisa menghargai dan menjunjung tinggi konstitusi yang berlaku di Negara
kita. Selain kita memahami dan mempelajari konstitusi tersebut, kita harus bisa
menerapkannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

41
DAFTAR PUSTAKA

Irsyad, Syamsuhadi. (2013). Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan.


Yogjakarta: OMBAK

Jimly. (2007). Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi. Jakarta: Kencana

Narmoatmojo,Winarno. (2014). Pancasila dan UUD RI 1945. Yogjakarta:


OMBAK

Pasaribu, Payerly. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan. Medan:


UNIMED PRESS

Setiawan, Deny. (2017). Pendidikan Kewarganegaraan. Medan: Madenatera

Suryona, Hassan. (2014). Ilmu Negara. Yogjakarta: OMBAK

Agus. (2013). Perkembangan Konstitusi di Indonesia: Jurnal Yustisia. Edisi 87

Agustiwi, Asri. (2014). Keberadaan Lembaga Negara Pasca Amandemen


Undang-Undang Dasar 1945 di Indonesia: Jurnal RECHSTAAT Ilmu
Hukum Fakultas Hukum UNSA. Vol.8, No.1

Aldri dan Nurman. (2005). Perubahan Konstitusi dan Implikasinya pada


Perubahan Lembaga Negara: Jurnal Demokrasi. Vol.4, No.1

Awaliyah, Siti. (2011). Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Berdasarkan


Pancasila dan UUD 1945: Jurnal Pendidikan Pncasila dan
Kewarganegaraan. Th.24, No.2.

Luthfi. (2010). Penyelesaian Sengketa Kewenangan Lembaga Negara Oleh


Mahkamah Konstitusi: Jurnal Konstitusi. Vol.7, No.3

42

Anda mungkin juga menyukai